10 Aksi Nyata
Oleh :
Ningsi Lakoro, S.Pd.
Provinsi Gorontalo
A. Latar Belakang
Ki Hadjar Dewantara (KHD) membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran
dalam memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurut KHD, pengajaran
(onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses
Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak
secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan
terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya baik sebagai seorang manusia
maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009), “pendidikan dan
pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan
hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam
arti yang seluas-luasnya” Maka pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau
hidupnya kekuatan -kekuatan itu, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan
dasarnya) hidup dan tumbuhnya. Dalam pendidikan perlunya menumbuhkan budi
pekerti, watak, atau karakter merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran,
perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Perlu
diketahui bahwa budi berarti pikiranperasaan-kemauan, sedangkan pekerti artinya
‘tenaga’. Jadi budi pekerti merupakan sifat jiwa manusia, mulai angan-angan hingga
menjelma sebagai tenaga. Dengan kata lain budi pekerti tersebut dapat dilihat
sebagai profil pelajar pancasila. Disana terdapat cerminan enam profil pelajar
pancasila yang mencerminkan karakter sebagai pelajar indonesia.
Sekolah adalah adalah pusat kebudayaan dan pendidik adalah role model atau
teladan yang bisa menuntun dan mewariskan kebudayaanan tersebut. Seiring
perkembangan zaman maka budaya kearamah tamahan yang menjadi ciri khas
bangsa Indonesia mulai mengalami kemunduran, karena pada kenyataanya
banyak siswa yang kurang menghargai gurunya, bahkan mirisnya, saat
Selama lebih kurang 10 tahun ini saya tenggelam di zona nyaman dalam
melaksanakan tugas saya sebagai guru. Saya merasa telah memenuhi kewajiban
setelah mengajar di kelas, memberikan materi, melaksanakan evaluasi,
penilaian ( asesmen )dan sesekali melaksanakan refleksi yang kesemuanya
merupakan tuntutan kurikulum yang harus dipenuhi. Saya lupa bahwa guru
sebenarnya tidak hanya mengajar saja, tetapi yang lebih utama adalah mendidik.
Setelah mendalami Filosofi pendidikan menurut Ki Hadjar dewantara pada
Modul 1.1. maka saya emngubah cara pandang saya, saya mulai tergerak untuk
melakukan perubahan pembelajaran di kelas saya, yang saya lakukan adalah
mengelola pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dengan
mempertimbangkan karakteristik anak didik saya, dimana anak didik saya yang
rata- rata usia mereka 8-9 tahun yang masih sangat identic dengan bermain,
maka saya mengintegrasikan pembelajaran deng konsep “Belajar sambil
Bermain’ agar suasana pembelajaran menjadi lebih aktif dan bersemangat, Dari
awal saya menunggu mereka di depan kelas, sambil menyalami mereka satu
persatu, kemudian saya memandu mereka melakukan yel-yel “Tepuk Jari” untuk
menyiapkan mereka berdoa agar lebih rilekx dan Khikmat, selanjutnya
menanyakan kebar mereka, dan selanjutnya melakukan proses belajar dengan
mengintegrasikan dalam bentuk permainan.
Setelah perubahan yang saya lakukan di kelas, maka perbedaan yang langsung
terlihat bila dibandingkan dengan model pembelajaran sebelumnya adalah
suasana belajar menjadi lebih hidup, dan anak-anak sangat antusias dalam
belajar, mereka bergembira, mereka tertawa riang, malah saya kagetsetelah
saya melihat ada juga anak-anak dari kelas lain yang ikut masuk dan bergabung
di kelas saya, bahkan mereka ikut bergembira juga, saya tidak menegur, saya
membiarkan mereka ikut menikmati suasana belajar tersebut. Untuk
memberikan pengalaman baru yang meyenangkan buat mereka. Selain Hal-hal
baik tersebut, tentunya pembelajaran tersebut pasti masih ada kekurangannya,
Untuk kedepan saya akan mengubah cara saya menyambut di depan kelas
dengan beberapa variasi, selain salaman mungkin bisa di tambahkan dengan hal
laiinya yang lebih menumbuhkan kedekana emosional antara saya dengan
mereka, agar mereka merasa dditerima, merasa nyaman, dan merasa di cintai,
agar kedepannya kualitas belajarnya menjadi lebih baik lagi.
Setelah melakukan refleksi, maka saya membuat rencana tindak lanjut yaitu
menyambut siswa tak hanya dengan salaman tapi di buat 3 pilihan, Yakni akan
di tempelkan 3 gambar berikut di depan pintu kelas, dan mereka memilih mana
yang mereka lakukan untuk berinteraksi dengan saya, berikut penjelasannya
F. Lampiran-lampiran kegiatan
a) Dokumentasi penerapan Budaya ‘3 S’ Senyum Sapa Salam)