Disusun Oleh :
A. Latar Belakang
Fungsi manajemen yang dikendalikan adalah perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian/pengawasan itu sendiri. Kasus-kasus yang banyak terjadi
dalam organisasi adalah akibat masih lemahnya pengawasan sehingga terjadilah berbagai
penyimpangan antara yang direncanakan dengan yang dilaksanakan.
Suatu organisasi juga memiliki perancangan proses pengawasan, yang berguna untuk
merencanakan secara sistematis dan terstruktur agar proses pengawasan berjalan sesuai
dengan apa yang dibutuhkan atau direncanakan. Untuk menjalankan proses pengawasan
tersebut dibutuhkan alat bantu manajerial dikarenakan jika terjadi kesalahan dalam suatu
proses dapat langsung diperbaiki. Selain itu, pada alat-alat bantu pengawasan ini dapat
menunjang terwujudnya proses pengawasan yang sesuai dengan kebutuhan. Pengawasan
juga meliputi bidang-bidang pengawasan yang menunjang keberhasilan dari suatu tujuan
organisasi.
Dalam menjalankan sebuah instansi pendidikan formal perlu dilakukan proses konstruksi
dan manajerial sistem yang baik. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan aktifitas dari
manajamen pendidikan. Aktivitas di dalam manajemen itu sendiri meliputi proses
perencanaan, pengorganisasian,penggerakan, dan pengawasan. Dalam manajemen
pendidikan, terdapat banyak aspek yang subtantif seperti kurikulum, peserta didik, sumber
daya manusia, sarana prasarana, keuangan dan hubungan masyarakat. Sangatlah tidak
mudah dalam melakukannya secara keseluruhan, terlebih ketika proses manajemen telah
berjalan. Maka dari itu sangatlah penting proses pengawasan (controlling) dilakukan agar
sinergisitas seluruh aspek berjalan.
Pengawasan diperlukan sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan organisasi
(pendidikan) pada masa selanjutnya.1 Dalam makalah ini akan sedikit dibahas terkait dengan
controlling dalam MPI berdasarkan Al-Qur’an yang terkandung dalam QS. At Tahrim ayat
6, QS. At Taubat ayat 105 dan QS. Ar-Ra’d ayat 8
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi controlling dalam Manajemen Pendidikan Islam?
2. Bagaimana controlling Manajemen Pendidikan Islam dalam Al-Qur’an?
3. Bagaimana controlling Manajemen Pendidikan Islam dalam Hadits?
1
Moh. Mas’ud, Manajemen Personalia, ( Jakarta : Erlangga, 1996), hal.110
1
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah controlling dengan makna pengendalian atau pengawasan dalam konteks ilmu
manajemen telah mengalami perkembangan definisi dari masa ke masa. Adapun yang cukup
populer adalah pendapat Usury dan Hammer yang menyatakan bahwa: “Controlling is
management’s systematic efforts to achieve objectives by comparing performances to plan
and taking appropriate action to correct important differences” (pengendalian adalah
sebuah usaha sistematik dari manajemen untuk mencapai tujuan dengan membandingkan
kinerja dengan rencana awal dan kemudian melakukan langkah perbaikan terhadap
perbedaanperbedaan penting dari keduanya).4
a. Mufradat
Pada ayat tersebut terdapat kata قُ وا َأ ْن ُف َس ُك ْم yang berarti buatlah sesuatu
yang dapat menjadi penghalang datangnya siksaan api neraka dengan cara
menjauhkan perbuatan maksiat, melakukan ketaatan kepada Allah.
Selanjutnya ُ َِأه ل
يك ْم ْ َو, maksudnya adalah perintahkan kepada keluargamu
tentang ta’dib (mengajarkan adab) dengan cara memberikan nasehat dan pendidikan
kepada mereka.6 Sedangkan yang dimaksud al-Ahl (keluarga) adalah istri, anak-anak
dan pembantu.7
Kemudian ود
ُ ُ َوقadalah sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalakan
api. Sedangkan ُج ار ة ِ
َ َ اس َو ا حْل
ُ َّ النmanusia dan batu dengan menjadikannya bahan
yang menyalakan api neraka, yang dimaksud manusia di sini adalah orang-orang
kafir dan batu maksudnya adalah batu berhala yang biasa disembah oleh masyarakat
jahiliyyah.8
6
Muhammad Al-Baidhawiy, Tafsir al-Baidhawi, (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1988), hal. 506
7
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir jil. 14, terj: Abdul Hayyie,dkk, (Jakarta : Gema Insani, 2014),
hal.692
8
Muhammad al-Razi Fakhruddin, al-Tafsir al- Ghaib wa Mafatih al-Ghaib, (Kairo, Dar al-Fikr, tt.), h. 46
3
Pada kalimat terakhir dalam ayat ini yaitu
َ ون اللَّ هَ َم ا
َأم َر ُه ْم َ صُ اَل َي ْع
ون
َ ون َم ا يُ ْؤ َم ُر
َ ُ َو َي ْف َع لmenunjukkan ketaatan mutlak malaikat terhadap perintah
Allah. Segala tabiat mereka yang kejam dan keras hanya semata-mata menjalankan
perintah Allah dalam melaksanakan azab neraka dengan patuh dan setia, tidak
membantah, tidak menunda-nunda, dan tidak merubah sedikit pun terhadap perintah
Allah.9
b. Asbabun Nuzul
Peristiwa yang melatar belakangi hingga akhirnya turun ayat ini adalah
Diriwayatkan bahwa nabi menggilir para istri. Ketika tiba giliran Hafshah, maka dia
meminta izin berkunjung kepada orang tuanya dan nabi memberi izin. Ketika hafshah
keluar, nabi memanggil seorang budak perempuan beliau yang bernama Mariyah al-
Qibtiyah dan berbincang-bincang dengannya di kamar Hafshah. Ketika Hafshah
kembali, dia melihat Mariyah di kamarnya dan sangat cemburu seta berkata, “Anda
memasukkan dia ke kamarku ketika kami pergi dan bergaul dengannya di atas
ranjangku ? kami hanya melihatmu berbuat demikian karena hinaku di mata mu”.
Nabi bersabda untuk menyenangkan Hafshah, “sesungguhnya aku mengharamkannya
atas diriku dan jangan seorangpun kamu beritahu hal itu.” Namun ketika nabi keluar
dari sisinya, Hafshah mengetuk tembok pemisah antara dirinya dan Aisyah, dan
memberitahukan rahasia tersebut. Maka nabi marah dan bersumpah bahwa beliau
tidak akan mengunjungi para istri selama sebulan. Maka Allah menurunkan ayat, Hai
Nabi mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkan bagimu.10
Kemudian setelah ayat 6 ini turun terjadi peristiwa seperti berikut : Telah
diriwayatkan, bahwa Umar berkata ketika ayat itu turun, “Wahai Rasulullah, kita
menjaga diri kita sendiri. Tetapi bagaimana kita menjaga keluarga kita?” Rasulullah
saw. menjawab, “Kamu larang mereka mengerjakan apa yang dilarang Allah
untukmu, dan kamu perintahkan kepada mereka apa yang diperintahkan Allah
kepadamu. Itulah penjagaan diri mereka dengan neraka.11
c. Identitas Ayat
Surat ini terdiri dari dua belas ayat dan tergolong surat Madaniyyah. Surat ini
dinamakan dengan surat at-Tahrim karena surat ini diawali dengan ayat yang
9
Muhammad Husain al-Thabathaba’i, al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an juz 9, (Beirut : Dar al-Kutub al-
Ilmiyah, tt.) hal. 349
10
M. Ali ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir, (Jakarta Pustak Al-Kautsar 2011), jil. 5, hal. 402
11
Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz XXVIII, (Kairo : Dar al-Fikr, tt.).
hal.261
4
berisikan teguran halus kepada Nabi Muhammad saw. karena beliau mengharamkan
sesuatu atas dirinya sendiri. Surat Madinyyah yang satu ini memuat beberapa hukum
syari'at yang khusus berkaitan dengan para Ummul Mukminin (para istri nabi
Muhammad saw.) supaya bisa menjadi contoh yang diikuti bagi segenap umat.
Surat ini mengawali pembicaraannya dengan teguran halus kepada Nabi
Muhammad saw. atas langkah beliau yang mengharamkan atas diri beliau sendiri
karena tidak mau bergaul dengan hamba sahayanya yaitu Mariyah al-Qibtiyah.
Beliau melakukan hal itu dengan maksud untuk menyenangkan sebagian istri-istri
beliau. Selanjutnya, surat ini mengarahkan teguran kepada sebagian istri Nabi
Muhammad saw. karena mereka membocorkan sebuah rahasia Nabi Muhammad
saw. yang beliau sampaikan kepada istri beliau, Hafshah. Rahasia tersebut
dibocorkan Hafshah kepada Aisyah sehingga menyebabkan Nabi Muhammad saw.
murka dan ingin menceraikan istri-istri beliau. Allah SWT pun mengancam mereka
dengan memberi beliau para istri pengganti yang lebih baik dari mereka. Peringatan
dan penyadaran ini relevan jika diikuti dengan perintah untuk memelihara anggota
keluarga dari ancaman neraka serta menggugah rasa takut kepada balasan siksa. Juga
perintah untuk bertobat dengan tobat nashuuh, berjihad melawan para musuh kafir
dan munafik tanpa disibukkan oleh hal ihwal rumah tangga dan keluarga.
Surat ini ditutup dengan memberikan dua contoh besar yaitu contoh orang-
orang kafir dan contoh orang-orang mukmin. Yang pertama adalah contoh
perempuan kafir yang menjadi istri dari laki-laki yang mukmin dan saleh, yaitu istri
dari Nabi Nuh a.s. dan istri Nabi Luth a.s. Dan yang kedua adalah contoh perempuan
Mukminah yang menjadi istri dari laki-laki kafir dan jahat, yaitu istri dari Fir’aun.
Serta contoh perempuan yang menjaga kesuciannya karena memfokuskan diri untuk
mengabdi kepada Tuhan, yaitu Maryam binti Imran. Hal ini untuk mengingatkan dan
menyadarkan manusia tentang keharusan bersandar kepada diri sendiri tanpa
mengandalkan orang lain, karena di akhirat kelak seseorang tidak bisa menjadi
penyelamat bagi orang lain serta semua balasan akan sesuai dengan amal
perbuatannya.12
d. Penjelasan Surah At-Tahrim ayat 6 sebagai Controlling dalam MPI
Tafsir ayat Al Maroghi mentafsirkan ayat ini menjelaskan bahwa Hai orang-
orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya, hendaklah di antara kamu
memberitahukan satu dengan yang lain, yaitu apa-apa yang menyelamatkan kamu
dari neraka, selamatkanlah diri kalian darinya, yaitu dengan taat kepada Allah
melaksanakan perintah-Nya, beritahulah keluargamu, tentang ketaatan kepada Allah,
karena dengan itu akan menyelamatkan jiwa mereka dari neraka, berilah mereka
nasehat dan pendidikan. Hendaklah seorang lelaki itu membenahi dirinya dengan
ketaatan kepada Allah, juga membenahi keluarganya sebagai rasa tanggungjawabnya
sebagai pemimpin dan yang dipimpinnya.
Kata keluargamu di sini maksudnya adalah istri, anak, pembantu, budak dan
diperintahkan kepada mereka agar mnjaganya dengan cara memberikan bimbingan,
nasehat, dan pendidikan kepada mereka.15 Berikanlah pendidikan dan pengetahuan
mengenai kebaikan terhadap dirimu dan keluargamu tentang pentingnya membina
keluarga agar terhindar dari siksaan api neraka. Tidak hanya semata-mata diartikan
api neraka yang ada di akhirat nanti, melainkan termasuk pula berbagai masalah dan
bencana yang menyedihkan, merugikan dan merusak diri pribadi seseorang
Kaitannya controlling dalam surat At Tahrim ayat 6 ini yaitu adanya control
atau pengawasan diri untuk keluarga maupun anak untuk senantiasa taat dan
melaksanakan perintah Allah supaya kelak nantinya mereka terhindar dari api neraka.
Dan dalam tafsiran ayat di atas bisa diambil kesimpulan bahwa kepala rumah tangga
13
Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi, (Yogyakarta : TERAS, 2008), hal.116
14
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002), hal.199-200
15
Abudin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan ( Tafsir Al Ayat Al Tarbawy), (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, , 2002), hal. 200
6
sebagai peminpin dalam keluarga wajib mengingatkan atau melakukan pengawasan
kepada istri, anak maupun saudara untuk senantiasa taat pada perintah Allah.
Ini berarti kedua orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga
pasangan masing-masing dalam pemberdaayaan potensi bakat minat, sikap, wawasan
pendidikan, seni dan sosial budaya meliputi oleh nilai-nilai agama, etika dan estetika
serta dinaungi oleh hubungan yang harmonis. Sebagaimana tugas utama seorang
pemimpin dalam ruang lingkup yang lebih luas harus mampu menjaga keselamatan
dan kesuksesan institusi atau organisasi tersebut, baik organisasi keluarga maupun
organisasi universal. Bagaimana manajer bisa mengontrol orang lain sementara
dirinya sendiri masih belum terkontrol. Dengan demikian seorang manajer harus
menjadi orang terbaik dan harus mengontrol seluruh anggotanya dengan baik.
Artinya : Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
a. Mufradat
tampak atau tidak nyata. ِ ٰع لِ ِم الْ غَ ْيmaksudnya Allah SWT, yaitu Dzat yang Maha
ب
Mengetahui alam gaib. ِاد ة
َ الش َه
َّ artinya yang tampak dan nyata.
b. Asbabun Nuzul
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ikrimah, ia berkata, “Ketika turun ayat
“Jika kamu tidak berangkat (untuk berperang), niscaya Allah akan menghukum
kamu dengan azab yang pedih”. Ada sekelompok orang yang tidak ikut berperang
karena sedang mengajarkan urusan agama kepada kaumnya. Lantas orang-orang
munafikun berkata, “Ada sekolompok orang di padang pasir. Sungguh, binasalah
7
penduduk padang pasir” Selanjutnya turunlah ayat, “Dan tidak sepatutnya orang-
orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang)”.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abullah bin Ubaidullah bin Umair, ia
berkata, “Begitu bergeloranya semangat kaum mukminin untuk berjihad maka ketika
Rasulullah mengirim ekspedisi, mereka pun keluar menuju ekspedisi itu dan
meninggalkan Nabi di Madinah bersama beberapa orang maka turunlah ayat
tersebut.16
c. Identitas surat
Surah At-Taubah adalah surah ke-9 dalam Al-Qur'an. Surah ini tergolong
surah Madaniyah yang terdiri atas 129 ayat. Dinamakan At-Taubah yang berarti
"Pengampunan" karena kata At-Taubah berulang kali disebut dalam surah ini.
Dinamakan juga dengan Bara'ah yang berarti berlepas diri. Berlepas diri disini
maksudnya adalah pernyataan pemutusan perhubungan, disebabkan sebagian besar
pokok pembicaraannya tentang pernyataan pemutusan perjanjian damai dengan
kaum musyrikin.
Berbeda dengan surah-surah yang lain maka pada permulaan surat ini tidak
terdapat ucapan basmalah, karena surah ini adalah pernyataan perang dengan arti
bahwa segenap kaum muslimin dikerahkan untuk memerangi seluruh kaum
musyrikin, sedangkan basmalah bernapaskan perdamaian dan cinta kasih Allah.
Surah ini diturunkan sesudah Nabi Muhammad saw. kembali dari peperangan
Tabuk yang terjadi pada tahun 9 H. Pembacaan surah ini disampaikan oleh Ali bin
Abi Thalib pada musim haji tahun itu juga. Surah at-Taubah diturunkan pada masa-
masa akhir dari pelaksanaan tugas kerasulan nabi Muhammad saw. Oleh karena itu
kandungan surah at-Taubah ini lebih menekankan pada upaya bagaimana menata
kehidupan umat Islam yang solid agar tidak mudah diganggu oleh pihak-pihak yang
sewaktu-waktu dapat merusak kehidupan umat Islam.
Ayat ini bertujuan untuk mendorong umat manusia agar mawas diri dan
mengawasi amal-amal mereka, dengan cara mengingatkan mereka bahwa setiap
amal yang baik dan buruk memiliki hakikat yang tidak dapat disembunyikan, dan
mempunyai saksi-saksi yang mengetahui dan melihat hakikatnya, yaitu Rasul saw,
dan saksi-saksi dari umat muslim setelah Allah SWT. Setelah itu, Allah akan
membuka tabir yang menutupi mata mereka yang mengerjakan amal-amal tersebut
pada hari kiamat, sehingga mereka pun mengetahui dan melihat hakikat amal
mereka sendiri.18
Dari uraian tafsir tersebut, dapat dikatakan bahwa dalam hal ini Allah sebagai
pengawas memberikan pemberdayaan kepada Rasulullah SAW melalui dengan
pemberian wewenang & memberikan kepercayaan untuk menyuruh orang-orang
selalu melakukan pekerjaan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan untuk orang lain.
Karena semua amal akan dilihat oleh Allah, Rasul, serta para mukminin, dan akan
diperlihatkan oleh Allah di hari kiamat kelak, kemudian akan mendapatkan balasan
sesuai dengan amal perbuatannya ketika dimuka bumi. Jika amal perbuatan
yang baik akan mendapat pahala, dan jika perbuatannya jelek akan mendapat siksa.
Semua perbuatan manusia akan dikembalikan oleh dẓat yang mengetahui hal
ghaib dan hal yang tampak, serta setelah hari kebangkitan semua amal perbuatan di
dunia akan diperlihatkan oleh Allah SWT, baik perbuatanya disaksikan oleh
manusia maupun tidak disaksikan oleh manusia. Dan amal perbuatan manusia akan
memperoleh balasan dari Allah SWT, jika beruat bijak, maka akan mendapat
pahala, dan jika berbuat maksiat akan mendapat siksa.
Sehingga setiap orang atau kelompok dapat memahami apa yang akan
dilaksanakannya, yang pada akhirnya akan berimplikasi pada peningkatan
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien yang disertai dengan perilaku yang
bermanfaat, dan selalu menunjukkan etos kerja demi kepentingan bersama dalam
konteks manajemen.
17
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, (Semarang : Toha Putra, 1993), Juz II, hal. 35
18
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta : Lentera Hati,
2006), hal.172
9
ندهُۥ مِبِ ْق َدا ٍر ٍ
َ ٱَأْلر َح ُام َو َما َت ْز َد ُاد ۖ َو ُك ُّل َش ْىء ِع
ْ يض
ِ ِ
ُ ٱللَّهُ َي ْعلَ ُم َما حَتْم ُل ُك ُّل ُأنثَ ٰى َو َما تَغ
Artinya : “Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan
rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. dan segala sesuatu pada sisi-Nya
ada ukurannya.”
a. Mufradat
b. Asbabun Nuzul
Ath-Thabrani dan lain-lain meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Arbad
bin Qais dan Amir ibnuth-Thufail datang ke Madinah menemui Rasulullh, lalu
Amir berkata, “Hai Muhammad, apa yang kamu berikan kepadaku kalau aku
masuk Islam?” Beliau menjawab, “Kamu mendapat hak seperti hak yang dimiliki
kaum muslimin dan kamu juga memikil kewajiban seperti mereka.” Ia berkata
lagi, “Apakah kamu akan menyerahkan kepemimpinan kepadaku setelah kamu
wafat?” Beliau menjawab, “Hal itu bukan menjadi hakmu maupun hak kaummu.”
Akhirnya kedua orang itu pergi. Kemudian Amir berkata kepada Arbad,
“Aku akan menarik perhatian Muhammad dengan perbincangan, lalu tikamlah dia
dengan pedang.” Mereka lalu kembali. Amir berkata, “Hai Muhammad,
kemarilah! Ayo kita bicara!” Beliau bangkit lalu berbicara dengannya, sementara
Arbad mulai menghunus pedangnya. Tapi baru saja ia meletakkan tangannya di
gagang pedang, Rasulullah menoleh sehingga beliau melihatnya. Kemudian beliau
meninggalkan mereka berdua. Akhirnya keduanya pergi hingga ketika mereka
sedang berada di ar-Raqm, Allah mengirimkan petir yang menewaskan Arbad.
Lalu Allah menurunkan firman-Nya yaitu Surat Ar-Ra’d ayat 8-13.
c. Identitas Surat
19
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta : Lentera Hati,
2006), hal.551
10
Surah Ar-Ra’d adalah surah ke-13 dalam Al-Qur'an. Surah ini tergolong
surah Madaniyah yang terdiri atas 43 ayat. Surah ini dinamakan Ar-Ra`d yang
berarti Guruh (Petir) karena dalam ayat 13 Allah berfirman yang artinya Dan guruh
itu bertasbih sambil memuji-Nya, menunjukkan sifat kesucian dan kesempurnaan
Allah SWT. Dan lagi sesuai dengan sifat Al-Quran yang mengandung ancaman dan
harapan, maka demikian pulalah halnya bunyi guruh itu menimbulkan kecemasan
dan harapan kepada manusia. Isi yang terpenting dari surah ini ialah bahwa
bimbingan Allah kepada makhluk-Nya bertalian erat dengan hukum sebab dan
akibat. Bagi Allah SWT tidak ada pilih kasih dalam menetapkan hukuman. Balasan
atau hukuman adalah akibat dan ketaatan atau keingkaran terhadap hukum Allah.
Bagi Allah, segala sesuatu telah dibatasi kadar dan waktunya. Allah
mengetahui janin yang dikandung oleh rahim setiap wanita, dan mengetahui
berbagai fase yang terjadi. Sejak rahim itu masih kecil, ketika sperma mulai
menghilang menjelma dalam bentuk lain, kemudian membesar dari hari ke hari,
sampai akhirnya sperma itu menjadi janin yang siap dilahirkan.
Dalam penjelasan yang lain mengenai lafadz َو ُك ُّل َش ْي ٍء ِعْن َدهُ مِبِ ْق َدا ٍرyaitu
tentang takaran-takaran yang telah di ukur dari berbagai unsur-unsur campuran yang
ada pada manusia baik ketika dalam kandungan ataupun setelah dilahirkan. Seperti
gizi, kalori, vitamin, dan lain sebagainya. Selain itu menurut Qatadah sebagaimana
dikutip oleh mengenai arti ukuran dalam penggalan ayat tersebut, yaitu mengenai
ketentuan ajal. Yakni dipelihara Allah rezeki makhluk-Nya dan ajalnya, dan
semuanya itu dengan ketentuan yang pasti.
20
Hamka, Tafsir al-Azhar, Gema Insani, Jakarta, 2015, Jilid V, hal. 51
11
ketentuan-Nya yang sesuai. Dalam hal ini Allah melakukan upaya pengamatan pada
seluruh yang terjadi pada rahim perempuan dan menentukan semuanya sesuai yang
telah direncanakan oleh Allah. Jadi seyogyanya seseorang dalam melakukan
pengewasan harus mengetahui seluruh pelaksanaan kegiatan operasional guna
menjamin bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya.
الش ْعيِب ِّ َع ْن َو َّر ٍاد َم ْوىَل الْ ُمغِ َري ِة بْ ِن ُش ْعبَةَ َع ْن
َّ ص و ٍر َع ْن ُ َح َّدثَنَا عُثْ َم ا ُن َح َّدثَنَا َج ِري ٌر َع ْن َمْن
اتِ اُأْلمه
َ َّ وق َ ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ِإ َّن اللَّهَ َح َّر َم َعلَْي ُك ْم عُ ُق
َ ُّ ال النَّيِب َ َالْ ُمغِ َري ِة بْ ِن ُش ْعبَةَ ق
َ َال ق
21 ِ ِ ِ ِ ِ
اعةَ الْ َمال
َض َ السَؤ ِال َوِإُّ ال َو َك ْثَر َة َ َيل َوق َ َو َوْأ َد الَْبنَات َو َمنَ َع َو َهات َو َكر َه لَ ُك ْم ق
Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Utsman(1) telah menceritakan kepada kami
Jarir dari Manshur dari Asy-Sya'biy dari Warrad, maula Al Mughirah bin Syu'bah dari Al
Mughirah bin Syu'bah berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian durhaka kepada ibu, mengubur anak
wanita hidup-hidup dan serta membenci kalian dari qiila wa qaola (memberitakan setia
apa yang didengar), banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta".
Penjelasan Hadist Sebagai Controlling Dalam MPI
Melihat hadist di atas dapat dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW melarang
seluruh kaumnya untuk tidak berdurhaka kepada orang tua (orang tua, para guru, dan
keluarga yang lebih tua) baik dengan cara berkata kasar, berperilaku buruk, dan lain
sebagainya. Hal tersebut menandakan bahwa pendidikan yang paling utama adalah
pendidikan moral atau dapat juga disebut pendidikan karakter atau kesopanan. Kemudian
21
Abu Adillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al-Ju’fi Al-Bukhori,
Shahih Ibnu Hibban (Beirut: Dar al-Kutub Al-Ilmiyah,2005), nomor hadist 5555 hal. 366
12
yang berkaitan dengan controlling MPI berikutnya terdapat dalam kata banyak bertanya.
Banyak bertanya yang dimaksudkan adalah seorang murid tidak diperkenankan bertanya
kepada seorang guru dengan tujuan meremehkan keilmuan seorang guru. Dan yang
berikutnya terdapat dalam kata menyia-nyiakan harta dalam artian seorang murid tidak
diperbolehkan hidup boros, dan diajarkan untuk rajin menabung. Jika dalam arti luasnya,
menyia-nyiakan harta dapat diartikan sebagai menyia-nyiakan waktu dengan perbuatan-
perbuatan yang tidak ada manfaatnya. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa
seorang pendidik tidak hanya mengajarkan terkait kurikulum yang berbasis akademik
saja, namun seorang pendidik wajib memberikan pendidikan yang terkait dengan
pendidikan moral kepada peserta didiknya, agar antara pendidikan yang berbasis
akadmik dan moral dapat berjalan seimbang sehingga peserta didik dapat
mengembangkan keilmuannya dengan baik.
Terkait keutamaan akhlaq, Nabi bersabda yang diriwayatkan oleh Sunan
Tirmidzi, sabda Beliau sebagaimana berikut:
“Orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya denganku pada
hari kiamat nanti adalah orang yang paling baik akhlaknya,”(HR. At-Tirmidzi).
Dari hadist tersebut dapat dikatakan antara ilmu pengetahuan dan ilmu moral atau
karakter memiliki kedudukan yang sama-sama penting.22
2. Hadits Ke Dua
25
Abu Adillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al-Ju’fi Al-Bukhori,
Shahih Ibnu Hibban (Beirut: Dar al-Kutub Al-Ilmiyah,2005), nomor hadist 317, jilid 2, hal. 20
15
4. Hadits Ke Empat
26
HR. Tirmidzi, Fathul Bari Ibnu Hajar (Beirut: Dar al-Kutub Al-Ilmiyah, 2001) jilid 18, hadis nomor
6061. hal. 391
27
Abu Adillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al-Ju’fi Al-Bukhori,
Fathul Bari Ibnu Hajar (Beirut: Dar al-Kutub Al-Ilmiyah, 2001) jilid 8, hadis nomor 2470. hal. 182
16
Artinya: dari Ibnu berkata “Rasullullah SAW pernah menginspeksi (memeriksa pasukan
perang) diriku pada saat perang uhud, dan saat itu umur saya baru 14 tahun, maka
Rasullullah tidak mengizinkanku untuk ikut berperang. Dan pada saat perang khandaq
Rasulullah menginspeksi diriku kembali, dan pada saat itu umurku telah masuk 15
tahun, maka kemudian Beliau mengizinkanku mengikuti peperangan.
Imam Nafi’ berkata: saya berkunjung kepada umar bin abdul aziz yang saat itu beliau
adalah seorang kholifah, kemudian saya menceritakan hadist tersebut kepada beliau,
dan beliau mengatakan: sesungguhnya seseorang dikatakan dewasa ketika mencapai
umur 15 tahun, kemudian beliau memerintahkan kepada para mentrinya untuk membuat
peraturan yang berisikan setiap orang (laki-laki) yang telah berumur 15 tahun wajib
mengikuti militer, dan seseorang yang belum mencapai umur tersebut, maka tidak
diperbolehkan megikuti militer.
Penjelasan Hadist Sebagai Controlling Dalam MPI
Dari arti hadis di atas, yang dapat dihubungkan dengan controlling manajemen
pendidikan adalah pada arti umur berapa yang diperbolehkan mengikuti perang. Nabi
melarang para sahabatnya yang masih berumur 14 tahun kebawah untuk mengikuti
peperangan dikarenakan pada saat itu usia 14 tahun kebawah rata-rata anak laki-laki
belum mencapai usia baligh, dan oleh sebab itu belum saatnya diajarkan ilmu
peperangan dan lebih dianjurkan untuk berdiam diri dirumah bersama ibu dan saudara-
saudara permpuannya. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa didalam
dunia pendidikan seharusnya harus memiliki tolak ukur materi yang akan diberikan
kepada para peserta didik. Sebuah sistem pendidikan harus mampu memberikan
pengawasan terus menerus terhadap kapasitas peserta didiknya dengan baik dan benar
sehingga pendidik mampu menyalurkan sistem pendidikan kepada peserta didik sesuai
dengan porsinya, tanpa harus memaksakan menyampaikan sistem pendidikan yang
belum saatnya disampaikan, baik terkait kurikulum pendidikan maupun yang lainnya.
Dari beberapa hadist diatas dapat diambil kesimpulan bahwa controlling atau
pengawasan terhadap manejemen pendidikan sangatlah penting. Dikarenakan cara
kontroling dianggap sebagai jembatan terakhir dalam rantai fungsional kegiatan-kegiatan
menejemen dan salah satu cara bagi para pemimpin lembaga untuk mengetahui apakah
tujuan-tujuan organisasi itu tercapai atau tidaknya. Selain itu controlling sebagai konsep
pengendalian, pemantauan efektifitas dari perencanaan, pengorganisasian, dan
kepemimpinan serta pengembalian perbaikan pada saat dibutuhkan
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. QS At Tahrim Ayat 6 yaitu adanya control atau pengawasan diri dan dalam keluarga
2. QS. At Taubat Ayat 105 yaitu adanya reward untuk etos kerja yang tinggi
3. QS. Ar-Ra’d Ayat 8 yaitu pengawasan harus mengetahui seluruh pelaksanaan
kegiatan operasional
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami susun, kami menyadari banyak kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan makalah ini, karena kami hanyalah makhluk yang kurang
sempurna, sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah. Untuk itu kritik dan saran
yang membangun kami harapkan. Demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan para pemakalah khususnya.
Amin
DAFTAR PUSTAKA
18
Mas’ud, Moh. Manajemen Personalia, Jakarta : Erlangga, 1996.
Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa. Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz XXVIII, Kairo : Dar al-Fikr, tt.
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al-Maraghi, Semarang : Toha Putra, 1993, Juz II.
Al-Thabathaba’i, Muhammad Husain. al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an juz 9, Beirut : Dar al-Kutub
al-Ilmiyah, tt.
Alma, Buchari. Majemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Bandung: Alfabeta, 1992.
Anthony dan Vijay Govindarajan, Management Control System, Mc Clelland Grawhill: Ninth
Eition, 1998.
Az-Zuhaili, Wahbah. Tafsir al-Munir jil. 14, terj: Abdul Hayyie,dkk, Jakarta : Gema Insani,
2014.
Fakhruddin, Muhammad Al-Razi. al-Tafsir al- Ghaib wa Mafatih al-Ghaib, Kairo, Dar al-Fikr,
tt.
HR. Tirmidzi, Fathul Bari Ibnu Hajar, Beirut: Dar al-Kutub Al-Ilmiyah, 2001
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al-Ju’fi Al-Bukhori, Abu
Suyuthi, Imam. Asbabub Nuzul : Sebab Sebab Turunnya Ayat Al Qur‟an, Jakarta : Qisthi Press,
2017.
Hati, 2006.
20