Disusun oleh :
UNIVERSITAS TERBUKA
APRIL 2021
LEMBAR KERJA LAPORAN PRAKTIKUM IPA SD
PDGK4107 MODUL 4
GERAK
NAMA : IIS NURSIAH
NIM : 855763202
UPBJJ : 18 / PALEMBANG
c. Landasan Teori
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar seseorang yang mempunyai
sepeda motor, mengatakan bahwa ia mengendarai sepeda motornya mencapai kecepatan 110
tanpa menyebutkan satuannya. Maka dari angka tersebut adalah laju yang dicapai pada saat
motor berlari yaitu 110 km/ jam. Untuk menghindari salah konsep dalam hal tersebut perlu
eksperimen mengenai “kecepatan” dalam bentuk Gerak Lurus Beraturan (GLB).
Gerak Lurus Beraturan (GLB) adalah gerak lurus suatu obyek dimana dalam gerak
ini kecepatannya tetap atau tanpa percepatan, sehingga jarak yang ditempuh dalam gerak
lurus beraturan adalah kelajuan kali waktu. Suatu benda dikatakan melakukan gerak lurus
beraturan jika kecepatannya selalu konstan. Kecepatan konstan artinya besar kecepatan alias
kelajuan dan arah kecepatan selalu konstan. Karena besar kecepatan alias kelajuan dan arah
kecepatan selalu konstan maka bisa dikatakan bahwa benda bergerak pada lintasan lurus
dengan kelajuan konstan.
Misalnya sebuah mobil bergerak lurus ke arah timur dengan kelajuan konstan 10
m/s. Ini berarti mobil bergerak lurus ke arah timur sejauh 10 meter setiap sekon. Karena
kelajuannya konstan maka setelah 2 sekon, mobil bergerak lurus ke arah timur sejauh 20
meter, setelah 3 sekon mobil bergerak lurus ke arah timur sejauh 30 meter… dan
seterusnya.sehingga bisa dikatakan bahwa arah kecepatan mobil = arah perpindahan mobil
= arah gerak mobil. Gerak lurus beraturan dapat dirumuskan sebagai berikut :
S = V.t (dimana S = jarak tempuh (m) ; V = kecepatan (m/s) ; T = waktu (m).
d. Prosedur Percobaan
1. Rakitlah alat dan bahan seperti tampak pada gambar 4.8 dibawah ini.
Gambar 4.8
Sumber: https://id.images.search.yahoo.com
2. Usahakan agar beban tambahan m tertinggal di ring pembatas bila M1 turun dan M2 naik.
3. Tandai ketinggian beban tambahan (m) mula-mula sama tinggi dengan titik A.
4. Ukur panjang BC
5. Biarkan system bergerak m+M1 turun dan M2 naik. Catat waktu yang diperlukan M1 untuk
bergerak dari B ke C
6. Ulangi percobaan sampai 5 kali dengan jaarak BC yang berbeda-beda (tinggi A tetap, B
tetap, C berubah).
7. Catat datanya pada tabel pengamatan.
e. Hasil Pengamatan
Dari hasil pengamatan pada gerak lurus beraturan (GLB) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Table 4.5
Hasil pengamatan Gerak lurus beraturan (GLB)
No. Jarak BC s(m) Waktu t(sek)
Dari hasil pengamatan pada table diatas maka didapat grafik fungsi hubungan antara jarak (s) dan
waktu (t) dimana (s sumbu vertical dan t sumbu horizontal)
0.2
Jarak (m)
0.15
0.1
0.05
0
0.1 0.15 0.25 0.38 0.51
Waktu (detik)
Kemudian dari hasil pengamatan diatas dapat menghitung kecepatan benda pada persamaan
V=s/t
•
f. Pertanyaan-pertanyaan
1. Buatlah grafik hubungan antara jarak (s) sebagai fungsi waktu (t) berdasarkan data
percobaan GLB (s sumbu vertical dan t sumbu horizontal).
Jawab:
v = S/t
3. Buatlah kesimpulannya?
Jawab:
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak suatu benda yang lintasannya berupa garis lurus
dengan kecepatan tetap atau konstan. Dengan beban yang sama beratnya, makin dekat
jaraknya makin cepat pula waktu yang diperlukan.
g. Pembahasan
Gerak Lurus Beraturan (GLB) merupakan gerak suatu benda pada lintasan
lurus dengan kecepatan yang konstan (tetap). Pada kehidupan sehari- hari, gerak
ini dapat kita temui pada gerak kereta api di lintasan lurus yang melaju dengan
kecepatan konstan. Karena GLB memiliki kecepatan yang konstan, maka tidak ada
percepatan yang terjadi, atau percepatannya adalah sama dengan nol. Sehingga
dapat ditulis sebagai berikut:
v =
konstan
a=0
Dari hasil pengamatan yang sudah dilakukan, dapat diketahui bahwa pada gerak
lurus beraturan (GLB) suatu benda, semakin jauh jaraknya maka semakin lama waktu yang
dibutuhkan untuk bergerak dan begitu sebaliknya, dengan beban yang sama beratnya,
semakin dekat jaraknya, semakin cepat pula waktu yang diperlukan.
h. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan, dapat disimpulkan bahwa :
Setelah melakukan percobaan dan di lihat dari data pengamatan tersebut dapat
diketahui bahwa pada gerak lurus beraturan (GLB) suatu benda, semakin jauh jaraknya maka
semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bergerak. Maka gerak lurus beraturan adalah
gerak suatu benda yang menempuh lintasan lurus dan bergerak dengan kecepatan tetap atau
tidak ada terjadi perubahan kecepatan terhadap waktu sehingga percepatannya adalah Nol.
Serta analisis grafik dapat pula disimpulkan nahwa jarak tempuh berbanding lurus dengan
waktu tempuh.
i. Daftar Pustaka
Maghfiroh, H (2019). Laporan Praktikum GLB. http://www.ilmiahku.com/2019.html
(diakses tanggal 25 Mei 2021)
Rumanta, Maman dkk. 2014. Materi Pokok Praktikum IPA di SD. Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka.
Satrio, A. (2016). Modul 4 Praktikum IPA di SD.
http://users.rcn.com//BiologyPages/S/GLB.html (diakses tanggal 25 Mei 2021)
Dalam Penyusunan Laporan Praktikum Yang Telah Dilakukan Penulis Merasa Banyak
Kekurangan Dalam Penyusunan Laporan praktikum ini. Oleh Sebab Itu Penulis
Membutuhkan Kritik Dan Saran Yang Membangun Dari Pembaca. Guna Terciptanya
Penyusunan Laporan Praktikum Yang Lebih Baik Dikemudian Hari. Dalam Melaksanakan
Kegiatan Praktikum gerak lurus beraturan (GLB) pada modul ini.
k. Lampiran
FOTO PENGAMATAN GERAK LURUS BERATURAN
(GLB)
Foto persiapan Praktikum Menyiapkan alat dan bahan
percobaan
a. Tujuan
2. Stopwatch
3. Penggaris
6. Benang Kasur
7. Plastisin
8. Beban tambahan
c. Landasan Teori
Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak suatu benda pada lintasan garis lurus
dengan percepatan nol. Hal- hal yang perlu dipahami dalam GLBB:
Oleh karena perubahan kecepatan ada 2 macam, maka GLBB juga dibedakan
menjadi dua macam yaitu : GLBB dengan dan GLBB , bila percepatan searah
dengan kecepatan benda maka pada benda mengalami percepatan, jika percepatan
berlawanan arah dengan kecepatan maka pada benda mengalami perlambatan.
1
a > 0; x = + at2 a < 0; x = + 1
at2
2 2
Gerak Jatuh Bebas ini merupakan Gerak Lurus Berubah Beraturan tanpa
kecepatan awal ( ), dimana percepatannya disebabkan karena gaya tarik bumi dan
disebut percepatan grafitasi bumi ( ).
Misal Suatu benda dijatuhkan dari suatu ketinggian tertentu, maka:
Rumus GLBB :
d. Cara Kerja
1. Susun alat seperti pada gambar
2. Tentukan dan ukur jarak AB dan BC (usahakan AB > BC)
e. Hasil Pengamatan
Table 2
No Beban (gr) S.AB (cm) t.AB (sek) S.BC (cm) t.BC (sek)
1 100 gr 50 0,56 15 0,08
2 100 gr 45 0,48 20 0,16
3 100 gr 40 0,40 25 0,24
4 100 gr 35 0,32 30 0,32
5 100 gr 30 0,24 35 0,48
No Beban (gr) S.AB (m) t.AB (sek) S.BC (m) t.BC (sek)
1 100 gr 0,5 0,56 0,15 0,08
2 100 gr 0,45 0,48 0,2 0,16
3 100 gr 0,4 0,40 0,25 0,24
4 100 gr 0,35 0,32 0,3 0,32
5 100 gr 0,3 0,24 0,35 0,48
Grafik hubungan antara jarak AB sebagai fungsi waktu pada percobaan GLBB
f. Pertanyaan – Pertanyaan
1. Buatlah grafik hubungan antara jarak AB (SAB) sebagai fungsi
waktu (t.AB) pada percobaan GLBB ?
2. Buatlah kesimpulannya ?
3. Jelaskan perbedaan antara grafik GLBB dengan percobaan GLB (S fungsit)
Jawaban
1. Grafik hubungan antara Jarak SAB sebagai fungsi waktu tAB pada GLBB
2. percepatan benda berdasarkan grafik
g. Pembahasan
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) merupakan gerak suatu benda pada
lintasan lurus dengan percepatan yang konstan (tetap). Pada kehidupan sehari- hari,
gerak ini dapat kita temui pada gerak mobil di lintasan yangberkelok- kelok dan
melaju dengan percepatan konstan. Karena GLBB memiliki percepatan yang
konstan.
Setelah melakukan percobaan dan di lihat dari data pengamatan tersebut dapat
diketahui bahwa pada gerak lurus berubah beraturan (GLBB) suatu benda, Jarak tidak
mempersoalkan ke arah mana benda bergerak. sebaliknya perpindahan tidak mempersoalkan
bagaimana lintasan suatu benda yang bergerak. Perpindahan hanya mempersoalkan
kedudukan, awal dan akhir benda itu. Waktu tempuh dipengaruhi oleh panjang lintasan;
semakin pendek suatu lintasan, waktu yang dibutuhkan semakin sedikit, dan sebaliknya jika
jarak lintasannya semakin jauh waktu yang dibutuhkan semakin besar.
h. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa:
i. Daftar Pustaka
Rumanta, Maman dkk. 2014. Materi Pokok Praktikum IPA di SD. Tangerang
Selatan : Universitas Terbuka
Campbell, Neil A, dkk. 2002. Biologi Jilid III. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Muslimin, dkk. 2016. Konsep Dasar Ipa 2. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Puspita, Diana dan Iip Rohima. 2009. Alam Sekitar Terpadu Kelas 8. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
j. Kesulitan yang di alami : Saran dan masukan
1. Kesullitan
Dalam melakukan kegiatan praktikum tidak ada kesulitan yang dialami.
2. Saran dan Masukan
Dalam penyusunan laporan praktikum yang telah dilakukan penulis merasa banyak kekurangan
dalam penyususnan laporan praktikum ini. Oleh sebab itu penulis membutuhkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca. Guna terciptanya penyusunan laporan praktikum yang
lebih baik dikemudian hari. Dalam melaksanakan kegiatan praktikum gerak lurus beraturan
(GLBB) pada modul ini.
k. Lampiran
LAPORAN PRAKTIKUM IPA SD
KEGIATAN PRAKTIKUM : GELOMBANG
Disusun oleh :
UNIVERSITAS TERBUKA
APRIL 2021
c. Landasan Teori
Perkembangan sains dan teknologi yang semakin pesat serta usaha-usaha untuk
mengatasi dampak-dampak negatifnya di dalam kehidupan menuntut dunia pendidikan
dan pengajar sains untuk lebih berkembang, termasuk pendidikan dan pengajaran
fisika.Fisika diperoleh melalui kerja sama antara pengalaman empiris dan pemikiran
teoritis rasional. Fisika merupakan salah satu cabang dari sains yang mempelajari struktur
materi dan saling antar aksinya serta penggunaan nya dalam kehidupan. Jadi fisika
memilih objek hubungan timbal balik antara zat dan energi.Di dalam fisika kita
menemukan banyak sekali besaran. Besaran merupakn sesuatu yang dapat diukur dan atau
dapat dihitung. Besaran-besran itu selalu dapat dinyatakan dalam kuantitas, sehingga fisika
tidak terlepas dari persoalan mengukur dan menghitung. Akibatnya matematika dalam
fisika memegang peranan yang sangat penting.Fisika berkembang didukung oleh
perkembangan teknologi, demikian pula sebaliknya teknologi bekembang didukung oleh
perkembangan fisika.
Ketika sedang menikmati ombak lautan di pantai, maka kita merasakan gerak
gelombang. Riak-riak di kolam, bunyi musik yang dapat kita dengar, bunyi lain yang
tidak dapat kita dengar, dan lain sebagainya adalah phenomena globing. Globing dapat
terjadi apabila suatu sistem diganggu dari posisi kesetimbangannya dan bila gangguan itu
dapat merambat atau berjalan dari satu daerah sistem itu ke daerah sistem lainnya.
Gelombang penting artinya dalam semua cabang ilmu fisika. Dan sesungguhnya konsep
gelombang merupakan salah satu benang pemersatu yang paling penting yang melintasi
seluruh struktur ilmu pengetahuan alam.
Gelombang terjadi karena adanya sumber getaran yang bergerak terus menerus.
Ada enam gejala umum gelombang, yaitu pemantulan, pembiasan, dispersi, interferensi,
dan polarisasi.Dengan mengamati arah rambat gelombang terhadap arah getarnya,
gelombang dikelompokkan atas: gelombang transversal dan gelombang longitodinal.
Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambatnya tegak lurus terhadap arah
getarnya, sedangkan gelombang longitodinal adalah gelombang yang arah rambatnya
searah dengan arah getarnya.
Dengan mengamati perlu atau tidaknya medium perambatan gelombang,
gelombang dikelompokkan menjadi: gelombang mekanik dan gelombang
elektromagnetik. Gelombang mekanik adalah gelombang yang didalam perambatannya
memerlukan medium perantara. Hampir semua gelombang merupakan gelombang
mekanik.Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang didalam perambatannya
tidak memerlukan medium perantara. Contoh : sinar gamma (γ), sinar X, sinar ultra violet,
cahaya tampak, infra merah, gelombang radar, gelombang TV, gelombang radio.
d. Prosedur Percobaan
a. Ambil slinki rentangkan di atas lantai yang licin. Ikat salah satu ujung slinki pada
tiang yang cukup kokoh untuk menahannya atau dipegang oleh teman anda. Ujung
yang lain dipegang sendiri.
b. Usiklah ujung slinki yang anda pegang itu dengan cara menggerakkan ujung slinki
dengan cepat ke kiri lain ke kanan seperti pada gambar berikut. Amati gelombang
yang terjadi pada slinki ? Apa gelombang itu ?
c. Usik lagi ujung slinki berulang – ulang seperti langkah b. amati arah getar (arah
usikan) dan arah rambat gelombang. Gelombang yang terjadi ini disebut gelombang
transversal. Bagaimana arah getar dan arah rambat gelombang tranversal itu ?
d. Ikatkan karet gelang ditengah-tengah slinki. Lalu usik lagi ujung slinki yang anda
pegang berulang – ulang. Amati karet gelang tersebut, ketik gelombang berjalan, ikut
berpindahkan karet gelang tersebut ? Adakah energi yang merambat melalui pegas ?
Jik ada, dari manakah asalnya ?
e. Lakukan percobaan dari langkah a sampai dengan d sekali lagi. Kali ii slinki diganti
kabel listrik. Samakah hasilnya dengan menggunakan slinki. Jika ada perbedaannya,
sebutkan !
f. Ambil slinki, rentangkan di atas lantai yang licin ikat salah satu ujung pada tiang
yang cukup kokoh atau dipegang dengan anda. Ujung yang lain dipegang sendiri.
Usiklah ujung slinki yang anda pegag berulang-ulang dengan cara menggerakkan
ujung slinki dengan cepat ke belakang lain ke depan seperti gambat berikut. Amati
arah getar (arah usikan) dan arah rambat gelombang – gelombang yang terjadi
disebut gelombang longitudinal. Bagaimanakah arah getar dan arah rambat
gelombang longitudinal tersebut ?
g. Apa perbedaan antara gelombang tranversal dan gelombang longitudinal ?
e. Hasil Pengamatan
1. Jenis – jenis gelombang
- Pada saat slinki diusik dengan cara menggerak-gerakkan ujung slinki, terlihat adanya suatu
rambatan atau gelombang.
- Percobaan dilakukan beberapa kali sampai dapat diamati dan dilihat arah usikan dan rambat
gelombangnya. Ternyata arah usikan tegak lurus dengan arah rambatannya. Hal demikian
disebut gelombang transversal, yakni gelombang yang arah getarannya tegak lurus pada
arah rambatan gelombangnya.
- Percobaan slinki diganti dengan kabel listrik. Langkahnya sama yaitu diberi usikan diujung
kabel, sedang ujung yang lain diikatkan pada tiang atau dipegang salah seorang teman.
Ternyata hasilnya berbeda dengan slinki. Bedanya adalah pada kabel listrik tidak muncul
gelombang. Pada saat diberi gelang dibagian tengah kabel, ternyata karet gelang tidak
berubah atau berpindah,berarti tidak ada energi pada kabel listrik tersebut.
- Percobaan kali ini slinki direntangkan diatas lantai,salah satu ujungnya diikat pada tiang
atau dipegang sendiri. Lalu ujung slinki diusik atau digerakkan berulang-ulang dengan
cepat kebelakang dan kedepan,seperti pada gambar berikut: Pada percobaan ini diamati arah
usikan dan rambatannya (gelombang).Ternyata arah usikan searah dengan arah
rambatannya. Maka gelombang ini dinamakan Gelombang Longitudinal.
- Perbedaan antara gelombang transversal dan gelombang longitudinal yaitu, Gelombang
transversal adalah gelombang yang memiliki arah rambat tegak lurus dengan arah getarnya.
Sedangkan Gelombang longitudinal adalah gelombang yang memiliki arah getar sejajar
dengan arah rambatnya.
- Bak air diisi air hampir penuh lalu dijatuhkan kerikil pada permukaan air,ternyata terjadi
gelombang dipermukaan yang bentuknya searah dengan arah rambatannya. Jika
diperhatikan gelombang yang mengenai sisi bak air maka dipantulkan kearah datangnya
gelombang (gelombang tranversal).
- Slinki direntangkan sejauh 1.5 m salah satu ujungnya diikatkan pada tiang (dijaga tetap dan
tidak bergeser) ujung yang lain dipegang. Ternyata yang terjadi adalah gelombang tersebut
dipantulkan kembali. Dan fase gelombang pantul sama dengan gelombang asalnya.
- Pada perambatan setangah panjang gelombang fase gelombang pantul dengan gelombang
asal adalah sama.
f. Pertanyaan-pertanyaan
g. Pembahasan
Pada kegiatan praktikum kali ini dapat diketahui bahwa pada saat slinki diusik dengan
cara mengerak-gerakkan ujung slinki, terlihat adanya suatu rambatan atau gelombang.
h. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Gelombang transfersal adalah gelombang yang arah getarannya tegak lurus
dengan arah rambatannya.
2. Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarannya searah dengan
arah rambatannya.
3. Perbedaan antara gelombang transfersal dan gelombang longitudinal terletak
pada arah rambatannya yaitu bila transfersal tegak lurus sedangkan longitudinal
searah rambatannya.
4. Salah satu sifat gelombang adalah dapat dipantulkan.
5. Fase gelombang pantul dengan gelombang asal adalah sama.
i. Daftar Pustaka
Hanum (2019). Laporan Gelombang. http://www.ilmiahku.com/2019/05 (diakses tanggal
26 Mei 2021)
Rumanta, Maman dkk. 2014. Materi Pokok Praktikum IPA di SD. Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka.
Dalam melakukan suatu percobaan, alat dan bahan-bahan yang akan digunakan harus
disiapkan dari jauh-jauh hari sebelum melakukan percobaan agar semua tujuan percobaan
tidak tergesa-gesa dan mendapatkan hasil yang baik.
k. Lampiran
FOTO PENGAMATAN JENIS DAN SIFAT PEMANTULAN GELOMBANG
Foto Praktikum
2. Gelombang Stationer
a. Tuiuan
1. Mengamati gelombang stasioner
2. Menjelaskan pengertian gelombang stasioner
3. Menjelaskan hal-hal yang menimbulkan gelombang stasioner
4. Menjelaskan pengaruh tegangan terhadap panjang gelombang
c. Landasan Teori
Gerak gelombang mucul hampir ditiap-tiap cabang fisika. Gelombang
mekanis berasal didalam pergeseran dari suatu bagian medium elastik dari
kedudukan normalnya. Sifat-sifat medium yang menentukan laju
sebuah gelombang medium tersebut adalah inersianya dan elastisitasnya. Kedua
faktor ini bersama-sama akan menentukan laju gelombang (Halliday & Resnick,
1999: 609).
Gerak gelombang dapat dipandang sebagai perpindahan energi dan
momentum dari satu titik di dalam ruang ke titik lain tanpa perpindahan materi.
Pada gelombang mekanik, seperti gelombang pada tali atau gelombang bunyi di
udara, energi dan momentum dipindahkan melalui gangguan dalam medium
(Tipler, 1998 : 471).
v= FT
m⁄L
Rumus ini secara kualitatif masuk akal dengan dasar mekanika newton. Kita
mengharapkan tegangan di pembilang dan massa per satuan waktu di
V =√F
μ
d. Prosedur Percobaan
1. Rangkai alat dan bahan (percobaan melde).
2. Hidupkan catu daya, geser pewaktu ketik ke arah katrol meja perlahan-lahan sampai timbul
gelombang stasioner pada tali. amati gelombang stasioner tersebut, terlihat
berjalankan?mengapa? terjadikah perpaduan gelombang pada gelombang stasioner
3. Ukur panjang gelombang (λ1) pada tali tersebut.
4. Matikan catu daya. ganti atau tambahkan beban sehingga menjadi 100 gram. hitunglah
tegangan tali (T) dengan 100 gram tersebut.
5. Hitupkan catu daya. geser-geser pewaktu ketik sehingga timbul kembali gelombang
stasioner pada tali itu. ukur panjang gelombang (λ2) pad tali tersebut.
6. Matikan catu daya. ganti atau tambah beban (T3) sehingga menjadi 125 gram. hitung
tegangan tali dengan beban 125 gram.
7. Hidupkan catu daya. Geser-geser pewaktu ketik sehingga timbul kembali gelombang
stasioner pada tali itu. ukur panjang gelombang pada tali tersebut.
8. Bandingkan panjang gelombang tstasioner λ1, λ2, λ3. bandingkan hubungan panjang
gelombang dengan tegangan tali.
e. Hasil Pengamatan
Pada saat rangkaian diujicoba/dinyalakan makan akan terjadi gelombang pada tali yaitu
bergetar naik turun. hasil pengamatan kami :
1. Panjang gelombang dengan beban 75 gram dan panjang tali 1,5 m menghasilkan
panjang gelombang λ1 = 1,5 gelombang atau tiga perut.
2. Panjang gelombang dengan beban 100 gram dan panjang tali 1, 5 m menghasilkan
panjang gelombang λ2 = 1 gelombang atau dua perut.3. Panjang
3. Gelombang dengan beban 125 gram dan panjang tali 1, 5 m menghasilakan panjang
gelombang λ3 = 0,5 gelombang atau satu perut.
f. Pertanyaan-pertanyaan
1. Jika sebuah batu dilemparkan kekolam, anda akan melihat gelombang berjalan dieprmukaan
air. Apakah yang berjalan dipermukaan air seperti yang anda lihat ? jelaskan !
2. Cahaya juga merupakan gelombang, dari jenis gelombang elektromagnetik. Berdasarkan sifat
gelombang itu, apa yang dirambatkan oleh cahaya ?
3. Perhatikan gambar berikut :
Seutas tali salah satu ujungnya diikatkan pada sebuah garputala. Ujung yang lain dari
tali tali diikatkan pada bang, kemudian garputala digetarkan terus menerus. Gambarlah
bentu gelombang yang terjadi pada tali tersebut.
4. Mengapa jika tegangan tali diubah, pewaktu ketik harus digeser untuk menimbulkan
gelombang ?
5. Pada setiap penambahan beban, anda memperoleh panjnag gelombang yang berbeda
panjangnya. Berubah jugakah frekuensi gelombang itu ? jelaskan jawaban and aitu !
6. Dalam percobaan melde berlaku :
7. Carilah frekuensi gelombang (sama dengan frekuensi pada pewaktu ketik) dari hasil percobaan
Melde yang telah anda lakukan
Jawab :
Jawaban :
1. Batu yang dilemparkan ke kolam menyebabkan terjadinya gelombang
dipermukaan air.Gelombang ini merupakan gelombang
transversal,karena arah getarannya tegak lurus terhadap arah
rambatannya.
2. Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik,maka cahaya merambatkan
partikel-partikel yang bermuatan positif dan negatif dengan frekuensi
gelombang pendek dan gelombangnya bergerak lurus kesemua arah.
3. Bentuk gelombang yang buat oleh tali sebagai berikut
4. hal itu dilakukan untuk menjaga elastisitas tali yang bisa menimbulkan
gelombang dengan daya tertentu.
5. Jika panjang gelombang berbeda, maka frekuansinya tetap atau sama.
6. Untuk frekuensi gelombang dalam percobaan Melde :
Diketahui :
a. m1 = 75 gram = 0,075 Kg
b. m2 = 100 gram = 0,1 kg
c. m3 = 125 gram = 0,125 kg
d.
Ditanya :
Penyelesaian
T = m. g
Untuk massa m1
Cari dulu tegangan tali ( T) dan (µ )
2
Untuk m2
Cari dulu tegangan tali ( T) dan (µ )
2
Untuk m3
Cari dulu tegangan tali ( T) dan (µ )
2
g. Pembahasan
Berdasaran praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Gelombang tali
yang terbentuk adalah gelombang stasioner. Di mana untuk memperoleh gelombang tali yang
stasioner menggunakan vibrator yang dihubungkan dengan catu daya yang nantinya akan
menggetarkan tali yang terpasang pada vibrator dan ujung satunya digantungkan dengan massa
beban melalui katrol. Pada saat catu daya dinyalakan maka vibrator bergetar sehingga akan
terbentuk gelombang. Kita perlu menggeser vibrator untuk memperoleh gelombang stasioner
yang baik.
Berdasarkan hasil analisis data untuk kegiatan maka didapatkan hasil yaitu :
1. Catu daya dipasang dengan tegangan 6 volt AC. massa beban gantung yang
digunakan 75 gram, 100 gram, dan125 gram. tegangan tali sama dengan
massa beban dibagi panjang tali
yaitu :
λ3 = 2l/n = 2(1,5)/3 = 1 m
5. Dari hasil pengamatan kami dapatkan banyak gelombang 1,5λ1, 1λ2, 0,5λ3.
artinya dapat membuktikan jika semgkin tegang tali maka panjang
gelombang semangkin kecil atau pendek
h. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Gelombang tali yang terbentuk adalah gelombang stasioner. Di mana untuk memperoleh
gelombang tali yang stasioner menggunakan vibrator yang dihubungkan dengan catu daya
yang nantinya akan menggetarkan tali yang terpasang pada vibrator dan ujung satunya
digantungkan dengan massa beban melalui katrol. Pada saat catu daya dinyalakan maka
vibrator bergetar sehingga akan terbentuk gelombang. Kita perlu menggeser vibrator untuk
memperoleh gelombang stasioner yang baik.
2. Cepat rambat gelombang berbanding lurus dengan akar kuadrat gaya tegangan tali.
Semakin besar tegangan talinya, maka semakin besar pula cepat rambat gelombangnya.
Begitupun sebaliknya, semakin kecil tegangan talinya maka semakin kecil pula cepat
rambat gelombangnya.
3. Cepat rambat gelombang berbanding terbalik dengan rapat massa tali. Semakin besar rapat
massa talinya, maka semakin kecil cepat rambat gelombang talinya. Begitupun sebaliknya,
semakin kecil rapat massa tali maka semakin besar cepat rambat gelombang talinya.
i. Daftar Pustaka
Andrews WA. Andrews BJ. Balconi DA, and Purcell NJ. (1983) Discovering Biological
Science. Ontario : Prentice-Hall, Canada Inc
Unknow (2012). Sekeping Episode Kehidupan. http://Laporan-gelombang stationer (diakses
tanggal 25 Mei 2021)
Hallida, David & Resnick. 1999. Fisika Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga Herman &
Asisten LFD. 2015. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 2. Makassar: Laboratorium Fisika
Jurusan Fisika FMIPA UNM.
Tipler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan teknik. Jakarta: Erlangga
Rumanta, Maman dkk. 2014. Materi Pokok Praktikum IPA di SD. Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka.
Dalam melakukan suatu percobaan, Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti dan
konsentrasi pada saat pengambilan data dan tidak terburu-buru agar data yang diperoleh tidak
salah- salah yang nantinya akan berpengaruh pada hasil praktikum.
k. Lampiran
LAPORAN PRAKTIKUM IPA SD
Disusun oleh :
UNIVERSITAS TERBUKA
APRIL 2021
LEMBAR KERJA LAPORAN PRAKTIKUM IPA SD
PDGK4107 MODUL 7
OPTIK “SIFAT CAHAYA”
NAMA : IIS NURSIAH
NIM : 855763202
UPBJJ : 18 / PALEMBANG
c. Landasan Teori
1. Sinar datang, sinar pantul dan garis normal, terletak pada sebuah bidang datar.
2. Sudut datang sama dengan sudut pantul
’
Gambar 1. merupakan gambar hukum pemantulan cahaya. Menurut hukum pertama, sd yang
merupakan sinar datang, sp yang merupakan sinar pantul, dan gn yang merupakan garis normal,
terletak pada sebuah bd yang merupakan bidang datar. Menurut hukum kedua, α yang
merupakan sudut datang sama besar dengan α’ yang merupakan
sudut pantul.
Sifat-sifat cahaya :
1. Cahaya merambat lurus.
e. Hasil Pengamatan
a. Pemantulan cahaya pada cermin datar
No i (derajat) r (derajat)
1. 30o 30o
2. 45o 45o
3. 60o 60o
4. 90o 90o
5. 120o
120o
1. 7 cm 14 cm
2. 10 cm 25 cm
3. 12 cm 27 cm
f. Pertanyaan-pertanyaan
1. Agar cermin cembung yang memiliki jarak fokus 20 cm dapat membentuk bayangan nyata pada
jarak setengah kali jarak bendanya, dimanakah benda harus diletakkan pada cermin cembung
tersebut!
2. Pada saat bayangan benda menghilang (tidak tampak) dalam cermin cekung, berarti bayangan
yang dibentuk cermin cekung ada di jauh tak terhingga (s’=~). Dengan menggunakan
persamaan (7.5) pada landasan teori tentukan jarak fokus cermin cekung!
3. Agar cermin cekung yang memiliki jarak fokus 10 cm dapat membentuk bayangan pada jarak
dua kali jarak bendanya, dimanakah benda harus diletakkan dari cermin cekung.
Jawaban :
1. Benda tersebut harus diletakkan pada 10 cm dari cermin cembung.
1
2. Jarak fokus = jarak benda dari cermin cekung tersebut. Atau s=f, sehingga 𝑠∙ = 0 dan 𝑠 ∙ =
Pada praktikum yang sudah dilakukan, maka didapatkan hasil bahwa ketika cahaya
mengenai permukaan yang licin seperti cermin datar, cahaya akan dipantulkan. Cermin
datar akan memantulkan sinar pada satu arah saja. Pemantulan cermin ini disebut
pemantulan teratur. Akan tetapi, jika cahaya megenai permukaan yang kasar, pemantulan
cahaya akan terhambur kesegala arah. Pemantulan cahaya seperti ini disebut pemantulan
baur (difus).
Pada pemantulan cahaya pada cermin datar, sinar datang kemudian memantul pada
cermin. Setelah dipantulkan, cermin tersebut juga menghasilkan sinar pantul. Sehingga, sinar
datang dan sinar pantul pada cermin datar adalah sama. Pada cermin datar, bayangan yang
dihasilkan sama dengan bendanya, baik itu dari bentuknya, ukurannya, maupun posisinya.
Pada pemantulan cahaya pada cermin cembung, bayangan yang dihasilkan lebih kecil dari
pada bendanya. Pada pemantulan cahaya pada cermin cekung, bayangan yang dihasilkan akan
menjadi 2 kali lebih besar daripada bendanya.
h. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
3. Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung lebih kecil dari pada bendanya
4. Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cekung 2 kali lebih besar daripada bendanya
i. Daftar Pustaka
c. Landasan Teori
Disaat seberkas cahaya mengenai sebuah permukaan bidang batas yang memisahkan
dua medium berbeda ,seperti misalnya sebuah permukaan udara kaca, energi cahaya tersebut
di pantulkan dan memiliki medium kedua, perubahan arah dari sinar di transmisikan tersebut
disebut pembiasan. Gelombang yang di transmisikan adalah hasil interferensi dari gelombang
datang dan gelombang yang dihasilkan dari penyerapan dan radiasi ulang energi cahaya oleh
atom-atom dalam medium tersebut. Cahaya yang memasuki kaca dari udara, ada sebuah
ketertinggalan fase (phase lag) antara gelombang yang diradiasikan kembali dan gelombang
datang. Demikian juga ada ketinggalan fase antara gelombang hasil (resultan) dan gelombang
datang dari gelombang yang dilewatkan diperlambat relatif terhadap posisi puncak gelombang
dari gelombang datang didalam medium tersebut (Tipler,2001).
Hukum Snellius adalah rumusan matematika yang memberikan hubungan antara sudut
datang dan sudut bias pada cahaya atau gelombang lainnya yang melalui batas antara dua
medium isotopic berbeda, seperti udara dan gelas. Hukum ini diambil dari matematika
Belanda Willebrord Snellius yang merupakan penemunya. Hukun ini juga dikenal sebagai
hukum pembiasan. Hasil eksperimen ini dikenal dengan hokum Snellius yang berbunyi “ Sinar
datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang datar. Hasil bagi sinus sudut
datang dengan sinus sudut bias merupakan bilangan tetap dan disebut indeks bias.”
(Tipler,2001).
Balok kaca atau kaca plan pararel adalah keeping kaca tiga dimensi yang dibatasi oleh
sisi yang sejajar. Cahaya dari udara memasuki sisi pembias balok kaca akan dibiaskan
mendekati garis normal. Demikian pula pada saat cahaya meninggalkan sisi pembias lainnya
ke udara akan dibiaskan menjauhi garis normal. Pengamat dari sisi pembias yang
bersebrangan akan melihat sinar dari benda bergeser akibat pembiasan. Sinar bias akhir
mengalami pergeseran sinar terhadap arah semula (Zemansky,1987). Kaca plan paralel adalah
benda yang terbuat dari kaca berbentuk kubus dengan enam sisi yang rata dengan sisi yang
berhadapan sejajar. Bentuknya lempeng tipis seperti batu bata atau korek api. Ia memiliki
ketebalan tertentu yang sering dilambangkan d. Peristiwa yang terjadi ketika seberkas sinar
melewati sebuah kaca plan paralel adalah sinar tersebut akan mengalami pergesaran. Cahaya
atau berkas sinar akan mengalami dua kali pembiasan oleh dua medium yang berbeda
kerapatannya. Berkas cahaya dari udara yang masuk ke dalam kaca akan mengalami
pembelokan. Peristiwa tersebut disebut pembiasan cahaya , hal ini disebabkan medium udara
dan medium kaca memiliki kerapatan optik yang berbeda (Kuswinarto,dkk,2015).
Pembiasan cahaya yang paling umum digunakan ketika membahas refraksi adalah
sedotan dalam air. Ketika sedotan ditempatkan dalam segelas air dan dilihat dari samping,
tampaknya akan patah atau bengkok. Hal ini disebabkan perbedaan indeks bias udara dan air.
Karena air lebih berat dari udara, sedotan muncul menekuk karena mencerminkan cahaya yang
diperlambat oleh densitas air. Fenomena ini juga membuat benda terendam, seperti ikan,
terlihat lebih dekat ke permukaan daripada yang sebenarnya (Sujana, 2014).
d. Prosedur Percobaan
1. Susunlah lampu senter, celah dan balok kaca.
2. Nyalakan lampu senter dan amati dengan baik jalannya berkas sinar pada saat sebelum
dan sesudah menembus balok kaca.
3. Gambarkanlah jalannya berkas sinar tersebut, sehingga tampak sudut datang dan biasnya.
Kemudian ukur besar sudut datang dan sudut bias tersebut.
4. Pergunakanlah lensa cembung untuk mengamati sebuah huruf pada buku dengan jarak
yang relatifdekat anatara lensa dan huruf. Kemudian huruf menjadi sanat besar dan kabur
atau tidak tampak. Ukur jarak huruf ke lensa pada saat tersebut dan catat bagaimana
sifatsifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung tersebut.
5. Susunlah lensa cembung, layar, lilin dan penggaris panjang
6. Atur letak lilin dan lensa cembung agar diperoleh bayangan nyala lilin paling tajam pada
tabir. Ukur jarak benda (s) dan jarak bayangan (s ), dan catat sifat-sifat bayangan yang
dibentuk lensa cembung tersebut.
7. Pergunakanlah sebuah lensa cekung untuk mengamati huruf pada buku, dengan jarak yang
relative dekat. Kemudian geserkan lensa secara perlahan-lahan menjauhi huruf tersebut.
Catat bagaimana sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung tersebut!
e. Hasil Pengamatan
a. Gambar jalannya berkas sinar pada balok kaca
1. 27o 18o
2. 42o 30o
3. 60o 37o
4. 90o 63o
c.
No Jarak Benda (cm) Jarak Bayangan (cm)
1 18 cm 2 cm
2 22 cm 12 cm
3 25 cm 8 cm
f. Pertanyaan-pertanyaan
g. Pembahasan
Setelah melakukan praktikum, dapat dilihat pada dabel bahwa sinar datang 27° dibias
ke 18° , sinar datang pada sudt 42° dibiaskan ke sudut 30°, sudut datang pad 60° dibiaskan
menjadi 37°, dan sudut datang 90° dibiaskan menjadi 63°. artinya sudut datang itu dibiaskan
mendekati garis normal.
Sesuai teori yang ada percobaan yang telah dilakukan membuktikan bahwa hukum
snellius benar, yaitu bahwa jika seberkas cahaya datang melewati 2 medium yang berbeda
kerapatan dan indeks biasnya maka cahaya tersebut akan dibelokkan menjauhi atau
mendekati garis normal.
Percobaan yang telah dilakukan untuk membuktikan Hukum Snellius itu yaitu
dengan memakai kaca planparalel dan glass half round block, dimana pada percobaan ini
menggunakan sudut datang antara 27°-90°. pada percobaan tersebut masing-masing sinar
datang dibelokkan atau dibiaskan mendekati garis normal, hal ini terbukti dengan adanya
sudut bias yang selalu lebih kecil daripada sudut datang, baik dengan menggunakan kaca
plan paralel maupun glass half round block. Hal ini dikarenakan cahaya datang melalui
medium yang renggang menuju medium yang lebih rapat.
h. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sinar melewati medium yang berbeda yaitu dari udara ke kaca dan ke udara lagi yang
menyebabkan sinar mengalami pembelokkan atau pembiasan.
2. Sudut bias selalu lebih kecil dari sudut datang artinya sinar dibiaskan mendekati
garis normal
4. Pada pembiasan dengan kaca planparalel terjadi pergeseran berkas cahaya sebesar nilai
’t’.
5. Semakin besar sudut datang (i) maka akan semakin besar pula sudut bias (r).
i. Daftar Pustaka
Rumanta, M. (2019).Praktikum IPA di SD, Jakarta: PT. Prata Sejati Mandiri
Oktarani Ferenty. (2019). Laporan Praktikum. Media Ilmu.
Ike, R. (2019). Laporan Praktikum IPA Pembiasan Cahaya.
http://ikerachmawatirohali.blogspot.com/2019/04 (diakses 28 Mei 2021)
1. Kesulitan
Dalam melakukan praktikum sifat cahaya yaitu dalam melakukan kegiatan mengukur derajat
pada pembiasan cermin.
Dalam melakukan suatu percobaan, semua kelompok harus teliti dan sama-sama
memperhatikan pembiasan cahaya pada cermin.
k. Lampiran
FOTO PENGAMATAN SIFAT CAHAYA
(PEMBIASAN CAHAYA)
Foto persiapan Praktikum Menyiapkan alat dan bahan
percobaan pembiasan cahaya
Foto saat melaksanakan praktikum Saat melakukan percobaan
pembiasan cahaya
c. Landasan Teori
Lensa adalah medium transparan yang dibatasi oleh dua permukaan bias paling sedikit
satu diantaranya lengkung sehingga terjadi dua kali pembiasan sebelum keluar dari lensa. Garis
hubung antara pusat kelengkungan kedua permukaan disebut sumbu utama. Bayangan yang
dibuat oleh permukaan pertama merupakan benda untuk permukaan kedua. Permukaan kedua
akan membuat bayangan akhir. Terdapat dua jenis lensa, yaitu lensa cembung dan lensa cekung.
Pada lensa cembung (lensa positif) sinar dapat mengumpul (konvergen) dan pada lensa cekung
(lensa negatif) sinar dapat menyebar atau konvergen (Sarojo, 2011)
Lensa cembung memiliki tiga sinar istimewa yaitu:
a) Sinar yang datang sejajar sumbu utama akan dibiaskan melalui titik fokus f.
Perhatikan gambar berikut!
b) Sinar datang menuju titik fokus pasif f2 akan akan dibiaskan sejajar dengan sumbu utama.
d. Prosedur Percobaan
b) Nyalakanlah sumber cahaya dan aturlah kedudukan benda dan layar agar pada
layar terbentuk bayangan paling tajam
c) Ukurlah jarak benda (s) dan jarak bayangan (s’)
e. Hasil Pengamatan
Tabel 3
f. Pertanyaan-pertanyaan
1) Sifat Cahaya (Percobaan Pemantulan Cahaya)
1. Tentukan jarak fokus (f) lensa cembung yang akan gunakan dalam percobaan?
Jawab :
cm = m
cm m
cm m
cm m
2. Tentukan kekuatan lensa cembung (p) yang anda pergunakan dalam percobaan?
Jawab:
3. Tentukan jarak fokus (f) cermin cekung yang anda gunakan dalam percobaan?
Jawab:
cm = m
cm = m
cm m
cm m
4. Tentukan kekuatan lensa cekung (p) yang anda pergunakan dalam percobaan?
Jawab:
g. Pembahasan
Hasil yang diperoleh pada percobaan “Lensa Cekung dan Lensa Cembung”
menunjukkan bahwa sifat pembiasan cahaya pada lensa cekung bersifat meyebarkan sinar.
Pada jarak fokus lensa 8 jarak bayangan benda berada pada 34 cm. jarak benda 7 cm dan
bayangan benda berada jarak 42 cm. Sedangkan pada jarak bayangan 6 cm bayangan benda
berada pada jarak 48 cm, untuk jarak benda 5 cm bayangan benda berjarak 58 cm dan pada
jarak 4 cm bayangan benda berjarak 78 cm. Hal ini telah sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa lensa cekung disebut juga lensa divergen atau bersifat menyebarkan
sinar dan lensa cembung merupakan lensa yang bersifat mengumpulkan cahaya sehingga
Hasil yang diperoleh pada analisis data menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh
hamper sama dengan teori. Dimana jarak bayangan semakin dekat jika jarak benda semakin
jauh. Hal ini telah sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa semakin jauh jarak benda,
maka jarak bayangan semakin dekat terhadap lensa tetapi jarak fokus tidak ditentukan oleh
Perbesaran lensa yang diperoleh menunjukkan bahwa perbesaran akan semakin kecil
jika jarak benda semakin jauh dan jarak bayangan semakin dekat. Hasil ini telah sesuai
dengan teori yang mengatakan bahwa perbesaran berbanding terbalik dengan jarak benda
dan berbanding lurus dengan jaran bayangan. Sedangkan daya lensa yang dperoleh pada
praktikum juga sesuai dengan teori dimana antara jarak fokus dan daya lensa berbanding
terbalik.
Berbeda dengan lensa cembung, jarak fokus pada lensa cekung justru semakin jauh
seiring jarak bayangan semakin jauh dan jarak benda juga semakin jauh. Sedangkan
perbesaran akan tetap berbanding lurus dengan jarak bayangan dan berbanding terbalik
dengan jarak benda sedangkan daya lensa akan semakin kecil jika jarak benda semakin jauh.
h. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Secara umum, percobaan yang dilakukan pada lensa cembung sudah sesuai dengan
teori mengenai perbesaran lensa, jarak foukus lensa, dan daya lensa. Karena hasil analisis
data yang diperoleh secara ralat dan tanpa ralat memiliki perbedaan nilai yang kecil.
Sedangkan pada lensa cekung tidak sesuai dengan teori karena perbedaan nilai yang
diperoleh secara larat dan tanpa ralat untuk jarak foukus, daya lensa, dan perbesaran lensa
sangat besar. Ketidaksesuaian anatara teori dan praktek disebabkan beberapa faktor
diantaranya kesalahan pengukuran jarak benda dan jarak bayangan, salah dalam analisis
i. Daftar Pustaka
Rumanta, M. (2019).Praktikum IPA di SD, Jakarta: PT. Prata Sejati Mandiri
Oktarani Ferenty. (2019). Laporan Praktikum. Media Ilmu.
Unknow. (2019). Laporan Praktikum IPA Cahaya.
http://ikerachmawatirohali.blogspot.com/2019/04 (diakses 28 Mei 2021)
1. Kesulitan
Dalam melakukan suatu percobaan, semua kelompok harus teliti dan sama-sama
memperhatikan cermin cembung dan cekung ini.
k. Lampiran