Anda di halaman 1dari 25

Rangkuman UQ

Materi:
 MAKKIYAH DAN MADANIYAH (F)
A.Pengertian:
❑Empat prespektif dalam mendefinisikan
terminology Makkiyah dan Madaniyah:
1. Masa turun (zaman an-nuzul)
2. Tempat turun (makan an-nuzul)
3. Objek pembicaraan (mukhathab)
4. Tema Pembicaraan (maudu’)
1. masa turun: “Makkiyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum
Rasulullah hijrah ke Madinah, kendatipun bukan turun di
Makkah,sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang
turunsesudah Rasulullah hijrah ke Madinah, kendatipun bukan
turun di Madinah. Ayat-ayat yang turun setelah peristiwa
hijrah disebut Madaniyyah walaupun turun di Mekah atau
Arafah”
❑Dengan demikian surat an-Nisa: 58, termasuk
Madaniyyah meskipun turun di Makkah, yaitu pada
peristiwa terbukanya kota Makkah (Fath Makkah), dan
surat al-Maidah:3, termasuk Madaniyyah meskipun
turun di Makkah (pada haji wada di Arafah).
2. Persepktif tempat turun: “Makkiyah ialah ayat-ayat yang
turun di Makkah dan sekitarnya seperti Mina, Arafah,
dan Hudaibiyah, sedangkan Madaniyyah adalah ayat-
ayat yang turun diMadinah dan sekitarnya, seperti Uhud,
Quba’, dan Sul’a.”
❑Terdapat celah kelemahan dari pendefinisian di atas
sebab terdapat ayat tertentu tidak diturunkan di Makkah
dan Madinah dan sekitarnya. Contoh: surat At-Taubah:
42 diturnkan di Tabuk, surat Az-Zukhruf:45 diturunkan
ditengah perjalanan Makkah dan Madinah. Jika melihat
definisi kedua, tidak dapat dikategorikan ke dalam
Makkiyah dan Madaniyah.

3. Prespektif Objek Pembicaraan: “Makiyyah adalah ayat-


ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Makkah.
Sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat yang menjadi
khitab bagi orang-orang Madinah.”❑Pendefinisian di
atas dirumuskan para sarjana muslim berdasarkan asumsi
bahwa kebanyakan ayat al-Qur’an di mulai dengan
ungkapan” .............” yang menjadi kriteria Makiyyah,
dan ungkapan”......” yang menjadi kriteria
Madaniyyah.Namun tidak selamanya benar. Surat al-
Baqarah: 21 dan ayat 168 termasuk kategori
Madaniyyah, tetapidimulai dengan ungkapan”......... “
Lagi pula banyak ayat yang tidak dimulai dengan dua
ungkapan diatas.
4. Persepktif tema pembicaraan :
B.cara” mengetahui makiyah dan madaniah
Ditempuh dengan dua metode :1. Sima’ie Naqli.
Maksudnya,mengetahui Makkiyah dan Madaniyyah dengan
cara melalui Riwayat. 2. Qiyasi Ijtihadi.
Maksudnya,mengetahui Makkiyah dan Madaniyyah dengan
cara penerapan ijtihad yang didasrkan pada ciri-ciri
Makkiyah dan Madaniyyah.
C.Ciri-ciri spesifik makiyah dan madaniah
Dari segi Analogi/konteks Kalimat
a. Makkiyyah:
1) Di dalamnya terdapat ayat sajdah
2) Ayat-ayatnya dimulai dengan kata “kalla”
3) Dimulai dengan ungkapan “
‫ا‬, kecuali surat al-Hajj[22], karena di dipenghujung
surat terdapat ayat yang dimulai dengan “..........”
4) Ayat-ayatnya mengandung tema kisah Nabi dan
umat-umat terdahulu.
5) Ayat-ayatnya berbicara tentang kisah Nabi adam
dan iblis, kecuali surat al-Baqarah [2],
6) Ayat-ayatnya dimulai dengan huruf terpotong-
potong (huruf at-tahajji) seperti alif lam mim
dsb,kecuali surat al-Baqarah[2], dan ali-Imran
b. madaniyyah
1) Mengandung ketentuan-ketentuan faraid dan had.
2) Mengandung sindiran-sindiran terhadap kaum
munafik,kecuali surat al-Ankabut[29].
3) Mengandung uraian tentang perdebatan dengan
ahli Kitabin.
Dari segi tema/tematis
Makkiyah
1) Menjelaskan ajakan monotheisme/ tauhid
dan akidah yang benar.
2) Menetabkan fondasi umum bagi
pembentukan hukum syara’ dan keutamaan akhlak
yang harus dimiliki anggota masyarakat.
3) Menuturkan kisah para nabi dan umat-
umat terdahulu.
4) Ayat dan suratnya pendek-pendek dan nada serta
perkataannya agak keras,
5) Banyak mengandung kata-kata sumpah.
Madaniyah:
Menjelaskan permasalahan ibadah,muamalah,
hudud, bangunan rumah tangga,keutamaan ijtihad,
kehidupan social, aturan pemerintahan,
perdamaian, peperangan,serta persoalan
pembentukan hukum syara’
2) Mengkhitabi ahli kitab Yahudi dan Nashrani
dan mengajaknya masuk Islam.
3) Mengungkapkan Langkah-Langkah orang-
orang munafik,
4) Surat dan Sebagian ayatnya panjang serta
menjelaskan hukum dan uslub dengan terang

D.Faedah mengetahui surat makiyah dan madaniyyah :


Bukti ketinggian Bahasa al-Qur’an.Sebab
didalamnya Allah mengajak bicara setiap kaum
sesuai keadaan mereka baik dengan penyampaian
keras maupun lembut.
2. Sebagai pelaksanaan syariat Islam secara
bertahap
3. Sebagai Pendidikan para dai untuk mengikuti
metode al-Qur’an dalam tata cara penyampaian
tema.
4. Pembeda antara nasikh dan Mansukh.
E. urgensi pengetahuan tentang makiyyah dan
madaniyyah
▪Menurut Manna’ al-Qaththan
sebagai berikut :1. Membantu dalam menafsirkan
al-Qur’an.2. Pedoman bagi Langkah-Langkah
Dakwah 3. Memberi informasi tentang Sirah
Kenabian.
 NASIKH DAN MANSUKH (G)
Pengertian :
❑Secara terminologi, nasikh wa mansukh adalah
pengalihan,penghapusan atau pemindahan hukum
syara’ dengan hukum syara’yang lain, yang datang
kemudian.
❑Dengan demikian ketentuan hukum yang dating
kemudian, guna mencabut atau menyatakan
berakhirnya masa pemberlakuan hukum yang
terdahulu, sehingga ketentuan hukum yang berlaku
adalah yang ditetapkan terakhir. Yang demikian
berdasarkan QS. Al-Baqarah:
106..................................................................................
.......
Rukun syrat nasikh :
Adat Naskh, adalah pernyataan yang menunjukkan
adanya pembatalan hukum yang telah ada.
2. Nasikh, yaitu dalil kemudian yang menghapus
hukum yang telah ada. Pada hakikatnya, nasikh itu
berasal dari Allah,karena Dia-lah yang membuat
hukum dan Dia pulalah yang menghapusnya.
3. Mansukh, yaitu hukum yang dibatalkan,
dihapuskan, atau dipindahkan.
4. Mansukh ‘anh, yaitu orang yang dibebani hukum.
Syarat-syarat naskh:
1. Yang dibatalkan adalah hukum syara’
2. Pembatalan itu datangnya dari tuntutan syara’
3. Pembatalan hukum tidak disebabkan oleh
berakhirnya waktu pemberlakuan hukum, seperti
perintah Allah
tentang kewajiban berpuasa tidak berarti di nasakh
setelah selesai melaksanakan puasa tersebut.
5. Tuntutan yang mengandung naskh harus datang
kemudian.
Dua hal yang tidak menerima naskh:
1. Seluruh khabar/aqidah baik dalam al-Qur’an maupun
as-Sunnah. Sebab pembatalan khabar berarti
mendustakan khabar itu sendiri, sedangkan al-Qur’an
dan as-Sunnah mestahil memuat kebohongan.
2. Hukum-hukum yang disyariatkan secara abadi.
Dasar penetapan nasikh dan mansukh:
Manna al-Qaththan menetapkan tiga dasar untuk
menegaskan bahwa suatu
ayat dikatakan nasikh (menghapus) ayat lain mansukh
(dihapus). Yaitu:
1. Melalui pentransmisian yang jelas (An-naql al-sharih)
dari Nabi atau para sahabatnya, seperti hadis: “kuntu
naihaitukum ‘an ziyarat al-qubur ala fazuruha” (Aku
(dulu) melarang kalian berziarah kubur,
(sekarang)berziarahlah). Juga ungkapan Anas berkaitan
dengan Ashab sumur Ma’unah: “wa nuzilah fihim qur’an
qaranah hata rufi’a” (untuk mereka telah turun ayat,
sampai akhirnya dihapus).
2. Melalui kesepakatan umat bahwa ayat ini nasikh dan
ayat itu mansukh.
3. Melalui studi sejarah, mana ayat yang lebih belakang
turun, sehingga disebut nasikh, dan mana yang duluan
turun, sehingga di sebut mansukh.
Macam-macam naskh dalam al-qur’an:
A. Berdasarkan kejelasan dan cakupannya, naskh di bagi
menjadi empat
macam:
1. Naskh Sharih, yaitu ayat yang secara jelas menghapus
hukum yang terdapat pada
ayat terdahulu. Misalnya ayat tentang perang Qs. Al-
Anfal : 65 yang
mengharuskan satu orang muslim melawan sepuluh
kafir. Di naskh oleh ayat 66
dalam surat yang sama, yang mengharuskan satu orang
mukmin melawan dua
orang kafir.
2. Naskh Dhimmy, yaitu jika terdapat dua naskh yang
saling bertentangan dan tidak
dikompromikan, dan keduanya turun untuk sebuah
masalah yang sama, serta
kedua-duanya diketahui waktu turunnya, ayat yang
datang kemudian menghapus
ayat yang terdahulu. Contohnya, ketetapan Allah yang
mewajibkan berwasiat
bagi orang-orang yang akan mati dalam Qs. Al-Baqarah:
180. Ayat ini, menurut
teori naskh di naskh oleh hadis la wasyiyyah li waris
(tidak ada wasiat bagi ahli
waris).

3. Naskh Kully, yaitu menghapus hukum yang


sebelumnya secarakeseluruhan. Contohnya, ketentuan
‘iddah empat bulan sepuluh hari pada Qs. Al-Baqarah:
234 di-naskh oleh ketentuan iddah satu tahun pada ayat
240 pada surat yang sama.
4. Naskh Juz’iy, yaitu menghapus hukum umum yang
berlaku bagi semua individu dengan hukum yang hanya
berlaku bagi
Sebagian individu, atau menghapus hukum yang bersifat
muthlaq dengan hukum yang muqayyad. Contohnya,
hukum dera 80 kali bagi orang yang menuduh seorang
wanita tanpa adanya sanksi pada Qs. An-Nur : 4, dihapus
oleh ketentuan li’an,yaitu bersumpah empat kali dengan
nama Allah, jika sipenuduh suami yang tertuduh, pada
ayat 6 dalam surat yang
sama.
B.Dilihat Dari Segi Bacaan Dan Hukumnya
1. Penghapusan terhadap hukum dan bacaan (tilawah)
secara bersamaan.Ayat-ayat yang terbilang kategori ini
tidak dibenarkan dibaca dan tidak benar diamalkan.
Misalnya sebuah Riwayat Bukhari dan
Muslim,yaituhadis‘Aisyah”...............................................
............................................................................................
..........
Maksudnya, mula-mula dua orang yang berlainan ibu
sudah dianggap bersaudara apabila salah seorang di
antara keduanya menyusu ke pada ibu salah seorang
diantara mereka sebanyak sepuluh isapan. Ketetapan
sepuluh isapan ini kemudian dinasakh menjadi lima
isapan. Ayat tentang sepuluh atau lima isapan dalam
menyusu kepada seorang ibu, sekarang ini tidak
termasuk dalam mushaf karena baik bacaan maupun
hukumnya telah di-naskh.Penghapusan hukumnya saja,
sedang bacaannya tetap ada.Misalnya, ajakan para
penyembah berahala dari kalangan musyrikin kepada
umat Islam untuk saling bergantian dalam beribadah,
telah dihapus oleh ketentuan ayat qital
(peperangan).Akan tetapi bunyi teksnya masih dapat kita
temukan dalam Qs. Al-Kafirun : 6. dan contoh lainnya,
adalah ayat tentang mendahulukan sedekah Qs. Al-
Mujadilah: 12. di-naskh oleh ayat 13 dalam surat yang
sama.
3. Penghapusan terhadap bacaannya saja, sedangkan
hukumnya tetap berlaku. Contoh, kategori ini diambil
dari ayat rajam. Mula-mula ayat rajam ini terbilang ayat
al-Qur’an, ayat yang dinyatakan mansukh bacaannya,
sementara hukumnya tetap berlaku.
C. dari sisi otoritas mana yng berhak menghapus sebuah
nash:
1. Naskh al-Qur’an dengan al-Qur’an,Naskh al-Qur’an
dengan as-Sunnah, Nakh as-Sunnah dengan al-Qur’an,
Naskh as-Sunnah dengan as-Sunnah.
D. Macam-macam naskh
Cakupan:1. Naskh al-Qur’an dengan al-Qur’an
2. Naskh Al-Qur’an dengan as-Sunnah
3. Naskh as-Sunnah dengan al-Qur’an
4. Naskh as-Sunnah dengan as-Sunnah
Hukum bacaan :1. Naskh terhadap hukum dan bacaan
ayat.2. Naskh terhadap hukumnya saja.3. Naskh tentang
bacaannya saja.
Otoritas:1. Naskh Sharih2. Naskh Dhimmi3. Naskh
Kulli4. Naskah Juz’i
E. Hikmah keberadaan naskh
Menurut Manna al-Qaththan, terdapat empat
hikmah keberadaan
naskh:
1. Menjaga kemaslahatan hamba
2. Menunjukkan bahwa syariat Islam yang diajarkan
Rasulullah adalah syariat yang paling sempurna,
yang telah menghapus syariat-syariat dari agama
sebelumnya. Karena syariat Islam telah mencakup
ajaran-ajaran sebelumnya,
3. Menguji kualitas keimanan mukallaf dengan
adanya perintah yang kemudian di hapus.
4. Merupakan kebaikan dan kemudahan bagi umat.
 IJAZ AL-QURA’AN/MUKJIAT (j)
a. Pengertian: Kata mukjizat berasal dari kata a’jaza
– I’jaz yang berarti melemahkan atau menjadikan
tidak mampu. Pelakunya yang melemahkan
disebut ‫ )معجز‬mu’jiz). Jika
kemampuanmelemahkan pihak lain sangat
menonjol, maka dinamakan mukjizat (‫ معجزة‬.
(Tambahan ta’ marbuthah (‫( ة‬pada akhir kata
tersebut mengandung makna mubalaghah
(superlatif). Sedangkan secara istilah, mukjizat
adalah suatu perkara yang luar biasa disertai
dengan unsur tantangan dan tidak akan dapat
ditandingi, yang diperlihatkan Allah melalui para
Nabi dan Rasul-Nya, sebagai bukti atas
kebenaran pengakuan kenabian dan
kerasulannya.Adapun Manna’ al-Qaththan
mendefinisikan mukjizat sbg
“suatu kejadian yang keluar dari kebiasaan, disertai
dengan unsur tantangan, dan tidak akan dapat
ditandingi”.Unsur – unsur yang terdapat pada
mukjizat, sebagaimana dijelaskan oleh Quraisy
Shihab, adalah :
1. Hal atau peristiwa yang luar biasa.
2. Terjadi atau dipaparkan oleh seseorang yang
mengaku Nabi.3. Mengandung tantangan terhadap
yang meragukan kenabian.4. Tantangan tersebut
tidak mampu atau gagal menadingi.
C. syarat mukjiat:
1. Berupa sesuatu yang hanya mampu diciptakan
oleh Allah
2. Berupa sesuatu yg aneh dan klr dari hukum alam
3. Merupakan bukti kebenaran dari pengakuan
orang yang mengaku dirinya sebagai Rasul
4. Pengakuan seorang Nabi yang menantang dengan
mukjizat tersebut
5. Tidak seorangpun yang mampu menciptakan
mukjizat yang serupa sebagai tandingan.
D. macam macam mukjiat:
Al-Suyuti membagi mukjizat menjadi dua macam:
1. Mukjiyat hissiyah yaitu yang bisa ditangkap pleh
panca indera manusia.
2. Mukjizat aqliyah yaitu mukjizat yang hanya bisa
ditangkap oleh akal atau nalar manusia.
Mukjizat-mukjizat yang diberikan pada para Rasul
sebelumnya yang kebanyaan berbentuk mukjizat
hissiyah tidak kekal dan amat terbatas dalam
masanya, namun mukjizat al-Qur’an akan keka
sepanjang masa. Yang demikian membuktikan,
bahwa al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar
sepanjang masa.
KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN:
Susunannya yang indah dan berbeda dengan karya-
karya yang ada dalam Bahasa orang-orang Arab.
2. Gaya Bahasa yang menakjubkan yang jauh
berbeda dengan uslub-uslub Bahasa Arab 3. Sifat
keagungannya yang tidak memungkinkan seseorang
untuk mendatangkan yang serupa dengannya. 4.
Bentuk undang-undang di dalamnya sangat rinci
dan sempurna melebihi undang-undang buatan
manusia. Mengabarkan hal-hal ghaib yang tidak
dapat diketahui, kecuali
melalui wahyu.6. Uraiannya tidak ada pertentangan
dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang dipastikan
kebenarannya.7. Setiap janji dan ancaman yang
dikabaran benar-benar terjadi.
e. segi segi kemukjiatan al-qur’an
Gaya Bahasa :Al-Qur’an mencapai tingkat tertinggi
dari segi keindahan bahasanya, sehingga membuat
kagum bukan saja orng-orang mukmin, tetapi juga
orang-orang kafir.
Susunan kalimat: Al-Qur’an muncul dengan uslub
yang begitu indah. Di dalam uslub tersebut
terkandung nilai-nilai istimewa dan tidak akan
pernah apa pada ucapan manusia.Menurut pakar
Balaghah, al-Qur’an selain menggunakan tasybih
dan isti’arah, juga menggunakan majaz (metafora)
dan matsal(perumpamaan).
f. hukum ilhahi yg sempurna:
Secara global. Persoalan ibadah umunya
diterangkan secara global, sedangkan perinciannya
diserahkan kepada para ulama melalui ijtihad.
Secara terperinci. Hukum yang dijelaskan secara
rinci adalah dengan utang-piutang, makanan yang
halal dan haram,memelihara kehormatan wanita,
dan masalah perkawinan.
g. ketelitian redaksinya:
a. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata
dengan antonimnya,ex:
1) Al-hayah dan al-maut, masing-masing145 kali
2) An-Naf dan al-Madharah, masing-masing 50
kali.
3) Al-Har dan al-Bard, 4 kali.
4) Ash-shalihat dan as-sayyi’at, 167 kali.
5) Ath-Thuma’ninah dan al-Dhia, 13 kali
b. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan
sinonimnya/makna yang dikandungnya;
1) Al-harts dan az-zira’ah (membajak/bertani), 14
kali.
2) Al-ushb dan adh-dhurur (membagakan
diri/angkuh), 27 kali
3) Adh-dhalum dan al-mawta (orang sesat/mati
jiwanya), 17 kali.
4) Al-Qur’an, al-wahyu, al-Islam, 70 kali
5) Al-aql dan an-nur (akal dan cahaya), 49 kali.
c. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata
dengan jumlah bilangan kata yang menunjukkan
akibatnya;
1) Al-infaq dengan ar-ridha, 73 kali.
2) Al-bukhl (kekikiran) dengan al-hasarah
(penyesalan), 12 kali.
3) Al-kafirun dengan an-nar/al-ahraq
(neraka/pembakaran), 154 kali.
d. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata
dengan
kata penyebabnya;
1) Al-israf (pemborosan) dengan as-su’rah
(ketergesaan),23 kali.
2) Al-maq’izhah (nasiat/petuah) dengan al-ihsan,
25 kali.
3) Al-isra’ (tawanan) dengan al-harb (perang), 6
kali.
4) As-salam (kedamaian) dengan at-hayyibat
(kebijakan), 60 kali.
e. berota tentang hal gaib:
Sebagian ulama mengatakan bahwa mukjizat al-
Qur’an itu adalah berita gaibin Firaun, yang
mengejar-ngejar Nabi Musa diceritakan dalam
surat Yunus : 92.Cerita peperangan Romawi
dengan Persia yang dijelaskan dalam surat Al-
Rum : 1-5.
f. isyarat-isyarat ilmiah:
a.Cahaya matahari bersumber dari dirinya dan
cahaya bulan merupakan pantulan. Qs. Yunus : 5
b. Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat
menyesakan nafas. QS. Al-An’am : 125
c. Perbedaan sidik jari manusia,QS. Al-Qiyamah
4
d. Aroma/bau manusia berbeda-beda, QS. Yusuf:
94
g. faedah pembahasan ijaz:
1. Dengan mempelajari I’jaz al-Qur’an akan
semakin menambah keimanan.
2. Dengan mempelajari I’jaz al-Qur’an akan
semakin memperkaya khasanah keilmuan.
3. Menjaga kebenaran al-Qur’an dari orang-orang
yang ingin melemahkan al-Qur’an.
4. Membuktikan kebenaran al-Qur’an pada
musuh-musuh islam yang memandang remeh
terhadap al-Qur’an.

 AMTSAL AL-QURAN (K)


Amtsal Al-Qur'an merupakan salah satu cara
untuk menyampaikan pesan-pesan ilahiyah yang
terdapat dalam Al-Qur'an. Pada dasarnya amtsal
Al-Qur'an bertujuan untuk mengeluarkan sesuatu
yang masih samar kepada sesuatu yang jelas.
Sehingga manusia dapat menangkap apa yang
dimaksut dariayat-ayat tersebut.
Macam-macam Amtsal AL-Qur’an:
-Amtsal Musharrahah,Amtsal kaminah,Amtsal
mursalah
Manfaat Amtsal Al-Qur’an
-Menampilkan sesuatu yang abstrak
-Menyingkap makna yang sebenarnya dan
memperlihatkan hal yang gaib melalui paparan
yang nyata
-Menghimpun arti yang indah dalam ungkapan
yang singkat
-Menjauhkan seseorang dari sesuatu yang tidak
disenangi.
-Memberikan pujian kepada pelaku.

Contoh-contoh amtsal al-qur’an


-Perumpamaan tentang orang kafir dalam QS. Al-
Baqarah ayat 171
-Perumpamaan tentang orang munafik dalam QS.
Al-Ankabut ayat 41
-Perumpamaan orang mukmin dalam QS. Hud
ayat 24
-Perumpamaan orang yang menafkahi harta
dalam QS.Al-Baqarah ayat 261
-Perumpamaan penciptaan Nabi Isa dalam QS.
Ali Imran ayat 59
-Perumpamaan kehidupan dunia dalam QS.
Yunus ayat 24
-Perumpamaan surga dalam QS. Ar-Ra’ad ayat
35
-Perumpamaan cahaya Allah dalam QS. An-Nur
ayat 35.

 TAFSIR,TAWIL,DAN TARJAMAAH (M)


A.Pengertian Tafsir
Tafsir berasal dari kata fassara-yufassiru-tafsiran
yang berarti keterangan, penjelasan atau uraian.
Sedangkan menurut istilah, ada beberapa ulama’
yang mengemukakan :
a. Menurut al-Jurjani, tafsir adalah menjelaskan
makna ayat keaaannya, kisahnya, dan sebab yang
karenanya ayat diturunkan, dengan lafadz yang
menunjukkan kepadanya dengan jelas sekali.
b. Menurut az-Zarkazyi, ialah suatu pengetahuan
yang dengan pengetahuan itu dapat dipahamkan
kibullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW menjelaskan maksud-
maksudnya mengeluarkan hukum-hukumnya dan
hikmahnya.
c. Menurut al-Kilbyi ialah mensyarahkan al-
qur’an, menerangkan maknanya dan menjelaskan
apa yang dikehendakinya dengan nashnya atau
dengan isyaratnya ataupun dengan najwahnya.
d. Menurut Syeikh Thorir, ialah mensyarahkan
lafad yang sukar difahamkan oleh pendengan
dengan uraian yang menjelaskan maksud dengan
menyebut muradhifnya atau yang mendekatinya
atau ia mempunyai petunjuk kepadanya melaui
suatu jalan (petunjuk).
Macam-macam Tafsir:
Tafsir Bil Ma’tsur adalah cara menafsirkan ayat-
ayat al-Qur’an yang bersumber dari nash-nash,
baiknash al-Qur’an, sunnah Rasulullah saw,
pendapat (aqwal) sahabat, ataupun perkataan
(aqwal) tabi’in. Tafsir Bil Ar Ra’yi Yaitu
penafsiran Al-Qur’an berdasarkan rasionalitas
pikiran (ar-ra’yu), dan pengetahuan empiris
(ad-dirayah). Tafsir jenis ini mengandalkan
kemampuan “ijtihad” seorang mufassir dan tidak
berdasarkan pada kehadiran riwayat-riwayat (ar-
riwayat).
B.Takwil
Pengertian takwil secara bahasa berasal dari kata
aul yang berarti kembali pada asalnya. Sebagian
ulama yang berpendapat bahwa pengertian takwil
muradif yaitu menerangkan (al-bayan) dan juga
berarti menjelaskan sesuatu (al-idhah).
Syarat Ta’wil
Menurut Wahbah az-Zuhaili yaitu: Lafal yang
ditakwil harus muhtamil (mempunyai
kemungkinan arti lain) walaupun arti itu jauh
dari arti yang sebenarnya. Asalkan bukan arti
yang garib (asing) sama sekali
b. Takwil harus didasarkan pada dalil atau
indikasi yang sah dan dalil tersebut harus lebih
kuat daripada makna lahiriah lafal
c. Takwil tersebut harus termasuk salah satu
makna yang dikandung oleh lafal yang
dipalingkan maknanya
d. Orang yang menakwil adalah orang yang
mempunyi otoritas dan kompetensi untuk itu
sehingga dalam melakukan takwil sesuai dengan
ketetapan bahasa atau kebiasaan syara’.
C. tarjamah
menurut Abu al-Yaqzan terjemah adalah
memindahkan suatu pembicaraan dari suau
bahasa ke bahasa yang lain dengan tidak
menerangkan makna asal dari pembicaraan itu
tadi.
Macam-macam Terjemah:
a. Terjamah Harfiyah: memindahkan kata-kata
dari suatu bahasa yang sinonim dengan bahasa
yang lain yang susunan kata yag diterjemahkan
sesuai dengan kata-kata yang menerjemahkan,
dengan syarat tertib bahasanya.
b. Terjemah Tafsiriah atau Maknawiyah:
menjelaskan maksud kaliamat (pembicaraan)
dengan bahasa yang lain tanpa keterikatan dengan
tertib kalimat aslinya atau tanpa
memperhatikan susunannya.
Syarat Dalam Menerjemahkan:
a. Penerjemah benar-benar megetahui dan
menghayati kedudukan dan aspek-aspek kedua
bahasa yaitu bahasa asal dan bahasa terjemah
b. Penerjemah mengetahui pola kalimat dan ciri
khas kedua bahasa
c. Bahasa terjemah memenuhi semua makna dan
maksud yang ada ada bahasa asal d. Bahasa
pertama tidak boleh melekat pada bahasa
terjemah lagi.
D. Perbedaan Tafsir dan Takwil
Menerangkan makna ayat melalui pendekatan
riwayah
Menerangkan makna ayat melalui pendekatan
dirayah (pengetahuan)
Menerangkan makna yang tersurat
Menerangkan makna yang tersirat

Menerangkan makna kalimat, baik makna


haqiqi maupun makna majazinya
Menerangkan makna batin atau hakikat yang
Dikehendaki
Berhubungan dengan makna ayat yang biasa
Saja
Berhubungan dengan makna ayat yang suci
Penjelasan makna dalam tafsi telah diberikan
oleh Al-Qur’an sendiri
Penjelasan makna dalam takwil diperoleh
Melalui
e. Perbedaan Tafsir dengan Terjemah
-Selalu ada keterkaitan dengan bahasa
asalnya dan tidak selalu terjadi
perpindahan bahasa.
Terjadi perpindahan bahasa dari bahasa
pertama kedalam bahasa terjemah dan
bahasa pertama tidak melekat pada bahasa
terjemah.
-Harus dilakukan apabila usaha
menerangkan makna ayat baru dapat
dicapai dengan penguraian secara meluas.
Tidak boleh menguraikan melebihi
perpindahan bahasa.
-Pengakuan didapatkan dari orang yang
sepaham dengan yang membaca hasil
penafsiran.
Penerjemah diakui sudah melakukan
-penerjemahan apabila ia berhasil
memindahkan makna bahasa yang
pertama kedalam bahasa terjemah.
Persamaan Tafsir, Takwil dan Terjemah

Persamaan dari tafsir, takwil dan terjemah yaitu


ketiganya sama-sama menerangkan makna ayat-
ayat Al-Qur’an dan ketiganya sama-sama sebagai
sarana yang dapat dilakukan untuk memahami
Al-Quran
1. Tafsir menjelaskan makna ayat yang kadang-kadang
panjang lebar, lengkap dengan penjelasan hokum dan
hikmah yang dapat diambil dari ayat tersebut yang
seringkali disertai dengan kesimpulan kandungan
ayatnya.2. Takwil mengalihkan lafal ayat Al-Qur’an dari
ati yang lahir dan rajah kepada arti yang lain yang
samar3. Terjemah hanya mengubah kata dari bahasa arab
kedalam bahasa lain tanpa mengubah kandungannya.

 FAWATIH AS-SUWAR (I)


A.Pengertian
Dari segi bahasa, fawatih al suwar terdiri dari dua
kata, yaitu fawatihun (‫ )فواتح‬dan suwarun (‫)سور‬.
Fawatihun (‫ )فواتح‬adalah bentuk jama dari mufrad
fatihun ( ‫ )فاتح‬yang artinya adalah pembuka.
Sedangkan suwarun (‫ )سور‬adalah bentuk jama’ dari
mufrad suratun (‫)سورة‬. Dari
arti dua kata pembentuk tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa fawatih as-suwar adalah pembuka-
pembuka atau awal dari surah-surah al-Quran.

B.Macam macam alwatih alsuwar


1. Istiftah bi al-Tsana’ yaitu Pembukaan dengan
memakai pujian kepada Allah. Contoh :Yang
menggunakan lafal hamdalah seperti surat
Al-Fatihah, Al-An’am, Al-Kahfi.
2. Istiftah bi al-Huruf al-Muqatta’ah yaitu Pembukaan
dengan memakai huruf huruf hijaiyyah yang terputus-
putus. Contoh :Dengan satu huruf yang terdapat
dalam tiga surah, yaitu QS. Shad,QS. Qaaf, QS. Al-
Qalam
3. Istiftah bi al-Nida’ yaitu Pembukaan dengan
memakai kata-kata panggilan atau seruan.
Contoh :Panggilan yang ditujukan kepada
Nabi SAW pada QS Al-Ahzab,QS.Thalaq, QS.
Tahrim.
4. Istiftah bi al-Jumalal-Khabariyyah (Pembukaan
dengan memakai kalimat berita). Contoh:Jumlah
Ismiyyah yang menjadipembukaan dalam sebelas
surah yaitu QS. At-Taubah, QS. An-Nur,QS. Al-
Zumar, QS. Muhammad,QS. Al-Fath, QS. Ar-
Rahman, QS.Al-Haqqah, QS. Nuh, QS. Al-Qadr,QS.
Al-Qari’ah, QS. Al-Kautsar.
5. Istiftah bi al-Qasam (Pembukaan dengan memakai
kata-kata sumpah). Contoh :Sumpah dengan benda-
benda angkasa, yakni pada QS.Al-Najm, QS. Al-
Shaffat, QS.Al-Buruj.
6. Istiftah bi al-Syart yaitu Pembukaan dengan
memakai kata-kata syarat. Contoh:Syarat yang masuk
dalam jumlah Ismiyah.
7. Istiftah bi al-Amr yaitu Pembukaan dengan
menggunakan kata kerja perintah. Contoh :QS.
Al-’Alaq, QS. Al-Jin, QS.Al-Kafirun, QS. Al-Ikhlas,
QS.
Al-Falaq, QS. Al-Nas
8. Istiftah bi al-Istifham yaitu Pembukaan dengan
pertanyaan. Contoh:Bentu pertanyaan dengan kalimat
positif, dipakai dalam beberapa surah, yaitu: QS. Al-
Insan, QS.Al-Naba’, QS. Ghasyiyah
9. Istiftah bi al-Du'a’ yaitu Pembukaan dengan doa.
Contoh :QS. Al-Muthaffifin, QS.Al-Humazah, QS. Al-
Lahab.
10. Istiftah bi al-Ta'lil yaitu Pembukaan dengan alasan
Contoh:QS. Al-Quraisy.
c. Kedudukan Fawatih Al-Suwar dalam Al-Qur’an
yakni Pertama, pertama ulama yang memahaminya
sebagai rahasia yang hanya diketahui oleh Allah. As-
Suyuti memandang pendapat ini sebagai pendapat
yang mukhtar (terpilih). Kedua , pendapat yang
memandang huruf-huruf di awal surat-surat ini sebagai
huruf-huruf yang mengandung pengertian yang dapat
dipahami oleh manusia.

Para mufassir berpendapat bahwa huruf muqatha’ah


dalam Al-Qur’an, termasuk ayat mutasyabihat, yang
tidak dapat diketahui makananya (yang tersirat)
kecuali hanya oleh Allah SWT. Sedangkan menurut
Ulama’ tasawuf berpendapat bahwa fawatihus Suwar
adalah huruf-huruf yang tepotong-potong yang
masing-masing diambil dari nama Allah, atau yang
tiap-tiap hurufnya merupakan penggantian dari suatu
kalimat yang berhubungan dengan yang sesudahnya
atau huruf itu menunjukkan kepada maksud yang
dikandung oleh surat yang surat itu dimulai dengan
huruf-huruf yang terpotong-potong.

 AL-MUHKAM WAL MUTASYABIHI (H)


A.Pengertian muhkan dan mutasyabihih
Kata muhkam secara etimologis, merupakan
bentuk ubahan  dari kata ihkam yang artinya urusan
itu baik atau pokok.
Sedangkan muhkam ialah sesuatu yang dikokohkan,
jelas, fasih, indah dan membedakan antara yang hak
dan yang bathil.
Sedangkan Menurut istilah Muhkam yang
artinya dapat diketahui dengan jelas dan kuat secara
berdiri sendiri tanpa dita’wilkan karena susunan
terbitnya tepat, dan tidak musykil, karena
pengertiannya masuk akal, sehingga dapat
diamalkan karena tidak dinasakh.
Kata Mutasyabihih berasal dari kata tasyabuh, yang
secara bahasa berarti keserupaan dan kesamaan
yang biasanya membawa kepada kesamaran antara
dua hal.
Sedangkan secara terminoligi Mutasyabih berarti
ayat-ayat yang belum jelas maksudnya, dan
mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau
maknanya yang tersembunyi, dan memerlukan
keterangan tertentu, atau hanya Allah yang
mengetahuinya
b. Sebab sebab terjadinya tasyabuh dalam al-
qur’an :a. Ketersembunyian pada lafal
b. Ketersembunyian pada makna
c. Ketersembunyian pada lafal dan makna
sekaligus.
c. Macam-macam Ayat Mutasyabih:
1. Ayat-ayat mutasyabih yang tidak dapat
diketahui oleh seluruh umat manusia, atau
kecuali Allah SWT. 2. Ayat-ayat mutasyabih
yang dapat diketahui maksudnya oleh semua
orang. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan
pembahasan dan pengkajian/penelitian yang
mendalam. 3.  Ayat-ayat mutasyabih yang
hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan
sains, bukan semua orang.
D.Hikmah Diturunkannya Ayat-ayat
Mutasyabihih
1. Menambah pahala,karena adanya ayat
mutasyabihat mengharuskan penambahan daya dan
upaya mengungkap maksudnya.2. Supaya tumbuh
berkembang ilmu ilmu baru.dengan adanya ayat
mutsyabihat untuk memahami,untuk memahaminya
perlu metode tafsir dan tarjih antara satu dengan
lainnya.3. Agar terpenuhi kebutuhan segala lapisan
objek da’wah.4. Memudahkan orang dalam
memahami al-quran.
Subhi Al-Shalih membedakan pendapat para ulama ke dalam
dua mazhab, yaitu:
1.   Mazhab Salaf
Yaitu orang-orang yang mempercayai dan mengimani sifat-
sifat mutasyabihat ini dan menyerahkan hakikatnya kepada
Allah sendiri.
2.   Mazhab Khalaf
Yaitu orang-orang yang mentakwilkan (mempertangguhkan)
lafal yang mustahil dzahirnya kepada makna yang layak
dengan zat Allah. 

Anda mungkin juga menyukai