Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

STRATEGI DAKWAH WALISONGO

Disusun oleh :

Kelompok 1

Nama : Armansyah Putra


Nasser Al- Shobri Harahap
Lidya Ramadhani
Satwika Hartanti Harahap
Wardiyatul Fauziah
Zahraini Siregar
Kelas : XII MIA 1
Bidang Studi : Sejarah Kebudayaan Islam

MAN 1 PADANGSIDIMPUAN PLUS RISET


Jalan Sutan Soripada Mulia No. 31 C Padangsidimpuan

T.P 2022/2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-NYA , sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk bidang studi
Sejarah Kebudayaan Islam, dengan judul : “STRATEGI DAKWAH WALI
SONGO”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa,saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna


dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki . Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
A. Pengertian Walisongo...................................................................................5
B. Nama – Nama Walisongo.............................................................................6
C. Strategi Dakwah Walisongo..........................................................................7
BAB III..................................................................................................................20
PENUTUP..............................................................................................................20
A. Kesimpulan.................................................................................................20
B. Saran............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Walisongo atau walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah


jawa dengan strategi yang berbeda – beda tepatnya pada abad ke 14. Mereka
tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya –
Gresik – Lamongan - Tuban di Jawa Timur, Demak – Kudus – Muria di Jawa
Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam
budaya Nusantara untuk di gantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah
simbol penyebaran Islam di Indinesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh
lain yang juga berperan . Namun peranan Walisongo dalam penyebaran agama
islam sangatlah besar di tambah lagi dengan strategi dakwah yang baik serta di
terima oleh masyarakat sekitar membuat para walisongo ini lebih banyak
dikenal oleh masyarakat di bandingkan tokoh lain.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian Waisongo itu ?


2. Jelaskan Siapa saja Walisongo itu !
3. Bagaimana Strategi Dakwah Walisongo di Indonesia ?

C. Tujuan

1. Mengetahui dan memahami pengertian Walisongo


2. Mengetahui dan mengenali Tokoh Walisongo
3. Mengetahui dan memahami strategi dakwah Walisongo
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Walisongo

Pengertian Walisongo menurut bahasa (Denotatif). Nama


walisongo berarti sejumlah guru besar atau ulama yang diberi tugas
dakwah dalam wilayah tertentu.Walisongo berarti Sembilan orang
wali,dan wali songo juga di sebut dengan Waliyullah yang artinya wali
allah atau orang yang dekat dengan Allah SWT.
Adapun menurut istilah (konotatif) Wali merupakan predikat bagi
seseorang yang kecintaannya kepada Allah melebihi segala-galanya,
dibuktikan dengan amal perbuatannya, tutur kata, bahkan angan angan di
dalam hatinya .
Walisanga adalah sekelompok muballigh atau ulama untuk tugas
dakwah di wilayah tertentu dan wali sanga merupakan tokoh penyebar
islam di Indonesia khususnya tanah jawa.
SUMBER : https://www.portal-islam.id/2018/07/terungkap-ternyata-walisongo-utusan.html

B. Nama – Nama Walisongo

Berikut adalah nama nama para Walisongo dan gelar yang di berikan
kepada mereka:
1. Sunan Gresik ( Maulana Malik Ibrahim )
2. Sunan Ampel ( Raden Rahmat )
3. Sunan Giri ( Raden Paku )
4. Sunan Bonang ( Maulana Makhdum Ibrahim )
5. Sunan Drajat ( Raden Qasim Syarifuddin )
6. Sunan Gunung Jati ( Syarif Hidayatullah )
7. Sunan Kudus ( Raden ja’far Sadiq )
8. Sunan Kali Jaga ( Raden Mas Syahid )
9. Raden Said ( Raden Prawata )
C. Strategi Dakwah Walisongo
1. Sunan Gresik ( Maulana Malik Ibrahim )

Beliau berusaha menarik hati masyarakat saat mereka tengah dilanda krisis
ekonomi akibat perang Paregreg(perang antara istana barat majapahit dan
istana timur pada tahun1404-1406 M). Pecahnya perang Paregreg
mengakibatkan berbagai peristiwa tragis yang memilukan.

Tangisan kelaparan, rasa kesakitan dan penderitaan rakyat Jawa semakin


mengerikan keadaannya. Semua itu akibat dari keserakahan para penguasa
yang bernafsu lagi berambisi merebut kekuasaan meskipun harus menelan
banyak korban pembunuhan yang berjatuhan antara pasukan Wikromo
Wardhono dengan Bhre Wirabhumi.Untuk memenangkan hati dan pikiran
masyarakat Sunan Gresik menerapkan beberapa strategi.

1. Seruan dakwah Islam kepada raja Majapahit.


Sudah menjadi kewajiban setiap muslim untuk menyerukan dakwah sesuai
kemampuan dan kesanggupannya. Tujuannya adalah agar setiap hamba
mentauhidkan Allah dengan memurnikan ibadah hanya kepadanya serta
menjauhi segala bentuk kesyirikan kepadanya.

Di kerajaan Majapahit yang masih tenggelam dalam agama Syiwaisme dan


Budha dnegan melakukan penyembahan terhadap para dewa yang terkadang
diwujudkan dalam bentuk patung-patung berhala maupun candi-candi.
Maulana Malik Ibrahim mulai menyerukan dakwah Islam di dalamnya.
Meskipun saat itu juga telah ada orang-orang Islam dalam kerajaan.

2. Strategi dakwah dengan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.


Pasca peperangan antara bangsawan kerajaan, fonomena kelaparan dan
timbulnya berbagai macam penyakit merajarela di kalangan rakyat jelata.
Oleh karenanya, strategi dakwah Maulana Malik Ibrahim untuk memenuhi
kebutuhan hidup ang pokok adalah berdagang, dengan cara membuka warung
dan melayani pengobatan terhadap berbagai penyakit yang membawa wabah
saat itu.

Sebagai seorang pelaut sekaligus saudagar yang ahli dalam pergadangan,


Maulana Malik Ibrahim menyediakan kebutuhan pokok di warung itu dengan
harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menjadi tabib agar
dapat mengobati masyarakat secara gratis sebagi sarana dakwah.

Maulana Malik Ibrahim juga seorang ahli dalam mengatur negara,


termasuk irigasi, sebagai agraria, gresik masih banyak hutan, sawah, dan
ladang sebagai mata pencaharian utama daerah pedalaman. Keberadaan
sistem irigasi mutlak dibutuhkan untuk mengairi barbagai tanaman seperti
padi agar tumbuh berkembang sampai panen.

Oleh karenanya, peran Maulana Malik Ibrahim sangat penting bagi Gresik
sehingga mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini merupakan jawaban yang
tepat untuk masalah yang dihadapi masyarakat, di mana ekonomi rakyat
sedang hancur akibat perang Paregreg. Kehadiran Maulana Malik Ibrahim
pun disambut gembira oleh masyarakat luas, baik rakyat kebanyakan maupun
para tokohnya.

Maulana Malik Ibrahim tidak menentang secara frontal terhadap


keyakinan dan kepercayaan para penganut Syiwo dan Budho. Oleh
karenanya, dalam waktu yang relatif singkat banyak orang-orang Jawa yang
beralih keyakinan dari Syiwo-Budho kepada Islam.

3. Strategi dakwah dengan mendirikan pondok pesantren sebagai pusat


kaderisasi.
Selain berdakwah dengan pendekatan pemenuhn rakyat Jawa, Maulana
Malik Ibrahim juga membangun pondokan tempat belajar Islam di Leren,
Gresik. Kehadirannya bagaikan  tetesan embun saat panas kemelut perebutan
kekuasaan di kerajaan Majapahit dalam perang Paregreg yang mengantarkan
ke lembah kehancuran berakhir pada keruntuhan.

Setelah diberi sebidang tanah di pinggiran kota Gresik, yang kemudian


bernama desa Gapura, Maulana Malik Ibrahim mendirikan pondok pesantren.
Tujuan utama pendirian pondok pesantren ini adalah untuk mendidik kader-
kader pemimpin umat dan penyebar Islam yang diharapkan melanjutkan cita-
citanya, menyampaikan kebenaran Islam kepada masyarakat di wilayah
Majapahit yang merosot akibat perang saudara.

Demikianlah Maulana Malik Ibrahim menyebarkan Islam di Jawa bagian


timur. Dari tempat inilah beliau memulai mengyingsingkan lengan bajunya,
berjuang ntuk mengembangkan  Islam. Pertama-tama Maulana Malik Ibrahim
berusaha memahami keadaan, situasi, dan kondisi orang-orang pribumi.
Dengan keramah-tamahan bahasa beliau yang halus ketinggian akhlak yang
tinggi dan teladan kebaikan yang nyata mendaptkan simpati yang kuat dari
masyarakat.

2. Sunan Ampel ( Raden Rahmat )


Sunan Ampel menganut fikih Mahzab Hanafi. Sunan Ampel
menyampaikan dakwah kepada orang-orang dengan menggunakan dasar yang
sederhana yaitu dasar aqidah dan ibadah. Ajaran tersebut dikenal dengan Moh
limo yang berarti tidak melakukan lima hal yang tercela yaitu :
1. moh main(tidak berjudi)
2. moh ngumbe(tidak minum-minuman keras)
3. moh maling(tidak mencuri)
4. moh madat(tidak menggunakan narkotika) 5. moh madon(tidak berzinah)

Selain hal tersebut, Sunan Ampel juga menggunakan pendekatan kultur


budaya untuk berdakwah. Hal ini dilakukan dengan cara menyesuaikan diri,
menyerap, bersikap pragmatis, dan menempuh cara yang berangsur-angsur.

Sunan Ampel juga mengembangkan Pendidikan pesantren. Sistem


Pendidikan islam yang dipakai oleh Sunan Ampel di pesantren mengikuti
Pendidikan biara dan asrama yang digunakan oleh pendeta dan biksu dalam
belajar dan mengajar. Selain itu Sunan Ampel juga menggunakan metode
yang masih berkaitan dengan ritual Hindhu-Budha.

Saat berdakwah strategi unik yang dilakukan oleh Sunan Ampel adalah
mengubah nama sungai Brantas yang menuju Surabaya dengan nama Kali
Emas. Nama Pelabuhan juga turu diganti dengan nama Tanjung Perak dari
awalnya Jelangga Manik.

Selain Langkah-langkah tersebut, terdapat lima Langkah strategi dakwah


Sunan Ampel yaitu:
1. Membagi wilayah kerajaan Majapahit sesuai hirarki pembagian wilayah
negara.
2. Berdakwah dengan persuasif yang berorientasi pada penanaman akidah
islam.
3. Melakukan perang ideologi untuk memberantas mitos dan nilai-nilai
dogmatis yang bertentangan dengan akidah islam.
4. Berupaya dalam melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh yang dianggap
berpengaruh.
5. Menguasai kebutuhan-kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan
masyarakat

3. Sunan Giri ( Raden Paku )

Dalam dakwahnya, Sunan Giri melakukan dua cara, yaitu membangun


Pesantren Giri dan membuat permainan tradisional.

• ‌Membangun Pesantren Giri

Sunan Giri membangun Pesantren Giri menjadikannya sebagai pusat


penyebaran dan dakwah Islam di Gresik. Pengaruh penyebaran Islam dari
Pesantren Giri sampai ke beberapa daerah seperti Madura, Lombok,
Kalimantan, Sulawesi, hingga Maluku.

• ‌Membuat Permainan Tradisional

Cara lain yang dilakukan Sunan Giri dalam dakwahnya adalah membuat
berbagai macam permainan anak seperti Jelungan, Jor, Jamuran, Gula-ganti,
Cublak-suweng, Tembang Liri-ilir, dan lain sebagainya. Selain itu, Sunan
Giri juga menciptakan beberapa gending seperti Asmaradana dan Pucung.
4. Sunan Bonang ( Maulana Makhdum Ibrahim )

Suluk Wijil adalah karya Sunan Bonang yang sampai saat ini masih
tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden, Belanda. Dalam Suluk Wujil,
yang ditulis Sunan Bonang dalam sastra Jawa, berisi pengetahuan tasawuf yang
lebih mendalam, berbentuk tembang.Sunan Bonang menciptakan suluk
bernafaskan ajaran Islam yang digunakan untuk membantunya dalam
berdakwah.

Naskah Primbon adalah tulisan Sunan Bonang, memuat ajaran tasawuf yang
mendalam.Tulisan ini merupkan hasil bacaannya yang bersumber dari kitab-
kitab klasik, berisi ajaran Islam dan nasehat-nasehat para ulama yang merujuk
tulisan ulama sebelumnya.

A. SULUK

Suluk adalah karya seni berbentuk sastra jawa yang isinya mengandung
petuah–petuah ajaran kebaikan atau ajaran-ajaran yang bernafaskan Islam
kemudian dinyanyikan atau ditembangkan dengan tembang-tembang Jawa,
serta diiringi dengan alat musik.

B .PONDOK PESANTREN

Sunan Bonang merupakan kakak dari Raden Qosim atau dikenal sebagai
Sunan Drajad.Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang) kecil sudah dibekali
ajaran Islam oleh ayahnya.Bahkan di masa mudanya pernah melakukan
perjalanan jauh untuk mendapatkan latihan atau riyadhoh sebagai seorang wali.

Sunan Bonang juga pernah menyeberang hingga ke daerah Pasai, Aceh untuk
mendapatkan ajaran agama Islam dari Syekh Maulana Ishak bersama dengan
Raden Paku (Sunan Giri).

Sekembalinya dari riyadhoh, Sunan Ampel memerintahkan Sunan Bonang


untuk melakukan dakwah di daerah Tuban, Jawa Timur.Sunan Bonang
kemudian mendirikan pondok pesantren sebagai pusat dakwah dan
menyebarkan agama Islam sesuai dengan adat Jawa.

5. Sunan Drajat ( Raden Qasim Syarifuddin )

Dalam berdakwah, Sunan Drajat mengedepankan kebijaksanaan atau


dikenal dengan metode dakwah bil hikmah. Di antara ajarannya yang terkenal
adalah prinsip Pepali Pitu dan Catur Piwulang.

Prinsip Pepali Pitu:


1. Memangun resep tyasing sasama (Membuat senang hati orang lain)
2. Jroning suka kudu eling lan waspada (Dalam suasana gembira, hendaknya
tetap ingat Tuhan dan selalu waspada)
3. Laksitaning subrata tan nyipa marang pringga bayaning lampah (Dalam
mencapai cita-cita luhur, jangan menghiraukan halangan dan rintangan)
4. Meper hardaning pancadriya (Senantiasa berjuang untuk menekan hawa
nafsu duniawi)
5. Heneng-Hening-Henung (Dalam diam akan dicapai keheningan, dalam
hening akan dicapai jalan kebebasan mulia)
6. Mulya guna panca waktu (Pencapaian kemuliaan lahir batin dicapai dengan
menjalani sholat lima waktu)
7. Menehono teken marang wong kang wuto. Menehono mangan marang
wong kang luwe. Menehono busana marang wong kang wuda. Menehono
pangiyup marang wong kang kaudanan (Berilah tongkat kepada orang buta.
Berilah makan kepada orang lapar. Berilah pakaian kepada orang tidak
berpakaian. Berilah payung kepada orang kehujanan) .
Pada poin ketujuh dari Pepali Pitu itu disebut dengan Catur Piwulang.

6. Sunan Gunung Jati ( Syarif Hidayatullah )

Strategi dakwah untuk menyebarkan Islam yang dijalankan Sunan Gunung


Jati adalah memperkuat kedudukan politis.Selain melalui jalur politik, Sunan
Gunung Jati juga melakukan dakwahnya dengan cara luas wilayah.

Adapun cara lainnya yaitu Sunan Gunug Jati melakukan hubungan


dengan tokoh-tokoh berpengaruh di Cirebon, Banten, dan Demak melalui
pernikahan.Tercatat dalam buku sejarah, istri dari Sunan Gunung Jati lebih
dari tiga. Istri yang pertama Sunan Gunung Jati adalah Nyi Babadan adalah
salah satu putri Ki Ageng Babadan.
Dari pernikahan ini Sunan Gunung Jati dapat memperluas pengaruhnya dari
Cirebon hingga Babadan.Namun sungguh sayang dari istri pertama Sunan
Gunung Jati tidak mendapatkan keturunan, karena Nyi Babadan meninggal
dunia.
Istri Sunan Gunung Jati yang selanjutnya adalah Nyi Tepasari yaitu salah
satu putri dari Ki Gedeng Tepasan. Istri Sunan Gunung Jati berikutnya adalah
Nyimas Rara Kerta, putri Ki Gedeng Jati Merta.

Selain itu, Sunan Gunung Jati menggalang kekuatan dengan menghimpun


orang-orang yang dikenal sebagai tokoh yang memiliki kesaktian dan
kedigdayaan.

7. Sunan Kudus ( Raden Ja’far Sadiq )

Sunan Kudus memang mengabdikan dirinya untuk menyebarkan dan


mengajarkan agama Islam kepada masyarakat. Karena pada waktu itu
masyarakat masih banyak yang menganut Hindu-Buddha maka Sunan Kudus
menggunakan pendekatan khusus agar tidak terjadi penolakan di masyarakat.

Salah satu yang menjadi ciri khas dari Sunan Kudus dalam menyebarkan
agama Islam adalah melalui pendekatan seni dan budaya. Sunan Kudus tidak
langsung memerintahkan masyarakat yang menganut Hindu-Buddha atau
animisme dan dinamisme langsung pindah agama Islam. Melainkan dengan
cara pelan-pelan dan melalui beberapa adat istiadat dan kesenian.
Sunan Kudus membiarkan masyarakat tetap melakukan tradisi mereka
namun disesuaikan dengan ajaran Islam dan selalu mengedepankan jalan
damai untuk menghindarkan dari perpecahan. Salah satu contoh metode
dakwah yang digunakan oleh Sunan Kudus adalah dengan menghormati
masyarakat Hindu yaitu dengan memerintahkan untuk tidak menyembelih
sapi. Karena sapi menjadi salah satu hewan yang disucikan oleh masyarakat
sekitar.

Selain itu Sunan Kudus juga memberikan nuansa Buddha pada setiap
arsitektur yang ada di wilayah tersebut salah satu contohnya yang masih ada
sampai sekarang adalah bangunan Masjid Menara Kudus yang memiliki
perpaduan corak Hindu-Buddha-Islam.

8. Sunan Kalijaga ( Raden Mas Syahid )

Sunan Kalijaga menggunakan wayang sebagai salah satu media


dakwahnya. Waktu itu, kesenian wayang memang digemari masyarakat.
Dia pun berkeliling di wilayah Padjajaran dan Majapahit untuk menjadi
dalang.

Apabila masyarakat ingin Sunan Kalijaga mengadakan pertunjukan


wayang, dia tidak meminta masyarakat untuk memungut biaya apapun, selain
mengucapkan dua kalimat syahadat.
Di dalam kesenian wayang inilah, Sunan Kalijaga mengajarkan nilai-nilai
tasawuf.

Dalam menyebarkan ajaran Islam, Sunan Kalijaga juga menggelar


semacam perayaan yang dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah
“grebeg”.Di dalamnya terdapat tradisi Sekaten yang berasal dari kata “sekati”
yang berarti “nama dua alat gamelan”.Ide untuk menggabungkan kebudayaan
grebeg dengan sekaten muncul saat Sunan Kalijaga mencoba mengajak
masyarakat ke masjid yang saat itu bertepatan dengan peringatan Maulid
Nabi Muhammad SAW.

Selain menggelar musik gamelan dan tari-tarian, waktu itu Sunan Kalijaga
juga mengajak masyarakat menghiasi kompleks masjid.Awalnya masyarakat
malu untuk datang, tapi perlahan-lahan mereka berdatangan melewati gapura
dan dituntun mengucapkan dua kalimat syahadat.

Dalam pertunjukan, ketukan gamelan ia ciptakan sendiri agar diterima


masyarakat.Selain itu gamelan dimanfaatkan untuk mengundang masyarakat
datang ke masjid.Alat musik tradisional itu juga digunakan saat acara Grobeg
dan Sekaten untuk bertujuan demi mendapatkan perhatian masyarakat.

Selain menggunakan gamelan, Sunan Kalijaga juga menggunakan


tembang sebagai sarana menyebarkan dakwah Islamnya.Tembang yang
diciptakan Sunan Kalijaga antara lain Tembang Rumekso Ing Wengi dan Ilir-
Ilir.
Tembang Rumekso Ing Wengi berisi tentang doa saat malam hari setelah
melakukan salat tahajjud.Tembang ini disusun Sunan Kalijaga karena waktu
itu masyarakat Jawa masih kesulitan dalam menghafal doa berbahasa Arab.

9. Sunan Muria ( Raden Prawata )


Sunan muria adalah salah satu anggota walisongo dan putra dari salah satu
walisongo juga yaitu Sunan Kalijaga dan Dewi Saroh. Nama asli dari Sunan
Muria adalah Raden Umar Syahid. Beliau menyebarkan agama islam dengan
cara yang halus seperti yang dilakukan oleh ayahanda beliau Sunan Kalijaga.
Raden Umar Syahid mempunyai peran penting dalam proses penyebaran
isalm di sekitar gunung muria. Tempat tinggal sunan muria berada di puncak
gunung muria, yang salah satu puncaknya bernama Colo. Gunung tersebut
terletak di sebelah utara kota kudus.

Cara Berdakwah
Berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah yang
sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam.
Tempat tinggal beliau terletak di salah satu puncak Gunung Muria yang
bernama Colo. Di sana Sunan Muria banyak bergaul dengan rakyat jelata
sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang
dan melaut.

Sunan muria menyebarkan agama islam kepada para pedagang, nelayan,


pelaut dan rakyat jelata. Cara beliau menyebarkan agama islam dengan tetap
mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah. Beliau
juga yang telah menciptakan berbagai tembang jawa. Salah satu hasil dakwah
beliau melalui media seni adalah tembang Sinom dan Kinanti. Tempat
dakwahnya berada di sekitar gunung muria, kemudian dakwahnya diperluas
meliputi Tayu, Juwana, kudus, dan lereng gunung muria. Ia dikenal dengan
sebutan sunan muria Karena tinggal di gunung muria.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan materi di atas dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :


1. Walisongo merupaka tokoh yang sangat berperan penting dalam
penyebaran agama Islam terutama pada tanah Jawa,
2. Ditinjau dari berbagai sumber yang kami dapat menjelaskan bahwa
strategi dakwah Walisongo mudah di terima oleh masyarakat dan para
Walisongo tidak merubah kebiasaan masyarakat sekitar tetapi melakukan
pelestarian kebudayaan agar masyarakat mudah menerima agama islam.
3. Para wali songo juga meninggalkan jejak mereka pada generasi yang akan
datang seperti; wayang yang samapai saat ini masih di gunakan.
4. Dan Walisongo mengajarkan kita untuk terus melestarikan kebudayaan
yang ada dan tidak melupakankebudayaan yag ada di sekitarkita.

B. Saran

Pada zaman sekarang ini para tokoh tokoh penting seperti ini
hampir dilupakan oleh masyarakat karena kurang pedulinya terhadap
sejarah islam dan kurang nya penyelenggaraan acara acara untuk
mengingat kembali tokoh penting dalam penyebaran agama islam
Kami menyarankan agar di buatnya rutinitas mengingat kembali
tokoh penyebar agam islam ini serta membuat acara pameran mengenai
peninggalan strategi dakwah yang di lakukan tokoh penyebaran agama
islam terutama para Walisongo.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Rachmad. 2015. Walisongo Gelora Dakwah dan Jihad Di Tanah Jawa
Surakarta : Al – Wafi.

Asmuni, Syukir. 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya : Al-Ihlas.

Abu, Amar, Imron. 1992. Sunan Kalijaga, Kadilangu & Demak, Kudus
: Menara Kudus.

Arif, Masykur. 2013. Sejarah Lengkap Walisongo. Yogyakarta : DIPTA.

Sofwan, Ridin dkk. 2000. Islamisasi di Jawa Walisongo, Penyebar Islam di Jawa
Menurut Penuturan Babad. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

https://himayahfoundation.com/dakwah-sunan-gresik-konsep-memenangkan-hati-
dan-pikiran-ummat/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Perang_Regreg

https://apps.detik.com/detik/

https://kumparan.com/berita-terkini/sejarah-dan-metode-dakwah-sunan-kudus-
dalam-menyebarkan-islam-1y2UChw4Qy9

https://portalmajalengka.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-834192703/strategi-
dakwah-sunan-gunung-jati-dalam-menyebarkan-ajaran-agama-islam-di-tatar-
pasundan

https://intisari.grid.id/read/033192555/bagaimana-cara-dakwah-sunan-kalijaga-
beginilah-cara-dakwah-beliau

https://pontianak.tribunnews.com/amp/2021/08/14/bagaimana-cara-dakwah-yang-
dilakukan-sunan-bonang-dan-media-dakwah-apa-saja-yang-digunakan?page=4

Anda mungkin juga menyukai