Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa hasil nilai uji organoleptik pada
aspek aroma diketahui, bahwa waktu jemur 5 hari dan waktu sangrai 120 menit
memiliki nilai uji organoleptik aspek aroma tertinggi sebesar 3,86, dan nilai
terendah uji organoleptik aspek aroma pada perlakuan waktu jemur 5 hari dan
waktu sangrai 30 menit sebesar 2,14.
4.1.2 Rasa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan waktu jemur dan waktu
sangrai sangat berpengaruh terhadap rasa kopi biji salak yang di hasilkan. Nilai
aroma pada kopi biji salak (S. zalacca) dapat dilihat pada tabel 4.3
4.1.3 Warna
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perlakuan waktu jemur dan
waktu sangrai sangat berpengaruh terhadap rasa kopi biji salak yang di hasilkan.
Nilai aroma pada kopi biji salak (S. zalacca) dapat dilihat pada Tabel 4.4
4.1.4.1 Aroma
Berdasarkan pilihan para panelis, terkait aspek aroma kopi biji salak
diperoleh data dari panelis sebagaimana disajikan pad Tabel 4.4
4.1.4.3 Warna
Warna menjadikan faktor pendukung pada suatu produk untuk disukai,
sehingga untuk mengetahu daya terima kesukaan terhadap rasa hasil pengujian
rasa kopi biji salak dapat dilihat pada Tabel 4.6
Analisis output SPSS pada Tabel 4.7 yaitu arameter aroma nilai sig.
sebesar 0,331 > 0,05, parameter rasa nilai sig. sebesar 0,693 > 0,05, parameter
warna nilai sig. sebesar 0,416 > 0,05. Berdasarkan tabel 4.7 di atas menurut dasar
pengambilan keputusan uji normalitas dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi
normal, karena semua nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (>0,05).
Parameter α Sig.
Aroma 0,05 0,073
Rasa 0,05 0,231
warna 0,05 0,214
(Sumber: Data Penelitian, 2021)
Analisis output SPSS pada Tabel 4.8 yaitu arameter aroma nilai sig.
sebesar 0,073 > 0,05, parameter rasa nilai sig. sebesar 0,231 > 0,05, parameter
warna nilai sig. sebesar 0,214 > 0,05. Berdasarkan tabel 4.8 di atas menurut dasar
pengambilan keputusan uji homogenitas dapat disimpulkan data aroma menurut
analisis data uji homogenitas, data homogen (varian data sama), karena semua
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (>0,05).
Aroma 0,05
Waktu Jemur 0,023 2,6993 3,332
waktu sangrai.
Rasa 0,05
Waktu Jemur 0,029 2,6993 3,316
waktu sangrai.
Warna 0,05
Waktu Jemur 0,396 2,6993 1,000
waktu sangrai.
(Sumber: Data Penelitian, 2021)
Analisis output SPSS pada Tabel 4.9 yaitu parameter aroma pada
perlakuan waktu jemur dengan nilai Sig. 0,023 < 0,050 artinya, tidak ada
perbedaan pada perlakuan waktu jemur. Parameter aroma pada perlakuan waktu
sangrai dengan nilai Sig. 0,065 < 0,050 artinya, ada perbedaan pada perlakuan
waktu sangrai. Parameter aroma pada perlakuan waktu jemur dan waktu jemur
dengan nilai Sig. 0,976 < 0,050 artinya, tidak ada interaksi antara perlakuan waktu
jemur dan waktu sangrai. Parameter warna pada perlakuan waktu jemur dengan
nilai Sig. 0,029 < 0,050 artinya, ada perbedaan pada perlakuan waktu jemur.
Parameter warna pada perlakuan waktu sangrai dengan nilai Sig. 0,079 < 0,050
artinya, tidak ada perbedaan pada perlakuan waktu sangrai. Parameter warna pada
perlakuan waktu jemur dan waktu jemur dengan nilai Sig. 0,075 < 0,050 artinya,
tidak ada interaksi antara perlakuan waktu jemur dan waktu sangrai. Parameter
warna pada perlakuan waktu jemur dengan nilai Sig. 0,396 < 0,050 artinya, tidak
ada perbedaan pada perlakuan waktu jemur. Parameter warna pada perlakuan
waktu sangrai dengan nilai Sig. 0,000 < 0,050 artinya, ada perbedaan pada
perlakuan waktu sangrai. Parameter warna pada perlakuan waktu jemur dan waktu
jemur dengan nilai Sig. 0,759 < 0,050 artinya, tidak ada interaksi antara perlakuan
waktu jemur dan waktu sangrai.
Analisis output Tabel 4.10 bahwa pada semua perlakuan jemur dan
perlakuan sangrai berada pada 2 subset, artinya pada perlakuan 20 hari jemur dan
120 menit sangrai bahwa perlakuan berbeda nyata.
Perlakuan Subset 1
Jemur 5 hari 2,64
Jemur 20 hari 2,79
Jemur 15 hari 3,21
Jemur 10 hari 3.25
Sig. 0,067
Sangrai 30 menit 2,79
Sangrai 60 menit 2,82
Sangrai 90 menit 2,93
Sangrai 120 menit 3,36
Sig. 0,095
(Sumber: Data Penelitian, 2021)
Analisis output Tabel 4.11 bahwa pada semua perlakuan jemur dan
sangrai berada hanya 1 subset yang artinya tidak ada perlakuan yang berbeda
nyata dan perlakuan sangrai berada di 1 subset pada 120 menit sangrai bahwa
perlakuan berbeda nyata.
Parameter α Sig.
Aroma 0,05 0,875
Rasa 0,05 0,109
warna 0,05 0,621
(Sumber: Data Penelitian, 2021)
Analisis output SPSS pada Tabel 4.14 yaitu parameter aroma nilai sig.
sebesar 0,875 > 0,05, parameter rasa nilai sig. sebesar 0,109 > 0,05, parameter
warna nilai sig. sebesar 0,621 > 0,05. Berdasarkan Tabel 4.43 di atas menurut
dasar pengambilan keputusan uji homogenitas dapat disimpulkan data aroma
menurut analisis data uji homogenitas, data homogen (varian data sama), karena
semua nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (>0,05).
4.2.7 Nilai uji twoway daya terima kesukaan
Nilai uji twoway anova analisis data parameter aroma dapat dilihat pada
Tabel 4.15 di bawah ini
waktu sangrai.
Rasa 0,05
Waktu Jemur 0,521 2,6993 0,757
waktu sangrai.
Warna 0,05
Waktu Jemur 0,420 2,6993 0,950
waktu sangrai.
(Sumber: Data Penelitian, 2021)
Analisis output SPSS pada Tabel 4.15 yaitu parameter aroma pada
perlakuan waktu jemur dengan nilai Sig. 0,136 < 0,050 artinya, tidak ada
perbedaan pada perlakuan waktu jemur. Parameter aroma pada perlakuan waktu
sangrai dengan nilai Sig. 0,000 < 0,050 artinya, ada perbedaan pada perlakuan
waktu sangrai. Parameter aroma pada perlakuan waktu jemur dan waktu sangrai
dengan nilai Sig. 0,938 < 0,050 artinya, tidak ada interaksi antara perlakuan waktu
jemur dan waktu sangrai. Parameter rasa pada perlakuan waktu jemur dengan nilai
Sig. 0,521 < 0,050 artinya, tidak ada interaksi antara perlakuan waktu jemur dan
waktu sangrai. Parameter rasa pada perlakuan waktu jemur dengan nilai Sig.
0,025 < 0,050 artinya, tidak ada interaksi antara perlakuan waktu jemur dan waktu
sangrai.Parameter rasa pada perlakuan waktu jemur dengan nilai Sig. 0,797 <
0,050 artinya, tidak ada interaksi antara perlakuan waktu jemur dan waktu sangrai.
Parameter warna pada perlakuan waktu jemur dengan nilai Sig. 0,420 < 0,050
artinya, tidak ada perbedaan pada perlakuan waktu jemur. Parameter warna pada
perlakuan waktu sangrai dengan nilai Sig. 0,000 < 0,050 artinya, ada perbedaan
pada perlakuan waktu sangrai. Parameter warna pada perlakuan waktu jemur dan
waktu jemur dengan nilai Sig. 0,976 < 0,050 artinya, tidak ada interaksi antara
perlakuan waktu jemur dan waktu sangrai
4.3 Pembahasan
Proses pengeringan pada kopi yaitu melalui proses penjemuran yang
merupakan proses pengeluaran air dari biji dengan menggunakan energi cahaya
panas matahari (Anhar & Abubakar, 2018). Proses penjemuran ini dilakukan
dengan menghamparkan di atas tanah menggunakan alas atau lantai dari semen.
Penjemuran biasanya dibalik setiap 1 jam sekali untuk memperoleh hasil kopi
yang merata. Keunggulan pengeringan kopi menggunakan energi matahari adalah
menjadi kering sempurna apabila tidak ada hujan turun atau dengan syarat cuaca
panas yang mendukung.
4.3.1 Aroma
Aroma adalah diameter nilai yang terkandung dalam produk yang
langsung dapat dinikmati oleh konsumen. Aroma dalam suatu hasil produk dalam
banyak hal akan menentukan bau dan tidaknya suatu hasil produk, bahkan aroma
menjadi suatu yang lebih kompleks dari pada rasa (Widodo, 2018). Aroma
merupakan bau yang muncul pada biji kopi salak akibat adanya senyawa volatile
yang tertangkap olehindra penciuman manusia pada umumnya yang berpengaruh
pada aroma kopi (Prayogo et al., 2016). Kepekaan indera pencium biasanya lebih
tinggi daripada indera pencicipan.
4.3.2 Rasa
Rasa merupakan suatu kesan yang diterima melalui indera pengecapan
manusia yaitu lidah, yang hasilnya diperoleh dari hadirnya senyawa – senyawa
yang larut dalam air saat proses penyeduhan (Widodo, 2018). Selain itu, ukuran
biji kopi juga mempengaruhi rasa yang terdapat pada kopi, semakin kecil ukuran
kopi maka semakin menurun pula rasa yang tercipta hal ini dikarenakan suatu
proses yang dinamakan ekstraksi bisa berlangsung lebih cepat.
Berdasarkan hasil analisa ragam (F hitung > F tabel) terhadap perlakuan
waktu jemur diketahui bahwa sebagaimana waktu jemur berpengaruh signifikan
terhadap rasa pada tabel 4.9 karena nilai dari Fhitung yaitu 3,316 > 2,699 nilai
Ftabelnya atau nilai Sig, < α yaitu 0,029 < 0,05 artinya nilai waktu jemur
signifikan meningkat disetiap perlakuannya. Berbeda halnya dengan nilai waktu
jemur menunjukkan hasil yang tidak signifikan karena Fhitung < Ftabelnya 2,333
< 2,699.
Proses jemur menimbulkan rasa yang asam, dimana rasa kopi yang bagus
adalah rasa yang asam dan tidak terlalu pahit (Ramadhian et al., 2017). Bitterness
atau yang biasa disebut rasa pahit merupakan senyawa kopi yang tidak dapat
dilepas dari khas kopi tersebut. Menurut Paliling (2019) mengatakan bahwa kopi
biji salak akan menjadi pahit apabila lamanya proses pemanasan. Semakin lama
proses waktu sangrai makan rasa kopi semakin pahit. Menurut Prayogo et al.,
(2016) mengatakan lama penyangraiaan dan lama penjemuran menimbulkan rasa
pahit terhadap kopi, sehingga dominan memiliki rasa pahit.
Pembentukan rasa pada biji kopi salak terjadi pada waktu biji kopi
bersuhu 1400C sampai 2300C. Beberapa komponen pemebntuk flavor rasa
merupakan senyawa volatile yang bersifat larut dalam air yang pembentuk rasa
pahit. Senyawa volatile tidak banyak menguap guna mempertahankan rasa pahit
jika alat yang digunakan saat sangrai adalah mesin yang tertutup. Proses
pembentukan aroma dan rasa khas kopi terjadi karena perlakuan panas, sehingga
semakin lama proses jemur dan proses sangrai maka semakin baik pula citarasa
kopi yang baik pula (Adib et al., 2018). Rasa pahit pada ekstrak biji kopi
disebabkan adanya kandungan mineral bersama dengan pemecah serat kasar,
asam khlorogenat, tannin, kafein dan senyawa organik lainnya (Lokaria &
Susanti, 2018). Semakin lama penyangraian dan proses panas matahari maka kopi
akan semakin pahit.
Penjemuran 10 hari dan penyangraian 120 menit menimbulkan rasa yang
sangat pahit hal ini karena proses penjemuran yang tidak terlalu lama tetapi proses
penyangraian selama 120 menit ini sehingga rasa kopi biji salak ini sangat pahit.
Rasa pahit yang ditimbulkan oleh kopi biji salak ini sudah menjadi ciri khas dari
kopi, karena kopi identik dengan rasa yang pahit sebagaimana rasa pahitnya
tersebut akan memberi keseimbangan pada acidity atau keasaman yang pada rasa
kopi, serta keasaman pada kopi membuat rasa kopi menjadi lebih kompleks.
Pengaruh waktu jemur dan waktu sangrai sangat berhubungan saling memberikan
pengaruh satu sama lain antar perlakuannya, sehingga menunjukkan hasil yang
berhubungan. Nilai organoleptik menurut skala penilaian pada perlakuan jemur 10
hari dan sangrai 120 menit dengan nilai secara berturut turut sebesar 3,25 dan 3,36
termasuk karakteristik kopi dengan rasa sangat pahit artinya semakin lama proses
panas yang terjadi pada penjemuran dan penyangraian maka kopi akan semakin
pahit.
4.3.3 Warna
Kriteria warna merupakan kriteria sebuah produk yang memegang
peranan penting dalam penerimaan makanan. Konsep warna secara organoleptik
yaitu fenomena psikologik yang merupakan hasil respon mata manusia terhadap
rangsangan sinar visible light pada panjang gelombongan 380 – 770 nm Soekarto
dalam (Widodo, 2018). Warna merupakan pelengkap dalam suatu produk karena
pelengkap bersama – sama dengan aroma dan rasa.
Semakin gelap maka tidak menghilangkan ciri dari warna kopi itu
sendiri. Menurut Lokaria & Susanti, (2018) faktor yang mempengaruhi warna
seduhan kopi yang dihasilkan hal ini terjadi karena adanya proses karamelisasi
gula yang menyebabkan timbulnya warna gelap. Menurut (Widodo, 2018) reaksi
maillard yang mengakibatkan munculnya senyawa bergugus karbonil (gugus
reduksi) dan bergugus amino, reaksi maillard merupakan reaksi browning non
enzimatik yang membentuk senyawa kompleks dengan berat molekul tinggi,
karena adanya suhu panas pada proses sangrai dan proses pengeringan
mengakibatkan warna yang dihasilkan tidak seragam.
Penjemuran 15 hari dan penyangraian 120 menit memiliki kriteria kopi
biji salak berwarna hitam karena pada saat penjemuran, disitulah warna dari biji
salak semakin lama semakin gelap karena adanya proses penguapan yang terjadi
pada biji oleh panas matahari yang berlangsung selama 15 hari. Setelah dilakukan
penjemuran dilanjutkan dengan sangrai selama 120 menit di mana proses inilah
yang menjadi penyempurnaan dalam pembentukan warna yang akan timbul dari
kopi biji salak. Penyangraian ini biji kopi mengalami penguapan air pada suhu
100 0C, dan reaksi pirolis pada suhu 2000C sebagaimana menurut Darmawanto,
(2019) reaksi pirolis akan terjadi perubahan kimia dengan adanya degradasi dan
sintesis yang terjadi secara simultan pada suhu yang tinggi. Reaksi pirolis dapat
dilihat dengan adanya perubahan warna biji kopi dari warna coklat menjadi warna
hitam. Pengaruh waktu jemur dan sangrai berpengaruh terhadap kriteria warna
kopi. Perubahan lightness warna kopi dengan berbagai macam variasi lama
penyangraian memperlihatkan nilai yang berbeda seiring bertambahnya waktu
penyangraian, yaitu dengan menunjukkan perubahan warna biji kopi menjadi
kecoklatan dan semakin gelap. Nilai organoleptik warna menurut skala penilaian
pada perlakuan jemur 15 hari dan sangrai 120 menit secara berturut-turut 2,68 dan
3,32 termasuk karakteristik kopi dengan warna kopi hitam. Semakin lama waktu
penyangraian maka warna kopi akan semakin hitam.
4.3.4 Daya terima kesukaan
Pengujian organoleptik pada penelitian ini menggunakan uji penerimaan
atau biasa disebut preference test (Susanti & Zuki, 2011). Daya terima kesukaan
ini bersangkutan dengan penilaian seseorang akan suatu sifat atau kualitas bahan
yang menyebabkan orang menyenangi produknya. Uji hedonik digunakan untu
menentukan tingkat penerimaan atau kesukkan terhadap produk kopi biji salak.
4.3.4.1 Aroma
Berdasarkan hasil analisa ragam (F hitung > F tabel) terhadap perlakuan
waktu sangrai diketahui bahwa sebagaimana waktu sangrai berpengaruh
signifikan terhadap daya terima kesukaan aroma pada tabel 4.15 karena nilai dari
Fhitung yaitu 13,615 > 2,699 nilai Ftabelnya atau nilai Sig, < α yaitu 0,000 <
0,05. Artinya, perlakuan waktu sangrai memiliki daya terima kesukaan yang
signifikan baik terhadap aroma biji kopi. Berbeda halnya dengan nilai waktu
jemur menunjukkan hasil yang tidak signifikan karena Fhitung < Ftabelnya.
Menurut Paliling (2019) waktu lama penyangraian menunjukkan kecenderungan
tertentu, sehingga aroma kopi mudah menguap karena adanya proses pemanasan
dan penyangraian.
Berdasarkan uji lanjut menunjukkan hasil bahwa nilai tertinggi pada
perlakuan waktu jemur 20 hari dan waktu sangrai 120 menit dengan nilai secara
berturut-turut 3,25 dan 3,57 jika disesuaikan dengan syarat daya terima kesukaan
nilai tersebut masuk ke dalam kriteria sangat suka dan nilai tersebut menjelaskan
karakteristik aroma biji kopi kategori sangat harum. Terbentuknya aroma yang
harum dan kuat sehingga dapat diterima serta menjadi daya terima kesukaan
terbanyak tergantung dengan perlakuan sangrai yang dilakukan.
4.3.4.2 Rasa
4.3.4.3 Warna
4.4.1. Kejelasan Potensi: Potensi suatu objek yang akan diungkap untuk guna
menghasilkan fakta-fakta dan konsep-konsep dari hasil penelitian yang
harus dicapai dalam kurikulum dengan banyak mempertimbangkan
ketersediaan objek dan permasalahan yang ada. Materi tentang zat adiktif
– psikotropika khususnya pada Sekolah Menegah Pertama kelas VIII
sesuai dengan Kompetensi Inti poin ke 3 yaitu memahami pengetahuan
(factual, konseptual dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, terkait fenomena dan
kejadian tampak mata. Kompetensi dasar dari KI sesuai dengan
permendikbud nomor 37 tahun 2017 pada KD 3.7 mendeskripsikan zat
adiktif (alami dan buatan) dalam makanan dan minuman (Segar dalam
kemasan), dan zat adiktif – psikotropika serta pengaruhnya terhadap
Kesehatan
4.4.2. Kejelasan tujuan: Kesesuaian hasil penelitian yang dilakukan dengan
tujuan yang akan dicapai, maksud dari kesesuaian adalah hasil penelitian
dengan kompetensi dasar (KD). Hasil penelitian dapat ditujukan sebagai
tujuan belajar yaitu KD 3.7 mendeskripsikan zat adiktif (alami dan
buatan) dalam makanan dan minuman (Segar dalam kemasan), dan zat
adiktif – psikotropika serta pengaruhnya terhadap Kesehatan.
4.4.3. Kejelasan sasaran: Kejelasan sasaran penelitian ini yang dimaksud
adalah objek dan subjek penelitian. Objek penelitiannya ialah
mendeskripsikan zat adiktif (alami dan buatan) dalam makanan dan
minuman (Segar dalam kemasan), dan zat adiktif – psikotropika serta
pengaruhnya terhadap Kesehatan. Subjek penelitian ini ialah siswa kelas
VIII SMP/MTs semester 1 dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam yang disesuaikan mengenai pembelajarannya yaitu
mendeskripsikan zat adiktif (alami dan buatan) dalam makanan dan
minuman (Segar dalam kemasan), dan zat adiktif – psikotropika serta
pengaruhnya terhadap kesehatan.
4.4.4. Kejelasan informasi yang akan diungkap: Kejelasan informasi terdiri
dari 2 aspek adalah proses yang dilakukan dalam penelitian dan produk
penelitian yang dihasilkan harus sesuai dengan kompetensi dasar.
Informasi yang didapat oleh siswa yaitu dapat memanfaatkan limbah biji
salak untuk diolah menjadi kopi dan faktor lama waktu penjemuran dan
lama waktu sangrai dapat memberi pengaruh terhadap aroma, rasa, dan
warna pada kopi yang disukai.
4.4.5. Kejelasan pedoman eksplorasi: Kejelasan pedoman eksplorasi terdiri
dari penentuan sampel penelitian itu, alat dan bahan yang digunakan,
langkah kerja, pengolahan data dan penarikan kesimpulan diakhir. Hasil
penelitian mengenai pengaruh waktu jemur dan waktu sangrai yang
memberikan pengaruh terhadap aroma, rasa dan warna karena adanya
pemanasan dari proses penjemuran dan penyangrain sehingga
menimbulkan aroma yang sangat harum, rasa yang sangat pahit dan
warna hitam, hasil penelitian tersebut siswa dapat bereksplorasi dengan
melakukan pembelajaran yang dikuatkan buku biologi kurikulum 2013
milik Zubaidah, Siti. (2017). Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas
VIII Semester 1. Jakarta: Kemendikbud (Zubaidah, 2017). Pedomen yang
kedua adalah modul pembelajaran biologi diduga lebih efektif untuk
menarik perhatian siswa sebagai pedoman pada materi tersebut yang
kedua adalah modul pembelajaran biologi diduga lebih efektif untuk
menarik perhatian siswa sebagai pedoman pada materi tersebut yang
sedang dipelajari. Menurut (Lasmiyati & Harta, 2014) modul memiliki
karakteristik sendiri yaitu mempunyai prinsip belajar secara mandiri yang
dimaksut adalah caranya belajar untuk aktif dan mudah berpartisipasi
dari masing – masing siswa untuk belajar tanpa pengawasan guru tetapi
tetap dapat dipantau, serta pertemuan tatap muka oleh guru maupun
teman sebaya. Kedua pedoman berupa buku ajar biologi dan modul
digunakan karena materi yang disajikan sesuai KD yang berlaku dan
memiliki tahun cetak yang berbeda sehingga sangat mungkin jika isi
yang terdapat di dalamnya jelas berbeda dan memberikan informasi
lebih.
4.4.6. Kejelasan perolehan yang diharapkan: Kejelasan perolehan berupa
proses dan produk penelitian yang meliputi perolehan afektif, kognitif
dan psikomotorik. Perolehan afektif: Siswa diharapkan dapat melakukan
dan menunjukkan perilaku teliti dalam melakukan pengamatan,
menunjukkan perilaku jujur dan melaporkan hasil pengamatan dan
menunjukkan perilaku Kerjasama saat mengerjakan tugas. Dapat
mengetahui beberapa fakto yang mempengaruhi organolpetik aroma, rasa
dan warna, serta menghindara zat adiktif – psikotropika yang tidak baik
untuk Kesehatan. Perolehan kognitif: diharapkan mampu menjelaskan
berbagai zat adiktif (Alami dan buatan) dalam makanan dan minuman
(segar dan dalam kemasan) serta dampaknya zat adiktif – psikotropika
terhadap Kesehatan. Perolehan psikomotorik: melakukan pengamatan
langsung (observasi), dan memperesentasikan hasil diskusi.