Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad sudeys

Prodi :kpi1
Semester: 1
Tugas study hadis

1Naskh ( ‫ ) نسخ‬adalah kata dalam bahasa Arab yang biasanya diterjemahkan sebagai


"pembatalan". Dalam penafsiran hukum Islam (atau tafsir), naskh adalah teori yang
dikembangkan untuk menyelesaikan putusan-putusan wahyu Islam yang tampaknya
kontradiktif dengan menggantikan atau membatalkan wahyu sebelumnya. Dalam
bentuk naskh[1] dan "klasik"[2][3] yang diakui secara luas, peraturan/hukum Islam
(hukum) dibatalkan demi yang lain, tetapi teks yang menjadi dasar hukum tidak
dihilangkan
Beberapa contoh peraturan Islam berdasarkan naskh termasuk larangan konsumsi
alkohol secara bertahap (semula alkohol tidak dilarang tetapi umat Islam diberi tahu
bahwa yang buruk melebihi kebaikan dalam minum), dan perubahan arah (kiblat)
yang harus dihadapi ketika shalat shalat (awalnya Muslim menghadap ke Yerusalem,
tetapi diubah menjadi menghadap ke Kabah di Mekah).[4]Teks atau putusan yang
telah dicabut disebut mansukh; sebuah teks atau putusan yang membatalkan dikenal
sebagai nasikh.[5][6]
Beberapa ayat Al-Quran menyatakan bahwa beberapa wahyu telah dibatalkan dan
digantikan oleh wahyu kemudian, dan narasi dari sahabat-sahabat nabi Muhammad
menyebutkan ayat-ayat atau aturan agama yang dibatalkan. Prinsip pencabutan ayat
yang lebih tua dengan ayat baru dalam Al-Quran, atau dalam Hadits adalah prinsip
yang diterima dari keempat maḏāhib Sunni atau mazhab fiqih (yurisprudensi), dan
merupakan prinsip yang mapan dalam Syariah paling tidak pada abad ke-9,[7][8][9]
(meskipun sejak abad ke-19, Moderniseme Islam dan Islamisme menentang
konsep naskh, mempertahankan keabsahan absolut dari Al-Quran). Namun, dengan
sedikit pengecualian, wahyu Islam tidak menyatakan ayat atau hadis Quran mana
yang telah dibatalkan, dan para ahli tafsir dan ahli hukum Islam tidak sepakat tentang
mana dan berapa banyak hadis dan ayat Al-Quran yang diakui sebagai dibatalkan,
dengan perkiraan bervariasi dari kurang dari sepuluh hingga lebih dari 500. [10][11]
2.Nama sebenarnya adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim dijuluki Al-Mughirah bin
Bardizbah. Namun ia dikenal dengan sebutan Imam Bukhari. Ia lahir di Bukhara pada tahun
194 H.

Semua ulama, baik dari gurunya maupun dari sahabatnya memuji dan mengakui ketinggian
ilmunya. Ia seorang Imam yang tidak tercela hapalan haditsnya dan kecermatannya. Bukhari
mulai menghapal hadits ketika umurnya belum mencapai 10 tahun. Ia mencatat lebih dari
seribu guru, hapal 100.000 hadits shahih dan 200.000 hadits tidak shahih

3. Penunjukkan Adanya Naskh dalam Syari’at


Perlu diketahui bahwa adanya naskh dalam syari’at atau adanya ayat Al-Qur’an yang
mansukh (dihapus hukumnya/lafazhnya) oleh ayat lain ditunjukkan oleh dalil naql
(ayat/hadits), dalil akal, dan ijma’.

41. An-Na>sikh wal-Mansukh, karya Qatadah bin Di’amah As-Sadusi (wafat 118 H), namun tidak sampai

ke tangan kita.

2. Na>sikhul-Hadith wa Mansukhihi, karya ahli hadits ‘Iraq, Abu Hafsh Umar Ahmad Al-Baghdadi, yang

dikenal dengan Ibnu Syahin (wafat 385 H).

3. Nasikhul-Hadith wa Mansukhihi, karya Al-Hafidh Abu Bakar Ahmad bin Muhammad Al-Atsram (wafat

261 H), shahabat Imam Ahmad.

4. Al-I’tibar fin-Nasikh wal-Mansukh minal-Atsar, karya Imam Al-Hafidh An-Nassabah Abu Bakar

Muhammad bin Musa Al-Hazimi Al-Hamadani (wafat 584 H).

5. An-Nasikh wal-Mansukh, karya Abul-Faraj Abdurrahman bin ‘Ali, atau yang lebih dikenal dengan

nama Ibnul-Jauzi[19].

Anda mungkin juga menyukai