Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

MELALUI PROMOSI KESEHATAN

“Ayo Cegah Kecacingan Pada Anak Dengan 3M”

Di Desa Kebonagung RT 01/07 Tegowanu, Grobogan

17 Februari 2022

Disusun oleh :

Sri Mulyati NIM 21405021036

Apt. Danang Novianto W., M.Farm NPP 07.17.1.0434

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS WAHID HASYIM

2022

ii Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan, 17 Februari 2022
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

MELALUI PROMOSI KESEHATAN

JUDUL : Ayo Cegah Kecacingan Pada Anak Dengan 3M

TEMPAT PELAKSANAAN : Desa Kebonagung RT 01/07 Tegowanu,

Grobogan

BIAYA : 1. Program Studi Profesi Apoteker Rp -.

2. Pribadi Rp.200.000

Semarang, Februari 2022

Disetujui oleh

Pembimbing Pengabdian Masyarakat, Pelaksana

Apt. Danang Novianto W., M.Farm Sri Mulyati

ii Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan, 17 Februari 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas Limpahan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas promosi
kesehatan yang berjudul “Ayo Cegah Kecacingan Pada Anak Dengan 3M”.
Kegiatan promosi kesehatan ini diselenggarakan dalam rangka memberikan
bekal pengetahuan, keterampilan dan pengalaman kepada masyarakat serta
meningkatkan kemampuan sebagai seorang calon apoteker dalam
mengabdikan diri kepada masyarakat. Penyusunan laporan ini merupakan
salah satu tugas serta bukti telah melaksanakan kegiatan promosi kesehatan di
Desa Kebonagung Rt 01/07 Tegowanu, Grobogan. penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran
pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan ini. Rasa terima kasih penulis
sampaikan kepada :
1. Dr. apt. Maulita Cut Nuria, M.Sc selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim.
2. apt. Risha Fillah Fithria, M.Sc selaku Ketua Program Profesi Apoteker
Universitas Wahid Hasyim.
3. Apt. Danang Novianto, W., M.Farm selaku Dosen Pembimbing kegiatan
Promosi Kesehatan yang telah memberikan arahan, masukan, bimbingan
selama kegiatan dalam penyusunan laporan.
4. Masyarakat Desa Kebonagung RT 01/07 Tegowanu, Grobogan yang
telah berpartisipasi dalam Kegiatan Promosi Kesehatan.
5. Dosen- dosen Program Studi Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim yang telah memberikan bekal ilmu sebagai
dasar dalam kegiatan promosi kesehatan serta penulisan laporan.
6. Keluarga, sahabat, teman-teman dan rekan profesi angkatan XX, serta
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
ikut membenatu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Promosi
Kesehatan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, segala saran dan kritik demi kesempurnaan sangat penulis
harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Semarang, Febuari 2021

Penulis

ii Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan, 17 Februari 2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan Promosi Kesehatan......................................................................2
C. Manfaat Promosi Kesehatan....................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................4
A. Definisi dan Sasaran Promosi Kesehatan................................................4
B. Kecacingan..............................................................................................5
1. Pengertian Kecacingan......................................................................5
2. Jenis-jenis Cacing..............................................................................6
3. Pengobatan Kecacingan...................................................................14
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................18
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................21
LAMPIRAN......................................................................................................22

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Siklus Hidup Cacing Gelang.............................................................6


Gambar 2. Siklus Hidup Cacing Cambuk...........................................................9
Gambar 3. Siklus Hidup Cacing Tambang........................................................12
Gambar 4. Siklus Hidup Cacing Kremi.............................................................14

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Pengajuan Judul Promosi Kesehatan.............................23


Lampiran 2. Permohonan Ijin Pelaksanaan Kegiatan Promosi Kesehatan........24
Lampiran 3. Surat Keterangan Melakukan Promosi Kesehatan........................25
Lampiran 4. Daftar Hadir Kegiatan Promosi Kesehatan...................................26
Lampiran 5. Leaflet Promosi Kesehatan...........................................................27
Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan Promosi Kesehatan..................................28
Lampiran 7. Pertanyaan dan Jawaban Kegiatan Promosi Kesehatan................29

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Promosi Kesehatan merupakan suatu upaya dalam meningkatkan kemampuan

masyarakat melalui pembelajaran diri, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar

mereka dapat menolong diri sendiri, serta kegiatan untuk meningkatkan sumber

daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Permenkes RI, 2016). Promosi

kesehatan bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat agar lebih

memperhatikan kesehatannya dengan perilaku hidup sehat dalam kehidupan

sehari-hari.

Indonesia masih menghadapi berbagai masalah kesehatan, salah satunya

penyakit kecacingan. Menurut WHO Indonesia berada pada urutan ke tiga dalam

rangking cacingan. Prevalensi cacingan di Indonesia bervariasi antara 2,5% -

65%. Jumlah ini meningkat jika prevalensi cacingan dihitung pada anak usia

sekolah, menjadi 80% (Permenkes RI, 2017).

Kecacingan merupakan penyakit endemik yang disebabkan oleh infeksi satu

atau lebih jenis cacing dalam tubuh manusia dan berkembangbiak sehingga

menimbulkan penyakit (Zulkoni, 2011). Penyakit ini menyebabkan menurunnya

kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan, produktifitas dan banyak kerugian lainnya

(Atwazzah dkk., 2019).

Faktor resiko penyebab tingginya prevalensi penyakit cacingan yaitu

rendahnya sanitasi pribadi dan lingkungan, Seperti makan makanan yang

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
kurang matang, tidak mencuci tangan sebelum makan, buang air besar tidak

dijamban sehingga fases yang mengandung telur cacing mencemari tanah dan

kurangnya ketersediaan sumber air yang bersih (Sigalingging, dkk., 2019).

Berkaitan dengan penyakit cacingan tersebut, diperlukan upaya pencegahan

dan penanggulangan penyakit ini. Pencegahan terhadap infeksi cacingan cukup

dilakukan dengan 3M seperti Menjaga kebersihan diri dan lingkungan, memasak

dengan benar dan minum obat cacing tiap enam bulan sekali. Menajaga

kebersihan diri yaitu mencuci tangan sebelum makan dan setelah ke jamban,

menggunakan alas kaki, memotong dan membersihkan kuku. Memasak dengan

benar yaitu mencuci bahan pangan hingga bersih dan memasak sampai matang.

Menjaga kebersihan lingkungan yaitu tidak BAB sembarangan, membuang

sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan rumah dan disekitar lingkungannya

serta minum obat cacing tiap enam bulan sekali (Permenkes RI, 2017).

Pengendalian penyakit cacingan sangat penting dilakukan dan untuk

menurunkan prevalensi penyakit tersebut maka perlu dilakukan promosi

kesehatan tentang “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak dengan 3M” di Desa

Kebonagung, Rt 01/07 Tegowanu grobogan, sehingga dapat meningkatkan mutu

sumber daya manusia dalam mewujudkan indonesia yang sehat.

B. Tujuan Promosi Kesehatan

Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat melalui promosi kesehatan adalah:

1. Mengenalkan kepada masyarakat tentang gejala dan penyebab


penyakit kecacingan
2. Mengenalkan kepada masyarakat tentang cara pencegahan penyakit cacingan
dengan 3M

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
C. Manfaat Promosi Kesehatan

Adapun manfaat kegiatan pengabdian masyarakat melalui promosi

kesehatan adalah:

1. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit kecacingan,

gejala serta penyebab.

2. Untuk meningkatan pemahaman tentang cara pencegahan penyakit

kecacingan dengan 3M.

BAB II
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
TINJAUAN PUSTAKA

A. Promosi Kesehatan

Promosi Kesehatan merupakan suatu upaya dalam meningkatkan kemampuan

masyarakat melalui pembelajaran diri, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar

mereka dapat menolong diri sendiri, serta kegiatan untuk meningkatkan sumber

daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Kemenkes RI, 2016).

Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal dengan tiga jenis sasaran,

yaitu:

1. Sasaran Primer

Sasaran primer dalam upaya promosi kesehatan sesungguhnya yaitu

pasien, individu sehat, dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari

masyarakat. Masyarakat diharapkan mampu mengubah perilaku hidup dari

yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS).

2. Sasaran Sekunder

Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka formal

(misalnya petugas kesehatan, pemerintahan dan lain-lain), pemuka informal

(misalnya pemuka adat, pemuka agama, dan lain-lain) maupun, organisasi

kemasyarakatan dan media massa. Mereka diharapkan turut serta dalam upaya

untuk meningkatkan PHBS pasien, individu sehat, dan keluarga (rumah

tangga)

3. Sasaran Tersier

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa

peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain

yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan

sumber daya (Menteri Kesehatan RI, 2007).

B. Kecacingan

1. Pengertian Kecacingan

Kecacingan merupakan penyakit endemik yang disebabkan oleh infeksi

satu atau lebih jenis cacing dalam tubuh manusia dan berkembangbiak

sehingga menimbulkan penyakit (Zulkoni, 2011). Cacing parasit golongan

Nematoda digolongkan menjadi Soil Transmitted Helminths (STH) seperti

cacing gelang, cacing cambuk, cacing tambang, dan golongan Non Soil

Transmitted Helminths (STH) seperti cacing kremi. Penyakit ini masih menjadi

masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena dapat menular dan

mengakibatkan menurunnya tingkat kesehatan, gizi, kecerdasan dan

produktifitas (Permenkes RI, 2017).

Kecacingan biasanya terjadi karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran

masyarakat untuk menjaga kebersihan baik terhadap diri sendiri maupun

terhadap lingkungannya. Penularan cacing dapat melalui larva atau telur yang

tertelan dan masuk ke dalam tubuh salah satunya bila tidak mencuci tangan

sebelum makan. Cacing tersebut dapat menginfeksi bagian tubuh manapun

seperti pada bagian kulit, otot, paru-paru, dan saluran pencernaan (Permenkes

RI, 2017).

2. Jenis - jenis Cacing

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
a. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)

Cacing jantan mempunyai panjang 10-30 cm sedangkan cacing

betina 22-35 cm. Cacing betina dapat bertelur 100.000 - 200.000 butir

sehari, terdiri atas telur dibuahi dan telur tidak dibuahi. Di tanah yang

sesuai, telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu

kurang lebih tiga minggu (Permenkes RI, 2017).

Bila telur infektif tertelan, telur akan menetas menjadi larva di usus

halus. Selanjutnya larva menembus dinding usus halus menuju pembuluh

darah atau saluran limfa, lalu terbawa aliran darah ke jantung dan paru. Di

paru, larva menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus,

masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus

dan bronkus. Dari trakea larva menuju ke faring dan menimbulkan

rangsangan di faring sehingga penderita batuk dan larva tertelan ke

dalam esofagus, lalu ke usus halus. Sejak telur infektif tertelan

sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2-3 bulan

(Permenkes RI, 2017). Dibawah ini merupakan siklus hidup cacing gelang:

Gambar 1. Siklus hidup cacing gelang

Gejala klinis cacing gelang:

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
1. Fase migrasi larva

Pada fase migrasi, larva dapat mencetus timbulnya reaksi pada

jaringan yang dilaluinya. Di paru, antigen larva menimbulkan respons

inflamasi berupa infiltrat yang tampak pada foto toraks dan akan

menghilang dalam waktu tiga minggu. Terdapat gejala pneumonia atau

radang paru seperti mengi, dispnea, batuk kering, demam dan pada infeksi

berat dapat timbul dahak yang disertai darah.

2. Fase intestinal

Cacing dewasa yang hidup di saluran intestinal jarang menimbulkan

gejala klinis. Jika terdapat gejala klinis biasanya tidak khas yaitu mual,

nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi, lesu, tidak bergairah, dan

kurang konsentrasi.

Cacing Ascaris dapat menyebabkan intoleransi laktosa, malabsorsi

vitamin A dan mikronutrisi. Pada anak infeksi kronis dapat

menyebabkan kegagalan pertumbuhan akibat dari penurunan nafsu

makan, terganggunya proses pencernaan dan malabsorbsi (Permenkes RI,

2017).

Efek yang serius terjadi bila cacing menggumpal dalam usus sehingga

terjadi obstruksi usus (ileus). Selain itu cacing dewasa dapat masuk ke

lumen usus buntu dan dapat menimbulkan apendisitis (radang usus buntu).

Jika cacing dewasa masuk dan menyumbat saluran empedu dapat terjadi

kolik, kolesistitis (radang kantong empedu), kolangitis (radang saluran

empedu), pangkreatitis dan abses hati. Selain ke bermigrasi ke organ,

cacing dewasa juga dapat bermigrasi keluar melalui anus, mulut atau

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
hidung (Permenkes RI, 2017).

Diagnosis dilakukan dengan menemukan telur A.lumbricoides pada

sediaan basah tinja langsung. Penghitungan telur per gram tinja dengan

teknik katokatz dipakai sebagai pedoman untuk menentukan berat

ringannya infeksi. Selain itu diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa

keluar sendiri melalui mulut,hidung atau anus (Permenkes RI, 2017).

b. Cacing Cambuk (Trichuris trichiura)

Cacing betina panjangnya ± 5 cm, sedangkan cacing jantan ± 4 cm.

Bagian anterior langsing seperti cambuk, panjangnya ± 3/5 dari panjang

seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk; pada cacing

betina bulat tumpul sedangkan pada cacing jantan melingkar dan

terdapat satu spikulum. Seekor cacing betina diperkirakan menghasilkan

telur setiap hari sebanyak 3.000 -10.000 butir (Permenkes RI, 2017).

Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja. Telur

tersebut menjadi matang dalam waktu 3 sampai 6 minggu dalam

lingkungan yang sesuai, yaitu di tanah yang lembab dan teduh. Telur

matang ialah telur yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif.

Bila telur matang tertelan, larva akan keluar melalui dinding telur dan

masuk ke dalam usus halus. Sesudah menjadi dewasa cacing akan turun ke

usus bagian distal dan masuk ke daerah kolon, terutama sekum. Cacing

dewasa hidup di kolon asendens dan sekum dengan bagian anteriornya

yang seperti cambuk masuk ke dalam mukosa usus. T. trichiura tidak

mempunyai siklus paru. Masa pertumbuhan mulai dari telur tertelan

sampai cacing dewasa betina bertelur ± 30 - 90 hari. Dibawah ini

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
merupakan siklus hidup cacing cambuk:

Gambar 2. Siklus hidup cacing cambuk

Cacing cambuk menyebabkan penyakit yang disebut trikuriasis.

Trikuriasis ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang jelas atau

sama sekali tanpa gejala. Pada infeksi berat terutama pada anak, cacing

tersebar di seluruh kolon dan rektum sehingga dapat menimbulkan prolapsus

rekti (keluarnya dinding rektum dari anus) dimana mengakibatkan Penderita

mengejan dengan kuat dan akan sering timbul pada waktu defekasi. Selain itu

Penderita dapat mengalami diare yang diselingi sindrom disentri atau kolitis

kronis, sehingga berat badan turun. Bagian anterior cacing yang masuk ke

dalam mukosa usus menyebabkan trauma yang menimbulkan peradangan

dan perdarahan. Cacing ini juga mengisap darah hospes, sehingga

mengakibatkan anemia (Permenkes RI, 2017).

Diagnosis trikuriasis ditegakkan dengan menemukan telur pada

sediaan basah tinja langsung atau menemukan cacing dewasa pada

pemeriksaan kolonoskopi. Telur T. trichiura memilki karakteristik seperti

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih di kedua kutub

sehingga mudah untuk diidentifikasi (Permenkes RI, 2017).

c. Cacing Tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)

Dua spesies utama cacing tambang yang menginfeksi manusia adalah

A. duodenale dan N. americanus. Cacing betina berukuran panjang ±

1 cm sedangkan cacing jantan berukuran ± 0,8 cm. Cacing jantan

mempunyai bursa kopulatriks. Bentuk badan N.americanus biasanya

menyerupai huruf S, sedangkan A. duodenale menyerupai huruf C

(Permenkes RI, 2017).

N. americanus tiap hari menghasilkan telur sebanyak 5.000-10.000

butir, sedangkan A. duodenale sebanyak 10.000-25.000 butir. Rongga

mulut N. americanus mempunyai benda kitin, sedangkan A. duodenale

mempunyai dua pasang gigi yang mempunyai fungsi untuk melekatkan

diri di mukosa usus.

Telur dikeluarkan bersama feses dan pada lingkungan yang sesuai

telur menetas mengeluarkan larva rabditiform dalam waktu 1 - 2 hari.

Larva rabditiform tumbuh menjadi larva filariform dalam waktu ± 3 hari.

Larva filariform bertahan hidup 7 - 8 minggu di tanah dan dapat

menembus kulit. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit

(Permenkes RI, 2017).

Infeksi A. duodenale juga dapat terjadi dengan menelan larva

filariform. Bila larva filariform menembus kulit, larva akan masuk ke

kapiler darah dan terbawa aliran darah ke jantung dan paru. Di paru

larva menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus,

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
kemudian masuk rongga alveolus, dan naik ke trakea melalui bronkiolus

dan bronkus menuju ke faring. Di faring larva akan menimbulkan

rangsangan sehingga penderita batuk dan larva tertelan masuk ke esofagus.

Dari esofagus, larva menuju ke usus halus dan akan tumbuh menjadi

cacing dewasa (Permenkes RI, 2017).

Gejala Klinis cacing tambang:

1. Stadium larva

Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit, maka

terjadi perubahan kulit yang disebut ground itch yaitu reaksi lokal

eritematosa dengan papul-papul yang disertai rasa gatal. Infeksi larva

filariform A . Duodenale secara oral menyebabkan penyakit wakana

dengan gejala mual, muntah, iritasi faringetal, batuk, sakit leher dan

suara serak.

Larva cacing di paru dapat menimbulkan pneumonitis dengan gejala yang

lebih ringan dari pnemonitis Ascaris. Dibawah ini merupakan siklus

hidup cacing tambang:

Gambar 3. Siklus hidup cacing tambang

2. Stadium Dewasa
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
Manifestasi klinis infeksi cacing tambang merupakan akibat dari

kehilangan darah karena invasi parasit di mukosa dan sub mukosa usus

halus. Gejala tergantung spesies dan jumlah cacing serta keadaan

penderita. Biasanya terjadi anemia hipokrom mikrositer dan eosinofilia.

Cacing tambang biasanya tidak menyebabkan kematian, tetapi cacing

tambang dapat menyebabkan daya tahan berkurang dan prestasi kerja

menurun (Permenkes RI, 2017). Diagnosis adanya cacing tambang

ditegakkan dengan ditemukannya telur dalam tinja segar, sedangkan

dalam tinja yang lama mungkin ditemukan larva (Permenkes RI, 2017).

d. Cacing Kremi (Oxyrus Vermicularis atau Enterobius Vermicularis)

Cacing kremi berbentuk halus, kecil, dan putih seperti potongan

benang, maka cacing kremi disebut juga cacing benang. Cacing betina

dewasa pada bagian posteriornya meruncing. Cacing betina dewasa

ukurannya lebih besar dari pada cacing dewasa jantan. Telur cacing kremi

berbentuk elips dengan kulit bening.

Telur cacing kremi terdapat dilipatan anus. Larva dalam telur akan

matang dalam 4-6 jam. Self infectio atau autoinfection terjadi ketika

penderita menggaruk anus dengan tangannya. Telur cacing kremi akan

berpindah ke tangan, bersama makanan telur cacing akan tertelan.

Penularan dari manusia ke manusia dapat juga terjadi melalui barang yang

terkontaminasi telur cacing seperti pada pakian dan sprei. Telur cacing

tersebut bisa terhirup, kemudian tertelan. Bila sudah tertelan telur akan

menetas mengeluarkan larva di usus halus. Larva tersbut akan berkembang

menjadi cacing kremi dewasa yang kemudian berpindah ke usus besar.

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
Waktu antara penelanan telur infektif hingga cacing kremi dewasa bertelur

sekitar 1 bulan. Umur cacing kremi dewasa sekitar 2 bulan.

Gejala utama dari cacing kremi adalah gatal disekitar anus dan rasa

seperti ditusuk. Rasa seperti ditusuk terjadi ketika cacing betina dewasa

memasukkan ekornya ke mukosa untuk bertelur pada malam hari.

Komplikasi akibat gatal yang hebat dapat berupa infeksi bakteri. Diare

bisa terjadi karena inflamasi usus saat infeksi akut


Dibawah ini merupakan siklus hidup cacing kremi

Gambar 4. Siklus hidup cacing kremi

3. Pengobatan Kecacingan

a. Levamisole

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
Levamisole merupakan obat yang digunakan untuk mengobati

infeksi cacing parasit. Obat ini efektif mengobati cacing kremi, cacing

gelang dan cacing cambuk. levamisole bekerja dengan menghambat

pembentukan energi cacing sehingga mati.

Setelah pemberian oral, levamisole akan mudah diserap dari

saluran pencernaan kemudian dimetabolisme di hati. Waktu untuk

mencapai konsentrasi plasma puncak adalah 1,5 - 2 jam. Waktu paruh

eliminasi plasma yaitu 3 - 4 jam sedangkan waktu paruh metabolit

levaisol adalah 16 jam. Eksresi levamisol terutama melalui ginjal

dengan sekitar 70% dan dieksresikan selama 3 hari.

Pemberian levamisol 25 mg untuk pasiean anak usia 1 – 3 tahun

diberikan 1 tablet, usia 3 – 6 tahun diberikan 1,5 tablet, usia 6 – 8 tahun

diberikan 2 tablet dan untuk usia 8 – 12 tahun diberikan 3 tablet. Efek

samping dari levamisole yaitu demam, diare fases berwarna gelap,

batuk dan suara serak (ISO, 2016)

Pengunaan levamisole juga harus dihindari pada pasien arthritis

rematik, pasien gangguan darah dan pasien yang menggunakan

fluorourasil. Selain itu pemberian obat levamisole tidak boleh

bersamaan dengan produk-produk yang mengandung alkohol karena

dapat menyebabkan sakit perut yang berat, Pengobatan dapat ditunda

bila terdapat salah satu kontra indikasi di atas (ISO, 2017).

b. Mebendazol

Mebendazol memiliki mekanisme kerja yang sama dengan

albendazol. Setelah pemberian oral, kurang dari 10% obat akan

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
diabsorpsi kemudian diubah menjadi metabolit yang tidak aktif dengan

waktu paruh 2 – 6 jam. Ekskresi terutama melalui urin dan sebagian

kecil melalui empedu. Absorpsi akan meningkat bila diberikan

bersama makanan berlemak (Permenkes RI, 2017).

Dosis untuk dewasa dan anak usia lebih dari 2 tahun adalah 2 X

100 mg/hari, selama 3 hari berturut-turut untuk askariasis, cacing

tambang dan trikuriasis. Sebelum ditelan sebaiknya tablet dikunyah

lebih dulu. Pada dosis tinggi ada efek sistemik dapat terjadi alopesia,

peningkatan enzim hati dan hipersensitivitas (Permenkes RI, 2017).

Kontraindikasi untuk ibu hamil karena ditemukan efek

teratogenik pada hewan coba. Pada anak usia dibawah 2 tahun,

perlu berhati hati karena data penggunaan masih terbatas dan ada

laporan terjadi kejang (Permenkes RI, 2017).

c. Pirantel Pamoat

Pirantel pamoat efektif untuk askariasis dan cacing tambang. Obat

tersebut bekerja sebagai neuromuscular blocking agent yang

menyebabkan pelepasan asetilkolin dan penghambatan kokinesterase

sehingga menghasilkan paralisis spastik (Permenkes RI, 2017).

Dosis yang dianjurkan 10 mg-11 mg/kg BB per oral,

maksimum 1 gram, tidak dipengaruhi oleh makanan. Efek sampingnya

17
jarang, ringan dan berlangsung sekilas antara lain mual, muntah, di are,

kram perut, pusing, mengantuk, nyeri kepala, susah tidur, demam, lelah

(Permenkes RI, 2017).

Hati-hati pada penderita gangguan fungsi hati, karena dapat

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
meningkatkan serum amino transferase pada sejumlah kecil

Penderita yang memperoleh pirantel. Data penggunaan obat pada

ibu hamil dan anak usia dibawah 1 tahun masih terbatas, oleh karena

itu penggunaan untuk kelompok tersebut tidak dianjurkan (Permenkes

RI, 2017).

BAB III

LAPORAN KEGIATAN
A. Tempat dan waktu Kegiatan

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
Kegiatan promosi kesehatan dilakukan secara offline dan online. Kegiatan

offline dilakukan pada :

Hari, tanggal : Kamis, 17 Februari 2022

Pukul : 09.00 WIB - Selesai

Tempat : Desa Kebonagung Rt 01/07 Tegowanu Grobogan

Kegiatan online dilakukan melalui akun media sosial instagram :

Hari, tanggal : Minggu, 20 Februari 2022

Nama akun : Smulya529

Alamat link :

https://www.instagram.com/p/CaMpXcQJQQ1mY7Y2h2edDvdHY6I4w7Dcqj5b

3U0/?utm_medium=share_sheet

B. Profil Sasaran Kegiatan

Sasaran kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan secara offline adalah

pasien di Desa Kebonagung Rt 01/07 Tegowanu, Grobogan. pasien dalam

kegiatan promosi kesehatan yaitu ibu-ibu yang memiliki anak dibawah umur 12

tahun. Desa Kebonagung Rt 01/07 Tegowanu Grobogan merupakan daerah yang

masyarakatnya mayoritas pekerja pabrik terutama ibu-ibu yang anaknya masih

dibawah umur 12 tahun sehingga menyebabkan kurangnya dalam pengawasan

pada anak terhadap aktivitas kesehariannya. Tanpa disadari anak-anak sering

bermain dengan tanah dan tidak menjaga kebersihan baik dalam diri atau dari

lingkungan sekitarnya dan hal tersebut menyebabkan kecacingan. Selain itu,

kondisi lingkungan rumah di Desa kebonagung masih terdapat banyak sungai

sehingga disekitarnya mempengaruhi keadaan tempat bermain anak-anak yang

kurang bersih. Berdasarkan faktor-faktor tersebut di Desa Kebonagung perlu

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
dilakukan promosi kesehatan agar dapat berperilaku hidup sehat terhindar dari

kecacingan dengan melakukan 3M.

Sasaran kegiatan yang dilakukan secara online adalah masyarakat umum

pengguna akun media sosial instagram. Media sosial instagram merupakan media

sosial yang sering digunakan oleh masyarakat mulai dari remaja hingga orang tua.

Sehingga sosialisasi dengan media ini lebih efektif dan mudah diterima oleh

masyarakat lain.

C. Hasil dan Pembahasan

Kegiatan promosi kesehatan (promkes) dengan judul “Ayo Cegah

Kecacingan Pada Anak Dengan 3M” dilatar belakangi oleh keinginan penulis atas

dasar kurangnya kesadaran masyarakat yang masih mengabaikan penyakit

kecacingan. Padahal kecacingan bukan penyakit yang sepele justru jika anak

mengalami kecacingan dapat menurunkan kesehatan, gizi, daya tahan tubuh serta

menghambat pertumbuhan anak. Oleh karena itu dilakukannya promosi kesehatan

untuk meningkatkan pengetahuan serta kesadaran masyarakat mengenai

bahayanya penyakit infeksi cacingan serta pencegahan dan cara pengobatannya.

Judul promkes ini telah disetujui oleh Pembimbing kegiatan promosi kesehatan

yaitu Bapak apt. Danang Novianto Wibowo, M.Farm (Lampiran 1).

Promosi kesehatan dilakukan secara offline dan online. Kegiatan yang

dilakukan secara offline dilakukan di Desa Kebonagung Rt 01/07 Kecamatan

Tegowanu Kabupaten Grobogan pada tanggal 17 Februari 2022. Pelaksanaan

promosi kesehatan ini telah diketahui oleh Bapak Moh Tarom selaku Kepala

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
Desa Kebonagung Tegowanu Grobogan (Lampiran 3). Dalam kegiatan tersebut

diikuti oleh 10 peserta yang dapat dilihat dari daftar hadir peserta promosi

kesehatan (Lampiran 4). Pelaksanan promosi kesehatan diawali dengan

perkenalan dari penulis dan memperkenalkan Program Studi Profesi Apoteker

Universitas Wahid Hasyim serta memberikan maksud tujuan dilakukannya

promosi kesehatan. Sedangkan kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan

secara online melalui akun instagram pada hari minggu, 20 februari 2022 dengan

sasaran kegiatannya adalah masyarakat pengguna akun instagram.

Media yang digunakan untuk promosi kesehatan adalah leaflet (Lampiran 5).

Promkes ini dilakukan dengan membagikan leaflet kepada ibu-ibu secara door to

door (mendatangi rumah ke rumah) agar dapat berkomunikasi secara efektif pada

pasien. Kegiatan tersebut dilakukan kurang lebih 15-20 menit setiap rumah.

Promosi kesehatan dilakukan dengan memberikan informasi terkait infeksi

cacing yaitu pengertian infeksi cacing, cara penularan cacing, penyebab cacingan,

gejala cacingan serta memberi pemahaman untuk melakukan pencegahan

kecacingan dengan 3M (menjaga diri dan lingkungan, memasak dengan benar dan

minum obat cacing tiap 6 bulan sekali).

Kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan berjalan dengan lancar dan

mendapat respon positif dari warga. Hal tersebut ditunjukkan dengan antusias

dalam memperhatikan penjelasan yang disampaikan. Selain itu pasien juga

memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang

disampaikan, sehingga ada umpan balik dalam kegiatan tersebut. Promosi

kesehatan secara offline terdapat 3 orang penanya. Terdapat daftar pertanyaan

yang diajukan oleh peserta dan jawaban dari penulis (Lampiran 6). Sedangkan

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
promosi kesehatan secara online terdapat 5 pertanyaan dari audiens (Lampiran 7).

Pertanyaan peserta promosi kesehatan secara Offline yang pertama yaitu,

“bagaimana cacing dapat menyebabkan anemia?”. Cacing dapat menyebabkan

anemia pada anak karena satu ekor cacing yang menginfeksi ke tubuh anak dapat

menghisap darah, karbohidrat dan protein. Misalnya cacing gelang yang

dilaporkan dapat menghisap 0,14 gram karbohidrat dan 0,35 gram protein,

sedangkan cacing cambuk dapat menghisap 0,005 mL darah dan cacing tambang

dapat menghisap 0,2 mL darah. Jika hal itu terjadi dan tidak segera diobati

semakin lama darah akan dihisap oleh cacing dan menyebabkan anemia (Annida,

dkk., 2018).

Pertanyan kedua dari peserta promosi kesehatan secara offline yaitu mengenai

efek samping pengobatan cacing seperti pirantel pamoat. Pemberian obat cacing

salah satunya pirantel pamoat memiliki efek samping namun jarang terjadi dan

jika terjadi masih kategori ringan. Efek samping pirantel pamoat yaitu mual,

muntah, diare, pusing, mengantuk, susah tidur, nyeri kepala, demam dan lelah.

Namun tidak perlu khawatir karena efek samping yang ditimbulkan tidak

berbahaya dan hanya bersifat sementara. Bila setelah minum obat ada keluhan

yang serius dan dicurigai merupakan efek samping yang disebutkan maka

langsung konsultasi lanjut ke dokter. Untuk pemberian pirantel pamoat perlu hati-

hati pada penderita gangguan fungsi hati (Permenkes RI, 2017).

Pertanyaan ketiga dari peserta promosi kegiatan yaitu, “apakah cacing

sifatnya menular dan bagaimana caranya?”. Cacing merupakan penyakit yang

dapat menular. Cara penularan cacing yang dapat terjadi pada anak melalui:

a. Perilaku buang air besar

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
Anak habis buang air besar (BAB) tidak dijamban atau BAB di

sembarang tempat menyebabkan pencemaran tanah dan lingkungan oleh

tinja yang mengandung telur cacing. Penyebaran infeksi kecacingan dapat

terjadi karena tercemarnya lingkungan oleh tinja yang mengandung telur

cacing. Kecacingan pada anak sering terjadi karena anak biasanya

bermain dengan tanah yang telah terkontaminasi telur cacing. Anak sering

lupa tidak mencuci tangan dan tidak sengaja tangan masuk kedalam mulut

sehingga cacing dapat masuk kedalam tubuh. Penularan kecacingan

melalui air sungai juga dapat terjadi salah satunya masyarakat yang

ekonominya masih rendah, air sungai digunakan untuk berbagai keperluan

dan aktivitas seperti mandi, mencuci dan sebagai tempat buang air besar

(Umar, 2008).

b. Sarana air bersih

Kegiatan aktivitas dari luar rumah meskipun sudah cuci tangan tetapi

tidak mengguanakn sabun. Mencuci tanganpun juga tidak menggunakan

air yang bersih atau air mengalir. Air yang kurang bersih bisa

terkontaminasi sehingga menyebabkan penyebaran infeksi cacing masuk

dan menular kedalam tubuh (Umar, 2008).

c. Perilaku jajan disekolah

Perilaku anak jajan disembarang tempat yang kebersihannya tidak

dapat dikontrol, tidak terlindungi dan dapat tercemar oleh debu atau

kotoran yang mengandung telur cacing. Selain melalui tangan, cacing juga

menular lewat makanan dan minuman, terutama makanan yang dijual

belum matang atau jajanan yang tidak dikemas dan tidak tertutup rapat.

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
Telur cacing yang ada ditanah atau debu akan sampai pada makanan

tersebut karena bisa diterbangkan lewat angin atau melalui lalat yang

sebelumnya menghinggapi tanah dan selokan kemudian menghinggapi

makanan tersebut. Sehingga cacing dapat menyebar kedalam makanan

yang dimakan oleh anak-anak (Umar, 2008).

Pertanyaan selanjutnya untuk promosi kesehatan secara online yang pertama

yaitu terkait usia anak yang rentan terkena cacing. Secara epidemologi, puncak

terjadinya kecacingan pada usia 4 – 10 tahun. Pada umumnya anak usia kurang

dari 10 tahun biasanya menerima informasi lebih lambat dibandingkan anak usia

diatas 10 tahun. Anak-anak usia dibawah 10 tahun kurang memperdulikan

kebersihan diri walaupun mereka mengetahui akibatnya setelah bermain ditanah.

Selain itu kurangnya pengetahuan akibat terkontaminasi penyakit kecacingan

menjadikan mereka rentan terhadap infeksi cacing. Semakin tinggi umur anak

maka infeksi cacing ke dalam tubuh akan menurun. Hal ini karena semakin

meningkatnya umur maka anak akan mengalami perubahan pola bermain, pola

kegiatan dan tingkat kebersihan ataupun daya tahan tubuh. Tetapi walaupun begitu

anak usia kurang dari 10 tahun atau diatasnya tetap harus menjaga kebersihan diri

dari lingkungan sekitar (Annida, dkk., 2018). Untuk menghindari hal tersebut

perlunya memantau anak agar menjaga kebersihan dengan menggunakan alas kaki

ketika keluar rumah, ganti baju setelah bermain, sebelum makan cuci tangan dan

menggunting kuku karena anak bisa saja menggigit kukunya yang didalamnya

terdapat telur cacing sehingga bisa masuk kedalam tubuh (Permenkes RI, 2017).

Pertanyaan kedua yang diajukan secara online pada kegiatan promosi

kesehatan yaitu, “apakah orang dewasa juga bisa rentan terkena cacing?”.

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
Penyakit cacing berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat, sanitasi

lingkungan dan kebersihan diri. Faktor pekerjaan juga dapat mempengaruhi

frekuensi penyakit cacingan. Orang dewasa bisa terinfeksi cacing terutama bagi

mereka yang memiliki pekerjaan berhubungan atau menggunakan tanah dan pasir.

Pekerja yang selalu kontak langsung dengan tanah seperti pekerja kebun atau

petani dan pekerja bangunan. Mereka memiliki resiko tinggi terinfeksi cacing dan

menular. Selain faktor pekerjaan juga terdapat faktor cara menjaga kebersihan

sepertihalnya tdak mencuci tangan sebelum makan, makan makanan yang kurang

matang, cara memasak makanan yang kurang bersih. Untuk menjaga diri agar

terhindar dari infeksi cacing baik anak maupun dewasa dapat dilakukan dengan

3M yaitu menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar, memasak dengan benar

dan meminum obat cacing setiap enam bulan sekali (Ali, dkk., 2016).

Pertanyaan ketiga dalam kegiatan promosi kesehatan secara online audiens

menyakan terkait

Pertanyaan selanjutnya dari audiens dalam promosi kesehatan secara online

yaitu menanyakan tentan pada usia berapa anak mulai diberikan obat cacing.

Pengobatan kecacingan pada anak dimulai sejak usia 1 tahun, WHO

merekomendasikan albendazole 200 mg untuk anak usia 12-24 bulan. Obat cacing

untuk albendazole tidak dijual bebas yang artinya harus dengan resep dokter.

Pengobatan untuk obat cacing lain seperti levamisole dapat dibeli tanpa resep

dokter atau termasuk obat bebas. Pengobatan kecacingan dengan levamisole untuk

usia 1 – 3 tahun diberikan 1 tablet sekali minum (ISO, 2015).

Pertanyaan terakhir dalam kegiatan promosi kesehatan secara online yaitu

infeksi cacing yang dapat menyebabkan stunting. Stunting merupakan kurangnya

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
asupan gizi sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak. Untuk

mencapai pertumbuhan dan perkembangan maksimal seorang anak dipengaruhi

faktor lingkungan yang penting diantaranya adalah pengaruh gizi dan penyakit.

Penyakit yang diderita anak terutama infeksi cacing akan mengakibatkan

kurangnya asupan makanan serta kurangnya kemampuan anak untu menerima

makanan. Sementara kebutuhan tubuh semakin meningkat (Siregar, 2006). Agar

anak tidak mengalami stunting maka ibu – ibu harus mengawasi anaknya agar

tetap menjaga kesehatan dan kebersihan dengan mencuci tangan setelah bermain

dan ketika hendak makan. Sebelum tidur sebaiknya anak ganti baju kemudian cuci

kaki dan tangannya. Anak tetap menggunakan alas kaki ketika keluar rumah.

Memotong kuku ketika kukunya panjang karena kuku panjang bisa sebagai tempat

telur cacing dimana kuku bisa saja masuk kedalam mulut dan akan menular

(Sigalingging, dkk., 2019).

Penulis berharap dengan diadakannya promosi kesehatan ini dapat

memberikan manfaat kepada ibu-ibu mengetahui tentang penyakit cacingan, cara

penularan, gejala cacingan dan cara pencegahan infeksi cacingan dengan 3M

(menjaga diri dan lingkungan, memasak dengan benar dan minum obat tiap enam

bulan sekali).

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan kegiatan promosi kesehatan yang telah dilakukan yaitu:

1. Masyarakat di Desa Kebonagung RT 01/07 Tegowanu Grobogan dapat


Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
mengetahui tentang penyakit cacingan, cara penularan cacingan serta

gejala jika terinfeksi cacingan.

2 Masyarakat di Desa Temon RT 02/01 Brati Grobogan dapat mengerti dan

mengetahui cara pencegahan kecacingan dengan 3M yaitu menjaga diri

dan lingkungan sekitar, memasak dengan benar dan minum obat

cacing tiap enam bulan sekali.

B. Saran

Kegiatan promosi kesehatan yang telah dilakukan, perlu dilakukan lagi

kegiatan promosi kesehatan tentang “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak

Dengan 3M” ditempat lain agar masyarakat luas dapat mengetahui dan

memahami tentang pentingnya pencegahan kecacingan pada anak dengan3M

DAFTAR PUSTAKA

Ali, R.U., Zulkarnaini dan Affandi, D., 2016, Hubungan Personal Hygiene dan

Sanitasi Lingkungan dengan Angka Kejadian Kecacingan (Soil Transmitted

Helminth) Pada Petani Sayur di Kelurahan Maharatu Kecamatan Marpoyan

Damai Kota Pekanbaru, Dinamika Lingkungan Indonesia, III (1):24 – 33.

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
Annida, Fakhrizal, D., Juhrairiyah dan Hairani, B., 2018, Gambaran Status Gizi

dan Faktor Risiko Kecacingan pada Anak Cacingan di Masyarakat Dayak

Meratus, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Journal Of

Health Epidemologi and Communicable Diseases, 4(2):54 – 64.

Direktorat Jenderal Pengedalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2012,

Pedoman Pengendalian Kecacingan, Direktur Jendral Pengendalian

Penyakit- Penyehatan Lingkungan, Jakarta.

Ikatan Apoteker Indonesia, 2016, ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia, Vol.

50, Isfi Penerbitan, Jakarta.

Menteri Kesehatan RI, 2007, Keputusan Menteri Kesehata Republik Indonesia

Nomor 585/MENKES/SK/V/2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi

Kesehatan di Puskesmas, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Menteri Kesehatan RI., 2017, Keputusan Menteri Kesehatan No. 424/

Menkes/SK/VI/2006 tentang Pedoman Pengendalian Cacingan Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Sigalingging, G., Sitopu, S.D., Daeli, D.W., 2019, Pengetahuan Tentang

Cacingan dan Upaya Pencegahan Kecacingan, Jurnal Darma agung

Husada, VI (2):96-104.

Siregar, C.D., 2006, Pengaruh Infeksi Cacing Usus yang Ditularkan Melalui

Tanah pada Pertumbuhan Fisik Anak Usia Sekolah Dasar, Sari Pediatri,

8(2):112 – 117.

Umar, Z., 2008, Perilaku Cuci Tangan Sebelum Makan dan Kecacingan pada

murid SD di Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat, Jurnal Kesehatan

Masyarakat Nasional, II (6):249-254.

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
LAMPIRAN

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
Lampiran 1. Formulir Pengajuan Judul Kegiatan Promosi Kesehatan

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
Lampiran 2. Permohonan Ijin Pelaksannaan Kegiatan Promosi Kesehatan

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
Lampiran 3. Surat Keterangan Melakukan Promosi Kesehatan

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
Lampiran 4. Daftar Hadir kegiatan Promosi Kesehatan

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
Lampiran 5. Leaflet Promosi Kesehatan

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
Lampiran 6. Daftar Pertanyaan Dan Jawaban Offline

No Nama Pertanyaan Jawaban


1 Ibu Bagaimana cacing Cacing dapat menyebabkan anemia
Prihatiningsih dapat menyebabkan pada anak karena 1 ekor cacing
anemia yang menginfeksi ke tubuh anak
dapat mengisap darah, karbohidrat
dan protein. Misalnya cacing
gelang yang dilaporkan mampu
mengisap 0.14 gr karbohidrat dan
0.35 gr protein, sedangkan cacing
cambuk dapat mengisap 0.005 ml
darah dan cacing tambang dapat
mengisap 0.2 ml darah, jika hal itu
tidak segera diobati semakin lama
darah akan dihisap oleh cacing dan
menyebabkan anemia (Annida,
dkk. 2018)
2. Ibu Wulan Adakah efek Pemberian obat cacing seperti
samping setelah pirantel pamoat memiliki efek
minum obat cacing samping namun jarang terjadi dan
seperti pirantel jika terjadi masih kategori ringan.
pamoat? Efek samping pirantel pamoat
yaitu mual, muntah, diare, pusing,
mengantuk, susah tidur, nyeri
kepala, demam dan lelah.
Pemberian pirantel pamoat perlu
hati hati pada penderita gangguan
fungsi hati ( Permenkes, 2017)

3. Ibu Maryamah Apakah cacing Penyakit cacing sifatnya menular.


dapat menular dan Penularan dapat terjadi pada anak
bagaimana caranya melalui :
peularan dapat A. Perilaku buang air besar
terjadi pada anak ? Anak yang BAB tidak dijamban
atau BAB di sembarang tempat
menyebabkan pencemaran tanah
dan lingkungan oleh tinja yang
berisi telur cacing. Penyebaran
infeksi kecacingan dapat terjadi
dari lingkungan yang tercemar
tinja yang mengandung telur
cacing. Infeksi pada anak sering
terjadi karena menelan tanah yang
Tercemar telur cacing atau melalui
tangan yang terkontaminasi telur
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
cacing. Penularan melalui air
sungai juga dapat terjadi, karena
air sungai sering digunakan untuk
berbagai keperluan dan aktivitas
seperti mandi, mencuci dan tempat
buang air besar.
B. Sarana air bersih
anak setlah BAB meskipun sudah
cuci tangan tetapi tidak
menggunakan sabun dan juga
ketika mencuci tangan tidak
menggunakan air yang bersih atau
air mengalir
C. Perilaku jajan disekolah
Perilaku anak jajan disembarang
tempat yg keberhasilannya tidak
dapat dikontrol, tidak terlindungi
dan dapat tercemar oleh debu atau
kotoran yang mengandung telur
cacing, selain melalui tangan ,
cacing juga menular lewat
makanan dan minuman, terutama
makanan yang tidak matang atau
jajanan yang tidak dikemas dan
tidak tertutup rapat. Telur cacing
yang ada di tanah atau debu akan
sampai pada makanan tersebut jika
diterbangkan lewat angin atau
dapat melalui lalat yang
sebelumnya menghinggapi tanah
atau selokan kemudian
menghinggapi makanan yang
dimakan sehingga kaki-kakinya
membawa telur cacing tersebut
(Umar, 2008).

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
Lampiran 7. Daftar Pertanyaan Dan Jawaban Online
No Pertanyaan Jawaban
1

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
2.

3.

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
4.

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
5.

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
Lampiran 8. Dokumentasi Promosi Kesehatan Offline

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
Lampiran 9. Dokumentasi Promosi Kesehatan Online

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
Lampiran 10. Daftar Pengisian Kuisioner Promosi Kesehatan

No. Nama Bukti


1. Warih Dwi Lestari

2. Resti Novi yani

3. Enni Fita Ayati

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
4. Amalia Prasetya Ningtyas

5. Ninil Larasati

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022

Anda mungkin juga menyukai