Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ANEMIA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

AA ADE WIWIN ANTINI (202101001)


DHEA JUNIARNI (202101005)
ATIKA HI MAKMUR (202101003)
HAJJARIAH I LAYUMBA (202101012)
INDAH SARI MASDIN (202101015)
MOH IBNU MAJA (202101021)
OPIN HARDIYANTI (202101029)
SRI SUSANTI I HASAN (202101038)
UMUL KHAIR (202101041)
WULANDARI (202101043)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb alhamdulilah, segala puji bagi Allah S.W.T. Tuhan Yang Maha
Esa, pada akhirnya makalah atau paper yang penulis susun dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah KMB 1 dengan judul tugas “ANEMIA” telah dapat terselesaikan.Makalah atau
paper ini disusun dengan mengambil sumber bacaan dari akses internet seperti yang
tercantum dalam daftar pustaka.Penulis menyadari bahwa paper ini jauh dari kata sempurna
karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah S.W.T. harapan penulis semoga isi dari paper
ini bisa bermanfaat baik bagi penulis maupun pembaca. Aamiin Ya Rabbal’alamin

Penulis

Palu,10 Oktober 2022

2
DAFTAR ISI

MAKALAH KMB 1...................................................................................................................................1


KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BABI PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................................................4
A. Definisi Anemia.........................................................................................................................5
B. Anatomi dan Fisiologi...............................................................................................................5
C. Patofisiologi...............................................................................................................................6
D. Manifestasi Klinis......................................................................................................................6
E. Pathway.....................................................................................................................................9
F. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................................10
G. Terapi Farmakologi.................................................................................................................10
H. Terapi Diet...............................................................................................................................10
I. Askep.......................................................................................................................................11
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................16

3
BABI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia merupakan penurunan jumlah hemoglobin darah masih menjadi


permasalahan kesehatan saat ini, serta merupakan jenis malnutrisi dengan prevalensi
tertinggi di dunia. Hal ini ditunjukkan dengan masuknya anemia ke dalam daftar
Global Burden of Disease dengan jumlah penderita sebanyak 1,159 miliar orang di
seluruh dunia. Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia
yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita
anemia diperkirakan dua milyar dengan prevalensi terbanyak di wilayah Asia dan
Afrika. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa anemia merupakan
10 masalah kesehatan terbesar di abad modern, kelompok yang berisiko tinggi anemia
adalah wanita usia subur, ibu hamil, anak usia sekolah, dan remaja (WHO, 2016

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu anemia?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi anemia?
3. Bagaimana patofisiologi anemia?
4. Apa saja manifestasi klinis anemia?
5. Bagaimana pathway anemia?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang penderita anemia?
7. Bagaimana terapi farmakologi penderita anemia?
8. Bagaimana terapi diet penderita anemia?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu anemia
2. Mengetahui anatomi dan fisiologi anemia
3. Mengetahui patofisiologi anemia
4. Mengetahui manifestasi klinis dari anemia
5. Mengetahui pathway anemia
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang anemia
7. Mengetahui terapi farmakologi anemia
8. Mengetahui terapi diet anemia

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Anemia
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan
sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah
(Doenges, 1999). Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel
darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 :
935). Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah
(Price, 2006 : 256).

Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,


melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi
tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis
yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.

B. Anatomi dan Fisiologi


Rongga mulut termasuk bagian dari sistem pencernaan yang terdiri dari: bibir,
pipi, lidah, langit-langit, dan gigi yang masing-masing memiliki anatomi dan fungsi
berbeda yang bekerja bersama secara efektif dan efisien untuk melakukan berbagai
fungsi. Rongga mulut merupakan struktur yang unik dan kompleks yang dilalui oleh
berbagai macam jalur persarafan, pembuluh darah serta pengecapan yang dilapisi
oleh membran mukosa. Rongga mulut memiliki fungsi yang beragam dalam
kehidupan manusia salah satunya merupakan gerbang pertama dari sistem kekebalan
tubuh terhadap invasi mikroorganisme dan agen karsinogenik.
Lidah merupakan bagian dari rongga mulut yang secara filosofis medis
berperan sebagai cermin kesehatan rongga mulut dan tubuh secara keseluruhan, serta
dianggap sebagai salah satu organ vital tubuh yang mempunyai berbagai fungsi
penting termasuk pengecapan, berbicara, pengunyahan dan pernapasan.Lidah
terbentuk dari otot rangka yang dapat digerakkan di dalam rongga mulut yang
menonjol dari dasar mulut serta pada bagian posterior membentuk dinding anterior
orofaring. Secara anatomis, terdiri dari bagian radiks, dorsum, dan tip atau inferior
yang terbagi menjadi dua bagian bilateral oleh septum fibrosa. Bagian dorsum lidah
terbagi menjadi area anterior dan posterior dipisahkan oleh sulkus berbentuk huruf V
atau sulcus terminalis.
5
Geographic tongue adalah suatu lesi kronik yang terjadi pada lidah berupa
daerah atropi papila filiformis, tampak sebagai area eritematous dengan tepi
meninggi berwarna putih kekuningan dan berbatas tegas dengan pola tidak beraturan
terlihat seperti pola peta, berpindah-pindah tempat atau bermigrasi dengan periode
remisi.5,7,8,9 Fissured tongue adalah lekukan memanjang pada dorsum lidah
dengan arah dan kedalaman yang bervariasi dapat dangkal atau dalam.

C. Patofisiologi
Penurunan jumlah sel darah merah (SDM) dalam sirkulasi, penurunan jumlah
hemoglobin (Hb) di dalam SDM, atau kombinasi keduanya, mengakubatkan
berkurangnya kapasitas pembawa oksigen dalam darah.
a. Anemia defesiensi besi: cadangan zat besi yang adekuat, yang menyebabkan
insufisiensi Hb (molekul utama dalam SDM), mengakibatkan sel tampak tidak
normal, berukuran lebih kecil dari normal (mikrositik), dan pucat (hipokromik).
b. Anemia akibat penyakit kronis (anemia of chronic disease, ACD): menyertai
gangguan inflamatonk, infeksius, atau neoplastik yang kronis. Pendinan
menunjukkan bahwa anemia memiliki prevalensi 30-90% pada individu yang
menderita kanker
c. Anemia pernisius (PA): kurangnya faktor instnnsik di dalam perut menyebabkan
ketidakmampuan untuk mengabsorpsi vitamin B12 yang menyebabkan
pembentukan SDM abnormal.
d. Anemia aplastik: kegagalan sumsum tulang untuk memproduksi sel, termasuk
SDM dan sel darah putih (SDP) serta trombosit.
e. Anemia hemolitik: penghancuran prematur SDM (Dongoes at all,2019)

D. Manifestasi Klinis
Karena sistem organ dapat terkena, maka pada anemia dapat
menimbulkanmanifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya
anemia,usia, mekanisme kompensasi, tingkat aktivitasnya, keadaan penyakit yang
mendasarinya dan beratnya anemia. Secara umum gejala anemia adalah;
a. HB menurun (<10g/dl), trombositosis/trombositopenia pansitopenia
b. Penurunan BB, kelemahan
c. Takikardia, TD menurun, Pengisisan kapiler lambat, ekstremitas dingin,
palpitasi, kulit pucat.

6
d. Mudah lelah:sering istirahat, nafas pendek, proses penghisap yang buruk
(bayi)
e. Sakit kepala, pusing, kunang-kunang, peka rangsang.

Manifestasi klinis berdasarkan jenis anemia:

1. Anemia
karna perdarahan Perdarahan akut; akibat kehilangan darah yang cepat,
terjadi reflex kardiovskuler yang fisiologis berupa kontraksi arteriola,
pengurangan aliran darah atau komponennya ke organ tubuh yang kurang
vital (anggota gerak, ginjal). Gejala yang timbul tergantung dari cepat dan
banyaknya darah yang hilang dan apakah tubuh masih dapat mengadakan
kompensasi. Kehilangan darah sebanyak 12-15% akan memperlihatkan
gejala pucat, transpirasi, takikardia, TD rendah ataunoemal. Kehilangan
darah sebanyak 15-20% akan mengakibatkan TD menurun dan dapat terjadi
renjatan (shock) yang masih reversible.

2. Anemia defisiensi
1. Anemia defisiensi besi(DB)
Pucat merupakan tanda yang paling asering, pagofagia (keinginanuntuk
makan bahan yang tidak biasa seperti es atau tanah), bila HB menurun
sampai 5g / dliritabilitas dananorexia. Takikardi dan bising sistolik. Pada
kasus berat akan mengakibatkan perubahan kulit dan mukosa yang
progresif seperti lidah yang halus, keilosis,terdapat tanda-tanda mal nutrisi.
Monoamine oksidase suatu enzim tergantung besi memainkan peran
penting dalam reaksi neurologist dan itelektual. Temuan laboratorium Hb 6-
10 g/dl, trombositosis (600.000- 1.000.000).
2. Anemia defisiensi asamfolat
Gejala dan tanda pada anemia defesiensi asam folat sama dengan anemia
defesiensi vitamin B12, yaitu anemimegalobalitik dan perubahan
megalobalistik pada mukosa, hilangnya daya ingat. Gambaran darah seperti
anemia pernisiosa tetapi kadar vitamin dapat memastikan diagnosis adalah
kadar folat serum rendah, biasanya kurang dari 3ng/ml. Yang dapat
memastikan adalah kadar folat sel darah merah kurang dari 150 ng/ml

7
3. Anemia hemolitik
1. Anemia hemolitik auto imun
Anemia ini bervariasi dari yang ringan sampai yang berat (mengancam
jiwa). Terdapat keluhan fatigue dapat terlihat bersama gagal jantung
kongestif danangina. Biasanya ditemukan ikterus dan splenomegali.
Apabila klien mempunyai penyakit dasar seperti LES atau Leukimia
Limfositik Kronik, gambaran klinis penyakit tersebut dapat terlihat.
Pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar HB yang bervariasi dari
ringan sampai berat (HT<10%)Retikulositosis biasanya dapat terlihat
pada apusan darah tepi. Pada kasus Hemolisis berat, penekanan pada
sumsum tulang dapat mengakibatkan SDM yang terpecah-pecah.
2. Anemia hemolitik
karena kekurangan enzim Manifestasi klinik beragam mulai dari anemia
hemolitik neonatus berat sampai ringan, hemolisis yang terkompensasi
dengan baik dan tampak pertama pada dewasa. Polikromatofilia dan
mikrositosis ringan menggambarkan angka kenaikan retikulosit.
Manifestasi klinis sangat beragam tergantung dari jenis kekurangan
enzim, defesiensi enzim glutation redukta sekadangkadang disertai
trombopenia dan leukopenia dan sering disertai kelainan neorologis.
3. Sferositosis herediter
Sferositosis herediter mungkin menyebabkan penyakit hemokitik pada
bayi baru lahir dan tampak dengan anemia dan hiperbilirubinemia yang
cukup berat keparahan penyakit pada bayi dan anak bervariasi. Beberapa
penderita tetap tidak bergejala sampai dewasa, sedangkan lainya
mungkin mengalami anemia berat yang pucat, ikterus, lesu dan
intoleransi aktivitas. Buktihemolisis meliputi retikulositosis meningkat
sampai 6- 10g/dl. Angka retikulositosis sering meningkat samai 6-20%
dengan nilai rata10%. Eritrosit pada apus darah tepi berukuran macam-
macam dan terdiri dari retikulosit polikromatofilik dan sferosis.
4. Thalasemia
Anemia berat tipe mikrositik dengan limpa dan hepar yang membesar.
Pada anak yang besar biasanya disertai dengan keadaan gizi yang jelek
dan mukanya memperlihatkan fasies mongoloid. Jumlah retikulosid
dalam darah meningkat. Temuan laboratorium pada thalasemia HbF >
90% tidak ada Hb A. Pada talasemia anemianya biasanya tidak sampai

8
memerlukan transfusi darah, mudah terjadi hemolisis akut pada serangan
infeksi berat, kadar HB 7-10g/dl, sediaan hapus darah tepi
memperlihatkan tanda-tanda hipokromia yang nyata dengan anisosotosis
dan poikilositosis.

4. Anemia aplastik
Awitan anemia aplastik biasanya khas dan bertahap ditandai oleh kelemahan,
pucat, sesak nafas pada saat latihan. Temuan laboratorium biasanya
ditemukan pansitopenia, sel darah merah normositik dan normo kromik
artinya ukuran dan warnanya normal, perdarahan abnormal akibat
trombositopenia.

E. Pathway
 Agen neoplastic
 Radiasi
 Obat-obatan
 Infeksi
 Bahan Kimia

Gangguan Hemopeotik

Leukopenia Eritropetik Trombositopenia

Anemia Hb turun
Depresi sistem imun Penurunan transport
O2 menurun

9
aliran darah perifer Oksihemoglobin turun Gangguan
Pertahanan sekunder terganggu
Hipoksia pucat Penurunan transport Kompensasi jantung
menurun Hb turun pertukaran
O2 menurun
gas

Intoleransi aktivitas Respirasi


metabolism aerob
meningkat,nadi pola nafas
turun,anaerob naik
meningkat tidak efektif
Resiko Defisit
jatuh/cedera perawatan
Kelemahan/keletihan kardiomegali
v diri
Kompensasi jantung Gagal
jantung

F. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien penyakit anemia adalah :
a. Pemeriksaan laboratorium
1. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Dengan pemeriksan in, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi
anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi :kadar hemoglobin, indeks eritrosit,
apusan darah tepi.
2. Pemeriksaan darah seri anemia :hitung leukosit, trombosit, laju endap darah
(LED), dan hitung retikulosit.
3. Pemeriksaan sumsum tulang : pemeriksaan ini memberikan gambaran
informasi mengenai keadaan system hematopoesis.
b. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis : faal ginjal, faal endokrin, asam urat,
faal hati, biakan kuman.
c. Radiologi : thorak, bone survey, USG, atau linfangiografi.
d. Pemeriksaan sitogenetik
e. Pemeriksaan biologi molekuler

G. Terapi Farmakologi
Pengobatan farmakologi anemia dapat dilakukan dengan pemberian zat besi
peroral sulfas ferosus atau glukonus ferosus dengan dosis 3 – 5 x 0,20 mg.

10
H. Terapi Diet
1. Sayuran hijau

Sayuran hijau, terutama yang gelap, adalah salah satu sumber terbaik zat besi
non-heme. ini termasuk bayam, kangkung, kubis, sawi, dan sayuran dandelion.
Beberapa sayuran hijau seperti Swiss chard dan collard greens juga mengandung
folat. 

Jeruk, kacang-kacangan, dan biji-bijian merupakan sumber folat yang baik.


Vitamin C membantu perut menyerap zat besi. Makan sayuran hijau dengan
makanan yang mengandung vitamin C seperti jeruk, paprika merah, dan stroberi
dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Beberapa sayuran hijau merupakan
sumber zat besi dan vitamin C yang baik, seperti collard greens dan Swiss chard.

2. Daging

Semua jenis daging mengandung zat besi heme. Daging merah, domba, dan
daging rusa adalah sumber terbaik sedangkan unggas dan ayam memiliki jumlah
yang lebih rendah.

3. Hati

Banyak orang menghindari jeroan, tetapi faktanya jeroan adalah sumber zat besi
yang tinggi. Hati kaya akan zat besi dan folat. Beberapa jeroan kaya zat besi
lainnya adalah jantung, ginjal, dan lidah sapi.

4. Seafood
Beberapa makanan laut menyediakan zat besi heme. Kerang, tiram,
kerang, scallop, kepiting, dan udang adalah beberapa di antaranya. Sebagian
besar ikan juga mengandung zat besi. Ikan dengan kadar zat besi terbaik antara
lain:
a. Tuna kalengan atau tuna segar.
b. Ikan kembung.
c. Ikan mahi-mahi.
d. Ikan cuwe.
e. Salmon segar atau kalengan.
f. Sarden

11
I. Askep
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
1) Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita ,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt
diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
2) Anamnesa
a. Identitas penderita Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa,
nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan
pucat, kelelahan, kelemahan, pusing.
c. Riwayat kesehatan sekarang Klien dengan anemia datang ke rumah
sakit, biasanya dengan keluhan berupa: adanya keletihan, kelemahan,
malaise umum, membutuhkan waktu tidur dan istirahat yang banyak,
sakit kepala, nyeri mulut dan lidah, anoreksia, BB menurun, serta sulit
untuk berkonsentrasi.
d. Riwayat kesehatan dahulu Klien memiliki riwayat konsumsi obat-
obatan yang mempengaruhi sumsum tulang dan metabolisme asam
folat, adanya riwayat hehilangan darah kronis, misalnya perdarahan
GI kronis, menstruasi berat,angina, CHF. Selain itu terdapat juga
riwayat penyakit antara lain endokarditis, pielonefritis, gagal
ginjal,riwayat TB, abses paru, kanker. Riwayat penyakit hati, masalah
hematoligi, pembedahan dan penggunaan anti konvulsan masa lalu
atau sekarang juga akan mempengaruhi anemia.
e. Riwayat kesehatan keluarga Kesehatan keluarga yang berhubungan
dengan anemia, sperti kecendrungan keluarga untuk anemia, adanya
anggota keluarga yang menderita anemia. Apakah anggota keluarga
pasien memiliki riwayat penyakit keturunan seperti diabetes militus,
penyakit jantung, struk ?

12
f. Riwayat psikososial Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan
dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya
serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
g. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum Meliputi keadaan penderita, kesadaran,
suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
Pucat, keletihan, kelemahan, nyeri kepala, demam, dispnea,
vertigo, sensitif terhadap dingin, berat badan menurun.
2) Kepala dan leher Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah
pembesaran pada leher, adakah gangguan pendengaran.
3) Sistem integumen Turgor kulit kering,kuku rapuh.
4) Sistem pernafasan Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
Sistem kardiovaskuler Takikardi, hipotensi, kardiomegali, gagal
jantung.
5) Sistem gastrointestinal Anoreksia.
6) Sistem urinary Pada pola ini, biasanya bisa terjadi diare atau
konstipasi, serta bisa terjadi penurunan haluaran urine.
7) Sistem muskuloskeletal Nyeri pinggang, nyeri sendi.
8) Sistem neurologis Nyeri kepala, binggung, mental depresi, cemas.
h. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan adalah :
1. Tes penyaring
a) Kadar hemoglobin
b) Indeks eritrosit (MCV,MCH, dan MCHC)
c) Hapusan darah tepi
2. Pemeriksaan rutin
a) Laju endap darah
b) Hitung deferensial
c) Hitung retikulosit
3. Pemeriksaan sumsum tulang
4. Pemeriksaan atas indikasi khusus
a) Anemia defesiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin
b) Anemia megaloblastik : asam folat darah/eritrosit, vitamin B12
c) Anemia hemolitik : tes Coomb, elektroforesis Hb
d) Leukemia akut : pemeriksaan sitokimia

13
e) Diatesa hemoragik : tes faal hemostasis
5. Pemeriksaan laboratorium non hematologi Pemeriksaan faal ginjal, hati,
endokrin, asam urat, kultur bakteri
6. Pemeriksaan penunjang lainnya
a) Biopsy kelenjar à PA
b) Radiologi : Foto Thoraks, USG, CT-Scan
9. Diagnosa
1. Perfusi jaringan tidak efektif.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari ke butuhan tubuh
3. Defisit perawatan diri
4. Resiko infeksi
5. Intoleransi aktifitas
6. Gangguan pertukaran gas
7. Ketidakefektifan pola nafas
8. Keletihan
10. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari klien, dan atau/atau tindakan yang harus dilakukan
oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk membantuk klien mencapai hasil
yang diharapkanIntervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku
spesifik yang diharapkan dari klien, dan atau/atau tindakan yang harus
dilakukan oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk membantuk klien
mencapai hasil yang diharapkan.
11. Implementasi
Setelah rencana tindakan di susun maka untuk selanjutnya adalah pengolahan
data dan kemudian pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana
yang telah di susun tersebut. Dalam pelaksanaan implementasi maka perawat
dapat melakukan observasi atau dapat mendiskusikan dengan klien atau
keluarga tentang tindakan yang akan kita lakukan.
12. Evaluasi
Evaluasi Evaluasi adalah langkah terakhir dalam asuhan keperawatan,
evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP ( data subjektif, data objektif,
analisa dan planning ). Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh mana
keberhasilan rencana tindakan keperawatan yang harus dimodifikasi.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah masa eritrosit
(red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen
dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying

15
capacity).Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin,
hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count).Tetapi yang paling lazim dipakai adalah
kadar hemoglobin, kemudian hematokrit. Harus diingat bahwa terdapat keadaankeadaan
tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti
pada dehidrasi, perdarahan akut dan kehamilan.3-9 Permasalahan yang timbul adalah
berapa kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit paling rendah yang dianggap
anemia? Kadar hemoglobin dan eritrosit sangat bervariasi tergantung pada usia, jenis
kelamin, ketinggian tempat tinggal serta keadaan fisiologik tertentu seperti misalnya
kehamilan.
Secara umum gejala anemia adalah;
a. HB menurun (<10g/dl), trombositosis/trombositopenia pansitopenia
b. Penurunan BB, kelemahan
c. Takikardia, TD menurun, Pengisisan kapiler lambat, ekstremitas dingin, palpitasi,
kulit pucat.
d. Mudah lelah:sering istirahat, nafas pendek, proses penghisap yang buruk (bayi)
e. Sakit kepala, pusing, kunang-kunang, peka rangsang.
B. Saran

Diharapkan kepada pembaca agar tetap menjaga kesehatannya danjuga agar dapat
mengenali tanda dan gejala anemia.

DAFTAR PUSTAKA
(Medika et al., 2019)

Medika, E. et al. (2019) ‘GAMBARAN INDEKS ERITROSIT ANEMIA PADA IBU


HAMIL DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2016 Program Studi Pendidikan
Dokter , Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bagian / SMF Patologi Klinik RSUP
Sanglah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Email : marinawira@gmail.com
ABSTRAK Anemia pada kehamilan merupakan permasalahan kesehatan di negara-negara
dunia yang mempengaruhi negara berkembang maupun negara maju . Menurut WHO tahun

16
2011 , persentase anemia pada ibu hamil di dunia adalah 38 , 2 %. Di Indonesia ibu hamil
yang mengalami anemia ringan sampai sedang adalah 30 %, dan anemia berat adalah 0 , 5 %.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan klasifikasi anemia berdasarkan konsentrasi
hemoglobin dan berdasarkan indeks eritrosit pada ibu hamil yang mengalami anemia di
RSUP Sanglah Denpasar tahun 2016 . Penelitian ini adalah studi deskriptif-retrospektif yang
dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar . Data yang diperoleh adalah data sekunder rekam
medis pasien dari bulan April sampai Desember 2016 . 94 subjek terlibat dalam penelitian
ini . Pasien yang berusia 15 tahun sampai 24 tahun adalah berat 8 , 5 % ( n = 8 ). Rerata
hemoglobin ± SD pasien ibu hamil yang mengalami anemia adalah 9 , 27 g / dl ± 1 , 51 , dan
rentangan hemoglobin berkisar dari 3 , 42 g / dl sampai 11 , 94 g / dl . Berdasarkan indeks
eritrosit , pasien terbanyak mengalami anemia hipokromik mikrositer ( 51 , 06 %; n = 48 ),
lainnya mengalami anemia makrositer ( 1 , 06 %; n = 1 ). Berdasarkan penelitian ini ,
disimpulkan bahwa pasien ibu hamil yang mengalami anemia di RSUP Sanglah tahun 2016
terbanyak pada usia 25 sampai 34 tahun . Pasien didominasi oleh anemia sedang dan anemia
hipokromik mikrositer . Kata kunci : Indeks eritrosit , anemia , ibu hamil Anemia in
pregnancy is a world wide health problem that affects developing as well as developed
country . According to WHO 2011 , percentage of anemia among pregnant women in the
world is 38 . 2 %. In Indonesia , pregnant women that have mild to moderate anemia is 30 %,
and severe anemia is 0 . 5 %. The purpose of this study is to determine the anemia
classifications based on hemoglobin concentration and based on erythrocyte indices among
pregnant women with anemia at Sanglah Hospital Denpasar in 2016 . This research is
descriptive retrospective study conducted at Sanglah

Hospital Denpasar . Data are obtained from secondary data of patient ’ s medical record from
April to Desember 2016 . 94 subjects were involved in this research . Patients ag…’, 8(5), pp.
7–10.

17

Anda mungkin juga menyukai