Anda di halaman 1dari 11

0

MAKALAH
FILSAFAT HUKUM ISLAM
“FALSAFAH SYARIAH”

Oleh:
AGUSTINA NIGRAH MS
AHMAD AMRULLAH JABAR

HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
1

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . .. .. . . .. . . . . . . . . .

BAB II: PEMBAHASAN


A. ASRAR AL-AHKAM (RAHASIA-RAHASIA HUKUM ISLAM) . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. KHASA IS AL-AHKAM (CIRI-CIRI KHAS HUKUM ISLAM) . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C. MAHASIN AL-AHKAM ATAU MAZAYA AL-AHKAM (KEUTAMAAN-KEUTAMAAN
HUKUM ISLAM) . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . .. .. . . .. . . . . . . . . . . . . . .
D. THAWABI AL-AHKAM (KARATERISTIK HUKUM ISLAM).
.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... . . .

BAB III : PENUTUP


2

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Istilah filsafat (philosophy = Bahasa Inggris) atau falsafat, berasal dari kata Arab yaitu
falsafah yang diturunkan dari kata Yunani yaitu: Philein yang berarti mencintai, Philia yang
berarti cinta, Philos yang berarti kekasih, dan Sophia atau Sophos yang mencakup, kearifan,
pengetahuan. Jadi, secara literal filsafat atau falsafat memiliki arti cinta / cinta kepada sahabat
(hubbul hikmah) atau sahabat. Filsafat hukum Islam ialah filsafat yang diterapkan pada hukum
Islam, ia merupakan filsafat khusus dan obyeknnya tertentu, yaitu hukum Islam, maka, filsafat
hukumIslam adalah filsafat yang meng analisis hukumIslam secara metodis dan sistematis
sehinnga mendapat keterangan yang mendasar, atau menganalisis hukum secara ilmiah dengan
filsafat sebagai alatnya. Menurut Azhar ba’asyir, filsafat hukum Islam adalah pemikiran secara
ilmiah, sistematis, dapat dipertanggung jawabkan dan radikal tentang hukum Islam, filsafat
hukum Islam merupakan anak sulung dari filsafat Islam. Dengan rumusan lain Filsafat hukum
Islam adalah pengetahuan tentang hakikat, rahasia, dan tujuan Islam baik yang menyangkut
materinya maupun proses penetapannya, atau filsafat yang digunakan untuk memancarkan,
meguatkan, dan memelihara hukum Islam, sehingga sesuai dengan maksud dan tujuan Allah
SWT menetapkannya di muka bumi yaitu untuk kesejahteraan umat manusia seluruhnya.
Dengan filsafat ini hukum Islam akan benar-benar “cocok sepanjang masa di semesta alam”.
Dalam penggunaannya, kata ketiga (filsafat, falsafat, falsafah) dapat digunakan.
Adapun pengertian dari segi terminologis, sebagaimana dijelaskan oleh DC Mulder, adalah cara
berfikir ilmiah. Filsafat Hukum Islam Terbagi menjadi 2 Rumusan Yaitu :
1. Falsafah Tasyri'
Filsafat yang memancarkan hukum Islam, memperkuat dan memeliharanya. Falsafah
tasyri' antara lain meliputi : Da'aim al-hakim (dasar-dasar hukum Islam), Mabadi al-ahkam
(prinsip-prinsip hukum Islam), Ushul al-ahkam (pokok-pokok hukum Islam), Maqashid al-
ahkam ( tujuan-tujuan hukum Islam), Qawaid al-ahkam (kaidah-kaidah Hukum Islam)
2. Falsafah Syari'ah
3

Filsafat yang mengungkapkan masalah ibadah, mu'amalah, jinayah, uqubah dari


hakikat dan rahasia hukum Islam . Falsafah Syari'ah antara lain meliputi : Asrar al-ahkam
(rahasia-rahasia hukum Islam), Khasa is al-ahkam (ciri-ciri khas hukum islam), Mahasin al-
ahkam atau mazaya al-ahkam (keutamaan-keutamaan hukum islam) , Thawabi al-ahkam
(karateristik hukum islam).
BAB II
PEMBAHASAN

A. ASRAR AL-AHKAM (RAHASIA-RAHASIA HUKUM ISLAM)


Asrar ini, jika kita tinjau dari segi sebab-sebab hukum disyari’atkan kita namakan
Asrarut Tasyri’ atau rahasia-rahasia pembinaan hukum. Dan jika kita tinjau dari segi materi
hukum itu sendiri, kita katakan Asrarul Ahkam, atau Asrarusy Syari’ah. Asrorul Ahkam atau
yang dalam bahasa umum dinamakan hikmah atau ahdaf, adalah suatu cabang dari falsafah
hukum islam, yang kita lihat atau kita tanggapi dari segi hikmah dan illat hukum. Asrar ini,
jika kita tinjau dari segi sebab-sebab hukum disyari’atkan kita namakan Asrarut Tasyri’ atau
rahasia-rahasia pembinaan hukum. Dan jika kita tinjau dari segi materi hukum itu sendiri,
kita katakan Asrarul Ahkam, atau Asrarusy Syari’ah.
Pertama, dalam mengahadapi kewajiban agama, khusus dalam bidang ibadat, jangan
mengatakan bahwa kewajiban agama perlu dilaksanakan karena untuk perbaikan jiwa.
Dalam hal ini Imam al-Ghazali memberikan perumpamaan dengan mengisahkan seorang
lelaki membina sebuah mahligai di suatu pegunungan. Di dalamnya ditanam semacam
rumput yang berbau wangi. Dia mewasiatkan kepada anaknya supaya memelihara rumput
itu dan jangan sekali-sekali tinggal di dalam mahligai itu, baik siang maupun malam tanpa
ada rumput tersebu, Kemudian si anak menanam bermacam-macam bunga dan beraneka
tumbuhan yang berbau wangi, serta mendatangkan kasturi dan cendana ke dalam mahligai
sehingga baunya semerbak dan harum dan mengalahkan kewangian rumput yang ditanam
sang ayah.
Kedua, keharusan berhati-hati dalam menghadapi illat hukum (jangan segera
meninggalkan hukum sebab illat tampak tidak jelas). Abu Sulaiman al-Manthiqi dalam
Hasbi telah mengulas pendapat al-Farabi dengan suatu uslub bahasa yang teramat indah. Dia
berkata: “sesungguhnya syari’at diambil dari Allah’azza wa jalla dengan perantara utusan
(duta) yang menghubungkan antara Allah dengan makhluq melalui jalan wahyu. Pintu
munajat, kesaksian ayat-ayat dan munculnya mu’jizat dipertengahannya, adalah hal-hal yang
tidak ada jalan untuk membahas dan mendalaminya. Dan kita harus mengikuti apa yang
4

diserukan dan diperingatkan kepadanya, disanalah gugur pertanyaaan “karena apa” dan batal
kata “mengapa” dan tergeser kata “mengapa tidak begini” dan lenyaplah kata “jikalau dan
mudah-mudahan”. Sekiranya akal dapat menyukupi, maka wahyu tidak ada faedah dan
gunanya, sebab kedudukan manusia berbeda akal dan kecerdasannya.
Adapun metode yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
1. Metodologi ta’lil
2. Metodologi ta’wil
3. Metodologi hikmah
Adapun Aspek-aspek yang mengungkapkan rahasia hukum islam dapat diketahui
melalui 2 (dua) sudut, yaitu sudut kebahasaan atau pun sudut ma’nanya, yaitu:
a. Sudut Bahasa, yaitu menerangkan hukum islam dengan melihat teks ayat atau hadits
yang teliti.
b. Sudut Ma’na, yaitu menerangkan rahasia hukum islam dengan melihat konteks makna
pa ayat atau hadits yang diteliti.

B. KHASA IS AL-AHKAM (CIRI-CIRI KHAS HUKUM ISLAM)


Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari dan menjadi bagian agama islam. Sebagai
system hukum ia mempunyai beberapa istilah kunci yang perlu dijelaskan lebih dahulu,
sebab kadangkala membingungkan, kalau tidak diketahui persis maknanya. Konsepsi hukum
lain diantaranya adalah konsepsi hukum islam. Dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan
oleh Allah, tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan benda dalam
masyarakat, tetapi juga hubungan-hubungan lainya, karena manusia yang hidup dalam
masyarakat itu mempunyai berbagai hubungan. Hubungan-hubungan itu, seperti telah
terulang disinggung dimuka, adalah hubungan manusia dengan tuhan, hubungan manusia
dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia yang lain, dan hubungan
manusia dengan benda dalam masyarakat serta alam sekitarnya seperangkat ukuran tingkah
laku yang di dalam bahasa arab ,disebut hukuman zama’nya ahkam.
Dari uraian di atas dapat di tandai ciri-ciri (utama)hukum Islam,yakni:
1) Merupakan bagian dan bersumber dari agama Islam.
2) Mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat di pisahkan dari iman atau aqkidah dan
kesusilaan atau akhlak Islam.
3) Mempunyai dua istilah kunci yakni:
a) Syari’at dan
b) Fiqih terdiri dari dua bidang utama yakni:
5

 Ibadah dan
 Muammalah
4) Stukturnyaberlapis,terdiri dari:
a) Nas atau teks Alqur’an.
b) Sunah Nabi Muhamad (untuk syari’at).
c) Ijtihad
d) Pelaksanaan dalam praktik baik.
e) Untikfiqih.
5) Mendahulukan kewajiban dari hak,amal dari pahala, dibagi menjadi:
a) Hukum taklifi atau hukum
b) Hukum wadh’I yang mengandung sebab, syarat, halangan terjadi atau terwujudnya
hubungan hukum.
6) Berwatak universal,berlaku abadi untuk umatIslam di mana pun mereka berada, tidak
terbatas pada umat Islam di suatu tempat atau Negara pada sutu masa saja.
7) Menghormati martabat manusia sebagai kersatuan jiwa dan raga, rohani dan jasmani
saerta memelihara kemulian manusia dan kemanusiaan secara keseluruhan.
8) Pelaksanaanya dalam praktik digerakkan oleh iman (akidah) dan akhlak umat Islam.

C. MAHASIN AL-AHKAM ATAU MAZAYA AL-AHKAM (KEUTAMAAN-


KEUTAMAAN HUKUM ISLAM)
Menurut Istilah, Syariat Islam adalah apa-apa yang Allah SWT tetapkan bagi hamba-
hambaNya baik agama maupun ketetapan hukum yang bermacam-macam. Dinamakan
hukum ini dengan syariah karena kelurusan dan kesamaannya dengan mata air, yang mana
syariat itu menghidupkan jiwa dan akal seperti air yang menghidupkan jasmani. Shari’at
Islam juga bermakna hukum-hukum yang ditetapkan Allah SWT baik itu dengan Al-Quran
maupun sunnah Nabi-Nya Muhammad SAW.1 Keistimewaan dan keutamaan syariat Islam
yang membedakannya dengan hukum dan peraturan dunia lainnya antara lain yaitu:
1. Al-Rabbaniyah
2. Al-Alamiyah
3. Syumul
4. Al-Ishalah Wal Khulud
5. At-Taisir Wa Raf'ul Kharaj
6. Ri'ayatul Masholih Al-Basyariyah
7. At-Tawazun Bainal Madah War Ruh
6

8. At-T alazum Baina Aqidah Wal Hayah


9. Al-Akhlaqiyah
Adapun penjelasan kesembilan keistimewaan dan keutamaan syariat Islam ini
pembahasannya sebagai berikut:
1. Al-Rabbaniyah
Yang dimaksud dengan al-rabbaniyah ialah hukum-hukum atau peraturan- peraturan
Islam adalah buatan Sang Pencipta, dia bukanlah buatan manusia yang memiliki
kelemahan dan dapat berubah karena tempat, waktu, budaya, adat istiadat, nafsu, serta
berbagai macam campuran hasil cipta manusia, akan tetapi hukum dan peraturan Islam
dibuat oleh Allah yang Maha Pencipta dan Maha Kuasa atas segala apa yang ada di alam
raya.
2. Al-Alamiyah
Al-alamiyah berarti universal, bahwa segala hukum dan asas syariat Islam memiliki sifat
universal, insaniyah yaitu rahmat bagi seluruh alam, hidayah untuk seluruh manusia di
muka bumi ini dan yang pasti diturunkan untuk segenap umat manusia.
Syariat Islam bukanlah terbatas untuk satu jenis manusia saja atau untuk satu daerah di
bumi tertentu saja, atau untuk satu golongan ras manusia tertentu saja, akan tetapi ia
untuk "sekalian manusia" tanpa melihat bangsa, warna kulit, jenis, bahasa dan daerah.
Tidak ada kaum dan suku, pangkat, serta drajat di dalam syariat Islam ini, semua
manusia sama kedudukannya dan tidak ada kelebihan antara satu sama lainnya kecuali
dengan takwa.
3. Syumul
Syumul berarti menyeluruh atau sifatnya melingkupi keseluruhan, yaitu bahwa syariat
Islam melingkupi semua hukum dan peraturan di segala sudut dari berbagai sudut
pembentukan, pembinaan serta perbaikan hukum tersebut. Hukumnya menyeluruh dan
melingkupi segala unsur kehidupan, baik berkenaan tentang keyakinan (aqidah),
peribadatan ataupun akhlak perilaku, mengatur kehidupan pribadi maupun masyarakat
luas, lahir maupun batin, ataupun mengatur masalah individu maupun berkenaan dengan
masalah-masalah umum seperti perdata, pidana, peradilan, kenegaraan, ekonomi,
keuangan, dll.
4. Al-Ishalah Wal Khulud
Artinya hukum Islam adalah hukum yang asli dan tidak berubah akibat zaman. Ia tidak
dapat ditandingi oleh seluruh hukum yang ada karena ia masih asli bukan bikinan atau
7

tambahan dan benar-benar berasal dari Pencipta (wahyu ilahi). Keasliannya dapat
ditinjau dari sudut: Berdasarkan sumbernya, Metodenya, dan Matlumatnya.
5. At-Taisir Wa Raf'ul Kharaj
Artinya bahwa syariat Islam berdasarkan kepada kemudahan dan membuang hal yang
membebankan. Allah SWT mengangkat kewajiban yang menyulitkan manusia dalam
pelaksanaanya. Kesulitan yang ada juga dapat ditanggung oleh manusia. Ini sesuai
dengan firman Allah SWT:
“Tidaklah Allah ingin menjadikan kesulitan bagi kamu Allah menghendaki kemudahan
bagi kamu, dan tidaklah mengininkan kesukaran bagi kamu Allah tidak memberatkan
manusia kecuali apa yang sanggup dipikulnya”.
6. . Ri'ayatul Masholih Al-Basyariyah
Artinya syariat Islam memeperhatikan pemeliharaan terhadap kemaslahatan manusia dan
berperikemanusiaan Syariat Islam tidak membedakan manusia dari segi kebangsaan,
keturunan, warna kulit, dll. Hukum Islam menyatakan bahwa manuisa adalah umat yang
satu oleh karena itu pemeliharan terhadap kemaslahatan manusia adalah sama. Ini sesuai
dengan firman Allah SWT:
“Sesungguhnya inilah ummatmu (sekalian manusia) ummat yang satu dan Aku adalah
Rab kamu sekalian”.
7. At-Tawazun Bainal Madah War Ruh
Artinya syariat Islam selalu memperhatikan keseimbangan antara materialisme dan
spiritualisme. Keseimbangan (tawazun) secara umum dikatakan bahwa syariat Islam
bersifat moderat dan seimbang. Seimbang antara duniawi dan ukhrawi, antara
individualisme dan kolektivisme, antara tanggungjawab dan kebebasan, antara
kewajiban dan hak serta lain-lain.
8. At-T alazum Baina Aqidah Wal Hayah
Artinya syariat Islam saling berkaitan antara aqidah dan kehidupan nyata. Ini sesuai
dengan konsep Islam yaitu hidup adalah ibadah oleh karenanya segala aktifitas akan
dinilai ibadah apabila selalu diniati untuk mencari keridahaan Allah SWT. Ini sesuai
denganNya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahku”
9. Al-Akhlaqiyah
Artinya syariat Islam selalu memandang perbuatan baiklah yang menjadi tolak ukur dan
penilaian segala aktifitas manusia. Suatu hukum itu dianggap baik apabila hukum itu
8

menambah baik perilaku manusia, sebaliknya jika hukum peraturan itu menjadikan
manusia lebih buruk bahkan menjadikan manusia tidak mempunyai kesopanan dan tata
krama maka hukum itu jelas bukan hukum yang baik bagi manusia.

D. THAWABI AL-AHKAM (KARATERISTIK HUKUM ISLAM).


Watak-watak hukum islam lebih dikenal dengan “tawabi’ul ahkam” yang berarti
karakteristik-karakteristik yang khusus dimiliki hukum islam, dan karakteristik tersebut
selamanya tidak mengalami perubahan. Jika ingin mengetahui dan mengenal pribadi
seseorang, maka kita harus mengetahui sifat atau karakteristiknya. Sama halnya dengan
hukum islam ini adalah hukum yang berkarakter , dia mempunyai ciri-ciri khas (watak-
watak) yang mana lebih dikenal dengan kata Tawabi’ul Ahkam dan karakter tersebut tidak
berubah. Adapun ciri-ciri dan karakteristik hukum islam ini ada tiga yaitu: Takamul
(sempurna, bulat dan tuntas), Wasathiyah (imbang, harmonis), dan Harakah (bergerak dan
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman).
1. Takamul (utuh)
Adapun yang dimaksud dengan Takamul adalah “lengkap, sempurna dan bulat,
berkumpul padanya aneka pandangan hidup. Hukum Islam membentuk umat adalah dalam
suatu kesatuan yang bulat walaupun mereka berbeda-beda bangsa dan berlain-lainan suku.
Didalam menghadapi asas-asas yang umum, mereka padu, walaupun dalam segi-segi
kebudayaan mereka berbeda-beda.
Hukum-hukum Islam, walaupun masa berganti masa, namun dia tetap mempunyai karakter
yang utuh, harmonis dan dinamis. Hukum Islam menghimpun segala sudut dan segi yang
berbeda-beda di dalam suatu kesatuan. Karenanya hukum Islam tidak menghendaki adanya
pertentangan antara ushul dengan furu’, satu sama lain saling melengkapi, saling
menguatkan, ibarat sebatang pohon, semakin banyak cabang-cabangnya semakin kokoh dan
teguh batangnya, semakin subur pertumbuhannya, semakin segar kehidupannya.
2. Wasathiyah ( harmoni, tengah-tengah)
Diantara Hukum Islam yang paling menonjol adalah al-tawazun (keseimbangan) atau
dengan kata lain moderat (al-washatiyah). Sedangkan yang dimaksud dengan keseimbangan
dalam pandangan Yusuf Qardlawi adalah keseimbangan diantara dua jalan atau dua arah
yang saling bertentangan, dimana antara dua jalan itu tidak berpengaruh dengan sendirinya
dan mengabaikan yang lain. Juga salah satu dari dua arah tersebut tidak dapat mengambil
banyak dan melampaui yang lain. Diantara Hikmah Allah menentukan tawazun dalam
9

hukum ini adalah sebagai bukti bahwa hukum Islam sesuai dengan seluruh aspek kehidupan
manusia yang memerlukan keseimbangan dan mengantisipasi ekstrimitas.
Hukum Islam menempuh jalan tengah, jalan wasathah, jalan yang imbang tidak terlalu berat
ke kanan mementingkan kejiwaan dan tidak berat ke kiri mementingkan kebendaan dengan
istilah lain al-tawazun (keseimbangan). Inilah yang diistilahkan dengan teori washatiyah,
menyelaraskan di antara kenyataan dan fakta dengan ideal dari cita-cita.
3. Harakah ( dinamis)
Dari segi harakah, hukum Islam mempunyai kemampuan bergerak dan berkembang,
mempunyai daya hidup, dapat membentak diri sesuai dengan perkembangan dan kemajuan.
Hukum Islam terpancar dari sumber yang luas dan dalam, yang memberikan kepada
kemanusiaan sejumlah hukum yang positif yang dapat di pergunakan untuk segenap masa
dan tempat.
Hukum Islam dalam gerakannya menyertai perkembangan manusia, mempunyai kaidah
asasiyah, yaitu ijtihad. Ijtihadlah yang akan menjawab segala tantangan masa, dapat
memenuhi harapan zaman dengan tetap memilihara kepribadian dan nilai-nilai asasinya.
Teori takamul, wasathiyah, dan harakah itulah yang menjiwai sejarah perkembangan hukum
Islam dalam menghadapi perkembangan masyarakat.
10

BABA III
PENUTUP

Falsafah Syari’ah merupakan Filsafat yang mengungkapkan masalah ibadah, mu’amalah,


jinayah, uqubah dari hakikat dan rahasia hukum Islam  . Falsafah Syari’ah antara lain meliputi :
1. Asrar al-ahkam (rahasia-rahasia hukum Islam), Asrorul Ahkam atau yang dalam bahasa umum
dinamakan hikmah atau ahdaf, adalah suatu cabang dari falsafah hukum islam, yang kita lihat
atau kita tanggapi dari segi hikmah dan illat hukum.
2. Khasa is al-ahkam (ciri-ciri khas hukum islam),
3. Mahasin al-ahkam atau mazaya al-ahkam (keutamaan-keutamaan hukum islam) , terdiri dari :
1. Al-Rabbaniyah
2. Al-Alamiyah
3. Syumul
4. Al-Ishalah Wal Khulud
5. At-Taisir Wa Raf'ul Kharaj
6. Ri'ayatul Masholih Al-Basyariyah
7. At-Tawazun Bainal Madah War Ruh
8. At-T alazum Baina Aqidah Wal Hayah
9. Al-Akhlaqiyah
4. Thawabi al-ahkam (karateristik hukum islam). Karakteristik hukum islam ini ada tiga yaitu:
Takamul (sempurna, bulat dan tuntas), Wasathiyah (imbang, harmonis), dan Harakah (bergerak
dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman).

Anda mungkin juga menyukai