Anda di halaman 1dari 61

8.

2 Teori Perubahan Sosial 


 SOSI4305/MODUL 8 8.3
8.4 Teori Perubahan Sosial 
 SOSI4305/MODUL 8 8.5
8.6 Teori Perubahan Sosial 

Modul 8

Perubahan Sosial pada


Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
Dr. Cucu Nurhayati, M.Si.
Dr. Joharotul Jamilah, M.Si.

PEN D A HU L U A N

P ada modul sebelumnya sudah dibahas tentang definisitentang perubahan


sosial serta faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial.
Perubahan sosial akan terjadi dimana saja, baik di kota maupun desa karena
masyarakatnya yang terus berinteraksi dengan masyarakat luar atau
mengalami modernisasi karena adanya pengaruh-pengaruh dari masyarakat
luar. Tidak ada satu pun masyarakat yang statis, pasti akan mengalami
perubahan baik cepat maupun lambat (dinamis), termasuk masyarakat
pedesaan yang paling sederhanapun.Perubahan yang besar maupun yang
kecil, yang cepat maupun lambat sudah barang tentu akan mempengaruhi
kehidupan masyarakat bersangkutan. Coba Saudara tunjukkan sebutkan
masyarakat mana yang tidak mengalami perubahan?
Desa dan masyarakat pedesaan yang dianggap tidak memiliki kemajuan
atau tertinggal, sudah barang tentu mengalami perubahan sosial, meskipun
perubahannya tidak akan sama antara masyarakat satu dengan masyarakat
lainnya. Masyarakat pedesaan pada dasarnya masih terikat kuat dengan nilai-
nilai dan norma yang membuat mereka tetap hidup rukun dan menjaga
kebersamaan serta keharmonisan. Ini salah satu sebab mengapa masyarakat
pedesaan lambat dalam menerima perubahan atau inovasi dari luar
masyarakatnya. Meskipun demikian bukan berarti masyarakat pedesaan itu
tidak mengalami perubahan akan tetapi perubahannya lambat.
Dalam peta kompetensi, Modul 8 terdapat pada TIK 8dengan tujuan
pembelajaran “Mahasiswa mampu menjelaskan Perubahan Sosial pada
Masyarakat Desa dan Kota”. Setiap TIK akan memiliki peta kompetensinya
masing-masing sehingga Saudara dapat mengetahui materi-materi yang akan
dijelaskan. Saudara mahasiswa, pembahasan dalam modul 8 akan terbagi
 SOSI4305/MODUL 8 8.7

dalam dua kegiatan belajar, yaitu tentang kehidupan sosial masyarakat


pedesaan di Indonesia dan perubahan dalam masyarakat perkotaan dengan
karakteristik masing-masing.. Setelah mempelajari Modul 8 ini, diharapkan
saudara akan memiliki kemampuan untuk menjelaskan perubahan yang
terjadi dalammasyarakat pedesaan dan perkotaan. Secara khusus, setelah
mempelajari Modul 8 ini, maka para mahasiwa diharapkan mampu
menjelaskan:
1. pengertian desa
2. pembangunan fasilitas layanan publik
3. karakteristik masyarakat perkotaan
4. pola perubahan masyarakat perkotaan
5. perubahan fungsi ruang publik
6. permasalahan perkotaan
7. pembangunan perkotaan

Selamat belajar! Semoga sukses


8.8 Teori Perubahan Sosial 

Kegiatan Belajar 1

Perubahan Pada Masyarakat Pedesaan

Saudara mahasiswa, sebelum berbicara mengenai masyarakat pedesaan


sebagai penghuni sebuah desa, serta kondisi sosial kehidupan masyarakat
pedesaan, di sini akan di bahas dahulu tentang kata desa asal kata dari
pedesaan serta pengertian desa. Kemudian, dilanjutkan dengan pembahasan
 SOSI4305/MODUL 8 8.9

sejarah lahirnya dan perkembangan desa serta bentuk-bentuk desa yang ada
di Indonesia.

A. PENGERTIAN DESA

Apakah yang disebut desa itu? Sulit untuk merumuskan secara gamblang
(pasti) tentang pengertian desa karena keanekaragaman desa dilihat dari
bentuk, besaran dan sifat masyarakat desa (Kartohadikoesoemo 1965;
Koentjaraningrat 1964). Di Indonesia untuk bentuk masyarakat kecil di
daerah pedesaan yang luas dinamakan desa, dusun, kampong, dusun, dati dan
lain-lain. Semua istilah inipun masih dipertanyakan kesamaan ciri-cirinya.
Begitupun masyarakat yang menempati lokasi alamiah yang berbeda-beda
seperti pertanian, peladang maupun nelayan akan memiliki pengertian
tentang desa yang berbeda-beda.
Desa merupakan bentukan dan pengembangan konsep asli bangsa
Indonesia. Kata desa atau dusun berasal dari bahasa Sansakerta yang berarti
tanah air, tanah asal atau tanah kelahiran. Penyebutan kata desa terhadap
suatu wilayah hukum terbawah hanya digunakan di pulau Jawa, Madura dan
Bali, sedangkan di daerah lain di luar itu berbeda-beda. Di Batak kata desa
memakai kata huta, uta atau kuta, sedang di Aceh memakai istilah gampong.
Lain halnyadengan Minangkabau yang memakai istilah nagari untuk daerah
hukum terendah. Di Palembang, Kerinci dan Bengkulu dusun merupakan
sebutan untuk daerah hukum, sedangkan daerah gabungan disebut mendapo.
(Kartohadikoesoemo, 1965).
Desa secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan
hukum, tempat tinggal suatu masyarakat yang memiliki pemerintahan
sendiri. Desa bisa terdiri dari hanya satu tempat kediaman masyarakat
sajajuga bisa terdiri dari beberapa tempat kediaman yang terpisah, yang
merupakan kesatuan-kesatuan tempat tinggal sendiri yang disebut pedukuhan
atau kampung. Di pedukuhan atau kampung juga biasanya memiliki tanah
pekarangan, tanah pertanian, tanah darat atau ladang, hutan serta tanah-tanah
lainnya.
Kesatuan masyarakat desa itu terbagi menjadi dua bagian yaitu desa
dengan bentuk masyarakatteritorial (territorial society), kesatuan masyarakat
geneologis (geneology society) serta campuran keduanya. Desa-desa diJawa,
Bali dan Madura serta beberapa wilayah di sebagian besar pulau lainnya di
Indonesia, masyarakatnya dibentuk berdasarkan kedekatan tempat tinggal
8.10 Teori Perubahan Sosial 

bersama atau disebut kesatuan masyarakat teritorial. Bentuk teritorial


merupakan daerah kesatuan hukum yang berdasar atas kerelaan warga
masyarakatnya untuk bertempat tinggal pada suatu tempat atas dasar
kepentingan bersama. Bentuk desa-desa dengan kesatuan hukum teritorial
seperti ini terdapat di hampir desa-desa di Jawa, Bali dan Madura serta desa-
desa di sebagian besar pulau lainnya di Indonesia. Desa-desa di luar Jawa
seperti suku Minangkabau di Sumatra Barat, pedalaman Kalimantan, Papua,
Minahasa di Sulawesi Utara, Batak, sebagian daerah Lampung, Maluku serta
Nusa Tenggara Timur, merupakan kesatuan masyarakat desa yang dibentuk
berdasarkan kesukuan atau kekerabatan disebut masyarakat desa geneologis.
Dalam desa geneologis kepentingan perseorangan tidak diperkenankan
dengan alasan kepentingan suku, tetapi hak milik pribadi masih diakui
meskipun terdapat hak milik suku (bersama). Meskipun memiliki
kesamaan ikatan geneologis, tetapi ada perbedaan antara satu kesatuan
hukum wilayah yang satu dengan yang lainnya, seperti antara hukum adat
Minangkabau yang matriarchal (garis keturunan ibu) dengan Batak di
Sumatra Utara yang matriarchal (garis keturunan bapak).
Di Jawa sebagian besar desa merupakan komunitas teritorial yang
memiliki pemerintahan yang relatif lebih maju dibanding desa luar Jawa.
Desa di Jawa sudah menetap dengan jumlah penduduk berkisar antara ratusan
dan ribuan jiwa (Kartohadikoesoemo, 1965). Mayoritas desa di Jawa sudah
berkedudukan sebagai daerah hukum yang berhak memiliki pemerintahan
sendiri dengan batas-batas yang jelas, berhak mengatur dan mengurus
pemerintahan sendiri, berhak memilih dan mengangkat kepala pemerintahan
sendiri, behak mempunyai harta benda sendiri dan memungut pajak. Hal
inilah yang disebut desa yang otonom mengatur rumahtangganya sendiri.
Di luar Jawa,sebagian desa memiliki ciri yang berbeda dengan desa di
pulau Jawa. Hal ini disebabkan karena sistem pertaniannya masih berladang
yang berpindah-pindah tempat sehingga landasan territorial belum ada, serta
keterkaitan hubungan kekerabatan yang masih kuat (geneologis). Oleh karena
itu, pemerintahan desa yang otonom di luar Jawa belum jelas, maka urusan
desa diserahkan kepada peraturan adat setempat.
Pada umumnya masyarakat dengan pola pertanian ladang yang
berpindah-pindah tempat memiliki desa atau kampung yang menetap dan
memunyai rumah tinggal permanen, terdapat pasar, dan agak ramai pada
masa panen sampai musim kemarau. Setelah musim itu, keluarga yang masih
bertenaga kuat berpencar mencari ladang-ladang baru dan tinggal di “talang”
 SOSI4305/MODUL 8 8.11

sampai musim panen berikutnya, pemukiman yang berpencar dan


mengerjakan ladang berpindah-pindah tempat, jauh dari jangkauan pusat
pemerintahan sehingga warga desanya masih lebih bebas (Tjondronegoro,
2008: 47).
Desa yang terbentuk dari kesatuan masyarakat geneologis dan
territorial (desa campuran) memiliki sifat pokok yaitu terdapat daerah
hukum berbentuk territorial yang memiliki pemerintahan, kekayaan
dan kekuasaan sendiri, akan tetapi di bawahnya terdapat masyarakat
hukum yang berdasarkan hubungan darah (kekerabatan) yang juga
memiliki kekuasaan dan aturan sendiri. Bentuk desa campuran terdapat di
daerah Minangkabau, Minahasa, Ternate dan sebagian Ambon. Nagari
(istilah dusun di Minangkabau) yang berbentuk territorial adalah gabungan
dari dua suku atau lebih yang sebagian merupakan satu keturunan
(geneologis) yang disebut Parui’, dan di atasnya terdapat gabungan beberapa
nagari (dusun) yang membentuk sebuah desa.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN DESA

Saudara mahasiswa, manusia sebagai mahluk sosial yang tidak bisa


hidup berdiri sendiri, membutuhkan orang lain untuk bisa berkumpul dan
berinteraksi serta membentuk keluarga inti/batih (terdiri ayah, ibu dan anak)
dan extend family (keluarga luas). Adanya naluri kebersamaan inilah yang
kemudian membutuhkan suatu tempat kediaman bersama. Tempat kediaman
ini bisa berupa suatu wilayah yang memungkinkan dapat berpindah-pindah
dari suatu tempat ke tempat lainnya yang masih bisa ditanami atau dijadikan
tempat tinggal seperti wilayah hutan yang terdapat di wilayah Sumatra,
Kalimantan, Sulawesi, NTT dan Papua.
Seiring dengan pertambahan penduduk, wilayah yang tadinya dapat
dipilih kapan saja dan dimana saja untuk dijadikan tempat tinggal baru,
disebabkan wilayah sebelumnya sudah tidak memungkinkan untuk ditempati
lagi, maka akan semakin terbatas atau sempitareal perpindahan tempat
tinggal keluarga mereka. Rotasi perpindahannyapun mengalami perpendekan
yang tadinya bisa pindah dalam jangka waktu relatif lama, maka lama-
kelamaan semakin menurun sampai akhirnya sudah tidak memungkinkan
untuk pindah lagi, karena perkembangan penduduk yang terus bertambah
tersebut. Oleh karena itu mereka butuh tempat tinggal menetap terutama
wilayah yang memiliki tanah yang subur dan dekat dengan sungai atau
8.12 Teori Perubahan Sosial 

lembah yang bisa memenuhi kebutuhan pokok mereka sehari-hari. Ada tiga
hal utama yang menjadi alasan orang-orang yang berpindah-pindah kemudian
berkumpul membentuk masyarakat adalah untuk: 1) mencari makan, pakaian
dan perumahan, 2) bertahan hidup terhadap serangan dari luar, 3) mencapai
kemajuan dalam hidupnya (Kartohadikoesoemo, 1964).
Desa terbentuk pada awalnya ketika orang-orang yang sudah mulai
menetap dan membutuhkan tempat yang subur untuk bercocok tanam agar
dapat memenuhi kebutuhan pangannya. Desa ini biasanya berada di sekitar
sungai atau lembah yang subur. Terdapat beberapa bentuk desa berdasarkan
latar belakang kelahiran dan perkembangannya serta matapencaharian
penduduknya. Desa pertanian adalah desa yang pertama kali dibentuk melalui
pembukaan hutan dan pengolahan lahan untuk ditanami tumbuhan yang
menghasilkan makanan dan bahan kebutuhan lainnya. Desa nelayan
(masyarakat pesisir) adalah desa yang berada di sekitar tepi laut dan sungai-
sungai besar dan bermata pencaharian dari menangkap ikan, tambak dan
pelayaran. Sedangkan desa pasar terbentuk karena pertemuan orang-orang
satu sama lainnya untuk bertransaksi jual beli - pada desa yang belum
mengenal ekonomi uang mereka bertransaksi melalui barter antar barang
yang berbeda- sehingga terbentuklah sebuah pasar dari masyarakat
sekelilingnya. Dari desa pasar tersebut berkembanglah menjadi desa
perdagangan termasuk jasa. Desa juga dapat terbentuk karena ada
hubungannya dengan sumber air atau sumber pencaharian lainnya, maka
menjadi desa pertambangan, pertambakan dan lain-lain (Kartohadikoesoemo,
dalam Sumardjo 2010: 11).
 SOSI4305/MODUL 8 8.13

Pesawahan dan sungai Pemukiman warga desa di sekitar


lembah

Sumber: Sumber:
https://www.google.co.id/search? https://www.google.co.id/search?
q=gambar+pemandangan+desa+yan q=gambar+pemukiman+desa&tbm
g+indah&tbm
Gambar 8.1

C. DESA PADA MASA ORBA SAMPAI MASA REFORMASI

Pada masa pemerintahan orde baru, setelah tahun 1966, desa-desa di


Indonesia pemerintahan dan rumahtangganya dibenahi melalui adanya Inpres
Desa. Inpres Desa berpengaruh terhadap pembentukan desa-desa baru
terutama di luar Jawa, karena desa dapat menerima bantuan atau subsidi uang
inpres yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan. Kemudian sejak Sensus
Penduduk 1971 setiap penduduk harus menggunakan kartu pengenal dalam
kepengurusan berbagai kepentingan. Ada kecenderungan Desa semakin
seragam (Formalisasi Desa). Sejak diberlakukan UU PemerintahanDesa No
5/1979 setiap kegiatan di daerah pedesaan harus sepengetahuan dan izin dari
pamong desa. Untuk memperkuat pemerintahan desa juga dibentuk Rukun
Kampang (RK) dan Rukun Tetangga (RT) sebagai unit-unit yang lebih kecil
daripada desa dan kelurahan di wilayah perkotaan (Tjondronegoro, 2010: 47-
48).
Desa memiliki dasar aturan yang lebih jelas lagi sejak dikeluarkan UU
No 5/1979, yaitu:
8.14 Teori Perubahan Sosial 

1. Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk


sebagai kesatuan masyarakat hukum termasukdi dalamnya keatuan
masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah
langsung di bawah camat, dan berhak menyelenggarakan rumah
tangganya sendiri dalam ikatan Negara Republik Indonesia
2. Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan Lembaga Musyawarah Desa
3. Dalam menjalankan tugasnya kepala desa dibantu oleh perangkat desa
yang terdiri atas unsur staf dan unsur pelaksana skretariat desa sebagai
unsur staf dan kepala dusun sebagai unsur pelaksana.
4. Sekretaris desa memimpin sekretariat desa,yang terdiri atas kepala-
kepala urusan
5. Desa bukanlah daerah otonom sebagaimana daerah otonom dalam
pengertian Daerah Tingkat I/Daerah Tingkat II.
6. Desa bukanlah suatu satuan wilayah, desa hanya bagian dari wilayah
kecamatan
7. Desa adalah satuan ketatanegaraan yang berkedudukan langsung di
bawah kecamatan.

Semenjak pemerintahan Orde Baru berakhir pada tahun 1998,


pemerintahan yang awalnya bercorak sentralistik militeristik, berubah
menjadi pemerintahan reformasi yang demokratis. UUD 1945 diamandemen,
pada Pasal 18 UUD 1945 menjadi Pasal 18; 18A dan 18B. Pada pasal 18B
berbunyi:
1. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah
yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang ditur dengan undang-
undang.
2. Negara mengakui kesatuan-kesatuan masyarakat hokum adat beserta
hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang diatur dalam undang-undang.

Dengan amandemen tersebut maka kedudukan desa termasuk


sebagaikesatuan hukum adat. Sebelum UUD 1945 diamandemen,
dikeluarkan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah juga
mengatur tentang desa dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dalam UU No 22/1999
dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan Desa adalah kesatuan masyarakat
 SOSI4305/MODUL 8 8.15

hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur asal-usul dan adat


istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada
di daerah kabupaten.
Pada tahun 2004, UU No 22/1999 diganti dengan UU No 32/2004 dan
UU No 25/1999 diganti dengan UU No 33/2004. Dalam UU tersebut
mengandung prinsip-prinsip demokrasi, partisipasi masyarakat, pemerataan
dan keadilan, dan keanekaragaman. Oleh karena itu desa dikembalikan
sebagai kesatuan masyarakat hukum adat yang berwenang mengatur
dan mengurus urusan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat. Nomenklaturdesa bisa menggunakan nama lain sesuai dengan
adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat setempat. Di desa dibentuk
lembaga perwakilan rakyat yang berfungsi sebagai pengayom adat istiadat,
legislasi dan pengawasan. Kedudukan desa pun berubah yang tadinya berada
di bawah pemerintah wilayah kecamatan, menurut UU No 32/2004 menjadi
berada di bawah pemerintah kabupaten/kota. Dengan demikian desa memiliki
otonomi berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang telah dimiliki
sejak dulu kala dan telah menjadi adat istiadat yang melekat dalam
masyarakat desa yang bersangkutan (Nurkholis, 2011: 63-64).
Berdasarkan sejarah pertumbuhan desa tersebut, terdapat empat tipe desa
di Indonesia sejak awal pertumbuhannya sampai sekarang (Nurkholis, 2011:
65-66)
1. desa adat yang merupakan bentuk desa asli dan tertua di Indonesia. Desa
adat ini mengatur dan mengelola pemerintahannya sendiri tanpa campur
tangan pemerintah. Contohnya desa Pakraman di Bali
2. desa administrasi adalah desa yang merupakan satuan wilayah
administrasi yaitu satuan pemerintahan terendah untuk memberikan
pelayanan administrasi dari pemerintah pusat.
3. desa otonomi adalah desa yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi
dengan undang-undang. Desa otonomi mempunyai kewenangan yang
jelas karena diatur dalam Undang undang pembentukannya.
4. desa campuran (adat dan semiotonom), yaitu desa yang mempunyai
kewenangan campuran antara otonomi asli dan semi otonomi formal.
Otonomi aslinya diakui oleh undang-unang dan juga diberi kewenangan
dari kabupaten/kota. Disebut semi otonom karena model penyerahan
urusan pemerintahan dari daerah otonom kepada satuan pemerintahan di
bawahnya ini tidak dikenal dalam teori desentralisasi. Desa dibawah UU
No 22/1999 dan UU no 32/2004 ini adalah tipe desa campuran.
8.16 Teori Perubahan Sosial 

Sedangkan jenis desa secara administratif dapat dijumpai dengan kriteria


sebagai berikut :
Tabel 8.1
Jenis Desa

Topografi Desa pegunungan


Desa dataran rendah
Desa dataran tinggi
Desa pantai
Pola pertanian (atau usaha) Desa petani sawah menetap (perairan atau tadah hujan)
Kampong peladang berpindah-pindah
Desa perkebunan rakyat
Desa nelayan
Sumber: Tjondronegoro, 2011:35

Jenis desa di atas dapat berbeda sesuai dengan kriteria yang diterapkan
berdasarkantingkat keterbukaan, ikatan teritorial, atau kekeluargaan dan lain-
lain. Ada juga jenis desa dengan usaha spesifik seperti desa penghasil buah-
buahan, desa industri batik, desa kerajinan tangan, dan sebagainya.

Saudara mahasiswa, coba jelaskan kembali


perbedaan kesatuan masyarakat desa territorial,
desa genegeologis dan desa campuran serta
contohnya

D. KARAKTERISTIK DESA DI INDONESIA

Berbicara tentang desa yang beraneka ragam, terdapat beberapa ciri yang
sama sebagai ciri yang mudah kita bedakan dengan perkotaan, seperti
keakraban, tolong menolong, dan keterikatan pada tempat pemukiman.
Masyarakat yang tumbuh dengan adat istiadatnya secara sosiologis memang
tidak dapat diperlakukan dengan seragam. Kehidupan mandiri yang sudah
berakar perlu dituntun menjadi masyarakat desa modern yang cukup
membutuhkan waktu.
Sebagian masyarakat kita masih beranggapan bahwa orang di pedesaan
hidup tenang dan rukun, dengan semangat gotong royong dan tolong
 SOSI4305/MODUL 8 8.17

menolong yang mencerminkan kerukunan tadi. Dalam realitasnya gejala-


gejala tadi tidak ditemukan lagi secara keseluruhan, tetapi dalam lingkungan
dukuh atau rukun kampung yang lebih kecil hal itu masih terjadi. Pada masa
sekarang ini masyarakat desa yang sudah semakin modern telah
menunjukkan pelapisan dan perbedaan. Seperti perbedaan pemilikan
tanah dan atau penguasaan modal lain.
Di daerah pedesaan nama atau istilah untuk pemilikan tanah berbeda-
beda, namun secara umum dapat diterapkan tolok ukur luas tanah yang
dimiliki. Pada lapisan atas adalah penduduk yang memiliki tanah paling luas
dan tidak perlu menggarap sendiri, tetapi digarap oleh petani lain atau buruh
tani, lapisan tengah adalah mereka yang berkecukupan tetapi mewah dalam
kehidupannya. Dan lapisan bawah ditempati oleh petani yang mengerjakan
tanah orang lain, dan menerima imbalan sebagian hasil panen atau upah uang,
karena tidak memiliki tanah sendiri. Dalam hubungan inilah menimbulkan
ketergantungan lapisan bawah dengan lapisan lebih atas yang sering disebut
hubungan patron klien (Tjondronegoro, 2010).
Bertambahnya penduduk dengan cepat membuat luasan tanah untuk
lahan pertanian semakin menyempit. Jutaan petani kecil yang menggarap
tanah sepetak tanah kurang dari 0,5 ha tanah tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya, sehingga mencari tambahan nafkah di luar
bidang pertanian (strategi nafkah ganda), dan tidak sedikit yang pergi ke kota.
Bahkan tidak jarang petani yang masih memilki sedikit tanah tersebut, karena
kebutuhan akan keuangan yang mendesak, mereka menjual tanahnya dan
mencari pekerjaan di luar pertanian atau menjadi penggarap di atas tanah
yang sudah menjadi milik orang lain.
Bukan hanya di Indonesia, hampir di seluruh dunia penduduk desa
kurang dapat menikmati kemakmuran dibanding dengan daerah perkotaan.
Meskipun penduduk desa mempunyai kegiatan di bidang pertanian akan
tetapi kekurangan pangan dan kemiskinan sering merundung warga pedesaan.
Kemiskinan di pedesaan tahun 2017 masih mencapai 13,93%, sedangkan di
kota 7,72% (BPS.2017). Kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat
pedesaan terutama di negara-negara sedang berkembang masih menjadi
masalah utama dalam pembangunan. Kemiskinan ini selain terkait erat
dengan krisis pangan juga berhubungan dengan krisis lainnya seperti krisis
energi dankrisis ekologi.
Berbicara mengenai masyarakat pedesaan di Indonesia tidak mudah
untuk menyimpulkan ciri khusus yang dimiliki secara seragam disebabkan
8.18 Teori Perubahan Sosial 

perbedaan atau kebhinekaan desa yang ada di negara kita. Ciri yang paling
mudah dan hampir semua ada pada masyarakat pedesaan di Indonesia adalah
masalah mata pencaharian yang sebagian besar adalah pertanian baik sawah
maupun ladang serta solidaritasnya yang masih kuat (gotong royong).
Meskipun dalam perkembangannya masyarakat desa sekarang itu tidak hanya
menggantungkan kehidupannya pada pertanian (termasuk di dalamnya
nelayan), tetapi pada kerajinan, perdagangan dan industri. Menurut Roucek
dan Warren masyararakat pedesaan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. kuatnya peranan kelompok primer;
2. hubungan yang berlangsung bersifat akrab;
3. homogen;
4. keluarga dipandang sebagai unit ekonomi.

Sedangkan menurut Paul H Landis ciri-ciri masyarakat desa adalah :


1. mempunyai pergaulan hidup yang saling mengenalantar ribuan jiwa
2. ada tali perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan
3. cara berusaha (ekonomi) adalah agraris, yang dipengaruhi oleh iklim,
keadaan alam, kekayaan alam, sedang pekerjaan yang bukan agraris
adalah bersifat sampingan

E. PEMBANGUNAN FASILITAS LAYANAN PUBLIK

Saudara mahasiswa, seperti sudah dijelaskan di atas, desa di Indonesia


berada pada kondisi yang sangat beragam, sehingga diperlukan pendekatan
partisipatif sebagai alternatif dari pendekatan pembangunan yang sentralistik
dan top down. Kehidupan masyarakat desa yang masih terikat pada nilai-nilai
budaya asli yang sudah diwariskan secara turun-temurun dan melalui proses
adaptasi yang sangat panjang dari interaksi intensif dengan perubahan
lingkungan biofisik masyarakat. Kearifan lokal merupakan salah satu aspek
karakteristik masyarakat yang terbentuk melalui proses adaptasi yang
kondusif bagi kehidupan masyarakat, sehingga nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya seyogyanya di pahami dan berperan penting sebagai dasar dalam
pembangunan pertanian dan pedesaan ke depan. Meskipun masyarakat
pedesaan yang masih terikat kuat dengan nilai-nilai tradisi, tetapi dalam
perkembangannya mengalami perubahan atau pergeseran. Ada yang berubah
cepat dan ada juga yang berubah dengan lambat. Cepat dan lambatnya suatu
 SOSI4305/MODUL 8 8.19

perubahan masyarakat tergantung dari kuat dan tidaknya terikat pada


kebudayaan.
Menurut Landis (dalam Rahardjo, 2001) pada dasarnya pola kebudayaan
masyarakat tradisional tergantung dengan tiga hal, yaitu
1. seberapa kuat ketergantungan masyarakat dengan alam
2. bagaimana tingkat teknologinya.
3. bagaimana sistem produksinya.

Ketiga faktor tersebut, menjadi penentu berlangsungnya kebudayaan


tradisional. Pola kebudayaan tradisional akan tetap terjaga apabila
masyarakat desa memiliki ketergantungan yang sangat besar terhadap alam,
teknologinya masih sederhana dan sistem produksinya hanya untuk
memenuhi kebutuhan keluarga (subsisten). Namun dengan masuknya
teknologi modern maka ketergantungan terhadap alam semakin berkurang.
Hal ini menunjukkan adanya perubahan kebudayaan pada masyarakat desa,
terutama kebudayaan materil, yang pada awalnya menggunakan alat
pertanian yang sederhana, kemudian mulai berubah dengan menggunakan
teknologi modern. Misalnya petani membajak sawah dengan menggunakan
alat bajak sawah tradisional yang dijalankan oleh kerbau, sekarang
menggunakan traktor yang dijalankan oleh mesin.

Bajak Sawah Dengan Alat Bajak Sawah Dengan Menggunakan Alat


Tradisional dan Kerbau Modern (Tractor)

Sumber: Sumber: http://www.jatengpos.com


http://www.majalahburungpas.c
om
8.20 Teori Perubahan Sosial 

Gambar 8.2

Menurut Landis (1948), ciri-ciri kebudayaan tradisional adalah sebagai


berikut:
1. mengembangkan pola adaptasi yang kuat terhadap alam (pasif)
2. tingkat inovasinya rendah
3. kepribadaian masyarakatnya organis (satu kesatuan) sehingga kuatnya
kekeluargaan dan kekerabatan
4. pola kebiasaan hidup lamban untuk ukuran gaya modern
5. tebalnya kepercayaan terhadap tahayul
6. kebudayaan materil bersahaja (sederhana)
7. rendahnya kesadaran terhadap waktu
8. lebih bersifat praktis (kegunaan), kurang mementingkan keindahan
9. standar moral kaku

Saudara mahasiswa, berikan contoh


untuk delapan ciri masyarakat dengan
kebudayaan tradisional.

Seiring dengan berkurangnya ketergantungan terhadap alam, tingkat


teknologi meningkat dan sistem produksi mulai berorientasi keuntungan,
masyarakat pedesaan mengalami perubahan budaya materiil maupun non
materiil. Adanya inovasi-inovasi baru yang diadopsi oleh masyarakat
pedesaan sebagai akibat adanya pembangunan yang direncanakan pemerintah,
maupun usaha dari masyarakat sendiri, maka pedesaan juga mengalami
perubahan dalam banyak hal, kebudayaan tradional berubah menjadi modern.
Perubahan sosial budaya pada masyarakat pedesaan ini pun semakin menguat
dengan berbagai kebijakan dan aturan berupa undang-undangmaupun
peraturan mentri (permen), seperti dikeluarkannya UU Desa.
Salah satu tujuan dari pengaturan Desa (UU Desa No. 6/2014) adalah
untuk meningkatkan pelayanan publik bagi masyarakat desa. Selanjutnya
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
(PDTT) No.1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak
Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala desa, secara rinci menyebutkan
bahwa kewenangan lokal berskala Desa di bidang pelayanan dasar yaitu “…
(a) pengembangan pos kesehatan Desa dan Polindes; (b) pengembangan
 SOSI4305/MODUL 8 8.21

tenaga kesehatan Desa; (c) pengelolaan dan pembinaan Posyandu melalui; (d)
pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan tradisional; (f) pembinaan dan
pengelolaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);..”. Kewenangan desa
dalam memberi pelayanan publik tersebut, tidak mudah diimplementasikan,
disebabkan terjadi kurang harmonisnya antara UU Desa no 6/2014 dengan
UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah, terutama menyangkut
kewenangan Desa untuk menjalankan urusannya. Pembagian urusan
pemerintahan menurut UU Pemerintahan Daerah hanya terbatas hingga
Pemerintah Kabupaten/Kota, tidak menyentuh pada level pemerintah Desa.
Penyelenggaraan pelayanan publik untuk kesejahteraan masyarakat desa
merupakan sebuah agenda nasional. Pembangunan layanan publik iniperlu
dijabarkan dan dirumuskan lebih lanjut agar dapat diimplementasikan baik
oleh kementerinan teknis atau lembaga nonkementerian yang berkaitan
dengan desa, desa itu sendiri, maupun pihak lain yang memiliki kaitan erat
dengan implementasi UU Desa.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
mengamanatkan kewajiban negara untuk melayani setiap warganya untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya. Pelayanan dasar publik dilakukan secara
efektif untuk memperkuat demokrasi, hak asasi manusia, meningkatkan
kemakmuran ekonomi, mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan
lingkungan, bijak dalam pemanfaatan sumber daya alam dan menguatkan
kepercayaan pada pemerintahan desa.
Upaya perbaikan harus mencakup tiga hal yakni regulasi, anggaran
publik, dan gotong royong. Sebagai upaya untuk mempertegas hak dan
kewajiban setiap warga negara perbaikan layanan dasar harus dilakukan.
Adanya UU Desa, perlu dimanfaatkan untuk mendorong pembaharuan
paradigma pembangunan desa yang berorientasi pada penguatan tradisi,
pemberdayaan ekonomi, peduli lingkungan, dan tata kelola yang demokratis
dan transparan. Pendekatan pembangunan seharusnya dilakukan dengan
merevitalisasi karakter lokalitas dengan memanfaatkan modal sosial
yang diharapkan dapat memperkuat emansipasi warga dalam interaksi
sosial secara nasional dan global. Kebutuhan desa untuk memperkuat pilar
ekonomi membutuhkan terobosan alternatif, orientasi baru dengan
memanfaatkan peluang UU Desa. Misalnya saja pengembangan desa wisata
yang dapat membantu mengatasi persoalan kemiskinan, memperkuat
semangat ketahanan desa, menumbuhkan inovasi komunitas, dan memelihara
keseimbangan ekologi. Illustrasi berikut dapat dijadikan sebagai contoh
8.22 Teori Perubahan Sosial 

untuk ekowisata, dengan tetap memperhatikan harmonisasi dengan alam atau


tanpa merusak alam sekitar.

Desa Wisata Kalibiru Yogyakarta Desa Wisata Panglipuran Bangli, Bali

Sumber: Sumber:
http://www.budidayakenari.com/20 http://bisniswisata.co.id/2017-bali-
15/03/wisata-alam-di- genjot-100-desa-wisata/
yogyakarta.html

Gambar 8.3

Pembangunan dalam layanan publik di pedesaan bisa dilakukan dalam


berbagai bidang secara menyeluruh baik di bidang infrastruktur ekonomi,
pendidikan, kesehatan, transportasiseperti perbaikan jalan desa, jembatan,
sarana beribadah, dan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat
melalui pembedayaan kaum perempuan misalnya, pengelolaan lingkungan
(akses terhadap air bersih dan perbaikan sanisasi), dan lain-lain.
Pembangunan wilayah pedesaan hendaknya dilakukan tidak hanya
bertujuan meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat pedesaan
secara ekonomi saja, tetapi juga harus mampu meningkatkan akses
masyarakat terhadap berbagai sarana sosial dan lingkungan yang
memadai. Karena peningkatan akses tersebut secara tidak langsung akan
meningkatkan pula kesejahteraan perorangan dan mengurangi perbedaan dari
keterbatasan sarana dan prasarana sosial ekonomi dan lingkungan antara
masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan. Dalam hal ini akan
dibahas salah satu, contoh kasus pembangunan sarana layanan publik, yaitu
akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi yang baik dan aman.
Berdasarkan data Departemen Kesehatan (2004), penduduk pedesaan
yang dapat akses terhadap air bersih baru mencapai 67,3% lebih tinggi sedikit
 SOSI4305/MODUL 8 8.23

dibanding penduduk perkotaan yang hanya mencapai 55 %. Dari 67,3% itu


hanya 51,4 % yang aman (memenuhi syarat bakteriologi). Data lain menurut
BPS 2006, jumlah rumah tangga di wilayah pedesaan yang memiliki fasilitas
air minum dengan sistem individu (milik sendiri) mencapai 48,49%
(Wisjnuprapto, 2010: 79).Begitu juga akses terhadap sanitasi dasar yang baik
danaman, dirasakan sulit untuk memperolehnya. Sanitani ini meliputi
pembuangan limbah baik dari limbah cair rumah tangga ( termasuk feses),
maupun limbah padat yang dapat mencemari lingkungan, apabila tidak kelola
dengan baik. Di wilayah perkotaan (BPS, 2008) akses terhadapsanitasi dasar
pada tahun 2006 sebesar 60,3%, sedangkan di pedesaan diperkirakan kurang
dari 50%. Oleh karena itu pembangunan dalam kedua bidang ini perlu
mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah, baik tingkat desa
maupun pemerintahan di atasnya. Buruknya kondisi sanitasi dasar di
Indonesia telah menyebabkan epidemik infeksi perut di banyak daerah, dan
memiliki tingkat keterjangkitan tipus tertinggi di Asia Timur, kerugian
ekonomi yang diakibatkan oleh buruknya pembuangan limbah tesebut
diperkirakan mencapai US $12atau sekitar Rp 156.000 per rumah tangga
perbulan (Albert Wirght (2003) dalam Wisjnuprapto, 2010). Saudara
mahasiswa, coba Anda bayangkan berapa jumlah kerugian kalau dihitung
pertahun yang harus ditanggung oleh seluruh warga.

Berdasarkan contoh kasus di atas,


jelaskan bagaimana hubungan antara akses kesehatan,
lingkungan danekonomi saling
mempengaruhi,meskipun secara tidak langsung.

LA TI H A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Jelaskan beberapa perubahan dalam masyarakat pedesaan!
2) Jelaskan karakteristik masyarakat desa sebagai proses terjadinya
perubahan sosial.

Petunjuk Jawaban Latihan


8.24 Teori Perubahan Sosial 

1) Pertama, pelajari dengan seksama materi kegiatan belajar 1 mengenai


perubahan sosial masyarakat desa.
2) Langkah selanjutnya silakan cermati karakteristik masyarakat desa
berdasarkan materi di atas.

RA N G K U MA N

Desa secara umum dapat dipahami sebagai sebuah satu kesatuan


hukum terendah di bawah kecamatan, tempat tinggal suatu masyarakat
yang memiliki pemerintahan sendiri. Desa bisa terdiri dari hanya satu
tempat kediaman masyarakat saja, tetapi juga bisa terdiri dari beberapa
tempat kediaman yang terpisah, yang merupakan kesatuan-kesatuan
tempat tinggal sendiri yang disebut pedukuhan atau kampung. Desa lebih
banyak digunakan di Pulau Jawa dan Madura, sedangkan di wilayah lain
dengan sebutan atau istilah yang berbeda-beda.Desa terdiri dari desa
yang masyarakatnya merupakan satu kesatuan secara territorial dan satu
kesatuan secara geneologis.
Karakteristik masyarakat pedesaan dapat terlihat dari beberapa hal
yaitu sebagian besar masyarakatnya bermatapencaharian pertanian,
kuatnya peranan kelompok primer, hubungan yang berlangsung bersifat
akrab,homogen, keluarga dipandang sebagai unit ekonomi. Selain itu
masyarakat pedesaan masih kuat ketergantungan terhadap alam,
sehingga mempengaruhi kebudayaannya yang masih cenderung
tradisional atau sederhana.
Banyak permasalahan yang ada di wilayah pedesaan, diantaranya
kemiskinan, krisisekologi, krisis energi dan krisis pangan. Hal ini perlu
penanggulangan yang membutuhkan semua pihak ikut terlibat, terutama
pemerintah baik pusat maupun daerah. Meskipun desa sebagai penghasil
pertanian tetapi masyarakat desa mengalami krisis masalah pangan
akibat akses mereka terhadap ekonomi yang rendah. Selain itu, krisis
ekologi atau lingkungan akibat terjadinya penggundulan hutan
(deforestisasi) maupun eksploitasi lingkungan yang mengakibatkan
terjadi banjir, tanah longsor dan pencemaran lingkungan. Hal inipun
dapat menyebabkan krisis energy karena penggunaan energi listrik
misalnya lebih banyak diakses oleh daerah perkotaan.
Berbagai permasalahan di pedesaan ini dapat ditanggulangi melalui
kebijakan-kebijakan pemerintah melalui peraturan berupa Undang
Undangatau PERMEN dan partisipasi masyarakatnya. Pembangunan
yang berbasis masyarakat ini dapat laksanakan dengan berlandaskan
 SOSI4305/MODUL 8 8.25

pada UU No 24 tahun 2014 yang di dalamnya mengatur tentang


pembangunan layanan publik bagi masyarakat pedesaan. Pembangunan
sarana publik ini meliputi berbagai bidang seperti pembangunan
infrastruktur ekonomi, pendidikan, kesehatan, keagamaan dan lain-lain.

TE S FO R M A TI F 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Istiah desa untuk masyarakat Aceh adalah ....


A. Dusun
B. Meunasah
C. Gampong
D. Kampung

2) Desa Geneologis adalah kesatuan masyarakat hukum berdasar ....


A. kekerabatan
B. kebersamaan
C. tempat tinggal
D. dusun

3) UU No 32 Tahun 2004 menjelaskan bahwa desa berada di bawah ....


A. kecamatan
B. kabupaten
C. dusun
D. provinsi

4) Karakteristik masyarakat pedesaan menurut Warren adalah, kecuali


A. homogen
B. hubungan bersifat akrab
C. kuatnya peranan kelompok sekunder
D. keluarga dipandang sebagai unit ekonomi

5) Menurut P H Landis, alasan masyarakat pedesaan cenderung memilki


inovasi rendah dan pola kebiasaan lambat adalah, kecuali....
A. seberapa kuat ketergantungan masyarakat dengan alam
B. bagaimana tingkat teknologinya.
C. bagaimana gaya hidupnya
D. bagaimana sistem produksinya.
8.26 Teori Perubahan Sosial 

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 SOSI4305/MODUL 8 8.27

Kegiatan Belajar 2

Perubahan Sosial pada Masyarakat


Perkotaan

A. PENGERTIAN KOTA

Saudara mahasiswa sebelum kita membahas mengenai perubahan sosial


pada masyarakat perkotaan, terlebih dahulu kita akan membahas tentang kota
dan pengertian masyarakat kota. Kota secara singkat dapat dipahami
8.28 Teori Perubahan Sosial 

sebagai wilayah yang mempunyai fungsi sosial komplek terdiri dari


berbagai suku bangsa, memiliki tingkat diferensiasi dan spesialisasi yang
tinggi. Kota identik dengan bangunan-bangunan yang tinggi serta tersedianya
berbagai fasilitas yang memudahkan aktifitas para penghuninya.
David dan Julia Jary (1991: 71), dalam Collins Dictionary of Sociology
mengartikan kota sebagai:
“an inhabited place which is differentiated form a town or village by its
greater size and by the range of activities practiced within its
boundaries, usually religious, military political, economic, educational
and cultural.”

Pengertian kota tidak hanya dilihat dari struktur fisik saja, secara
sosiologis kota merupakan hunian yang relatif besar dengan aktifitas yang
beragam secara ekonomi, budaya, agama, pendidikan, maupun politik. Ibnu
Khaldun (Khaldun 2011: 429) berpendapat bahwa kota merupakan tempat
berkembangnya suatu peradaban dan munculnya diferensiasi serta keahlian
yang dimiliki penghuninya. Kota merupakan tempat terjadinya surplus
ekonomi, penduduknya kaya raya karena dekat dengan daulah (kekuasaan)
yang merupakan pusat terkumpulnya harta kekayaan rakyat. Durkheim
melihat kota dalam konsep solidaritas organik seperti halnya fungsi organ
tubuh manusia yang mempunyai perbedaan dan tingkat ketergantungan yang
tinggi satu sama yang lain. Setiap individu dalam kota mempunyai peranan
tersendiri yang tidak dapat digantikan dengan yang lain. Marx dengan
prespektif kapitalisme melihat kota sebagai tempat berkembangnya ekonomi
kapitalis sertapertarungan mode of productian antara kaum bourjuis dan
proletar dengan berkembangnya pabrik industri. Weber dengan pemikiran
rasionalitasnya, melihat kota sebagai kawasan yang berlandaskan pada sistem
birokrasi dan rasionalisme tinggi. Masyarakat perkotaan dalam melakukan
suatu tindakan mengedepankan rasionalitas dengan prinsip perekonomian
perkotaan yang rasionalitas.
Louis Wirth (1938) merumuskan kota sebagai pemukiman yang relatif
besar, padat, permanen serta dihuni oleh orang-orang yang heterogen
kedudukan sosialnya sehingga melahirkan hubungan sosial yang longgar dan
impersonal. Simmel (Kartono, 2010) dalam karyanya Metropolis and Mental
Life mengemukakan tiga konsep yang bisa dilihat dari kota, pertama, size
yaitu pemukiman masyarakat yang relatif besar. Kedua, Division of labour
yaitu pembagian kerja yang berdasarkan spesialisasi dan spesisifikasi
keahlian yang dimiliki oleh setiap individu. Ketiga, Money Economy yaitu
 SOSI4305/MODUL 8 8.29

kehidupan di perkotaan yang cenderung rasional akan mengedepankan


pertukaran ekonomi berdasarkan rupiah atau uang. Uang mempunyai peranan
sebagai alat tukar yang digunakandalam transaksi perekonomian.Christaller
(Nas: 1984, 61) dalam teori Central Place menyebutkan bahwa kota menjadi
tempat berkumpul serta pusat pelayanan dan jasa. Kota merupakan tempat
yang memberikan dan menyediakan berbagai kebutuhan masyarakat terlepas
dari permasalahan sosial yang ditimbulkannya. Berdasarkan beberapa
pendapat tersebut kota dapat dilihat dari sisi sosial, ekonomi
maupundemografi. Secara sosial hubungan diperkotaan digambarkan sebagai
hubungan impersonal, sepintas lalu, terkotak-kotak karena adanya
staratifikasi dan diferensiasi. Secara ekonomi, sebagai pusat perekonomian
perdagangan, niaga, industrialisasi yang bersifat non agraris. Secara
demografi penduduk kota cendrung tinggi karena adanya daya tarik kota
yang menjadikan individu mempunyai kecendrungan ke kota.
Masyarakat kota merupakan masyarakat dinamis yang mempunyai
tingkat perubahan yang sangat tinggi. Perubahan ini karena adanya kontak
sosial masyarakat kota dengan masyarakat luar. Selain itu, ketersediaan
fasilitas dalam masyarakat perkotaan membuat mereka lebih bersifat hedonis
dan menyukai suatu yang ekspres. Masyarakat perkotaan sangat terbuka pada
hal-hal baru yang datang dari luar sehingga sangat mudah dalam menerima
perubahan.

Sumber: http://anugrahdwis.blogspot.com/2015/01/masyarakat-
perkotaan-dan-masyarakat.html
Gambar 8.4
Masyarakat Perkotaan
8.30 Teori Perubahan Sosial 

B. KARAKTERISTIK MASYARAKAT PERKOTAAN.

Saudara mahasiswa, masyarakat perkotaan mempunyai karakteristik


yang berbeda dengan masyarakat desa. Ciri ini terbentuk karena struktur
sosial kota yang memang berbeda dengan masyarakat desa sehingga
membentuk kejiwaan masyarakat kota. Masyarakat kota yang cenderung
mempunyai pemikiran yang rasional dan impersonal,dalam berinteraksi akan
mengedepankan rasio dan lebih pada manfaat yang diperoleh dari hubungan
tersebut. Selain itu, intensitas aktifitas mereka yang terikat dengan jam kerja
menjadikan merekauntuk mewakilkan urusannya dengan orang yang
memang ahli dibidangnya.
Struktur sosial kota merupakan aturan yang berlaku dalam pola
kehidupan dalam masyarakat kota. Struktur yang ada dalam masyarakat
berawal dari kebiasaan, budaya yang kemudian dapat menjadi kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Lebih jelasnya kita akan uraikan struktur sosial
masyarakat kota sebagai berikut (Daljoeni, 1992:51):
1. Heterogenitas sosial. Kepadatan penduduk dalam masyarakat kota telah
mendorong terjadinya persaingan dalam pemanfaatan ruang, yang
berimplikasi pada naiknya harga dan sewa properti. Heterogenitas dalam
masyarakat perkotaan telah melahirkan spesifikasi dan spesialisasi
keahlian dari penghuninya. Semua pekerjaan dan urusan diserahkan pada
ahlinya sesuai dengan spesifikasi keilmuan masing-masing. Bahkan
ketika seorang pasien mencari dokter, ada kecendrungan untuk mencari
dokter spesialis tertentu sesuai dengan penyakit yang dideritanya.
2. Hubungan sekunder. Hubungan yang terjalin dalam masyarakat kota
tidak mendalam atau bersifat sekunder. Interaksi yang terjalin diantara
mereka tidak akrab karena sibuknya aktifitas diantara mereka.
Masyarakat kota dalam menjalin hubungan bersifat impersonal, mereka
melakukan interaksi hanya berdasarkan kebutuhan yang diinginkannya.
3. Kontrol (Pengawasan Sekunder). Berbeda dengan desa yang memiliki
kontrol kuat baik antar sesama individu maupun antara pemuka
masyarakat dengan anggota masyarakat, penduduk kota cenderung acuh
dan tidak perhatian terhadap perilaku individu yang lain. Kontrol sosial
biasanya dilakukan oleh pejabat lingkungan (RT/RW) dengan mandat
dari warga. Namun, bagi sesama warga selama tidak menggangguatau
merugikan dirinya, maka perilaku orang lain cenderung ditolerir.
 SOSI4305/MODUL 8 8.31

4. Toleransi sosial. Tingkat toleransi yang tinggi menjadikan masyarakat


kota hidup secara berdampingan dengan kepentingan yang berbeda.
Masyarakat kota dapat melakukan kegiatan dan acara masing-masing
tanpa saling mengganggu satu sama lain. Misalnya, nyanyian disuatu
gereja bertepatan dengan kumandang adzan magrib dan waktu shalat.
Sehingga seringkali di perkotaan kita menemukan beberapa tempat
ibadah yang berdiri berdekatan.
5. Mobilitas sosial. Di kota, mobilitas sosial yang terjadi berupa perubahan
status sosial seseorang. Setiap penduduk berusaha untukmeningkatkan
jenjang dan status sosialnya dalam masyarakat. Sebagai masyarakat
dengan sistemterbuka, semua orang dapat merubah status sosialnya
berdasarkan keahlian yang dimilikinya. Dengan mengedepankan
profesionalitas dan keterampilan yang dimiliki semua orang mempunyai
kesempatan yang sama untuk merubah status sosial mereka.
6. Ikatan sukarela(voluntary association) didasarkan atas profesi atau
ikatan primordialitas. Ikatan ini sebagai penguat ikatan diantara mereka
sebagai bentuk solidaritas yang dibangun atas dasar profesionalisme dan
primordialisme. Ikatan profesi seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI),
Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI), Asosiasi Program Studi Sosiologi
(APSSI)atau ikatan yang bersifat primordial seperti Kerukunan Keluarga
Sulawesi Selatan (KKSS).
7. Individualisasi terjadi karena adanya pola hubungan yang sekunder dan
munculnya ikatan sukarela. Setiap individu mempunyai hak untuk
memutuskan kehidupannya masing-masing. Mereka bebas bersikap dan
menentukan pilihan masing-masing tanpa adanya campur tangan atau
desakan yang lain.
8. Segregasi keruangan timbul sebagai akibat adanya kompetisi ruang.
Segregasi ini merupakan pemisahan ruang yang terjadi dalam
masyarakat.Bentuk segregasi ini dapat dilihat dari pola pemukiman yang
terjadi dalam masyarakat, terdapat pemukiman kelas atas, menegah dan
bawah berdasarkan tempat atau wilayah yang dihuni. Pembahasan lebih
lanjut mengenai segregasi ruang dapat kita pelajari pada pembahasan
ekologi sosial kota.

Mennicke (Daljoeni, 1992: 55) menyebutkan bahwa yang menjadi ciri


khas masyarakat kota adalah lepasnya ikatan tradisi. Tradisi berkembang dan
terus terpelihara serta mengikat individu-individu di masyarakat pedesaan
8.32 Teori Perubahan Sosial 

namun pada saat mereka tinggal di kota-kota besar, logika akal mendapat
porsi lebih besar dalam menilai sesuatu sehingga banyak di antara mereka
yang mulai mencoba membuktikan kesalahan tradisi tersebut.Mennicke
selanjutnya menjelaskan beberapa akibat dari perkembangan kota sebagai
berikut:
1. Atomisasi dan pembentukan massa. Dalam masyarakat perkotaan
individu seperti atom didalam kumpulan masyarakat. Mereka melakukan
aktifitasnya secara sendiri-sendiri secara beraturan sesuai dengan
pekerjaanya masing-masing. Seorang individu dapat bekerja di sebuah
perusahaan dan dapat digantikan oleh yang lain ketika tidak memenuhi
spesisifikasi yang diperlukan. Masyarakat kota juga mereka berkumpul
bersama dalam suatu tempat karena adaya fasilitas pelayanan publik
yang disediakan seperti bioskop, stadion atau alun-alun tempat mereka
berkumpul tanpa harus saling mengenal satu sama lain. Anda dapat
menemukan sekumpulan orang yang menunggu bis di halte. Mereka
akan duduk bersama-sama namun sibuk dengan telepon genggamnya
masing-masing sehingga tidak terjadi komunikasi dan interaksi satu
sama lain.
2. Kepekaan stimulus dan sikap masa bodoh. Masyarakat kota seringkali
mendapatkan stimulus dengan masuknya berbagai informasi yang silih
berganti. Mereka dituntut untuk mengikuti perubahan setiap saat supaya
bisa tetap eksis dalam komunitasnya. Namun, karena banyaknya
stimulus yang masuk membuat mereka menjadi masa bodoh dengan
sekitarnya. Misalnya seringkali model fesyen cepat berubah setiap saat,
kondisi tersebut membuat masyarakat untuk selalu
mengikutiperkembangan mode sebagai bentuk eksistensi dan tidak
dikatakan ketinggalan jaman. Namun, kondisi tersebut kadang juga
menimbulkan sikap masa bodoh misalnya seorang public figur yang
berpenampilan cuek ditempat umum dengan menggunakan sandal jepit,
celana pendek, dan kaos oblong.
3. Egalisasi dan sensasi dalam masyarakat kota mempunyai arti ingin
mendapatkan kesetaraan dengan yang lain. Egalisasi dalam masyarakat
kota diartikan dengan perekonomian dengan simbol uang. Maka
masyarakat kota akan berupayakan untuk menghasilkan uang sehingga
bisa mendapatkan tempat yang sama dengan yang lain. sifat atomisasi
yang kuat menuntut seseorang untuk melakukan sensasi agar
 SOSI4305/MODUL 8 8.33

mendapatkan perhatian dari yang lain. Fenomena bunuh diri terkadang


dilakukan oleh seseorang supaya mendapatkan perhatian publik.
4. Hiburan dan mengisi waktu luang bagi masyarakat kota menjadi hal
sangat bermanfaat. Mereka memanfaatkan tempat hiburan untuk tujuan
relaksasi dari kepenatan kerjaan dan aktifitas yang padat. Sering kali
mereka mengisi waktu luang dengan ngobrol serta kumpul bersama
teman sejawat atau keluarga di pusat perbelanjaan dan ruang publik
lainnya.

Saudara mahasiswa, silakan Saudara cermati masyarakat


perkotaan di wilayah masing-masing. Kemudian, Saudara
cocokkan dengan beberapa karakteristik masyarakat
perkotaan yang sudah dijelaskan diatas.Apakah terdapat
kesamaan karakteristik tersebut dengan realitas dalam
masyarakat?
Selamat mencermati.

C. POLA PERUBAHAN MASYARAKAT PERKOTAAN.

Beberapa sosiolog seperti Ibnu Khladun, Durkehim dan Tonnies


mengkategorikan masyarakat ke dalam dua bentuk. Ibnu Khaldun
mempunyai nama lengkap Abdul Rahman Ibn Khaldun lahir di Tunisia 27
Mei 1332 atau 1 Ramadhan 732 H. Ibnu Khaldun mengkategorikan
perkembangan masyarakat dari masyarakat sederhana (pedesaan)
menuju kepada masyarakat yang kompleks (perkotaan). Proses ini terjadi
secara terus menerus (simultan) sehingga mengakibatkan transformasi dari
kultur nomaden (budaya badawi) kepada budaya menetap. Budaya yang
menetap atau budaya urban memberikan tugas dari setiap anggotanya untuk
menjaga kestabilan dan meningkatkan dorongan dalam ilmu pengetahuan,
dan keahlian.
Masyarakat badaawah mewakili komunitas pedalaman, primitif,
dan daerah gurun, yang biasa juga disebut nomadik. Masyarakat
hadlaarah mewakili masyarakat perkotaan yang hidup teratur, tersedia
fasilitas dan lapangan kerja sehingga masyarakat dapat membangun
peradaban.Masyarakat hadhaarah atau masyarakat perkotaan mempunyai
8.34 Teori Perubahan Sosial 

jenis dan bentuk pekerjaan yang sangat heterogen dan sudah mempunyai
kontrol sosial untuk mengatur kehidupan anggotanya. Mereka mempunyai
kecenderungan untuk menikmati kemewahan dan berprilaku hedonis.
Hedonis ini karena sudah tersedianya fasilitas sehingga memudahkan mereka
untuk menikmati fasilitas ada. Setiap individu mempunyai spesifikasi dan
spesialisasi pekerjaan tersendiri berdasarkan keahlian dan keterampilan yang
dimilikinya. Tersedianya fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhannya secara
cepat menjadikan msyarakat perkotaan menyukai hal yang instant. Sebagai
contoh, karena diwilayah perkotaan banyak tersedia makanan yang siap saji
maka bagi mereka masalah konsumsi merupakan lebih pada pemilihantempat
yang diinginkan. Ketika mereka menginginkan ayam goreng dapat memesan
langsung secara cepat lewat telpon dengan berbagai sajian yang ditawarkan
seperti KFC, McDonald dan waralaba lainnya.
Karena masyarakat kota cenderung bersifat individualis dan lebih
berorientasi pada keduniaan maka hubungan kekeluargaan diantara mereka
cenderung mengendur dan melemah. Masyarakat hadlaarah dapat juga
disebut sebagai persekutuan inaktif dimana gaya hidup masyarakat tampak
statis yang ditandai dengan pasivitas, kejenuhan dan kelambanan. Sifat ini
dialami oleh masyarakat sudah lama tinggal di perkotaan dan terjangkit
dengan “sifat buruk kota” (Kartono 2004: 3.10). Lebih jelasnya tabel berikut
adalah beberapa ciri perubahan pola masyarakat badawah ke hadharah.

Tabel 8.2
Pembagian Masyarakat menurut Ibnu Khaldun

Masyarakat Badawah Masyarakat Hadharah


merupakan komunitas pedalaman, primitif mempunyai jenis dan bentuk pekerjaan
dan tinggal di daerah Gurun sangat heterogen dan sudah ada kontrol
sosial untuk mengaturkehidupan anggotanya
 pola hidup sederhana  hidup mewah dan mempunyai
 bentuk pekerjaan masih homogen kecenderungan hedonis
 sangat liar dan keras  spesialisasi pekerjaan
 mempunyai rasa sayang yang kuat  cendrung malas dan menyukai yang
 mempunyai sifat otonom dan kebebasan instant
dalam menentukan sikap  hubungan ashabiyah (kekerabatan)
 sangat terpengaruh oleh kewibawaan kendur dan melemah
syeikh atau pemuka suku  kurang bersahaja, individualisme&
berorientasi pada keduniaan
 ketergantungan pada hukum sosialdan
kekuasaan
 SOSI4305/MODUL 8 8.35

 kewibawaan bersifat formal,adanya


penguasa dan pemerintahan resmi

Emile Durkheim (1858-1917) seorang sosiolog asal Prancis


membedakan kategori masyarakat dengan solidaritas mekanik dan
organik. Solidaritas mekanik identik dengan masyarakat pedesaan
sedangkansolidaritas organik identik dengan masyarakat perkotaan.
Masyarakat perkotaan merupakan masyarakat yang mempunyai pembagian
kerja yang jelas dan mempunyai bagian masing-masing sebagaimana organ
tubuh yang mempunyai fungsi masing-masing. Dalam karyanya The Division
of Labourmenjelaskan tentang pembagian kerja dalam masyarakat yang
mengarah pada fenomena perkotaan. Pembagian kerja dalam masyarakat
perkotan tidak muncul secara tiba-tiba namun berhubungan dengan fenomena
yang terjadi pada saat itu, yaitu meningkatnya industri modern. Dengan
meningkatnya penggunaan mesin industri mempengaruhi pada terbentuknya
pembagian kerja yang ekstrim. Pembagian kerja ini tidak hanya terjadi pada
dunia ekonomi, akantetapi juga tumbuh mempengaruhi bidang politik,
administrasi dan hukum yang terus berkembang dan lebih spesialisasi.
Seseorang dituntut untuk mempunyai keahlian khusus dalam satu bidang dari
pada dia memahami berbagai hal tapi tidak menguasainya. Pendidikan
semakin tumbuh dan terspesialisasi, dengan demikian individu tidak harus
dimasukan pada budaya yang seragam tapi hendaknya berbeda sehingga
mempunyai fungsi yang berbeda dan menjadi ahli dibidangnya dalam satu
aspek, sehingga ada asumsi “ make yourself usefully fulfill a determinate
function” (Durkheim 1964: 43).
Pada solidaritas organik setiap individu mempunyai peranan yang
berbeda satu sama lain. Demikin juga dalam masalah hukum lebih bersifat
restitutif yaitu lebih mendorong memulihkan relasi sosial yang terganggu
pada keadaan semula. Hal ini dilakukan dengan cara menghukum pelaku agar
bertanggung jawab terhadap tindakan kriminal yang dilakukannya. Tipe
solidaritas organik lebih menekankan pada fungsi, karena masing-masing
individu mempunyai fungsi yang khusus. Disini terdapat perbedaan dan
keragaman fungsi dimana masing-masing mempunyai ketergantungan satu
sama lain.

Tabel 8.3
Tipologi Masyarakat menurut Durkheim
8.36 Teori Perubahan Sosial 

Faktor Mekanik Organik


Perilaku Di dominasi oleh tradisi, Lebih individualitas, spesialisasi
keyakinan, pendapat pekerjaan menyebabkan
masyarakat lebih individualitas.
Hukum, Moral dan Hukuman yang bersifat represif Penekanan pada hukum restitutif
Kontrol Sosial
Struktur Politik Pertemuan Publik Hubungan kontraktual
pemerintahan kepada masyarakat
Ekonomi Berbagi - properti komunal Properti berdasarkan kontrak dan
milik pribadi

Agama Totemic, bersifat lokal sesuai Kepercayaan terhadap tuhan


kepercayaan suku yang secara pribadi, monoteisme atau
bersangkutan. politeisme

Bunuh diri Altruistic Egoistic and anomic


Sumber: Kinloch 1977: 87

Ferdinand Tonnies (1855-1936) seorang sosiolog asal Jerman


mengkategorikan masyarakat ke dalam dua bentuk yaitu gemeinschaft
(desa) yang berlandaskan natural will dan gesellschaft (Kota) yang
berlandaskan rasional will.Masyarakat kota identik dengan masyarakat
yang memiliki interaksi secara luas, mengenal pabrik industri modern,
munculnya kompetisi dalam bidang perekonomian, berhubungan satu dengan
yang lain secara impersonal dan berlandaskan hubungan atas dasar manfaat
secara ekonomi. Pola perubahan dari masyarakat desa ke kota berjalan secara
alamiah mengikuti proses alam seiring dengan perjalanan waktu.
Masyarakat yang awalnya bersifat komunal berkelompok berdasarkan
golongan atau suku pada masyarakat kota berubah menjadi masyrakat yang
terbuka dan menjalin kelompok secara luas.Kondisi ini terjadi karena wilayah
perkotaan merupakan wilayah yang banyak didatangi oleh individu dari
berbagai wilayah sehingga kehidupan masyarakat dalam melakukan interaksi
sosial dibangun lebih terbuka secara umum dengan siapapun. Masyarakat
kota merupakan masyarakat industrial karena banyak kebutuhan yang
diperlukan konsumen sehingga dituntut untuk dapat memproduksi barang
secara massal. Situasi ini didukung dengan perkembangan mesin industri
modern sehingga memungkinkan untuk terbentuknya pabrik industri yang
dapat menghasilkan komoditas secara masssal. Hubungan yang dibangun
diantara masyarakat perkotaan berdasarkan kepentingan ekonomi bukan
 SOSI4305/MODUL 8 8.37

berdasarkan hubungan keluarga. Mereka saling membutuhkan satu dengan


yang lain karena ada kepentingan ekonomi yang ingin didapatkan sehingga
hubungan yang terbentuk bersifat impersonal dan artificial. Hubungan yang
dibangun lebih pada kebutuhan yang diperlukan oleh individu sehingga
apabila kebutuhannya terpenuhi hubungan tersebut bisa berakhir. Seorang
karyawan dengan pimpinan menjalin hubungan ketika mereka berada dalam
tempat kerja atau kantor yang sama. Namun, ketika salah satu dari keduanya
berhenti maka hubungan mereka akan terhenti dengan sendirinya dan mereka
akan melanjutkan hubungan dengan orang baru yang menggantikan posisinya.
Motif masyarakat perkotaan dalam melakukan pekerjaan bertujuan untuk
tercapainya nilai ekonomi berbeda dengan masyarakat pedesaan yang masih
berlandaskan saling menolong dan melindungi. Dengan kata lain semua tidak
ada yang dikerjakan cuma-cuma tapi ada upah yang didapatkan. Sehingga
norma yang ada dalam masyarakat perkotaan berlandaskan pada nilai
ekonomi, buruh dan konsumsi. Di kota semua barang dan jasa mempunyai
nilai ekonomi sehingga banyak buruh kasar atau tukang panggul yang
mencari nafkah dengan menjadi kuli angkut di pasar. Tentunya ini berbeda
dengan kondisi pada masyarakat di pedesaan yang berlandaskan pada norma
kekeluargaan dan tolong menolong. Masyarakat perkotaan lebih
mengutamakan kontrak pertukaran ekonomi yang didapatkan bukan
berlandaskan pada hubungan persaudaraan, persamaan tempat atau pemikiran.
Kekuasaan menjadi ukuran dalam menentukan otoritas. Untuk lebih jelasnya
marilah kita lihat tabel di bawah tentang beberapa perubahan dari masyarakat
gemeinshaft (pedesaan) menuju masyarakat gesellschaft (perkotaan).

Tabel 8.4
Tipologi Masyarakat menurut Ferdinand Tonnies

Faktor-faktor Gemeinshaft Gesellschaft


Kehidupan Berkelompok Bersifat umum
Masyarakat Tradisional Industri
Hubungan Kekeluargaan, tertutup dan Berlandaskan ekonomi,
mempunyai ikatan yang erat Impersonal, buatan.
Motivasi Saling membantu dan melindungi Kompetisi ekonomi.
Norma Kasih sayang, saling pengertian, Berdasarkan nilai ekonomi,
selalu bersama pekerjaan dan konsumsi
Kelompok Berdasarkan struktur keluarga Berdasarkan kelas ekonomi
kepemilikan Berkelompok Individual
Otoritas Ketua suku Kekuasaan
Ikatan Persamaan darah, tempat dan Berdasarkan kontrak ekonomi
8.38 Teori Perubahan Sosial 

pemikiran
Sumber: Kinloch 1977: 90

Saudara mahasiswa, untuk lebih memahami perubahan


masyarakat dari satu kelompok ke kelompok lainnya
berdasarkan beberapa penjelasan diatas. Silahkan Saudara
amati masyarakat pedesaan dan perkotaan yang ada di
wilayah Saudara masing-masing.
Kemudian, cermati mengapa masyarakat perkotaan
cenderung lebih individual dan rasional.

D. PERUBAHAN FUNGSI RUANG PUBLIK

Ekologi berasal dari kata oikos yang berarti segala hal yang berhubungan
dengan rumah atau tempat tinggal termasuk penghuni dan kegiatannya.
Neilson (1972) sebagaimana dikutip Kartono menjelaskan ekologi dibagi
menjadi tiga, yaitu ekologi tumbuh-tumbuhan, ekologi binatang dan ekologi
manusia. Ekologi manusia meliputi ekologi manusia dan ekologi sosial.
Ekologi manusia mempelajari hubungan manusia dengan lingkungannya
sedangkan ekologi sosial mempelajari hubungan kelompok manusia dengan
lingkungannya. (Kartono, 2010: 6.3).
Ekologi merupakan studi tentang penyesuaian diri dari organisme
tumbuhan dan binatang dengan lingkungannya. Ekologi sosial sebagai studi
tentang relasi sub-sosial antar manusia, daerah-daerah sosial budaya
dan menggambarkan sebaran keruangan dalam suatu komunitas.
Ekolog di Chicago School mengatakan bahwa manusia hidup dalam sebuah
habitat yang dikenal dengan komunitas, yaitu suatu struktur yang meliliki
unsur populasi, habitat dan kebutuhan dan berfungsi untuk memfungsikan
struktur dalam suatu wilayah kota atau desa. Populasi melihat orang dalam
berbagai aspek seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, kepercayaan,
pendapatan, kelas sosial, kelompok atau rasial. Habitat meliputi lingkungan
 SOSI4305/MODUL 8 8.39

alami seperti pegunungan atau lingkungan yang merupakan hasil kreasi


manusia seperti lingkungan industri.Sedangkan kebutuhan melingkupi semua
kebutuhan yang diperlukan dalam kehidupan manusia sebagai fasilitas,
infrastruktur penunjang kehidupan (Daldjoeni, 1992:94).
Robert Ezra Park (1864-1944) seorang ekolog mengatakan bahwa kota
modern sebagai struktur komersial yang keberadaannya ditentukan
oleh pasar, terdapat pembagian kerja dan sistem kemasyarakatan yang
didasarkan pada kepentingan pekerjaan atau profesi. Sebuah kota
mempunyai struktur formal seperti birokrasi diberbagai bidang, rasional,
individual dan segmental. Kajian perkotaan harus menggunakan teknik
observasi dan melihat kota sebagai organisme sosial yang didasari oleh
pendekatan ekologi, dengan prinsip persaingan dan pengorganisasian
komunitas yang didasarkan pada prinsip dominasi.

Tabel 8.5
Persamaan dan Perbedaan Park dengan Ekologi

Persamaan Perbedaan
 mengkaji dengan pendekatan  dalam masyarakat manusia terjadi
ekologis pembagian kerja.
 dalam alam ada kesatuan dan saling  manusia mampu melakukan
ketergantungan antar anggota sistem penemuan-penemuan
 “the iron law of nature”, jika satu  manusia menciptakan bahasa dan
spesies tidak mampu menyesuaikan budaya sehingga mampu
diri atau beradaptasi akan menciptakan organisasi yang
mendapatkan konsekuensi lebih kompleks
 tidak ada tujuan akhir pada alam,
binatang, tumbuhan atau manusia

Pendekatan ekologi dipelopori oleh Park dan Burgess dengan


memandang kota sebagai tatanan ekologi. Di dalam kota, manusia belajar
untuk bersaing satu dengan kelompok lain, tidak hanya secara individu.
Sebuah kota dapat disusun sebagai habitat tertutup, individu. dan kelompok
yang saling bergantung bersaing untuk mencari sumber daya langka yang
mereka perlukan. Sumber daya tersebut yaitu persediaan komoditas ekonomi
yang tidak cukup (langka) dan kurangnya ruang fisik yang bernilai. Kedua
bentuk tersebut dilihat sebagai hal yang saling berhubungan. Manusia
membutuhkan kebutuhan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kelangkaan akan terjadi ketika banyaknya permintaan terhadap kesediaan
8.40 Teori Perubahan Sosial 

barang. Salah satu sumber daya yang paling penting yang dapat
mendatangkan keuntungan ekonomi adalah ruang (Nurhayati, 2013).
Model konsentris yang diterapkan oleh Burgess merupakan peta Chicago
yang menggambarkan sebuah kota yang berkembang dan terorganisir. Model
ini merupakan model ideal yang melihat keteraturan pola penggunaan lahan
dan adanya interelasi antara elemen-elemen wilayah kota yang dapat
diterapkan di negara barat atau maju seperti Chicago dan Amsterdam. Burges
yang terkenal dengan “concentric zone hypothesis” membaginya ke dalam 5
zona daerah pusat bisnis (central business district), zona peralihan (transition
zona), zona perumahan para pekerja (zona of working men’s homes), zonz
pemukiman yang lebih baik (zona of better residences) dan zona para
penglaju (zona of commuters).

Gambar 8.5
Struktur Konsentris Burgess

Model Hoyt dikenal dengan The Sector Theory, model inimerupakan


respon terhadap model Burgess. Model Hoyt mencerminkan pola kota yang
meluas ke arah tertentu dengan berbagai bagian-bagian khusus seperti sektor
pertokoan, industri, pemukiman, hiburan, rekreasi, olah raga dan sektor-
sektor lain untuk memberikan kesan kenyamanan dan kesenangan
penghuninya. Menurut Hoyt perdagangan dan manufaktur cendrung
meluaskan sektornya keluar. Persebaran penggunaan lahan tidak monoton,
pengelompokan tata guna lahan di kota menyebar dari pusat ke arah luar.
 SOSI4305/MODUL 8 8.41

Gambar 8.6
Teori Sektor Hoty

Multiple Nuclei Theorydikemukakan oleh Harris dan Ullman, menurut


mereka suatu kota terdiri dari beberapa pusat yang berkembang. Ada bagian-
bagian kota dengan fungsi tertentu sehingga membentuk daerah pertokoan,
pemukiman, pabrik industri, perbank-an yang membentuk kegiatan
perekonomian.

Gambar 8.7
Teori Inti Ganda
8.42 Teori Perubahan Sosial 

Penempatan tata ruang dalam perkotaan berhubungan dengan


aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat, sehingga mempunyai
pertimbangan khusus dalam letak suatu kawasan. Hal ini meliputi empat
kriteria dasar (Kartono, 2010: 6.18):
1. penempatan aktifitas tertentu berhubungan dengan fasilitas yang
mendukung aktifitas tersebut, misalnya penempatan pusat bisnis di
wilayah yang mempunyai akses mudah.
2. menempatkan beberapa aktifitas ditinjau dari manfaatnya, misalnya
industri berdekatan dengan pemukiman para pekerja.
3. aktifitas yang memiliki efek negatif berjauhan dengan pemukiman kelas
atas, misalnya polusi asap akan memberikan dampak bagi penghidupan
di perumahan elit.
4. beberapa aktifitas yang kurang diinginkan diletakan di daerah-daerah
kurang diminati, misalnya penyimpanan barang atau gudang di wilayah
pinggiran atau wilayah kumuh.

Dengan demikian, wilayah dan individu berkembang sesuai dengan


fungsinya dan terpisah. Satu dengan yang lain berkembang dan saling
menguatkan dan terpisah secara ruang. Sebagaimana diungkapkan oleh
Lefebvre(1992) dalam The Production of Space bahwa ruang sebagai
produk sosial, atau konstruksi sosial yang kompleks berdasarkan nilai
dan produksi sosial atas makna yang mempengaruhi praktik ruang dan
persepsi atas ruang. Lefebvre berpendapat bahwa produksi sosial atas
ruang kota adalah dasar bagi reproduksi masyarakat diantaranya
disebabkan oleh kapitalisme. Banyak terjadinya keseragaman pola
konsumsi di perkotaan merupakan reproduksi yang diciptakan oleh
masyarakat terhadap produk sosial masyarakat. Disinilah perkotaan menjadi
ruang yang dapat menciptakan kontradiksi dalam fungsi dengan realitas yang
dialami masyarakat kota.
Konsep ruang publik dikemukakan oleh Habermas (1989) sebagai buah
karya pemikirannya dalam bidang sosiologi. Pemikiran Habermas mengenai
ruang publik dikemukan dalam bukunya yang berjudul “the structural
transformation of the publik sphere: an inquiry into a category of bourjuis
society “ (1989). Ruang publik merupakan ruang atau arena yang
diciptakan oleh masyarakat sebagai tempat berkumpul dan bertukar
pikiran dalam membicarakan masalah sosial dan politik yang terjadi di
sekitar kehidupan masyarakat. Ruang ini bersifat bebas dan otonom
 SOSI4305/MODUL 8 8.43

sebagaisarana individu atau kelompok berdiskusi dan bertukar pendapat.


Ruang publik dapat dikatakan sebagai jaringan untuk mengkomunikasikan
informasi dan beberapa cara pandang. Informasi yang didapatkan pada
prosesnya menjadi simpul opini publik yang spesifik sesuai topiknya. Dan
selanjutnya, dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam struktur
politik dan hukum yang mapan. (Sumaryanto: 2008).
Bagi Habermas (1989), ruang publik memiliki peran yang cukup berarti
dalam proses berdemokrasi atau sebagai wahana diskursus masyarakat dalam
menyatakan opini-opini, kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan
mereka secara diskursif. Ruang publik merupakan tempat warga untuk
berkomunikasi tentang ungkapan pemikiran dan penyampaian kritik terhadap
politik secara bebas, terbuka, transparan dan bersifat otonom. Mereka bebas
untuk menyatakan sikap dan argumen terhadap negara dan pemerintah tanpa
adanya intervensi dari pemerintah. Ruang publik harus mudah diakses semua
orang untuk menghimpun kekuatan solidaritas masyarakat untuk melawan
mesin-mesin pasar/kapitalis dan mesin-mesin politik. (Darajati: TT)

Sumber: https://klasika.kompas.id/pemanfaatan-ruang-publik/

Gambar 8.8. Ruang Publik


8.44 Teori Perubahan Sosial 

Saudara mahasiswa, ruang publik mempunyai fungsi


penting bagi masyarakat. Namun, dari beberapa ruang
publik yang ada seperti trotoar atau halte bis kadang-
kadang digunakan untuk berjualan. Bagaimana
pendapat Saudara menanggapi permasalahan ini?
Selamat mencermati.

E. PERMASALAHAN PERKOTAAN

Menurut Lerner, urbanisasi dan pertumbuhan kota merupakan


indikator dari modernisasi dan kemajuan, akan tetapi proses urbanisasi
pada saat ini seringkali menimbulkan permasalahan sosial (Chen and
Evers, 1978). Permasalahan tersebut misalnya timbul perumahan kumuh,
kesemrawutan dan permasalahan sosial lainya. Tidak berimbangnya jumlah
yang datang dengan keterbatasan pekerjaan formal pada akhirnya banyak
yang memilih sektor informal. Mereka berada pada wilayah yang dekat
dengan wilayah industri dan perdagangan untuk menekan biaya transportasi.
Situasi dan kondisi ini kadang menyebakan permasalahan kota yaitu
terbentuknya perkampungan kumuh atau slum area.Semakin tinggi arus
urbanisasi atau migrasi yang tidak berimbang dengan ketersediaan daya
tampung kota maka semakin bertambah problem sosial yang ditimbulkannya.
Saudara mahasiswa, untuk lebih jelasnya, marilah kita simak beberapa
masalah perkotaan dibawah ini
Perumahan diperkotaan mempunyai ragam yang menunjukan kelas
sosial masyarakat. Diferensiasi sosial penghuni perumahan dapat tercermin
dari wilayah yang dihuni oleh masyarakat. Perumahan kelas elit, menengah
dan bawah dapat dilihat dari lokasi dimana perumahan tersebut dibangun.
Perumahan diperkotaan masih menyimpan beberapa permasalahan yang
harus diselesaikan bersama sebagai masalah sosial. Semakin banyaknya
masyarakat yang datang ke wilayah perkotaan dan terbatasnya wilayah
pemukiman terkadang menimbukan pemukiman kumuh atau slum area.
Kesenjangan ini dapat kita lihat secara nyata antara perumahan kumuh yang
berada dipinggiran kali dengan perumahan elit dalam masyarakat.
 SOSI4305/MODUL 8 8.45

Sumber: http://www.arsindo.com/umum/pemukiman-kumuh-di-jakarta/

Gambar 8.9
Pemukiman Kumuh di Perkotaan

Dalam menangani permasalahan perumahan kumuh yang tidak layak


huni pemerintah berupaya memberikan solusi berupa pembangunan rumah
susun untuk mensiasati keterbatasan lahan di perkotaan. Program rumah
susun yang disediakan oleh Pemerintah DKI Jakarta diantaranya yaitu rusun
di Kemayoran. Program terbaru dari DKI mengenai pemukiman yaitu
dibentuknya kampung deret. Langkah ini dilakukan bertujuan untuk
memberikan fasilitas perumahan bagi masyarakat dengan tidak mencabut
penduduk dari akar hidup atau lingkungannya khas yang menjadi bagian
pokok dari identitas mereka.
8.46 Teori Perubahan Sosial 

Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/pembangunan-kampung-deret-di-
dki-warga-diminta-
kompak/76123.http://www.tribunnews.com/metropolitan/2015/0
5/30/2017-ahok-target-bangun-7000-unit-rusun-di-kemayoran-
untuk-pekerja

Gambar 8.10
Rumah Susun dan Kampung Deret

Transportasi menjadi kebutuhan mendasar bagi masyarakat perkotaan


untuk menunjang mobilitas masyarakat kota dalam menjalankan aktifitasnya
sehari-hari. Masalah transportasi di kota-kota besar menyangkut beberapa
faktor yang saling berkaitan erat satu sama lain yaitu; manusia (disiplin&
kebijakan lalu lintas), Prasarana (infrastruktur), alat transportasi (kendaraan
pribadi & umum) dan rencana pembangunan kota (Marbun, 1979:86).
Meningkatnya jumlah kendaraan tanpa diikuti oleh pembangun jalan
telah menimbulkan kemacetan. Salah satu alasan masyarakat belum
menggunakan transportasi publik karena rendahnya tingkat kenyamanan
yang mereka dapatkan. Kenyamanan fasilitas umum menjadi pekerjaan
rumah yang utama bagi pemerintah untuk mengalihkan moda transportasi
pribadi ke transpotasi umum sehingga dapat mengurangi kemacetan.
Perencanaan dan penyediaan transportasi umum yang nyaman dan memadai,
pengaturan pola lalu lintas dan pembatasan kepemilikan kendaraan pribadi
dan kendaraan dinas merupakan strategi yang bisa dikembangkan untuk
perencanaan transportasi. Kemacetan telah menimbulkan dampak lamanya
jarak tempuh yang harus dicapai selain terjadinya pemboroson bahan bakar
dan timbulnya polusi. Perencanaan dan pengembangan strategi transpotasi
diperlukan untuk mengatasi kemacetan. Strategi ini dilakukan dengan
membuat perencanaan dan pembuatan sarana jalan yang memadai untuk
 SOSI4305/MODUL 8 8.47

mendukung keperluan transportasi. Lokasi tempat tinggal, tempat kerja dan


tempat rekreasi ditata sehingga memudahkan jarak tempuh yang cepat dan
ekonomis.

http://www.tribunnews.com/images/regional/view/707182/400-titik-
kemacetan-di-jakarta
Gambar 8.11
Kemacetan sebagai Masalah Transportasi

Penyediaan dan pelayanan kendaraan umum harus merupakan titik


sentral dari pola kebijakan transportasi kota. Saat ini pemerintah sedang
berupaya membangun MRT (Mass Rapid Transportation) yang bertujuan
untuk mengurangi tingkat kemacetan dengan menyediakan transportasi
publik yang nyaman dan dapat mengangkut penumpang dalam jumlah
banyak. Menyediakan fasilitas transportasi publik yang nyaman, aman, tertib
dan teratur akan mendorong orang beralih dari kendaraan pribadi ke
kendaraan umum. Setelah fasilitas tersebut memadai selanjutnya pemerintah
mengeluarkan kebijakan pembatasan kendaraan pribadi dan dinas.
Pembatasan ini untuk menanggulangi kemacetan karena menambah
prasarana jalanan di kota bukanlah suatu hal yang mudah karena keterbatasan
lahan.
Perkembangan industri dan teknologi di perkotaan telah
menimbulkan pencemaran lingkungan seperti knalpot kendaraan bermotor,
asap dan limbah pabrik. Selain itu sampah plastik dari bekas kemasan
konsumsi masyarakat susah teruarai dalam tanah sehingga mencemari
lingkungan. Pencemaran lingkungan meliputi pencamaran udara, air dan
tanah yang berdampak pada terganggunya lingkungan kehidupan di
8.48 Teori Perubahan Sosial 

sekitarnya. Pada umumnya negara berkembang belum mempunyai


pengetahuan dan fasilitas yang memadai cara khusus bagi pembuangan
limbah pabrik, sarana penjernihan air kotor dan penaggulangan sampah yang
memadai. Pencemaran lingkungan dapat dibagi ke dalam tigakelompok
(Marbun, 1979: 106) yaitu:
1. berasal dari pabrik, berupa debu, asap, cairan buangan pabrik, reaksi
kimia, kebisingan dll.
2. efek samping dari kemajuan teknologi seperti asap knalpot kendaraan
bermotor, sampah plastik dan lain-lain.
3. sampah produksi manusia berupa sampah biologis dan nonbiologis.

Sumber:
https://health.detik.com/read/2016/01/04/063745/3109689/763/agustus-
polusi-udara-di-jakarta-sudah-dalam-tahap-bahaya
https://eramas2000.wordpress.com/2011/09/28/pencemaran-lingkungan-
di-sekitar-kita/
Gambar 8.12
Polusi udara dan Sampah di Perkotaan

Pencemaran lingkungan berupa asap knalpot kendaraan berbahaya bagi


kesehatan terutama sistem pernafasan. Kebijakan pemerintah mengeluarkan
aturan dalam penggunaan transportasi publik setidaknya dapat mengurangi
pencemaran lingkungan dan kemacetan.

Saudara mahasiswa, untuk memperkuat pemahaman


saudara tentang permasalahan kota, coba Anda
cermati beberapa permasalahan yang Saudara
temukan di lingkungan Saudara. Mengapa
permasalahan tersebut terjadi?
Selamat mencermati.
Semoga sukses.
 SOSI4305/MODUL 8 8.49

F. PEMBANGUNAN PERKOTAAN

Manajemen perkotaan (urban management) merupakan pendekatan


kontemporer untuk menganalisis permasalahan perkotaan. Aktor-aktor yang
terlibat secara langsung dalam manajemen perkotaan meliputi lembaga
formal, informal dan non-pemerintah. Terdapat dua pendekatan yang
digunakan manajemen perkotaan, pertama pendekatan problem-oriented
teknokratis yang lebih memfokuskan pada peningkatan kinerja lembag-
lembaga yang ada dalam masalah perkotaan. Kedua, pendekatan ekonomi-
politik struktural yang lebih memfokuskan pada akar permasalahan perkotaan
dalam konteks struktur ekonomi politik nasioanal dan internasional
(Nurmandi, 1999: 96). Pendekatan lain muncul untuk menengahi antara
kedua pendekatan tersebut, yaitu pendekatan improving hand yang berusaha
mengajukan pemecahan masalah melalui pendekatan manajerial namun tidak
menghindari analisis ekonomi politik.Beberapa konsep dalam manajemen
perkotaan yang diajukan oleh Proud’homme sebagaimana dikutip oleh
Nurmandi (1999) adalah sebagai berikut:
1. Koordinasi internal. Koordinasi ini dijalin antara sektor pemerintah dan
swasta untuk memacu pembangunan kota. Pertama, koordinasi publik-
private partnership dengan konsep swastanisasi sektor publik melalui
pengambilan keputusan, provisi, pembayaran dan pembiayaan dalam
berbagai pelayanan kota. Kedua, koordinasi mekanisme formal dan
informal. Contoh mekanisme informal adalah gotong royong yang
dimanfaatkan oleh pemerintah kota untuk meningkatkan keterlibatan
masyarakat dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur fisik
dasar. Ketiga, koordinasi antara politisi dengan kaum profesi sebagai
upaya kerjasama untuk menghindari konflik ideologi, kebijakan dan
kepentingan. Keempat koordinasi antar sektor yang merupakan
koordinasi kebijakan antar departemen terkait.
2. Koordinasi vertikal. Koordinasi tingkat pemerintahan, terutama
pemerintahan pusat dengan daerah seperti pemberian kewenangan dalam
otonomi daerah. Contohnya koordinasi ini berupa subsidi, mandat,
pembuatan petunjuk pelaksanaan dan teknis dalam suatu program
pembangunan desa yang diberikan pemerintah pusat.
8.50 Teori Perubahan Sosial 

3. Koordinasi horizontal. Koordinasi antara unit-unit politik dalam satu


kesatuan daerah perkotaan pada pemerintahan daerah atau pusat. Selain
itu ada penguatan lembaga-lembaga pemerintahan yang berskala
metropolitan dalam menjalankan fungsi khusus dan fungsi umum.
Lembaga umum menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan yang bersifat
politis seperti koordinasi, keamanan, ketertiban dan pembinaan
masyarakat.Sedangkan lembaga yang bersifat khusus menjalankan tugas
teknis seperti pembuatan gorong-gorong, pengelolaan sampah dan lain-
lain (Nurmandi, 1999: 96-112).

Tabel 8.6
Kriteria lembaga umum dan khusus dalam skala metropolitan
Umum Khusus
Tanggung Jawab Banyak Satu
Jumlah Satu Lebih dari satu
Wilayah Metropolitan Berbagai lingkungan sesuai
dengan tugas
Hakekat tugas Politis Teknis
Badan yang memerintah Dipilih Diangkat
Keuangan Pajak Subsidi
Pendekatan Administratif Lebih pada aspek bisnis
Sumber : Remy Proud’homme, 1996 dalam Nurmandi 1991

Perencanaan kota (urban planning) adalah sebuah kegiatan atau


prosedur yang mengatur segala sesuatu untuk mengontrol konsekuensi-
konsekuensi tindakan yang diambil dalam merencanakan suatu
lingkungan tertentu. Kegiatan ini lebih luas dari perencanaan lahan,
ekonomi, politik, administratif, dan sosial yang mempengaruhi kota.
Perencanaan kota dibutuhkan bagi para pengambil keputusan untuk
melakukan penataan kawasan industri supaya tidak semakin semrawut akibat
pertumbuhan industri dan ekonomi yang pesat disertai derasnya arus
urbanisasi.
Dalam merencanakan perkembangan kota-kotanya, Indonesia banyak
mencontohpengalaman dari negara-negara Barat, terkait dengan rehabilitas
dan pemugaran kota-kota lama. Beberapa model pengalaman negara-negara
tersebut dalam merehabilitasi dan memugar kota lamanaya adalah sebagai
berikut (Kartono, 2012: 9.9).
 SOSI4305/MODUL 8 8.51

1. Perancis; membongkar beberapa bagian kota yang tua dan buruk lalu
mengubahnya menjadi perumahan yang dilengkapdengan taman. Jalan-
jalannya dibuat lurus dengan memperhatikan sirkulasi yang baik.
2. Jerman; memugar kota dengan membuat beberapa jalan yang mengitari
pusat kota. Fokus perbaikan adalah pada kawasan pemukiman, industri,
dan perdagangan.
3. Inggris; merencanakan kota dengan tingkat kepadatan yang rendah dan
menyertakan kebun-kebun di daerah pemukiman.
4. Amerika Serikat; mengisi kota dengantaman-taman, open space dan
tempat bermain. Jalan-jalan dibuat lurus dan berpotongan.

Arah pengembangan perkotaan di Indonesia untuk menciptakan kota


yang aman, damai dan sejahtera bagi warganya. Visi pengembangan
perkotaan di Indonesia terdapat dalam Permen PU No: 494/PRT/M/2005
tentang kebijakan dan Strategi Nasioanal Pengembangan Perkotaan sebagi
berikut:
“terwujudnya kawasan perkotaan yang aman, layak huni, berkeadilan
sosial, sejahtera, berbudaya, produktif, dan berkembang secara
berkelanjutan, serta saling memperkuat, dalam mewujudkan
pengembangan wilayah.”

Untuk mewujudkan visi tersebut perlu adanya kerjasama antara


pemerintah sebagai pemberdaya masyarakat sebagai pelaksana. Selain itu
jugadibutuhkan perumusan misi sebagai penerjemahan dari visi. Wujud visi
pengembangan kota ini ditunjukan dengan beberapa kriteria yaitu:(1)
mengembangkan kota yang aman dan layak huni, (2) mengembangkan kota
yang sejahtera, (3) mengembangkan lingkungan kota yang berkeadilan sosial
dan berbudaya, (4) mengembangkan pembangunan kota yang berkelanjutan,
(5) mengembangkan pola pengelolaan kota berdasarkan tata pemerintahan
yang baik, serta (6) mengembangkan keseimbangan dan keterkaitan antara
kota dan antara kota-desa (Nurhayati, 2013).
Dalam menghadapi berbagai permasalahan kota diperlukan suatu
sistem pembangunan yang aspiratif, sistematis, serta memberikan ruang
partisipasi bagi masyarakat sehingga mampu memenuhi kebutuhan,
kepentingan dan harapan masyarakat kota. Pemerintah harus melakukan
kebijakan bottom-up, partisipatif serta memberikan pelayanan terhadap
masyarakat untuk pengembangan good governance. Adapun esensi dalam
8.52 Teori Perubahan Sosial 

penyelenggaraan pelayanan publik adalah sebagai berikut (Kartono,


2012:9.18):
1. adanya kewajiban pada pihak administrasi negara untuk menjalankan
fungsi dan wewenangnya berdasarkan prinsip-prinsip pemerintahan yang
baik dan bersih
2. pengakuan terhadap hak asasi setiap warga negara atas pemerintahan dan
perilaku administrasi yang baik
3. keanekaragaman jenis serta lingkup pelaksanaan publik di Indonesia
sebagai akibat dari adanya keragaman urusan dan kepentingan
masyarakat yang harus dipenuhi melalui penyelengaraan pelayanan
publik.

Lebih lanjut Christian Gronroos sebagaimana di kutip Kartono (2012)


menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan
adalah sebagai berikut:
1. tangibelity; kepuasan masyarakat terhadap penampilan fisik petugas dan
ruang pelayanan yang diberikan.
2. security; kepuasan masyarakat terhadap keamanan dalam memperoleh
pelayanan yang diberikan.
3. courtesy; kepuasan masyarakat terhadap kepastian biaya dan waktu.
4. responsiveness; kepuasan masyarakat terhadap kemampuan petugas
pelayanan untuk menolong pelanggan dan ketersediaan untuk melayani
pelanggan terbaik.
5. accessibility; kemudahan memperoleh layanan.
6. communication; ketercakupan informasi yang diberikan atau disediakan
pada masyarakat.
7. credibility; kepuasan terhadap kredibilitas pemberi layanan.

Negara dalam penyelenggaraan pemerintahmemerlukan pembiayaan


untuk pelaksanaan program. Pembiayaan bisa diambil dari APBN sebagai
instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara. Sumber
keuangan lainnya yaitu sistem bagi hasil pajak ataupun sumber daya alam.
Dana hibah merupakan transfer kepada daerah dengan tidak berdasarkan
pembagaian atas sebuah pendapatan. Sumber pendanaan APBD merupakan
rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui
oleh DPRD. Sumber pembiayaan lain dilakukan dengan adanya kerjasana
dengan pihak lain seperti lembaga donor internasional seperti sumber
 SOSI4305/MODUL 8 8.53

pembiayaan lain; UNICEF, UNDP, UNESCO. Pembiayaan pemerintah kota


melalui infrastructur bank (BLU) untuk menyiapkan perumusan kebijakan,
standarisasi, penetapan, bimbingan teknis, evaluasi dan monitoring
pengelolaan. Pembiayaan publik privat partnership (PPP) berbentuk
kerjasama pemerintah swasta (KPS) yang mempunyai tugas untuk
menyiapkan perumusan kebijakan, koordinasi, sinkronisasi pelaksanaan
penyusunan dan evaluasi perencanaan pembangunan nasional dibidang
pengembangan kerjasama pemerintah.

LA TI H A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Jelaskan beberapa perubahan dalam masyarakat perkotaan.
2) Jelaskan karakteristik karakteristik masyarakat kota sebagai proses
terjadinya perubahan sosial.

Petunjuk Jawaban Latihan


1) Pertama, Saudara pelajari dengan seksama materi kegiatan belajar 2
mengenai perubahan sosial masyarakat kota.
2. Langkah selanjutnya silahkan cermati karakteristik masyarakat kota
berdasarkan pemikiran para tokoh.

RA N G K U MA N

Kota secara singkat dapat dipahami sebagai wilayah yang


mempunyai fungsi sosial komplek, terdiri dari berbagai suku bangsa,
memiliki tingkat diferensiasi dan spesialisasi yang tinggi. Pengertian
kota tidak hanya dilihat dari struktur fisik saja, secara sosiologis kota
merupakan hunian yang relatif besar dengan aktifitas yang beragam
secara ekonomi, budaya, agama, pendidikan maupun politik.
Masyarakat kota merupakan masyarakat dinamis yang mempunyai
tingkat perubahan yang sangat tinggi karena adanya kontak sosial
dengan masyarakat luar. Masyarakat perkotaan sangat terbuka pada hal-
hal baru yang datang dari luar sehingga sangat mudah dalam menerima
perubahan. Ketersediaan fasilitas dalam masyarakat perkotaan membuat
8.54 Teori Perubahan Sosial 

mereka lebih bersifat hedonis dan menyukai suatu yang ekspres.


Masyarakat kota yang cendrung mempunyai pemikiran yang rasional,
impersonal, dengan mempertimbangkan manfaat yang diperoleh ketika
menjalin suatu hubungan.
Ibnu Khaldun menyebut masyarakat perkotaan sebagai masyarakat
hadharah yang mempunyai jenis dan bentuk pekerjaan sangat heterogen
serta memiliki kontrol sosial untuk mengatur kehidupan anggotanya.
Durkheim menjelasskan bahwa masyarakat perkotaan merupakan
masyarakat yang mempunyai pembagian kerja yang jelas sebagaimana
organ tubuh yang mempunyai fungsi masing-masing yang dikenal
dengan istilah solidaritas organik. Tonnies melihat masyarakat kota
identik dengan masyarakat yang memiliki interaksi secara luas,
mengenal pabrik industri modern, munculnya kompetisi dalam bidang
perekonomian, memiliki hubungan impersonal dan berlandaskan atas
dasar manfaat ekonomi.
Ekologi sosial sebagai studi tentang relasi sub-sosial antar manusia,
daerah-daerah sosial budaya dan menggambarkan sebaran keruangan
dalam suatu komunitas. EkologChicago School mengatakan bahwa
manusia hidup dalam sebuah habitat yang dikenal dengan komunitas,
yaitu suatu struktur yang meliliki unsur populasi, habitat dan kebutuhan
dan berfungsi untuk memfungsikan struktur dalam suatu wilayah.
Beberapa permasalah perkotaan diantaranya yaitu masalah
perumahan, transportasi dan lingkungan. Perumahan diperkotaan timbul
karena semakin banyaknya masyarakat yang datang ke wilayah
perkotaan dan terbatasnya wilayah pemukiman sehingga menimbulkan
pemukiman kumuh atau slum area. Masalah transportasi di kota-kota
besar menyangkut beberapa faktor yang saling berkaitan erat satu sama
lain yaitu; manusia (disiplin& kebijakan lalu lintas), prasarana
(infrastruktur), alat transportasi (kendaraan pribadi & umum) dan
rencana pembangunan kota (Marbun, 1979:86). Masalah lingkungan
terjadi dalam masyarakat perkotaan diantaranya karena munculnya
pabrik industri yang berdampak pada limbah industri seperti pencemaran
air dan udara.
Pendekatan yang digunakan manajemen perkotaan melalui
pendekatan problem-oriented teknokratis yang lebih memfokuskan pada
peningkatan kinerja lembag-lembaga yang ada dalam masalah perkotaan.
Pendekatan yang kedua yaitu pendekatan ekonomi-politik struktural
yang lebih memfokuskan pada akar permasalahan perkotaan dalam
konteks struktur ekonomi politik nasioanal dan internasional (Nurmandi,
1999: 96).

TE S FO R M A TI F 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


 SOSI4305/MODUL 8 8.55

1) Simmel dalam karyanya Metropolis and Mental Life mengemukakan


tiga konsep yang bisa dilihat dari kota, antara lain....
A. money economy
B. heterogen
C. rasionalitas
D. solidaritas

2) Dalam masyarakat organik hukum lebih mendorong sebagai upaya


memulihkan relasi sosial yang terganggu yang dikenal dengan istilah....
A. restitutive.
B. asimilatif.
C. kompromis.
D. repressive.

3) Ibnu Khaldun membagi kriteria masyarakat badaawah yang mewakili


komunitas pedalaman, primitif, dan daerah gurun, yang biasa juga
disebut nomadik. Masyarakat perkotaan yang hidup teratur, tersedia
fasilitas dan lapangan kerja sehingga masyarakat dapat membangun
peradaban dikenal dengan masyarakat.....
A. organik
B. mekanik
C. haddlaarah
D. ashabiyah.

4) Tonnies memetakan perubahan dalam masyarakat dari masyarakat


gemeinshaft (pedesaan) menuju masyarakat gesellschaft (perkotaan)
A. organik
B. gesellschaft
C. mekanik
D. haddlaarah

5) Ilmu yang mempelajari hubungan kelompok manusia dengan


lingkungannya, disebut dengan;
A. atronomi
B. ekologi
C. interaksi sosial
D. ekologi sosial
8.56 Teori Perubahan Sosial 

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 SOSI4305/MODUL 8 8.57

Kunci Jawaban Tes Formatif

Test Formatif 1
1) C. Gampong. Pada masyarakat Aceh kesatuan masyarakat terkecil
dinamakan dengan istilah Gampong
2) B. Kekerabatan. Desa terbagi menjadi dua yaitu kesatuan masyarakat
berdasar kekerabatan (geneologis dan kesatuan masyarakat hokum
berdasar kebersamaan tempat tinggal (teritorial)
3) B. Kedudukan desa pun berubah yang tadinya berada di bawah
pemerintah wilayah kecamatan, menurut UU No 32/2004 menjadi
berada di bawah pemerintah kabupaten/kota. Dengan demikian desa
memilki otonomi berdasarkan asal-ususl dan adat istiadat setempat
yang telah dimiliki sejak dulu kala dan telah menjadi adat istiadat
yang melekat dalam masyarakat desa yang bersangkutan.
4) C. Karakteristik masyarakat pedesaan dapat terlihat dari beberapa hal
yaitu sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian pertanian,
kuatnya peranan kelompok primer, hubungan yang berlangsung
bersifat akrab, homogen, keluarga dipandang sebagai unit ekonomi.
5) C. Masyarakat pedesaan cenderung memiliki pola kebiasaan yang
lambat dan inovasi yang rendah karena pengaruh kuatnya
ketergantungan terhadap alam, tingkat teknologinya masih rendah
sistem produksinya subsisten.

Test Formatif 2
1) A. Simmel (kartono, 2010) dalam karyanya Metropolis and Mental Life
mengemukakan tiga konsep yang bisa dilihat dari kota, pertama, size
yaitu pemukiman masyarakat yang relatif besar. Kedua, Division of
labour yaitu pembagian kerja yang berdasarkan spesialisasi dan
spesisifikasi keahlian yang dimiliki oleh setiap individu. Ketiga,
Money Economy yaitu kehidupan di perkotaan yang cendrung
rasional akan mengedepankan pertukaran ekonomi berdasarkan
rupiah atau uang.
2) A. Dalam masyarakat organik hukum bersifat restitutive yang lebih
mendorong sebagai upaya memulihkan relasi sosial yang terganggu.
3) C. Masyarakat badaawah mewakili komunitas pedalaman, primitif, dan
daerah gurun, yang biasa juga disebut nomadik. Masyarakat
8.58 Teori Perubahan Sosial 

hadlaarah mewakili masyarakat perkotaan yang hidup teratur,


tersedia fasilitas, dan lapangan kerja sehingga masyarakat dapat
membangun peradaban.
4) B. Tonnies melihat pola perubahan masyarakat dari masyarakat
gemeinshaft (pedesaan) menuju Masyarakat gesellschaft (perkotaan)
5) D. ekologi sosial mempelajari hubungan kelompok manusia dengan
lingkungannya
 SOSI4305/MODUL 8 8.59

Glosarium

Territorial society : daerah kesatuan hukum yang berdasar atas


kerelaan wargamasyarakatnya untuk bertempat
tinggal pada suatu tempat atas dasar
kepentingan bersama.
Geneology society : kesatuan masyarakat desa itu dibentuk
berdasarkan kesukuan atau kekerabatan yang
disebut masyarakat desa geneologis. Dalam desa
geneologis kepentingan perseorangan tidak
diperkenankan dengan alasan kepentingan suku,
tetapi hak milik pribadi masih diakui meskipun
terdapat hak milik suku (bersama)
Subsisten : sistem produksi ekonomi hanya berorientasi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga
Urban management : merupakan pendekatan kontemporer untuk
menganalisis permasalahan perkotaan. Aktor-
aktor yang terlibat secara langsung dalam
manajemen perkotaan meliputi lembaga formal,
informal dan nonpemerintah.
Urban planning : adalah sebuah kegiatan atau prosedur yang
mengatur segala sesuatu untuk mengontrol
konsekuensi-konsekuensi tindakan yang diambil
dalam merencanakan suatu lingkungan tertentu
8.60 Teori Perubahan Sosial 

Daftar Pustaka

Chozin, et al. 2010. Pembangunan Perdesaan, IPB Press

Daldjoeni, N. 1992. Seluk Beluk Masyarakat Kota. Bandung: Penerbit


Alumni

David dan Julia Jary. 1991.Collins Dictionary of Sociology.

Wiradi,Gunawan. 2009.Reforma Agraria, Dari Desa ke agenda bangsa, IPB


Press.

Hatta Sastra Miharja. 1999.Sosiologi Pedesaan, Modul UT

Jan Breman dan Gunawan Wiradi. 2004.Masa Cerah dan Masa Suram di
Pedesaan Jawa, LP3ES: Jakarta.

Kartono, Drajat Tri. 2010. Sosiologi Kota. Jakarta: Universitas Terbuka

Khaldun, Ibnu.2011.Muqaddimah Ibn Khaldun (terj). Jakarta: Pustaka


Firdaus

Koentjaraningrat. 1982. Masalah-masalah Pembangunan, LP3ES: Jakarta.

Marbun, BN. 1994. Kota Indonesia Masa Depan, Masalah dan Prospek.
Jakarta:Rajawali Press.

Metodologi Pedesaan di Negara-negara Berkembang. Yayasan Ilmu-Ilmu


Sosial 1980.

Mustain. 2007. Petani Vs Negara. AR-Ruzz Media: Jogjakarta.

Nas, PJM. 1984. Kota di Dunia Ketiga. Jakarta: Bharata Karya Aksara

Nugroho, Iwan dan Rokhmin Dahuri. 2012.Pembangunan Wilayah Pespektif


Ekonomi, Sosial dan Lingkungan.
 SOSI4305/MODUL 8 8.61

Nurhayati, Cucu. 2012. Sosiologi perkotaan. UIN Jakarta Press

Nurmandi, Achmad. 1999. Manajemen Perkotaan. Jogyakarta: Lingkaran


Bangsa.

Pemikiran Guru Besar Perguruan Tinggi BHMN. 2010.Pembangunan


Perdesaan dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, Bogor:
IPB Press.

Rahardj. 2001.Sosiologi Pedesaan, Modul UT, Jakarta.

Sartono Kartodirjo (tt).Elit Dalam Perspektif Sejarah. LP3ES. Jakarta

Wirth, Louis. 1938.Urbanism as Way of Life. The American Journalof


Sociology.

Anda mungkin juga menyukai