Anda di halaman 1dari 45

Turnitin Listiyawati Harun.

docx-Listiawaty Harun

Saat ini,pemerintah Indonesia sedang berusaha untuk mengurangi jumlah

problem status gizi,sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2020-2024.Dalam kondisi

pandemi Covid-19, memonitor tumbuh kembang balita terus dilakukan melalui

berbagai alternatif usaha agar anak balita tetap dapat terpantau tumbuh

kembangnya.(Kementerian Kesehatan RI,2020).

Menurunnya pelayanan kesehatan seperti posyandu bisa memiliki dampak

negatif terhadap tumbuh kembang balita dikarenakan tidak adanya pemantauan

yang teratur terhadap tumbuh kembangnya.Pemantauan perkembangan balita

secara sistematis, vaksinasi dan pemberian vitamin dapat mencegah risiko

terjadinya masalah status gizi pada balita

Apabila terjadi gangguan perkembangan pada anak dan tidak ditangani dengan

baik maka akan berdampak negatif pada perkembangan motorik anak nantinya.

karena perkembangan anak melibatkan beberapa tahapan yang berurutan membuat

tahapan awal diagnosis kelainan perkembangan bukan bertujuan untuk mengetahui

ada tidaknya masalah perkembangan pada anak sehingga pemulihan dapat terjadi

secara dini dan tumbuh kembang anak dapat berjalan secara optimal.

Perkembangan bayi dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk faktor genetik

dan lingkungan. Faktor lingkungan yang bisa mempengaruhi perkembangan bayi

antara lain: lingkungan prenatal. perinatal dan postnatal. Faktor lingkungan prenatal

meliputi riwayat gizi ibu selama hamil, mekanik,toksin.Lingkungan perinatal seperti

BBLR.sedangkan lingkungan postnatal terdiri dari faktor biologis (ras. jenis kelamin.

status gizi).

faktor fisik. faktor psikososial. dan faktor keluarga

(pekerjaan/pendapatan keluarga. pendidikan ayah/ibu dan jumlah saudara

kandung).

Perkembangan bayi sangat dipengaruhi oleh kondisi berat badan lahir.Bayi

yang lahir dengan berat badan lahir rendah berisiko mengalami masalah.Bayi yang

lahir dengan riwayat berat badan lahir rendah cenderung mengalami masalah

perkembangan di kemudian har. Berat badan lahir rendah lebih rentan terhadap

penyakit infeksi, sehingga berdampak pada proses tumbuh kembang anak BBLR
dapat mempengaruhi kemampuan bolajar dan mombataei participaci aktif dalam

Turnitin Listiyawati Harun.docx-Listiawaty Harun

kehidupan sehari-hari anak, sehingga faktor berat badan lahir rendah adalah 2 kali

lebih berisiko mengalami keterlambatan perkembangan.

Selanjutnya.status gizi merupakan salah satu indikator penting tumbuh

kembang anak.Anak gizi buruk memiliki potensi perkembangan yang tidak

disesuaikan dengan usianya.

Gizi buruk pada anak akan berdampak pada keterbatasan tumbuh kembang.

kerentanan terhadap infeksi dan pada akhirnya dapat menghambat perkembangan

anak.Selain status gizi buruk,status gizi berlebih juga berdampak negatif terhadap

pertumbuhan dan perkembangan. Secara psikologis, anak yang kelebihan berat

badan akan merasa kurang percaya dini bersosialisasi dengan teman sebayanya.

Selain itu, pendapatan dan pendidikan orang tua juga merupakan faktor yang

mempengaruhi perkembangan anak.karena pendapatan orang tua sangat kondusif

bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, dimana orang tua dapat memenuhi

segala kebutuhannya, baik primer maupun sekunder, pada Di sisi lain, pendidikan

juga memegang peranan penting dalam perkembangan anak.

Karena dengan pendidikan yang baik, orang tua dapat menerima semua

informasi dari luar.terutama tentang praktik orang tua yang baik.Oleh karena itu.

semakin tinggi tingkat pengetahuan dan pendapatan orang tua dalam pendidikan

dan pengasuhan anak. maka akan semakin besar kemungkinan untuk mempercepat

perkembangan dan kecerdasan anak.

Selanjutnya, jumlah saudara kandung juga dapat mempengaruhi

perkembangan anak, karena persentase keluarga dengan lebih dari satu anak

menderita gizi buruk (50.8%) dibandingkan dengan keluarga dengan satu anak

(31.5%) pada keluarga dengan tingkat sosial yang cukup. Kondisi ekonomi,akan

mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak.

apalagi jika jaraknya terlalu dekat.

Menurut ahli gizi Indonesia,pandemi Covid19 berpotensi meningkatkan

jumlah balita gizi buruk di Indonesia. Hal ini disebabkan turunnya tingkat ekonomi
banyak keluarga, yang berdampak pada pemenuhan kebutuhan anak. Persagi),

ketahanan pangan tidak mencukupi

Menurut Pungkas Bahjuri Ali selaku Direktur Badan Perencanaan Nasiona

(Bappenas),beberapa indikator menunjukkan potensi peningkatan masalah status

gizi selama Covid 19. 51% posyandu yang berhenti beroperasi saat pandemi.

37,23% terjadi penurunan aktivitas dan 18,70% posyandu melaksanakan

aktivitasnya secara normal sehingga menimbulkan masalah status gizi 31,01% litas.

Data awal yang diperoleh di Puskesmas Tibawa sebelum pandemi Covid-19

pada awal tahun 2020 kegiatan layanan posyandu dengan presentase kunjungan

sebanyak 80% tetapi selama pandemi Covid-19 mulai pada bulan Juni 2020

kegiatan layanan posyandu mengalami penurunan menjadi 30% kunjungan.

Sehingga balita yang mengalami gangguan tumbuh kembang dari semua total data

sebanyak 63 orang dan balita dengan BBLR sebanyak 7 orang.

Berdassarkan problem di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti " Faktor-

faktor yang mempengaruhi perkembangan anak balita pada masa pandemi Covid -

19 di wilayah kerja Puskesmas Tibawa".

Dalam Islam kita di haruskan untuk selalu menjaga kesehatan dan kebersihan

diri terutama pada masa pendemi Covid-19 seperti saat ini. Sebagaimana sabda

Rasulullah SAW dalam hadist yang berbunyi:

Artinya:Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya,"(Ya

Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha

Penyayang dari semua yang penyayang."

Qs.AI-Hajj Ayat:5

Artinya:

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur).

maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian

Tumitin Listiyawati Harun_docx-Listiawaty Harun

setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu

apa yang kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang

sudah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan

ansur-ansur) kamu sampai kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang

diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun,

supaya dia tidak mengetahuiyang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat

bumi ini kering, kemudian apabila telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi

itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.

1.2 dentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalah adalah

sebagai berikut:

1.Terdapat beberapa indikator yang menunjukan adanya potensi

peningkatan masalah status gizi selama Covid-19.Berdasarkan hasil

survey Balitbangkes Kemenkes pada 4.798 puskesmas,diketahui terdapat

penurunan pada kegiatan layanan posyandu,sebanyak 43,51% posyandu

yang menghentikan kegiatannya selama pandemi,37.23% mengalami

penurunan kegiatan,dan 18,70% posyandu melakukan kegiatan seperti

kondisi normal sehingga mengakibatkan 31,01% balita yang mengalami

masalah status gizi.

2.Data awal yang diperoleh di Puskesmas Tibawa sebelum pandemi Covid-

19 pada awal tahun 2020 kegiatan layanan posyandu dengan presentase

kunjungan sebanyak 80% tetapi selama pandemi Covid-19 mulai pada

bulan Juni 2020 kegiatan layanan posyandu mengalami penurunan

menjadi 30% kunjungan.Sehingga balita yang mengalami gangguan

tumbuh kembang dari semua total data sebanyak 63 orang dan balita

dengan BBLR sebanyak 7 orang.

1.3

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah yang peneliti

ajukan dalam penelitian ini adalah “Apakah faktor - faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak balita pada masa pandemi Covid-19 di wilayah kerja

Puskesmas Tibawa"

9.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi perkembangan anak balita

pada masa pandemi Covid-19 di Wilayah kerja Puskesmas Tibawa

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk menngetahui karakteristik responden anak balita di Wilayah kerja

Puskesmas Tibawa

2.Untuk mengetahui hubungan faktor berat badan lahir rendah dengan status

perkembangan balita usia 1-3 tahun pada masa pandemi Covid-19 di

wilayan kerja Puskesmas Tibawa

3. Untuk mengetahui hubungan faktor status gizi balita dengan status

perkembangan balita usia 1-3 tahun pada masa pandemi Covid-19 di

Wilayah kerja Puskesmas Tibawa

4.Untuk mengetahui hubungan faktor pendapatan orang tua dengan status

perkembangan balita usia 1-3 tahun pada masa pandemi Covid-19 di

Willayah kerja Puskesmas Tibawa

5.Untuk mengetahui hubungan faktor pendidikan orang tua dengan status

porkombangan balita ueia 1-3 tahun pada maca pandomi Covid 19

diWilayah kerja Puskesmas Tibawa

6.Untuk mengetahui hubungan faktor jumlah saudara balita dengan status

perkembangan balita usia 1-3 tahun pada masa pandemi Covid-19 di

Wilayah kerja Puskesmas Tibawa

1.5 Manfaat Penelitia

1.5.1 Manfaat Teoritis

Dari penelitian ini diharapkan agar dapat digunakan untuk menambah

wawasan informasi dan pengetahuan atau teori baru tentang perkembangan

anak balita di masa Covid-19

1.5.2 Manfaat Praktis

1.Bagi Puskesmas
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Perkembangan

1.1.1.Definisl Perkembangan

Perkembangan adalah suatu proses peningkatan struktur, fungsi, dan

kemampuan manusia yang lebih rumit dalam suatu pola yang teratur, sebagai akibat

dari proses pematangan.Masa kanak-kanak memiliki pengaruh besar pada individu

dalam tahap perkembangan selanjutnya.Anak Toodler adalah anak berusia 1-3

tahun yang pada umumnya kelompok anak ini telah belajar mempercayai orang lain.

mulai meniru dan dengan cepat mengembangkan kemandiriannya dalam membuka

dan memakai pakaian. berjalan, mengambil mainan, makan sendiri dan pergi ke

tempat lain. toilet, pengendalian diri mulai terbentuk. Jika perkembangan

kemandirian anak tidak didukung oleh orang tua, maka rata-rata anak akan memiaki

kepribadian yang meragukan, dan jika anak merasa tidak enak ketika aktivitas

stimulasi gagal, anak akan menjadi pemalu dan pendiam (Lestari dan Hati. 2016).

Kualitas generasi penerus bangsa sangat tergantung pada kualitas tumbuh

kembang anak,terutama usia anak 1-3 tahun, dimana anak menunjukkan

perkembangan otak yang sangat penting. agar anak dapat tumbuh dan berkembang

secara optimal untuk menghindari tumbuh kembang yang tidak normal. diragukan.

atau tidak normal. terlambat. maka pengobatannya juga terlambat. sehingga

penyimpangannya sulit untuk diperbaiki.

Masa kanak-kanak dianggap sebagai tahap penting karena akan menentukan

kualitas kesehatan, kesejahteraan, pembelajaran dan perilaku di masa depan dan

masa depan masyarakat tergantung pada anak-anak yang mampu mencapai

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal(WHO.2017).

Oleh karena itu,aspek perkembangan ini bersifat kuantitatif, yaitu peningkatan

kematangan fungsi setiap bagian tubuh, mulai dari berfungsinya jantung untuk

memompa darah,kemampuan bernafas,hingga kemampuan anak untuk berbaring

tengkurap.duduk, berjalan, berbicara, mengambil benda-benda di sekitarnya serta

kematangan emosi dan sosial anak. Tahap pertama pengembangan akan

menentukan lahap pengembangan selanjutnya.


Perkembangan bisa dilihat dari berbagai aspek. yaitu: aspek fisik

(perkembangan bisa berupa perkembangan motorik kasar dan motorik halus).

aspek mental (dalam bentuk kegiatan berpikir sederhana hingga kcmpleks),aspek

emosional (berkaitan dengan perasaan seperti takut. malu, kecewa) dan aspek

sosial (kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain).

Perkembangan merupakan hasil dari saling berhubungan antara kematangan

susunan sara' pusal dan organ-organ yang dipengaruhinya, sehingga

perkembangan tersebut memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

2.1.2 Teori - teori perkembangan anak ballta umur 1-3 tahun

a.Perkembangan kognitif menurut Piaget

1. Tahap sensori motorik (0-2 tahun).

Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga

dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Pada tahap ini anak mampu

mengasimilasi dan mengakomodasi informasi dengan cara melihat,

mendengar, menyentuh dan aktivitas motorik. Semua kegiatan yang

dilakukan berfokus pada mulut (oral).

b.Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmud Freud

Menurut Freud, dalam perkembangannya anak akan melewati beberapa

tahap dalam hidupnya,yaitu:

1.Tahap oral (0-1 tahun)

Pada masa ini kepuasan dan kesenangan anak didapat melalui kegiatan

menghisap,menggigit,mengunyah atau bersuara. Ketergantungan pada

orang di sekelilingnya sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk

mendapatkan rasa aman.Masalah yang sering terjadi pada masa ini

adalah masalah penyapihan dan makan.

2. Tahap anal(1-3 tahun)

Kepuasan anak didapatkan pada saat pengeluaran tinja. Anak akan

menunjukkan keakuannya dan sangat egoistik dan narsisistik yaitu cinta

terhadap dirinya sendiri.Pada saat ini anak juga mulai mempelajari struktur

tubuhnya. Tugas yang dapat dilakukan adalah latihan kebersihan.Masalah


yang sering terjadi pada fase ini adalah sifatnya yang obsesif, pandangan

sempit, introvert atau ekstrovet impulsive yaitu dorongan untuk membuka

diri,tidak rapi,kurang pengendalian diri.

c.Perkembangan Psikososial Menurut Erikson

1.Tahap percaya vs tidak percaya (0-1 tahun).

Pada tahap ini bayi membentuk rasa percaya kepada seseorang baik

orang tua maupun orang yang mengasuhnya atau perawat yang

merawatnya.Kegagalan atau kesalahan dalam mengasuh atau merawat

pada tahap ini dapat menimbulkan rasa tidak percaya pada anak.

2. Tahap kemandirian (otonomi) vs rasa malu dan ragu (1 - 3 tahun/ toddler).

Pada thap ini anak sudah mulai mencoba mandiri dalam tugas tumbuh

kembangnya seperti fungsi motorik dan bahasa, mulai latihan jalan sendiri

dan belajar berbicara. Pada tahap ini pula anak akan merasakan malu

apabila orang tua terlalu melindungi dan tidak memberikan kemandirian

atau kebebasan pada anak bahkan menuntut anak dengan harapan yang

tinggi.

1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan

Perkembangan.balita_dipengaruhi.oleh.berbagaifaktor.genetik.dan faktor.

lingkungan.sepertilingkungan.pranatal.perinatal.dan.postnatal.

1.Faktor lingkungan pranatal

Lingkungan prenatal adalah lingkungan yang bisa

mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan. Pertumbuhan janin yang

baik akan mempengaruhi pertumbuhan selanjutnya setelah bayi lahir.Faktor

lingkungan prenatal yang mempengaruhi pertumbuhan janin adalah:

a.Riwayat gizi ibu(Kondisi ibu saat hamil)

Mekanis

c.Toksin/zat kimia

Turnitin Listiyawati Harun_docx-Listiawaty Harun

Endokrin
e.Radiasi

f.Infeksi

g.Imunitas

2.Faktor lingkungan prenatal

Masa perinatal adalah periode dari 28 minggu dalam kandungan sampai 7

hari setelah bayi lahir. Masa ini merupakan masa yang rentan bagi tumbuh kembang

anak, terutama otak.Faktor lingkungan perinatal yang mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan janin antara lain:

a. Trauma lahir.

b.BBLR

BBLR merupakan masalah kesehatan masyarakat utama yang secara negatif

mempengaruhi perkembangan bayi dan kualitas hidup, serta menimbulkan beban

keuangan pada sistem perawatan kesehatan. Anak yang lahir dengan riwayat berat

badan lahir rendah memiliki kecenderungan untuk mengalami masalah

perkembangan di kemudian hari. Hal tersebut disebabkan karena bayi dengan berat

badan lahir rendah lebih rentan terhadap penyakit infeksi sehingga akan berdampak

terhadap proses tumbuh kembangnya.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak BBLR lebih

cenderung memiliki masalah neurologis yang mungkin bertahan sampai usia

sekolah dan masa remaja. Bayi BBLR dapat menyebabkan keterlambatan

perkembangan, yang membuat penilaian perkembangan wajib pada usia dini.

Gangguan perkembangan pada anak-anak BBLR dapat mempengaruhi kemampuan

belajar dan membatasi partisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hani misalnya di

sekolah maupun di rumah.Anak dengan berat lahir kurang dari 2500 gram lebih

cenderung mengalami borbagai macalah keterlambatan perkembangan.

3.Faktor lingkungan postnatal

Lingkungan postnatal dapat mempengaruhi pertumbuhan,secara universal

dapat dikategorikan menjadi beberapa aspek, antara lain yaitu:

a. Ras/suku bangsa
Turnitin Listiyawati Harun.docx-Listiawaty Harun
b. Jenis kelamin
c. Umur
d. Status gizi
Status gizi sangat berperan krusial dalam tumbuh kembang anak, dimana kebutuhan anak
berbeda dengan manusia yang dewasa, karena gizi anak selain untuk kegiatan sehari-hari
juga diperlukan untuk pertumbuhan terhadap status gizi anak.Ditambah lagi dengan
keamanan pangan,yang meliputi pelepasan pangan dari berbagai "racun" fisik, kimia, dan
biologi yang semakin mengancam kesehatan manusia.

Malnutrisi pada waktu kanak-kanak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sel


otak,sehingga jumlah sel otak berkurang Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh malnutrisi
selama kehamilan sampai usia 5 tahun.Anak yang kurang gizi sejak usia dini biasanya mengalami
kesulitan menghadapi masabdepan dan memiliki berpotensi memiliki produktivitas fisik dan
intelektual yang rendah serta produktivitas yang kurang(Soetjiningsih dan Ranuh,2016).

Adapun penilaian status gizi anak dapat dilakukan berdasarkan standar Antropometri pada Anak
yang berdasarkan pada parameter panjang/tinggi badanvdan berat badan yang terdiri atas 4 indeks,
yaitu:

Adapun penilaian status gizi anak dapat dilakukan berdasarkan standar Antropometri pada Anak
yang berdasarkan pada parameter panjang/tinggi badan dan berat padan yang terdiri atas 4 indeks,
yaitu :

1. Indeks berat badan menurut umur (BB/U) Indeks BB/U ini memperlihatkan berat badan relatif
dalam kaitannya dengan usia anak. Berat badan, mungkin memiliki masalah pertumbuhan, jadi harus
dikonfirmasi dengan BB/PB atau indeks berat/berat badan atau BMI/U sebelum dilakukan intervensi.

2. 'Indeks panjang badan atau tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U) Indeks PB/U atau TB/U
memperlihatkan pertumbuhan tinggi atau panjang tubuh seorang anak menurut usianya. Indeks ini
mengidentifikasi anak-anak yang kerdil atau sangat pendek (penyakit yang sangat umum)
disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang dialami dalam waktu lama dan mengalami sering sakit.

Anak-anak yang dikategorikan tinggi untuk usianya juga bisa diidentifikasi

Anak-anak di atas tinggi normal (sangat tinggi) biasanya disebabkan oleh

gangguan endokrin, tetapi ini jarang terjadi di Indonesia..

3. Indeks berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan (BB/PB atau

BB/TB)

Indeks BB/PB atau BB/TB ini memperlihatkan apakah berat badan anak

sesuai dengan pertumbuhan panjang/tingginya berisiko mengalami kelebihan

berat badan. Gizi buruk biasanya disebabkan oleh penyakit dan kekurangan gizi

yang terjadi baru-baru ini (akut) atau dalam waktu lama (kronis).

4. Indeks masa tubuh menurut umur(IMT/U)

IMT/U dimanfaatkan untuk menentukan kategori βola makan tidak sehat,


pola makan tidak sehat, gizi baik, berisiko makan berlebihan, kelebihan berat

badan dan obesitas.Bagan BMIU dan grafik BW/PB atau BW/TB cenderung

menunjukkan hasil yang sama. Namun, indeks BMI/U lebih sensitif untuk

menyaring anak-anak yang kelebihan berat badan dan obesitas.Anak-anak

dengan ambang BMI >+1 SD berisiko makan berlebihan, sehingga harus

ditangani lebih lanjut untuk mencegah makan berlebihan dan obesitas.

Status gizi buruk, memiliki potensi perkembangan yang tidak sesuai dengan

usia. Pada hal ini menerangkan bahwa anak yang kurangnya makanan bergizi akan

membuat mereka lemah dan tidak aktif, sehingga terjadi lambatnya pertumbuhan

dan perkembangan anak yang berdampak pada terhambatnya pertumbuhan,rentan

terhadap infeksi dan pada akhirnya dapat menghambat tumbuh kembang anak

sehingga anak membutuhkan makanan yang tepat kuantitas dan kualitas setiap

harinya(Kemenkes IR,2016).

Jika gangguan gizi ini tidak segera diobati, maka dapat mengakibatkan

perubahan permanen, termasuk keterlambatan perkembangan kognitif, sulit dalam

belajar, masalah perilaku, dan keterlambatan perkembangan bahasa dan usia

membaca. Status gizi yang baik meningkatkan perkembangan kognitif. Anak-anak

di bawah usia lima tahun mempunyai nilai perkembangan kognitif yang jauh lebih

rendah daripada anak-anak normal.Status gizi yang baik dapat bermanfaat bagi

anak yang menerima segala bentuk stimulasi yang diberikan.

Turmitin Listiyawati Harun.docx-Listiawaty Harun

Sisi lain dari status gizi buruk, gizi lebih juga memiliki dampak negatif pada

pertumbuhan dan perkembangan, anak menjadi berisiko tinggi terkena penyakit.

Dari segi psikologis, anak yang kelebihan berat badan akan merasa kurang percaya

diri untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya.Makan berlebihan juga

mengakibatkan pergerakan anak akan terganggu,dalam melakukan aktivitas anak

cepat lelah dan anak tidak kuat untuk melakukan aktivitas dalam waktu yang lama

dan lebih lambat dalam melakukan sesuatu.

e. Perawatan kesehatan.

f. Kerentanan terhadap penyakit


g. Faktor keluarga

Perkembangan anak juga di pengaruhi oleh faktor keluarga yang terdiri atas :

1. Pendapatan orang tua

Keluarga merupakan turunan sosialisasi utama anak, dalam hal ini pendapatan

orang tua yang baik akan menjamin umbuh kembang anak, orang tua bisa

memenuhi segala kebutuhan primer dan sekunder anak. Rendahnya status sosial

ekonomi keluarga terlihat dari rendahnya pendapatan keluarga.

Rendahnya pendapatan bisa mempengaruhi persediaan makanan keluarga

paling utama guna anak-anak. Ketersediaan masakan membaik guna anak kurang

tersalurkan.Pengentasan kemelaratan sanggup menambah status zat makanan

anak, paling utama anak umur dini. kecuali sediakan keinginan dasar,semacam

pangan, kediaman, serta pakaian, keluarga memberikan poin budi pekerti serta

pembelajaran dan juga menolong anak sesuaikan diri serta berhubungan dengan

masyarakat.Kemiskinan sanggup berakhir pada pembelajaran serta perubahan anak.

Efek langsung dari kemelaratan, misalnya, anak-anak di keluarga bergaji ringan

kekurangan zat makanan serta kekurangan berat tubuh, selalu dikorelasikan dengan

kerawanan pangan. Rensertaya pendapatan keluarga kerapkali serta mempunyai

pembelajaran yang terbatas, kurang mempunyai keahlian guna memicu perubahan

anak-anaknya. Malnutrisi serta peningkatan berat tubuh selalu dikorelasikan dengan

kerawanan pangan. Keluarga bergaji ringan kerapkali mempunyai pembelajaran yang

terbatas dan tidak mempunyai keahlian guna mengurus perubahan anak-anak

mereka.

Tumitin Listiyawati Harun.docx-Listiawaty Harun

2. Pendidikan orang tua

Pendidikan orang tua adalah bagian faktor penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan anak, karena dengan pendidikan yang baik, orang tua bisa menerima

segala informasi dari luar, antara lain cara mendidik anak yang benar, cara menjaga

kesehatan anak, pendidikan dan lain sebagainya. .

Faktor pendidikan orang tua terutama ibu sangat berpengaruh dalam

perkembangan anak balita,karena seorang ibu adalah subjek utama dalam

pengasuhan anak. Seorang ibu dengan pendidikan rendah tidak mudah mengerti dan
memahami kebutuhan anak dalam mendukung perkembangan anak sesuai tahapan

usianya. Berbeda dengan orangtua yang berpendidikan tinggi. atau pengetahuan

yang luas maka orangtua memahami bagalmana harus memposisikan diri dalam

tahapan perkembangan anak.

Tingkat kecerdasan seorang anak pada usia dini menentukan arah hidup di

masa dewasa. Oleh karena itu, semakin tinggi pengetahuan dan kapasitas orang tua

untuk mendidik dan merawat anak mereka sejak usia dini. semakin tinggi

kemingkinan orang tua hisa memberikan berbagai rangsangan yang akan

mempercépat perkémbangan kecerdasan anak mereka.

Seorang ibu dengan pendidikan rendah tidak mudah mengerti dan memahami

kebutuhan anak dalam mendukung perkembangan anak sesuai tahapan usianya.

Berbeda dengan orang tua yang berpendidikan tinaqi,atau pengetahuan yang luas

maka orang tua memahami bagaimana harus memposisikan diri dalam tahapan

pekembangan anak.

3. Jumlah Saudara

Tingginya jumlah anak dalam keluarga dengan kondisi sosial ekonomi yang

cukup akan mengakibatkankurang perhatian dan kasih sayang yang diterima oleh

anak.Juga.jikajarakantaraanak-anak.terlalu dekat,Pada keluarga dengan status.,

sosial ekonomirendah.jumlah.anakyang.banyak.dapat menyebabkan kurangnya.

kasih.sayang.dan.perhatian.terhadap.anak..selain.itu.kebutuhan.dasaranakjuga.

tidak terpenuhi,

Tumitin Listiyawati Harun.docx-Listiawaty Harun

Persentase keluarga dengan lebih dari 2 anak mengalami gizi buruk (51%)

dibandingkan dengan keluarga dalam satu anak (31,5%). Hasil analisis penelitian ini

mejelaskan Bahwa ada hubungan antara jumlah anak dengan status gizi dari anak

balita.

Faktor risiko termasuk 3 anak dalam keluarga berhubungan dengan

keterlambatan perkembanganpada anakkecilJumlah 3 anakdalamkeluarga adalah

1,87 kali berisiko keterlambatanperkembangan.Studi tersebut menunjukkan bahwa

faktor risiko sosial ekonomi sama pentingnya dengan faktor risiko biologis dalam

perkembangan anak balita.


1.3 Dampak Keterlambatan Perkembangan

Keterlambatan perkembangan merupakan gangguan perkembangan yang

sering ditemukan dan didefinisikan bila terjadi keterlambatan yang signifikan, yaitu:

motorik halus, terapi wicara, kognisi, individu-sosial atau adanya hambatan dalam

aktivitas sehari-hari.Terdapat berbagai faktor risiko dan etiologi metabolik dan

neurologis, serta ekstrinsik seperti nutrisi dan stimulasi.

Pada masa kanak-kanak,jika. pertumbuhan dan perkembangan tidak dipantau

dengan baik, maka akan terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan

sehingga tidak dapat diperbaiki di kemudian hari pada masa dewasa.

Banyak.dari faktor.risiko.ini_dapat.memiliki.dampak.jangka.panjang.dan.

bertahan.lama.pada.perkembangan anak, Anak usia dini sangat penting karena

gangguan selama periode perkembangan yang cepat ini dapat menyebabkan

perubahan yang langgeng dalamkapasitas struktural dan fungsional otak.Tonggak,

perkembangan.selama .jendela.kritis.ini.memiliki.efek.yang bertahan.lama.pada.

perialananhidup.termasukpencapaianpenddkan,pendapatanorangdewasa.dan

kemiskinan.antargenerasi.

Perkembangan_anak.yang.baik.merupakan.kebutuhan.prioritas.karena

perkembangan yang buruk.juga.memiliki.beberapa.konsekuensi jangka paniang.

seperti kinerjasekolah.yang buruk.upah.yang.rendahdan.tingkat kemiskinan.yang.

tinggi.

Turnitin Listiyawati Harun.docx-Listiawaty Harun

Adapun macam-macam keterlambatan dalam perkembangan anak yaitu:

1.Kerlambatan kognitif

Jika terjadi keterlambatan kognitif bisa mempengaruhi fungsi intelektual,

mengganggu kesadaran, dan mengakibatkan sulitnya belajar. Sisi lain, anak jua

akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, menyesuaikan diri dan bermain

dengan orang lain.

2. Keterlambatan motorik/gerak

Keterlambatan dalam keterampilan motorik mengganggu kemampuan anak

untuk mengontrol otot-otot lengan, kaki dan tangan. Keterlambatan pada bayi

ditandai dengan gejala kesulitan berguling atau merangkak.Sedangkan anak yang


lebih besar akan kesulitan melakukan tugas-tugas dasar seperti memegang benda

kecil atau menggosok gigi.

2.Keterlambatan sosial,emosional, dan perilaku

Keterlambatan sosial, emosional, dan perilaku diakibatkan oleh perbedaan

dalam cara otak memproses informasi atau bereaksi terhadap lingkungan, yang

mengganggu kemampuan anak untuk belajar, berkomunikasi, dan berinteraksi

dengan orang lain.

3.Keterlambatan berbicara

Seringkali anak dengan keterlambatan perkembangan akan mengalami

keterlambatan bicara secara reseptif dan ekspresif.Gangguan bahasa reseptif

merupakan kondisi dimana seorang anak mengalami kesulitan untuk memahami

kata-kata yang diucapkan orang lain. Anak menjadi sulit dalam mengidentifikasi

warna,bagian tubuh,atau bentuk-bentuk.

Sementara itu,anak yang mengalami gangguan bahasa ekspresif yang

ditandai dengan kurangnya kosakata dan kalimat rumit yang dimiliki untuk anak

seusianya.Anak menjadi lebih lambat dalam berbicara, dan membuat kalimat.

Keterlambatan ini dapat terjadi karena penyebab fisiologis, seperti kerusakan

otak,sindrom genetik, atau gangguan pendengaran.Selain itu,keterlambatan

berbicara juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti kurangnya stimulasi.

Turnitin Listiyawati Harun.docx-Listiawaty Harun

3.2

Skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan kuesioner pra

skrining perkembangan KPSP

Skrining/pemeriksaan tumbuh kembang anak menggunakan KPSP bertujuan

untuk mengetahui apakah tumbuh kembang anak normal atau ada penyimpangan.

Skrining/pemeriksaan rutin KPSP adalah sampai usia 3,6,9,12,15,18,21,24,30

dan 36 bulan. Anak belum mencapai usia skrining, minta ibu untuk kembali ke usia

skrining terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya, bayi berusia 7 bulan diundang

kembali untuk pemeriksaan KPSP pada usia 9 bulan. Bayi-bayi tersebut berada di

bawah usia skrining, sehingga skrining menggunakan KPSP untuk usia skrining

termuda terdekat. pemeriksaan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan terlatih UPAD,


guru prasekolah dan agen.

Adapun tata cara pemeriksaan perkembangan anak yaitu menggunakan

kuesioner pra skrinining seperti sebagai berikut:

1.Instrument yang digunakan adalah:

a.Formulir KPSP menurut umur

Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang

telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 1-36 bulan.

b.Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tenis,

kerincingan,kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah,kismis,kacang

tanah,potongan biscuit kecil berukuran 0.5-1 cm.

2. Cara menggunakan KPSP:

a.Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.

b.Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir.

Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.Contoh:bayi umur 3

bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari,

dibulatkan menjadi 3 bulan.

c.Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.

d. KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan,yaitu:

1)Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak,contoh:dapatkah bayi

makan kue sendiri?

Tumitin Listiyawati Harun.docx-Listiawaty Harun

2) Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan

tugas yang tertulis pada KPSP.Contoh:“pada posisi bayi anda telentang.

tarilah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahanlahan keposisi

duduk".

a.Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab,

oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang

ditanyakan.

b.Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan,satu persatu.Setiap

pertanyaan hanya ada 1 jawaban,Ya atau Tidak.Catat jawaban di


formulir.

c.Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak

menjawab pertanyaan terdahulu.

d. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab

3) Interpretasi hasil KPSP:

a. Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya.

4)Intervensi yang diberikan setelah mendapat skrining

a. Bila perkembangan anak sesuai umur lakukan tindakan berikut

1. Beri pujian pada ibu karenatelah mengasuh anaknya dengan baik.

2. Teruskan pola asuh anak sesuai dengantahapperkembangan anak.

3. Ikutkan anak pada kegiatan dan pelayanan kesehatan di posyandu

secara teratur sebulan sekali.

4.Lakukan pemeriksaan skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3

bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan

pada anak berumur 24 sampai 36 bulan.

b. Bila perkembangan anak sesuai umur maka lakukan tindakan berikut

1. Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan

pada anak lebih sering lagi.

2. Ajarkan ibu cara melakukanintervensi stimulasi perkembangananak

untuk mengatasipenyimpangan atau mengejar ketertinggalannya.

Turnitin Listiyawati Harun.docx-Listiawaty Harun

3.Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan

adanya

penyakit

yang

menyebabkan

penyimpangan

perkembangannya.

4.

Lakukan penelitian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan


menggunakan daftar KPSP yang sesuai umur anak.

5.Jika hasil KPSP ulang jawaban 'Ya" tetap 7 atau 8 maka

kemungkinan ada penyimpangan(P).

c. Bila tahapan perkembanganterjad penyimpangan(P),lakukan tindakan

rujukan ke rumah sakit dengan menuliskan jenis penyimpangan

perkembangan (gerak kasar, gerakhalus, bicara danbahasa,sosialisasi

dan kemandirian).

3.3 Balita

3.3.1 Pengertian balita

Balita adalah anak yang berusia di atas 1 tahun atau biasa disebut dengan

anak di bawah usia 5 tahun.Menurut regulasi Kementerian Kesehatan RI (2016).

seorang anak dianggap balita jika berusia 12 bulan. dan 59 bulan Sedangkan bayi

yang berumur 1-3 tahun disebut balita atau toddler.

Balita adalah umur anak dimana akan mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat. Proses tumbuh kembang setiap individu berbeda-beda,

bisa cepat atau lambat tergantung beberapa faktor antara lain faktor keturunan,

lingkungan, budaya di lingkungan,sosial ekonomi,iklim atau iklim,nutrisi dan

lainnya (Depkes RI.2016)

Selama 3 tahun pertama kehidupan, perkembangan anak bersifat mudah

berubah dan melibatkan pematangan fungsi-fungsi yang saling berhubungan

seperti kognitif,fisik,dan sosio-emosional.Masa ini ditandai dengan perkembangan

fisik,dan saraf yang pesat dan memerlukan nutrisi yang cukup agar anak

memperoleh keterampilan tersebut sehingga dapat mencapai potensinya secara

maksimal, tidak hanya dari segi kualitas, tetapi juga dari segi tingkat pendidikan dan

penghasilan.

Usia anak antara 1 dan 3 tahun.Usia ini merupakan usia emas bagi anak

karena pada masa ini anak akan mempelajari hal-hal baru dengan sangat cepat.

Berhasil menguasai tugas-tugas perkembangan pada usia anak membutuhkan

landasan yang kokoh seiring dengan pertumbuhannya dan membutuhkan

bimbingan dari orang lain,terutama orang tua.


Menurut teori, usia yang paling rentan adalah usia anak,karena pada saat ini

anak mudah sakit dan anak rawan gizi buruk. Di luar itu, masa kanak-kanak

merupakan dasar pembentukan kepribadian 20 anak,sehingga perlu perhatian

khusus. 13 tahun Masa ini merupakan masa yang sangat penting untuk

diperhatikan dalam kaitannya dengan tingkat kebutuhan anak untuk tumbuh

kembang anak usia dini.

Pada anak usia dini terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan

perkembangan yaitu rentang cepat dan rentang lambat. Dalam proses

perkembangannya,mereka memiliki karakteristik fisik, kognitif, konsepsi diri dan

perilaku sosial.Pada masa anak ini, bila masa tumbuh kembang tidak terpantau

dengan baik maka akan terjadi gangguan tumbuh kembang sehingga tidak dapat

diperbaiki pada masa berikutnya hingga dewasa.

3.3.2 Karakteristik Balita

Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak memiliki karakteristik yang

berbeda pada setiap tahapannya. Ciri-ciri perkembangan pada anak usia dini

secara umum terbagi menjadi 4 bagian, yaitu: negativisme, ritualisme, amarah,dan

egosentrisme.Negativisme adalah anak cenderung memberikan respon negatif

dengan mengatakan kata "tidak".Ritualnya adalah bahwa anak-anak akan

melakukan tugas-tugas sederhana untuk melindungi diri mereka sendiri dan

meningkatkan rasa aman mereka. Anak kecil akan bebas melakukan sesuatu jika

ada seseorang seperti anggota keluarga di sampingnya karena merasa aman,ada

yang melindungi ketika terancam (Kemenkes RI.2018).

Fungsi selanjutnya adalah Temper tantrum.Temper tantrum adalah sikap di

mana anak mengalami perubahan emosi yang sangat cepat.Anak-anak cepat

marah jika mereka tidak bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa mereka lakukan.

Perkembangan egosentrisme ini akan membuat anak lebih percaya diri,mampu

membedakan diri dengan orang lain,kemudian mampu mengembangkan kemauan

dan berprestasi dengan caranya sendiri dan anak juga sadar akan kegagalan untuk

berprestasi.sesuatu.

Selanjutnya perkembangan pada anak usia 3 tahun adalah anak mulai bisa

menggunakan sepeda roda tiga, berdiri dengan satu kaki selama beberapa detik,
Tumitin Listiyawati Harun.docx-Listiawaty Harun

melompat lebar, membangun atau memperbaiki menara menggunakan 9 sampai

10 kubus, membuka pakaian dan berpakaian sendiri.4 tahun,anak dapat

melompat dengan satu kaki, dapat menyalin gambar persegi, tahu lagu-lagu

mudah,dan ingin tahu bermain seolah-olah dia adalah seorang dokter atau

perawat.Anak berusia 5 tahun dapat melempar dan menangkap bola dengan baik,

menyebutkan empat warna atau lebih, berbicara dengan mudah dimengerti,dan

sebagainya.

3.4 Pandemi Covid-19

Pandemi Covid19 merupakan krisis kesehatan pertama dan paling serius di

dunia.Banyak hal yang tidak pernah terjadi bisa terjadi di masa pandemi covid19

ini. Misalnya, penutupan bandara,penutupan sekolah,tingkat SD hingga

universitas,penutupan toko,penerapan WFH dan lain-lain,serta pembatasan

pelayanan kesehatan. Dari upaya yang dilakukan untuk mengurangi penularan

COVID-19,telah memberikan dampak yang signifkan di berbagai sektor,antara

lain sektor ekonomi,aktivitas sehari-hari dan seluruh aspek kehidupan anak (Agus

Purwanto 2020).

Sampai dengan berakhirnya pandemi Corona virus disease 2019(Covid19).

namun kegiatan posyandu tetap dilakukan,merupakan salah satu kegiatan

terpenting untuk menentukan tumbuh kembang anak balita.Pandemi Covid19

bukanlah tindak lanjut kesehatan anak yang optimal.Hal ini disebabkan kurangnya

layanan kesehatan selama pandemi:hanya 19.2% layanan seperti posyandu yang

tetap buka selama pandemi (Has,2020).

Dalam Pedoman preventif dan Pengendalian Covid19 yang diterbitkan pada

Juli 2020,Revisi ke-5,disebutkan bahwa penularan Covid19 terjadi melalui tetesan

yang mengandung virus SARS-CoV2 yang masuk ke dalam tubuh melalui hidung.

mulut,dan tenggorokan, mata, oleh karena itu pencegahan COVID-19 Penularan

dapat terjadi melalui beberapa cara, antara lain:

a.Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dan air

mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan cairan antiseptik berbasis


alkohol (handsanitizer) minimal 20-30 detik. Hindari menyentuh mata,hidung

dan mulut dengan tangan yang tidak bersih.

Turnitin Listiyawati Harun.docx-Listiawaty Harun

b. Menggunakan APD seperti masker yang menutupi hidung dan mulut jika harus

keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain yang tidak diketahui status

kesehatannya(yang mungkin dapat menularkan Covid-19).

c.Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena

droplet dari orang yang yang batuk atau bersin. Jika tidak memungkin

melakukan jaga jarak maka dapat dilakukan dengan berbagai rekayasa

administrasi dan teknis lainnya.

d. Membatasi diri terhadap interaksi / kontak dengan orang lain yang tidak diketahui

status kesehatannya.

e.Saat tba di rumah setelah bepergian,segera mandi dan berganti pakaian

sebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah.

f. Tingkatkan sistem imun dengan menerapkan cara hidup bersih dan sehat

(PHBS) seperti mengkonsumsi asupan gizi yang seimbang, melakukan aktivitas

minimal 30 menit dalam sehari,istirahat yang cukup dan memanfaatkan

kesehatan tradisional.Memanfaatkan kesehatan tradisional,salah satunya

dilakukan dengan melaksanakan asuhan mandiri kesehatan tradisional melalui

pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA) dan akupresur, yang meliputi :

1)Cara kesehatan tradisional untuk meningkatkan daya tahan tubuh

2)Cara kesehatan tradisional untuk meningkatkan nafsu makan

3)Cara kesehatan tradisional untuk mengatasi susah tidur

4)Cara kesehatan tradisional untuk mengatasi stress

5) Cara kesehatan tradisional untuk mengurangi keinginan merokok

g.Mengelola penyakit penyerta/komorbid agar tetap terkontrol

h.Mengelola kesehatan jiwa dan psikososial

Kondisi kesehatan jiwa dan kondisi optimal dari psikososial dapat tingkatkan

melalui:

1) Emosi positif: gembira, senang dengan cara melakukan kegiatan dan hobi

yang disukai, baik sendiri maupun bersama keluarga atau teman dengan
mempertimbangkan aturan pembatasan sosial berskala besar di daerah

masing-masing

Turmitin Listiyawati Harun.docx-Listiawaty Harun

2)Pikiran positif: menjauhkan dari informasi hoax,mengenang semua

pengalaman yang menyenangkan,bicara pada diri sendiri tentang hal yang

positif (positive self-talk), responsif (mencari solusi) terhadap kejadian, dan

selalu yakin bahwa pandemi akan segera teratasi

3)Hubungan sosial yang positif: memberi pujian,memberi harapan antar

sesama,saling mengingatkan cara-cara positif,meningkatkan ikatan emosi

dalam keluarga dan kelompok,menghindari diskusi yang negatif,tetap

melakukan komunikasi secara daring dengan keluarga dan kerabat.

Ketentuan teknis peningkatan kesehatan jiwa dan psikososial merujuk pada

pedoman dukungan kesehatan jiwa dan psikososial pada pandemi Covid-19

yang disusun oleh Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah

Kesehatan Jiwa dan NAPZA.

i.Apabila sakit menerapkan etika batuk dan bersin. Jika berlanjut segera

berkonsultasi dengan dokter/tenaga kesehatan.

j.

Menerapkan adaptasi kebiasaan baru dengan melaksanakan protokol

kesehatan dalam setiap aktivitas

3.5 Penelltian Yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu di

temukan penelitian yang sisi kesamaan dengan penelitian penulis.Dan setiap

penelitian tersebut mempunyai metode pandang yang berbeda dalam melakukan

penelitian.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan penelitian observasional


analitik.Penelitian observasional analitik adalah suatu penelitian yang mengamati

bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi tanpa melakukan

intervensi apapun kepada subyek penelitian.

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap faktor-faktor yang

mempengruhi status perkembangan balita usia 1-3 tahun. Adapun desain penelitian

yang digunakan adalah Cross sectional.Desain Cross Sectional yaitu mencakup

semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu

kali pada satu saat.

3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian telah dilakukan pada tanggal 11 Juni sampai 20 Desember

tahun 2021.

3.2.2 Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tibawa Kecamatan Tibawa

Kabupaten Gorontalo.

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah berat badan lahir rendah,

status gizi,pendapatanorang tua, pendidikan orang tua, dan jumlah saudara balita

3.3.2 Varlabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perkembangan balita usia 1-3

tahun.

3.5.3 Sampling

Tehnik Bengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Cluster random sampling. Hal ini digunakan agar peneliti dapat mudah menentukan

sampel di setiap tempat penelitian.

Kriteria Sampel dalam penelitian ini meliputi dua kriteria, yaitu kriteria inklusi

dan kriteria eksklusi.(Notoatmodjo,2016).

Adapun kriteria pengambilan sampel yang diambil oleh penulis yaitu :

1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:

a.Balita usia 1-3 tahun


b. Balita yang terdaftar di Puskesmas Tibawa

2. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

a.Orang tua balita yang tidak bersedia menjadi responden

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen.yangdigunakan.oleh.peneliti.dalampeneitian ini adalah kuisoner.

Angket atau kuisoner merupakanteknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberikan pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawab.Jadi Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah.;

1. KPSP status perkembangan

Lembar kuisioner dan KPSP yang berisi seperangkat pernyataan tertulis

yang ditujukan kepada responden dan dijawab oleh responden dengan memberi

tanda check list pada kolom yang tersedia. Adapun KPSP yang digunakan terdiri

dari 7 jenis KPSP yang terdiri atas KPSP untuk balita umur 12,15,18,21,24,30

sampai dengan 36 bulan

2.Kuesioner status gizi

Pengukuran status gizi pada penelitian ini menggunakan alat ukur

timbangan injak digital untuk mengukur berat badan pada balita dan pita ukur

atau microtoice untuk pengukuran panjang badan pada balita. Pada penelitian ini

status gizi balita diukur menggunakan rumus IMT/U dengan kategori ambang

batas status gizi anak yang dilihat dari juknis antropometri.

Turnitin Listiyawati Harun.docx-Listiawaty Harun

3.Kuesioner BBLR

Pengukuran BBLR pada penelitian ini menggunakan cara wawancara berat

badan balita pada saat lahir.

4.Kuesioner Pendidikan orang tua

Pengukuran pendidikan orang tua pada penelitian ini menggunakan cara

wawancara pendidikan terakhir orang tua.

5. Kuesioner pendapatan orang tua

Pengukuran pendapatan orang tua pada penelitian ini menggunakan cara

wawancara berapa jumlah keseluruhan pendapatan orang tua balita selama


sebulan.

6. Kuesioner jumlah saudara

Pengukuran jumlah saudara pada penelitian ini menggunakan cara

wawancara berapa jumlah saudara balita.

89.7

Teknik Pengumpulan Data

Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Dalam penelitian ini

jenis data yang digunakan ada dua (2) macam yaitu:

1.Data primer

Data primer yaitu data diperoleh dari responden dengan menggunakan kuesioner

dan KPSP berupa daftar pertanyaan sebagai alat bantu,dimana terlebih dahulu

memberi penjelasan singkat tentang kuesionernya, dibandingkan diisi oleh

responden, kemudian dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa

kelengkapannya.

2.Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh berdasarkan formulir rekapitulasi

laporan kesehatan Balita atau laporan pihak Wilayah Kerja Puskesmas Tibawa.

3.8

Teknik Pengolahan Data

Data yang terkumpul diolah dengan langkah - langkah sebagai berikut:

1.Editing(Penyuntingan Data)

Editing adalah proses yang dilakukan untuk menilai kelengkapan

data. Peneliti mengecek kuisioner yang telah diisi oleh responden dan

melihat kelengkapan, kejelasan jawaban dengan pertanyaan. Tidak terdapat

pertanyaan yang belum terisi atau jawaban kurang jelas, responden

hengerti cara pengisian dan memahaminya. Proses ini dilakukan di tempat

pengumpulan data.

2.Coding(Kode)

Pemberian simbol serta menyederhanakan data dengan pemberian

kode. Kegunaan dari koding ini adalah untuk mempermudah pada saat
analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.

3.Data Entry (Memasukkan Data)

Entry data merupakan proses memasukkan data ke dalam program

pengolahan data untuk dilakukan analisis menggunakan program statistik

dengan komputer. Setelah dilakukan pengkodean,peneliti memasukkan

data untuk dilakukan proses pengolahan data.

4.Cleaning

Cleaning merupakan pembersihan seluruh data supaya terhindar dari

kesalahan sebelum dilakukan proses analisis data. Peneliti memeriksa

kembali seluruh proses mulai dari pengkodean serta memastikan bahwa

data yang diinput tidak terdapat kesalahan sehingga analisis dapat

dilakukan dengan benar.Proses cleaning dapat dilakukan dengan bantuan

program analisis statistik computer.

3.9

Teknik Analisa Data

3.9.1 Analisa Univariat

Analisis ini digunakan untuk menentukan distribusi frekuensi dan persentase

dari setiap variabel. Untuk analisa univariat menggunakan rumus :

P=/3x100

Keterangan:

P:Persentase Subjek pada kategori tertentu

X:jumlah sampel dengan karakteristik tertentu

Y:jumlah sampel total

3.9.2 Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan

antara variabel independen yang meliputi:berat badan lahir,status gizi balita,

pendapatan orang tua, pendidikan orang tua, dan jumlah saudara balita dengan

variabel dependen yang meliputi status perkembangan balita. Analisa bivariat

dilakukan dua tahap yang di duga berhubungan atau berkolerasi.

Uji statistic yang digunakan untuk menguji hubungan kedua variabel tersebut
adalah dengan uji Chi-Square.Rumus yang digunakan yaitu:

x2=

Σ(0o-f0)2

Keterangan:

P=Nilai chi-kuadrat

fo=Frekuensi yang diobservasi (frekuensi empiris)

fe =Frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)

Dari uji statistik ini akan dapat disimpulkan adanya hubungan variabel independen

dan variabel dependen dalam penelitian ini bermakna atau tidak mengguanakan

derajat kepercayaan 95% dan taraf kesalahan 5% (α=0,05). sehingga jika nilai p (p

value)<0,5 berarti hasil perhitungan signifikan (Ho ditolak dan Ha diterima) atau

menunjukan ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen,

dan apabila p value>0.05 berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak

ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

3.10 Hlpotesis Statistik

1. Jika nilai p Value < a (0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti

terdapat hubungan antara faktor BBLR, status gizi, pendapatan orang tua,

pendidikan orang tua, dan jumlah saudara dengan status perkembangan anak

balita pada masa pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Tibawa.

Turnitin Listiyawati Harun.docx-Listiawaty Harun

1.11 Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan rekomendasi dari institusi tempat

penelitian.Peneliti mengajukan surat permohonan ijin kepada kepala Puskesms

Tibawa terlebih dahulu,kemudian setalah mendapat persetujuan selanjutnya peneliti

melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi:

1)Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Penelitian mempertimbangkan hak-hak subyek untu mendapatkan informasi

yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasan

menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan

penelitian (autonomy).Beberapa tindakan yang terkait dengan prinsip


menghormati harkat dan martabat manusia,adalah:peneliti mempersiapkan

formulir persetujuan subjek (informed consent).

2) Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy and

confidentiality)

Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya informasi

individu termasuk informasi yang bersifat pribadi, sehingga peneliti

memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut.

3) Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna

mendaatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek penelitian

dan dapat di generalisasikan di tingkat populasi (beneficence).

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tibawa yang Gnerupakan salah satu

puskesmas yang ada di Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Puskesmas ini

terletak di Kecamatan Tibawa,Tepatnya di Desa Isimu Selatan.Puskesmas Tibawa

melayani Masyarakat khususnya di Kecamatan Tibawa yang terdiri dari 11 desa

yaitu:Desa Isimu Utara,Desa Isimu Selatan,Desa Datahu,Desa Tolotio,Desa

Dunggala,Desa Molowahu,Desa llomata,Desa Rekso,Desa Isimu Raya,Desa

Balahu,dan Desa Botumoputi.Dengan Batas wilayah kerja sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Palopo

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Limboto Barat

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Buhu

d.Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pulubala

Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Tibawa sebanyak 27.126 jiwa,

5dengan jumlah KK sebanyak 7.728 KK. Jumlah laki-laki sebanyak 13.438 jiwa,dan

penduduk perempuan 13.688 jiwa.

Puskesmas Tibawa sudah berapakali direnovasi oleh pemerintah gorontalo

agar pasien dan perawat dapat merasa nyamanan saat di puskesmas. Oleh karena
itu puskesmas tibawa direnovasi kembali pada tahun 217 dengan dipimpin oleh

bapak Suharto Akaseh, SKM di tahun 2017-2018 dan sekarang dipimpin oleh bapak

Hendra Tuna,SKM,M.Kes.Puskesmas Tibawa termasuk Puskesmas global yang

memliki ruangan UGD dan ruangan rawat inap, dan juga memiliki ruangan kepala

puskes, 1 ruangan dokter gigi, 1 ruangan dokter umum,1 ruangan apotik,1 ruangan

imunisasi,1 ruangan gizi,1 ruangan administrasi, 1 ruangan VK dan ruangan

inapnya, dan memiliki ruangan tata usaha.

Sumber:pengolahan data SPSS 2021

Berdasarkan tabel di atas menunjukan balita yang tidak ada saudara dengan

status perkembangan kategori sesuai sebnayak 31 anak balita (55.3%) dan yang

kategori meragukan sebanyak 7 anak balita (12.5%). Sedangkan balita yang

memiliki jumlah saudara >1 yang status perkembangan dengan kategori sesuai

sebanyak 9 anak balita (16.1%) dan kategori meragukan sebanyak 9 anak balita

(16.1%).

Hasil Chi Square didapatkan nilai p= 0.015 < 0.05 sehingga dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan jumlah saudara balita dengan status perkembngan anak

pada masa pandemi covid 19 di wilayah kerja Puskemas Tibawa.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Karakteristik Responden

1.

Karakteristik Responden berdasarkan Usia Ibu

Berdasarkan karakteristik responden dari usia Orang tua yang memiliki anak

balita di wilayah kerja Puskesmas Tibawa terbanyak berkisar antara usia 26-30

tahun sebanyak 19 responden (33.9%). Kelompok usia 26-30 tahun termasuk pada

kelompok usia dewasa hal ini berdasarkan klasifikasi WHO (2020) yang menyatakan

bahwa usia dewasa seseorang sejak masuk pada usia 20-60 tahun.

Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Oyefara(2014)


menyatakan bahwa mayoritas ibu yang berusia 20 tahun atau 20 tahun keatas lebih

cenderung memiliki pengetahuan yang baik dalam mengasuh anaknya dibandingkan

ibu yang berusia < 20 tahun. Hal ini karena Kelompok usia dewasa awal memiliki

pemikiran yang matang dan pengalaman yang lebih banyak memengaruhi ibu untuk

mengambil keputusan dalam perkembangan anaknya

Menurut Prihanti (2016).menyatakan bahwa usia ibu yang mengalami

peningkatan dalam batas tertentu yaitu sejak 20-35 tahun dapat meningkatkan

pengalaman ibu dalam mengasuh anak, sehingga akan berpengaruh dalam upaya

pencegahan dan penanggulangan timbulnya penyakit. Ibu yang berusia dewasa (20-

35 tahun)biasanya cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih akan

kesehatan anaknya.

Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi baha usia dewasa memiliki

karakteristik dimana seseorang lebih mau mencari informasi terkini dan memiliki

sudut pandang yang lebih baik terhadap sesuatu hal yang baru. Hal ini lambat laun

dapat meningkatkan pengetahuannya. Ibu yang memiliki usia tersebut dapat berpikir

dengan lebih beralasan dan memiliki pola pikir yang matang tentang pentingnya

proses perkembangan anak.

2.

Karakteristik Berdasarkan Usia Balita

Berdasarkan karakteristik responden dari usia balita yang berada di wilayah

kerja Puskesmas Tibawa rata - rata paling banyak usia 25 bulan -30 bulan

sebanyak 14 responden (25.0%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Dini Makrufiani (2018) menyatakan pada usia ini karakter anak mulai

terbentuk dan berkembang menjadi dirinya sendiri.Tak jarang,di usia ini,anak mulai

kerap meniru kebiasaan orang tua mulai dari gerakan, cara berbicara, hobi dan lain

-lain.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Ritiananwati (2015) menyatakan bahwa

pada usia dua tahun pertama merupakan masa- masa emas bayi.Tumbuh

kembang bayi pada usia tersebut sangatlah cepat. Bayi yang hanya bisa menangis

hingga menjadi anak balita yang pandai berbicara. Oleh karena itua,pada masa ini
orang tua berperan penting untuk mencermati dan memberikan stimulasi yang

maksimal untuk tumbuh kembangnya.

Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa mulai pada usia 24 bulan

balita akan menjukkan banyak perkembangan selama satu tahun ke depan, baik

perkembangan fisik maupun perkembangan motoriknya.

Turnitin Listiyawati Harun.docx-Listiawaty Harun

3.

Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan karakteristik responden dari jenis kelamin anak balita yang

berada di Wilayah kerja Puskesmas Tibawa rata-rata paling banyak yang berjenis

kelamin perempuan sebanyak 32 responden (57.1%).Penelitian sejalan dengan

hasil penelitian Argianti (2017)menunjukkan mayoritas anak berjenis kelamin

perempuan sebanyak 53,2%.Dari fenomena ini sebagian besar responden orang

tua memiliki anak perempuan.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Uki Nengsih

(2016)menyatakan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan adalah jenis kelamin dengan hasil penelitian menunjukan bahwa dari

24 responden yang pertumbuhannya normal sebanyak 16 crang atau sebesar

66.6% berjenis kelamin perempuan.

Menurut Maryuani (2015) menjenlaskan bahwa secara umum faktor-faktor

penentu (determinan) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak adalah faktor

genetik yang salah satunya adalah jenis kelamin dimana pada umur tertentu laki -

laki dan perempuan sangat berbeda dalam dalam ukuran besar kecepatan tumbuh

proporsi jasmani.Anak laki-laki memang pertumbuhannya lebih cepat dari anak

perempuan namun anak perempuan menjadi dewasa lebih dini mulai pada usia

remaja.

Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa adalah salah satu faktor

yang mempengaruhi perkembangan anak balita adalah jenis kelamin.

4.3.2 Analisis Univariat

1. Gambaran responden berdasarkan BBLR


Berdasarkan karakteristik responden dari BBLR anak balita yang berada di

Wilayah kerja Puskesmas Tibawa balita yaitu tidak BBLR sebanyak 50 responden

(89.3%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ade Santri(2016)

mengungkapkan anak yang lahir dengan dengan riwayat BBLR mempunyai pola

pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan anak berat lahir normal.

Terdapat hambatan pertumbuhan yang serius pada anak yang riwayat BBLR yang

dimulai sejak dalam kandungan hingga anak berumur 2 tahun sehingga anak tidak

pernah mencapai berat badan ideal.

Menurut Hidayat(2015)Bayi Berat Lahir Rendah(BBLR)merupakan bayi yang

lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram.BBLR biasanya memiliki fungsi

sistem organ yang belum matur sehingga dapat mengalami kesulitan untuk

beradaptasi dengan lingkungan hidupnya.Oleh karena itu,BBLR memiliki resiko

untuk mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan di masa depan.

Hambatan tersebut akan terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan dengan

riwayat BBLR.

2.ambaran responden berdasarkan Status Gizi

Berdasarkan karakteristik responden dari status gizi anak balita yang berada di

Wilayah kerja Puskesmas Tibawa rata- rata terbanyak yaitu dengan status gizi

Normal sebanyak 42 responden (75.0%). Sejalan dengan penelitian Jumadi(2016)

ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan gizi, maka balita termasuk dalam

golongan masyarakat kelompok rentan gizi,yaitu kelompok masyarakat yang paling

mudah menderita kelainan gizi, sedangkan pada saat ini mereka sedang mengalami

proses pertumbuhan yang sangat pesat terutama pada usia 1 sampai 5 tahun.

Menurut Stanhope dan Lancaster (2012).menjelaskan bahwa balita memiliki

faktor resiko biologi yang meliputi faktor genetik atau fisik yang ikut berperan dalam

timbulnya risiko tertentu yang mengancam kesehatan. Usia balita yang masih muda

(1-5 tahun) menyebabkan sistem kekebalan tubuh yang belum berkembang.Hal ini

menyebabkan balita lebih mudah terkena masalah nutrisi.

Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa balita dengan usia 1


tahun merupakan keadaan dimana balita sedang mengalami pertumbuhan dan

perkembangan,sehingga balita pada usia ini lebih mudah memiliki resiko masalah

gizi,oleh karena itu peran orang tua dalam memenuhi status gizi anak dalam

periode usia ini sangatlah penting.

1.

Gambaran responden berdasarkan Pendapatan Orang Tua

Berdasarkan karakteristik responden dari pendapatan orang tua balita yang

berada di Wilayah kerja Puskesmas Tibawa pendapatan orang rata -rata terbanyak

tidak sesuai UMP sebanyak 31 responden(55.4%).

Penelitian hi sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2011) dari

hasil penelitian diketahui bahwa 66,8% orang tua memiliki pendapatan yang tidak

sesuai UMP dengan status ekonomi rendah, keluarga yang miliki pendapatan

kurang atau tidak menentu memiliki keterbatasan untuk menyediakan pangan yang

baik untuk kebutuhan sehari-hari.

Menurut Hidayat(2020)pendapatan masyarakat yang kurang atau tidak sesuai

UMP daerah akan berdampak pada ekonomi, dimana masyarakat akan mengalami

kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan sehingga akan berdampak buruk bagi

kesehatan secara individu pada masyarakat dan status ekonomi bagi Negara.

Hidayat mengemukakan di masa pandemi covid-19 ini tidak hanya masyarakat yang

berpenghasilan kecil yang mengalami dampaknya pengusaha dengan penghasilan

besarpun merasakan dampak ekonomi ini.

Berdasarkan pembahasan diatas peneliti berasumsi bahwa pendapatan

orangtua yang tidak sesuai UMP akan berdampak pada ekonomi dalam keluarga,

dimana hal ini karena banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi dalam keluarga

tidak seimbang dengan pendapatan yang diperoleh, terlebih dimasa pandemi Covid-

19 ini masyarakat perlu memerhatikan kebutuhan nutrisi agar tidak mudah

sakit/terinfeksi covid-19 sehingga kebutuhan meningkat.

2.

Gambaran responden berdasarkan pendidikan orang tua

Berdasarkan karakteristik responden dari pendidikan orang tua balita yang

berada di Wilayah kerja Puskesmas Tibawa rata-rata orang tua berpendidikan


tinggi sebanyak 42 responden (75.0%).Hasil ini sesuai dengan Nurapriyanti (2015)

yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi dapat mempengaruhi tingkat

kemudahan ibu dalam menerima dan mengakses informasi sehingga orang tua

dengan pendidikan tinggi lebih dominan menerapkan pola asuh yang baik untuk

perkembangan anaknya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ngadjo dalam Utami (2018) diketahui

bahwa orang tua dengan pendidikan tinggi kerap menggunakan pola yang baik dan

sesuai dalam mengasuh anak, pendidikan orang tua yang tinggi banyak menerima

informasi tentang hal-hal yang baik untuk anaknya sehingga menerapkan pada anak

dengan memaksa anak disertai engan penjelasan agar anak paham.

Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa pendidikan orang tua juga

berpengaruh dalam perkembangan anak. Selain itu pada penelitian ini menunjukan

bahwa orang tua yang berpendidikan tinggi rata-rata memberikan pola asuh yang

baik untuk perkembangan anaknya. karena orangtua yang berpendidikan tinggi

kerap menerapkan aturan-aturan pada anaknya, adapun aturan yang diterapkan ini

dianggap penting untuk kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai

dengan informasi yang didapatkan orang tua baik dari bangku pendidikan maupun

dari sumber yang lain seperti media sosial atau lingkungan sekitar.

5. Gambaran responden berdasarkan jumlah saudara

Berdasarkan karakteristik responden dari jumlah saudara balita yang berada di

Wilayah kerja Puskesmas Tibawa rata - rata lebih banyak balita tidak ada saudara

sebanyak 38 responden(67.9%).

Penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Risky (2017) dengan

hasil mayoritas balita yang hanya memiliki 1 saudara sebanyak 38(92.7%)dapat

berpengaruh pada perkembangan balita.

Menurut M Ozkan et al (2016) mengatakan bahwa faktor risiko termasuk >1

anak dalam keluarga beresiko 1,87 kali mengalami keterlambatan dalam keluarga

beresiko 1,87 kali mengalami keterlambatan perkembangan.

Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa balita yang memiliki jumlah

saudara lebih dari 1 dapat menyebabkan kurangnya perhatian pada anak. Selain itu
kebutuhan dasar anak juga akan kurang terpenuhi terutama pada keluarga yang

keadaan sosial ekonominya cukup.

。3.3 Analisis Bivariat

1. Analisis hubungan BBLR dengan status perkembangan anak balita pada

masa pandemi covid-19

Berdasarkan tabel 12 di ketahui jumlah responden sebanyak 56 responden,

dari 56 responden tersebut yang tidak BBLR dengan status perkembangan kategori

sesuai sebanyak 36 responden dan kategori meragukan sebanyak 14 responden.

Sedangkan responden yang BBLR dengan status perkembangan kategori sesuai

sebanyak 4 responden dan kategori meragukan sebanyak 2 responden.

Berdasarkan hasi uji analisis Chi Square ditemukan nilai p=Value 0.785 > dari nilai a

0.05 yang artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara BBLR dengan

status perkembangan ånak balita pada masa pandemi covid 19 di wilayah kerja

Puskesmas Tibawa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dini

Makrufiyani (2018), tentang hubungan berat badan lahir dengan perkembangan

balita usia 1-3 tahun dengan nilai p-value = 0,171. Hasil statistik menunjukan bahwa

idak terdapat hubungan bermakna antara BBLR dengan status perkembangan

balita.

Menurut Wiknjosastro(2017)bahwa balita yang lahir dengan riwayat BBLR

tetapi mendapatkan penanganan yang tepat pada saat persalinan,neonatus,masa

bayi,dan masa balita tidak akan mengalami gangguan perkembangan.

Sedangkan menurut Linsel et al (2015) bahwa perkembangan anak balita

sangat dipengaruhi oleh berat badan saat lahir.Anak yang lahir dengan BBLR

beresiko untuk mengalami permasalahan perkembangan. Tetapi faktor eksternal

seperti lingkungan dan stimulasi serta pola asuh dapat mengubah kondisi tersebut.

Meskipun lahir dengan BBLR anak masih mempunyai kesempatan untuk tumbuh

dan berkembang secara optimal jika faktor eksternal seperti stimulasi dan pola asuh

diberikan secara maksimal.

Berdasarkan hasil penelitian di atas peneliti berasumsi bahwa anak yang lahir
dengan berat badan lahir rendah atau masih dibawah normal masih mempunyai

kesempatan untuk berkembang secara normal sesuai dengan usia jika keluarga

atau orang terdekat dapat memberikan stimulasi maupun perawatan yang baik

Ånalisis hubungan status gizl dengan status perkembangan anak balita

Pada masa pandemi covld-19

Berdasarkan tabel 13 di ketahui jumlah responden sebanyak 56 responden,

dari 56 responden tersebut yang

status gizi normal dengan status

perkembangannya sesuai kategori sebanyak 37 responden dan kategori meragukan

sebanyak 5 responden.Sedangkan responden yang status gizi tidak normal dengan

status perkembangannya sesuai kategori sebanyak 4 responden dan kategori

meragukan sebanyak 10 responden. Berdasarkan nasil uji analisis Chi Square

didapatkan nilai p=Value 0.000 <dari nilai a 0.05 yang artinya terdapat hubungan

Turnitin Listiyawati Harun.docx-Listiawaty Harun

yang bermakna antara status gizi dengan status perkembangan anak balita pada

masa pandemi covid 19 di wilayah kerja Puskesmas Tibawa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakuakan oleh Lindawati

(2016)yang menyatakan bahwa status gizi berhubungan signifikan dengan

perkembangan anak (p-value 0,004). Status gizi yang buruk 5,7 kali lipat beresiko

untuk terjadinya keterlambatan perkembangan.Status gizi buruk berpotensi untuk

terjadi perkembangan yang tidak sesuai dengan usia.

Menurut Rosela (2017)mengatakan faktor penting yang mempengaruhi

tumbuh kembang anak adalah faktor gizi.Kekurangan gizi pada anak akan

berdampak pada keterbatasan pertumbuhan, kerentanan terhadap infeksi,dan

akhirnya dapat menghambat perkembangan sehingga anak perlu memperoleh gizi

dari makanan dalam jumlah yang tepat dan kualitas baik.

Berdasarkan hasil penelitian diatas peneliti berasumsi bahwa balita dengan

usia 1-3 tahun merupakan keadaan dimana balita sedang mangalami proses

pertumbuhan dan perkembangan. sehingga balita pada usia ini memiliki resiko

masalah gizi, dan saat inilah peran orang tua dalam memenuhi status gizi anak
dalam periode usia ini sangatlah penting.

3. Analisis hubungan pendapatai orng tua dengan statis perkembangan ånak

balita pada masa pandeml covid-19

Berdasarkan tabel 14 di ketahui jumlah responden sebanyak 56 responden,

dari 56 responden tersebut yang memiliki pendapatan sesuai UMP dengan status

perkembangan kategori sesuai sebanyak 21 responden dan dengan kategori

meragukan sebanyak 4 responden.Sedangkan responden yang memiliki

pendapatan tidak sesuai UMP dengan status perkembanga kategori sesuai

sebanyak 19 responden dan kategori meragukan sebanyak 12 responden.

Berdasarkan hasi uji analisis Chi Square didapatkan nilai p=Value 0.061 > dari nilai

a 0.05 yang artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna penghasilan orang tuah

dengan stats perkembangan anak balita pada masa pandemi Covid-19 di wilayah

kerja Puskesmas Tibawa. Hal tersebut di sebabkan karena selama pandemi Covid-

19 pendapatan orang tua mengalami penurunan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dini

Makrufiyani (2018),tentang hubungan pendapatan orang tua dengan perkembangan

balita usia 1-3 tahun dengan nilai p-value =0,474 hasil penelitian menjukkan tidak

ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan perkembangan anak balita.

Menurut teori Soetjiningsih (2015) jika pendapatan orang tua yang di bawah

UMP tetapi faktor eksternal seperti stimulasi dan pola asuh yang baik di berikan

maka faktor pendapatan tidak dapat mempengaruhi perkembangan anak.

Menurut Lestari RD et al (2016) menyatakan bahwa status sosial ekonomi

rendah tidak berhubungan secara signifkan dengan perkembangan anak balita,

balita dengan status sosial ekonomi orang tua rendah masih memiliki peluang

sebanyak 44 kali perkembangan anak balita yang sesuai dengan tahap usianya.

Berdasarkan hasil penenlitian diatas peneliti berasumsi bahwa keluarga

dengan pendapatan yang cukup tetapi masih bisa memberikan pola asuh yang baik

kepada anak maka status perkembangan anak bisa sesuai dengan tahap seusianya.

4. Analisis hubungan pendidikan orang tua dengan status perkembangan

anak balita pada masa pandemi Covid-19


Berdasarkan tabel 15 di ketahui jumlah responden sebanyak 56 responden,

dari 56 responden tersebut yang berpendidikan tinggi dengan status perkembangan

kategori sesuai sebanyak 35 responden dan dengan kategori meragukan sebanyak

7 responden.Sedangkan responden yang memiliki pendidikan rendah dengan status

perkembanga kategori sesuai sebanyak 5 responden dan kategori meragukan

sebanyak 9 responden.

Berdasarkan hasi uji analisis Chi Square didapatkan nilai p=Value 0.001< dari

nilai a 0.05 yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan orang

tua dengan status perkembangan anak balita pada masa pandemi Covid-19 di

wilayah kerja Puskesmas Tibawa.

Hasil penelitan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan olah Riski Meilidia

Ginting tentang pengaruh pendidikan terhadap perkembangan anak dengan hasil uji

Chi-square menunjukan nilai p-value 0.006 (<0,05) yang berarti ada hubungan yang

signifikan antara pendidikan orang tua dengan perkembangan balita.Hasil penelitian

ini juga didukung oleh Bhattacharya et al (2017) menjukan bahwa balita dengan

status pendidikan orang tua rendah memiliki peluang sebanyak 5 kali perkembangan

anak balita tidak sesuai dengan tahapan usianya dibandingkan dengan balita yang

status pendidikan orang tuanya tinggi dengan p-valuel 0.01.

Penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah penelitian Westgard C

dan Alnasser Y (2017) menjukkan hubungan yang signifikan antara keterlambatan

perkembangan dengan tingkat pendidikan orang tua dengan p-value 0.009 dan

penelitian Lestari RD et al juga menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara pendidikan orang tua dengan status perkembangan balita p-valve

0,002 dan pendidikan orang tua yang rendah memiliki resiko 4.3 kali mengalami

perkembangan yang tidak sesuai.

Berdasarkan hasil penelitian di atas peneliti berasumsi bahwa faktor

pendidikan orang tua terutama ibu sangat berpengaruh dalam perkembangan anak

balita, karena seorang ibu adalah subjek utama dalam pengasuhan anak.Seorang

ibu dengan pendidikan rendah tidak mudah mengerti dan memahami kebutuhan

anak dalam mendukung perkembangan anak sesuai tahapan usianya. Berbeda

dengan orang yang berpendidikan tinggi, atau pengetahuan yang luas maka orang
tua memahami bagaimana harus memposisikan diri dalam tahapan perkembangan

anak.

5. Analisis hubungan jumlah saudara dengan status perkembangan anak

balita pada masa pandemi Covid-19

Berdasarkan tabel 16 di ketahui jumlah responden sebanyak 56 responden, dari

56 responden tersebut yang tidak ada saudar dengan status perkembangan kategori

sesuai sebanyak 31 responden dan yang kategori meragukan sebanyak 7

responden. Sedangkan responden yang memiliki jumlah saudara > 1 dengan status

perkembanga kategori sesuai sebanyak 9 responden dan kategori meragukan

sebanyak 9 responden.

Berdasarkan hasi uji analisis Chi Square didapatkan nilai p=Value 0.015 < dari

nilai a 0.05 yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah saudara

dengan status perkembangan anak balita pada masa pandemi covid-19 di wilayah

kerja Puskesmas Tibawa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Celikkiran S et

al (2015) yang menjukkan adanya hubungan yaitu jumlah anak dalam keluarga 21

beresiko 1,909 kali mengalami keterlambatan perkembangan. Banyaknya jumlah

anak dalam keluarga membuat perhatian orang tua terbagi dan kurang maksimal

pada masing-masing anak.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Dini Makrufiani (2018)

mengatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara antara jumlah saudara

dan perkembangan anak (p=0.128)

Menurut M Ozkan et al (2016) mengatakan bahwa faktor risiko termasuk > 1

anak dalam keluarga beresiko 1,87 kali mengalami keterlambatan dalam keluarga

beresiko 1,87 kali mengalami keterlambatan perkembangan.

Berdasarkan hasil penelitian di atas peneliti berasumsi bahwa jumlah anak yang

>1 dapat menyebabkan kurangnya perhatian pada anak. Selain itu kebutuhan dasar

anak juga akan kurang terpenuhi terutama pada keluarga yang keadaan sosial

ekonominya cukup.

4.4 Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti sehingga

hasil penelitian ini tidak luput dari keterbatasan. Adapun keterbatasan yang

ditemukan peneliti saat proses penelitian yaitu peneliti mengalami beberapa

penolakan dari responden terutama pada saat pengukuran tinggi dan berat badan

responden, dan sulitnya mencari respoden dikarenakan jarak rumah yang

berjauhan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

penelitian yang berjudul "Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Perkembangan Anak Balita Pada Masa Pandemi Covid-19 Di

Wilayah Kerja Puskesmas Tibawa"dengan jumlah 56 responden didapatkan

kesimpulan:

1.

Karakteristik berdasarkan usia ibu rata - rata paling banyak ibu yang berusia

25 tahun - 30 tahun sebanyak 19 responden (33.9%) dan yang paling sedikit

berusia 41 tahun - 45 tahun sebanyak 1 responden (1.8%). Sedangkan

berdasarkan usia dan jenis kelamin balita rata-rata paling banyak balita yang

usia 25 bulan - 30 bulan sebanyak 14 responden (25.0%), dan yang paling

sedikit rata-rata usia 16 bulan - 18 bulan sebanyak 4 responden (7.1%).Dan

untuk yang jenis kelamin rata - rata paling banyak balita berjenis kelamin

perempuan sebanyak 32 responden (57.1%) dan yang berjenis kelamin laki -

laki sebanyak 24 responden(42.9%)

2.

Tidak terdapat pengaruh antara BBLR dengan status perkembangan anak

balita pada masa pandemi covid 19 di wilayah kerja Puskesmas Tibawa

dengan hasil uji Chi Square didapatkan nilai p=Value 0.785>dari nilai a 0.05.

3.
Terdapat pengaruh antara status gizi dengan status perkembangan anak balita

pada masa pandemi covid 19 di wilayah kerja Puskesmas Tibawa dengan nasil

uji Chi Square didapatkan nilai p=Value 0.000 < dari nilai a 0.05

4.

Tidak terdapat pengaruh antara pendapatan orang tua dengan status

perkembangan anak balita pada masa pandemi covid-19 di wilayah kerja

Puskesmas Tibawa dengan hasi uji analisis Chi Square didapatkan nilai

p=Value 0.061>dari nilai a 0.05

5.

Terdapat pengaruh antarai pendidikan orng tua dengan statis perkembangan

anak balita pada masa pandemi covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Tibawa

dengan hasi uji analisis Chi Square didapatkan nilai p=Value 0.001 < dari nilai

a0.05

6.

Terdapat pengaruh antara jumlah saudara dengan status perkembangan anak

balita pada masa pandemi covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Tibawa

dengan hasi uji analisis Chi Square didapatkan nilai p=Value 0.015 < dari nilai

a0.05

5.2 Saran

1.

Untuk Puskesmas

Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada petugas kesehatan tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak balita pada masa

pandemi Covid-19,sehingga petugas puskesmas dapat meningkatkan

pelayanan khususnya pelayanan pada anak balita.

2.

Untuk Desa

Sebagai bahan referensi untuk pemerintah desa dalam meningkatkan status

ekonomi masyarakat di masa pandemi covid-19 khususnya pada orang tua

yang memiliki anak balita.

3.
Untuk Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan bahan referensi bagi

mahasiswa kesehatan dalam melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor -

faktor yang mempengaruhi perkembangan anak balita pada masa pandemi

Covid-19.

DAFTAR PUSTAKA

A.Tabl'in "Problematika Stay At Home Pada Anak Usia Dini Di Tengah Pandemi

Covid 19"Jurnal Golden Age,Universitas Hamzanwadi Vol. 04 No. 1,Juni

2020,Hal.190-200 E-ISSN:2549-7367

Bhattacharya T,Ray S,Das DK.Developmental Delay Among Children Below Two

Years of Age:A Cros-Sectional Study in A Community Development Block of

Burdwan District,West Bengal.2017;4(5):1762-7

Depkes RI.(2015).Pemantauan Status Gizi di Wilayah Kabpaten Kota Se

Indonesia.Profil Kesehatan Indonesia.Jakarta.Departemen Kesehatan RI.

Dini Mukrufiyani(2018).Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Perkembangan

Balita Usia 1-3 Tahun Di Wilayah Puskesmas Gamping li Sleman Tahun 2018

Dian Febrida Sari,Gina Muthia,Putri Nelly Syofiah,Eka Putri Primasari Optimalisasi

Peran Keluarga Dalam Stimulasi Tumbuh Kembang Balita dan Anak

Prasekolah Pada Masa Pandemi Covid-19 Vol.4 No.1.Mar 2021.Page.195-

199

Farida Rohayani.Menjawab Problematika Yang Dihadapi Anak Usia Dini di Masa

Gend Mainstreaming.2020;14(1):29-50.doi:10.20414/Qawwam.v14i1.2310

Ford,Nicole D and Stein AD.Risk Factors Affecting Child Cognitive Development:A

Summary of Nutrition,Environment,and Maternal-Child Interaction Indicators

for Sub-Saharan Africa.2017;7(2):197-217

Hendrawati S,Mardhiyah A,Mediani HS,Nurhidayah I,Mardiah W.Pemberdayaan

Kader Posyandu dalam Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh

Kembang (SDIDTK) pada Anak Usia 0-6 Tahun Pendahuluan Pembangunan

kesehatan merupakan bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya,


antara lain dengan diselenggarakannya.MKK.2018;1(1):39-58

Kemenkes RI (2016). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini

Tumbuh Kembang Anak. Diakses pada September 2021

Kemenkes RI(2020)Pedoman Pelaksanaan Dan Pengendalian Corona Virus

Disease COVID-19.Diakses pada September 2021

Kemenkes.RI.(2020).Perkembagan Kasus Covid-19 Kumulatif Di Indonesia.

Diakses pada September 2021

Kementerian Kesehatan RI.2020.Panduan Gizi Seimbang Pada Masa Pandemi

Covid-19.Jakarta:Kemenkes RI.Diakses pada September 2021

Lestari RD,Isa N,Novadela T. Faktor post natal yang berhubungan perkembangan

anak balita di Wilayah Lampung Utara 2017;12(2):219-27

Linsell,Malouf R,Morris J,JJ K,Marlow N.Prognostic Factors for Poor Cognitive

Development in Children Born Very Preterm or With Very Low Birth Weight:A

Systematic Review.JAMA Pediatr.2015;169(12):1162-72.

Nantabah ZK,Auliyati Z,Laksono D.Gambaran Akses Pelayanan Kesehatan pada

Balita di Indonesia Gambaran Akses Pelayanan Kesehatan pada Balita di

Indonesia.Researchgate.2019:1-11.

Notoatmodjo,Soekidjo.2012.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka

Cipta.

Nunung,N,2013.Hubungan Jarak Kelahiran Dan Jumlh Balita Dengan Status Gizi

Di RW 07 Wilayah Kerja Puskesmas Cijerah Kota Bandung.Jurnal

Keperawatan Anak,Volume 1 No.2 November 2013.Diakses Tgl 12 Juli 2020

Permenkes RI.(2020). Standar Atropometri Anak.Nomor 2 tahun 2020.Diakses

pada September 2021

Rosella E,Hastuti TP,Triredjeki H.Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan

Anak Usia 1 sampai 5 Tahun Di Kelurahan Tidar Utara,Kota Magelang.J

Keperawatan Soedirman(The Soedirman J Nursing)2017;12(1):27-37

Riski Melidia Ginting(2017)Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyimpangan

Perkembangan Anak Usia 1-3 Tahun Di Desa Sei-Balai Kecamatan Sei-Balai


Kabupaten Batu Bara.

Sholikah A,Rustiana ER,Yuniastuti A.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Status Gizi Balita di Pedesaan dan Perkotaan.Public Heal Percpective J.

2017;2(1):9-18.

Tilaar SKI,Runtunuwu AL.Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keterlambatan

Perkembangan Bayi Usia 9 Bulan.2017;4;2-7

Westgard C,Alnasser Y.Developmental Delay in The Amazon: The Social

Determinants and Prevalence Among Rural Communities in Peru.2017;1-13.

Yurianto,Ahmad,Bambang Wibowo, K. P.(2020).Pedoman Pencegahan Dan

Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19)(M.L. Listiana Azizah,

Adistikah Aqmarina(ed.).

Yuniarti S,Angesti RD.the relationship between the provision of basic immunization

with the growth of kembang balita at posyandu 07 village sukarapih.In:Third

International Seminar on Global Health (3rd ISGH)Technology Transformation

in Healthcare for a Better Life ISGH 3. Vol 3.;2019:414-418.

Lampiran 1

RIWAYAT HIDUP

LISTIYAWATI HARUN dilahirkan di Kabupaten

Gorontalo pada tanggal 9 September 1998 dari ayah Idris

Harun dan Ibu Ramlahwati Rauf.Penulis merupakan anak

kedua dari 2 bersaudara.Penulis memulai jenjang pendidikan

di bangku sekolah dasar SDN 2 Balahu pada tahun 2006

sampai tahun 2011.Kemudian setelah lulus dari bangku

Sekolah Dasar penulis melanjutkan studinya di SMPN 4

Limboto Barat pada tahun 2012 sampai 2014.Kemudian

penulis melanjutkan ke

Madrasah Aliyah Negeri 1 Kab.Gorontalo pada tahun 2015 sampai tahun 2017

penulis lulus,selama bersekolah di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kab.Gorontalo

penulis aktif dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Kemudian mendaftar di


Universitas Muhammadiyah Gorontalo pada tahun 2017 dan lulus masuk kampus

UMGo.Penulis memilih program studi S1 Ilmu Keperawatan,Fakultas Kesehatan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa kegiatan ekstrakurikuler

seperti Bakti Sosial. Dengan ketekunan, motivasi tinggi untuk terus belajar dan

berusaha, penulis telah berhasil menyelesaikan pengerjaan tugas akhir skripsi ini.

Semoga dengan penulisan tugas akhir skripsi ini mampu memberikan kontribusi

positif bagi dunia pendidikan.Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang

sebesar-besarnya atas terselesaikannya skripsi yang berjudul*Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Perkembangan Anak Balita Pada Masa Pandemi Covid-19 Di

Wilayah Kerja Puskesmas Tibawa"

Anda mungkin juga menyukai