Anda di halaman 1dari 3

Nama: DHARWIN NAIR A/L SUGUMARAN No.

Matrik: AE210027

LATIHAN PENGUKUHAN
TOPIK 5 METAFIZIK

Aktiviti ini dibina bagi memenuhi keperluan FOC minggu 7. Pelajar wajib menjawab semua
soalan yang disediakan dan memuat naik semula jawapan di ruang aktiviti individu (FOC 2)
di Author UTHM.

(jawapan bagi setiap soalan adalah dalam lingkungan 150-200 patah perkataan dan tidak
melebihi 250 patah perkataan)

S1 Terangkan konsep ketuhanan mengikut agama masing-masing. (Contoh; Islam,


Kristian, Buddha, Hindu dan lain-lain)

Secara etimologis, perkataan dewa berasal dari bahasa Sansekerta,


yaitu Dev, yang bererti sinar dan juga berarti terang, karena pengertian
dewa adalah benda yang terang yang dianggap sebagai kekuatan alam. Di
dalam veda, Tuhan yang maha esa dan para dewa disebut atau dewata.
Kata ini berarti cahaya berkilauan, sinar gemerlapan yang semuanya itu
ditujukan kepada manivestasi-Nya, juga ditujukan kepada matahari atau
langit, termasuk api, dan petir. Dewa tak ubahnya roh yang
berkepribadian maka mereka berfungsi dan berperanan memberi sinar,
petunjuk, nasihat, perlindungan kepada manusia dalam bidang kehidupan
sesuai dengan tugas masing-masing. Erti dan pengertian dewa menurut
konsep aitu adalah sesuai dengan pemujaan dan penyembahan yang
dilakukan oleh orang-orang primitif terhadap sesuatu yang dianggap
sebagai Dewa atau Tuhan dalam rangka memperoleh manfaat,
keuntungan, dan perlindungan dari mereka. Dewa juga bererti makhluk
surga atau yang sangat mulia. Menurut agama Hindu, Tuhan adalah Esa
(Eka) maha kuasa dan maha ada, dan menjadi sumber dari segala yang
ada dan tiada kepercayaan atas keesaan ini dapat dilihat dari rumusan-
rumusan mantra (ayat) yang terdapat di dalam kitab “Reg Weda” dari sini
(mantra) akan mendapatkan pengertian bahwa dewa-dewa adalah
ciptaan-Nya. Sampai sekarang masih banyak yang salah mengartikannya
dan beranggapan dewa adalah Tuhan. Pengertian keduanya tidak sama.
Nama: DHARWIN NAIR A/L SUGUMARAN No. Matrik: AE210027

Dalam filsafatnya (Darsana) menyatakan bahwa semua ini tentu Brahma


segala yang diciptakan ini bukan Tuhan. Dewa-dewa diciptakan
sebagaimana alam semesta ini, untuk mengendalikan akan semesta ini.
Dewa bukanlah Tuhan dewa-dewa dihubungkan untuk aspek tertentu dan
khusus dari fenomena alam semesta ini tiap aspek dikuasai oleh satu dewa
atau lebih dengan ciri-ciri atau lambang-lambang yang khusus pula.

S2 Mengapakah penting hubungan vertikal Insan dengan Tuhan dan hubungan horizontal
Insan dengan alam bagi kehidupan seorang insan dan perkaitan antara ketiga-tiganya (insan-
alam-tuhan)

TUHAN

INSAN ALAM

Salah satu kelebihan manusia adalah bertanya. Ketakjuban dan keraguan menjadikan
pertanyaan yang terlontar dari akal manusia senantiasa muncul. Dengan pertanyaan pula
kehidupan dan pengetahuan mengalami kemajuan. Tidak dapat dibayangkan bila manusia
berhenti bertanya. Kehidupan tidak akan berkembang dan pengetahuan akan menemui
ajalnya. Manusia bukan hanya bertanya di luar eksistensinya, melainkan mempertanyakan
pula dirinya sendirinya. Hasrat bertanya manusia mempertanyakan segalanya. Pertanyaan
perihal Tuhan, alam, keadilan, dan sejenisnya mencuat berbarengan dengan pertanyaan
apakah manusia itu? Namun, manusia tidak sekadar bertanya. Ada empat belas pertanyaan
perihal Tuhan, manusia, dan alam yang diuraikan penjelasannya secara rasional-filosofis oleh
peraih gelar doktor bidang filsafat Islam dari Universitas Chicago.Bagaikan Imam al-Ghazali
yang menulis al-Munqidh min al-Dhalal, Penyelamat dari Kesesatan, Kartanegara menaruh
harapan bukunya menjadi penawar bagi kebingungan dan keraguan, terutama di kalangan
anak muda. Apakah Tuhan itu ada? Kalau Tuhan ada, bagaimana membuktikanNya padahal
manusia tidak pernah melihatNya? Demikian pertanyaan pertama yang dicatat Kartanegara.
Seperti ditegaskan Karen Armstrong, penulis Sejarah Tuhan (2001), perbincangan tentang
Tuhan adalah sesuatu yang tidak mudah. Tidak ada bukti empiris dan faktual eksistensi
Tuhan. Tapi, pertanyaan tentang Tuhan tetap menarik. Karena fides quaerens intellectum,
iman membutuhkan pemahamanMengutip ungkapan yang terkenal di sufi dan filsuf muslim,
mengenal Tuhan berarti mengenal kemanusiaan itu sendiri. Sebab, Tuhan adalah al-muharrik
al-awwal, Pengerak Pertama. Semuanya bergerak kecuali Tuhan, Pengerak yang Tidak dan
Bergerak
Nama: DHARWIN NAIR A/L SUGUMARAN No. Matrik: AE210027

Eksistensi Tuhan merupakan persoalan yang fundamental bagi manusia. Keyakinan adanya
Tuhan adalah fitrah manusia yang tidak dapat disangkal. Iman kepada Tuhan telah tertanam
dalam otak manusia. Tidak jarang seorang yang mendaku ateis sekalipun menyebut Tuhan
dalam kondisi tertentu. EksistensiNya dapat dinalar melalui argumen kosmologis (penciptaan
alam), ontologis (keberadaan, al-mawjudat), dan teleogis (tujuan penciptaan dan
keteraraturan alam. Seterusnya apakah alam itu? Mengapa ada alam? Dalam pandangan
Islam, alam adalah segala sesuatu selain Tuhan. Alam tidak terbatas alam fisik semata,
melainkan pula alam lain di balik dunia yang tampak ini. Sufi dan filsuf muslim
memperkenalkan tiga alam, yaitu alam muluk (fisik), alam mitsal (imajinal), dan alam jabarut
(spiritual). Terlepas dari pembagian tersebut, alam tersusun dengan baik dan mengikuti
sistem yang sangat teratur. Karena itu, ilmuwan menyebut alam dengan kosmos yang secara
leksikal berarti tersusun, tertata, dan terstruktur. Kebalikan kosmos adalah chaos yang
bermakna tidak beraturan dan berantakan. Tuhan kemudian menciptakannya. Alam
merupakan salah satu bukti eksisitensi Tuhan. Melalui alam, Tuhan dapat diketahui. Sebab,
alam dengan segala keteraturannya tidak mungkin ada tanpa ada yang menggaturnya.

S3 Soalan 3 adalah berdasarkan kepada fenomena kejadian alam

Huraikan fenomena kejadian alam berdasarkan apa yang anda ketahui atau pernah
pelajari?

Fenomena kejadian alam adalah kesan buruk daripada kejadian atau gabungan
aktiviti semula jadi, seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tanah runtuh, taufan)
dan aktiviti manusia. Disebabkan kekerdilan sifat manusia, bencana alam sering
menyebabkan keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian kewangan dan
struktur, malah sampai kematian. Kerugian ini bergantung kepada kemampuan untuk
mengelak atau menghindari bencana dan ketahanan mereka. Pemahaman ini berkaitan
dengan pernyataan: "bencana muncul apabila ancaman bahaya bertemu dengan
ketidakupayaan". Maka, aktiviti alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana
alam di kawasan tanpa ketidakupayaan manusia, contohnya gempa bumi di wilayah
tak berpenghuni seperti gurun. Jadi, penggunaan istilah "alam" juga ditentang kerana
peristiwa tersebut tidak akan bahaya jika tanpa penglibatan manusia secara langsung
mahupun tidak. Kebarangkalian untuk kerugian juga bergantung kepada bentuk
bahaya itu sendiri, bermula dari kebakaran, yang mengancam bangunan orang
perseorangan, hingga peristiwa hentaman meteor besar yang berupaya memadam
ketamadunan manusia.
Namun, bagi kawasan yang mudah diserang, kesannya tidak begitu besar sekiranya
penduduk di situ mempunyai ketahanan terhadap bencana. Konsep ketahanan bencana
merupakan penilaian kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk
mengesan, mencegah dan menangani tentangan serius yang tiba

Anda mungkin juga menyukai