GASTRIC PERFORASI
OLEH:
Dr. Dyah Anggraini
Pembimbing :
dr. AZIZAH AR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Gastric
Perforasi” yang disusun dalam program dokter internsip Indonesia Rumah sakit
Umum Daerah Rokan Hulu Tahun 2021.
Terima kasih kepada dokter pembimbing dr. Hendrizal, Sp.B, yang telah
membimbing, mengarahkan, dan memberikan ilmu kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis mengharapkan kritik serta saran. Semoga dengan adanya laporan kasus
ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan semua pihak.
Penulis
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................2
A. Definisi..................................................................................................................2
B. Anatomi................................................................................................................2
C. Etiologi.................................................................................................................6
D. Patofisiologi..........................................................................................................8
E. Manifestasi Klinis..............................................................................................11
F. Diagnosis............................................................................................................12
G. Diagnosis Banding.............................................................................................17
H. Penatalaksanaan................................................................................................18
I. Komplikasi.........................................................................................................22
J. Prognosis............................................................................................................24
BAB II.............................................................................................................................26
ILUSTRASI KASUS......................................................................................................26
BAB IV............................................................................................................................36
KESIMPULAN..............................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................37
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap tahun penyakit ulkus peptikum mengenai hampir 4 juta
penduduk dunia. Komplikasi dari penyakit ini didapati sebesar 10 – 20%
dimana 2-14 % akan mengalami perforasi. Jumlah wanita mengenai lebih
setengah dari seluruh kasus.
Perforasi gaster berkembang menjadi suatu peritonitis kimia yang
disebabkan karena kebocoran asam lambung ke dalam rongga perut.
Perforasi dalam bentuk apapun yang mengenai saluran cerna merupakan
suatu kasus kegawatan bedah. Pertama sekali tercatat yang melakukan
penutupan perforasi gaster adalah Mikulicz pada tahun 1880. Pembedahan
ini mengalami kegagalan sampai Heusner yang pertama sekali melakukan
penjahitan pada perforasi gaster. Keetley yang menganjurkan emergency
gastrectomy pada tahun 1902, sampai Graham menguraikan bahwa
mortalitas 2% pada pasien dengan perforasi duodenal yang menjalani simple
suture dan omental plug.
Perforasi bukan komplikasi yang sering terjadi pada ulkus gaster
tetapi terjadi akibat penggunaan obat anti inflamasi yang luas. Etiologi yang
paling banyak mendasari perforasi gaster adalah peptik ulcer dan persentase
terjadinya perforasi sebesar 10-15%. Berbeda dengan ulkus duodenum
dimana insiden terjadinya kanker hampir nol, pada perforasi ulkus gaster 6-
14% disebabkan oleh keganasan.
Adapun faktor penyebab utama diantaranya penggunaan obat anti
inflamasi non steroid, infeksi helicobacter pylori dan malignansi. Di
Indonesia pada tahun 2005-2008, tukak lambung menempati urutan ke-10
dalam kategori penyebab kematian pada kelompok umur 45-54 tahun pada
laki-laki menurut BPPK Depkes pada tahun 2008.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Gastric perforasi adalah cedera seluruh dinding organ. Karena
peritoneum sepenuhnya menutupi lambung, perforasi dinding menciptakan
hubungan antara lumen lambung dan rongga peritoneum. Jika perforasi
terjadi secara akut, tidak ada waktu untuk reaksi inflamasi untuk menutup
perforasi, dan isi lambung bebas masuk ke rongga peritoneum umum,
menyebabkan peritonitis kimiawi. Perforasi yang terjadi dalam jangka
waktu lama dapat ditahan secara lokal oleh reaksi inflamasi. Perforasi dapat
dicurigai berdasarkan presentasi klinis pasien, atau diagnosis menjadi jelas
melalui laporan "udara bebas" ekstraluminal pada pencitraan diagnostik
yang dilakukan untuk mengevaluasi nyeri perut atau gejala lain. Perawatan
adalah perbaikan bedah. Selama pembedahan, sebagian besar perforasi
berbentuk linier dan ditemukan tinggi di perut dan di sepanjang kurvatura
mayor. Perforasi biasanya ditutup dengan tambalan yang terbuat dari
omentum atau daerah yang berlubang dapat menjalani reseksi baji (David et
al., 2021)
B. Anatomi
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen
atas tepat di bawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung menyerupai
tabung bentuk J, dan bila penuh, berbentuk seperti buah pir raksasa.
Kapasitas normal lambung adalah 1 sampai 2 liter. Secara anatomis
lambung terbagi atas fundus, korpus, dan antrumpilorikum atau pilorus.
Sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura minor, dan bagian
kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Sfingter pada kedua ujung
lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan yang terjadi. Sfingter kardia
atau sfingter esofagus bawah, mengalirkan makanan masuk ke dalam
C. Etiologi
Etiologi sebagian besar perforasi lambung adalah sekunder dari
penyakit ulkus peptikum tetapi juga dapat disebabkan oleh trauma,
keganasan, prosedur intervensi, dan patologi lambung intrinsik atau dapat
terjadi secara spontan pada bayi baru lahir (David et al., 2021).
Penyakit Ulkus Peptikum (PUD)
PUD adalah penyebab paling umum dari perforasi lambung. Karena
kemajuan manajemen medis; kejadian perforasi lambung terjadi pada
kurang dari 10% pasien dengan penyakit ulkus peptikum. Ini terjadi paling
sering pada pasien usia lanjut yang menggunakan NSAID dan pada pasien
yang mengonsumsi alkohol berlebih. Perforasi tukak lambung atau tukak
D. Patofisiologi
Lambung biasanya tidak memiliki mikroorganisme karena
keasamannya yang tinggi. Oleh karena itu mayoritas individu yang
mengalami perforasi lambung tidak berisiko untuk pertumbuhan bakteri
langsung. Namun, kebocoran cairan asam di rongga perut dapat
menyebabkan peritonitis kimia yang parah. Dalam beberapa jam setelah
E. Manifestasi Klinis
a. Langsung dari ulkus lambung atau dari kerusakan esofagus dari muntah
yang parah, maag dapat menyebabkan perforasi lambung atau duodenum,
yang menyebabkan peritonitis akut. Hal ini sangat menyakitkan
hematemesis (muntah darah), hal ini dapat terjadi karena pendarahan dan
membutuhkan operasi segera. Melena (tinggal, tinja berbau busuk karena
teroksidasi besi dari hemoglobin).
b. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimptomatis.
Keluhan-keluhan itu misalnya nyeri timbul pada ulu hati. Biasanya
ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.
c. Kadang-kadang disertai dengan mual-mual dan muntah.
d. Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah
samar pada tinja dan secara fisik akan dijumpai tanda-tanda anemia
defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
e. Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali
mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan
F. Diagnosis
Pada pasien dengan perforasi gaster, keadaan umum yang terlihat
ialah kesakitan dan gelisah.Hal yang harus segera dilakukan ialah
memeriksa jalan nafas dan tanda-tanda vital. Pernafasan pasien dangkal dan
cepat karena restriksi pergerakan diafragma, sedangkan jalan nafas biasanya
bukan menjadi masalah pada perforasi gaster. Kadang-kadang takikardia
ringan juga dapat terjadi, tetapi hanya pada fase awal perforasi. Hipotensi
seharusnya tidak terjadi, dan bila terjadi, hendaknya diagnosis banding
seperti rupturnya aneurisma aorta abdominalis, pankreatitis akut yang berat,
dan gangguan pada pembuluh darah mesenterika harus diwaspadai.
Pemeriksaan awal biasanya juga memperlihatkan tanda-tanda akut abdomen
G. Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk nyeri perut onset mendadak yang terlihat
dengan perforasi lambung luas dan termasuk tetapi tidak terbatas pada
(David et al., 2021) :
1. Bisul perut
2. Ulkus duodenum
3. Penyakit bilier
4. Infark limpa
5. Insufisiensi mesenterika embolik
6. Radang perut
H. Penatalaksanaan
Tanda dan gejala perforasi gaster biasanya mereka dengan gejala
akut abdomen disertai sepsis dan gagal napas. Pemeriksaan abdominal
adanya distensi abdominal yang signifikan. Vomitus adalah gejala yang
tidak konsisten. Terapi suportif yang baik post operatif bersama dengan
penggunaan antibiotik spektrum luas secara intravena diperlukan. Jika
gejala dan tanda-tanda peritonitis umum tidak ada, kebijakan nonoperatif
mungkin digunakan dengan terapi antibiotik langsung terhadap bakteri
gram-negatif dan anaerob. Apabila penderita yang lambungnya mengalami
perforasi, harus diperbaiki keadaan umumnya sebelum operasi. Pemberian
cairan dan koreksi elektrolit, pemasangan pipa nasogastrik, dan pemberian
antibiotik mutlak diberikan (Lestari, 2016).
Tujuan dari terapi bedah adalah :
a. Koreksi masalah anatomi yang mendasari
b. Koreksi penyebab peritonitis
c. Membuang setiap material asing di rongga peritoneum yang dapat
menghambat fungsi leukosit dan mendorong pertumbuhan bakteri
(seperti darah, makanan, sekresi lambung).
Laparotomi dilakukan segera setelah upaya suportif dikerjakan.
Jahitan saja setelah eksisi tukak yang perforasi belum mengatasi penyakit
primernya, tetapi tindakan ini dianjurkan bila keadaan umum kurang baik,
penderita usia lanjut dan terdapat peritonitis purulenta. Bila keadaan
memungkinkan, tambahan tindakan vagotomi dan antrektomi dianjurkan
untuk mencegah kekambuhan.
Tujuan dari prosedur operasi untuk ulkus duodenum adalah untuk
memberikan perbaikan yang lama dengan mengontrol produksi asam sel
parietal. Pendekatan operasi untuk ulkus duodenum perforasi dapat
I. Komplikasi
Komplikasi potensial dari ulkus peptikum adalah (Zainudin, 2015) :
J. Prognosis
Apabila tindakan operasi dan pemberian antibiotik berspektrum luas
cepat dilakukan maka prognosisnya dubia ad bonam. Sedangkan bila
diagnosis, tindakan, dan pemberian antibiotik terlambat dilakukan maka
prognosisnya menjadi dubia ad malam. Hasil terapi meningkat dengan
diagnosis dan penatalaksanaan dini. Faktor-faktor berikut akan
meningkatkan resiko kematian (Lestari, 2016) :
1) Usia lanjut
2) Adanya penyakit yang mendasari sebelumnya
3) Malnutrisi
4) Timbulnya komplikasi
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tugiono
Umur : 49 tahun 10 bulan 29 hari
JenisKelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
I. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesa pada tanggal 16 November
2021
Kesadaran : CMC
GCS : E4V5M6
Berat Badan : 50 Kg
Status Generalis
Kepala : Normochepali
Mulut : Lidah simetris kiri dan kanan, deviasi (-), tremor (-),
hiperemis (-) papil lidah tidak atrofi, lidah tidak kotor
Telinga : Normotia kiri dan kanan. Nyeri tarik -/-, nyeri tekan tragus
- /-, serumen +/+, membrane tymphani intak +/+
Thoraks : Paru
Jantung
Abdomen
HEMATOLOGI
27 pg 27 - 31
36 % 32 - 36
Hitung jenis
0,50 <3,13
0.9 >1.5
SGOT 33 0-35
SGPT 62 4-36
UREUM 68 <50
HEMATOLOGI
26 pg 27 - 31
36 % 32 - 36
Hitung jenis
0.50 >1.5
SGOT - 0-35
SGPT - 4-36
HEMATOLOGI
- Hemoglobin
75 fl 80 - 95
27 pg 27 - 31
36 % 32 - 36
Hitung jenis
13.61 <3,13
0.8 >1.5
KGDS - <200
SGOT 49 0-35
SGPT 59 4-36
PH 52 7.350-7.450
PO2 41 80-100
KLORIDA 98-106
V. Diagnosa Kerja
Gastric perforasi
VIII. Prognosis
IX. Follow Up
Kamis , 16 september 2021
S :Nyeri (+)
O : KU: sedang
Peristalytik usus (-)
TD : 1016/72 mmHg, HRl:107 x/I, T: 36,5 C, RR: 20 x/i
A : Post OP gastricopy repair
P : IVFD D10% 20TPM
- Inj. Pantofrazol 1 vial / 12 jam
- Inj. ceftriacxon 2 gr / 12 jam
- Inj. Ketorolac 1 ampul K/P
- Inj progesole 2mg / 12 jam/iv
- Inj. Furosemide 1 amp extra
- Cek albumin, elektrolit, darah rutin
KESIMPULAN