Makalah Autosaved 4 PDF Free Dikonversi
Makalah Autosaved 4 PDF Free Dikonversi
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Illahi Rabbi karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, dengan didorong semangat dan daya upaya penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul Perencanaan dan Strategi
Pemberdayaan Kader dan Dukun.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat. Dalam makalah ini penulis
membahas mengenai strategi pemberdayaan kader dan dukun, materi pembinaan
kader dan dukun, pendampingan sosial kader dan dukun, bidang tugas
pendampingan, serta peran sebagai pendamping.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan acuan
sebagai bahan pembelajaran. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menghasilkan yang terbaik dalam penulisan makalah ini, tetapi penulis menyadari
masih terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
2.1 Perencanaan dan Strategi Pemberdayaan Kader dan Dukun Bayi............5
2.1.1 Pengertian Kader....................................................................................... 5
2.1.2 Pengertian Dukun Bayi..............................................................................6
2.1.3 Strategi Pemberdayaan Kader dan Dukun.................................................7
2.2 Materi Pembinaan Kader dan Dukun........................................................ 8
2.3 Pendampingan Sosial Kader dan Dukun................................................. 19
2.4 Bidang Tugas Pendampingan..................................................................21
2.5 Peran sebagai Pendamping......................................................................22
BAB III..................................................................................................................30
KESIMPULAN......................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31
2
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASA
N
7
2) Aras Mezzo
Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai
media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok
biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki
kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
9
4) Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis ke
Puskesmas untuk kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk
materi yang lain yang diberikan setiap tahun
10
Sanitasi lingkungan;
Pelayanan kesehatan Desa dalam bentuk Pos Pelayanan
Terpadu atau bentuk lainnya; dan
Sarana dan prasarana kesehatan lainnya sesuai kondisi Desa.
c. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana pendidikan dan kebudayaan yang meliputi:
Taman bacaan masyarakat;
Pendidikan anak usia dini;
Balai pelatihan/kegiatan belajar masyarakat;
Pengembangan dan pembinaan sanggar seni;
Sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan lainnya
sesuai kondisi Desa.
d. Pengembangan usaha ekonomi produktif serta pembangunan,
pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi
yang meliputi :
Pasar Desa;
Pembentukan dan pengembangan BUM Desa;
Penguatan permodalan BUM Desa;
Pembibitan tanaman pangan;
Penggilingan padi;
Lumbung Desa;
Pembukaan lahan pertanian;
Pengelolaan usaha hutan Desa;
Kolam ikan dan pembenihan ikan;
Sarana dan prasarana ekonomi lainnya sesuai kondisi Desa.
e. Pelestarian lingkungan hidup yang meliputi :
Penghijauan;
Pembuatan terasering;
Pemeliharaan hutan bakau;
Perlindungan mata air;
11
Pembersihan daerah aliran sungai;
Perlindungan terumbu karang;
Kegiatan lainnya sesuai kondisi Desa.
B. Kompetensi Dukun
a) Periode Kehamilan
1. Memotivasi ibu hamil untuk periksa ke Bidan
2. Mengantar ibu hamil yang tidak mau periksa ke Bidan
3. Membantu Bidan pada saat pemeriksaan ibu hamil
4. Melakukan penyuluhan pada ibu hamil dan keluarga tentang
Tanda-tanda Persalinan
Tanda bahaya kehamilan Kebersihan pribadi & lingkungan
Kesehatan & Gizi
Perencanaan Persalinan (Bersalin di Bidan, menyiapkan
transportasi, menggalang dalam menyiapkan biaya,
menyiapkan calon donor darah)
5. Memotivasi ibu hamil dan keluarga tentang :
KB setelah melahirkan
Persalinan di Bidan pada waktu menjelang taksiran partus
6. Melakukan ritual keagamaan/tradisional yang sehat sesuai
tradisi setempat bila keluarga meminta
7. Melakukan motivasi pada waktu rujukan diperlukan
8. Melaporkan ke Bidan apabila ada ibu hamil baru
b) Periode Persalinan
1. Mengantar calon ibu bersalin ke Bidan
2. Mengingatkan keluarga menyiapkan alat transport untuk pergi
ke Bidan/memanggil Bidan
3. Mempersiapkan sarana prasaran persalinan aman seperti :
Air bersih
12
Kain bersih
4. Mendampingi ibu pada saat persalinan
5. Membantu Bidan pada saat proses persalinan
6. Melakukan ritual keagamaan/tradisional yang sehat sesuai
tradisi setempat
7. Membantu Bidan dalam perawatan bayi baru lahir
8. Membantu ibu dalam inisiasi menyusu dini kurang dari 1 jam
9. Memotivasi rujukan bila diperlukan
10. Membantu Bidan membersihkan ibu, tempat dan alat setelah
persalinan
c) Periode Nifas
1. Melakukan kunjungan rumah dan memberikan penyuluhan
tentang :
Tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas
Tanda-tanda bayi sakit
Kebersihan pribadi & lingkungan
Kesehatan & Gizi
ASI Ekslusif
Perawatan tali pusat
Perawatan payudara
2. Memotivasi ibu dan keluarga untuk ber-KB setelah melahirkan
3. Melakukan ritual keagamaan/tradisional yang sehat sesuai
tradisi setempat
4. Memotivasi rujukan bila diperlukan
5. Melaporkan ke bidan apabila ada calon akseptor KB baru
13
serta masalah yang dihadapinya. Pembinaan atau pelatihan tersebut
dapat berlangsung selama 6-8 minggu atau bahkan lebih lama lagi.
Salah satu tugas bidan dalam upaya menggerakkan peran serta
masyarakat adalah melaksanakan pembinaan kader dan dukun. Adapun
hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader dan dukun
adalah sebagai berikut:
1) Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan (promosi
bidan siaga)
Pembinaan kader yang dilakukan bidan didalamnya berisi
tentang peran kader dalam daur kehidupan wanita dari mulai
kehamilan sampai dengan masa perawatan bayi.
Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam persiapan
persalinan adalah sebagai berikut :
a) Sejak awal, ibu hamil dan suami menentukan persalinan ditolong
oleh bidan atau dokter.
b) Suami atau keluarga perlu menabung untuk biaya persalinan.
c) Ibu dan suami menanyakan ke bidan atau ke dokter kapan
perkiraan tanggal persalinan
d) Jika ibu bersalin dirumah, suami atau keluarga perlu menyiapkan
penerangan yang baik, tempat tidur dengan alas kain yang bersih,
air bersih dan sabun untuk cuci tangan, handuk kain, pakaian kain
yang bersih dan kering serta pakaian ganti ibu.
Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu
dengan melakukan pendekatan kepada dukun bayi yang ada di desa
untuk bekerja sama dalam pertolongan persalinan. Bidan dapat
memberikan imbalan jasa yang sasuai apabila dukun menyerahkan
ibu hamil untuk bersalin ke tempat bidan. Dukun bayi dapat di
libatkan dalam perawatan bayi baru lahir. Apabila cara tersebut
dapat di lakukan dengan baik, maka dengan kesadaran, dukun akan
memberitaukan ibu hamil untuk melakukan persalinan di tenaga
14
kesehatan (bidan). Ibu dan bayi selamat, derajat kesehatan ibu dan
bayi di wilayah tersebut semakin meningkat.
15
3) Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, BBLR, serta
rujukannya Tanda-tanda Tetanus Neonatorum :
a) Bayi baru lahir yang semula bisa menetek dengan baik tiba-tiba
tidak bisa menetek
b) Mulut mencucu seperti mulut ikan
c) Kejang terutama bila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan
d) Kadang-kadang disertai sesak nafas dan wajah bayi membiru
Penyebab terjadinya Tetanus Neonatorum :
a) Pemotongan tali pusat pada waktu pemotongan tidak bersih
b) Perawatan tali pusat setelah lahir sampai saat puput tidak bersih
atau diberi bermacam-macam ramuan
c) Ibu pada waktu hamil tidak mendapat imunisasi TT lengkap
sehingga ibu maupun bayinya tidak kebal terhadap kuman tetanus
Akibat tetanus neonaturum sebagian besar bayi yang menderita
akan meninggal dunia dalam beberapa hari saja.
Jika dukun bayi menemukan bayi baru lahir yang terkena tetanus
segera :
a) Membawanya ke Puskesmas atau Rumah Sakit agar mendapat
pertolongan secepatnya. Semakin lambat pengobatan diberikan
akan semakin besar kemungkinan bayi meninggal.
b) Bila orang tua menolak membawa bayinya ke Puskesmas atau
Rumah Sakit, adanya kejadian tetanus neonatorum itu perlu
dilaporkan ke Puskesmas.
16
3) Untuk menambah tenaga, makan makanan selingan pagi
dan sore hari seperti kolak, kacang hijau, kue-kue dan lain-
lain.
4) Tidak ada pantangan makan selama hamil
5) Minum 1 tablet tambah darah selama hamil dan nifas.
Gizi untuk Bayi
1) Menyusu eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan
2) MPASI berkualitas sejak usia 6 bulan
3) Menyusu tetap dilanjutkan hingga 2 tahun lebih
b) Penyuluhan KB
Program KB adalah bagian yang terpadu dalam program
pembangunan nasional dan bertujuan untuk turut serta
menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial
penduduk Indonesia. Tujuan program KB adalah memperkecil
angka kelahiran, menjaga kesehatan ibu dan anak, serta
membatasi kehamilan jika jumlah anak sudah mencukupi. Peserta
KB akan mendapat pelayanan dengan cara sebagai berikut :
1. Pasangan usia subur yang istrinya mempunyai keadaan “ 4
terlalu” yaitu terlalu muda, terlalu banyak anak, terlalu sering
hamil, dan terlalu tua akan mendapat prioritas pelayanan KB.
2. Peserta KB diberikan pengertian mengenai metode kontrasepsi
de•ngan keuntungan dan kelemahan masing-masing sehingga
ia dapat : menentukan pilihannya.
3. Harus mendapat informasi mengenai metode kontrasepsi
dengan keuntungan dan kelemahannya sehingga ia dapat
menentukan pilihannya
4. Harus dilakukan pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB
diberikan kepada klien agar dapat ditentukan metode yang
paling cocok dengam hasil pemeriksaannya.
5. Harus mendapatkan informasi tentang kontraindikasi pemakai.
berbagai metode kontrasepsi.
17
Melalui penyuluhan gizi dan KB yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan kepada kader dan dukun diharapkan dapat
ditindaklanjuti dengan menyebarkannya kepada masyarakat.
18
d) Ambulans Desa
Ambulans desa merupakan sistem yang dikembangkan oleh
pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk mengangkut ibu bersalin
yang perlu dirujuk ke rumah sakit atau puskesmas.
e) Suami Siaga
Pada program ini diharapkan :
Siap :
1. Secara mental. Ketika ibu menghadapi persalinan, suami
mempersiapkan mentalnya untuk memberikan dukungan atau
semangat kepada istri
2. Secara fisik, suami mempersiapkan dirinyya untuk menjaga dan
melindungi istrinya
3. Secara materil, suami mempersiapkan dana untuk persalinan
istrinya.
Antar :
Suami mengantarkan istri ketika ia merasakan adanya tanda-tanda dan
gejala persalinan.
Jaga :
Suami menjaga istri ketika ia menghadapi persalinan.
19
Pendamping adalah petugas yang ditunjuk untuk memfasilitasi dan
melakukan aktifitas bimbingan kepada masyarakat untuk melalui tahapan-
tahapan dalam sebuah program pembangunan.
Peran bidan sebagai fasilitator adalah memberikan bimbingan teknis
dan memberdayakan pihak yang sedang didampingi (dukun bayi, kader,
tokoh masyarakat) untuk tumbuh dan berkembang kearah pencapaian tujuan
yang diinginkan.
Keberhasilan pelaku pemberdayaan dalam memfasilitasi proses
pemberdayaan juga dapat diwujudkan melalui peningkatan partisipasi aktif
masyarakat. Fasilitator harus terampil mengintegritaskan tiga hal penting
yakni optimalisasi fasilitasi, waktu yang disediakan, dan optimalisasi
partisipasi masyarakat.
Pendampingan sosial berpijak pada paradigma generalis (Johnson,
1989; DuBois dan Miley, 1992) yang memfokuskan pada konsultasi
pemecahan masalah, manajemen sumber dan pendidikan.
1) Konsultasi Pemecahan Masalah
Merupakan proses yang ditujukan untuk memperoleh pemahaman
yang lebih baik mengenai pilihan-pilihan dan mengidentifikasi prosedur-
prosedur bagi tindakan-tindakan yang diperlukan. Konsultasi dilakukan
sebagai bagian dari kerjasama yang saling melengkapi antara sistem klien
dan pekerja sosial dalam proses pemecahan masalah.
Dalam proses pemecahan masalah, pendampingan sosial dapat
dilakukan melalui serangkaian tahapan yang biasa dilakukan dalam
praktek pekerjaan sosial pada umumnya, yaitu: pemahaman kebutuhan,
perencanaan dan penyeleksian program, penerapan program, evaluasi dan
pengakhiran.
2) Manajemen Sumber
Sumber adalah segala sesuatu yang dapat digunakan klien dan
pekerja sosial dalam proses pemecahan masalah. Pengertian manajemen di
sini mencakup pengkoordinasian, pensistematisasian, dan pengintegrasian,
bukan pengawasan (controlling) dan penunjukkan (directing).
20
Dengan demikian, tugas utama pekerja sosial dalam manajemen
sumber adalah menghubungkan klien dengan sumber-sumber sedemikian
rupa sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri klien maupun
kapasitas pemecahan masalahnya.
3) Pendidikan
Semua pertukaran informasi pada dasarnya merupakan bentuk
pendidikan. Sebagai fungsi dalam pendampingan sosial, pendidikan lebih
menunjuk pada sebuah proses kegiatan, ketimbang sebagai sebuah hasil
dari suatu kegiatan. Pendidikan sangat terkait dengan pencegahan berbagai
kondisi yang dapat menghambat kepercayaan diri individu serta kapasitas
individu dan masyarakat.
21
3) Perlindungan (Protecting)
Fungsi ini berkaitan dengan interaksi antara pendamping dengan
lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan masyarakat
dampingannya. Dalam kaitan dengan fungsi ini seorang pendamping
bertugas mencari sumber-sumber melakukan pembelaan, menggunakan
media, meningkatkan hubungan masyarakat dan membangun jaringan
kerja, sebagai konsultasi.
4) Pendukungan (supporting)
Mengacu pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis yang dapat
mendukung terjadinya perubahan positif pada masyarakat. Dalam hal ini
pendamping dituntut tidak hanya mampu menjadi manajer perubahan yang
mengorganisasi kelompok, melainkan pula mampu melaksanakan tugas-
tugas teknis sesuai dengan berbagai keterampilan dasar, seperti melakukan
analisis sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi,
bernegosiasi, berkomunikasi dan mencari serta mengatur sumber dana.
22
mengembangkan hubungan di antara pemeran/stakeholders
pembangunan dengan baik
Strategi-strategi khusus untuk mencapai tujuan tersebut meliputi:
pemberian harapan, pengurangan penolakan dan ambivalensi,
pengakuan dan pengaturan perasaan-perasaan, pengidentifikasian dan
pendorongan kekuatan-kekuatan personal dan asset-asset sosial,
pemilahan masalah menjadi beberapa bagian sehingga lebih mudah
dipecahkan, dan pemeliharaan sebuah fokus pada tujuan dan cara-cara
pencapaiannya (Barker, 1987:49).
Pengertian ini didasari oleh visi pekerjaan sosial bahwa “setiap
perubahan terjadi pada dasarnya dikarenakan oleh adanya usaha-usaha
klien sendiri, dan peranan pekerja sosial adalah memfasilitasi atau
memungkinkan klien mampu melakukan perubahan yang telah
ditetapkan dan disepakati bersama (Parsons, Jorgensen dan Hernandez,
1994). Parsons, Jorgensen dan Hernandez (1994:190-203) memberikan
kerangka acuan mengenai tugas-tugas yang dapat dilakukan oleh
pekerja sosial:
Mendefinisikan keanggotaan atau siapa yang akan dilibatkan dalam
pelaksanaan kegiatan.
Mendefinisikan tujuan keterlibatan.
Mendorong komunikasi dan relasi, serta menghargai pengalaman
dan perbedaan-perbedaan.
Memfasilitasi keterikatan dan kualitas sinergi sebuah sistem:
menemukan kesamaan dan perbedaan.
Memfasilitasi pendidikan: membangun pengetahuan dan
keterampilan.
Memberikan model atau contoh dan memfasilitasi pemecahan
masalah bersama: mendorong kegiatan kolektif.
Mengidentifikasi masalah-masalah yang akan dipecahkan.
Memfasilitasi penetapan tujuan.
Merancang solusi-solusi alternatif.
23
Mendorong pelaksanaan tugas.
Memelihara relasi sistem.
Memecahkan konflik.
2.5.2 Mediator
Perantara (mediator), yaitu melakukan mediasi individu atau
kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan atau
pelayanan masyarakat atau kelompok masyarakat dengan stakeholder
lainnya, dan individu atau kelompok masyarakat apabila terjadi konflik
dalam masyarakat.
Pekerja sosial sering melakukan peran mediator dalam berbagai
kegiatan pertolongannya. Peran ini sangat penting dalam paradigma
generalis. Peran mediator diperlukan terutama pada saat terdapat
perbedaan yang mencolok dan mengarah pada konflik antara berbagai
pihak. Lee dan Swenson (1986) memberikan contoh bahwa pekerja
sosial dapat memerankan sebagai “fungsi kekuatan ketiga” untuk
menjembatani antara anggota kelompok dan sistem lingkungan yang
menghambatnya.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam melakukan peran
mediator meliputi kontrak perilaku, negosiasi, pendamai pihak ketiga,
serta berbagai macam resolusi konflik. Dalam mediasi, upaya-upaya
yang dilakukan pada hakekatnya diarahkan untuk mencapai “solusi
menang-menang” (win-win solution). Hal ini berbeda dengan peran
sebagai pembela dimana bantuan pekerja sosial diarahkan untuk
memenangkan kasus klien atau membantu klien memenangkan dirinya
sendiri.
Compton dan Galaway (1989: 511) memberikan beberapa teknik
dan keterampilan yang dapat digunakan dalam melakukan peran
mediator:
Mencari persamaan nilai dari pihak-pihak yang terlibat konflik.
24
Membantu setiap pihak agar mengakui legitimasi kepentingan pihak
lain.
Membantu pihak-pihak yang bertikai dalam mengidentifikasi
kepentingan bersama.
Hindari situasi yang mengarah pada munculnya kondisi menang dan
kalah.
Berupaya untuk melokalisir konflik kedalam isu, waktu dan tempat
yang spesifik.
Membagi konflik kedalam beberapa isu.
Membantu pihak-pihak yang bertikai untuk mengakui bahwa mereka
lebih memiliki manfaat jika melanjutkan sebuah hubungan
ketimbang terlibat terus dalam konflik.
Memfasilitasi komunikasi dengan cara mendukung mereka agar mau
berbicara satu sama lain.
Gunakan prosedur-prosedur persuasi.
2.5.3 Broker
Dalam pengertian umum, seorang broker membeli dan menjual
saham dan surat berharga lainnya di pasar modal. Seorang beroker
berusaha untuk memaksimalkan keuntungan dari transaksi tersebut
sehingga klien dapat memperoleh keuntungan sebesar mungkin. Pada
saat klien menyewa seorang broker, klien meyakini bahwa broker
tersebut memiliki pengetahuan mengenai pasar modal, pengetahuan
yang diperoleh terutama berdasarkan pengalamannya sehari-hari.
Dalam konteks PM, peran pekerja sosial sebagai broker tidak
jauh berbeda dengan peran broker di pasar modal. Seperti halnya di
pasar modal, dalam PM terdapat klien atau konsumen. Namun
demikian, pekerja sosial melakukan transaksi dalam pasar lain, yakni
jaringan pelayanan sosial. Pemahaman pekerja sosial yang menjadi
broker mengenai kualitas pelayanan sosial di sekitar lingkungannya
menjadi
25
sangat penting dalam memenuhi keinginan kliennya memperoleh
“keuntungan” maksimal.
Dalam proses pendampingan sosial, ada tiga prinsip utama dalam
melakukan peranan sebagai broker:
Mampu mengidentifikasi dan melokalisir sumber-sumber
kemasyarakatan yang tepat.
Mampu menghubungkan konsumen atau klien dengan sumber secara
konsisten.
Mampu mengevaluasi efektifitas sumber dalam kaitannya dengan
kebutuhan-kebutuhan klien.
26
Quality Control adalah proses pengawasan yang dapat menjamin
bahwa produk-produk yang dihasilkan lembaga memenuhi standar
kualitas yang telah ditetapkan. Proses ini memerlukan monitoring
yang terus menerus terhadap lembaga dan semua jaringan pelayanan
untuk menjamin bahwa pelayanan memiliki mutu yang dapat
dipertanggungjawabkan setiap saat.
2.5.4 Pembela
Dalam praktek PM, seringkali pekerja sosial harus berhadapan
sistem politik dalam rangka menjamin kebutuhan dan sumber yang
diperlukan oleh klien atau dalam melaksanakan tujuan-tujuan
pendampingan sosial. Manakala pelayanan dan sumber-sumber sulit
27
dijangkau oleh klien, pekeja sosial harus memainkan peranan sebagai
pembela (advokat). Peran pembelaan atau advokasi merupakan salah
satu praktek pekerjaan sosial yang bersentuhan dengan kegiatan politik.
Peran kader pemberdayaan masyarakat menurut permendagri
No.7 tahun 2007 salah satunya adalah advokasi (advocation), yaitu
memberikan advokasi dan atau mewakili kelompok masyarakat yang
membutuhkan bantuan ataupun pelayanan dan mendorong para
pembuat keputusan / Kepala Desa / Lurah untuk mau mendengar,
mempertimbangkan dan peka terhadap kebutuhan masyarakat.
Peran pembelaan dapat dibagi dua: advokasi kasus (case
advocacy) dan advokasi kausal (cause advocacy) (DuBois dan Miley,
1992; Parsons, Jorgensen dan Hernandez, 1994). Apabila pekerja sosial
melakukan pembelaan atas nama seorang klien secara individual, maka
ia berperan sebagai pembela kasus. Pembelaan kausal terjadi manakala
klien yang dibela pekerja sosial bukanlah individu melainkan
sekelompok anggota masyarakat.
Rothblatt (1978) memberikan beberapa model yang dapat
dijadikan acuan dalam melakukan peran pembela dalam PM:
Keterbukaan – membiarkan berbagai pandangan untuk didengar.
Perwakilan luas – mewakili semua pelaku yang memiliki
kepentingan dalam pembuatan keputusan.
Keadilan – memiliki sesuah sistem kesetaraan atau kesamaan
sehingga posisi-posisi yang berbeda dapat diketahui sebagai bahan
perbandingan.
Pengurangan permusuhan – mengembangkan sebuah keputusan yang
mampu mengurangi permusuhan dan keterasingan.
Informasi – menyajikan masing-masing pandangan secara bersama
dengan dukungan dokumen dan analisis.
Pendukungan – mendukung patisipasi secara luas.
28
Kepekaan – mendorong para pembuat keputusan untuk benar-benar
mendengar, mempertimbangkan dan peka terhadap minat-minat dan
posisi-posisi orang lain.
2.5.5 Pelindung
Tanggungjawab pekerja sosial terhadap masyarakat didukung
oleh hukum. Hukum tersebut memberikan legitimasi kepada pekerja
sosial untuk menjadi pelindung (protector) terhadap orang-orang yang
lemah dan rentan. Dalam melakukan peran sebagai pelindung (guardian
role), pekerja sosial bertindak berdasarkan kepentingan korban, calon
korban, dan populasi yang berisiko lainnya. Peranan sebagai pelindung
mencakup penerapan berbagai kemampuan yang menyangkut: (a)
kekuasaan, (b) pengaruh, (c) otoritas, dan (d) pengawasan sosial.
Prinsip-prinsip peran pelindung meliputi:
Menentukan siapa klien pekerja sosial yang paling utama.
Menjamin bahwa tindakan dilakukan sesuai dengan proses
perlindungan.
Berkomunikasi dengan semua pihak yang terpengaruh oleh tindakan
sesuai dengan tanggungjawab etis, legal dan rasional praktek
pekerjaan sosial.
29
BAB III
KESIMPULAN
30
DAFTAR PUSTAKA
31