Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AGAMA

MANAJEMEN SAKARATUL MAUT

DOSEN PENGAMPU:
Sawaluddin Siregar, M.Pd.I

Kelompok 11 :
1. Septika Hairin Nisa 21031035
2. M. Raditya Yusri 21031036

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Tanpa pertolongan-Nya kami tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami
menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Allah SWT dan
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kami menghanturkan
rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik secara materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan tangan terbuka menerima masukan,
saran dan usul dari berbagai pihak guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya kami selaku
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Terimakasih.

Pekanbaru, 30 Maret 2022

Kelompok 11

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 2

2.1 Pengertian Manajemen Sakaratul Maut ............................................................................ 2


2.2 Pendamping Masa Kritis ................................................................................................... 5
2.3 Langkah-langkah Sakaratul Maut ..................................................................................... 7

BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 12


3.2 Saran ............................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 13

III
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kematian (ajal) adalah hal yang pasti terjadi pada setiap makhluk yang bernyawa, tidak
ada yang mengetahui kapan dan dimana ia akan menemui ajal, dalam keadaan baik atau buruk.
Bila ajal telah tiba maka tidak ada yang bisa memajukan ataupun mengundurkannya. Setiap
muslim wajib mengingat akan datangnya kematian, bukan hanya karena kematian itu
merupakan perpisahan dengan keluarga atau orang-orang yang dicintai, melainkan karena
kematian merupakan pertanggung jawaban atas amal yang dikerjakan selama orang tersebut
hidup di dunia.
Tiap manusia sudah ditentukan ajalnya sendiri-sendiri oleh Allah swt, hanya saja manusia
tidak mengetahui kapan ajal akan datang, dan dimana tempatnya ia menghembuskan nafas
penghabisan. Ada manusia yang masih sangat muda meninggal dunia, atau masih bayi atau
sudah tua dan ada pula yang sudah sangat tua baru meninggal, semua itu Allah swt yang
menentukan. Alhasil manusia tidak dapat lari dari kematian. Mau lari ke mana, maka di sana
pula mati akan mengejarnya.
Dalam ajaran islam, kehormatan manusia sebagai khalifah Allah swt dan sebagai ciptaan
termulia, tidak hanya terjadi dan ada ketika masih hidup di dunia saja. Akan tetapi
kemuliaannya sebagai makhluk Allah swt tetap ada walaupun fisik sudah meninggal.
Kesinambungan kemuliaannya sebaagai makhluk Allah swt terjadi karena ruhnya tetap hidup
berpindah ke alam lain, yang sering disebut alam barzakh, alam di antara dunia dan akhirat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen sakaratul maut?
2. Apa saja yang dilakukan pada saat pendampingan masa kritis?
3. Apa saja langkah-langkah sakaratul maut?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang apa itu manajemen sakaratul maut
2. Untuk mengetahui apa yang harus dilakukan pada saat pendampingan masa kritis
3. Untuk mengetahui langkah-langkah saat sakaratul maut

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Sakaratul Maut


Sakaratul maut adalah suatu kondisi di mana pasien menghadapi kematian, yang memiliki
berbagai hal dan berharap untuk mati. Definisi sakaratul maut adalah penghentian kondisi
pernafasan, denyut nadi, dan tekanan darah serta hilangnya menanggapi rangsangan eksternal,
ditandai dengan penghentian aktivitas otak atau penghentian fungsi jantung dan paru-paru
diselesaikan.
Sakaratul maut dan kematian yang kedua istilah yang sulit dipisahkan, serta sebuah
fenomena yang terpisah. Sakaratul Maut adalah lebih ke arah proses, sedangkan dalam
kematian adalah akhir kehidupan. Sakaratul maut di sini maksudnya kedahsyatan, tekanan dan
himpitan kekuatan kematian yang mengalahkan manusia dan menguasai akal sehatnya. Allah
Subhanahu Wa Ta'ala menegaskan prosesi menegangkan itu dalam firmannya:
"Allah mengingatkan para hambanya dengan keadaan orang yang akan tercatat
nyawanya, bahwa ketika ruh sampai pada tahap yaitu tulang-tulang yang meliputi ujung leher
atau kerongkongan, maka pada saat itulah penderitaan mulai berat."
Dia mencari segala sarana yang dianggap menyebabkan kesembuhan atau kenyamanan,
karena itu Allah berfirman:
"Dan dikatakan kepadanya Siapakah yang akan menyembuhkan, pasalnya mereka telah
kehilangan segala terlatih umum yang mereka pikirkan. Sehingga mereka bergantung sekali
pada terapi Ilahi. Tapi Qadha dan qadar Jika datang dan tiba, maka tidak dapat ditolak dan
dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu Perpisahan dengan dunia. Dan bertaut betis kiri
dengan betis kanan maksudnya kesengsaraan menjadi satu dan berkumpul, urusan menjadi
berbahaya, penderitaan semakin sulit, nyawa diharapkan keluar dari badan yang telah ia
huni dan masih bersamanya."
Maka dihalau menuju Allah ta'ala untuk dibalasi amalannya dan mengakui perbuatannya,
peringatan yang Allah sebutkan ini akan dapat mendorong hati-hati untuk bergegas menuju
keselamatannya dan menahanya dari perkara yang menjadi kebinasaanya.

2
Tetapi orang yang menantang, orang yang tidak mendapat manfaat dari ayat-ayat,
senantiasa berbuat sesat dan kekufuran dan penentangan. Kepedihan sakaratul maut inilah
yang membuat Aisyah menyatakan:
"Aku tidak iri kepada siapapun atas kemudahan kematian(nya), sesudah aku melihat
kematian kematian pada Rasul Allah." (HR. Tirmidzi)
Penderitaan yang terjadi selama pencabutan nyawa akan dialami setiap makhluk, inilah
yang ditegaskan Allah subhanahu wa taala dalam Firman-Nya:

"Setiap jiwa akan merasakan mati .." (QS. Ali Imron : 185)
Demikian pula ditegaskan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dalam sabdanya:
"Sesungguhnya kematian ada kepedihannya".
Kematian adalah penderitaan yang paling dahsyat di dunia dan akhirat bagi orang yang
beriman. Kematian lebih menyakitkan dari goresan gergaji, sayatan gunting, panasnya air
mendidih dibejana. Seandainya ada mayat yang dibangkitkan dan menceritakan kepada
penduduk dunia tentang sakitnya kematian, niscaya penghuni dunia tidak akan nyaman
dengan hidupnya dan tidak minyak dalam hidupnya." Mengalami proses ini adalah hak, jika
waktunya tiba dia pasti datang inilah janji allah subhanahu wa ta'ala:

"Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang dahulu hendak
kamu hindari." (QS. Qaf : 19)
Namun demikian tingkat kepedihan sakaratul maut setiap orang berbeda-beda, orang
yang beriman ruhnya akan lepas dengan mudah dan ringan. Malaikat yang mendatangi orang
yang beriman mengambil nyawa dengan kesan yang baik lagi menggembirakan, hal ini
berdasarkan hadits yang panjang bahwa:
"Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam berkata tentang proses kematian seorang
mukmin".
Tanda-tanda Sakaratul Maut Menurut Islam :
1. Kematian Seratus Hari Sebelum Ajal
Yang pertama adalah tanda kematian dengan jarak 100 hari sebelum
kematiannya. Tanda ini dimulai setelah waktu ASHAR. Seluruh tubuh manusia

3
sedang sekarat akan merasa gemetar, bahkan berpikir itu akan menyebar dari
ubun-ubun ke ujung jari-jari kaki. Siapa saja yang telah pernah merasakannya
mengatakan bahwa tanda ini memiliki rasa kenikmatan yang sangat luar biasa.
Tapi sebenarnya itu isyarat dari Allah untuk menjadi ciptaan-Nya yang akhir nya
semakin dekat.
2. Kematian Empat Puluh Hari Sebelum Ajal
Suatu tanda kematian akan dirasakan lagi pada saat hari ke-40 dari hari
kematian seseorang. Tandanya adalah seseorang mampu merasakan suatu
denyutan denyutan yang terdapat di bagian pusar. Waktu yang terjadi untuk tanda-
tanda ini juga terjadi ba'da Ashar. Dikatakan bahwa pada saat pusar berdenyut,
terdapat daun yang bertulis namanya yang berada pada Arsy telah gugur.
Kemudian malaikat maut segera mengambil satu helai daun itu. Lalu mulai pada
saat itu, dia akan mulai mengikutimu dimanapun mausia tersebut berada. Bahkan
dikatakan, manusia tersebut yang mempunyai rasa keimanan yang cukup tinggi
akan bisa melihat wujud malaikat maut tersebut walaupun hanya sekilas. Dan
orang yang melihatnya biasanya akan bingung dan merasa takut karena dia tahu
bahwa waktunya di dunia ini tinggal sebentar.
3. Kematian pada Tujuh Hari Sebelum Ajal
Selanjutnya yaitu terdapat tanda kematian yang terjadi tujuh hari pada saat
sebelum kematian mendatangi seorang manusia. Waktu terjadinya tanda tersebut
juga pada ba'da Ashar. Biasanya manusia yang akan mengalami kematian akan
merasa perubahan pada fisiknya serta akan ada perubahan signifikan pada
kebiasaan yang dijalaninya selama ini. Apa yang terjadi tujuh hari sebelum Maut
menjemput? Kejadiannya juga setelah Ashar. Isyaratnya mulai dirasakan pada
keadaan fisik, seperti perubahan kebiasaan. Contohnya adalah sescorang yang
mendadak punya selera makan tinggi padahal sedang mengidap penyakit parah.
Atau hal – hal lain yang di luar kebiasaan dan tidak terduga sebagai kebiasaan
wajar dari orang tersebut.
4. Kematian Pada Tiga Hari Sebelum Ajal
Kemudian tanda kematian akan dirasakan menjelang 3 hari sebelum kematian
tiba. Pada waktu ini, seseorang yang memiliki kepekaan serta rasa iman yang

4
cukup tinggi akan bisa merasakan tanda datangnya kematian secara nyata. Salah
satu tanda ini yang dimaksud adalah berdenyut pada dahi. Lebih tepatnya berada
di tengah-tengah dahi kita. Selain itu, jika ada seseorang melihat kita, bola mata
kita juga akan kehilangan wama aslinya alias memudar dari sebelumnya. Kedua
kaki kita akan terasa lebih lemah, telinga tidak lagi tegak menawan, serta hidung
akan terasa sesak atau terbenam. Jika kamu melalui masa-masa ini suat saat ini,
saya sarankan agar kamu mulai berpuasa dan memperbanyak amalan shaleh
lainnya. Berpuasa disini selain meningkatkan amal ibadah kita menjelang
kematian juga dapat meminimalisir najis yang ada di perut kita sehingga pada saat
dimandikan akan lebih muda untuk dibersihkan.
5. Kematian Sehari Sebelum Ajal
Akan tiba setelah waktu Ashar. Seseorang akan merasakan satu denyutan di
bagian belakang, yaitu di bagian ubun - ubun, yang menandakan kita tidak akan
sempat menemui waktu Ashar pada hari berikutnya.
6. Tanda Akhir
Kita dapat merasakan satu kondisi sejuk di bagian pusat & hanya akan turun
ke pinggang dan seterusnya akan naik kembali ke bagian tenggorokan. Pada
waktu ini sebaiknya kita tetap mengucap kalimat Syahadat dan berdiam diri
menantikan kehadiran malaikat maut. Sebaiknya bila sudah terasa tanda yang
akhir sekali, mengucap dalam diam & jangan lagi berbincang bincang.

2.2 Pendampingan Masa Kritis


Saat Menemani Seseorang Menghadapi SakaraSakaratul Maut adalah pintu saat
seseorang akan pindah alam, dari alam kedua menuju alam ketiga. Alam pertama adalah ada
di dalam rahim ibu, saat manusia ditiupkan ruh pertama kali. Pada saat itu manusia telah
membuat perjanjian dengan Tuhannya. Alam kedua adalah saat kita dilahirkan oleh Bunda ke
dunia fana ini. Di alam kedua inilah kita akan banyak mengalami ujian dan cobaan untuk
menentukan akan kemana kita setelah menyelesaikan hidup di dunia ini, akan ke Surga atau
ke Neraka. Setelah sebelumnya kita ada dalam alam penantian, yaitu alam Barzah atau di
pekuburan.

5
Alam penantian sampai saat malaikat Isrofil meniupkan terompetnya tanda Kiamat tiba.
Saat itulah manusia akan diperlakukan seadil-adilnya, tak ada kebaikkan sebiji zarah pun yang
tidak dibalas dan tak ada setitik noktah kejahatan yang kita lakukan di dunia untuk mendapat
balasannya. Disini lah bila kita menginginkan keadilan yang sebenarnya, untuk itu jangat takut
berbuat baik walau tak dilihat orang lain di dunia ini, jangan takut diperlakukan tidak adil oleh
manusia karena masih ada saat dimana keadilan benar-benar kita dapatkan.
Sakaratul Maut pasti akan datang pada setiap insan bernyawa, siapapun dia. Tak peduli
dia seorang pejabat, raja, ratu, rakyat jelata, maupun wakil rakyat yang duduk di DPR, baik
mereka yang telah merawat kesehatannya dengan baik maupun yang ceroboh. Sakaratul maut
adalah detik-detik saat ruh dicabut pelan -pelan dari segala penjuru urat saraf. Proses menuju
kematian ini sangat menegangkan dan menyakitkan, bahkan diibaratkan seperti ditusuk
dengan 300 pedang secara bersamaan, atau seperti tubuh ditanami sebuah pohon berduri dan
pohon itu dicabut dengan kuatnya sehingga sakitnya bagai ada bagian yang ikut kecabut ada
yang tertinggal yang menyangkut di diri.
Proses pencabutan itu mulai dari ujung kaki terlebih dahulu, lalu naik ke betis, paha
sampai ke atas ke kerongkongan, saat itulah mulai tertutupnya pintu taubat dan mulai
berpisahnya ruh kita dengan alam dunia. Hanya penyesalan dan keinginan bertaubat yang
sudah tiada guna, semua sudah terlambat, mau tidak mau kita sudah berpindah alam. Pada saat
kita menemani seorang mukmin yang sedang menghadapi sakaratul maut, bimbinglah dia
untuk melafalkan talqin " La ilaha illallah " bila sudah tak kuat lagi membaca kalimah 'sahadat'
bacalah cukup dalam hati.
Pada saat seorang mukmin sedang menghadapi sakaratul maut , setan sangat senang
menggoda agar kita tergelincir dan mengakhiri hidup dengan 'su'ul khatimah' bukan dengan '
khusnul khatimah' untuk itu agar tidak ada sela untuk setan masuk, dampingi dan bimbing
selalu keluarga kita dengan bacaan talqin tersebut. Dan agar suasana menjadi agak tenang
bacakan selalu 'Surat Yassin, karena Srat Yassin sebagai jantung Al-Qur'an sebaiknya
dibacakan saat Mauta, yaitu pada orang yang dekat pada ajalnya, bukan pada mayat atau orang
yang sudah meninggal dunia. Kuatnya kengerian dan himpitan sakaratul maut itu membuat
kita lebih mudah tergelincir dengan kata-kata bimbingan setan, maka bacaan Surat Yassin saat
sakaratul maut akan banyak membawa keberkahan dan pertolongan dari Allah SWT.

6
Ucapkan selalu kata-kata dan doa yang baik karena pada saat itu malaikat maut telah
hadir, berdoalah yang baik agar malaikat maut ikut mengamini doa kita. Kedatangan Malaikat
sangat terasa sekali pada saat Sakaratul Maut tersebut. Proses pencabutan nyawa oleh
Malaikat Izrail sesuai dengan ketaatan kita pada Allah Ta'alla. Bila orang banyak durhaka
pada Allah maka mencabutnya dengan kasar tapi bila orang banyak berbakti dan selalu
mengharap hanya rindho-Nya maka mencabutnya dengan pelan-pelan. Walaupun begitu
masih tetap sakit dan yang paling ringan saja sakitnya bagai ditusuk pedang 300 kali
bersamaan, banyangkan bagaimana sakitnya sakaratul maut itu bagi orang yang banyak
durhaka pada Allah SWT.
Walaupun begitu bukan menjadi ukuran, kesakitan sewaktu sakaratul maut bisa juga
untuk mengurangi dosa-dosa seorang mukmin sewaktu di dunia, agar memperoleh ampunan
dari Allah Ta'alla, Bila seseorang dicabut nyawanya biasanya matanya mengikuti keluarnya
nyawa dari ubun-ubun, maka setelah orang tersebut meninggal tutup matanya yang masih
terbuka. Dan tutup seluruh badan dan kepala agar tidak menimbulkan kengerian karena proses
Sakaratul maut biasanya membawa perubahan pada tubuh mayat. Hadapkan wajahnya ke arah
Kiblat dengan memiringkan badan dan kepalanya, bujurkan seperti di pekuburan.
Segerakan pemakamannya, setelah disucikan, dikafani dan disholatkan terlebih dahulu,
kecuali untuk yang mengalami mati sahid. Menyegerakan pemakaman sebelum kondisi mayat
berubah sangat dianjurkan agar jenazah segera kembali pada alamnya , yaitu alam Barzah.
Bila yang meninggal masih mempunyai hutang, maka sebaiknya segera bayarkan hutangnya
karena nyawa seorang mukmin itu bisa tergantung utangnya sampai dibayarkannya utangnya
itu oleh walinya.

2.3 Langkah-langkah Sakaratul Maut


Definisi Tuntunan Praktis Sakaratul Maut dan Tajhizul Mayyit. Tuntunan parktis ini
dimaksudkan sebagai pedoman mudah untuk menuntun seseorang yang sedang dalam
keadaan sakit keras (sakaratul maut) dan tata cara pengurusan jenazah (tajhiz al-mayyit),
mulai seseorang baru saja meninggal dunia sampai penyelesaian pemakamannya. Tuntunan
ini disadur dari beberapa kitab fikih, terutama kitab Al-Mughniy, karya Ibn Qudamah.
Tuntunan ini juga merujuk kepada pengalaman praktis sejumlah ulama di beberapa tempat
dan dalam beberapa kondisi.

7
Tuntunan praktis ini betujuan membantu keluarga yang sedang mendapatkan cobaan
berupa adanya anggota keluarga yang sedang dalam keadaan sakaratul maut atau berpulang
ke rahmatullah. Keluarga yang mendapatkan cobaan seperti ini disarankan tidak boleh panik,
tetapi dianjurkan segera melakukan tuntunan secara sadar kepada, baik orang yang sedang
dalam keadaan sakaratul maut maupun yang sudah meninggal dunia.
Tuntunan Sakaratul Maut: Berdasarkan tuntunan dari Rasulullah Saw, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, baik oleh anggota keluarga, pembesuk orang sakit, maupun orang
yang sedang sakit. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menyabarkan orang sakit agar menerima kenyataan itu sebagai bagian dari takdir dan
cobaan Tuhan. Tabah menjalani penyakit bagian dari ibadah dan berfungsi sebagai
penghapus dosa masa lampau.
2. Jangan membayangkan sesuatu yang menakutkan kepada orang sakit, sebaliknya
upayakan membangkitkan semangat, rasa optimis, dan kepasrahan (tawakkal)
kenada Allah swt.
3. Tuntunkan sebuah doa dari Rasulullah terhadap orang sakit sebagai berikut:
Allahumma ahyiniy ma kanatil hayatu khairan li, wa tawaffani idza kanatil wafatu
khairan li.
Artinya: "Ya Allah, perpanjanglah hidupku jika itu lebih baik bagiku, dan ambillah
aku jika itu lebih baik bagiku".
4. Anggota keluarga dan para pelayat bisa membantu dengan doa sebagai berikut:
Allahumma ahyihi (ha) ma kanatil hayatu khairan lahu (laha), wa tawaffahu (ha)
idza kanatil wafatu khairan lahu (laha).
Artinya: "Ya Alah, panjangkanlah hidupnya jika itu lebih baik baginya, dan ambillah
jika itu lebih baik baginya".
5. Doa lain yang dianjurkan dan diajarkan Rasulullah kepada para pembesuk terhadap
orang sakit ialah: Allahumma rabban nasi, mudzhibal basi, isyfi antasy syafi, syifa'an
la yughadiru saqaman.
Artinya: "Ya Allah, Tuhan manusia, sembuhkanlah (dia), Engkaulah Zat Yang Maha
Penyembuh, Penyembuh yang tidak menyisahkan (penyakit) kepada orang sakit".
6. Ketika Rasulullah sedang sakit, Jibril membesuknya dan membaca:

8
Bismillahi arqika, min kulli syai 'in yu'dzika, min syarri kulli nafsin wa 'ainin hasidah,
Alhahu yasyfika.
Artinya: “ Atas izin Allah saya mengupayakan kebaikan atasmu, dari segala sesuatu
yang membuatmu tersiksa, dari keluhan setiap diri dan mata yang dilemahkan Allah,
Allah menyembuhkanmu".
7. Orang yang sudah dalam keadaan sakaratul maut, anggota keluarga atau pelayat
menuntun orang sakit untuk membaca atau mengikuti dalam hati lafaz tahlil: La ilaha
illal Lah, Muhammadur Rasulullah, berkali-kali, sampai orang sakit
menghembuskan napas terakhir. Nabi bersabda: "Barangsiapa yang mengakhiri
hidupnya dengan kalimat La ilaha illal Lah, maka yang bersangkutan akan masuk
surga".
8. Para pelayat lainnya dianjurkan membaca surah Yasin, untuk meringankan beban
orang yang sedang zakaratul maut, sesuai anjuran Rasulullah Saw.
Tuntunan Tajhizul Mayit
Seseorang dinyatakan meninggal dunia jika sudah mengalami tanda-tanda antara lain
sebagai berikut:
1. Denyut jantung sudah berhenti total.
2. Sebelumnya, bagi yang meninggal secara normal, biasanya diawali dengan rasa
dingin ujung jari-jari kaki, kemudian berangsur-angsur naik ke bagian atas anggota
badan.
3. Biasanya dada mulai kedengaran bunyi sesak napas, lalu disusul dengan bunyi di
tenggorokan.
4. Biasanya yang bersangkutan mengambil dan membuang napas dari mulut.
5. Kemudian perlahan-lahan pandangan matanya menengok ke atas. Umumnya orang
yang akan meninggal matanya menengadah ke atas, seperti kata Rasulullah:
"Sesungguhnya apabila roh seseorang dicabut, maka tatapan matanya akan
menyertainya".
6. Bisa juga, dan lebih baik, jika pemberitaan kematian itu dinyatakan oleh dokter.
Catatan: Euthanasia, yakni melakukan upaya sadar untuk mempercepat proses kematian
seseorang, masih menjadi kontroversi di kalangan ulama. Euthanasia ada dua macam, yaitu
euthanasia aktif dan euthanasia pasif.

9
Euthanasia aktif, yakni melakukan upaya aktif untuk mempercepat proses kematian
seseorang, seperti tindakan seseorang dokter yang memberikan suntikan melebihi dosis
kepada pasien, meskipun menurutnya sudah tidak ada harapan lagi untuk hidup. Umumnya
para ulama mengharamkan euthanasia aktif, bahkan di antara mereka ada yang
menganggapnya sebagai pembunuh yang dapat dikenakan ancaman pembunuhan bagi yang
melakukannya, Euthanasia pasif, yakni tindakan sadar untuk tidak melakukan upaya dan
pertolongan maksimal lebih lanjut terhadap seorang pasien yang dinyatakan sudah mati suri
dan tidak akan ada lagi harapan untuk hidup menurut kesimpulan tim dokter. Euthanasia
seperti ini umumnya para ulama menganggaap wajar dan boleh. Akan tetapi, kita harus hati-
hati terhadap penghentian mekanisme kerja alat-alat berat yang menolong pernapasan si
penderita, bisa saja dianggap eutanasia aktif, jika si pasien masih ada kemungkinan untuk
mempertahankan hidup.
Jika seseorang sudah dinyatakan telah meninggal, maka hal-hal yang segera harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Anggota keluarga dan pelayat dianjurkan Rasulullah membaca ayat 83 dari surah
Yasin: Fasubhanal ladzi bi yadihi malakutu kulli syai'in wa ilaihi turja'un.
b) Orang lain yang mendengarkan berita kematian ini dianjurkan membaca: Inna lillahi
wa inna ilaihi raji'un.
c) Setelah itu, mayat segera ditutup rapat kelopak mata dan mulutnya, sambil membaca:
Bismillahi wa 'ala wafati ..(nama yang meninggal disebutkan).
Misalnya: Bismillahi wa ala wafati Muhammad. Para pelayat dianjurkan mendoakan
yang meninggal, seperti diajarkan Rasulullah: Allahummaghfir . .(sebut nama orang
yang meninggal), warfa' darajatahu (ha) fil mahdiyyin al-muqarrabin, wakhlufhu (ha)
fi 'aqibihi fil ghairin, waghfir lana walahu (ha) ya Rabbal 'alamin.
Catatan: Sebut hu kalau laki-laki dan ha untuk perempuan.
d) Setelah itu, kedua kakinya dirapatkan dan kedua tangannya dilipat menyerupai
lipatan tangan orang sedang shalat, tangan kiri di bagian dalam dan tangan kanan di
bagian luar.
e) Biasanya sulit untuk menutup mata, menutup mulut, mel ipat tangan, dan merapatkan
kaki, jika terlambat dan mayat sudah mengeras. Jika hal itu terjadi, biasanya dapat

10
diatasi dengan menarik kedua ibu jari kaki si mayat sambil menutup mata dan
mulutnya.
f) Kemudian, posisi tidurnya diubah menghadap ke kiblat, membentang seperti
bentangan mayat di dalam kubur.
g) Mayat ditutupi seluruh anggota badannya dengan kain bersih.
h) Jika satu dan lain hal, mayat itu harus menunggu sesuatu, misalnya untuk diotopsi
atau menunggu anggota keluarga dekat, atau hal-hal yang darurat lainnya, maka
mayat harus diamankan dari segala sesuatu yang bisa mengganggu si mayat,
misalnya kerumunan semut atau lalat. Bahkan sebaiknya diupayakan bahan-bahan
tertentu yang bisa mempertahankan keutuhan dan kesegaran mayat.
i) Memberikan wewangian atau bahan-bahan lain yang bisa mencegah bau busuk dari
mayat, Rujukan Hadis riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Turmudzi, Nasa'I, Ibn
Majah dan Ahmad Ibn Hanbal. Lihat dalam Ibn Qudamah, Al-Mughny, Juz III, Kairo:
al-Thiba'ah wa al-Nasyr wa al-Tauzi wa al-l'lan, 1987, h. 360.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sakit sakratul maut dialami setiap manusia dengan berbagai macam tingkat rasa sakit,
ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup.sebuah
riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakratul maut merupakan suatu proses
pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Setan dan iblislah akan senantiasa menganggu
manusia, bermula dengan memperdayakan manusia dari setitik mani hinggalah ke akhir hayat
kita dan yang paling dahsyat ialah sewaktu akhir hayat yaitu ketika sakratul maut.
Setiap orang yang teledor di dunia ini,baik dengan kekufuran maupun perbuatan maksiat
lainnya akan dilanda gulungan penyesalan, dan akan meminta dikembalikan ke dunia meski
sejenak saja,namun kesempatan untuk itu sudah hilang tidak mungkin disusl lagi. Jadi
persiapan harus dilakukan sejak dini dengan tetap memohon agama Allah.

3.2 Saran
Kami menyadari makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna baik dari
segi materi maupun penulisan, disebabkan karena kami mempunyai keterbatasan dalam hal
ilmu untuk itu kami mengharapkan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penulisan dimasa mendatang, dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca. Dan juga persiapkan diri kalian dari sekarang karena kita tidak akan tau kapan
datangnya kematian."Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian".

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Karim, 2004. Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah. Jakarta: Amzah Abd. Ghoni
Asyukur. 1989.

M. Nashiruddin Al-Albani. 1999, Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah, Jakarta: Gema Insani
Sya

Sayyidah M. Rizal Qasim. 2000. Shalat Dan Merawat Jenazah. Bandung. Pengamalan Fikih I.
Jakarta: Tiga Serangkai msuri. 2007. Pendidikan Agama Islam untuk Kelas XI
Jakarta :Erlangga 14

13

Anda mungkin juga menyukai