Anda di halaman 1dari 44

Laporan Kasus

GASTRIC PERFORASI

OLEH:
Dr. Dyah Anggraini

Pembimbing :

dr. AZIZAH AR

PROGRAM DOKTER INTERNSIP INDONESIA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ROKAN HULU
2022
GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Gastric
Perforasi” yang disusun dalam program dokter internsip Indonesia Rumah sakit
Umum Daerah Rokan Hulu Tahun 2021.
Terima kasih kepada dokter pembimbing dr. Hendrizal, Sp.B, yang telah
membimbing, mengarahkan, dan memberikan ilmu kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis mengharapkan kritik serta saran. Semoga dengan adanya laporan kasus
ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan semua pihak.

Rokan Hulu, Desember 2021

Penulis

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................2
A. Definisi..................................................................................................................2
B. Anatomi................................................................................................................2
C. Etiologi.................................................................................................................6
D. Patofisiologi..........................................................................................................8
E. Manifestasi Klinis..............................................................................................11
F. Diagnosis............................................................................................................12
G. Diagnosis Banding.............................................................................................17
H. Penatalaksanaan................................................................................................18
I. Komplikasi.........................................................................................................22
J. Prognosis............................................................................................................24
BAB II.............................................................................................................................26
ILUSTRASI KASUS......................................................................................................26
BAB IV............................................................................................................................36
KESIMPULAN..............................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................37

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS ii


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap tahun penyakit ulkus peptikum mengenai hampir 4 juta
penduduk dunia. Komplikasi dari penyakit ini didapati sebesar 10 – 20%
dimana 2-14 % akan mengalami perforasi. Jumlah wanita mengenai lebih
setengah dari seluruh kasus.
Perforasi gaster berkembang menjadi suatu peritonitis kimia yang
disebabkan karena kebocoran asam lambung ke dalam rongga perut.
Perforasi dalam bentuk apapun yang mengenai saluran cerna merupakan
suatu kasus kegawatan bedah. Pertama sekali tercatat yang melakukan
penutupan perforasi gaster adalah Mikulicz pada tahun 1880. Pembedahan
ini mengalami kegagalan sampai Heusner yang pertama sekali melakukan
penjahitan pada perforasi gaster. Keetley yang menganjurkan emergency
gastrectomy pada tahun 1902, sampai Graham menguraikan bahwa
mortalitas 2% pada pasien dengan perforasi duodenal yang menjalani simple
suture dan omental plug.
Perforasi bukan komplikasi yang sering terjadi pada ulkus gaster
tetapi terjadi akibat penggunaan obat anti inflamasi yang luas. Etiologi yang
paling banyak mendasari perforasi gaster adalah peptik ulcer dan persentase
terjadinya perforasi sebesar 10-15%. Berbeda dengan ulkus duodenum
dimana insiden terjadinya kanker hampir nol, pada perforasi ulkus gaster 6-
14% disebabkan oleh keganasan.
Adapun faktor penyebab utama diantaranya penggunaan obat anti
inflamasi non steroid, infeksi helicobacter pylori dan malignansi. Di
Indonesia pada tahun 2005-2008, tukak lambung menempati urutan ke-10
dalam kategori penyebab kematian pada kelompok umur 45-54 tahun pada
laki-laki menurut BPPK Depkes pada tahun 2008.

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 1


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Gastric perforasi adalah cedera seluruh dinding organ. Karena
peritoneum sepenuhnya menutupi lambung, perforasi dinding menciptakan
hubungan antara lumen lambung dan rongga peritoneum. Jika perforasi
terjadi secara akut, tidak ada waktu untuk reaksi inflamasi untuk menutup
perforasi, dan isi lambung bebas masuk ke rongga peritoneum umum,
menyebabkan peritonitis kimiawi. Perforasi yang terjadi dalam jangka
waktu lama dapat ditahan secara lokal oleh reaksi inflamasi. Perforasi dapat
dicurigai berdasarkan presentasi klinis pasien, atau diagnosis menjadi jelas
melalui laporan "udara bebas" ekstraluminal pada pencitraan diagnostik
yang dilakukan untuk mengevaluasi nyeri perut atau gejala lain. Perawatan
adalah perbaikan bedah. Selama pembedahan, sebagian besar perforasi
berbentuk linier dan ditemukan tinggi di perut dan di sepanjang kurvatura
mayor. Perforasi biasanya ditutup dengan tambalan yang terbuat dari
omentum atau daerah yang berlubang dapat menjalani reseksi baji (David et
al., 2021)

B. Anatomi
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen
atas tepat di bawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung menyerupai
tabung bentuk J, dan bila penuh, berbentuk seperti buah pir raksasa.
Kapasitas normal lambung adalah 1 sampai 2 liter. Secara anatomis
lambung terbagi atas fundus, korpus, dan antrumpilorikum atau pilorus.
Sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura minor, dan bagian
kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Sfingter pada kedua ujung
lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan yang terjadi. Sfingter kardia
atau sfingter esofagus bawah, mengalirkan makanan masuk ke dalam

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 2


lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki esofagus kembali.
Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia dikenal dengan nama
daerah kardia. Di saat sfingter pilorikum terminal berelaksasi, makanan
masuk ke dalam duodenum, dan ketika berkontraksi sfingter ini akan
mencegah terjadinya aliran balik isi usus ke dalam lambung (Diah, 2011).
Sfingter pilorus memiliki arti klinis yang penting karena dapat
mengalami stenosis (penyempitan pilorus yang menyumbat) sebagai
penyulit penyakit ulkus peptikum. Abnormalitas sfingter pilorus dapat pula
terjadi pada bayi. Stenosis pilorus atau piloro spasme terjadi bila serabut
otot di sekelilingnya mengalami hipertrofi atau spasme sehingga sfingter
gagal berelaksasi untuk mengalirkan makanan dari lambung ke dalam
duodenum. Bayi akan memuntahkan makanan tersebut dan tidak mencerna
serta menyerapnya. Keadaan ini mungkin dapat diperbaiki melalui operasi
atau pemberian obat adrenergik yang menyebabkan relaksasi serabut otot.
Lambung tersusun atas empat lapisan. Tunika serosa atau lapisan
luar merupakan bagian dari peritonium viseralis. Dua lapisan peritonium
viseralis menyatu pada kurvatura minor lambung dan duodenum kemudian
terus memanjang ke hati, membentuk omentum minus. Lipatan peritonium
yang keluar dari satu organ menuju ke organ lain disebut sebagai
ligamentum. Jadi omentum minus (disebut juga ligamentum
hepatogastrikum atau hepatoduodenalis) menyokong lambung sepanjang
kurvatura minor sampai ke hati. Pada kurvatura mayor, peritonium terus ke
bawah membentuk omentum majus, yang menutupi usus halus dari depan
seperti sebuah apron besar. Sakus omentum minus adalah tempat yang
sering terjadi penimbunan cairan (pseudokista pankreatikum) akibat
penyulit pankreatitis akut.

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 3


Tidak seperti daerah saluran cerna lain, bagian muskularis tersusun
atas tiga lapis dan bukan dua lapis otot polos: lapisan longitudinal di bagian
luar, lapisan sirkular di tengah, dan lapisan oblik di bagian dalam. Susunan
serabut otot yang unik ini memungkinkan berbagai macam kombinasi
kontraksi yang diperlukan untuk memecah makanan menjadi partikel-
partikel yang kecil, mengaduk dan mencampur makanan tersebut dengan
cairan lambung, dan mendorongnya ke arah duodenum.
Submukosa tersusun atas jaringan areolar longgar yang
menghubungkan lapisan mukosa dan lapisan muskularis. Jaringan ini
memungkinkan mukosa bergerak dengan gerakan peristaltik. Lapisan ini
juga mengandung pleksus saraf, pembuluh darah, dan saluran limfe.
Mukosa, lapisan dalam lambung, tersusun atas lipatan-lipatan
longitudinal disebut rugae, yang memungkinkan terjadinya disternsi
lambung sewaktu diisi makanan. Terdapat beberapa tipe kelenjar pada
lapisan ini dan dikategorikan menurut bagian anatomi lambung yang
ditempatinya. Kelenjar kardia berada di dekat orifisium kardia dan

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 4


menyekresikan mukus. Kelenjar fundus atau gastrik terletak di fundus dan
pada hampir seluruh korpus lambung. Kelenjar gastrik memiliki tiga tipe sel
utama. Sel-sel zimogenik (chief cell) menyekresikan pepsinogen.
Pepsinogen diubah menjadi pepsin dalam suasana asam. Sel-sel parietal
menyekresikan asam hidroklorida (HCL) dan faktor intrinsik. Faktor intrisik
diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 di dalam usus halus. Kekurangan
faktor intrinsik akan mengakibatkan terjadinya anemia pernisiosa. Sel-sel
mukus (leher) ditemukan di leher kelenjar fundus dan menyekresikan
mukus. Hormon gastrin diproduksi oleh sel G yang terletak pada daerah
pilorus lambung. Gastrin merangsang kelenjar gastrik untuk menghasilkan
asam hidroklorida dan pepsinogen. Substansi lain yang disekresi dalam
lambung adalah enzim dan berbagai elektrolit, terutama ion natrium, kalium
dan klorida.
Persarafan lambung sepenuhnya berasal dari sistem saraf otonom.
Suplai saraf parasimpatis untuk lambung dan duodenum dihantarkan ke dan
dari abdomen melalui saraf vagus. Trunkus vagus mencabangkan ramus
gastrika, pilorika, hepatika, dan seliaka. Persarafan simpatis melalui saraf
splanchnicus major dan ganglia seliaka. Serabut-serabut aferen
menghantarkan impuls nyeri yang dirangsang oleh peregangan, kontraksi
otot, serta peradangan, dan dirasakan di daerah epigastrium abdomen.
Serabut-serabut aferen simpatis menghambat motilitas dan sekresi lambung.
Pleksus saraf mienterikus (Auerbach) dan submukosa (Meissner)
membentuk persarafan intrinsik dinding lambung dan mengoordinasi
aktivitas motorik dan sekresi mukosa lambung.
Seluruh suplai darah di lambung dan pankreas (serta hati, empedu,
dan limpa) terutama berasal dari arteri seliaka atau trunkus seliakus, yang
mempercabangkan cabang-cabang yang menyuplai kurvatura minor dan
major. Dua cabang arteri yang penting dalam klinis adalah arteria
gastroduodenalis dan arteria pankreatikoduodenalis (retroduodenalis) yang
berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum. Ulkus pada dinding
posterior duodenum dapat mengerosi arteri ini dan menyebabkan terjadinya

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 5


perdarahan. Darah vena dari lambung dan duodenum, serta yang berasal
dari pankreas, limpa, dan bagian lain saluran gastrointestinal, berjalan ke
hati melalui vena porta.

C. Etiologi
Etiologi sebagian besar perforasi lambung adalah sekunder dari
penyakit ulkus peptikum tetapi juga dapat disebabkan oleh trauma,
keganasan, prosedur intervensi, dan patologi lambung intrinsik atau dapat
terjadi secara spontan pada bayi baru lahir (David et al., 2021).
Penyakit Ulkus Peptikum (PUD)
PUD adalah penyebab paling umum dari perforasi lambung. Karena
kemajuan manajemen medis; kejadian perforasi lambung terjadi pada
kurang dari 10% pasien dengan penyakit ulkus peptikum. Ini terjadi paling
sering pada pasien usia lanjut yang menggunakan NSAID dan pada pasien
yang mengonsumsi alkohol berlebih. Perforasi tukak lambung atau tukak

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 6


duodenum ke dalam rongga peritoneum pada awalnya menyebabkan
peritonitis kimiawi sebagai lawan dari peritonitis bakterial, tidak seperti
perforasi usus yang lebih distal. Jika ulkus lambung dinding posterior
perforasi, isi lambung bocor ke kantung yang lebih rendah, yang cenderung
membatasi peritonitis. Pasien-pasien ini mungkin datang dengan gejala yang
kurang jelas.
Perforasi Lambung Spontan
Perforasi spontan lambung adalah kejadian yang jarang terjadi
terutama terlihat pada periode neonatal, beberapa hari pertama kehidupan,
sebagai penyebab pneumoperitoneum. Di luar periode neonatus, perforasi
jarang terjadi dan biasanya sekunder akibat trauma, pembedahan, konsumsi
bahan kaustik, atau tukak lambung.
Trauma
Perforasi traumatis lebih sering terjadi akibat cedera tembus atau
instrumentasi lambung, meskipun perforasi dan ruptur organ dapat terjadi
dengan trauma tumpul abdomen yang parah. Cedera perut dapat terjadi
sehubungan dengan trauma tembus perut, seperti luka tembak dan tusukan.
Sekitar 8% dari luka perut melibatkan perut, dan sekitar lima persen perut
adalah satu-satunya organ yang terluka. Jenis luka lambung akibat peluru
atau benda tajam merupakan fungsi dari ukuran, bentuk, arah, dan kecepatan
peluru. Dengan luka tembus, baik dinding anterior dan posterior lambung
dapat terluka, dan dinding posterior organ harus selalu terlihat pada saat
pembedahan. Dengan trauma tumpul pada daerah perut bagian atas, perut
dapat menjadi robek, atau bahkan dapat pecah jika organ terisi dan distensi
pada saat benturan. Lambung relatif dilindungi oleh lokasi anatomisnya dan
merupakan organ berongga intra-abdomen ketiga yang paling sering
mengalami cedera setelah usus halus dan usus besar dan kemudian lambung.
Perforasi Lambung Terkait Keganasan
Neoplasma dapat perforasi dengan penetrasi langsung dan nekrosis,
atau dengan menghasilkan obstruksi. Perforasi yang berhubungan dengan
tumor juga dapat terjadi secara spontan, setelah kemoterapi atau sebagai

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 7


akibat dari perawatan radiasi. Hal ini dapat dikaitkan juga dengan intervensi
seperti penempatan stent untuk obstruksi saluran keluar lambung yang
ganas.
Iatrogenik
Perut mungkin terluka dalam beberapa prosedur. Endoskopi bagian
atas adalah penyebab utama perforasi iatrogenik. Insiden perforasi terkait
dengan endoskopi meningkat dengan kompleksitas prosedur dan perforasi
kurang umum dengan diagnostik dibandingkan dengan prosedur terapeutik.
Perut proksimal berada pada risiko terbesar karena di sinilah dindingnya
paling tipis. Tingkat perforasi keseluruhan adalah 0,11% untuk endoskopi
kaku dibandingkan dengan 0,03% untuk endoskopi fleksibel. Perforasi
iatrogenik lebih sering terjadi pada pasien dengan patologi lambung yang
sudah ada sebelumnya. Pecahnya lambung karena insuflasi lambung yang
berlebihan dapat terjadi selama endoskopi atau bahkan prosedur yang tidak
terkait, seperti resusitasi kardiopulmoner, dan biasanya terletak di kurva
yang lebih rendah, di mana organ paling tidak dapat diregangkan.
Penyebab Perforasi Lambung Terkait Endoskopi
1. Polipektomi
2. EMR-ESD
3. Dilatasi striktur anastomosis
4. Lingkup atau barotrauma
5. Obat-obatan, konsumsi lainnya, benda asing: obat atau zat tertelan
lainnya (luka kaustik) dan benda asing seperti benda tajam (tusuk gigi),
makanan dengan permukaan tajam, misalnya tulang ayam, atau ikan atau
bezoar lambung.

D. Patofisiologi
Lambung biasanya tidak memiliki mikroorganisme karena
keasamannya yang tinggi. Oleh karena itu mayoritas individu yang
mengalami perforasi lambung tidak berisiko untuk pertumbuhan bakteri
langsung. Namun, kebocoran cairan asam di rongga perut dapat
menyebabkan peritonitis kimia yang parah. Dalam beberapa jam setelah

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 8


perforasi, pasien akan mengalami perut akut dan tanda-tanda peritonitis.
Ketika makanan bocor di dalam rongga perut, itu dapat menyebabkan reaksi
peradangan dan banyak kantong infeksi atau abses. Jika tidak diobati, pasien
akan mengalami sepsis sistemik yang diikuti dengan kegagalan multiorgan
(Zainudin, 2015).
1. Peningkatan Konsentrasi atau Sekresi Lambung dan Kerja Asam Peptin
Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :
a. Sefalik
Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan,
bau atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral
yang pada gilirannya merangsang saraf vagal.Intinya, makanan yang
tidak menimbulkan nafsu makan menimbulkan sedikit efek pada
sekresi lambung.Inilah yang menyebabkan makanan sering secara
konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum.Saat ini
banyak ahli gastroenterology menyetujui bahwa diet saring
mempunyai efek signifikan pada keasaman lambung atau
penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal berlebihan selama malam
hari saat lambung kosong adalah iritan yang signifikan.
b. Fase lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari
rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap reseptor disbanding
lambung. Refleks vagal menyebabkan sekresi asam sebagai respon
terhadap distensi lambung oleh makanan.
c. Fase usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon
(dianggap menjadi gastrin) yang pada waktunya akan merangsang
sekresi asam lambung. Pada manusia, sekresi lambung adalah
campuran mukokolisakarida dan mukoprotein yang disekresikan
secara kontinyu melalui kelenjar mukosa. Mucus ini mengabsorpsi
pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam.Asam hidroklorida
disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 9


mekanisme neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan
lambung dan usus. Bila asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak
dinetralisasi dan bila lapisan luar mukosa tidak memberikan
perlindungan asam hidroklorida bersama dengan pepsin akan merusak
lambung. Asam hidroklorida kontak hanya dengan sebagian kecil
permukaan lambung. Kemudian menyebar kedalamnya dengan
lambat.Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier mukosa
lambung. Barier ini adalah pertahanan utama lambung terhadap
pencernaan yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri. Faktor
lain yang mempengaruhi pertahanan adalah suplai darah,
keseimbangan asam basa, integritas sel mukosa, dan regenerasi epitel.
2. Kelemahan Barier Mukosa Lambung
Apapun yang menurunkan yang mukosa lambung atau yang
merusak mukosa lambung adalah ulserogenik, salisilat dan obat
antiinflamasi non-steroid lain, alcohol, dan obat antiinflamasi masuk
dalam kategori ini.Sindrom Zollinger-Ellison (gastrinoma) dicurigai bila
pasien datang dengan ulkus peptikum berat atau ulkus yang tidak sembuh
dengan terapi medis standar. Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan
berikut : hipersekresi getah lambung, ulkus duodenal, dan gastrinoma
(tumor sel istel) dalam pancreas. 90% tumor ditemukan dalam gastric
triangle yang mengenai kista dan duktus koledokus, bagian kedua dan
tiga dari duodenum, dan leher korpus pancreas.Kira-kira dari gastrinoma
adalah ganas (maligna).
Diare dan stiatore (lemak yang tidak diserap dalam feces) dapat
ditemui. Pasien ini dapat mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau
hyperplasia, dan karenanya dapat menunjukkan tanda hiperkalsemia.
Keluhan pasien paling utama adalah nyeri epigastrik. Ulkus stress adalah
istilah yang diberikan pada ulserasi mukosa akut dari duodenal atau area
lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis.
Kondisi stress seperti luka bakar, syok, sepsis berat, dan trauma dengan
organ multiple dapat menimbulkan ulkus stress. Endoskopi fiberoptik

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 10


dalam 24 jam setelah cedera menunjukkan erosi dangkal pada lambung,
setelah 72 jam, erosi lambung multiple terlihat. Bila kondisi stress
berlanjut ulkus meluas. Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya.Pola ini khas
pada ulserasi stress.
Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab lain dari ulserasi
mukosa. Biasanya ulserasi mukosa dengan syok ini Menimbulkan
penurunan aliran darah mukosa lambung.Selain itu jumlah besar pepsin
dilepaskan.Kombinasi iskemia, asam dan pepsin menciptakan suasana
ideal untuk menghasilkan ulserasi. Ulkus stress harus dibedakan dari
ulkus cushing dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari ulkus lambung.
Ulkus cushing umum terjadi pada pasien dengan trauma otak. Ulkus ini
dapat terjadi pada esophagus, lambung, atau duodenum, dan biasanya
lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus stress. Ulkus curling
sering terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas.

E. Manifestasi Klinis
a. Langsung dari ulkus lambung atau dari kerusakan esofagus dari muntah
yang parah, maag dapat menyebabkan perforasi lambung atau duodenum,
yang menyebabkan peritonitis akut. Hal ini sangat menyakitkan
hematemesis (muntah darah), hal ini dapat terjadi karena pendarahan dan
membutuhkan operasi segera. Melena (tinggal, tinja berbau busuk karena
teroksidasi besi dari hemoglobin).
b. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimptomatis.
Keluhan-keluhan itu misalnya nyeri timbul pada ulu hati. Biasanya
ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.
c. Kadang-kadang disertai dengan mual-mual dan muntah.
d. Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah
samar pada tinja dan secara fisik akan dijumpai tanda-tanda anemia
defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
e. Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali
mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 11


tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi,
pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.
f. Perut nyeri, epigastrium klasik dengan keparahan yang berkaitan dengan
makan, setelah sekitar 3 jam untuk mengambil makan (ulkus duodenum
klasik oleh makanan, sedangkan ulkus lambung diperburuk oleh itu).
g. Perut kembung dan kepenuhan.
h. Waterbrash (terburu-buru air liur setelah episode regurgitasi untuk
mengencerkan asam dalam esofagus).
i. Kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan.
j. Gejala tukak duodenum sering kali disamakan dengan gejala tukak
lambung. Untuk membedakannya, maka perlu untuk mengetahui kapan
dan dimana gejala tersebut muncul.
k. Gejala tukak duodenum cenderung mengikuti pola. Nyeri biasanya hilang
pada saat bangun tidur dan muncul kembali pada pertengahan pagi hari.
Minum susu atau makan atau mengonsumsi obat antasida akan
meredakan rasa sakit, tetapi biasanya akan timbul kembali 2 sampai 3
jam kemudian. Rasa sakit yang menyebabkan orang terbangun pada
malam hari adalah kondisi yang umum dialami. Seringkali rasa sakit
dirasakan satu kali atau lebih dalam satu hari, dalam periode satu sampai
beberapa minggu, dan dapat menghilang tanpa perawatan (Annisa, 2020).

F. Diagnosis
Pada pasien dengan perforasi gaster, keadaan umum yang terlihat
ialah kesakitan dan gelisah.Hal yang harus segera dilakukan ialah
memeriksa jalan nafas dan tanda-tanda vital. Pernafasan pasien dangkal dan
cepat karena restriksi pergerakan diafragma, sedangkan jalan nafas biasanya
bukan menjadi masalah pada perforasi gaster. Kadang-kadang takikardia
ringan juga dapat terjadi, tetapi hanya pada fase awal perforasi. Hipotensi
seharusnya tidak terjadi, dan bila terjadi, hendaknya diagnosis banding
seperti rupturnya aneurisma aorta abdominalis, pankreatitis akut yang berat,
dan gangguan pada pembuluh darah mesenterika harus diwaspadai.
Pemeriksaan awal biasanya juga memperlihatkan tanda-tanda akut abdomen

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 12


atau peritonitis dengan rigiditas abdomen dengan tekstur seperti “papan
kayu”, nyeri tekan dan nyeri lepas, serta bising usus yang menurun atau
menghilang. Pasien biasanya berusaha untuk meminimalisir pergerakan dan
sering ditemukan dalam posisi meringkuk. Begitu pemeriksaan awal telah
selesai dilakukan, resusitasi cairan intravena dan pemasangan NGT untuk
dekompresi dan mencegah aspirasi harus segera dilakukan (kurang dari 1 – 2
menit). Kemudian, secondary survey yang termasuk anamnesa lengkap dan
pemeriksaan fisik lengkap harus segera dilakukan. Nyeri yang dirasa pasien
biasanya bersifat tiba-tiba, sangat nyeri, dan bersifat konstan. Penjalaran
nyeri ke regio skapular biasa terjadi dengan pengumpulan isi gaster di
subphrenik kanan. Riwayat ulkus peptikum hendaknya ditanyakan,
walaupun tidak semua pasien perforasi gaster datang dengan riwayat ulkus
berulang (KOTO, 2016).
Dalam beberapa kondisi tertentu, tanda-tanda akut abdomen dapat
bersifat samar atau bahkan tidak ada, kondisi-kondisi tersebut antara lain:
1. Pasien yang sangat tua atau sangat muda
2. Pasien yang menerima dosis steroid yang sangat tinggi
3. Pasien-pasien paraplegi, yang mungkin nyeri yang dirasakan hanya pada
ujung skapula.
4. Pasien koma, dimana kecurigaan perforasi gaster dapat berdasar pada
terjadinya sepsis
5. Pasien yang sedang pemulihan dari operasi di regio abdomen.
Dasar diagnosis pasien dengan perforasi gaster ialah dari anamnesa
dan pemeriksaan fisik. Pasien mungkin mengalami leukositosis dengan
pergeseran hitung jenis ke kiri dan urinalisis yang normal. Adanya udara
bebas intraperitoneal terlihat pada sekitar 75% pasien.
Ketika ada kecurigaan perforasi, tetapi tidak terlihat udara bebas
pada peritoneum, pemeriksaan Gastrografin swallow mungkin berguna.
Endoskopi harus dihindari. Diagnosis banding lain antara lain pankreatitis
akut, kolesistitis akut, appendisitis akut, dan bahkan myocardial infark. Bila
serum amylase meningkat pada perforasi ulkus peptikum terjadi, biasanya

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 13


peningkatan tersebut tidak melebihi 3 kali dari angka normal. Sedangkan
leukositosis pada pankreatitis akut biasanya lebih tinggi. USG abdomen
berguna dalam menyingkirkan kolesistitis akut sedangkan EKG dan serum
enzim (CKMB, Troponin) dapat digunakan untuk menyingkirkan diagnosis
infark jantung. Ketika diputuskan bahwa operasi akan dilakukan, obat-
obatan analgesic dan antibiotik spektrum luas untuk profilaksis dapat segera
diberikan.
a. Anamnesis
Pasien dengan ulkus peptikum umumnya datang dengan keluhan
nyeri abdomen bagian epigastrium, seperti terbakar atau rasa perih yang
tidak nyaman. Nyeri dapat muncul segera setelah makan atau beberapa
jam setelahnya. Gejala lain yang dapat muncul adalah kembung, distensi
abdomen, mual-muntah, dan penurunan berat badan.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan pada area perut: periksa apakah ada tanda-tanda
eksternal seperti luka, abrasi, dan atau ekimosis. Amati pasien: lihat
pola pernafasan dan pergerakan perut saat bernafas, periksa adanya
distensi dan perubahan warna kulit abdomen. Pada perforasi ulkus
peptikum pasien tidak mau bergerak, biasanya dengan posisi flexi
pada lutut, dan abdomen seperti papan.
2. Palpasi dengan halus, perhatikan ada tidaknya massa atau nyeri tekan.
Bila ditemukan tachycardi, febris, dan nyeri tekan seluruh abdomen
mengindikasikan suatu peritonitis. rasa kembung dan konsistensi
sperti adonan roti mengindikasikan perdarahan intra abdominal.
3. Nyeri perkusi mengindikasikan adanya peradangan peritoneum
4. Pada auskultasi : bila tidak ditemukan bising usus mengindikasikan
suatu peritonitis difusa.
5. Pemeriksaan rektal dan bimanual vagina dan pelvis : pemeriksaan ini
dapat membantu menilai kondisi seperti appendicitis acuta, abscess
tuba ovarian yang ruptur dan divertikulitis acuta yang perforasi (Diah,
2011).

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 14


c. Pemeriksaan Penunjang
Sejalan dengan penemuan klinis, metode tambahan yang dapat
dilakukan adalah: foto polos abdomen pada posisi berdiri, ultrasonografi
dengan vesika urinaria penuh, CT-scan murni dan CT-scan dengan
kontras. Jika temuan foto Rontgen dan ultrasonografi tidak jelas,
sebaiknya jangan ragu untuk menggunakan CT-scan, dengan
pertimbangan metode ini dapat mendeteksi cairan dan jumlah udara yang
sangat sedikit sekali pun yang tidak terdeteksi oleh metode yang
disebutkan sebelumnya (KOTO, 2016).
1. Radiologi
Perforasi gastrointestinal adalah penyebab umum dari akut
abdomen. Isi yang keluar dari perforasi dapat mengandung udara,
cairan lambung dan duodenum, empedu, makanan, dan bakteri. Udara
bebas atau pneumoperitoneum terbentuk jika udara keluar dari sistem
gastrointestinal. Hal ini terjadi setelah perforasi lambung, bagian oral
duodenum, dan usus besar. Pada kasus perforasi usus kecil, yang
dalam keadaan normal tidak mengandung udara, jumlah udara yang
sangat kecil dilepaskan.Udara bebas terjadi di rongga peritoneum 20
menit setelah perforasi.
Manfaat penemuan dini dan pasti dari perforasi gaster sangat
penting, karena keadaan ini biasanya memerlukan intervensi bedah.
Radiologis memiliki peran nyata dalam menolong ahli bedah dalam
memilih prosedur diagnostik dan untuk memutuskan apakah pasien
perlu dioperasi. Deteksi pneumoperitoneum minimal pada pasien
dengan nyeri akut abdomen karena perforasi gaster adalah tugas
diagnostik yang paling penting dalam status kegawatdaruratan
abdomen. Seorang dokter yang berpengalaman, dengan menggunakan
teknik radiologi, dapat mendeteksi jumlah udara sebanyak 1 ml. dalam
melakukannya, ia menggunakan teknik foto abdomen klasik dalam
posisi berdiri dan posisi lateral dekubitus kiri.

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 15


Untuk melihat udara bebas dan membuat interpretasi radiologi
dapat dipercaya, kualitas film pajanan dan posisi yang benar sangat
penting. Setiap pasien harus mengambil posisi adekuat 10 menit
sebelum pengambilan foto, maka, pada saat pengambilan udara bebas
dapat mencapai titik tertinggi di abdomen. Banyak peneliti
menunjukkan kehadiran udara bebas dapat terlihat pada 75-80%
kasus. Udara bebas tampak pada posisi berdiri atau posisi decubitus
lateral kiri.
Pada kasus perforasi karena trauma, perforasi dapat
tersembunyi dan tertutup oleh kondisi bedah patologis lain. Posisi
supine menunjukkan pneumoperitoneum pada hanya 56% kasus.
Sekitar 50% pasien menunjukkan kumpulan udara di abdomen atas
kanan, lainnya adalah subhepatika atau di ruang hepatorenal. Di sini
dapat terlihat gambaran oval kecil atau linear. Gambaran udara bentuk
segitiga kecil juga dapat tampak di antara lekukan usus. Meskipun,
paling sering terlihat dalam bentuk seperti kubah atau bentuk bulan
setengah di bawah diafragma pada posisi berdiri.
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi adalah metode awal untuk kebanyakan kondisi
akut abdomen. Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi cairan
bebas dengan berbagai densitas, yang pada kasus ini adalah sangat
tidak homogen karena terdapat kandungan lambung. Pemeriksaan ini
khususnya berharga untuk mendeteksi cairan bebas di pelvik kecil
menggunakan teknik kandung kemih penuh. Kebanyakan,
ultrasonografi tidak dapat mendeteksi udara bebas.
3. CTscan
CT scan abdomen adalah metode yang jauh lebih sensitif untuk
mendeteksi udara setelah perforasi, bahkan jika udara tampak seperti
gelembung dan saat pada foto rontgen murni dinyatakan negatif.Oleh
karena itu, CT scan sangat efisien untuk deteksi dini perforasi gaster.
Ketika melakukan pemeriksaan, kita perlu menyetel jendelanya agar

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 16


dapat membedakan antara lemak dengan udara, karena keduanya
tampak sebagai area hipodens dengan densitas negatif. Jendela untuk
parenkim paru adalah yang terbaik untuk mengatasi masalah ini. Saat
CT scan dilakukan dalam posisi supine, gelembung udara pada CT
scan terutama berlokasi di depan bagian abdomen. Kita dapat melihat
gelembung udara bergerak jika pasien setelah itu mengambil posisi
decubitus kiri. CT scan juga jauh lebih baik dalam mendeteksi
kumpulan cairan di bursa omentalis dan retroperitoneal. Walaupun
sensitivitasnya tinggi, CT scan tidak selalu diperlukan berkaitan
dengan biaya yang tinggi dan efek radiasinya. Jika kita menduga
seseorang mengalami perforasi, dan udara bebas tidak terlihat pada
scan murni klasik, kita dapat menggunakan substansi kontras nonionik
untuk membuktikan keraguan kita. Salah satu caranya adalah dengan
menggunakan udara melalui pipa nasogastrik 10 menit sebelum
scanning. Cara kedua adalah dengan memberikan kontras yang dapat
larut secara oral minimal 250 ml 5 menit sebelum scanning, yang
membantu untuk menunjukkan kontras tapi bukan udara. Komponen
barium tidak dapat diberikan pada keadaan ini karena mereka dapat
menyebabkan pembentukkan granuloma dan adesi peritoneum.
Beberapa penulis menyatakan bahwa CT scan dapat memberi
ketepatan sampai 95%.

G. Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk nyeri perut onset mendadak yang terlihat
dengan perforasi lambung luas dan termasuk tetapi tidak terbatas pada
(David et al., 2021) :
1. Bisul perut
2. Ulkus duodenum
3. Penyakit bilier
4. Infark limpa
5. Insufisiensi mesenterika embolik
6. Radang perut

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 17


7. Perforasi esofagus
8. Ruptur aneurisma aorta perut

H. Penatalaksanaan
Tanda dan gejala perforasi gaster biasanya mereka dengan gejala
akut abdomen disertai sepsis dan gagal napas. Pemeriksaan abdominal
adanya distensi abdominal yang signifikan. Vomitus adalah gejala yang
tidak konsisten. Terapi suportif yang baik post operatif bersama dengan
penggunaan antibiotik spektrum luas secara intravena diperlukan. Jika
gejala dan tanda-tanda peritonitis umum tidak ada, kebijakan nonoperatif
mungkin digunakan dengan terapi antibiotik langsung terhadap bakteri
gram-negatif dan anaerob. Apabila penderita yang lambungnya mengalami
perforasi, harus diperbaiki keadaan umumnya sebelum operasi. Pemberian
cairan dan koreksi elektrolit, pemasangan pipa nasogastrik, dan pemberian
antibiotik mutlak diberikan (Lestari, 2016).
Tujuan dari terapi bedah adalah :
a. Koreksi masalah anatomi yang mendasari
b. Koreksi penyebab peritonitis
c. Membuang setiap material asing di rongga peritoneum yang dapat
menghambat fungsi leukosit dan mendorong pertumbuhan bakteri
(seperti darah, makanan, sekresi lambung).
Laparotomi dilakukan segera setelah upaya suportif dikerjakan.
Jahitan saja setelah eksisi tukak yang perforasi belum mengatasi penyakit
primernya, tetapi tindakan ini dianjurkan bila keadaan umum kurang baik,
penderita usia lanjut dan terdapat peritonitis purulenta. Bila keadaan
memungkinkan, tambahan tindakan vagotomi dan antrektomi dianjurkan
untuk mencegah kekambuhan.
Tujuan dari prosedur operasi untuk ulkus duodenum adalah untuk
memberikan perbaikan yang lama dengan mengontrol produksi asam sel
parietal. Pendekatan operasi untuk ulkus duodenum perforasi dapat

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 18


menggunakan patch omentum saja dengan penggunaan pasca operasi PPI
dan pemberantasan H pylori, seperti yang ditunjukkan, atau dapat
menggunakan patch omentum dengan kontrol bedah asam lambung dengan
cara vagotomy dan drainase, sel parietal vagotomy, dan antrectomy. Pilihan
operasi ditentukan oleh berikut:
a. Patologi bertanggung jawab untuk perforasi
b. Status kesehatan premorbid Pasien
c. Status hemodinamik perioperatif Pasien
d. Tingkat kontaminasi peritoneum yang telah ditemukan
Indikasi Patch omentum ditunjukkan dalam situasi berikut:
a. Peritonitis Generalized
b. Ketidakstabilan hemodinamik dengan syok
c. Perforasi selama lebih dari 24 jam
d. Perforasi jelas terkait dengan penggunaan obat anti-inflammatory drugs
(NSAID)
e. Pasien tidak memiliki gejala yang signifikan selama 3 bulan sebelum
prosedur
Ulkus lambung pada atipikal (lokasi lebih proksimal) atau dengan
fitur sugestif keganasan tidak boleh ditambal tapi harus baji-direseksi
kecuali biopsi dan tindakan lain dapat meyakinkan bahwa mereka adalah
jinak. Obstruksi lambung merupakan komplikasi pasca operasi dengan
frekuensi sekitar 15%. Jika ulkus besar dan pasien stabil, komplikasi ini
dapat dicegah dengan eksisi ulkus dan penggabungan perbaikan menjadi
pyloroplasty Heineke-Mikulicz. Indikasi lain untuk jenis perbaikan cacat
duodenum lebih besar dari 1 cm untuk memungkinkan pencegahan striktur
dan obstruksi berikutnya. Pada pasien dengan klinis yang lebih stabil,
pilihan pembedahan gastrektomi distal atau antrectomy dan vagotomy lebih
agresif tetapi lebih definitif.
Pertimbangan Teknis
a. Resusitasi

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 19


Praoperasi Pentingnya resusitasi pra operasi digarisbawahi oleh
Shoemaker dalam sebuah penelitian menunjukkan peningkatan mortalitas
dan morbiditas pada pasien yang berisiko tinggi dengan hemodinamik
supranormal dan oksigen variabel transportasi. Perbaikan klinis dengan
melihat resusitasi pra operasi yang memadai berasal dari konsep
optimalisasi sirkulasi dan pembesaran pengiriman oksigen ke jaringan
perifer oleh preload yang memadai.
b. Drainase
Patch diyakini mematuhi serosal lapisan usus dan dengan demikian
menutup perforasi. Drainase dapat menyebabkan morbiditas (infeksi atau
erosi ke dalam struktur viseral). Apabila abses memenuhi dinding
abdomen dan serta adanya kontaminasi yang berasal dari perforasi, maka
drainase dapat ditempatkan didalam rongga yang terdapat abses.
c. Bedah dan kimia vagotomy penyakit ulkus perforasi
Dengan diperkenalkannya PPI, vagotomy kimia banyak digantikan
vagotomy bedah, dengan tingkat keberhasilan yang baik. Pada pasien
yang tidak sesuai dengan pengobatan medis, vagotomy bedah pada saat
awal atau perbaikan untuk ulkus perforasi harus dipertimbangkan.
Namun, seperti yang dibahas dalam teks, status hemodinamik pasien
adalah penentu utama tingkat intervensi bedah.
d. Patch omentum untuk perforasi ulkus peptikum lambung
Pilihan patching omentum berongga viskus perforasi tergantung
pada lokasi lesi dan flora mikroba dari bagian masing-masing saluran
pencernaan. lesi prepilorik atau pilorus berada di dekat omentum dan
karena itu dapat ditambal dengan ketegangan minimal, sedangkan ulkus
pada lekukan yang lebih proksimal lambung mungkin tidak mudah
diakses dengan metode ini. Pada saat yang sama, lingkungan asam pada
lambung dan duodenum proksimal dengan pertumbuhan minimal dan
proliferasi flora normal gram kokus positif membuat perbaikan untuk
patching sederhana, menjamin penutupan ketat pada perekrutan sel
inflamasi.

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 20


Sebaliknya, ulkus lambung lebih proksimal lebih mungkin untuk
menjadi ganas. Ulkus berlubang yang ganas tidak harus ditambal, karena
mereka tidak mungkin untuk menutup. ulkus lambung berlubang ganas
setidaknya harus direseksi wedge jika pasien tidak cukup stabil untuk
menjalani reseksi kanker lebih klasik.
Teknik
a. Pendekatan standar
Sayatan garis tengah atas adalah rute yang lebih disukai untuk
masuk ke dalam rongga peritoneum. Selain memberikan paparan bedah
yang baik, sebuah garis tengah sayatan atas juga memungkinkan
perpanjangan inferior jika ulkus perforasi tidak ditemukan dan sisanya
dari usus yang akan diperiksa atau dimanipulasi. Pengisapan cairan
gastrointestinal dari setiap eksudat fibrinous dilakukan secara cepat, dan
perhatikan duodenum dan visualisasi perforasi. Perforasi biasanya
ditemukan pada dinding anterior dari duodenum, di dekat dengan bola
duodenum. Jika perforasi tidak jelas, mobilisasi duodenum bersama
dengan pemeriksaan perut dan jejunum selanjutnya harus dilakukan.
Setelah perforasi usus diidentifikasi, busa dapat digunakan untuk
mengapit duodenum untuk mencegah tumpahan lanjut isi lambung.
Sebuah patch dari omentum dibawa tanpa ketegangan dan diposisikan di
atas perforasi, dan jahitan berturut-turut diikat dari unggul aspek inferior
di patch omentum untuk jangkar graft omentum di tempat. Setelah
operasi perbaikan telah dicapai, beberapa ahli bedah melakukan tes
kebocoran untuk memungkinkan deteksi kesalahan teknis. Tujuan
perbaikan adalah untuk mengamankan omentum untuk menutup peforasi.
Rongga peritoneum kemudian diirigasi dengan 10 L larutan garam
hangat untuk menghilangkan kontaminasi lebih lanjut. Pemilihan
drainase dari daerah dekat dengan perforasi dapat dicoba jika
kekhawatiran tentang adanya kemungkinan kebocoran dari ulkus dengan
cara ditempatkan di daerah paraduodenal atau ruang infrahepatic.
Keuntungan drainase dapat mendeteksi dini kebocoran pasca operasi dan

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 21


penyediaan drainase dikendalikan menggunakan suction saluran tertutup
jika kebocoran tidak terjadi. Lesi kemudian ditutup dengan cara biasa
dengan jahitan kontinu atau terputus dari polypropylene atau
polydioxanone. Jika edema besar usus menyebabkan ketegangan di tepi
fasia pada penutupan, maka abdomen dapat dikelola terbuka melalui
berbagai teknik, termasuk penutupan vacuum-assisted closure, Wittmann
patch, dan sejumlah pilihan lain.
Perawatan Pascaoperasi
a. Makanan
Makanan oral mungkin akan tertunda karena kebutuhan untuk ileus
untuk menyelesaikan dan patch omentum untuk menyembuhkan.
b. Terapi antimikroba
Perforasi duodenum dengan peritonitis lokal atau umum dan
tumpahan isi enterik pada pasien yang tidak stabil hemodynamically
ditemukan sepsis atau syok septik dan dianggap infeksi intra-abdominal
rumit. Menurut pedoman dari Infectious Diseases Society of America,
terapi antimikroba harus dilanjutkan pasca operasi selama 24 jam ketika
perforasi pembedahan telah ditutup pada 12 jam pertama.
Jika resolusi tanda-tanda klinis dari infeksi, termasuk normalisasi
jumlah sel darah putih dan suhu tidak terjadi setelah 24 jam pasca
operasi, antimikroba dapat dilanjutkan selama 4-7 hari. Baik kombinasi
dari betalaktam dengan inhibitor beta-laktamase (misal amoksisilin
klavulanat) atau carbapenem (misalnya, ertapenem atau imipenem) lebih
disukai. Dalam kasus di mana ada bukti infeksi persisten atau berulang
setelah 4-7 hari terapi, kemungkinan adanya abses intraoperatif. Cari
sumber lain dari infeksi, seperti saluran kemih atau pernapasan, kateter,
dan garis, harus diselidiki setelah kecurigaan infeksi dari intra-abdominal
dikesampingkan. Pemberantasan H. pylori juga harus dipertimbangkan.
Beberapa ahli bedah dapat memilih untuk pemberantasan pasca operasi
empiris dengan obat anti-sekretorik dan antibiotik setelah pasien
mentoleransi diet oral, sementara yang lain memilih untuk menguji

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 22


H.pylori dan kemudian memperlakukan hanya pasien yang dites positif
H.pylori. Pemberantasan secara signifikan mengurangi morbiditas,
mortalitas, dan kambuhan gastritis pada pasien dengan perforasi yang
berhubungan dengan H pylori.

I. Komplikasi
Komplikasi potensial dari ulkus peptikum adalah (Zainudin, 2015) :

a. Hemoragi-gastrointestinal atas, gastritis dan hemor agi akibat ulkus


peptikum adalah dua penyebab paling umum perdarahan saluran GI.
b. Perforasi, merupakan erosi ulkus melalui mukosa lambung yang
menembus ke dalam rongga peritoneal tanpa disertai tanda.
c. Penetrasi atau Obstruksi, penetrasi adalah erosi ulkus melalui serosa
lambung ke dalam struktur sekitarnya seperti pankreas, saluran bilieratau
omentum hepatik. 4. Obstruksi pilorik terjadi bila areal distal pada
sfingter pilorik menjadi jaringan parut dan mengeras kar ena spasme atau
edema atau karena jaringan parut yang terbentuk bila ulkus sembuh atau
rusak.
d. Kadang-kadang ulkus menembus semua lapisan mukosa sehingga terjadi
perforasi usus. Karena isi usus tidak steril, hal ini dapat menyebabkan
infeksi rongga abdomen. Nyeri pada perforasi sangat hebat dan
menyebar. Nyeri ini tidak hilang dengan makan.
e. Obstruksi lumen saluran gastrointestinal dapat terjadi akibat episode
cedera, inflamasi, dan pembentukan jaringan parut yang berulang.
Obstruksi paling sering terjadi di saluran sempit antara lambung, usus
halus dan di pilorus. Obstruksi menyebabkan perasaan distensi lambung
dan epigastrium, perasaan penuh, mual, dan muntah (Annisa, 2020).
Menurut Kamsir (2016) komplikasi pada perforasi gaster, sebagai
berikut :
a. Infeksi Luka, angka kejadian infeksi berkaitan dengan muatan bakteri
pada Gaster

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 23


b. Kegagalan luka operasi Kegagalan luka operasi (kerusakan parsial atau
total pada setiap lapisan luka operasi) dapat terjadi segera atau lambat.
Faktor-faktor berikut ini dihubungkan dengan kegagalan luka operasi
antara lain malnutrisi, sepsis, uremia, diabetes mellitus, terapi
kortikosteroid, obesitas, batuk yang berat, hematoma (dengan atau tanpa
infeksi)
c. Abses abdominal terlokalisasi
d. Kegagalan multiorgan dan syok septic :
a) Septikemia adalah proliferasi bakteri dalam darah yang menimbulkan
manifestasi sistemik, seperti kekakuan, demam, hipotermi (pada
septicemia gram negatif dengan endotoksemia), leukositosis atau
leukopenia (pada septikemia berat), takikardi, dan kolaps sirkuler.
b) Syok septik dihubungkan dengan kombinasi hal-hal berikut, sepert
hilangnya tonus vasomotor, peningkatan permeabilitas kapiler, depresi
myocardial, pemakaian leukosit dan trombosit, penyebaran substansi
vasoaktif kuat, seperti histamin, serotonin dan prostaglandin,
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler, aktivasi komplemen
dan kerusakan endotel kapiler.
c) Infeksi gram-negatif dihubungkan dengan prognosis yang lebih buruk
dari gram-positif, mungkin karena hubungan dengan endotoksemia.
e. Gagal ginjal dan ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan pH
f. Perdarahan mukosa gaster. Komplikasi ini biasanya dihubungkan dengan
kegagalan sistem multipel organ dan mungkin berhubungan dengan
defek proteksi oleh mukosa gaster
g. Obstruksi mekanik, sering disebabkan karena adesi postoperatif
h. Delirium post-operatif. Faktor berikut dapat menyebabkan predisposisi
delirium pasca-operatif :
a) Usia lanjut
b) Ketergantungan obat
c) Demensia
d) Abnormalitan metabolik

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 24


e) Infeksi
f) Riwayat delirium sebelumnya
g) Hipoksia
h) Hipotensi Intraoperatif/postoperative

J. Prognosis
Apabila tindakan operasi dan pemberian antibiotik berspektrum luas
cepat dilakukan maka prognosisnya dubia ad bonam. Sedangkan bila
diagnosis, tindakan, dan pemberian antibiotik terlambat dilakukan maka
prognosisnya menjadi dubia ad malam. Hasil terapi meningkat dengan
diagnosis dan penatalaksanaan dini. Faktor-faktor berikut akan
meningkatkan resiko kematian (Lestari, 2016) :
1) Usia lanjut
2) Adanya penyakit yang mendasari sebelumnya
3) Malnutrisi
4) Timbulnya komplikasi

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 25


BAB II

ILUSTRASI KASUS

Identitas Pasien
Nama : Tugiono
Umur : 49 tahun 10 bulan 29 hari
JenisKelamin : Laki-laki
Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Status : Menikah

Alamat : Belitang Hulu - Sekadau

Masuk RS : 16 November 2021

Tanggal Pemeriksaan : 16 Novemebr 2021

I. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesa pada tanggal 16 November
2021

Keluhan Utama : Pasien luka basah post-of gastricopy 5 hari yang


lalu

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien rujukan dr salah satu rumah sakit


dengan keluhan luka post op gastriccopy 5 hri lalu basah, terbuka sedikit,
merah, nyeri dan bau, kondisi pasien lemah.. awalnya pasien
mengeluhkan nyeri ulu hati sekitar 1 minggu lamanya, mual muntah (+),
demam (+) mencret (-), riwayat minum jamu pegal linu (+).

Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat hipertensi (-)
- Riwayat DM (-)
- Dispepsia (+)

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 26


Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat hipertensi (-)
- Riwayat DM (-)
- Riwayat kanker (-)
II. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Pasien tampak kesakitan

Kesadaran : CMC

GCS : E4V5M6

Berat Badan : 50 Kg

Tinggi Badan : 155 cmS

Warna Kulit : Sawo matang, ikterik (+), tidak sianosis.

Tanda Vital : TD : 131/64 mmHg Suhu : 38,2oC

Nadi : 146 x/i Pernafasan : 28x/i

Status Generalis

Kepala : Normochepali

Rambut : Hitam & putih, lebat, distribusi merata

Wajah : Muka simetris, raut wajah ekspresif

Mata : Pupil bulat isokor, conjungtiva anemis +/+, Sklera Ikterik


+/+, Reflek cahaya langsung +/+, Reflek cahaya tidak
langsung +/+

Hidung : Bentuk normal, deviasi septum -/-, mukosa konka


hiperemis -/-, oedem -/-, secret -/-, nafas cuping hidung -/-

Bibir : kering, warna merah, tidak pucat, tidak sianosis.

Mulut : Lidah simetris kiri dan kanan, deviasi (-), tremor (-),
hiperemis (-) papil lidah tidak atrofi, lidah tidak kotor

Tenggorokan : Tonsil tenang T1-T1, uvula simetris ditengah, faring tidak

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 27


hiperemis.

Telinga : Normotia kiri dan kanan. Nyeri tarik -/-, nyeri tekan tragus
- /-, serumen +/+, membrane tymphani intak +/+

Leher : Bentuk normal, trakea ditengah massa (-). KGB


submentalis, submandibularis, cervikalis anterior,
supraklavikularis, retroaurikularis tak teraba besar, JVP 5±2
cmH2O

Thoraks : Paru

Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris saat statis dan dinamis

Retraksi suprasternal dan intercostae (-)

Palpasi : Stem Fremitus sinistra = stem fremitus dextra.

Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : SP: Vesikuler; ST: Ronchi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tak terlihat

Palpasi : Ictus cordis tak teraba

Perkusi : Batas atas jantung ICS II LMCS


Batas kiri jantung ICS IV 1 cm LMCS
Batas kanan jantung: ICS IV LPSD
Auskultasi : S1 S2 Reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Simetris, luka bekas post of gastricopy terlihat basah,

bernanah dan merah, Distensi abdomen (+)

Auskultasi : Bising usus melemah

Perkusi : Tymphani pada seluruh lapang abdomen

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 28


Palpasi : Perut distensi,nyeri tekan pada seluruh lapangan perut.

Ekstremitas : Akral hangat, pucat (-), sianosis (-), oedem (-)

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan Laboratorium:
a. Darah : 16 November 2021
Laboratorium Hasil Rujukan

HEMATOLOGI

- Hemoglobin 14.5 g/dL 14-18 g/ dL


- Eritrosit
5.41 jt/µL 4,70-6,10 jt/µL
- Leukosit
- Hematokrit 26.92 103/mm3 5.0-10.0 103/mm3
- Trombosit
- MCV 40 % 42-52 %
- MCH
109 103/mm3 150 – 400 103/mm3
- MCHC
74 fl 80 - 95

27 pg 27 - 31

36 % 32 - 36

Hitung jenis

- Eosinofil 0.2 % 1–4


- Basofil
0,5 % 0–1
- Netrofil segmen
- Limfosit 94,9 % 55 – 70
- Monosit
3.2 % 20 – 40
- Limfosit absolut
- MPV 1.3 % 2–8
- RDW

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 29


- NLR 0.9 103/ µL > 1,5
- Monosit Absolut
10.10 fl 7,4 – 10,4

16.20 % 11.0 – 14,5

0,50 <3,13

0.9 >1.5

KGDS 99 mg/Dl <200

SGOT 33 0-35

SGPT 62 4-36

UREUM 68 <50

KREATININ 0.8 0.6-1.2

Antigen Rapid Test SARS Negative Negative


COV-2

Tanggal : 18 November 2021

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 30


Laboratorium Hasil Rujukan

HEMATOLOGI

- Hemoglobin 10.5 g/dL 14-18 g/ dL


- Eritrosit
4.00 jt/µL 4,70-6,10 jt/µL
- Leukosit
- Hematokrit 18.54 103/mm3 5.0-10.0 103/mm3
- Trombosit
- MCV 30 % 42-52 %
- MCH
133 103/mm3 150 – 400 103/mm3
- MCHC
74 fl 80 - 95

26 pg 27 - 31

36 % 32 - 36

Hitung jenis

- Eosinofil 0.3 % 1–4


- Basofil
0,5 % 0–1
- Netrofil segmen
- Limfosit 91,6 % 55 – 70
- Monosit
5.0 % 20 – 40
- Limfosit absolut
- MPV 2.6 % 2–8
- RDW
0.9 103/ µL > 1,5
- NLR
- Monosit Absolut 11.20 fl 7,4 – 10,4

16.20 % 11.0 – 14,5

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 31


18,32 <3,13

0.50 >1.5

KGDS 139 mg/Dl <200

SGOT - 0-35

SGPT - 4-36

UREUM 5.7 <50

KREATININ 0.9 0.6-1.2

Antigen Rapid Test SARS Negative Negative


COV-2

Tanggal : 19 november 2021

Laboratorium Hasil Rujukan

HEMATOLOGI

- Hemoglobin

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 32


- Eritrosit 9.9 g/dL 14-18 g/ dL
- Leukosit
3.72 jt/µL 4,70-6,10 jt/µL
- Hematokrit
- Trombosit 12.40 103/mm3 5.0-10.0 103/mm3
- MCV
- MCH 28 % 42-52 %
- MCHC
158 103/mm3 150 – 400 103/mm3

75 fl 80 - 95

27 pg 27 - 31

36 % 32 - 36

Hitung jenis

- Eosinofil 1.4 % 1–4


- Basofil
0,4 % 0–1
- Netrofil segmen
- Limfosit 89,8 % 55 – 70
- Monosit
6.6 % 20 – 40
- Limfosit absolut
- MPV 1.8 % 2–8
- RDW
0.8 103/ µL > 1,5
- NLR
- Monosit Absolut 9.60 fl 7,4 – 10,4

14.50 % 11.0 – 14,5

13.61 <3,13

0.8 >1.5

KGDS - <200

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 33


54

SGOT 49 0-35

SGPT 59 4-36

UREUM 0.9 <50

KREATININ 2.5 0.6-1.2

ALBUMIN 7.49 3.5-5.0

PH 52 7.350-7.450

PCO2 148.00 35-45

PO2 41 80-100

TOTAL CO2 39 19-25

BIKARBONAT 15.2 21-26

KELEBIHAN BASA 98.0 -2 - -3

SATURASI O2 146.00 95-100

NATRIUM 3.80 136-145

KALIUM 105.00 35-50

KLORIDA 98-106

Antigen Rapid Test SARS Negative Negative


COV-2

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 34


IV. RESUME
Seorang lki2 usia 49 tahun, [ekerjaan petani datang sebagai Pasien
rujukan dr salah satu rumah sakit dengan keluhan luka post op
gastriccopy 5 hri lalu basah, terbuka sedikit, merah, nyeri dan bau,
kondisi pasien lemah.. awalnya pasien mengeluhkan nyeri ulu hati
sekitar 1 minggu lamanya, mual muntah (+), demam (+) mencret (-),
riwayat minum jamu pegal linu (+).
Pemeriksaan fisik, abdomen luka basah, nyeri, distensi abdomen,
peristaltic (-), anemia -

V. Diagnosa Kerja
Gastric perforasi

VI. Diagnosa Banding


Ulkus peptikum
VII. Penatalaksanaan :
1. Non Farmakologi:
- Tirah baring
- O2 NRM 10 Lpm
2. Farmakologi :
- IVFD D10% 20TPM
- Inj. Pantofrazol 1 vial / 12 jam
- Inj. ceftriacxon 2 gr / 12 jam
- Inj. Ketorolac 1 ampul K/P
- Inj progesole 2mg / 12 jam/iv
- Rencana op gastricopy repair

VIII. Prognosis

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 35


Ad vitam : Dubia ad malam

Ad functionam : Dubia ad malam

Ad sanationam : Dubia ad malam

IX. Follow Up
Kamis , 16 september 2021
S :Nyeri (+)
O : KU: sedang
Peristalytik usus (-)
TD : 1016/72 mmHg, HRl:107 x/I, T: 36,5 C, RR: 20 x/i
A : Post OP gastricopy repair
P : IVFD D10% 20TPM
- Inj. Pantofrazol 1 vial / 12 jam
- Inj. ceftriacxon 2 gr / 12 jam
- Inj. Ketorolac 1 ampul K/P
- Inj progesole 2mg / 12 jam/iv
- Inj. Furosemide 1 amp extra
- Cek albumin, elektrolit, darah rutin

Jumat, 17 September 2021

S : nyeri pada luka post op

O : TD : 99/ 46 mmHg, HR : 138 x/I, RR: 24 x/I , S: 36.0 c

A : Post OP gastricopy repair

P : RL S/S D5% 20 gtt/ i


- Injeksi ceftriaxone 2 gr / 12 jam
- Injeksi gentamicin 8 mg/12jam
- Injeksi lansoprazole 1 amp/12 jam
- Injeksi As.Tranexamat 500 mg / 24 jam
- Puasa
- Draninase d alirkan

Sabtu , 18 September 2021

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 36


S : nyeri pada luka post op

O : TD : 99/ 46 mmHg, HR : 138 x/I, RR: 24 x/I , S: 36.0 c

A : Post OP gastricopy repair

P : RL S/S D5% 20 gtt/ i


- Injeksi ceftriaxone 2 gr / 12 jam
- Injeksi gentamicin 8 mg/12jam
- Injeksi lansoprazole 1 amp/12 jam
- Injeksi As.Tranexamat 500 mg / 24 jam
- Draninase d alirkan

Minggu, 19 September 2021

S : gelisah dengan NRM 10 LPM

O : TD : 134/78 mmHg, HR : 135 x/I, RR: 34 x/I , S: 38,8.0 c

A : Post OP gastricopy repair

P : RL S/S D5% 20 gtt/ i


- Injeksi ceftriaxone 2 gr / 12 jam
- Injeksi gentamicin 8 mg/12jam
- Injeksi lansoprazole 1 amp/12 jam
- Injeksi As.Tranexamat 500 mg / 24 jam
- Injeksi meropenem / 12 jam
- Minum bebas
- Posisi semi flower
- Draninase d alirkan

Senin 20 September 2021

S : gelisah (-), nyeri (+)

O : TD : 134/78 mmHg, HR : 85 x/I, RR: 22x/I , S: 37.5.0 c

A : Post OP gastricopy repair

P : RL S/S D5% 20 gtt/ i


- Injeksi ceftriaxone 2 gr / 12 jam
- Injeksi lansoprazole 1 amp/12 jam
- Injeksi ketorolac 1 amp/ 8 jam

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 37


- Draninase d alirkan
Senin 20 September 2021

S : gelisah (-), nyeri sudah berkurang..

O : TD : 134/78 mmHg, HR : 85 x/I, RR: 22x/I , S: 37.5.0 c

A : Post OP gastricopy repair

P : RL S/S D5% 20 gtt/ i


- Injeksi ceftriaxone 2 gr / 12 jam
- Injeksi lansoprazole 1 amp/12 jam
- Injeksi ketorolac 1 amp/ 8 jam
- Draninase d alirkan

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 38


BAB IV

KESIMPULAN

1. Gastric perforasi merupakan cedera seluruh dinding organ. Karena


peritoneum sepenuhnya menutupi lambung, perforasi dinding menciptakan
hubungan antara lumen lambung dan rongga peritoneum
2. Penatalaksanaan gastric perforasi yaitu terapi suportif yang baik post
operatif bersama dengan penggunaan antibiotik spektrum luas secara
intravena diperlukan.
3. Etiologi sebagian besar perforasi lambung adalah sekunder dari penyakit
ulkus peptikum tetapi juga dapat disebabkan oleh trauma, keganasan,
prosedur intervensi, dan patologi lambung intrinsik

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 39


DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Y. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ULKUS


PEPTIKUM YANG DI RAWAT DIRUMAH SAKIT OLEH (Vol. 2507, Issue
February). http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1085/1/KTI YULPIANTI
ANNISA.pdf
David, F., Sigmon, Tuma, F., G, B., Kamel, & Cassaro, S. (2021). Gastric
Perforation. National Institutes of Health.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519554/?report=printable
Diah, E. (2011). Perforasi Gaster. 1–23.
http://www.scribd.com/doc/57831790/Perforasi-Gaster
KOTO, K. (2016). KARAKTERISTIK TIPE PERFORASI GASTER DAN
HISTOPATOLOGINYA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN.
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/43517/117102003.pd
f?sequence=1&isAllowed=y
Lestari, D. S. (2016). PERFORASI GASTER. https://pdfcoffee.com/laporan-kasus-
perforasi-gaster-pdf-free.html
Zainudin. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Bapak S Yang Menjalani
Pasca Operasi Laparatomi Dengan Indikasi Ulkus Peptikum E.C Perforasi
Gaster Di Ruang Cempaka Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda. Journal of Chemical Information and Modeling.
https://dspace.umkt.ac.id/bitstream/handle/463.2017/1307/KTI
ZAINUDIN.pdf?sequence=1&isAllowed=y

GASTRIC PERFORASI| LAPORAN KASUS 40

Anda mungkin juga menyukai