Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH TELAAH JURNAL

“TERAPI KOMPLEMENTER (SPIRITUAL) DALAM


PERAWATAN PASIEN PENDERITA HIV/AIDS”

Dosen Pembimbing:

Ns.yosi oktarina ,S.kep,M.kep

Disusun oleh :

NADIA RIFELDA (G1B119065)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat


rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah jurnal dari
dosen ibu Ns. Yosi oktarina S.kep M.kep tentang makalah “ terapi komplementer
(spiritual) dalam keperawatan pada penderita HIV/AIDS “

Penyusunan makalah jurnal ini merupakan salah satu metode pembelajaran


pada mata kuliah Keperawatan Kesehatan HIV/AIDS, pada Program Studi Ilmu
Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada


semua pihak yang telah memberikan masukan, dorongan, dan bimbingan kepada
penulis dalam menyusun makalah ini, baik dari segi moral dan materil

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
konstruktif dari semua pihak untuk perbaikan laporan ini. Penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan pengembangan Ilmu
Keperawatan

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Jambi 28 mei 2021

Nadia Rifelda
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTARISI ............................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

1.1 Latar belakang.......................................................................................................4

1.2 Tujuan.....................................................................................................................4

BAB II......................................................................................................................5

RESUME JURNAL.................................................................................................5

2.1 Resume jurnal........................................................................................................5

BAB III..................................................................................................................15

ANALISIS JURNAL.............................................................................................15

3.1 Ulasan mengenal hasil jurnal didukung dengan referensi yang memperkuat
jurnal utama................................................................................................................15

BAB IV..................................................................................................................20

IMPLIKASI...........................................................................................................20

4.1 Penerapan hasil keperawatan.............................................................................20

BAB V....................................................................................................................21

PENUTUP..............................................................................................................21

5.1 Kesimpulan..........................................................................................................21

5.2 Saran.....................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul akibat rusaknya sistem kekebalan di
dalam tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virus penyebab penyakit
dinamakan Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV). Virus ini
bekerja dengan memperlemah sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga orang
yang terkena virus ini akan rentan terhadap infeksi opportunity. Infeksi
opportunity adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme yang biasanya tidak
menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal,
tetapi dapat menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk. Mereka
membutuhkan “kesempatan” untuk menginfeksi seseorang. HIV tidak dapat
disembuhkan, obat-obatan hanya dapat memperlambat laju perkembangan virus
(Ditjen PP&PL 2012; Kemenkes 2012).
Berdasarkan laporan Word Health Organization (WHO) tahun 2016, di
dunia tercatat sejumlah 36,7 juta orang hidup dengan HIV serta ditemukan sekitar
1,8 juta kasus baru terinfeksi HIV. Data yang tercatat di United Nations
Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) 2017 menyebutkan pada tahun 2016 di
Asia, negara Indonesia berada pada peringkat ketiga dengan 620.000 kasus setelah
China. Ditjen P2P Kemenkes RI, melaporkan bahwa jumlah kasus kumulatif
HIV/AIDS periode tahun 1987 - maret 2017 sebanyak 330.152 kasus yang terdiri
atas 242.699 HIV dan 87.453 AIDS dengan 14.234 kematian. Sedangkan estimasi
kasus HIV/AIDS mencapai 600.000, yang artinya baru sekitar separuh yang
terdeteksi. Dari jumlah yang terdeteksi tersebut, jumlah ODHA yang
mendapatkan pengobatan ARV sebanyak 79.833 dandilaporkan Provinsi Jawa
Tengah menduduki peringkat kelima dengan kasus HIV sebanyak 5.611 kasus
setelah Jawa Timur, Papua, DKI, dan Bali.
SEFT merupakan salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan
untuk menurunkan tingkat depresi. Keefektifan SEFT terletak pada pengabungan
antara Spiritual Power dengan Energy Psychology. Spiritual Power memiliki lima
prinsip utama yaitu ikhlas, yakin, syukur, sabar dan khusyu. Energy Psychology
merupakan seperangkat prinsip dan teknik memanfaatkan sistem energi tubuh
untuk memerbaiki kondisi pikiran, emosi dan perilaku (Freinstein dalam
Zainudin, 2012 ). Ketidakseimbangan kimia dan gangguan energi dalam tubuh
manusia dapat menyebabkan gangguan emosi, termasuk depresi. Intervensi SEFT
pada sistim energi tubuh inilah yang dapat mengubah kondisi kimia di dalam otak
(neurotransmitter) yang selanjutnya dapat mengubah kondisi emosi seseorang
termasuk kondisi depresi. Selain itu SEFT efektif, mudah, cepat, murah, efeknya
dapat permanen, tidak terdapat efek samping, bersifat universal, memberdayakan
individu (tidak tergantung pada pemberi terapi), dapat dijelaskan secara ilmiah
(Zainudin, 2012).

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui gambaran pengaruh terapi SEFT terhadap penderita
HIV/AIDS dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menganalisa
beberapa referensi jurnal terkait jeni terapi komplementer yang efektif dapat
diterapkan dalam perawatan pasien HIV/AIDS
BAB II

RESUME JURNAL

2.1 Resume jurnal


No Judul Penulis Nama jurnal Metodologi Hasil
1 Pengaruh Christina Jurnal Jenis penelitian Hasil dari
terapi dinda keperawatan ini adalah penelitian ini
spiritual permata kuantitatif. adalah
emotional kasih, Metode terdeteksi
freedom arina penelitian menunjukkan
technique nurfianti, eksperimen karakteristik
(SEFT) jaka semu (quasi respoden pada
terhadap pradika eksperiment 22 sampel
perubahan design) dengan penelitian
skor depresi rancangan time dimana
pada orang series. Lokasi berdasarkan
dengan penelitian di pada
HIVV/AIDS rumah sakit karakteristik
(ODHA) di jiwa sungai usia
rumah sakit bangkong, responden
jiwa sungai pontianak terbanyak
bangkong kalimatan barat yaitu rentang
pada 03-31 juli usia 25-49
2017. Populasi yaitu dengan
dalam jumlah 14
penelitian ini orang (64%)
adalah ODHA jenis kelamin
yang berjumlah terbanyak
525 orang. pada
Pengambilan responden
sampel ini yaitu laki-laki
dengan sebanyak 20
menggunakkan orang (91%)
purposive pendidikan
sampling. responden
Sampel pada terbanyak
penelitian ini pada SMA
berjumlah 22 yaitu
orang. Jenis sebanyak 12
data dalam orang (55%)
penelitian pekerjaan
berupa data responden
kuantitatif yang terbanyak
berupa skor pada
dimana wiraswasta
diperoleh dari yaitu
perhitungan sebanyak 18
skor kuesioner orang (82%)
yaitu skor dan jumlah
depresi. Teknik CD4
pengumpulan terbanyak >
data primer 200 sel/ mm3
dalam dimana
penelitian ini di terdapat 17
peroleh dengan orang (77%)
melaksanakan
pre test yaitu tes
sebelum terapi
SEFT dan post
test yaitu tes
sesudah terapi
SEFT

No Judul Penulis Nama jurnal Metodologi Hasil


2 Pengaruh Reini jurnal Metode penelitian Hasil
intervensi astuti, keperawatn yang digunakan penelitian
SEFT iyus pada penelitian menunjukkan
(spiritual yosep, ini adalah quasi-- bahwa ibu
emotional raini experimental rumah tangga
freedom diah dengan pretest dengan HIV
technique) susanti and posttest mengalami
terhadap design, depresi
penurunan menggunakan mulai rentang
tingkat kelompok kontrol garis batas
depresi ibu untuk depresi klinis
rumah dapat menguji sampai depresi
tangga adanya sebab dan berat. Kurang
dengan akibat pada lebih 5–10%
HIV sebuah fenomena. masyarakat
Pemilihan umum
responden mengalami
penelitian tidak depresi,
dilakukan secara namun angka
acak. Sampel depresi pada
dalam penelitian penderita HIV
ini menggunakan dapat mencapai
teknik non 60% (Spiritia,
probability 2008). Hal ini
sampling dengan didukung oleh
metode purposive penelitian yang
sampling. Kriteria dilakukan oleh
inklusi penelitian Darussalam
ini, ibu rumah (2011). Hasil
tangga dengan penelitian ini
HIV yang menyebutkan
beragama Islam, bahwa
bersedia menjadi penyakit
responden, dapat penyerta yang
membaca dan dialami oleh
menulis. seseorang
Instrumen dalam dapat
penelitian ini menyebabkan
digunakan untuk depresi pada
mengukur tingkat penderitanya.
depresi pada ibu Kaplan (2012)
rumah tangga juga
dengan HIV. Alat menyebutkan
ukur yang bahwa faktor
digunakan adalah psikososial
BDI (Beck yang salah
Depression satunya adalah
Inventory). BDI penurunan
merupakan alat kesehatan
ukur yang dapat
dapat dipercaya menyebabkan
untuk mendeteksi depresi.
ada atau tidaknya
depresi secara
cepat dan tepat
serta dapat
memperlihatkan
tingkat keparahan
penderitanya,
dengan skor lebih
dari 17 dan
kurang dari 40,
responden berada
dalam rentang
usia produktif (18
– 45 tahun,
memiliki Insight
(kesadaran diri).

No Judul Penulis Nama jurnal Metodologi Hasil

3 Spiritual Defia roza, Jurnal Desain Hasil


emotional silla dewi keperawatan penelitian ini penelitian ini,
freedom anggreni, silampari adalah quasi di dapatkan
technique heppi eksperimen bahwa rata-
(SEFT) sasmita, dan rancangan rata kualitas
terhadap yessi yang hidup pasien
kualitas fadriyanti, digunakan HIV sebelum
hidup nova yanti yaitu one pemberian
pasien group pretest SEFT adalah
HIV/AIDS and posttest. 97,07, artinya
Penelitian kualitas hidup
dilaksanakan pasien HIV
dilaksanakan di tersebut baik.
yayasan taratak Hasil
jiwa hati penelitian ini
padang. waktu sejalan
penelitian di dengan
mulai bulan beberapa
april sampai penelitian
november yang
2019. Populasi menyatakan
adalah seluruh pada
pasien hiv/aids umumnya
yang terdaftar kualitas hidup
diyayasan pasien HIV
taratak jiwa setelah
hati padang diberikan
yang menjadi obat ARV
sampel baik
penelitian ini
sebanyak 14
orang. Tekhnik
pengambilan
sampel yang
digunakan
adalah
purposive
sampling
dengan kriteria
inklusi
sampelnya
adalah pasien
yang berusia
30-65 tahun.
Pelaksanaan
penelitian ini
dimulai dengan
memberikan
pelatihan
kepada
responden
tentang cara
melakukan
spiritual
emotional
freedom
technique
dengan
narasumber
yang pakar
tentang SEFT

No Judul Penulis Nama jurnal Metodologi Hasil

4 Pengaruh Eny Jurnal Jenis penelitian Hasil


spyritual pujiati,irma profesi ini adalah penelitian
emotional febiati keperawatan kuantitatif yang
freedom dengan metode dilakukan
technique quasi pada 34
(SEFT) eksperiment responden
terhadap design menunjukkan
penurunan berbentuk non bahwa pada
tingkat equivalent kelompok
insomnia (pretest dan intervensi
pada postest) control dengan
penderita group design diberikannya
HIV/AIDS pengambilan SEFT
(ODHA) sampel dengan (spiritual
purposive emotional
sampling yang freedom
memenuhi technique)
kriteria inklusi, menunjukkan
dan sampel tingkat
berjumlah 17 insomnia pada
responden. kategori
Pengelolaan sedang
dan analisa data sebesar 52,9%
mengggunakan setelah
analisa statistik diberikan
komputer. terapi spiritual
Setelah data emotional
terkumpul freedom
kemudian technique
dilakukan berubah
pengelolaan menjadi
data dengan uji 41,2% dan
test sebanyak
berpasangan 58,5% setelah
diberikan
intervensi
SEFT
gangguan
istirahat tidur
berada pada
kategori
ringan. Pada
kelompok
kontrol
sebelum
diberikan
perlakuan
menunjukkan
tingkat
insomniaa
pada kategori
berat/buruk
sebesar 58,8%
meningkat
menjadi
64,7% setelah
perlakuan seft

No Judul Penulis Nama jurnal Metodologi Hasil

5 Hubungan Gede Jurnal Metode Hasil


antara meyantara keperawatan penelitian ini penelitian ini
tingkat ekaa adalah deskritif menunjukkan
spiritualitas superkertia, korelasional,yaitu bahwa
dengan ika widi penelitian yang terdapat
tingkat astuti, digunakan untuk hubungan
kualitas made mengetahui searah yang
hidup pada pande lilik hubungan dua sangat kuat
pasien lestari variabel yang antara tingkat
HIV/AIDS saling spiritual
di yayasan mempengaruhi dengan
spirit (sugiyono 2010) tingkat
paramacitta pendekatan atau kualitas
denpasar rancangan yang hidup pada
digunakan dalam pasien
penelitian ini HIV/AIDS
adalah dengan (p<0,05).
menggunakan Terdapat
pendekatan cross hubungan
sectional, dimana searah yang
dalam penelitian sangat kuat
ini variabel antara tingkat
kualitas hidup spiritualitas
dan spiritualitas dan tingkat
diambil secra kualitas
bersamaan atau hidup
dalam waktu (p=0,000,
yang bersamaan p<0,05).
BAB III

ANALISIS JURNAL

3.1 Ulasan mengenal hasil jurnal didukung dengan referensi yang


memperkuat jurnal utama
Dari jurnal yang pertama judul Pengaruh terapi spiritual emotional
freedom technique (SEFT) terhadap perubahan skor depresi pada orang dengan
HIVV/AIDS (ODHA) di rumah sakit jiwa sungai bangkong menyatakan bahwa
rentang usia depresi tersebut,berpengaruh pada kasus depresi pada seseorang
dimana dapat disebabkan karena adanya perbedaan hormonal dan perbedaan
stressor psikososial (Yaunin, Afriant & Hidayat,2014). Pengaruh psikososial pada
penelitian ini sangat berpengaruh pada ODHA dimana ketika terinfeksi HIV
sebagian besar ODHA menunjukkan perubahan karakter psikososial seperti stres,
tidak membuka status HIV pada orang lain, mengalami tekanan emosional dan
dihadapkan dengan stigma atau cap buruk dari masyarakat terhadap dirinya
dengan jumlah 3.713 dan 1.911 pada AIDS sedangkan perempuan sebanyak 2.195
mengalami HIV dan 973 orang mengalami AIDS.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan skor depresi terbanyak sebelum
terapi pada responden adalah 14-19 (depresi ringan) yaitu sebanyak 12 orang
(54%) sedangkan setelah terapi SEFT menjadi skor 0-13 (depresi minimal).
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa terapi SEFT pada
penelitian ini dapat berpengaruh terhadap depresi pada ODHA karena terapi SEFT
dapat membuat ODHA menjadi lebih rileks, nyaman, tenang dan menjadi
termotivasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari serta ketika dilakukan
pengukuran kembali skor depresi pada ODHA terjadi perubahan yang signifikan
pada skor depresi, dimana sebelum dilakukan terapi SEFT skor depresi 14-19 dan
setelah dilakukan terapi SEFT maka skor berubah menjadi 0-13. Adanya unsur
spiritual dalam terapi SEFT diharapkan mampu menjadi kunci keberhasilan
dalam memberikan dukungan spiritual pada ODHA dan dapat memahami dimensi
spiritual yang dialami ODHA.
Jurnal yang pendukung kedua tentang Pengaruh intervensi SEFT (spiritual
emotional freedom technique) terhadap penurunan tingkat depresi ibu rumah
tangga dengan HIV Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu rumah tangga
dengan HIV mengalami depresi mulai rentang garis batas depresi klinis sampai
depresi berat. Terdapat perbedaan skor tingkat depresi pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol setelah dilakukan SEFT (Spiritual Emotional Freedom
Technique) pada kelompok intervensi. Hal ini disebabkan karena adanya lima
prinsip utama SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique), yaitu syukur,
ikhlas, sabar, yakin dan pasrah. Jika hal tersebut dapat di jalani dengan baik oleh
ibu rumah tangga dengan HIV yang mengalami depresi, maka akan sangat
membantu untuk menurunkan tingkat depresi. Hal tersebut dikarenakan kelima
prinsip tersebut merupakan cara-cara yang dapat dilakukan untuk mereposisi
distorsi kognitif atau difungsional keyakinan yang biasa terjadi pada orang dengan
depresi (Cervone dan Pervin, 2012).
Jurnal yang pendukung ketiga tentang Spiritual emotional freedom
technique (SEFT) terhadap kualitas hidup pasien HIV/AIDS Hasil penelitian ini,
didapatkan bahwa rata rata kualitas hidup pasien HIV sebelum pemberian SEFT
adalah 97,07 , artinya kualitas hidup pasien HIV tersebut baik. Hasil Penelitian ini
sejalan dengan beberapa penelitian yang menyatakan pada umumnya Kualitas
Hidup pasien HIV setelah diberikan obat ARV baik (Kholifah, 2019; Avelina &
Idwan, 2019). Status pendidikan juga mempengaruhi tingkat informasi yang
didapat seseorang sehingga individu dengan pendidikan tinggi dapat memahami
informasi lebih baik dibandingkan dengan individu dengan tahap pendidikan
rendah Selain tingkat pendidikan, menurut peneliti status perkawinan juga
berhubungan dengan kualitas hidup Pasien HIV
Berdasarkan wawancara dengan responden setelah penelitian, didapatkan
informasi bahwa tindakan SEFT ini sangat bermanfaat bagi pasien HIV
diantaranya membantu untuk menghilangkan stress yang dialami . SEFT juga
membantu menghilangkan keluhan fisik yang dirasakan pasien, dimana salah
seorang pasien mengatakan setelah melakukan SEFT matanya yang sakit bisa
sembuh dengan cepat. Selain itu hampir semua pasien mengatakan setelah
melakukan tindakan SEFT ini badan menjadi lebih segar, stress hilang, tidur
menjadi nyenyak. Walaupun demikian, hasil penelitian ini juga menemukan ada
7,1 % responden yang skort kualitas hidupnya menjadi turun setelah dilakukan
SEFT, tetapi responden mengungkapkan tindakan SEFT sangat bermanfaat
baginya. Hal ini mungkin disebabkan karena pasien melaksanakan SEFT dalam
keadaan tidak bisa berkonsentrasi penuh, dan kurangnya kepasrahan kepada Allah
SWT, sehingga masih enggan mengungkapkan kesalahan yang selama ini
diperbuatnya.
Jurnal yang pendukung keempat tentang Pengaruh spyritual emotional
freedom technique (SEFT) terhadap penurunan tingkat insomnia pada penderita
HIV/AIDS (ODHA) Bukti menunjukkan bahwa penderita HIV/AIDS (ODHA)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 34 responden menunjukkan
bahwa pada kelompok intervensi dengan diberikannya SEFT (Spyritual
Emotional Freedom Technique) menunjukkan tingkat insomnia pada kategori
sedang sebesar 52,9%, setelah diberikan terapi spyritual emotional freedom
technique berubah menjadi 41,2% dan sebanyak 58,5% setelah diberikan
intervensi SEFT gangguan istirahat tidur berada pada kategori ringan.
Berdasarkan teori lain menjelaskan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi
insomnia pada ODHA adalah penyakit dan ketidaknyamanan fisik, masalah
suasana hati seperti kecemasan atau depresi dapat mempengaruhi masalah tidur.
Kondisi perasaan yang tidak stabil pada ODHA dapat mempengaruhi istirahat
tidur, karena ketidaknyamanan yang ditimbulkan akibat proses perubahan
psikososial tanpa adaptasi yang baik terhadap perubahan situasi juga dapat
menyebabkan seseorang terjaga dan mengalami gangguan tidur
Terapi komplementer yang dapat direkomendasikan oleh perawat
komunitas untuk gangguan tidur adalah terapi Spyritual Emosional Freedom
Tehnique (SEFT) yaitu kemampuan mengontrol pikiran manusia untuk
mengendalikan pikiran bawah sadar sehingga mampu mengubah pola kebiasaan
dan penerimaan pasien terhadap rasa tidak nyaman dan gangguan tidur.
Pendekatan non-farmakologis berupa tindakan SEFT merupakan intervensi yang
bisa diterapkan pada setiap penderita gangguan istirahat tidur. Selain efektif dalam
menurunkan gangguan istirahat tidur juga dapat meningkatkan kualitas dan durasi
tidur. Peran spyritual emotional freedom dalam menurunkan gangguan tidur atau
meningkatkan kualitas tidur tidak terlepas dari mekanisme yang terjadi dari proses
SEFT terhadap rasa nyaman yang menstimulasi tubuh untuk rileks dan
menimbulkan keinginan untuk tidur lebih awal sehingga durasi dan kualitas tidur
terjaga. Spyritual Emotional Freedom Technique (SEFT) bekerja dengan prinsip
yang kurang lebih sama dengan akupuntur dan akupressur. Ketiga teknik ini
berusaha merangsang titik–titik kunci di sepanjang 12 jalur energi (energi
meridian) tubuh yang sangat berpengaruh pada kesehatan. Terapi SEFT
merupakan bagian dari teknik relaksasi yang dapat menghasilkan efek fisiologis
yang berlawanan dengan kecemasan, seperti kecepatan denyut jantung yang
lambat, peningkatan aliran darah perifer dan stabilitas neuromuskular. Hal ini
disebabkan karena adanya hiperaktifitas impuls listrik otak yang meningkatkan
aliran darah di otak sehingga terjadi pelebaran pembuluh darah otak dan
pengaktifan saraf parasimpatetis, dengan teknik relaksasi maka secara otomatis
ketegangan berkurang sehingga membuat seseorang mampu mengurangi
ketidaknyamanan dan menurunkan saraf simpatetik dan meningkatkan saraf
parasimpatetik.
Jurnal yang pendukung kelima tentang Hubungan antara tingkat
spiritualitas dengan tingkat kualitas hidup pada pasien HIV/AIDS di yayasan
spirit paramacitta denpasar Tingkat spiritualitas Pasien HIV/AIDS di Yayasan
Spirit Paramacitta Denpasar sebagian besar memiliki spiritualitas rendah yaitu
sebanyak 24 orang (53%), spiritualitas sedang sebanyak 17 orang (38%) dan
spiritualitas tinggi sebanyak 4 orang (9%). Tingkat kualitas hidup pasien
HIV/AIDS di Yayasan Spirit Paramacitta Denpasar sebagian besar memiliki
kualitas hidup tergolong biasa-biasa saja yaitu sebanyak 23 orang (51%), kualitas
hidup buruk sebanyak 19 orang (42%) dan tingkat kualitas hidup baik sebanyak 3
orang (7%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan searah
yang sangat kuat antara tingkat spiritualitas dengan tingkat kualitas hidup pada
pasien HIV/AIDS (p<0,05). Terdapat hubungan searah yang sangat kuat antara
tingkat spiritualitas dan tingkat kualitas hidup (p=0,000, p<0,05).
Dapat kita ketahui bahwa jurnal pertama, kedua, ketiga, keempat dan
kelima juga mengatakan hal yang sama bahwa manfaat terapi spiritual bagi pasien
hiv tindakan SEFT ini sangat bermanfaat bagi pasien HIV diantaranya membantu
untuk menghilangkan stress yang dialami . SEFT juga membantu menghilangkan
keluhan fisik yang dirasakan pasien, dimana salah seorang pasien mengatakan
setelah melakukan SEFT matanya yang sakit bisa sembuh dengan cepat. Selain itu
hampir semua pasien mengatakan setelah melakukan tindakan SEFT ini badan
menjadi lebih segar, stress hilang, tidur menjadi nyenyak
BAB IV

IMPLIKASI

4.1 Penerapan hasil keperawatan


Terapi SEFT dapat membuat ODHA menjadi lebih rileks, nyaman, tenang
dan menjadi termotivasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari serta ketika
dilakukan pengukuran kembali skor depresi pada ODHA terjadi perubahan yang
signifikan pada skor depresi, dimana sebelum dilakukan terapi SEFT. manfaat
terapi spiritual bagi pasien hiv tindakan SEFT ini sangat bermanfaat bagi pasien
HIV diantaranya membantu untuk menghilangkan stress yang dialami . SEFT
juga membantu menghilangkan keluhan fisik yang dirasakan pasien, dimana salah
seorang pasien mengatakan setelah melakukan SEFT matanya yang sakit bisa
sembuh dengan cepat. Selain itu hampir semua pasien mengatakan setelah
melakukan tindakan SEFT ini badan menjadi lebih segar, stress hilang, tidur
menjadi nyenyak
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Spiritual emotionaal freedom technique (SEFT) adalah salah satu terapi
komplementer yang dapat digunakan untuk pasien hiv/aids. Mengingat bahwa
terdapat hubungan yang sangat kuat dan signifikan antara tingkat spiritualitas
dengan kualitas hidup,menurunkan tingkat depresi, penurunan tingkat insomnia
dan memberikan intervensi pada pasien HIV.

5.2 Saran
Diharapkan penelitian ini dalam pengembangan keperawatan dapat
menambah keluasan pengetahuan bagi proses asuhan keperawatan dengan
Rheumatoid Arthritis dan dapat dijadikan bahan perbandingan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus Rheumatoid Arthritis pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah, S. & Shukla, A. (2014). Depression, anxiety and stress among
people living with HIV/AIDs. Indian Journal of Health and Wellbeing,
Vol.5, p. 437-442.Diakses pada Jumat, 24 Februari 2017 Pukul 21.47 wib.
2. Alemu, H., Haile, M. D., Tsui, A., Ahmed,S., & Shewamare, A. (2011.).
Effect ofdepressive symptoms and social support on weight and CD4
count increase at HIV clinic in Ethiopia. Psychology and Bahavioral
Sciences Colletion,24, 866–876.
3. Aminuddin, M., Samsugito, I., Nopriyanto, D., & Puspasari, R. (2019).
Terapi Seft Menurunkan Intensitas Kebiasaan Merokok Di Kelurahan
Sambutan Kota Samarinda. JPPM (Jurnal Pengabdian Dan Pemberdayaan
Masyarakat), 3(2), 329. https://doi.org/10.30595/jppm.v3i2.3899
4. Arriza, B. K., Dewi, E. K & Kaloeti, D.V. Memahami Rekonstruksi
Kebahagiaan pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Jurnal
Rekonstruksi Undip, Vol.10, p. 153-161. 2011 2. Katiandagho, D.
Epidemiologi HIV-AIDS. Bogor : In Media. 2015
5. Yayasan Spirit Paramcitta. (2015). Ringkasan Jumlah Klien Yang
Didampingi Oleh Yayasan Spirit Paramacitta Sejak 2002 s/d Oktober
2014. Denpasar

Anda mungkin juga menyukai