Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

ULKUS KORNEA

Disusun oleh :
dr. Herwiq Ismail

Pembimbing :
dr. Zainuddin, Sp. M

Pendamping :
dr. Rini Astuti Wardhani
dr. Rakhmadi Sya’ban Nur

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUNGGA SANGATTA
KUTAI TIMUR
2019

1
BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas

Nama              : Tn. TS

Umur              : 47 tahun

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Alamat            : Sangkulirang

Suku : Jawa

JenisKelamin : Laki-laki

Agama            : Islam

Tanggal Berobat : 27/07/2019

Tanggal pulang : 07/08/2019

No. Register   : 157***

Dokter Pemeriksa : Dr. Herwiq Ismail

B. Anamnesis

Keluhan Utama : penurunan penglihatan mata kanan

Anamnesis terpimpin :

Pasien datang ke IGD RSUD Kudungga dengan keluhan penurunan

penglihatan pada mata sebelah kanan sejak kurang lebih 2 hari yang lalu.

Pasien merasakan seperti ada bayangan putih di mata. Keluhan terjadi setelah

mata kanan terkena serbuk sawit saat bekerja 1 minggu yang lalu. Mata terasa

gatal, silau, nyeri, kemudian pasien menggosok menggunakan tangan dan

mencuci dengan air. Beberapa hari kemudian penglihatan terasa menurun.

2
Pasien mengeluhkan matanya selalu mengeluarkan air mata. Merah (+).

Kotoran mata (-). Nyeri (+) akan membaik jika pasien istirahat dan akan

bertambah nyeri jika bola mata digerakkan. Riwayat penyakit mata

sebelumnya (-), Riwayat penggunaan kacamata (-), riwayat penyakit keluarga

(-), riwayat pengobatan sebelumnya (+) pasien memeriksakan matanya di

klinik perusahaan.

C. PemeriksaanFisik

1. Inspeksi
No. Pemeriksaan OD OS
1. Palpebra Ptosis (-), edema (-) Ptosis (-), edema (-),
2. App. Lakrimalis Lakrimasi (+) Lakrimasi (-)
3. Silia Madarosis (-), Madarosis (-),
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
4. Konjungtiva Hiperemis (+) Min Hiperemis (-)
Inj. Perikorneal(+) Inj. Perikorneal (-)
5. Mekanisme DBN DBN
muscular /
pergerakan bola
mata
6. Kornea Ulkus (+) Jernih
Ukuran: kurang lebih
3mm x 3mm
Posisi: inferomedial
7. Bilik matadepan Hypopion(+) minimal Normal
8. Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)
9. Pupil Tidak dapat dinilai Bulat, sentral,
diameter 2.5 mm,
RCL (+)
10. Lensa Tidak dapat dinilai Jernih

3
2. Palpasi
No. Pemeriksaan OD OS
1. TensiOkuler TN TN
2. NyeriTekan (-) (-)
3. Massa Tumor (-) (-)
4. Glandulaperiaurikuler Pembesaran (-) Pembesaran (-)

3. Tonometri : Tidak dilakukan pemeriksaan

4. Visus : VOD= 1/300

VOS = 6/6

5. Presepsi : OD = LP (+)

OS = LP (+)

6. Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan

7. Slit Lamp : Konjungtiva hiperemis(+), kornea ulkus(+),

BMD hypopion(+) OD

8. Laboratorium : DL: HB: 11,6 gr%

Wbc: 5.500 per-mm3

PLT: 226.000 per-mm3

Gds: 78 mg/dl

9. Colour Sense : Tidak dilakukan pemeriksaan

10. Fluorescent Test : Tidak dilakukan pemeriksaan

4
D. Resume

Pasien datang ke IGD RSUD kudungga dengan keluhan mata kanan

mengalami penurunan penglihatan. Gangguan terjadi sejak 2 hari yang lalu

setelah mata kanannya terkena serbuk kelapa sawit. Pasien mengeluhkan nyeri

pada mata kanan dan perih. Nyeri akan membaik jika pasien istirahat dan akan

bertambah nyeri jika bola mata digerakkan. Gatal (+), silau (+), nyeri (+),

merah (+). Riwayat pengobatan sebelumnya (+) pasien sudah sering datang ke

klinik perusahaan sebelum ke RSUD Kudungga. Pada pemeriksaan

opthalmologis di dapatkan; visus VOD 1/300 dan VOS 6/6, lakrimasi (+), slit

lamp ditemukan kornea ulkus dan konjungtiva hiperemis dan BMD hypopin

OD.

E. Diagnosis

Ulkus kornea OD

F. Penatalaksanaan

As. mefenamat 3x500mg


Nikolam 3x500mg
LFX tetes mata 3x1 tetes
Injeksi cefotaxim subconjungtiva 1gr/hari selama 7 hari
G. Prognosis

Advitam : Dubia ad bonam

Adfungsionam : Dubia ad malam

Adsanactionam : Dubia ad malam

Cosmetik : Dubia ad malam

5
H. GambarKlinis

Gambar 1.Kornea OD

FOLLOW UP

no Tgl Follow up Terapi


1 27/7/19 S: pasien datang dengan keluhan penglihatan mata - As. mefenamat
sebelah kanan kabur sejak kurang lebih 2 hari, 3x500mg
akibat terkena serbuk sawit. Gatal (+), merah (-), - Nikolam 3x500mg
nyeri (+), berair (+), demam (-) - LFX tetes mata
O: 3x1 tetes
KU: CM - Rencana injeksi
TD: 110/80 mmHg subconjungtiva
N: 79 x/m (antibiotic) 1x1
Rr: 20 x/m selama 7 hari.
T: 36,6’c

K/L:
Mata : Konjungtiva anemis (-), konjungtiva
hiperemis (+) dextra,skelra ikterik (-),
hiperlakrimasi (+) dextra, hypopion (+) dextra
Leher: peembesaraan KGB (-).
VOD: 1/300
VOS: 5/5
Thorax:
Simetris, retraksi (-), vesikuler (+/+), Rh -/-, wh -/-.

Abd:
supel, BU (+), NT (-).

Extremitas:

6
Akral hangat (+), CRT <2”

A: OD ulkus kornea
2 28/7/201 S: Mata kabur (+), Gatal (-), merah (-), nyeri (+), - LFX 6x1 gtt
9 berair (+) demam (-). - Natacim 6x1 gtt
- Nicolam 3x1 tab
O: - As. Mefenamat
KU: CM 2x1
TD: 110/70 mmHg - Metylprednisolon
N: 80 x/m 3x1 tab
Rr: 20 x/m
T: 36,6’c

K/L:
Mata : Konjungtiva anemis (-), konjungtiva
hiperemis (+) dextra,skelra ikterik (-),
hiperlakrimasi (+) dextra, hypopion (+) dextra
Leher: peembesaraan KGB (-).
VOD: 5/40
VOS: 5/5
Thorax:
Simetris, retraksi (-), vesikuler (+/+), Rh -/-, wh -/-
Abd:
supel, BU (+), NT (-).

Extremitas:
Akral hangat (+), CRT <2”

A: OD ulkus kornea
3 29/7/201 S: Mata kabur (+) menurun, Gatal (-), merah (-), - Inj.
9 nyeri (+), berair (+), demam (-). Subconjungtiva
(cefotaxim) 1
O: - LFX 6x1 gtt
KU: CM - Natacim 6x1 gtt
TD: 110/70 mmHg - Nicolam 3x1 tab
N: 80 x/m - As. Mefenamat
Rr: 20 x/m 3x1
T: 36,6’c - Metylprednisolon
3x1 tab
K/L:
Mata : Konjungtiva anemis (-), konjungtiva
hiperemis (+) dextra,skelra ikterik (-),
hiperlakrimasi (+) dextra, hypopion (+) dextra
Leher: peembesaraan KGB (-).
VOD: 5/40
VOS: 5/5

7
Thorax:
Simetris, retraksi (-), vesikuler (+/+), Rh -/-, wh -/-.
Abd:
supel, BU (+), NT (-).

Extremitas:
Akral hangat (+), CRT <2”

A: OD ulkus kornea
4 30/7/201 S: Mata kabur (+) menurun, Gatal (-), merah (+), - Inj.
9 nyeri (+),berair (+), demam (-). Subconjungtiva
(cefotaxim) 2
O: - LFX 6x1 gtt
KU: CM - Natacim 6x1 gtt
TD: 110/70 mmHg - Nicolam 3x1 tab
N: 80 x/m - As. Mefenamat
Rr: 20 x/m 3x1
T: 36,6’c - Metylprednisolon
3x1 tab
K/L:
Mata : Konjungtiva anemis (-), konjungtiva
hiperemis (+) dextra,skelra ikterik (-),
hiperlakrimasi (+) dextra, hypopion (+) dextra
Leher: peembesaraan KGB (-).
VOD: 5/32
VOS: 5/5
Thorax:
Simetris, retraksi (-), vesikuler (+/+), Rh -/-, wh -/-.

Abd:
supel, BU (+), NT (-).

Extremitas:
Akral hangat (+), CRT <2”

A: OD ulkus kornea
5 31/7/201 S: Mata kabur (+) menurun, Gatal (-), merah (+), Inj. Subconjungtiva
9 nyeri (+),berair (+), demam (-). (cefotaxim) 3
LFX 6x1 gtt
O: Natacim 6x1 gtt
KU: CM Nicolam 3x1 tab
TD: 110/70 mmHg As. Mefenamat 3x1
N: 80 x/m Metylprednisolon 3x1
Rr: 20 x/m tab
T: 36,6’c

8
K/L:
Mata : Konjungtiva anemis (-), konjungtiva
hiperemis (+) dextra,skelra ikterik (-),
hiperlakrimasi (+) dextra, hypopion (+) dextra
Leher: peembesaraan KGB (-).
VOD: 5/20
VOS: 5/5
Thorax:
Simetris, retraksi (-), vesikuler (+/+), Rh -/-, wh -/-.

Abd:
supel, BU (+), NT (-).

Extremitas:
Akral hangat (+), CRT <2”

A: OD ulkus kornea
6 1/8/2019 S: Mata kabur (+) menurun, Gatal (-), merah (+) Inj. Subconjungtiva
menurun, nyeri (+),berair (+) menurun, demam (-). (cefotaxim) 4
LFX 6x1 gtt
O: Natacim 6x1 gtt
KU: CM Nicolam 3x1 tab
TD: 110/70 mmHg As. Mefenamat 3x1
N: 80 x/m Metylprednisolon 3x1
Rr: 20 x/m tab
T: 36,6’c

K/L:
Mata : Konjungtiva anemis (-), konjungtiva
hiperemis (+) dextra,skelra ikterik (-),
hiperlakrimasi (+) dextra, hypopion (+) dextra
Leher: peembesaraan KGB (-).
VOD: 5/13
VOS: 5/5
Thorax:
Simetris, retraksi (-), vesikuler (+/+), Rh -/-, wh -/-.

Abd:
supel, BU (+), NT (-).

Extremitas:
Akral hangat (+), CRT <2”

9
A: OD ulkus kornea
7 2/8/2019 S: Mata kabur (+) menurun, Gatal (-), merah (-), Inj. Subconjungtiva
nyeri (+), berair (+) menurun, demam (-). (cefotaxim) 5
LFX 6x1 gtt
O: Natacim 6x1 gtt
KU: CM Nicolam 3x1 tab
TD: 110/70 mmHg As. Mefenamat 3x1
N: 80 x/m Metylprednisolon 3x1
Rr: 20 x/m tab
T: 36,6’c

K/L:
Mata : Konjungtiva anemis (-), konjungtiva
hiperemis (+) dextra,skelra ikterik (-),
hiperlakrimasi (+) dextra, hypopion (+) dextra
Leher: peembesaraan KGB (-).
VOD: 5/13
VOS: 5/5
Thorax:
Simetris, retraksi (-), vesikuler (+/+), Rh -/-, wh -/-.

Abd:
supel, BU (+), NT (-).

Extremitas:
Akral hangat (+), CRT <2”

A: OD ulkus kornea
8 3/8/2019 S: Mata kabur (+) menurun, Gatal (-), merah (-), Inj. Subconjungtiva
nyeri (+),berair (-) , demam (-). (cefotaxim) 6
LFX 6x1 gtt
O: Natacim 6x1 gtt
KU: CM Nicolam 3x1 tab
TD: 110/70 mmHg As. Mefenamat 3x1
N: 80 x/m Metylprednisolon 3x1
Rr: 20 x/m tab
T: 36,6’c

K/L:
Mata : Konjungtiva anemis (-), konjungtiva
hiperemis (+) dextra,skelra ikterik (-),
hiperlakrimasi (+) dextra, hypopion (+) dextra
Leher: peembesaraan KGB (-).
VOD: 5/10
VOS: 5/5

10
Thorax:
Simetris, retraksi (-), vesikuler (+/+), Rh -/-, wh -/-.

Abd:
supel, BU (+), NT (-).

Extremitas:
Akral hangat (+), CRT <2”

A: OD ulkus kornea
9 4/8/2019 S: Mata kabur (+) menurun, Gatal (-), merah (-), LFX 6x1 gtt
nyeri (+),berair (-),demam (-). Natacim 6x1 gtt
Nicolam 3x1 tab
O: As. Mefenamat 3x1
KU: CM Metylprednisolon 3x1
TD: 110/70 mmHg tab
N: 80 x/m
Rr: 20 x/m
T: 36,6’c

K/L:
Mata : Konjungtiva anemis (-), konjungtiva
hiperemis (+) dextra,skelra ikterik (-),
hiperlakrimasi (+) dextra, hypopion (+) dextra
Leher: peembesaraan KGB (-).
VOD: 5/10
VOS: 5/5
Thorax:
Simetris, retraksi (-), vesikuler (+/+), Rh -/-, wh -/-.

Abd:
supel, BU (+), NT (-).

Extremitas:
Akral hangat (+), CRT <2”

A: OD ulkus kornea
10 5/8/2019 S: Mata kabur (+) menurun, Gatal (-), merah (-), Inj. Subconjungtiva
nyeri (+),berair (-), demam (-). (cefotaxim) 7
LFX 6x1 gtt
O: Natacim 6x1 gtt
KU: CM Nicolam 3x1 tab
TD: 110/70 mmHg As. Mefenamat 3x1
N: 80 x/m Metylprednisolon3x1tab

11
Rr: 20 x/m
T: 36,6’c

K/L:
Mata : Konjungtiva anemis (-), konjungtiva
hiperemis (+) dextra,skelra ikterik (-),
hiperlakrimasi (+) dextra, hypopion (+) dextra
Leher: peembesaraan KGB (-).
VOD: 5/8
VOS: 5/5
Thorax:
Simetris, retraksi (-), vesikuler (+/+), Rh -/-, wh -/-.

Abd:
supel, BU (+), NT (-).

Extremitas:
Akral hangat (+), CRT <2”

A: OD ulkus kornea
11 6/8/201 S: Mata kabur (+), Gatal (+), merah (+), nyeri Inj. Subconjungtiva
(+),berair (-), demam (-). (cefotaxim) 8
LFX 6x1 gtt
O: Natacim 6x1 gtt
KU: CM Nicolam 3x1 tab
TD: 110/70 mmHg As. Mefenamat 3x1
N: 80 x/m Metylprednisolon 3x1
Rr: 20 x/m tab
T: 36,6’c

K/L:
Mata : Konjungtiva anemis (-), konjungtiva
hiperemis (+) dextra,skelra ikterik (-),
hiperlakrimasi (+) dextra, hypopion (+) dextra
Leher: peembesaraan KGB (-).
VOD: 5/8
VOS: 5/5
Thorax:
Simetris, retraksi (-), vesikuler (+/+), Rh -/-, wh -/-.

Abd:
supel, BU (+), NT (-).

Extremitas:

12
Akral hangat (+), CRT <2”

A: OD ulkus kornea
12 7/8/2019 S: Mata kabur (+), Gatal (+), merah (+), nyeri LFX 6x1 gtt
(+),berair (-), demam (-). Natacen md 6x1 gtt
Nicolam 3x1 tab
O: As. Mefenamat 3x1
KU: CM Metylprednisolon 8mg,
TD: 110/70 mmHg 3x1 tab
N: 80 x/m
Rr: 20 x/m
T: 36,6’c

K/L:
Mata : Konjungtiva anemis (-), konjungtiva
hiperemis (+) dextra,skelra ikterik (-),
hiperlakrimasi (+) dextra, hypopion (-) dextra
Leher: peembesaraan KGB (-).
VOD: 5/6
VOS: 5/5
Thorax:
Simetris, retraksi (-), vesikuler (+/+), Rh -/-, wh -/-.

Abd:
supel, BU (+), NT (-).

Extremitas:
Akral hangat (+), CRT <2”

A: OD ulkus kornea

13
BAB II

LAPORAN KASUS

A. Anatomi dan Fisiologi Kornea 1

Kornea adalah struktur yang luar biasa, sebagai media transparan, suatu

jaringan yang tidak mengandung pembuluh darah, diameter horizontal 11-12

mm dan vertikal 10-11 m. Kornea berkontribusi sebanyak 74% atau 43.25

dioptri (D), dari seluruh total 58.60 D daya normal mata manusia. Kornea juga

sebagai sumber terbesar penyumbang kelainan refraksi astigmatisma. Untuk

nutrisinya, kornea tergantung difusi glukosa dari akuos humor dan difusi

oksigen dalam tear film. Bagian kornea perifer mendapat suplai oksigen dari

sirkulasi limbal.1

Kornea merupakan salah satu dari bagian tubuh yang memiliki serabut

saraf terbanyak. Sensitivitas kornea 100 kali dibandingkan konjungtiva.

Serabut saraf sensoris dimulai dari long ciliary nerves dan membentuk pleksus

subepitelial.1

Sifat kornea yang dapat ditembus cahaya ini disebabkan oleh struktur

kornea yang uniform, avaskuler dan diturgesens atau keadaan dehidrasi relatif

jaringan kornea, yang dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel

dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel

dalam mencegah dehidrasi, dan cedera kimiawi/fisik pada endotel jauh lebih

berat dari pada cedera pada epitel. Kornea dipersarafi oleh N.V yang

berfungsi sebagai media penglihatan. Kornea juga mempunyai sedikit

14
immunoglobulin. Peradangan dapat terjadi di darah limbus atau adanya bagian

kornea yang rusak.1

Kornea merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah

depan dan terdiri atas 5 lapisan:1

1. Epitel kornea

Tersusun atas epitel gepeng berlapis tanpa tanduk. Lapisan ini merupakan

lapisan terluar kornea, merupakan lapisan yang lipofilik. Epitel kornea

mengandung banyak serabut saraf, oleh karena itu kelaianan pada epitel

akan menyebabkan gangguan sensibilatas korena dan rasa sakit dan

mengganjal. Daya regenerasi cukup besar, perbaikan dalam beberapa hari

tanpa membentuk jaringan parut.

2. Membrana Bowman

Merupakan lapisan fibrosa yang terletak di bawah membran basal epitel

kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma

dan berasal dari bagian depan stroma. Mempertahankan bentuk kornea,

tidak mempunyai daya regenerasi, sehingga jika terjadi kerusakan akan

berakhir dengan terbentuknya jaringan parut.

3. Stroma

Lapisan yang paling tebal. Merupakan lapisan yang hidrofilik. Terdiri atas

jaringan kolagen, substansi dasar, dan fibroblas, avaskular. Gangguan dari

susunan serat kornea terlihat keruh. Waktu regenerasi serat kolagen pada

stroma bias mencapai 15 bulan.

15
4. Membran Descemet

Lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat dan tidak berstruktur dan bening

terletak dibawah stroma dan pelindung atau barrier infeksi. Bersifat

sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup.

5. Endotel

Satu lapis sel terpenting untuk mempertahankan kejernihan kornea,

mengatur cairan didalam stroma kornea, tidak mempunyai daya

regenerasi.

Gambar 2. Struktur mikroskopis lapisan kornea.1

B. Definisi

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat

kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif

disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat

terjadi dari epitel sampai stroma.2

Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh

adanya kolagenase oleh sel epitel baru dan sel radang. Ulkus bisa dalam

keadaan steril (tidak terinfeksi mikroorganisme) ataupun terinfeksi. Ulkus

16
terbentuk oleh karena adanya infiltrat yaitu proses respon imun yang

menyebabkan akumulasi sel-sel atau cairan di bagian kornea.2

C. Epidemiologi

Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih banyak menderita

ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian yang

dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki-laki. Hal ini mungkin

disebabkan karena banyaknya kegiatan kaum laki-laki sehari-hari sehingga

meningkatkan resiko terjadinya trauma termasuk trauma kornea. Faktor

predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain trauma, pemakaian lensa

kontak, riwayat operasi kornea, penyakit permukaan okular, pengobatan

topikal lama dan penyakit imunosupresi sistemik. Di Indonesia, Insiden ulkus

kornea tahun 2013 adalah 5,5% dengan prevalensi tertinggi di Bali (11,0%).3

Petani/nelayan/buruh mempunyai prevalensi kekeruhan kornea tertinggi

(9,7%) dibanding kelompok pekerja lainnya. Prevalensi kekeruhan kornea

yang tinggi pada kelompok pekerjaan petani/nelayan/buruh mungkin berkaitan

dengan riwayat trauma mekanik atau kecelakaan kerja pada mata, mengingat

pemakaian alat pelindung diri saat bekerja belum optimal dilaksanakan di

Indonesia.3

D. Etiologi 4

1) Infeksi

a) Infeksi bakteri

P. aeruginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella

merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk

17
sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang

keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi

P aeruginosa.

b) Infeksi jamur

Disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium,

dan spesies mikosis fungoides

c) Infeksi virus

Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai.

Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan

epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga

terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian

sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).

d) Achantamoeba

Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam

air yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik.

Infeksi kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin

dikenal pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai

larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada

bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang

tercemar

18
2) Non-infeksi

a) Bahan kimia

1. Asam

Bila bahan asam mengenai mata, maka akan terjadi

pengendapan protein pada permukaan, jika konsentrasinya rendah

maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat

superfisial saja. Trauma kimia asam adalah trauma pada kornea

dan konjungtiva yang disebabkan karena adanya kontak dengan

bahan kimia asam yang dapat menyebabkan kerusakan permukaan

epitel bola mata, kornea dan segmen anterior yang cukup parah

serta kerusakan visus permanen baik unilateral maupun bilateral.

Sebagian besar bahan asam hanya akan mengadakan penetrasi

terbatas pada permukaan mata, namun bila penetrasi lebih dalam

dapat membahayakan visus. Asam sulfat merupakan penyebab

paling sering dari seluruh trauma kimia asam. Asam bereaksi

dengan air mata yang melapisi kornea dan mengakibatkan

temperatur meningkat (panas) dan menyebabkan luka bakar

kornea. Semua asam cenderung akan mengkoagulasi dan

mengendapkan protein. Sel-sel yang terkoagulasi pada permukaan

berfungsi sebagai penghalang agar cairan kimia tidak berpenetrasi

lebih dalam.

19
2. Basa

Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang

mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan

terjadi penghancuran kolagen kornea. Trauma basa biasanya lebih

berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa memiliki

dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat

berpenetrasi pada sel membran dan masuk ke bilik mata depan,

bahkan sampai retina. Selain itu karena adanya iskemia limbus

suplai nutrisi berkurang sehingga menyebabkan tidak terjadinya

reepitelisai kornea dan pada akhirnya dapat timbul sikatrik pada

kornea.

b) Abrasi kornea

Goresan pada kornea atau trauma menyebabkan abrasi jika tidak

sembuh dengan baik, defek yang terjadi pada mata akan menimbulkan

ulkus yang akan berakibat pada penurunan tajam penglihatan.

Pemakaian lensa kontak sangat rentan terhadap iritasi mata, lensa

kontak dapat bergesekan dengan permukaan bola mata, menyebabkan

kerusakan kecil pada epitel yang memungkinkan bakteri menembus

mata.

c) Autoimun

Rheumatoid arthritis, sjorgen sindrom, Systemic lupus eritematous

(SLE)

20
E. Klasifikasi 4,5

1. Ulkus kornea bakterial

Streptokokus: Gambaran ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah

kornea(serpiginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk

cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke

dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang

dihasilkan oleh streptokok pneumonia.

Stafilokokus: Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putih kekuningan

disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak

diobati secara adekuat, akan terjadi edema stroma dan infiltrasi sel

leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi

radangnya minimal.

Pseudomonas: Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea.

Ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea.

Penyebaran ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu

48 jam. Gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran

yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini

seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang

banyak.

21
Gambar 3. Ulkus kornea bakterial Gambar 4. Ulkus kornea bakterial
(staphylococcus)5 (pseudomonas)5

2. Ulkus kornea virus

Ulkus kornea herpes zoster: Pada palpebra ditemukan vesikel dan edem

palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat

subepitel dan stroma. Kornea hiperestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan

yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder.Dendrit

herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah yang

mengikuti dermatom.

Ulkus kornea herpes simplex:Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda

injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan

epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit. Terdapat hiperestesi pada

kornea secara lokal kemudian menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar

preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai

dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya.

3. Ulkus kornea jamur

Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang

agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran

22
seperti bulu pada bagian epitel yang baik, terdapat lesi satelit.Ulkus

kadang-kadang dalam, seperti ulkus yang disebabkan bakteri. Pada infeksi

kandida bentuk ulkus lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi

neovaskularisasi akibat rangsangan radang. Terdapat injeksi siliar disertai

hipopion.

4. Ulkus kornea achantamoeba

Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya,

kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen,

cincin stroma, dan infiltrat perineural.

5. Ulkus kornea perifer

Ulkus marginal: Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk

simpel berbentuk ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat

pada infeksi stafilococcus, toksik atau alergi dan gangguan sistemik pada

influenza disentri basilar gonokok arteritis nodosa, dan lain-lain. Yang

berbentuk cincin atau multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada

penderita leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.

Ulkus mooren: Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer

kornea kearah sentral. Ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut.

Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang

diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus,

alergi dan autoimun. Biasanya unilateral, dan nyeri hebat. Sering

menyerang seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu

pulau yang sehat pada bagian yang sentral.

23
Ulkus ring: Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat

ulkus yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa

dangkal atau dalam, kadang-kadang timbul perforasi. Ulkus marginal yang

banyak kadang-kadang dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer.

Gambar 5. Ulkus marginal5 Gambar 6. Ulkus kornea


jamur5

F. Patofisiologi

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya,

dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab

susunan sel dan seratnya teratur dan tidak ada pembuluh darah. Biasanya

cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam

bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan

yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat

menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di

daerah pupil.2

Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak

segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak

vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang

24
terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru

kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan

tampak sebagai injeksi perikorneal. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-

sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang

mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna

kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin,

kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.2

Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada

kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan

fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra

(terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh.

Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan

fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan

fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh

iris.2

Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut.

Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini

menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul

kecil dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini

menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan

sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan

menyebabkan terjadinya sikatrik.2

G. Manifestasi Klinis

25
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa:4

1. Gejala subjektif

a. Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva;

b. Sekret mukopurulen;

c. Merasa ada benda asing di mata;

d. Pandangan kabur;

e. Mata berair;

f. Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus;

g. Silau;

h. Nyeri

2. Gejala objektif

a. Injeksi silier;

b. Hilangnya sebagian kornea dan adanya infiltrat;

c. Hipopion.

H. Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan

laboratorium.Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat

diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat

penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus

herpes simplek yang sering kambuh.Hendaknya pula ditanyakan riwayat

pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan

predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes

26
simplek.Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti

diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus.6

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi

siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea.Pada kasus

berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.7

Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :7

1. Ketajaman penglihatan

2. Tes refraksi

3. Tes air mata

4. Pemeriksaan slit-lamp

5. Keratometri (pengukuran kornea)

6. Respon reflek pupil

7. Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.

8. Pada pewarnaan akan tampak defek epitel pada kornea yang dilihat

dengancobalt blue light

9. Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH).

Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura

dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan

KOH, gram atau Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi jaringan kornea

dan diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur

dengan agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.

I. Penatalaksanaan

27
1) Penatalaksanaan non-medikamentosa 8

a. Jika memakai lensa kontak, segera lepaskan

b. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang

c. Cegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin

dan mengeringkannya dengan kain yang bersih

2) Penatalaksanaan medis 4

a. Pengobatan sistemik

Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan

umum yang kurang baik, maka keadaan umumnya harus diperbaiki

dengan makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan yang

sehat.

b. Pengobatan lokal

Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera

dihilangkan.Infeksi pada mata harus diberikan:

1. Sulfas atropine, kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja

lama 1-2 minggu. Efek kerja sulfas atropin:menurunkan tanda-

tanda radang, menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor

pupil. Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya

akomodasi sehingga mata dalam keadaan istirahat.

2. Analgetik, untuk menghilangkan nyeri,dapat diberikan tetes

pantokain.

3. Antibiotik salep, tetes atau injeksi subkonjungtiva spektrum luas.

Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salap mata karena

28
dapat memperlambat penyembuhan dan juga dapat menimbulkan

erosi kornea kembali.

4. Anti jamur, seperti topikal amphotericin B, Thiomerosal 10 mg/ml,

Natamycin >10 mg/ml, golongan Imidazole

5. Anti virus, untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik

diberikan streroid lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik,

antibiotik spektrum luas untuk infeksi sekunder, analgetik bila

terdapat indikasi.

3) Pembedahan 8,9

a. Reseksi jaringan

Reseksi jaringan untuk menghilangkan sumber kolagenase, sitokin

dan sel-sel inflamasi dari jaringan yang terkena ulkus.

b. Perekatan jaringan

Pengaplikasian perekat jaringan seperti lem cyanoacrylate untuk

membatasi ulkus agar tidak terjadi perforasi, kemungkinan efektif

hanya pada perforasi kecil.

c. Flap konjungtiva

Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva, dengan melepaskan

konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik menutupi ulkus

dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk

29
mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap konjungtiva ini

dapat dilepaskan kembali.

d. Keratoplasti

Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas

tidak berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang

mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea yang menyebabkan

kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria

yaitu: kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita,

kelainan kornea yang mengganggu mental penderita, kelainan kornea

yang tidak disertai ambliopia.

J. Pencegahan

Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi

kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak

kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek

yang sangat buruk bagi mata.8

- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata,

apalagi jika bekerja di tempat yang kemungkinan besar mengalami cedera

pada mata

- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa

menutup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan

basah

30
- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan

merawat lensa tersebut

K. Komplikasi

Komplikasi yang paling sering timbul berupa: kebutuhan parsial atau

komplit karena endoftalmittis; Prolaps iris; Sikatrik kornea; Katarak;

Glaukoma sekunder.4

L. Prognosis

Prognosis penderita ulkus kornea buruk karena komplikasi yang dapat

terjadi berupa perforasi kornea, endopthalmitis, panopthalmitis. Apabila

sembuh maka akan menyebabkan terbentuknya sikatriks kornea yang juga

akan mengganggu penglihatan penderita.10

BAB III

PEMBAHASAN

Pasien datang ke IGD RSUD kudungga dengan keluhan mata kanan meng

alami penurunan penglihatan. Gangguan terjadi sejak 2 hari yang lalu setelah mata

kanannya terkena serbuk kelapa sawit. Pasien mengeluhkan nyeri pada mata

kanan dan perih. Nyeri akan membaik jika pasien istirahat dan akan bertambah

31
nyeri jika bola mata digerakkan. Gatal (+), silau (+), nyeri (+), merah (+). Riwayat

pengobatan sebelumnya (+) pasien sudah sering datang ke klinik perusahaan

sebelum ke RSUD Kudungga.

Anamnesis Teori

 Penurunan penglihatan  Pandangan kabur


 Mata merah  Eritema pada kelopak
 Nyeri mata dan konjungtiva
 Silau  Nyeri
 Berair  Silau
 Bintik putih  Mata berair
 Bintik putih pada kornea,
sesuai lokasi ulkus
 Sekret mukopurulen
 Merasa ada benda asing
di mata

Pemeriksaan Fisik Teori

 Konjungtiva hiperemis  Injeksi silier


 BMD hypopion  Hilangnya sebagian
 Ulkus kornea kornea dan adanya
infiltrat
 Hipopion

32
Tatalaksana Teori:
 As. mefenamat 3x500mg  Sulfas atropine
 Nikolam 3x500mg  Analgesic
 LFX tetes mata 3x1 tetes  Antibiotik
 injeksi cefotaxim
subconjungtiva 1gr/hari
selama 7 hari

Keluhan pasien diatas sesuai dengan kepustakaan ulkus kornea bahwa,

karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera

datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi.

Kemudian Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut.

Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini

menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Kornea mempunyai banyak

serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik superfisial maupun profunda

dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan

adanya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap.

Pada pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum: kesadaran kompos

mentis, sakit ringan, status gizi kesan baik. Pada pemeriksaan opthalmologis di

dapatkan, konjungtiva hiperemis, hiperlakrimasi, pada kornea didapatkan ulkus di

bagian inferomedial. Bilik mata depan tampak hypopion dan lensa sulit dinilai.

33
Pemeriksaan visus didapatkanVOD 1/300 dan VOS 6/6. Gangguan penglihatan

yang terjadi pada pasien ini dikarenakan ulkus terletak di sentral dan mengenai

visual aksis yang mana mengganggu pembiasan cahaya yang masuk ke mata

sehingga cahaya tidak dapat difokuskan ke retina. Adanya mata merah dan

hiperlakrimasi atau mata berair dikarenakan adanya proses inflamasi yang

menyebabkan dilatasi pembuluh darah.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisis yang dilakukan, jenis ulkus pada

pasien ini mengarah pada ulkus kornea bakterial. Pada ulkus kornea bakterial lesi

ulkus merupakan tipe sentral, dan umunya terdapat hipopion. Pada ulkus kornea

karena virus biasanya didapatkan riwayat penggunaan kortikosteroid jangka

panjang, disertai dengan adanya lesi vesikel pada kulit, dan terjadi penurunan

sensitivitas kornea. Pada ulkus kornea karena jamur, khas terdapat lesi berupa

satelit.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan bisa dengan menggunakan

kultur untuk mengetahui jenis dari bakteri penyebab ulkus kornea pada pasien dan

tes sensitivitas antibiotik untuk mengetahui golongan antibiotik yang sesuai untuk

pasien. Hal ini dapat membantu dalam pemilihan terapi yang adekuat. Untuk

penanganan awal bisa menggunakan antibiotik spektrum luas, topikal maupun

sistemik seperti yang diresepkan pada kasus ini yaitu LFX tetes mata.

Prognosis pada pasien ini mengarah ke buruk , karena gambaran klinis ulkus

yang mulai luas sehingga menyebabkan penglihatan pasien terganggu.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Albar MY ,2012. Karakteristik Penderita Keratitis Infektif Di RS H. ADAM

MALIK MEDAN Tahun 2010-2011. Tesis. Program Pendidikan Magister

Kedokteran Klinis Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara. Medan

2. Wirata, G. 2017. Ulkus Kornea. Fakultas kedokteran Universitas Udayana.


Bali.
3. Rahayu, R. 2016. Ulkus Kornea dan Prolaps Iris. Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung.Lampung. Medula Unila 5(2): 1

4. Farida, Y. 2015. Corneal Ulcers Treatment. Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung. Majority 4(1):119

5. Sharma, N., Vajpayee, RB. 2008. Corneal Ulcers Diagnosis and

Management. India. Jaypee Brothers Medical Publishers.

6. Paul, R.E. John, P.W. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Edisi 17.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2012

7. Khurana AK. Comprehensive Ophtalmology. Fourth Edition. New Age

International : New Delhi. 2007

8. Rahim, N. 2017. Ulkus Kornea Bakterial. Departemen Ilmu Kesehatan Mata

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara.

9. Deschenes, J. 2019. Corneal Ulcer Treatment & Management.

10. Sankara Nethralaya (A Unit of Medical Research Foundation). Patient

Information Corneal Ulcer. India: Sankara Nethralaya.

35
Koreksi

1. Injeksi perikornial harus ada menandakan apakah

ulkusnya aktif atau tidak.

2. Bagan pemfis nomor 4&5 di gabung (pergerakan

bola mata)

3. Ukuran dan posisi ulkus

4. Interpretasi tensiokuler pada palpasi

5. Pemeriksaan proyeksi & presepsi

6. Prognosis ad vitam (hidup)

Prognosis ad functionam (fungsi)

Prognosis ad sanationam (sembuh)

Prognosis kosmetik (kosmetik)

7. Cantumkan daftar pustaka setiap pargaraf

8. Epidemiologi

36

Anda mungkin juga menyukai