Anda di halaman 1dari 80

INFEKSI SAAT

KEHAMILAN
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)

• Organisme Penyebab
- HTLV III (Human T- Cell Lymphotrophic Virus)
- HIV (Human Immune Deficiency Virus)

• Jenis
I. HIV Primer
II. Asimptomatis/HIV Laten: bulanan - tahunan
III. Gejala klinis: usia harapan hidup 5 tahun
IV. AIDS
AIDS
• Secara selektif
menyerang dan
menghancurkan Sel T,
makrofag dan
monosit, sehingga
menyebabkan turunnya
imunitas sel dan pada
akhirnya imunitas hilang
Cara Penularan
• Kontak langsung dengan cairan tubuh penderita
• Penularan langsung kepada bayi melalui vagina
• Transplasenta
• Air Susu Ibu
• Angka Rata-rata
- 20 % penularan HIV terjadi saat dalam rahim
- 80 % saat persalinan
Faktor Risiko
• Berganti-ganti pasangan seksual
• Ada infeksi kelamin lainnya
• Pengguna obat terlarang lewat injeksi
• Pendatang dari daerah endemis HIV, seperti
Haiti atau Afrika
• Pelacuran
• Menerima transfusi darah antara tahun 1977
dan 1985

Gilbert,E.S. (2007). Manual of high risk pregnancy & delivery. St. Louis: Mosby-Elsevier, p. 568.
Mendeteksi kasus
• Dua jenis tes
- Tes Rapid HIV
▪ OraQuick Advance HIV-1 Antibody Test
▪ Uni-Gold Recombigen HIV Test
▪ Reveal Rapid HIV-1 Antibody Test
- Tes Konfirmasi
▪ Western blot – tes paling spesifik
▪ IFA – (immunoflourescence Assay)
Efek pada Ibu
• Gejala awal seperti infeksi mononukleosis: demam,
faringitis, limfadenopati, arthralgia, mual muntah, lesu, berat
badan turun
• Bercak kemerahan makulopapular
• Urtikaria yang menyeluruh
• Alopesia
• Infeksi berulang
• Sarkoma Kaposi luas
• Persalinan preterm, pertumbuhan janin terhambat, ketuban
pecah dini, endometritis postpartum
• Mudah terkena infeksi oportunis
Efek pada Bayi
• Semua bayi baru lahir yang
terinfeksi akan memiliki antibodi
HIV positif
• 20-30% akan tetap positif
hingga 15-18 bulan dan
menjadi AIDS (300 kasus per
tahun di Amerika)
• Meningkatkan risiko lahir mati,
mortalitas neonatal
• Dengan pengobatan, risiko
penularan < 2 %
Pengobatan
• Antepartum ( > 28 minggu): ZDV 200mg po. TID atau 300mg BID

• Intrapartum: IV ZDV dan dosis tunggal Nevirapine atau 3TC


(lamivudine) saat mulai persalinan
Bila pasien memiliki jumlah viral load < 1000 kopi/ml, kemungkinan
tidak diperlukan seksio

• Postpartum: ZDV po. dan protease inhibitors

• Neonatal: ZDV syrup 2 mg/kg po. Q 6 jam, sejak usia 12 jam setelah
lahir hingga usia 6 minggu (Bayi aterm)
Gilbert,E.S. (2007). Manual of high risk pregnancy & delivery. St. Louis: Mosby-Elsevier, p.569.
Faktor Lain
• Isolasi penuh
• Jangan menggunakan
elektroda kulit kepala
• Sarung tangan ganda pada
persalinan per vagina
• Jangan memberikan ASI
• Bila direncanakan seksio, saat optimal
pemberian obat adalah 3 jam sebelum
tindakan pembedahan
Faktor Lain Pada Bayi
• Suction mekanik pada bayi baru lahir
• Pencegahan paparan terhadap cairan tubuh ibu
• Mandikan bayi sesegera mungkin
• Jangan berikan suntikan atau salep mata
sampai selesai dimandikan
• Periksa darah CBC serta HIV DNA PCR
(Bayi akan menjadi anemia bila diberikan ZDV)
Hepatitis
• Hepatitis A - 40%
• Hepatitis B - 45%
• Hepatitis C - 5-10%
• Hepatitis D - 5-10%
• Hepatitis E - 5-10%

136,000 kasus baru per tahun


Hepatitis
• Peradangan pada hati karena infeksi virus
• Akut atau kronis
• Degenerasi dan nekrosis hati
• Inflamasi dan pembengkakan akan menghalangi
sekresi saluran empedu
• Masa inkubasi antara 1-6 bulan
• Ditemukan 1 kasus dalam 500-1,000 kehamilan
• Penumpukan cairan empedu menyebabkan
ikterus
• SGPT , Alkali Fosfatase, Bilirubin 
Penularan Hepatitis B
• Kontak seksual
• Pemakaian jarum suntik bersama
• Transplasenta
• Kontak langsung dengan sekresi tubuh (darah,
feses, semen, air liur, cairan amnion, ASI)
• Pemakaian barang pribadi bersama (sikat gigi, pisau
cukur, washlap)
• HBV dapat bertahan selama
satu minggu dalam darah kering
atau sekresi tubuh
Cara Mendeteksi

• Hepatitis B virus adalah virus DNA


rantai ganda yang terdiri dari:
- HBcAG – [core antigen] pada
infeksi akut, hanya ditemukan pada
hati
- HBsAG –[surface antigen]-
akut/kronis, muncul pertama kali
- HBeAG – [e antigen] HBV aktif
dalam serum dan pasien sangat
menular
Infeksi Akut HBV
• HBsAg meningkat
• HBeAg meningkat
• IgM anti-HBc meningkat

Gilbert,E.S. (2007). Manual of high risk pregnancy & delivery. St. Louis: Mosby-Elsevier, p.561.
Infeksi Kronis HBV (Karier)
• HBsAg tetap tinggi
• IgG anti-HBc tetap tinggi
• IgM anti-HBc tidak ada
• Bila HBsAg positif tapi HBeAg negatif, artinya karier tanpa
penyakit hati aktif
• Bila HBsAg & HBeAg positif, artinya karier dengan penyakit
hati aktif

Gilbert,,E.S. (2007). Manual of high risk pregnancy & delivery. St. Louis: Mosby-Elsevier , p.561.
Efek pada Ibu
• Pasien hamil dengan HBV akut:
- Demam tidak tinggi yang kronis
- Mual dan muntah
- Anoreksia
- Lesu
- Bercak merah pada kulit
- Arthralgia
Gilbert,E.S. (2007). Manual of high risk pregnancy & delivery. St. Louis: Mosby-Elsevier,p.561.
Efek pada Janin / Bayi

• 70% kemungkinan janin terinfeksi


bila onset akut terjadi pada
trimester ke 3
• 70-90 % kemungkinan terinfeksi
bila ibu sebagai karier kronis
• Jarang menimbulkan gejala
• 90% kemungkinan menjadi karier
kronis
• 25% kemungkinan menjadi sirosis
dan/atau kanker hati di usia 50
• Juga berisiko bila ada anggota
keluarga yang menjadi karier
kronis
Pengobatan
• Pada ibu:
Bila terpapar saat hamil dan HBsAg (–) berikan HBIg,
ulangi HBIg dalam 1 bulan, diikuti serial vaksin Hepatitis

Bila terinfeksi HBV saat hamil, hanya diberikan terapi


simtomatik (tirah baring, diet tinggi protein, rendah lemak)

• Pada bayi:
Bila ibu memiliki HBsAg (+) berikan vaksin HBV & HBIg
kepada bayi dalam waktu 12 jam setelah lahir, kemudian
saat usia 1 & 6 bulan
Kategori Risiko Tinggi
• Wanita hamil berasal dari:
1) China
2) Asia Tenggara
3) Afrika Tengah
4) Timur Tengah
5) Kepulauan Pasifik
6) Alaska
• Pengguna obat terlarang IV
• Pelacur
• Memiliki Penyakit Menular Seksual lain dan/atau
berganti-ganti pasangan
• Penerima transfusi berulang
• Pekerja medis yang terpapar darah dan jarum suntik
Hepatitis A
• Dahulu dikenal sebagai hepatitis infeksiosa
• Dalam 1:1,000 kehamilan
• Ditemukan di Asia Tenggara, Afrika, Amerika
Tengah, Meksiko, Timur Tengah
• Penularan melalui fecal-oral, kontak dengan
penderita, atau melalui makanan atau air yang
tercemar. Tidak menular melalui darah
• Masa inkubasi 28 hari
• Penularan umumnya terjadi di fasilitas Day Care
• Infeksi akut: IgM Anti-HAV positif
• Tidak ditemukan karier kronik
• Tersedia immunisasi
Hepatitis C
• Penyebab utama hepatitis akut & kronis
• Sebagian besar penderita asimptomatis
• Angka penularan tidak meningkat melalui
ASI
• Angka penularan sama seperti Hepatitis B
tapi tidak mudah menular melalui hubungan
seksual
• Angka infeksi kronis tinggi
Hepatitis C
• Tindakan Seksio tidak terbukti bermanfaat
menurunkan angka penularan vertikal
• Diagnosis: antibodi Hepatitis C (Anti-HCV)
melalui pemeriksaan Enzyme Immune
Assay (EIA). Bila positif, untuk tes
konfirmasi selanjutnya dilakukan RIBA
• Spesimen diambil melalui biopsi hati
Hepatitis D (Delta)
• Terjadi bersamaan dengan Hepatitis B
• Masa inkubasi 2-8 minggu
• Banyak ditemukan di daerah Laut Mediterranea
• Pemeriksaan ditemukan antibody Hepatitis D (Anti-HDV)
atau biopsi hati
• Sangat menular, biasanya karena transfusi berulang,
penggunaan obat terlarang IV, hemofilia
• Vaksin Hepatitis B bisa melindungi
• Gejala lanjut: penurunan fungsi hati, ikterus, penurunan
kesadaran
Hepatitis E (HEV)
• Penularan melalui makanan atau air yang tercemar
• Kasus banyak ditemukan saat banjir, bencana angin
ribut, musim penghujan
• Mirip Hepatitis A
• Banyak ditemukan di India, Asia Tenggara, Afrika,
Amerika Selatan
• Biasanya menginfeksi pasien di usia subur (15-40
tahun)
• Tidak ditemukan karier kronis
• Tanda kekebalan: IgG anti-HEV positif
Hepatitis E (HEV)
• Ditandai dengan gejala ringan, angka
kematian tinggi bila terjadi infeksi akut dan
kegagalan fungsi hati saat trimester ketiga
• Angka kematian neonatus karena infeksi
HEV lebih tinggi daripada hepatitis virus
jenis lainnya
• Kasus penularan vertikal sudah ditemukan
• Diagnosis infeksi akut: serum IgM antiHEV
antibody (+). Tidak semua lab bisa
melakukan tes ini
Gonorrhea
• Penyebab: Neisseria gonorrhea (gram negatif)
• Cara penularan: Oral, rektal, genital, penularan
vertikal ke janin
• Masa inkubasi: 10 hari,Tidak menembus plasenta
• Kasus dalam kehamilan 0.5 sampai 7 %
• Lakukan juga pemeriksaan untuk chlamydia &
trichomonas
• Bila tidak diterapi, 40% menjadi PID (Radang
panggul)
• Gejala: Meriang, demam, perdarahan/sekret per
vaginam
Gonorrhea
• Pemeriksaan
- Endoserviks/urethra/rektal/kultur tenggorokan
- ELISA Immunoassay
- Jika tanpa gejala lakukan kultur DNA
• Pengobatan
- Bayi: Salep mata Erythromycin
- Ibu: Ceftriaxone 125 mg IM
dan Cefixime 400 mg PO
- Berikan pengobatan juga
pada pasangan seksual pasien
Efek pada Ibu
• 70-80% tanpa gejala
• Endoservisitis menyebabkan kelemahan
membran janin dan menyebabkan ketuban
pecah dini / kelahiran prematur
• Berkaitan dengan abortus septik
• Gejala infeksi saluran kemih: dysuria, pyuria
• Sering bersamaan dengan infeksi chlamydia
Efek pada ibu
• Postpartum endometritis,
kesuburan berkurang
• Sekret purulen kekuningan
• Nyeri pada glandula
Skene/ Bartholin
• Dapat menimbulkan infeksi
luas: arthritis, perikarditis,
meningitis, dermatitis
Efek pada janin
• Ketuban Pecah Dini
• Chorioamnionitis
• Conjunctivitis purulen
• Sepsis/meningitis
• Boleh diberikan ASI setelah diberikan
terapi antibiotik, penting untuk sering
mencuci tangan
Syphilis
• Penyebab: Golongan Spirochaeta
Treponema pallidium

• Masa inkubasi: 10 - 90 hari


(rata-rata 21 hari)

• Cara penularan: seksual, oral,


anal, vaginal, kontak langsung
dengan lesi, penularan lewat
plasenta, saat persalinan lewat
vagina
Congenital Syphilis

Bercak mukosa intraoral dan lesi pada kulit wajah


Syphilis
Pemeriksaan
• RPR (Rapid Plasma Reagin)
• VDRL (Venereal Disease Research
Laboratory) > 1:32 = reactive
• FTA-ABS (Fluorescent Treponemal
Antibody Absorption) untuk konfirmasi
• Harus ada 2 hasil tes positif untuk konfirmasi
• Hasil tes akan positif dalam 4 minggu setelah
paparan
Efek pada ibu
• Chancre primer: lesi tidak nyeri pada bibir,
rongga mulut, genitalia
• Sekunder: gejala mirip flu, makula kemerahan
di tumit & telapak tangan, lymphadenopati
generalisata, kebotakan tidak merata, gejala
neuromuskular & kardiovaskular
• Laten: mungkin tidak menimbulkan gejala
selama bertahun-tahun
• Tersier: kelainan jantung, pembuluh darah,
sistem saraf, gerak otot, demensia
Efek pada janin
• Efek berbeda bergantung pada usia kehamilan
• IUGR, cacat, IUFD, persalinan preterm, lahir mati
• Cacat hidung, pneumonia, hepatitis, ikterik, lesi
kulit, hydrops, kejang
• Placenta besar & pucat dengan villus tebal
• 25% meninggal dalam kandungan,
• 30 % meninggal setelah persalinan,
• 40% menderita syphilis tersier
Pengobatan
• Pencegahan
• Primer, sekunder dan laten
awal: Penicillin G 2.4 juta unit
IM x 1 dosis
• Laten & tersier: Penicillin G 2.4
juta unit IM q minggu x 3
minggu
• < 1 tahun: Penicillin G 2.4 juta
unit IM x 1 dosis
Group Beta Streptococcus (GBS)
• Penyebab:
Beta Hemolytic Streptococcus (Gram + coccus)
terdiri dari 5 subtipe
• Cara penularan: 10 - 30 % dari ibu (kolonisasi
bakteri di rectum, vagina, serviks & urethra)
- Infeksi ke atas 50%
- Infeksi Vagina 25%
- Lainnya 25%
• Pemeriksaan
- Kultur urin
- Kultur anogenital
GBS
• Penyebab tersering sepsis neonatorum
- Awal: dalam 24 jam (80%)
- Lambat: dalam 1 minggu
• Risiko terbesar pada bayi preterm
• Lakukan screening pada semua pasien saat usia
kehamilan 35-37 minggu, lakukan lebih awal bila
ada riwayat persalinan preterm
• Risiko penularan GBS:
- Tidak diterapi 1:200
- Dengan terapi 1:4000
• Semua wanita dengan riwayat GBS (+) harus
diberikan terapi
Efek pada ibu

• Tidak menimbulkan gejala


• Infeksi Saluran Kemih
• Infeksi saat persalinan atau postpartum,
demam, takikardi dan distensi abdomen
• Masa rentang waktu karier tidak dapat
dipastikan
• Penelitian terakhir vaksinasi untuk GBS
Efek pada janin
• Terapi saat aterm menurunkan onset GBS
awal hingga 85 %
• Ketuban pecah dini preterm
• Sepsis saat persalinan dan GBS ditemukan
dalam cairan serebrospinal dan/atau darah
• Gejala: lesu, ikterik, tidak mau menyusu,
suhu tubuh tidak stabil, distensi abdomen,
pucat, takikardi
• Angka kematian 5-20%, perburukan cepat
GBS onset lambat
• Biasanya gejala meningitis
• 15-30% kerusakan
neurologis permanen, tuli,
buta, gangguan belajar
• Jarang: hanya 25 % ibu
dengan GBS (+)
Terapi
• Untuk ibu
- Saat persalinan: Penicillin 5 juta unit dosis awal
dilanjutkan 2.5 juta unit tiap 4 jam, atau Ampicillin
2 gram IV bolus dilanjutkan 1 gram tiap 4 jam
sedikitnya 2 dosis sebelum persalinan dan dosis
terakhir 4 jam sebelum persalinan
- Ketuban pecah dini prematur: Ampicillin 1 gram IV
bolus tiap 6 jam selama 24 jam dilanjutkan per
oral untuk pasien prenatal
(gunakan Clindamycin jika pasien alergi Penicillin)
• Untuk bayi
Ampicillin & Gentamycin setelah persalinan
Siapa saja yang harus diterapi?
• Kultur urin positif GBS saat kehamilan
• Bayi sebelumnya Positif GBS
• Persalinan sebelum 37 minggu (meningkat 10-
15 kali lipat)
• Ketuban pecah > 18 jam
• Suhu > 38°C
Chlamydia
• Penyebab: Chlamydia trachomatis (Gram
negatif)
• Cara penularan: genitalia
• Penyakit menular seksual paling umum,
terutama pada remaja
• 5-30% wanita hamil sebagai karier
• Sering berbarengan dengan infeksi
Gonorrhoea dan Trichomonas
• Ibu hamil menginfeksi janin
Chlamydia
• Mungkin tidak memberikan gejala (75%)
• Pemeriksaan
- Kultur endoserviks / urethral / jaringan
- ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay)
untuk tes cepat
- Direct smear dengan fluorescent antibody
• Terapi
Ibu: Erythromycin 500 mg po qid x 7 hari saat
kehamilan atau
Amoxicillin 500 mg po tid x 7 hari
Bayi: Erythromycin salep mata saat lahir
Efek pada ibu
• Tanpa terapi: radang
panggul (PID), infertilitas,
kehamilan dalam tuba, nyeri
panggul kronis
• Dysuria, sekret purulen,
servisitis, perdarahan,
postpartum endometritis
hingga 2 minggu postpartum
• Terkait penyakit menular
seksual lainnya
• Beikan juga terapi pada
pasangan seksual pasien
Efek pada janin
• Persalinan preterm
• Ketuban pecah dini
• IUGR
• Chorioamnionitis
• 10% bayi terjadi pneumonia
• 50% terjadi konjungtivitis biasanya dalam 5-12
hari postpartum
• 2/3 kelahiran per vaginam dari ibu dengan
infeksi Chlamydia menginfeksi bayinya
• Boleh diberikan ASI
Bacterial Vaginosis
• Penyebab vaginitis non-spesifik:
Haemophilus, Gardnerella vaginalis atau
Candidiasis
• Organisme anerob gram negatif batang atau
jamur
• Cara penularan: melalui hubungan seksual
atau perlukaan jaringan
Bacterial Vaginosis
• Disebabkan hubungan seksual, perubahan
hormonal, antibiotik, obat spermisida,
kehamilan, douching
• Vaginosis sangat menular
• Penyebab: pertumbuhan berlebihan satu
atau beberapa jenis bakteri yang normalnya
ditemukan pada 15-25% kehamilan
Bacterial Vaginosis
• Pemeriksaan positif bila ditemukan
3 dari 4 tanda berikut:
- Clue cells (preparat basah)
- pH > 4.5
- Bau amis saat sekret bercampur KOH
- Sekret tipis, putih keabuan atau putih kental,
seperti cottage cheese
Efek pada ibu / janin
• Risiko meningkat dengan douching,
penggunaan IUD dan merokok
• Berhubungan dengan kehamilan ektopik,
abortus spontan, radang panggul, ketuban
pecah dini, persalinan preterm, postpartum
endometritis
• Dapat menyebabkan
septikemia neonatorum
Terapi
• Trimester pertama: Clindamycin vaginal
cream 5 gram x 7 hari atau Flagyl gel 0.75%
(5 gram) vaginal cream bd x 5 hari
• Trimester kedua: Flagyl 250 mg po tid x 7
hari atau Clindamycin 300mg po tid x 7 hari
• Ibu menyusui: Flagyl 2 gram po x 1 dan
buang ASI selama 24 jam
• Douching menggunakan Hydrogen peroxide
• Gunakan kondom untuk mencegah reinfeksi
Human Papilloma Virus (HPV)
• Penyebab: Condylomata Human Papilloma
virus, ada > 200 tipe HPV
• Timbul sebagai kutil genitalia
• Masa inkubasi
3-9 bulan sebelum
muncul kutil
• Penyakit menular
seksual tersering
Human Papilloma Virus (HPV)
• Cara penularan
1) kontak seksual
2) penularan pada bayi saat persalinan dan lahir
3) Jika dibakar akan menguap di udara dan
tumbuh berkembang pada kulit manusia
tempat mendaratnya
• Beberapa jenis HPV yang menyebabkan kanker:
16, 18, 45, 56
• Jenis 6 & 11 ditemukan pada bayi baru lahir
dengan papillomatosis laryngeal
Pemeriksaan

1) Visual: kumpulan kutil kering seperti


kembang kol. Ukuran berbagai macam.
Sering ditemukan pada vagina, labia, serviks
& daerah perineal
2) Patologi Mikroskopis (kultur sitologi Hybrid II
dengan tabung yang berisi anti-RNA/DNA
hybrid antibody – mengukur spektrum cahaya
untuk menentukan salah satu dari 70 jenis)
• Penting melakukan pap smear setiap tahun
Efek pada ibu/janin
• Ibu: kutil, gatal, perdarahan, dyspenia,
dysplasia serviks (dapat membesar saat
kehamilan)
• Janin/bayi baru lahir: persalinan normal
kecuali bila lesi menghalangi jalan lahir
(0.04% risiko penularan). Tindakan seksio
menurunkan risiko penularan
• Perhatikan adanya papilomatosis
laryngeal: stridor, serak, batuk, suara
tangisan abnormal, distress pernafasan di
usia 2-3 bulan
Terapi
• Saat kehamilan: aplikasi asam trichloracetat
setiap minggu
• Postpartum: laser, cryotherapy, injeksi
interferon (obat anti-neoplastik dipakai untuk
wanita usia > 18 tahun yang tidak respons
dengan terapi lain)
• Terapi pada bayi baru lahir bergantung pada
ukuran kutil
• Terapi pasangan seksual
• Gunakan kondom
• Boleh memberikan ASI
Trichomoniasis
• Penyebab: Trichomoniasis vaginalis
• Cara penularan: kontak seksual multipel
Tidak ditularkan melalui plasenta
• Bertahan hidup beberapa lama di air
bersih, semen, urin, toilet tissue, dudukan
toilet, kain washlap lembab
• 50 % wanita juga memiliki gonorhoea
• Persalinan preterm dan berat badan lahir
rendah bila terinfeksi penyakit menular
seksual lainnya
Pemeriksaan

• Gejala: banyak sekret berbusa, tipis, tidak berbau,


hijau kekuningan, gatal, dysuria, strawberry serviks,
nyeri saat berhubungan intim, postpartum endometritis
• Tes: preparat basah (larutan saline) dengan
mikroskop ditemukan sel darah putih & eritrosit
• Ph > 4.5
Terapi
• Clotrimazole vaginal cream, gunakan
malam hari sebelum tidur x 7 hari untuk
trimester pertama
• Flagyl 2 gram po x 1 dosis (hindari alkohol)
• Boleh memberikan ASI
• Gunakan kondom & berikan terapi juga
pada pasangan seksual
Toxoplasmosis
• Penyebab: Toxoplasmosis gondii (protozoa)
• Cara penularan: makan daging mentah atau
kurang matang, sayur, buah, susu tanpa
pasteurisasi, menelan kista dari feces kucing,
transplasenta
• Pemeriksaan
- IFAT (Indirect Fluorescent Antibody Test)
dari jaringan ibu atau serum untuk IgM atau IgG
- ELISA
Efek pada ibu / janin
• Janin: toxoplasmosis kongenital,
pertumbuhan janin terhambat,
perbesaran hati & limpa, anemia,
ikterus, kerusakan neurologis,
mikrosefali, hydrops, tuli, IQ rendah
* periode risiko tertinggi: 10-24 minggu
• Ibu: 90% tanpa gejala, gejala seperti
infeksi mononukleosis, pembesaran
kelenjar limfe, persalinan preterm,
keguguran, 15-30 % wanita hamil
memiliki antibodi (+) dari paparan
sebelumnya
Terapi
• Spiramycin 1 gram q 8 jam,
Pyrimethamine 25 mg po qd, dengan
Sulfadiazine 1 gram po qid.
Harus diberikan bersama Folinic acid 6 mg IM
atau po 3 x per minggu
• Menurunkan insidens neonatal hingga 50%
• Perhatikan trombosit ibu
• Saat lahir, bayi diterapi dengan
Pyrimethamine dan Sulfadiazine
• Boleh memberikan ASI
• Isolasi
Pencegahan
• Masak daging hingga
matang
• Cuci peralatan dapur
• Cuci tangan
• Cuci buah dan sayur
• Hindari kontak
dengan kotoran
kucing, pasir dan
tanah di kebun
Rubella
• RNA virus, masuk golongan
Togaviridae
• Masa inkubasi 10-14 hari
• Cara penularan: sekresi
saluran nafas, melalui udara,
transplasenta
• Infeksi pada trimester
pertama: 50 -90% bayi akan
menderita kelainan
kongenital berat atau
meninggal
• trimester kedua/ketiga: ringan
atau tidak ada kelainan
Rubella
• Pemeriksaan: HAA antibody test.
Hasil < 1:8 pasien tidak memiliki kekebalan
• 20 % populasi tidak kebal rubella
• Cegah kehamilan sekurangnya 28 hari setelah
vaksinasi
• ISG (immune serum globulin) bisa diberikan
untuk mengurangi efek pada janin
• Kultur virus pada bayi
• Isolasi ketat: perawat tidak sedang hamil
Efek pada ibu/janin
• Ibu: bercak makulopapular dimulai pada wajah dan
menyebar ke bawah, bercak selama 3- 5 hari,
demam, lesu, pembesaran kelenjar di daerah post-
auricular & occipital
• Masa virus menular 15 hari
• Abortus spontan, hydrops
• Perhatikan denyut jantung janin berbentuk sinusoid
• Boleh diberikan ASI setelah masa penularan virus
Rubella
Herpes Simplex Virus (HSV)
• Type I (Oral) & Type II (Genital)
• Ditularkan melalui kontak langsung dengan lesi
- Lesi primer muncul 2-20 hari
- Vesikel pecah dalam 1-7 hari & membentuk
ulserasi, perlu rata-rata 12 hari untuk sembuh
• Rute penularan: persalinan per vaginam, infeksi
ke atas terutama saat ketuban pecah,
transplasenta pada infeksi primer
HSV
• Ibu hamil yang pertama kali
terinfeksi virus dapat
menyebarkan virus selama 8-
100 hari, pada kasus infeksi
berulang selama 6-40 hari
• 15-35 % wanita usia subur
ditemukan HSV II (+)
• Periode sembuh dan kambuh
• Oral sex dapat
menggabungkan kedua
macam lesi
Pemeriksaan
• Kultur jaringan (Viral)
dari lesi yang terbuka
untuk menemukan
sel raksasa
(Tzanck prep)
• ELISA
• PAP smear
• Western blot
Efek pada ibu
• Papul yang nyeri, berubah menjadi
vesikel/ulserasi berkelompok lalu mengering
dan sembuh. Ditemukan pada vulva, vagina,
serviks, labia, perineum
• Nyeri, panas, gatal, agak demam, lesu,
kebas, kesemutan, pembesaran kelenjar
limfe, atau tanpa gejala, berisiko kanker
serviks
• Persalinan dalam 4 jam setelah ketuban
pecah, lakukan tindakan seksio saat lesi aktif
Efek pada janin
• Keguguran bila terjadi penularan transplasenta
• Kematian neonatus 50-60 % pada infeksi
primer saat kehamilan
• Gejala sekuele neurologis & oftalmik
• Mikrosefali, ubun-ubun menumbung
• Infeksi sistemik 70%
• Distres pernafasan, pneumonia
• Kalsifikasi intrakranial, lesi kulit
• Kejang, tremor, kelemahan
Perjalanan Herpes
• 500,000 orang terinfeksi Herpes genital setiap
tahun dan 10 juta orang memiliki lesi rekuren
• Satu dari lima ibu hamil pernah terinfeksi HSV
• Herpes bisa tidak aktif dalam waktu yang lama
(dormant), setelah mencapai dorsal ganglia obat
antiviral tidak berguna lagi
• Kekambuhan dipicu stress, sakit, paparan sinar
ultraviolet, kerusakan jaringan atau supresi
sistem imun
HSV
Neonatal HSV
Terapi
• Ibu: Acyclovir 800 mg bid x 5 hari atau
Valtrex 500 mg selama 14 hari pada trimester
ketiga
• Bayi baru lahir: Acyclovir 30-60 mg / kg hari
selama 10-21 hari
• Berikan juga terapi pada pasangan seksual
• Jangan memecahkan ketuban
• Jangan menggunakan forseps maupun vacuum
extractor
• Boleh diberikan ASI selama lesi bukan di sekitar
payudara. Cuci tangan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai