Repo File 77880 20200714 111745

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Kasus

1. Tumbuh kembang

a. Definisi tumbuh kembang

Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi

sejak konsepsi dan terus berlangsung sampai dewasa. Dalam poses mencapai dewasa

inilah, anak harus melewati berbagai tahap tumbuh kembang. Tercapainya tumbuh

kembang optimal tergantung pada potensi biologik. Tingkat tercapainya potensi

biologik seseorang merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan

biologis, fisik dan psikososial. Proses dan hasil akhir yang berbeda-beda memberikan

ciri tersendiri pada setiap anak. Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang

kompleks dari perubahan morfologis, biokimia dan fisiologi yang terjadi sejak

konsepsi sampai maturitas/dewasa (Soetjiningsih dan Ranuh, 2013).

Pertumbuhan berarti pertambahan ukuran fisik akibat multiplikasi sel dan

bertambahnya jumlah zat intreseluler , sehingga dapat diukur dengan satuan panjang

atau tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala. Pertumbuhan pada satu tahun

pertama merupakan pertumbuhan paling cepat kedua setelah pertumbuhan janin,

6
7

dalam kandungan. Tiga tahun pertama usia anak merupakan periode emas atau masa

kritis untuk optimalisasi proses tumbuh kembang (Hudaya, 2014).

Perkembangan adalah perubahan yang bersikap kuantitatif dan kualitatif.

Perkembangan mengacu pada bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh

yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil

dan proses pematangan/maturitas. Perkembangan menyangkut proses deferensiasi sel

tubuh, jaringan tubuh, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa

sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan

kognitif, bahasa, motorik, emosi, dan perkembangan perilaku sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat

progresif, terarah, dan terpadu. Progresif mengandung arti bahwa perubahan yang

terjadi mempunyai arah tertentu dan cenderung maju ke depan, tidak mundur ke

belakang. Terarah dan terpadu menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang pasti

antara perubahan yang terjadi pada saat ini, sebelumnya dan berikutnya

(Soetjiningsih dan Ranuh, 2013).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang

1) Faktor internal:

Ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur yaitu kecepatan pertumbuhan paling

pesat pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja, jenis kelamin

fungsi reproduksi anak perempuan berkembang lebih cepat, namun setelah pubertas,

laki-laki lebih cepat, genetik, kelainan kromosom seperti down sindrom, dan sindrom

turner (Hudaya, 2014).


8

2) Faktor eksternal

a) Faktor prenatal

Gizi seperti nutrisi ibu terutama trimester akhir kehamilan, mekanis yaitu

posisi abnormal fetus dalam kandungan, seperti club foot; racun atau zat kimia;

endokrin; radiasi dapat menyebabkan penyakit microsefali, spina bifida, retardasi

mental, deformitas anggota gerak, kelainan jantung; infeksi trimester pertama dan

kedua oleh Toksoplasma Rubella Sitomegalo Herpes simplek dapat menyebabkan

katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental, kelainan jantung kongenital ; kelainan

imunologis; anoksia embrio akibat gangguan fungsi plasenta; psikologi ibu seperti

kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu hamil

(Hudaya, 2014).

b) Faktor persalinan

Komplikasi persalinan seperti trauma kepala dan asfiksia (Hudaya, 2014).

c) Faktor pasca persalinan

Gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital seperti tuberculosis, anemia,

kelainan jantung bawaan, lingkungan fisis dan kimia seperti sanitasi lingkungan yang

buruk, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu;

psikologis yaitu anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya, anak yang selalu

merasa tertekan; endokrin; sosio-ekonomi; lingkungan pengasuhan; stimulasi seperti

alat, mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap

kegiatan anak; obat-obatan (Hudaya, 2014).


9

c. Aspek tumbuh kembang

Aspek tumbuh kembang anak meliputi perkembangan motorik, bahasa,

kognitif dan sosial. keterlambatan tumbuh kembang anak biasanya terlambat pada

perkembangan motorik. Perkembangan motorik yaitu proses tumbuh kembang

kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembang motorik terdiri dari

motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar meliputi kemampuan melakukan

pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar, seperti merangkak,

merayap, duduk, berdiri dan jalan. Sedangkan motorik halus meliputi kemampuan

melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh

otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, seperti mengamati

sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya (Hudaya, 2014).

Tahapan dalam perkembangan motorik kasar harus dilalui dan dikuasai

terlebih dahulu secara berurutan sebelum memasuki tahapan selanjutnya. Setiap anak

memiliki kecepatan perkambangan yang berbeda-beda, itu sebabnya tidak semua

anak akan menguasai suatu keterampilan diusia yang sama. perkembangan motorik

kasar pada bayi dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut


10

TABEL 2.1

TUMBUH KEMBANG MOTORIK KASAR PADA BAYI NORMAL

Usia Kemampuan Motorik Kasar


0-3 bulan Mengangkat kepala setinggi 45°, menggerakkan kepala dari
kiri/kanan ke tengah
3-6 bulan Berbalik dari terlungkup ke terlentang, mengangkat kepala
setinggi 90°, mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan
stabil
6-9 bulan Duduk (sikap tripod - sendiri), belajar berdiri kedua kakinya
menyangga sebagian berat badan
9-12 bulan Mengangkat badannya ke posisi berdiri, belajar berdiri selama
30 detik atau berpegangan kursi, dapat berjalan dengan
dituntun
12-18 bulan Berdiri sendiri tanpa berpegangan, membungkuk memungut
mainan kemudian berdiri kembali, berjalan mundur 5 langkah
18-24 bulan Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik, berjalan tanpa
terhuyung-huyung
24-36 bulan Jalan naik tangga sendiri, dapat bermain dan menendang bola
kecil
36-48 bulan Berdiri 1 kaki 2 detik, melompat kedua kaki diangkat,
mengayuh sepeda roda 3
48-60 bulan Berdiri 1 kaki 6 detik, melompat-lompat 1 kaki, menari
60-72 bulan Berjalan lurus, berdiri 1 kaki selama11 detik
Sumber: (Needlman. 2004, dikutip Soetjiningsih. 2013)

Selain kemampuan motorik kasar, kemampuan motorik halus juga harus di

perhatikan pada tahap tumbung kembang anak. Perkembangan motorik halus anak

normal dapat diliat pada tabel 2.2 berikut


11

TABEL 2.2

TUMBUH KEMBANG MOTORIK HALUS PADA BAYI NORMAL

Usia Kemampuan Motorik Halus


0-3 bulan Menahan barang yang dipegang, menggapai mainan yang
digerakkan, menggapai kearah objek yang tiba-tiba di jatuhkan
dari pandangan
3-6 bulan Menggenggam pensil, meraih benda yang ada dalam
jangkauannya, memeggang tangannya sendiri
6-9 bulan Memindahkan benda dari 1 tangan ke tangan lainnya,
memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup
9-12 bulan Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang
diinginkan, menggenggam erat pensil, memasukkan benda ke
mulut
12-18 bulan Menumpuk 2 buah kubus, memasukkan kubus ke dalam kotak
18-24 bulan Bertepuk tangan, melambai-lambai, menumpuk 4 buah kubus,
memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk,
menggelindingkan bola kearah sasaran
24-36 bulan Mencoret-coret pensil pada kertas
36-48 bulan Menggambar garis lurus, menumpuk 8 buah kubus
48-60 bulan Menggambar tanda silang, menggambar lingkaran,
menggambar orang dengan 3 bagian tubuh seperti kepala,
badan, tangan
60-72 bulan Menangkap bola kecil dengan kedua tangan, menggambar segi
empat
Sumber: (Needleman. 2004, dikutip Soetjiningsih. 2013)
12

2. Development delay

a. Definisi development delay

Development delay adalah bagian dari ketidakmampuan mencapai

perkembangan sesuai dengan usia dan didefinisikan sebagai keterlambatan dalam dua

bidang atau lebih perkembangan motorik kasar atau motorik halus bicara atau

berbahasa, personal social dan aktivitas sehari – hari (Tjandrajani dkk, 2012).

Development delay adalah istilah yang menunjukan kelemahan atau kebiasaan

yang tidak normal sesuai usia perkembangan (Soetomenggalo, 2000).

b. Etiologi development delay

Faktor-faktor yang mempengaruhi development delay bisa dari faktor internal

dan eksternal. Faktor internal yaitu genetik dan pengaruh hormon, sedangkan faktor

ektsternal yaitu kurangnya stimulasi, pengetahuan ibu, gizi, lingkungan fisik,

lingkungan pengasuhan dan olahraga (Soetjiningsih, 2012).

c. Patofisiologi development delay

Perkembangan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. salah satu faktor eksternal yang sangat berpengaruh terhadap

perkembangan adalah stimulasi. Seharusnya stimulasi diberikan sedini mungkin dan

sesering mungkin untuk meningkatkan perkembangan yang lebih terarah. Jika

kurang stimulasi maka akan berakibat terganggunya proses perkembangan. Salah

satunya adalah terlambatnya perkembangan sesuai dengan usia normal

perkembangannya (Soetomenggalo, 2000).


13

Selain itu pada dasarnya bayi lahir mempunyai reflek primitif yang akan

menghilang pada usia tertentu, namun menetapnya reflek primitif pada usia tertentu

menunjukkan bahwa terjadi suatu gangguan perkembangan seperti keterlambatan

perkembangannya Keterlambatan perkembangan juga disebabkan karena hipotonus

otot tubuh yang terlibat dan gangguan kontrol kepala. Dengan terganggunya kontrol

kepala maka akan berakibat pada gangguan yang selanjutnya seperti gangguan

kontrol gerak dan kontrol postur (Soetomenggalo, 2000).

d. Tanda dan gejala klinis development delay

Tanda dan gejala kinis development delay dimulai dari adanya hipotonus otot,

gangguan kontrol kepala dan postur, reflek abnormal, kelemahan pada otot dan anak

belum bisa melakukan aktivitas sesuai usia perkembangannya. Kemudian dilakukan

pemeriksan tumbuh kembang menggunakan Denver Development Screening Test

(DDST) anak mengalami development delay (Soetomenggalo, 2000).

e. Prognosis development delay

Secara umum, development delay tidak memburuk seiring dengan waktu

pertumbuhan anak. Prognosis anak development delay tergantung pada diagnosis

yang mendasari serta pengobatan yang sedini mungkin dan banyaknya stimulasi yang

diberikan pada anak serta dukungan dari orang tua. Semakin banyak stimulasi dan

dukungan yang diberikan dari orang tua kepada anak maka pertumbuhan dan

perkembangan anak akan semakin optimal (Soetomenggalo, 2000).


14

B. Problematik Fisioterapi

Menurut International Classification of Function, Dissability and Health:

Children and Youth (ICF-CY) problematik fisioterapi dibagi menjadi tiga yaitu

impairment, functional limitation, dan participation restriction. Diagnosis fisioterapi

yang terjadi pada anak development delay meliputi :

1. Impairment

Impairment merupakan permasalahan pada fungsi atau struktur tubuh yang

berhubungan dengan aktifitas fungsional dasar. Impairment yang biasa terjadi pada

anak development delay adalah: (1) adanya gangguan kontrol kepala, (2) adanya

hipotonus otot, (3) gangguan kontrol gerak dan, (4) adanya reflek yang abnormal.

2. Functional limitation

Functional limitation merupakan keterbatasan fungsi pada individu dalam hal

beraktivitas sehari-hari, beraktivitas diwaktu luang, serta produktivitas. Functional

limitation yang biasa terjadi pada anak development delay adalah anak belum mampu

berdiri dan berjalan sesuai dengan usia perkembangannya.

3. Participation restriction

Participation restriction merupakan hambatan-hambatan yang dialami

individu karena keterbatasan fungsinya sehingga berpengaruh terhadap tugas dan


15

tanggung jawabnya dalam peran sosial. Participation restriction yaitu adanya

gangguan dalam berinteraksi dengan teman - teman di lingkungan sekitar rumahnya,

misalnya terganggunya interaksi dengan teman sebayanya.

C. Teknologi Intervensi Fisioterapi

Teknologi intervensi fisioterapi yang digunakan dalam penanganan pada

pasien Development Delay yaitu Neuro Development Treatment dan Neurosenso.

Berikut penjelasannya adalah:

1. Neuro Development Treatment

a. Definesi Neuro Development Treatment

Neuro development treatment (NDT) adalah salah satu pendekatan yang

paling umum digunakan untuk intervensi anak-anak dengan gangguan

perkembangan. Metode ini pertama kali digunakan untuk terapi anak-anak pada

kondisi cerebral palsy. Kemudian metode ini digunakan juga untuk kondisi ganguan

perkembangan pada anak lainnya. Pendekatan dengan NDT berfokus pada

normalisasi otot hypertonus atau hypotonus. Intervensi menggunakan NDT melatih

reaksi keseimbangan, gerakan dan fasilitasi. Neuro development treatment adalah

metode terapi yang popular dalam pendekatan intervensi pada bayi dan anak-anak

dengan disfungsi neuromotor (Uyanik and Kayihan, 2014).


16

b. Konsep Neuro Development Treatment

Konsep dari neuro development treatment telah berkembang secara empiris

oleh Mrs. Bertha Bobath dari tahun 1942, dari pengalaman klinis yang cermat pada

kasus hemiplegi, cerebral palsy, syndrom down dan gangguan perkembangan motorik

lainnya. Neuro development treatment adalah metode yang membangun kembali

perkembangan otak, ini merupakan proses berkesinambungan yang dipengaruhi oleh

genetika, struktur dan fungsi otak maupun dari interaksi lingkungan (Velickovic and

Perat. 2004).

Neuro development treatment merupakan pendekatan holistik yang berkaitan

dengan kualitas pola koordinasi dan tidak hanya permasalahan pada fungsi otot.

Tidak hanya permasalahan sensor-motorik, tapi juga masalah-masalah

perkembangan, persepsi-kognitif, emosional, masalah sosial dan fungsi dari

kehidupan sehari-hari. Perkembangan sensor-motorik abnormal mengganggu seluruh

perkembangan anak berupa sensorik, persepsi-kognitif dan psikologis. Kurang

masukan sensorik atau persepsi dapat bersifat primer atau karena kerusakan otak.

Gangguan pengalaman sensor-motoik akan mempengaruhi postur kontrol dan body

image yang jelek (Velickovic and Perat. 2004).

c. Prinsip – prinsip neuro development treatment

Prinsip – prinsip neuro development treatment yaitu dengan mengontrol dan

menghambat gerakan abnormal dan memberikan fasilitasi serta stimulasi untuk

membentuk automatic postural reactions. Terapis mengkombinasi berbagai teknik

stimulasi untuk mengurangi kelainan postural dan fasilitasi gerak dengan tujuan
17

mengirimkan berbagai pengalaman sensori-motor untuk melatih gerakan fungsional.

(Velickovic and Perat. 2004).

Berikut diuraikan prinsip dasar Neuro Development Treatment (NDT) adalah

sebagai berikut:

1) Inhibisi

Inhibisi atau menghambat, yaitu menghambat pola gerak abnormal atau sikap

tubuh abnormal.Tekniknya disebut juga Refleks Inhibiting Postur (RIP). Dengan

mengatur posisi pasien kita dapat menghambat aktifitas reflek abnormal tertentu,

misalnya untuk menghambat spastisitas ekstensor , kita mengatur posisi anak dalam

posisi fleksi (Velickovic and Perat. 2004).

2) Fasilitasi

Teknik ini kita kenal sangat banyak, namun pada saat ini, kita contohkan

adalah memberikan posisi dan gerakan normal. Teknik ini anak-anak difasilitasi

untuk mengenal pola gerakan yang normal serta bagaimana memposisikan tubuhnya

secara normal. Fasilitasi yang dimaksud di sini juga fasilitasi berupa mainan kepada

anak-anak yang bertujuan untuk mengarahkan posisi dan postur anak secara normal

(Velickovic and Perat. 2004).

3) Stimulasi

Dari namanya berarti menstimulir atau merangsang daerah tertentu untuk

mendapatkan reaksi atau respon dari penderita. Teknik ini biasanya diberikan pada

keadaan flacid/hypotonus. Tekniknya dapat berupa compression, tapping, atau

stroking. Dalam beberapa kasus sering juga diberikan goresan-goresan batu es.
18

Dalam perkembangannya ketiga teknik tersebut dapat dikombinasikan (Velickovic

and Perat. 2004).

2. Neuro senso motor reflex integration

a) Definisi neuro senso motor reflex integration

Neuro senso motor reflex integration merupakan metode yang

menggabungkan input sensoris atau terapi sentuh dengan penataan reflek primitif dan

motoris postural sesuai dengan brain development. Metode ini diadaptasi dari

berbagai sumber, penelitian dan clinical reasoning termasuk dari metode Masgutova

kemudian diramu dan disesuaikan dengan kebutuhan masing – masing anak dengan

berbagai permasalahan (Masgutova, 2018).

b) Teknik stimulasi neuro senso motor reflek integration

Dalam neuro senso motor reflek integration terdapat beberapa teknik

stimulasi, yaitu :

1) Stimulasi taktil

Stimulasi taktil yaitu stimulasi berupa usapan untuk melancarkan sirkulasi

darah dan memberi efek nyaman. Selain itu stimulasi taktil juga bertujuan untuk : (1)

memberikan rasa kinetik pada anak mengenai panjang, ukuran, batasan tubuhnya, (2)

untuk mengembangkan kesadaran anak mengenai hubungan diantara titik tengah dari

tubuh dan anggota badan, (3) untuk mengenalkan anak pada struktur tubuhnya (atas

atau bawah, kanan atau kiri, depan atau belakang), (4) untuk memungkinkan anak

membedakan bagian tubuhnya yaiti kepala, tubuh dan anggota gerak, (5) untuk
19

mengembangkan identitas anak mengenai tubuhnya sebagai bentuk fisik dirinya, (6)

untuk rileksasi tendon guard refleks (Masgutova, 2004).

Stimulasi dilakukan dalam posisi tidur terlentang, tidur miring dan tidur

tengkurap. Stimulasi dimulai dari ujung kepala sampai ujung kaki sesuai dengan

prinsip perkembangan cephalocaudal. Usapan dengan nyaman dan kontak penuh,

serta diberi penekanan pada setiap sendi. Stimulasi diulang sebanyak 3 atau 5 atau 7

kali.

2) Stimulasi bintang

Stimulasi bintang diberikan untuk mengejarkan titik tengah tubuh, yaitu

berada di umbilicus pada saat posisi terlentang, dan berada di vertebra lumbal II saat

posisi tengkurap. Selain mengajarkan titik tengah tubuh, stimulasi bintang juga

bertujuan untuk : (1) untuk mengaktifkan strategi pertama dalam pengembangan

gerak yaitu di pusar, (2) untuk menstimulasi sistem sensoris pada hip dan shoulder,

(3) untuk menyadarkan anak pada struktur segmenta tubuhnya. Sedangkan pada saat

gerak melingkar tubuh bertujuan untuk menstimulasi diafragma, menstimulasi

propioseptif sistem dan menstimulasi sistem pencernaan (Masgutova, 2004).

Stimulasi dengan satu tangan berada di titik sentral tubuh dan satu tangan

yang lain bergerak menuju 6 (enam) titik yaitu : (1) incisura jugularis (pada posisi

terlentang) atau cervical (pada posisi tengkurap), (2) shoulder dekstra, (3) shoulder

sinistra, (4) hip sinistra, (5) hip dekstra, dan (6) melingkar tubuh. Disetiap akhir

gerakan diberi penekanan dan setiap gerakan diulang 3 atau 5 atau 7. Stimulasi
20

bintang terdapat empat macam gerakan, antara lain : (1) stimulasi bintang halus

berupa usapan dengan menggunakan telapak tangan dan jari-jari, (2) stimulasi

bintang gelombang yaitu dengan memberikan sentuhan yang bergelombang

menggunakan ujung jari dan ossa carpalia, (3) stimulasi bintang contract stretch

dengan mengkontraksikan kemudian mengulur, (4) stimulasi bintang angka 8 yaitu

dengan usapan yang membentuk angka 8.

3) Stimulasi ekstremitas

Stimulasi ekstremitas diberikan pada kedua ekstremitas atas dan bawa.

Dengan tujuan untuk melancarkan sirkulasi darah, mengenalkan anak pada struktur

tubuhnya (lengan dan tungkai, kanan kiri), menstimulasi tendon guard reflex.

Terdapat 4 macam stimulasi yang masing-masing stimulasi dilakukan 3 atau 5 atau 7

kali pengulangan. Macam stimulasi antara lain: (1) stimulasi angka 1, (2) stimulasi

angka 8, (3) picking up, (4) contract stretch ekstremitas.

Anda mungkin juga menyukai