17 Februari 2022
Disusun oleh :
FAKULTAS FARMASI
2022
Grobogan
2. Pribadi Rp.200.000
Disetujui oleh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas Limpahan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas promosi
kesehatan yang berjudul “Ayo Cegah Kecacingan Pada Anak Dengan 3M”.
Kegiatan promosi kesehatan ini diselenggarakan dalam rangka memberikan
bekal pengetahuan, keterampilan dan pengalaman kepada masyarakat serta
meningkatkan kemampuan sebagai seorang calon apoteker dalam
mengabdikan diri kepada masyarakat. Penyusunan laporan ini merupakan
salah satu tugas serta bukti telah melaksanakan kegiatan promosi kesehatan di
Desa Kebonagung Rt 01/07 Tegowanu, Grobogan. penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran
pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan ini. Rasa terima kasih penulis
sampaikan kepada :
1. Dr. apt. Maulita Cut Nuria, M.Sc selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim.
2. apt. Risha Fillah Fithria, M.Sc selaku Ketua Program Profesi Apoteker
Universitas Wahid Hasyim.
3. Apt. Danang Novianto, W., M.Farm selaku Dosen Pembimbing kegiatan
Promosi Kesehatan yang telah memberikan arahan, masukan, bimbingan
selama kegiatan dalam penyusunan laporan.
4. Masyarakat Desa Kebonagung RT 01/07 Tegowanu, Grobogan yang
telah berpartisipasi dalam Kegiatan Promosi Kesehatan.
5. Dosen- dosen Program Studi Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim yang telah memberikan bekal ilmu sebagai
dasar dalam kegiatan promosi kesehatan serta penulisan laporan.
6. Keluarga, sahabat, teman-teman dan rekan profesi angkatan XX, serta
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
ikut membenatu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Promosi
Kesehatan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, segala saran dan kritik demi kesempurnaan sangat penulis
harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Penulis
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan Promosi Kesehatan......................................................................2
C. Manfaat Promosi Kesehatan....................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................4
A. Definisi dan Sasaran Promosi Kesehatan................................................4
B. Kecacingan..............................................................................................5
1. Pengertian Kecacingan......................................................................5
2. Jenis-jenis Cacing..............................................................................6
3. Pengobatan Kecacingan...................................................................14
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................18
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................21
LAMPIRAN......................................................................................................22
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
masyarakat melalui pembelajaran diri, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar
mereka dapat menolong diri sendiri, serta kegiatan untuk meningkatkan sumber
daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung
sehari-hari.
penyakit kecacingan. Menurut WHO Indonesia berada pada urutan ke tiga dalam
65%. Jumlah ini meningkat jika prevalensi cacingan dihitung pada anak usia
atau lebih jenis cacing dalam tubuh manusia dan berkembangbiak sehingga
dijamban sehingga fases yang mengandung telur cacing mencemari tanah dan
dengan benar dan minum obat cacing tiap enam bulan sekali. Menajaga
kebersihan diri yaitu mencuci tangan sebelum makan dan setelah ke jamban,
benar yaitu mencuci bahan pangan hingga bersih dan memasak sampai matang.
serta minum obat cacing tiap enam bulan sekali (Permenkes RI, 2017).
kesehatan tentang “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak dengan 3M” di Desa
kesehatan adalah:
BAB II
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
TINJAUAN PUSTAKA
A. Promosi Kesehatan
masyarakat melalui pembelajaran diri, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar
mereka dapat menolong diri sendiri, serta kegiatan untuk meningkatkan sumber
daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung
yaitu:
1. Sasaran Primer
pasien, individu sehat, dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari
yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS).
2. Sasaran Sekunder
kemasyarakatan dan media massa. Mereka diharapkan turut serta dalam upaya
tangga)
3. Sasaran Tersier
B. Kecacingan
1. Pengertian Kecacingan
satu atau lebih jenis cacing dalam tubuh manusia dan berkembangbiak
cacing gelang, cacing cambuk, cacing tambang, dan golongan Non Soil
Transmitted Helminths (STH) seperti cacing kremi. Penyakit ini masih menjadi
terhadap lingkungannya. Penularan cacing dapat melalui larva atau telur yang
tertelan dan masuk ke dalam tubuh salah satunya bila tidak mencuci tangan
seperti pada bagian kulit, otot, paru-paru, dan saluran pencernaan (Permenkes
RI, 2017).
betina 22-35 cm. Cacing betina dapat bertelur 100.000 - 200.000 butir
sehari, terdiri atas telur dibuahi dan telur tidak dibuahi. Di tanah yang
sesuai, telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu
Bila telur infektif tertelan, telur akan menetas menjadi larva di usus
darah atau saluran limfa, lalu terbawa aliran darah ke jantung dan paru. Di
sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2-3 bulan
(Permenkes RI, 2017). Dibawah ini merupakan siklus hidup cacing gelang:
inflamasi berupa infiltrat yang tampak pada foto toraks dan akan
radang paru seperti mengi, dispnea, batuk kering, demam dan pada infeksi
2. Fase intestinal
gejala klinis. Jika terdapat gejala klinis biasanya tidak khas yaitu mual,
nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi, lesu, tidak bergairah, dan
kurang konsentrasi.
2017).
Efek yang serius terjadi bila cacing menggumpal dalam usus sehingga
terjadi obstruksi usus (ileus). Selain itu cacing dewasa dapat masuk ke
lumen usus buntu dan dapat menimbulkan apendisitis (radang usus buntu).
Jika cacing dewasa masuk dan menyumbat saluran empedu dapat terjadi
cacing dewasa juga dapat bermigrasi keluar melalui anus, mulut atau
sediaan basah tinja langsung. Penghitungan telur per gram tinja dengan
ringannya infeksi. Selain itu diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa
telur setiap hari sebanyak 3.000 -10.000 butir (Permenkes RI, 2017).
lingkungan yang sesuai, yaitu di tanah yang lembab dan teduh. Telur
matang ialah telur yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif.
Bila telur matang tertelan, larva akan keluar melalui dinding telur dan
masuk ke dalam usus halus. Sesudah menjadi dewasa cacing akan turun ke
usus bagian distal dan masuk ke daerah kolon, terutama sekum. Cacing
Trikuriasis ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang jelas atau
sama sekali tanpa gejala. Pada infeksi berat terutama pada anak, cacing
mengejan dengan kuat dan akan sering timbul pada waktu defekasi. Selain itu
Penderita dapat mengalami diare yang diselingi sindrom disentri atau kolitis
kronis, sehingga berat badan turun. Bagian anterior cacing yang masuk ke
kapiler darah dan terbawa aliran darah ke jantung dan paru. Di paru
Dari esofagus, larva menuju ke usus halus dan akan tumbuh menjadi
1. Stadium larva
terjadi perubahan kulit yang disebut ground itch yaitu reaksi lokal
dengan gejala mual, muntah, iritasi faringetal, batuk, sakit leher dan
suara serak.
2. Stadium Dewasa
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim Angkatan XX “Ayo Cegah Kecacingan pada Anak
Dengan 3M” di Desa Kebonagung, Tegowanu Grobogan 17 Februari 2022
Manifestasi klinis infeksi cacing tambang merupakan akibat dari
kehilangan darah karena invasi parasit di mukosa dan sub mukosa usus
dalam tinja yang lama mungkin ditemukan larva (Permenkes RI, 2017).
benang, maka cacing kremi disebut juga cacing benang. Cacing betina
ukurannya lebih besar dari pada cacing dewasa jantan. Telur cacing kremi
Telur cacing kremi terdapat dilipatan anus. Larva dalam telur akan
matang dalam 4-6 jam. Self infectio atau autoinfection terjadi ketika
Penularan dari manusia ke manusia dapat juga terjadi melalui barang yang
terkontaminasi telur cacing seperti pada pakian dan sprei. Telur cacing
tersebut bisa terhirup, kemudian tertelan. Bila sudah tertelan telur akan
Gejala utama dari cacing kremi adalah gatal disekitar anus dan rasa
seperti ditusuk. Rasa seperti ditusuk terjadi ketika cacing betina dewasa
Komplikasi akibat gatal yang hebat dapat berupa infeksi bakteri. Diare
3. Pengobatan Kecacingan
a. Levamisole
infeksi cacing parasit. Obat ini efektif mengobati cacing kremi, cacing
b. Mebendazol
Dosis untuk dewasa dan anak usia lebih dari 2 tahun adalah 2 X
lebih dulu. Pada dosis tinggi ada efek sistemik dapat terjadi alopesia,
perlu berhati hati karena data penggunaan masih terbatas dan ada
c. Pirantel Pamoat
17
jarang, ringan dan berlangsung sekilas antara lain mual, muntah, di are,
kram perut, pusing, mengantuk, nyeri kepala, susah tidur, demam, lelah
ibu hamil dan anak usia dibawah 1 tahun masih terbatas, oleh karena
RI, 2017).
BAB III
LAPORAN KEGIATAN
A. Tempat dan waktu Kegiatan
Alamat link :
https://www.instagram.com/p/CaMpXcQJQQ1mY7Y2h2edDvdHY6I4w7Dcqj5b
3U0/?utm_medium=share_sheet
kegiatan promosi kesehatan yaitu ibu-ibu yang memiliki anak dibawah umur 12
bermain dengan tanah dan tidak menjaga kebersihan baik dalam diri atau dari
pengguna akun media sosial instagram. Media sosial instagram merupakan media
sosial yang sering digunakan oleh masyarakat mulai dari remaja hingga orang tua.
Sehingga sosialisasi dengan media ini lebih efektif dan mudah diterima oleh
masyarakat lain.
Kecacingan Pada Anak Dengan 3M” dilatar belakangi oleh keinginan penulis atas
kecacingan. Padahal kecacingan bukan penyakit yang sepele justru jika anak
mengalami kecacingan dapat menurunkan kesehatan, gizi, daya tahan tubuh serta
Judul promkes ini telah disetujui oleh Pembimbing kegiatan promosi kesehatan
promosi kesehatan ini telah diketahui oleh Bapak Moh Tarom selaku Kepala
diikuti oleh 10 peserta yang dapat dilihat dari daftar hadir peserta promosi
secara online melalui akun instagram pada hari minggu, 20 februari 2022 dengan
Media yang digunakan untuk promosi kesehatan adalah leaflet (Lampiran 5).
Promkes ini dilakukan dengan membagikan leaflet kepada ibu-ibu secara door to
door (mendatangi rumah ke rumah) agar dapat berkomunikasi secara efektif pada
pasien. Kegiatan tersebut dilakukan kurang lebih 15-20 menit setiap rumah.
cacing yaitu pengertian infeksi cacing, cara penularan cacing, penyebab cacingan,
kecacingan dengan 3M (menjaga diri dan lingkungan, memasak dengan benar dan
mendapat respon positif dari warga. Hal tersebut ditunjukkan dengan antusias
yang diajukan oleh peserta dan jawaban dari penulis (Lampiran 6). Sedangkan
anemia pada anak karena satu ekor cacing yang menginfeksi ke tubuh anak dapat
dilaporkan dapat menghisap 0,14 gram karbohidrat dan 0,35 gram protein,
sedangkan cacing cambuk dapat menghisap 0,005 mL darah dan cacing tambang
dapat menghisap 0,2 mL darah. Jika hal itu terjadi dan tidak segera diobati
semakin lama darah akan dihisap oleh cacing dan menyebabkan anemia (Annida,
dkk., 2018).
Pertanyan kedua dari peserta promosi kesehatan secara offline yaitu mengenai
efek samping pengobatan cacing seperti pirantel pamoat. Pemberian obat cacing
salah satunya pirantel pamoat memiliki efek samping namun jarang terjadi dan
jika terjadi masih kategori ringan. Efek samping pirantel pamoat yaitu mual,
muntah, diare, pusing, mengantuk, susah tidur, nyeri kepala, demam dan lelah.
Namun tidak perlu khawatir karena efek samping yang ditimbulkan tidak
berbahaya dan hanya bersifat sementara. Bila setelah minum obat ada keluhan
yang serius dan dicurigai merupakan efek samping yang disebutkan maka
langsung konsultasi lanjut ke dokter. Untuk pemberian pirantel pamoat perlu hati-
dapat menular. Cara penularan cacing yang dapat terjadi pada anak melalui:
bermain dengan tanah yang telah terkontaminasi telur cacing. Anak sering
lupa tidak mencuci tangan dan tidak sengaja tangan masuk kedalam mulut
melalui air sungai juga dapat terjadi salah satunya masyarakat yang
dan aktivitas seperti mandi, mencuci dan sebagai tempat buang air besar
(Umar, 2008).
Kegiatan aktivitas dari luar rumah meskipun sudah cuci tangan tetapi
air yang bersih atau air mengalir. Air yang kurang bersih bisa
dapat dikontrol, tidak terlindungi dan dapat tercemar oleh debu atau
kotoran yang mengandung telur cacing. Selain melalui tangan, cacing juga
belum matang atau jajanan yang tidak dikemas dan tidak tertutup rapat.
tersebut karena bisa diterbangkan lewat angin atau melalui lalat yang
yaitu terkait usia anak yang rentan terkena cacing. Secara epidemologi, puncak
terjadinya kecacingan pada usia 4 – 10 tahun. Pada umumnya anak usia kurang
dari 10 tahun biasanya menerima informasi lebih lambat dibandingkan anak usia
menjadikan mereka rentan terhadap infeksi cacing. Semakin tinggi umur anak
maka infeksi cacing ke dalam tubuh akan menurun. Hal ini karena semakin
meningkatnya umur maka anak akan mengalami perubahan pola bermain, pola
kegiatan dan tingkat kebersihan ataupun daya tahan tubuh. Tetapi walaupun begitu
anak usia kurang dari 10 tahun atau diatasnya tetap harus menjaga kebersihan diri
dari lingkungan sekitar (Annida, dkk., 2018). Untuk menghindari hal tersebut
perlunya memantau anak agar menjaga kebersihan dengan menggunakan alas kaki
ketika keluar rumah, ganti baju setelah bermain, sebelum makan cuci tangan dan
menggunting kuku karena anak bisa saja menggigit kukunya yang didalamnya
terdapat telur cacing sehingga bisa masuk kedalam tubuh (Permenkes RI, 2017).
kesehatan yaitu, “apakah orang dewasa juga bisa rentan terkena cacing?”.
frekuensi penyakit cacingan. Orang dewasa bisa terinfeksi cacing terutama bagi
mereka yang memiliki pekerjaan berhubungan atau menggunakan tanah dan pasir.
Pekerja yang selalu kontak langsung dengan tanah seperti pekerja kebun atau
petani dan pekerja bangunan. Mereka memiliki resiko tinggi terinfeksi cacing dan
menular. Selain faktor pekerjaan juga terdapat faktor cara menjaga kebersihan
sepertihalnya tdak mencuci tangan sebelum makan, makan makanan yang kurang
matang, cara memasak makanan yang kurang bersih. Untuk menjaga diri agar
terhindar dari infeksi cacing baik anak maupun dewasa dapat dilakukan dengan
3M yaitu menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar, memasak dengan benar
dan meminum obat cacing setiap enam bulan sekali (Ali, dkk., 2016).
menyakan terkait
yaitu menanyakan tentan pada usia berapa anak mulai diberikan obat cacing.
merekomendasikan albendazole 200 mg untuk anak usia 12-24 bulan. Obat cacing
untuk albendazole tidak dijual bebas yang artinya harus dengan resep dokter.
Pengobatan untuk obat cacing lain seperti levamisole dapat dibeli tanpa resep
dokter atau termasuk obat bebas. Pengobatan kecacingan dengan levamisole untuk
faktor lingkungan yang penting diantaranya adalah pengaruh gizi dan penyakit.
anak tidak mengalami stunting maka ibu – ibu harus mengawasi anaknya agar
tetap menjaga kesehatan dan kebersihan dengan mencuci tangan setelah bermain
dan ketika hendak makan. Sebelum tidur sebaiknya anak ganti baju kemudian cuci
kaki dan tangannya. Anak tetap menggunakan alas kaki ketika keluar rumah.
Memotong kuku ketika kukunya panjang karena kuku panjang bisa sebagai tempat
telur cacing dimana kuku bisa saja masuk kedalam mulut dan akan menular
(menjaga diri dan lingkungan, memasak dengan benar dan minum obat tiap enam
bulan sekali).
BAB IV
A. Kesimpulan
B. Saran
Dengan 3M” ditempat lain agar masyarakat luas dapat mengetahui dan
DAFTAR PUSTAKA
Ali, R.U., Zulkarnaini dan Affandi, D., 2016, Hubungan Personal Hygiene dan
Ikatan Apoteker Indonesia, 2016, ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia, Vol.
Husada, VI (2):96-104.
Siregar, C.D., 2006, Pengaruh Infeksi Cacing Usus yang Ditularkan Melalui
Tanah pada Pertumbuhan Fisik Anak Usia Sekolah Dasar, Sari Pediatri,
8(2):112 – 117.
Umar, Z., 2008, Perilaku Cuci Tangan Sebelum Makan dan Kecacingan pada
3.
5. Ninil Larasati