VERTIGO
Disusun oleh :
dr. Herwiq Ismail
Pembimbing :
dr. Zainuddin, Sp. M
Pendamping :
dr. Rini Astuti Wardhani
dr. Rakhmadi Sya’ban Nur
Nama : Tn L N
Umur : 61 tahun
Alamat :-
Status : Menikah
Agama : Islam
2.2. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Pusing (+)
Seorang pasien masuk rumah sakit umum daerah Kudungga dengan keluhan
pusing keluhan dialami sejak 4 hari yang lalu, pasien juga mengalami mual (+),
muntah (+) frek 2x berisi makanan dan minuman yang di konsumsinya, nyeri ulu
hari (+), buang air besar dalam batas normal, nyeri kepala (-), demam (-), batuk
(-), lendir (-), sesak (-), nyeri dada (-), nyeri perut (-), buang air kecil dalam batas
normal.
Keadaan umum
o Gizi Normal
o Berat Badan : 50 kg
o IMT : 19,53
Tanda Vital
o Nadi : 88 x/menit
o Pernapasan : 20 x/menit
o Suhu :36,90C
Status General
o Rambut : Hitam
o Simetris : kiri-kanan
Mata
o Eksoptalmus : -/-
Hidung
Hidung
o Bentuk : Simetris
o Perdarahan :-
Leher
o DVS : -4
Kulit
o Hiperpigmentasi :-
o Ikterik :-
o Petechie :-
o Sianosis :-
o Pucat :-
Thorax
o Inspeksi : Simetris
o Perkusi : Sonor
Cor
o Perkusi : tymphani
Punggung
Genitalia
o Tidak dievaluasi
Tidak di evaluasi
2.5. RESUME
Pada tanggal 26-07-2019. Pasien MRS dengan keluhan pusing, mual, muntah frek
2x isi makanan dan minuman yang dikonsumsinya, nyeri ulu hati. Pasien. Pada
pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum lemah, tampak sakit ringan, kesadaraan
composmentis, pemeriksaan tanda vital : tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 110 x/menit,
pernapasan 20 x/menit, suhu 36,90C. Pada pemeriksaan fisis yang bermakna inspeksi :
dijumpai dan dapat mengenai segala usia. Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang
terhadap lingkungan disekitarnya tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler
dilabirin, organ visual dan proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik
tersebut akan diolah di system saraf pusat sehingga menggambarkan keadaan posisi
kemampuan tubuh untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri
Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan igo yang
berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari “dizziness” yang secara definitif
merupakan ilusi gerakan, dan yang paling sering adalah perasaan atau sensasi tubuh yang
berputar terhadap lingkungan atau sebaliknya, lingkungan sekitar kita rasakan berputar.
Vertigo juga dirasakan sebagai suatu perpindahan linear ataupun miring, tetapi gejala
seperti ini lebih jarang dirasakan. Kondisi ini merupakan gejala kunci yang menandakan
adanya gangguan sistem vestibuler dan kadang merupakan gejala kelainan labirin.
Namun, tidak jarang vertigo merupakan gejala dari gangguan sistemik lain (misalnya,
Vertigo terjadi pada sekitar 32% kasus, dan sampai dengan 56,4% pada populasi
orang tua. Sementara itu, angka kejadian vertigo pada anak-anak tidak diketahui,tetapi
dari studi yang lebih baru pada populasi anak sekolah di Skotlandia, dilaporkan sekitar
15% anak tidak pernah merasakan sekali serangan pusing dalam periode satu tahun.5
Vertigo (BPPV). Menurut penelitian pasien yang datang dengan keluhan pusing
berputar/vertigo, sebanyak 20% memiliki BPPV, walaupun penyakit ini sering disertai
penyakit lainnya.6
B. Definisi
Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan igo yang
berarti kondisi. Vertigo ialah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti
rotasi (memutar) tanpa sensasi peputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa
C. Epidemiologi
Vertigo terjadi pada sekitar 32% kasus, dan sampai dengan 56,4% pada populasi
orang tua. Sementara itu, angka kejadian vertigo pada anak-anak tidak diketahui,tetapi
dari studi yang lebih baru pada populasi anak sekolah di Skotlandia, dilaporkan sekitar
15% anak tidak pernah merasakan sekali serangan pusing dalam periode satu tahun.5
Vertigo (BPPV). Menutur penelitian pasien yang datang dengan keluhan pusing
berputar/vertigo, sebanyak 20% memiliki BPPV, walaupun penyakit ini sering disertai
penyakit lainnya.6
100.000 orang dengan kecendrungan terjadi pada wanita (64%) dan diperkirakan sering
terjadi pada usia rata-rata 51-57 tahun dan jarang pada usia dibawah usia 35 tahun tanpa
D. Etiopatogenesis
Penyebab vertigo ialah semua faktor yang dapat menimbulkan gangguan pada :
telinga luar, otot tengkuk, labirin, sistem vestibularis, penglihatan, psikis. Sebab-sebab ini
ialah gangguan aliran darah, trauma, intoksikasi, infeksi dan neoplasma. Gangguan
telinga luar, diantaranya liang telinga luar tersumbat serumen, tuba eustachii tertutup,
disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil
keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan
kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan
diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari
berbagai reseptor sensorik perifer yaitu mata/visus, vestibulum dan proprioceptif, atau
ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik yang berasal dari sisi kiri dan kanan.
timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau
sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (berasal
dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik, menurut teori ini otak
mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu, sehingga jika pada suatu
saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah
tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola gerakan yang baru
4. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha
adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim simpatis terlalu
5. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori serotonin
6. Teori Sinap
belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan vertigo. stres yang akan memicu
sekresi CRF (corticotropin releasing factor), peningkatan kadar CRF selanjutnya akan
berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat menenangkan
gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo
akibat aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan
hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.
2,4
Secara umum vertigo dibedakan menjadi vertigo perifer atau sentral. Pada vertigo
tipe sentral etiologi umumnya adalah gangguan vaskuler. Sedangkan pada vertigo tipe
Hipertensi
darah retina yang menyebabkan munculnya tanda kebocoran vaskuler. Ini terutama
terlihat bila hipertensi bukan disebabkan oleh penyakit ginjal. Pasien sering mengeluhkan
penglihatan kabur dan episode hilangnya penglihatan temporer. Terapi hipertensi dan
resolusi tanda retina. Hal ini dapat memakan waktu beberapa bulan.9
Aliran darah otak dipengaruhi terutama oleh 3 faktor yaitu: tekanan untuk
memompakan darah dari sistem arteri-kapiler ke system vena, tahanan perifer pembuluh
otak konstan. Ketika tekanan darah arterial meningkat, arteriole otak konstriksi,
derajatnya bergantung kenaikan tekanan darah. Jika berlangsung dalam periode singkat
dan tekanan tidak terlalu tinggi maka tidak berbahaya. Namun bila berlangsung bulan
sampai tahun dapat terjadi hialinisasi otot pembuluh darah dan diameter lumen menjadi
tetap. Hal ini merupakan salah satu bentuk penyakit degeneratif yang merupakan salah
satu penyebab penyakit saraf. Pada gangguan ini, satu atau lebih komponen sistem saraf
menjadi malfungsi setelah berfungsi normal beberapa tahun serta bersifat kronis, difus
dan progresif.9
area korteks dengan talamus, ganglia basalis, serebelum dan medula spinalis (Bronstein,
otak konstan. Ketika tekanan darah arterial meningkat, arteriole otak konstriksi,
derajatnya bergantung kenaikan tekanan darah. Jika berlangsung dalam periode singkat
dan tekanan tidak terlalu tinggi maka tidak berbahaya. Namun bila berlangsung bulan
sampai tahun dapat terjadi hialinisasi otot pembuluh darah dan diameter lumen menjadi
tetap. Hal ini merupakan salah satu bentuk penyakit degeneratif yang merupakan salah
satu penyebab penyakit saraf. Pada gangguan ini, satu atau lebih komponen sistem saraf
menjadi malfungsi setelah berfungsi normal beberapa tahun serta bersifat kronis, difus
dan progresif.9
area korteks dengan talamus, ganglia basalis, serebelum dan medula spinalis (Bronstein,
Bertahun - tahun
terjadinya penyakit lain) paling banyak. Hal ini berkaitan dengan kadar gula darah yang
tinggi secara terus menerus, sehingga mengakibatkan kerusakan pembuluh darah, saraf
dan struktur internal lainnya di dalam tubuh. Zat kompleks yang terdiri dari glukosa di
dalam dinding pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah menebal dan mengalami
kebocoran. Akibat penebalan ini maka aliran darah akan berkurang, terutama yang
endproducts (AGE) pada berbagai jaringan terutama sistem vaskularisasi dan sistem saraf
atheroma. Perubahan mikroskopis antara lain deposisi lipida, proliferasi endotel dan
Perubahan makropatologis dapat diamati pada sistem sirkulasi secara esensial dan
deposisi AGE dan LDL yang berkonsekuensi menimbulkan kalsifikasi berbagai arteri di
dalam tubuh. Atheroma mengakibatkan sirkulasi yang buruk dan bertanggungjawab atas
ulserasi dan gangren pada ekstremitas bawah. Komplikasi paling parah atheroma adalah
adanya miokard infark, hipertensi, stroke, insufisiensi koroner dan gagal ginjal.10
asupan glukosa yang terus menerus. Gangguan (interruption) asupan glukosa yang
berlangsung beberapa menit menyebabkan gangguan fungsi sistem saraf pusat (SSP),
dengan gejala gangguan kognisi, bingung dan koma. Seperti jaringan yang lain, jaringan
saraf dapat memanfaatkan sumber energy alternative, yaitu keton dan laktat. Pada
mungkin tidak mencapai kadar yang cukup di SSP, sehingga tidak dapat dipakai sebagai
Anemia
hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin dilepas pada proses penuaan serta
kematian sel dan diangkat melalui transferin plasma ke sumsum tulang untuk
eritropoiesis. Pada peredaran zat besi berkurang, maka besi dari diet tersebut diserap oleh
lebih banyak. Besi yang dimakan diubah menjadi besi keto dalam lambung dan
duodenum, penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejenum proksimal, kemudian
besi diangkat oleh tranferin plasma ke sumsum tulang, untuk sintesis hemoglobin atau ke
besi merupakan susunan atau sebuah molekul dan hemoglobin, jika zat besi rendah dalam
tubuh maka pembentukan eritrosit atau eritropoetin akan mengganggu sehingga produksi
sel darah merah berkurang, sel darah merah yang berkurang atau menurun
Gangguan Vestibuloserebelum
Fungsi vestibuloserebelum menerima impuls dari apparatus vestibularis yang
mempengaruhi fungsi motorik mata dan tubuh sedemikian rupa sehingga ekuilibrium
baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui nuclei vestibulares) ke korteks
longitudinalis medialis memasuki batang otak dan medulla spinalis untuk mengontrol
fungsi motorik spinal dan okulomotor. Lengkung refleks ini memastikan stabilisasi
postur, gaya berjalan, dan posisi mata dan memungkinkan fiksasi tatapan.13
nukleus fastigii menyebabkan pasien kurang dapat menempatkan dirinya pada lapangan
gravitasi bumi, atau tidak dapat memfiksasi tatapannya pada objek yang diam saat kepala
bergerak. Disekuilibrium, pasien mengalami kesulitan berdiri tegak (astasia), dan berjalan
(abasia), dan gaya berjalan pasien lebar-lebar dan tidak stabil, menyerupai gaya berjalan
Psikosomatis
Respon seseorang akan stressor, disebut stress, dapat bertipe cannon (reaksi
emosional, stimulasi system saraf simpatik, stimulasi medulla adrenal) atau tipe seyle
(depresi emosional, stimulasi hipofisis anterior, stimulasi korteks adrenal). Akibat kedua
kelainan irama jantung, perubahan tekanan darah, dilatasi dan konstriksi pembuluh
darah, perubahan korpuskular darah dan perubahan komposisi biokimiawi dalam darah.15
Stressor dapat berupa fisis/eksogen (sinar terlalu terang, kerja berat, puasa dan
menyebabkan gejala prodromal, distensi arteri, cabang – cabang arteri karotis eksterna
(akan mengaktivasi akhiran saraf nyeri di sepanjang dinding arteri) akan menyebabkan
nyeri yang khas, edema dinding arteri yang akan menimbulkan sakit kepala yang
Tetapi belum jelas apakah substansi ini yang menyebabkan timbulnya vasodilatasi.15
paling sering. Umumnya hilang sendiri (self limiting) dalam 4 sampai 6 minggu.
BPPV didefinisikan sebagai gangguan yang terjadi di telinga dalam dengan gejala
gerakan kepala mendadak atau karena perubahan pada posisi tubuh seperti berguling
di tempat tidur. BPV disebabkan oleh akumulasi debris dalam kanalis semisirkularis,
pasien.1
Labirintitis
Labirinitis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan dan
pembengkakan labirin (telinga dalam). Biasanya, hanya satu telinga yang terkena.
Ada banyak penyebab labirinitis. Penyebab yang paling umum adalah karena infeksi
virus dan jarang sekali karena infeksi bakteri. Hal ini terjadi ketika infeksi mencapai
kedua cabang dari saraf, menyebabkan perubahan pada pendengaran serta pusing atau
vertigo (sensasi berputar yang hebat). Labirinitis virus seringkali berhubungan dengan
infeksi saluran pernafasan bagian atas sedangkan labirinitis bakteri dapat berkembang
Penyakit Meniere
Penyakit Meniere adalah kelainan telinga tengah yang ditandai dengan 3 gejala
episode intermitten yaitu vertigo, tinnitus, dan sensori neural hearing loss yang
episodik dan berfluktuasi dengan serangan yang berlangsung dari menit sampai
beberapa jam, dipisahkan oleh interval beberapa hari sampai beberapa tahun.1
Etiologinya bisa disebabkan oleh proses autoimun, infeksi virus dan bakteri,
Obat-obatan
Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus dan
kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat ototoksik. Antimikroba lain yang
tuli
Nistagmus spontan + -
Keluhan Sentral Perifer
terlentang)
Dix-Hallpike
horizontal kepala
semua posisi
pengulangan posisi
maneuver posisional
Tabel 2.Perbedaan gejala vertigo sentral dan vertigo perifer7
F. Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu digali penjelasan mengenai deskripsi jelas keluhan pasien.
Pusing yang dikeluhkan dapat berupa sakit kepala, rasa goyang, pusing berputar, rasa
tidak stabil atau melayang. Bagaimana bentuk serangan vertigo, apakah pusing berputar
atau rasa goyang/melayang. Bagaimana sifat serangan vertigo, apakah periodik, kontinu,
apakah saat perubahan gerakan kepala atau posisi, berada dalam situasi keramaian dan
emosional, ataukah ada faktor suara. Ditanyakan gejala otonom yang menyertai keluhan
vertigo, apakah ada mual, muntah, keringat dingin, apakah gejala otonom berat atau
ringan. Ditanyakan apakah ada gejala gangguan pendengaran seperti tinnitus atau tuli.7,18
atau kemoterapi yang dapat memicu terjadinya vertigo. Juga perlu ditanyakan penyakit
yang diderita pasien, seperti DM, hipertensi, atau kelainan jantung. Selain itu ditanyakan
juga apakah terdapat gejala defisit neurologis fokal seperti penglihatan ganda, gangguan
darah (diukur dalam posisi berbaring, duduk, dan berdiri), bising karotis, irama (denyut
jantung),kadar glukosa darah, kadar hb dan pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa,4,5
2. Pemeriksaan fisik
darah (diukur dalam posisi berbaring, duduk, dan berdiri), bising karotis, irama (denyut
3. Pemeriksaan neurologi
a) Fungsi vestibuler/serebeler
Uji Romberg
mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30
(misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan
vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi
garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap
Tandem gait.
Penderita berjalan dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari
menyimpang dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh. 1,2,4,5
Uji Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horizontal ke depan dan jalan di tempat
dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan
gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah
lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan
yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah
lesi. 1,2,4,5
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
Uji Babinsky-Weil
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan
dan lima langkah ke belakang selama setengan menit; jika ada gangguan
vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang. 2,4,5
perifer.
1) Fungsi vestibular
Dix-Hallpike test
Tes ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang memiliki masalah dengan
dan untuk melihat adanya nistagmus. Uni ini dilakukan dari posisi duduk di
dimiringkan 45° ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya
vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer
Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke
belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus.
lambat, 40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila
satu menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan
nistagmus.19
Tes kalori
Pada cara ini dipakai 2 macam air, dingin dan panas. Suhu air dingin
adalah 300C, sedangkan suhu air panas adalah 440C. Volume air yang
dialirkan ke dalam liang telinga masing-masing 250 ml, dalam waktu 40 detik.
Setelah air dialirkan, dicatat lama nistagmus yang timbul. Setelah telinga kiri
diperiksa dengan air dingin, diperiksa telinga kanan dengan air dingin juga.
Kemudian telinga kiri dialirkan air panas, lalu telinga dalam. Pada tiap selesai
pemeriksaan (telinga kiri atau kanan atau air dingin atau air panas) pasien
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional
ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin,
Elektronistagmogram
2) Fungsi pendengaran
Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif,
dengan tes-tes Rinne, Weber dan Schwabach. Pada tuli konduktif, tes Rinne
Audiometri
Ada beberapa macam pemeriiksaan audiometri seperti Ludness Balance
lain meliputi: acies visus, kampus visus, okulomotor, sensorik wajah, otot
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan lain sesuai
indikasi.4,5
H. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Antihistamin
Penghambat reseptor histamin-1 (H-1 blocker) saat ini merupakan antivertigo
yang paling banyak diresepkan untuk kasus vertigo,dan termasuk di antaranya adalah
juga mempunyai efek terhadap reseptor histamin sentral. Antihistamin mungkin juga
mempunyai potensi dalam mencegah dan memperbaiki “motion sickness”. Efek sedasi
merupakan efek samping utama dari pemberian penghambat histamin-1. Obat ini
biasanya diberikan per oral, dengan lama kerja bervariasi mulai dari 4 jam (misalnya,
Histaminergik
Obat kelas ini diwakili oleh betahistin yang digunakan sebagai antivertigo di
beberapa negara Eropa, tetapi tidak di Amerika. Betahistin sendiri merupakan prekrusor
perbaikan aliran darah pada mikrosirkulasi di daerah telinga tengah dan sistem
vestibuler. Pada pemberian per oral, betahistin diserap dengan baik, dengan kadar
puncak tercapai dalam waktu sekitar 4 jam. efek samping relatif jarang, termasuk
Antagonis kalsium
sistem vestibuler, sehingga akan mengurangi jumlah ion kalsium intrasel. Penghambat
kanal kalsium ini berfungsi sebagai supresan vestibuler. Flunarizin dan sinarizin
serta antihistamin-1. Flunarizin dan sinarizin dikonsumsi per oral. Flunarizin mempunyai
waktu paruh yang panjang, dengan kadar mantap tercapai setelah 2 bulan, tetapi kadar
obat dalam darah masih dapat terdeteksi dalam waktu 2-4 bulan setelah pengobatan
dihentikan. Efek samping jangka pendek dari penggunaan obat ini terutama adalah efek
sedasi dan peningkatan berat badan. Efek jangka panjang yang pernah dilaporkan ialah
depresi dan gejala parkinsonisme, tetapi efek samping ini lebih banyak terjadi pada
Antikolinergik
yang paling banyak dipakai adalah skopolamin dan homatropin. Kedua preparat tersebut
oral memberikan efek rata-rata 4 jam, sedangkan gejala efek samping yang timbul
gangguan memori dan kebingungan (terutama pada populasi lanjut usia), ataupun gejala-
Antidopaminergik
vestibuler perifer. Lama kerja neuroleptik ini bervariasi mulai dari 4 sampai 12 jam.
metoklopramid. Efek samping dari antagonis dopamin ini terutama adalah hipotensi
Prometazin 25 mg / 6 jam
Efedrin 25 mg / 6 jam
Flunarizin 2 mg / 12 jam
DAFTAR PUSTAKA
1. Efiaty AS, Nurbaiti I, Janny B, Ratna D. Buku Ajar Teling, Hidung, Tenggorok, Kepala
& Leher. Edisi ke-6. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.
4. Riyanto Budi W. Vertigo:aspek neurologi. Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004
5. Timbul Kuupiya W. Vertigo. Cermin Dunia Kedokteran Volume 39. No 10, 2012
6. Munir Badrul. Neurologi Dasar. Jakarta: Sagung Seto; 2015.
7. Dewanto G, Royanto B, Turana Y, Suwono JW. Panduan Praktis Diagnosis dan Tata
8. Weiner Howard L, Levitt Lawrence P. Buku Saku Neurologi. Edisi 5. Jakarta: EGC
Jalan Saraf RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Universitas Negri Surakarta/ Rumah Sakit
10. Yanti i. Hubungan Antara Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Retinopati Diabetik Dikaji
Dari HbA1c Sebagai Parameter Kontrol Gula Darah. Medan: Universitas Sumatra
Utara. 2011.
Alwi I, K Simadibrata M, Setiati S, Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5.
12. Meutirani R. Hubungan Anemia Defisiensi Besi Terhadap Gangguan Konsentrasi pada
13. Frotscher M, Baehr M. Diagnosis Topik Neurologi DUUS Anatomi, Fisiologi, Tanda,
16. http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-diseases/labirinitis
17. Tierney L M& Mcphee S J. 2007. Disease of Ear, Nose & Throat.Current Medical
Diagnosis & Treatment, Forty-Sixth Edition. New York: Mc Graw Hill LANGE
Sanglah Denpasar
20. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran Jilid