Anda di halaman 1dari 4

KAIDAH YANG KE 7

Bahwa mereka mengagungkan seluruh perkara-perkara agama.


Maka mereka menyerukan kepada apa yang di seru oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
sesuai kemampuan.
Manhaj salaf tidak pernah meremehkan perkara masalah apapun dari urusan agama.
Adapun orang yang tidak mengikuti salaf, mereka meremehkan sebagian perkara agama
dengan alasan furu’ (cabang) katanya.
Sehingga mereka menganggap bahwa masalah furu’ itu tidak perlu di besar-besarkan.
Sehingga dengan seperti itu mereka tidak menghormati masalah-masalah yang sifatnya
furu’.
Masalah-masalah yang mereka anggap sepele, seperti masalah jenggot, masalah isbal
dan yang lainnya.
Sedangkan PENGIKUT MANHAJ SALAF TIDAK PERNAH MEREMEHKAN MASALAH-
MASALAH AGAMA SEKECIL APAPUN JUGA.
Allah Ta’ala berfirman [QS Al-Baqarah : 208] :
ً‫ﺴ ِْﻠﻢ َﻛﺎﻓﱠﺔ‬ ُ َ ‫ﱠ‬ َ
ِ ّ ‫َﯾﺎ أﯾ َﱡﮭﺎ اﻟﺬِﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮا ادْ ُﺧﻠﻮا ِﻓﻲ اﻟ‬
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah di dalam Islam seluruhnya.”
Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya, jilid 1 halaman 335:
“Allah memerintahkan hamba-hambanya yang beriman yang membenarkan Rasulnya,
agar mereka berpegang kepada seluruh tali-tali Islam dan syari’at-syari’atnya.
Dan mengamalkan seluruh perintah-perintahNya. Dan meninggalkan semia larangan-
laranganNya. Selama mereka punya kemampuan.”
Allah juga berfirman [QS Al-Hajj : 32]
ُ ْ ّ ‫وﻣ ْﻦ ﯾُﻌ‬
ِ ‫ِ ﻓَﺈِ ﱠﻧ َﮭﺎ ِﻣ ْﻦ ﺗ َْﻘ َﻮى اﻟﻘُﻠﻮ‬U
‫ب‬ ‫ﻈ ْﻢ ﺷ ََﻌﺎ ِﺋ َﺮ ﱠ‬ِ َ َ َ
“Siapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka itu adalah termasuk ketaqwa’an hati.
Disini Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwa orang yang mengagungkan syiar-
syiar Allah, itu adalah menunjukkan ketaqwaan hati. Sedangkan seluruh agama, seluruh
yang Allah perintahkan dalam Alqur’an dan di perintahkan oleh Rasul, sekecil apapun itu
adalah syiar Allah yang harus kita agungkan.
Allah juga berfirman [QS An-Nur : 15]
ۡ َۡ ُ ُ َۡ ‫ۡ َﱠ‬
‫ﯿﻢ‬ٞ ‫ﻋ ِﻈ‬ َ ‫ﻢ َوﺗ َۡﺤ‬ٞ ‫ﺲ ﻟَ ُﻜﻢ ِﺑ ِۦﮫ ِﻋﻠ‬
ِ ‫ﺴﺒُﻮ َﻧ ۥﮫُ َھ ِّﯿ ٗﻨﺎ َوھُ َﻮ ِﻋﻨﺪَ ﱠ‬
َ /‫ٱ‬ َ ُ ُ
َ ‫ِإذ ﺗَﻠﻘ ۡﻮ َﻧﮫُۥ ِﺑﺄﻟ ِﺴ َﻨ ِﺘﻜ ۡﻢ َوﺗَﻘﻮﻟﻮنَ ِﺑﺄﻓ َﻮا ِھﻜﻢ ﱠﻣﺎ ﻟ ۡﯿ‬
“Ingatlah ketika kalian mengambilnya dengan lisan-lisan kalian dan kalian mengucapkan
dengan mulut-mulut kalian, apa-apa yang tidak ada padanya ilmunya dan kalian
menganggap itu hina atau remeh. Padahal itu di sisi Allah besar.”
Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang meremehkan perintah-perintah Allah, syariat
Allah yang mereka anggap remeh, maka ini termasuk perkara kemunafikan.
Dan berapa banyak yaa ahowat Islam, perkara-perkara yang di anggap remeh, tapi
ternyata…U ُ … itu tonggak kebaikkan kaum muslimin.
ِ ّ َ‫ﺳﺒ َْﺤﺎن‬
Contoh misalnya masalah yang berhubungan dengan takjil atau
mempercepat/mempergegas berbuka puasa. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Senantiasa umatku diatas kebaikan, selama mereka bergegas berbuka puasa.”
Ini dia masalah meluruskan shaff, ternyata jika kita tidak lakukan itu menyebabkan itu hati
kita bercerai berai.
Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan Hadits An-Nu’man bin Basyir raddliyallaahu
‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ﺻﻔُ ْﻮﻓَ ُﻜ ْﻢ أ َ ْو ﻟَ ُﯿﺨَﺎ ِﻟﻔَ ﱠﻦ ﷲُ َﺑﯿْﻦَ ُو ُﺟ ْﻮ ِھ ُﻜ ْﻢ‬ َ ُ ‫ﷲ ﻟَﺘ‬
ُ ‫ﺴ ُﻮ ﱠن‬ ِ َ‫ِﻋ َﺒﺎد‬
“hai hamba-hamba Allah luruskan shaff-shaff dan kalian atau Allah akan jadikan hati
kalian bercerai berai.“
Nah ini Ikhwatul Islam,

JADI KITA DI DALAM MENDIDIK ADALAH DIDIKLAH MEREKA DALAM MENGAGUNGKAN


SYARIAT-SYARIAT ALLAH SEKECIL APAPUN.
Selama itu adalah perintah Allah dan perintah Rasulnya. Kita mengagungkan Ia.
Jangan menganggap meremeh masalah yang dianggap katanya furu’ (bercabang)
KAIDAH YANG KE 8
Bahwa mereka tidak menentang nash dengan akal, tidak pula dengan hawa nafsu, tidak
pula dengan perasaan, tidak pula dengan ucapan siapapun dari manusia.
Karena manhaj salaf mengagungkan dari diatas segala-galanya.
Akal hanya di gunakan untuk memahami bukan untuk menentang
hawa nafsu wajib mengikuti keinginan Allah dan Rasul-Nya.
Perasaanpun demikian, pendapat manusia, itu semua di bawah pendapat Allah dan Rasul-
Nya.
Kewajiban seluruh manusia adalah untuk mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya.
Maka kewajiban kita adalah untuk senantiasa lebih mengagungkan dalil daripada akal
ataupun pendapat manusia.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mencela orang-orang yang lebih mengikuti hawa nafsunya
daripada mengukuti perintah Allah dan Rasul-Nya.
Allah berfirman [ QS Asy Syura : 15]
◌ۖ ‫واﺳﺘﻘﻢ ﻛﻤﺎ أﻣﺮت ۖ◌ وﻻ ﺗﺘﺒﻊ أھﻮاءھﻢ‬
“Dan istiqomahlah sebagaimana kamu di perintahkan dan jangan kamu mengikuti hawa
nafsu mereka.”
Allah juga berfirman [QS Al-Ahzab: 36]
‫ۗ◌ وﻣﺎ ﻛﺎن ﻟﻤﺆﻣﻦ وﻻ ﻣﺆﻣﻨﺔ إذا ﻗﻀﻰ ﷲ ورﺳﻮﻟﮫ أﻣﺮا أن ﯾﻜﻮن ﻟﮭﻢ اﻟﺨﯿﺮة ﻣﻦ أﻣﺮھﻢ‬
“Tidak layak bagi mukmin tidak pula mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah
memutuskan perkara, mereka mencari alternatif yang lain dari mereka sendiri.”
Tidak layak apabila Allah dan Rasul-Nya sudah memutuskan, maka tidak boleh kita tolak
dengan hawa nafsu kita atau akal kita atau pendapat seorang alim atau kyai atau yang
lainnya.
MAKA KEWAJIBAN KITA ADALAH MENJADIKAN ALLAH dan RASUL-NYA SEGALA-
GALANYA.
Dan ITU KESEMPURNAAN IMAN.
Allah berfirman [QS An_ Nisaa’: 65]
‫ﻓﻼ ورﺑﻚ ﻻ ﯾﺆﻣﻨﻮن ﺣﺘﻰ ﯾﺤﻜﻤﻮك ﻓﯿﻤﺎ ﺷﺠﺮ ﺑﯿﻨﮭﻢ ﺛﻢ ﻻ ﯾﺠﺪوا ﻓﻲ أﻧﻔﺴﮭﻢ ﺣﺮﺟﺎ ﻣﻤﺎ ﻗﻀﯿﺖ وﯾﺴﻠﻤﻮا ﺗﺴﻠﯿﻤﺎ‬
“Maka tidak demi Rab-mu, mereka tidak beriman sampai mereka berhakim kepadamu
dalam perkara yang mereka perselisihkan diantara mereka, kemudian mereka tidak
mendapatkan rasa berat untuk menerima keputusan-Mu dan mereka taslim dengan
sebenar-benarnya taslim.“
Ini ayat menyebutkan bahwa keimanan tidak sempurna sampai terpenuhi 3 syarat.
Yang PERTAMA: Berhakim kepada Rasulullah dalam perkara yang di perselisihkan.
Berarti mendahulukan Rasulullah dari segala-galanya.
Kemudian yang KE DUA: Tidak mendapatkan rasa berat untuk menerima keputusan Rasul.
Kemudian yang KE TIGA : Taslim
Maka dari itulah orang yang lebih mendahulukan ro’yunya atau hawa nafsunya berarti dia
belum taslim.
Dia belum menyerahkan dirinya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman [QS Al-Hujurat: 1]
‫ﯾﺎ أﯾﮭﺎ اﻟﺬﯾﻦ آﻣﻨﻮا ﻻ ﺗﻘﺪﻣﻮا ﺑﯿﻦ ﯾﺪي ﷲ ورﺳﻮﻟﮫ‬
“Hai orang-orang yang beriman jangan kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya.“
Artinya juga, jangan mendahulukan perkataan siapapun dari pada perkataan Allah dan
Rasul-Nya.
Disebutkan dalam Hadits Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, ia berkata; Aku mendengar
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan sekali cabut dari dada manusia tapi
dengan di wafatkannya para Ulama. Maka tersisalah orang-orang yang bodoh yang di
mintai fatwa, lalu berfatwa dengan ro’yunya.”
Maka mereka sesat dan menyesatkan
Kata Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam (HR Bukhori dan Muslim).

Anda mungkin juga menyukai