Modul 8
PEN D A HU L U A N
Kegiatan Belajar 1
sejarah lahirnya dan perkembangan desa serta bentuk-bentuk desa yang ada
di Indonesia.
A. PENGERTIAN DESA
Apakah yang disebut desa itu? Sulit untuk merumuskan secara gamblang
(pasti) tentang pengertian desa karena keanekaragaman desa dilihat dari
bentuk, besaran dan sifat masyarakat desa (Kartohadikoesoemo 1965;
Koentjaraningrat 1964). Di Indonesia untuk bentuk masyarakat kecil di
daerah pedesaan yang luas dinamakan desa, dusun, kampong, dusun, dati dan
lain-lain. Semua istilah inipun masih dipertanyakan kesamaan ciri-cirinya.
Begitupun masyarakat yang menempati lokasi alamiah yang berbeda-beda
seperti pertanian, peladang maupun nelayan akan memiliki pengertian
tentang desa yang berbeda-beda.
Desa merupakan bentukan dan pengembangan konsep asli bangsa
Indonesia. Kata desa atau dusun berasal dari bahasa Sansakerta yang berarti
tanah air, tanah asal atau tanah kelahiran. Penyebutan kata desa terhadap
suatu wilayah hukum terbawah hanya digunakan di pulau Jawa, Madura dan
Bali, sedangkan di daerah lain di luar itu berbeda-beda. Di Batak kata desa
memakai kata huta, uta atau kuta, sedang di Aceh memakai istilah gampong.
Lain halnyadengan Minangkabau yang memakai istilah nagari untuk daerah
hukum terendah. Di Palembang, Kerinci dan Bengkulu dusun merupakan
sebutan untuk daerah hukum, sedangkan daerah gabungan disebut mendapo.
(Kartohadikoesoemo, 1965).
Desa secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan
hukum, tempat tinggal suatu masyarakat yang memiliki pemerintahan
sendiri. Desa bisa terdiri dari hanya satu tempat kediaman masyarakat
sajajuga bisa terdiri dari beberapa tempat kediaman yang terpisah, yang
merupakan kesatuan-kesatuan tempat tinggal sendiri yang disebut pedukuhan
atau kampung. Di pedukuhan atau kampung juga biasanya memiliki tanah
pekarangan, tanah pertanian, tanah darat atau ladang, hutan serta tanah-tanah
lainnya.
Kesatuan masyarakat desa itu terbagi menjadi dua bagian yaitu desa
dengan bentuk masyarakatteritorial (territorial society), kesatuan masyarakat
geneologis (geneology society) serta campuran keduanya. Desa-desa diJawa,
Bali dan Madura serta beberapa wilayah di sebagian besar pulau lainnya di
Indonesia, masyarakatnya dibentuk berdasarkan kedekatan tempat tinggal
8.10 Teori Perubahan Sosial
lembah yang bisa memenuhi kebutuhan pokok mereka sehari-hari. Ada tiga
hal utama yang menjadi alasan orang-orang yang berpindah-pindah kemudian
berkumpul membentuk masyarakat adalah untuk: 1) mencari makan, pakaian
dan perumahan, 2) bertahan hidup terhadap serangan dari luar, 3) mencapai
kemajuan dalam hidupnya (Kartohadikoesoemo, 1964).
Desa terbentuk pada awalnya ketika orang-orang yang sudah mulai
menetap dan membutuhkan tempat yang subur untuk bercocok tanam agar
dapat memenuhi kebutuhan pangannya. Desa ini biasanya berada di sekitar
sungai atau lembah yang subur. Terdapat beberapa bentuk desa berdasarkan
latar belakang kelahiran dan perkembangannya serta matapencaharian
penduduknya. Desa pertanian adalah desa yang pertama kali dibentuk melalui
pembukaan hutan dan pengolahan lahan untuk ditanami tumbuhan yang
menghasilkan makanan dan bahan kebutuhan lainnya. Desa nelayan
(masyarakat pesisir) adalah desa yang berada di sekitar tepi laut dan sungai-
sungai besar dan bermata pencaharian dari menangkap ikan, tambak dan
pelayaran. Sedangkan desa pasar terbentuk karena pertemuan orang-orang
satu sama lainnya untuk bertransaksi jual beli - pada desa yang belum
mengenal ekonomi uang mereka bertransaksi melalui barter antar barang
yang berbeda- sehingga terbentuklah sebuah pasar dari masyarakat
sekelilingnya. Dari desa pasar tersebut berkembanglah menjadi desa
perdagangan termasuk jasa. Desa juga dapat terbentuk karena ada
hubungannya dengan sumber air atau sumber pencaharian lainnya, maka
menjadi desa pertambangan, pertambakan dan lain-lain (Kartohadikoesoemo,
dalam Sumardjo 2010: 11).
SOSI4305/MODUL 8 8.13
Sumber: Sumber:
https://www.google.co.id/search? https://www.google.co.id/search?
q=gambar+pemandangan+desa+yan q=gambar+pemukiman+desa&tbm
g+indah&tbm
Gambar 8.1
Jenis desa di atas dapat berbeda sesuai dengan kriteria yang diterapkan
berdasarkantingkat keterbukaan, ikatan teritorial, atau kekeluargaan dan lain-
lain. Ada juga jenis desa dengan usaha spesifik seperti desa penghasil buah-
buahan, desa industri batik, desa kerajinan tangan, dan sebagainya.
Berbicara tentang desa yang beraneka ragam, terdapat beberapa ciri yang
sama sebagai ciri yang mudah kita bedakan dengan perkotaan, seperti
keakraban, tolong menolong, dan keterikatan pada tempat pemukiman.
Masyarakat yang tumbuh dengan adat istiadatnya secara sosiologis memang
tidak dapat diperlakukan dengan seragam. Kehidupan mandiri yang sudah
berakar perlu dituntun menjadi masyarakat desa modern yang cukup
membutuhkan waktu.
Sebagian masyarakat kita masih beranggapan bahwa orang di pedesaan
hidup tenang dan rukun, dengan semangat gotong royong dan tolong
SOSI4305/MODUL 8 8.17
perbedaan atau kebhinekaan desa yang ada di negara kita. Ciri yang paling
mudah dan hampir semua ada pada masyarakat pedesaan di Indonesia adalah
masalah mata pencaharian yang sebagian besar adalah pertanian baik sawah
maupun ladang serta solidaritasnya yang masih kuat (gotong royong).
Meskipun dalam perkembangannya masyarakat desa sekarang itu tidak hanya
menggantungkan kehidupannya pada pertanian (termasuk di dalamnya
nelayan), tetapi pada kerajinan, perdagangan dan industri. Menurut Roucek
dan Warren masyararakat pedesaan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. kuatnya peranan kelompok primer;
2. hubungan yang berlangsung bersifat akrab;
3. homogen;
4. keluarga dipandang sebagai unit ekonomi.
Gambar 8.2
tenaga kesehatan Desa; (c) pengelolaan dan pembinaan Posyandu melalui; (d)
pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan tradisional; (f) pembinaan dan
pengelolaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);..”. Kewenangan desa
dalam memberi pelayanan publik tersebut, tidak mudah diimplementasikan,
disebabkan terjadi kurang harmonisnya antara UU Desa no 6/2014 dengan
UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah, terutama menyangkut
kewenangan Desa untuk menjalankan urusannya. Pembagian urusan
pemerintahan menurut UU Pemerintahan Daerah hanya terbatas hingga
Pemerintah Kabupaten/Kota, tidak menyentuh pada level pemerintah Desa.
Penyelenggaraan pelayanan publik untuk kesejahteraan masyarakat desa
merupakan sebuah agenda nasional. Pembangunan layanan publik iniperlu
dijabarkan dan dirumuskan lebih lanjut agar dapat diimplementasikan baik
oleh kementerinan teknis atau lembaga nonkementerian yang berkaitan
dengan desa, desa itu sendiri, maupun pihak lain yang memiliki kaitan erat
dengan implementasi UU Desa.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
mengamanatkan kewajiban negara untuk melayani setiap warganya untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya. Pelayanan dasar publik dilakukan secara
efektif untuk memperkuat demokrasi, hak asasi manusia, meningkatkan
kemakmuran ekonomi, mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan
lingkungan, bijak dalam pemanfaatan sumber daya alam dan menguatkan
kepercayaan pada pemerintahan desa.
Upaya perbaikan harus mencakup tiga hal yakni regulasi, anggaran
publik, dan gotong royong. Sebagai upaya untuk mempertegas hak dan
kewajiban setiap warga negara perbaikan layanan dasar harus dilakukan.
Adanya UU Desa, perlu dimanfaatkan untuk mendorong pembaharuan
paradigma pembangunan desa yang berorientasi pada penguatan tradisi,
pemberdayaan ekonomi, peduli lingkungan, dan tata kelola yang demokratis
dan transparan. Pendekatan pembangunan seharusnya dilakukan dengan
merevitalisasi karakter lokalitas dengan memanfaatkan modal sosial
yang diharapkan dapat memperkuat emansipasi warga dalam interaksi
sosial secara nasional dan global. Kebutuhan desa untuk memperkuat pilar
ekonomi membutuhkan terobosan alternatif, orientasi baru dengan
memanfaatkan peluang UU Desa. Misalnya saja pengembangan desa wisata
yang dapat membantu mengatasi persoalan kemiskinan, memperkuat
semangat ketahanan desa, menumbuhkan inovasi komunitas, dan memelihara
keseimbangan ekologi. Illustrasi berikut dapat dijadikan sebagai contoh
8.22 Teori Perubahan Sosial
Sumber: Sumber:
http://www.budidayakenari.com/20 http://bisniswisata.co.id/2017-bali-
15/03/wisata-alam-di- genjot-100-desa-wisata/
yogyakarta.html
Gambar 8.3
LA TI H A N
RA N G K U MA N
TE S FO R M A TI F 1
Kegiatan Belajar 2
A. PENGERTIAN KOTA
Pengertian kota tidak hanya dilihat dari struktur fisik saja, secara
sosiologis kota merupakan hunian yang relatif besar dengan aktifitas yang
beragam secara ekonomi, budaya, agama, pendidikan, maupun politik. Ibnu
Khaldun (Khaldun 2011: 429) berpendapat bahwa kota merupakan tempat
berkembangnya suatu peradaban dan munculnya diferensiasi serta keahlian
yang dimiliki penghuninya. Kota merupakan tempat terjadinya surplus
ekonomi, penduduknya kaya raya karena dekat dengan daulah (kekuasaan)
yang merupakan pusat terkumpulnya harta kekayaan rakyat. Durkheim
melihat kota dalam konsep solidaritas organik seperti halnya fungsi organ
tubuh manusia yang mempunyai perbedaan dan tingkat ketergantungan yang
tinggi satu sama yang lain. Setiap individu dalam kota mempunyai peranan
tersendiri yang tidak dapat digantikan dengan yang lain. Marx dengan
prespektif kapitalisme melihat kota sebagai tempat berkembangnya ekonomi
kapitalis sertapertarungan mode of productian antara kaum bourjuis dan
proletar dengan berkembangnya pabrik industri. Weber dengan pemikiran
rasionalitasnya, melihat kota sebagai kawasan yang berlandaskan pada sistem
birokrasi dan rasionalisme tinggi. Masyarakat perkotaan dalam melakukan
suatu tindakan mengedepankan rasionalitas dengan prinsip perekonomian
perkotaan yang rasionalitas.
Louis Wirth (1938) merumuskan kota sebagai pemukiman yang relatif
besar, padat, permanen serta dihuni oleh orang-orang yang heterogen
kedudukan sosialnya sehingga melahirkan hubungan sosial yang longgar dan
impersonal. Simmel (Kartono, 2010) dalam karyanya Metropolis and Mental
Life mengemukakan tiga konsep yang bisa dilihat dari kota, pertama, size
yaitu pemukiman masyarakat yang relatif besar. Kedua, Division of labour
yaitu pembagian kerja yang berdasarkan spesialisasi dan spesisifikasi
keahlian yang dimiliki oleh setiap individu. Ketiga, Money Economy yaitu
SOSI4305/MODUL 8 8.29
Sumber: http://anugrahdwis.blogspot.com/2015/01/masyarakat-
perkotaan-dan-masyarakat.html
Gambar 8.4
Masyarakat Perkotaan
8.30 Teori Perubahan Sosial
namun pada saat mereka tinggal di kota-kota besar, logika akal mendapat
porsi lebih besar dalam menilai sesuatu sehingga banyak di antara mereka
yang mulai mencoba membuktikan kesalahan tradisi tersebut.Mennicke
selanjutnya menjelaskan beberapa akibat dari perkembangan kota sebagai
berikut:
1. Atomisasi dan pembentukan massa. Dalam masyarakat perkotaan
individu seperti atom didalam kumpulan masyarakat. Mereka melakukan
aktifitasnya secara sendiri-sendiri secara beraturan sesuai dengan
pekerjaanya masing-masing. Seorang individu dapat bekerja di sebuah
perusahaan dan dapat digantikan oleh yang lain ketika tidak memenuhi
spesisifikasi yang diperlukan. Masyarakat kota juga mereka berkumpul
bersama dalam suatu tempat karena adaya fasilitas pelayanan publik
yang disediakan seperti bioskop, stadion atau alun-alun tempat mereka
berkumpul tanpa harus saling mengenal satu sama lain. Anda dapat
menemukan sekumpulan orang yang menunggu bis di halte. Mereka
akan duduk bersama-sama namun sibuk dengan telepon genggamnya
masing-masing sehingga tidak terjadi komunikasi dan interaksi satu
sama lain.
2. Kepekaan stimulus dan sikap masa bodoh. Masyarakat kota seringkali
mendapatkan stimulus dengan masuknya berbagai informasi yang silih
berganti. Mereka dituntut untuk mengikuti perubahan setiap saat supaya
bisa tetap eksis dalam komunitasnya. Namun, karena banyaknya
stimulus yang masuk membuat mereka menjadi masa bodoh dengan
sekitarnya. Misalnya seringkali model fesyen cepat berubah setiap saat,
kondisi tersebut membuat masyarakat untuk selalu
mengikutiperkembangan mode sebagai bentuk eksistensi dan tidak
dikatakan ketinggalan jaman. Namun, kondisi tersebut kadang juga
menimbulkan sikap masa bodoh misalnya seorang public figur yang
berpenampilan cuek ditempat umum dengan menggunakan sandal jepit,
celana pendek, dan kaos oblong.
3. Egalisasi dan sensasi dalam masyarakat kota mempunyai arti ingin
mendapatkan kesetaraan dengan yang lain. Egalisasi dalam masyarakat
kota diartikan dengan perekonomian dengan simbol uang. Maka
masyarakat kota akan berupayakan untuk menghasilkan uang sehingga
bisa mendapatkan tempat yang sama dengan yang lain. sifat atomisasi
yang kuat menuntut seseorang untuk melakukan sensasi agar
SOSI4305/MODUL 8 8.33
jenis dan bentuk pekerjaan yang sangat heterogen dan sudah mempunyai
kontrol sosial untuk mengatur kehidupan anggotanya. Mereka mempunyai
kecenderungan untuk menikmati kemewahan dan berprilaku hedonis.
Hedonis ini karena sudah tersedianya fasilitas sehingga memudahkan mereka
untuk menikmati fasilitas ada. Setiap individu mempunyai spesifikasi dan
spesialisasi pekerjaan tersendiri berdasarkan keahlian dan keterampilan yang
dimilikinya. Tersedianya fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhannya secara
cepat menjadikan msyarakat perkotaan menyukai hal yang instant. Sebagai
contoh, karena diwilayah perkotaan banyak tersedia makanan yang siap saji
maka bagi mereka masalah konsumsi merupakan lebih pada pemilihantempat
yang diinginkan. Ketika mereka menginginkan ayam goreng dapat memesan
langsung secara cepat lewat telpon dengan berbagai sajian yang ditawarkan
seperti KFC, McDonald dan waralaba lainnya.
Karena masyarakat kota cenderung bersifat individualis dan lebih
berorientasi pada keduniaan maka hubungan kekeluargaan diantara mereka
cenderung mengendur dan melemah. Masyarakat hadlaarah dapat juga
disebut sebagai persekutuan inaktif dimana gaya hidup masyarakat tampak
statis yang ditandai dengan pasivitas, kejenuhan dan kelambanan. Sifat ini
dialami oleh masyarakat sudah lama tinggal di perkotaan dan terjangkit
dengan “sifat buruk kota” (Kartono 2004: 3.10). Lebih jelasnya tabel berikut
adalah beberapa ciri perubahan pola masyarakat badawah ke hadharah.
Tabel 8.2
Pembagian Masyarakat menurut Ibnu Khaldun
Tabel 8.3
Tipologi Masyarakat menurut Durkheim
8.36 Teori Perubahan Sosial
Tabel 8.4
Tipologi Masyarakat menurut Ferdinand Tonnies
pemikiran
Sumber: Kinloch 1977: 90
Ekologi berasal dari kata oikos yang berarti segala hal yang berhubungan
dengan rumah atau tempat tinggal termasuk penghuni dan kegiatannya.
Neilson (1972) sebagaimana dikutip Kartono menjelaskan ekologi dibagi
menjadi tiga, yaitu ekologi tumbuh-tumbuhan, ekologi binatang dan ekologi
manusia. Ekologi manusia meliputi ekologi manusia dan ekologi sosial.
Ekologi manusia mempelajari hubungan manusia dengan lingkungannya
sedangkan ekologi sosial mempelajari hubungan kelompok manusia dengan
lingkungannya. (Kartono, 2010: 6.3).
Ekologi merupakan studi tentang penyesuaian diri dari organisme
tumbuhan dan binatang dengan lingkungannya. Ekologi sosial sebagai studi
tentang relasi sub-sosial antar manusia, daerah-daerah sosial budaya
dan menggambarkan sebaran keruangan dalam suatu komunitas.
Ekolog di Chicago School mengatakan bahwa manusia hidup dalam sebuah
habitat yang dikenal dengan komunitas, yaitu suatu struktur yang meliliki
unsur populasi, habitat dan kebutuhan dan berfungsi untuk memfungsikan
struktur dalam suatu wilayah kota atau desa. Populasi melihat orang dalam
berbagai aspek seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, kepercayaan,
pendapatan, kelas sosial, kelompok atau rasial. Habitat meliputi lingkungan
SOSI4305/MODUL 8 8.39
Tabel 8.5
Persamaan dan Perbedaan Park dengan Ekologi
Persamaan Perbedaan
mengkaji dengan pendekatan dalam masyarakat manusia terjadi
ekologis pembagian kerja.
dalam alam ada kesatuan dan saling manusia mampu melakukan
ketergantungan antar anggota sistem penemuan-penemuan
“the iron law of nature”, jika satu manusia menciptakan bahasa dan
spesies tidak mampu menyesuaikan budaya sehingga mampu
diri atau beradaptasi akan menciptakan organisasi yang
mendapatkan konsekuensi lebih kompleks
tidak ada tujuan akhir pada alam,
binatang, tumbuhan atau manusia
barang. Salah satu sumber daya yang paling penting yang dapat
mendatangkan keuntungan ekonomi adalah ruang (Nurhayati, 2013).
Model konsentris yang diterapkan oleh Burgess merupakan peta Chicago
yang menggambarkan sebuah kota yang berkembang dan terorganisir. Model
ini merupakan model ideal yang melihat keteraturan pola penggunaan lahan
dan adanya interelasi antara elemen-elemen wilayah kota yang dapat
diterapkan di negara barat atau maju seperti Chicago dan Amsterdam. Burges
yang terkenal dengan “concentric zone hypothesis” membaginya ke dalam 5
zona daerah pusat bisnis (central business district), zona peralihan (transition
zona), zona perumahan para pekerja (zona of working men’s homes), zonz
pemukiman yang lebih baik (zona of better residences) dan zona para
penglaju (zona of commuters).
Gambar 8.5
Struktur Konsentris Burgess
Gambar 8.6
Teori Sektor Hoty
Gambar 8.7
Teori Inti Ganda
8.42 Teori Perubahan Sosial
Sumber: https://klasika.kompas.id/pemanfaatan-ruang-publik/
E. PERMASALAHAN PERKOTAAN
Sumber: http://www.arsindo.com/umum/pemukiman-kumuh-di-jakarta/
Gambar 8.9
Pemukiman Kumuh di Perkotaan
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/pembangunan-kampung-deret-di-
dki-warga-diminta-
kompak/76123.http://www.tribunnews.com/metropolitan/2015/0
5/30/2017-ahok-target-bangun-7000-unit-rusun-di-kemayoran-
untuk-pekerja
Gambar 8.10
Rumah Susun dan Kampung Deret
http://www.tribunnews.com/images/regional/view/707182/400-titik-
kemacetan-di-jakarta
Gambar 8.11
Kemacetan sebagai Masalah Transportasi
Sumber:
https://health.detik.com/read/2016/01/04/063745/3109689/763/agustus-
polusi-udara-di-jakarta-sudah-dalam-tahap-bahaya
https://eramas2000.wordpress.com/2011/09/28/pencemaran-lingkungan-
di-sekitar-kita/
Gambar 8.12
Polusi udara dan Sampah di Perkotaan
F. PEMBANGUNAN PERKOTAAN
Tabel 8.6
Kriteria lembaga umum dan khusus dalam skala metropolitan
Umum Khusus
Tanggung Jawab Banyak Satu
Jumlah Satu Lebih dari satu
Wilayah Metropolitan Berbagai lingkungan sesuai
dengan tugas
Hakekat tugas Politis Teknis
Badan yang memerintah Dipilih Diangkat
Keuangan Pajak Subsidi
Pendekatan Administratif Lebih pada aspek bisnis
Sumber : Remy Proud’homme, 1996 dalam Nurmandi 1991
1. Perancis; membongkar beberapa bagian kota yang tua dan buruk lalu
mengubahnya menjadi perumahan yang dilengkapdengan taman. Jalan-
jalannya dibuat lurus dengan memperhatikan sirkulasi yang baik.
2. Jerman; memugar kota dengan membuat beberapa jalan yang mengitari
pusat kota. Fokus perbaikan adalah pada kawasan pemukiman, industri,
dan perdagangan.
3. Inggris; merencanakan kota dengan tingkat kepadatan yang rendah dan
menyertakan kebun-kebun di daerah pemukiman.
4. Amerika Serikat; mengisi kota dengantaman-taman, open space dan
tempat bermain. Jalan-jalan dibuat lurus dan berpotongan.
LA TI H A N
RA N G K U MA N
TE S FO R M A TI F 2
Test Formatif 1
1) C. Gampong. Pada masyarakat Aceh kesatuan masyarakat terkecil
dinamakan dengan istilah Gampong
2) B. Kekerabatan. Desa terbagi menjadi dua yaitu kesatuan masyarakat
berdasar kekerabatan (geneologis dan kesatuan masyarakat hokum
berdasar kebersamaan tempat tinggal (teritorial)
3) B. Kedudukan desa pun berubah yang tadinya berada di bawah
pemerintah wilayah kecamatan, menurut UU No 32/2004 menjadi
berada di bawah pemerintah kabupaten/kota. Dengan demikian desa
memilki otonomi berdasarkan asal-ususl dan adat istiadat setempat
yang telah dimiliki sejak dulu kala dan telah menjadi adat istiadat
yang melekat dalam masyarakat desa yang bersangkutan.
4) C. Karakteristik masyarakat pedesaan dapat terlihat dari beberapa hal
yaitu sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian pertanian,
kuatnya peranan kelompok primer, hubungan yang berlangsung
bersifat akrab, homogen, keluarga dipandang sebagai unit ekonomi.
5) C. Masyarakat pedesaan cenderung memiliki pola kebiasaan yang
lambat dan inovasi yang rendah karena pengaruh kuatnya
ketergantungan terhadap alam, tingkat teknologinya masih rendah
sistem produksinya subsisten.
Test Formatif 2
1) A. Simmel (kartono, 2010) dalam karyanya Metropolis and Mental Life
mengemukakan tiga konsep yang bisa dilihat dari kota, pertama, size
yaitu pemukiman masyarakat yang relatif besar. Kedua, Division of
labour yaitu pembagian kerja yang berdasarkan spesialisasi dan
spesisifikasi keahlian yang dimiliki oleh setiap individu. Ketiga,
Money Economy yaitu kehidupan di perkotaan yang cendrung
rasional akan mengedepankan pertukaran ekonomi berdasarkan
rupiah atau uang.
2) A. Dalam masyarakat organik hukum bersifat restitutive yang lebih
mendorong sebagai upaya memulihkan relasi sosial yang terganggu.
3) C. Masyarakat badaawah mewakili komunitas pedalaman, primitif, dan
daerah gurun, yang biasa juga disebut nomadik. Masyarakat
8.58 Teori Perubahan Sosial
Glosarium
Daftar Pustaka
Jan Breman dan Gunawan Wiradi. 2004.Masa Cerah dan Masa Suram di
Pedesaan Jawa, LP3ES: Jakarta.
Marbun, BN. 1994. Kota Indonesia Masa Depan, Masalah dan Prospek.
Jakarta:Rajawali Press.
Nas, PJM. 1984. Kota di Dunia Ketiga. Jakarta: Bharata Karya Aksara