Anda di halaman 1dari 8

BAHASA ARAB

FI'IL MABNI MA'LUM & MAJHUL

Ahmad Amaludin
Ahmad Maulidan
Ahmad Mihbali
Muhammad Najmil Husna
Muhammad Nasrullah
Muhammad Rizal Fahriannor
1.Fi’il Mabni Ma’lum

Fi’il ma’lum atau mabni ma’lum adalah fi’il yang fa’ilnya disebutkan bersamanya,
sebagaimana ulama bahasa arab mendefinisikannya sebagai berikut:

ُ‫ْالفِ ْع ُل ْال َم ْبنِ ُّي لِ ْل َم ْعلُ ِم هُ َو َما ي ُْذ َك ُر َم َعهُ فَا ِعلُه‬
Contoh Fi’il Mabni Ma’lum

Untuk lebih jelasnya, silahkan perhatikan contoh-contoh fi’il mabni ma’lum


berikut ini:

Contoh Fi’il Mabni Ma’lum

Muhammad telah ‫ ُم َح َّم ٌد‬ ‫ب‬


َ َ‫َكت‬
menulis
 Muhammad telah َ َ‫َجل‬
‫ ُم َح َّم ٌد‬ ‫س‬
duduk
Muhammad telah ‫ ُم َح َّم ٌد‬ ‫قَا َم‬
berdiri
Muhammad sedang ‫ ُم َح َّم ٌد‬ ‫يَنَا ُم‬
tidur
Muhammad sedang ْ َ‫ي‬
‫ ُم َح َّم ٌد‬ ‫طبَ ُخ‬
memasak
Seorang pemuda ‫تَفَاَئ َل ال َّشبَابُ فِ ْي‬
optimis dalam
mewujudkan cita
‫ْق ْاُأل ْمنِيَّ ِة‬
ِ ‫تَحْ قِي‬
citanya
Seorang pemuda ِ َ‫يَ ْس َم ُع ْال َولَ ُد ن‬
ً‫ص ْي َحة‬
mendengarkan hal ً‫ِإ ْي َجابِيَّة‬
hal positif
2.Fi’il Mabni Majhul

Fi’il mabni majhul adalah Fi’il yang dibuang Fa’ilnya dan maf’ul bih menempati
Fa’il dan dinamakan Na’ibul Fa’il

Jadi mabni majhul adalah fi’il yang fa’ilnya dihapus, dan maf’ul bih menggantikan


tempatnya, yang kemudian disebut naibul fa’il. Adapun versi arabnya adalah:

‫ف فَا ِعلُهُ َو َح َّل ْال َم ْفع ُْو ُل بِ ِه َم َكانَهُ َو ُس ِم َي نَاِئبُ ْالفَا ِع ِل‬
ُ ‫ي لِ ْل َمجْ ه ُْو ِل هُ َو َما يُحْ َذ‬
ُ ِ‫ْالفِ ْع ُل ْال َم ْبن‬

Contoh Fi’il Mabni Majhul

Contoh Fi’il Majhul


Buku sedang dibaca ْ ‫يُ ْق َرُأ‬
ُ‫ال ِكتَاب‬ 
Zaid sedang dipukul ‫ َز ْي ٌد‬  ُ‫يُضْ َرب‬
Makanan sedang ‫الطَّ َعا ُم‬ ‫يُْؤ َك ُل‬
dimakan
Manusia diciptakan ً‫ان َخلِ ْيفَة‬
ُِ ‫ق اِإل ْن َس‬
َ ِ‫ُخل‬
sebagai pemimpin
Tamu telah dimuliakan ُ ‫ضي‬
‫ْف‬ َّ ‫ال‬ ‫ُأ ْك ِر َم‬
Baju telah dicuci ُ‫الثَّ ْوب‬ ‫ُغ ِس َل‬

Sebab-sebab dibuangnya fa'il

a. Karena sudah dimaklumi


Karena fa'ilnya sudah diketahui, maka tidak usah disebut lagi.
Contohnya:
Seperti firman Allah SWT :
ً ‫اإلنسان ضعيفا‬
ُ َ ِ‫و ُخل‬
‫ق‬
Artinya: …. Dan manusia dijadikan bersifat lemah.

b. Karena belum diketahui


Fa'il yang belum diketahui tidak disebutkan, karena tidak mungkin dapat
menentukannya.
َ ‫ُش ِر‬
Contohnya: َ‫ق البَيْت‬ (dicuri isi rumah itu)

c. Karena lebih suka merahasiakan fa'ilnya, walaupun fa'ilnya sudah diketahui.


ketika kita sudah tahu siapa orang yang naik namun kita tidak ingin berharapnya.
ُ ‫ص‬
Misalnya: ‫ان‬ َ ‫الح‬
ِ ‫ب‬ َ ‫ُر ِك‬ (Dinaiki kuda itu).

d. Karena ada kekhawatiran jika dijelaskan fa'ilnya.


ketika kita sudah tahu siapa yang memukul Fulan, tetapi kita takut kepadanya
sehingga kita tidak menyebutkannya.
ٌ
Misalnya: ‫فالن‬ ‫ب‬
َ ‫ُر‬
ِ ‫ض‬ (Dipukul orang itu).

e. Karena menghormati fa'ilnya


Misalnya: ‫( ُع ِم َل َع َم ٌل من َك ٌر‬Dikerjakan amal yang jelek itu).
Sebelumnya diketahui pelakunya, namun tidak disebutkan karena menjaga
kehormatanya.

f. Karena jelas tidak membawa faedah jika fa'il disebutkan.


Misalnya firman Allah Swt.
Artinya: Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka
balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah
penghormatan itu (dengan yang serupa).
Dalam ayat tersebut tidak disebutkan fa'ilnya, karena menerangkan siapa yang
memberi penghormatan itu tidak ada gunanya, sebab yang menjadi tujuan adalah
wajibnya membalas kepada yang memberi penghormatan.

Naibul Fa'il atau Pengganti Fa'il , itu ada 4 macam, yaitu :

1. Maf'ul Bih
Pengganti fa'il yang pertama, bisa berupa maf'ul bih.
Contohnya:
‫قُ ِرَأ ْالقُرْ ٰا ُن‬

Lafadz ‫ ْالقُرْ ٰا ُن‬adalah maf'ul bih dari kalimat aslinya yaitu

َ‫قَ َرَأ ُم َح َّم ٌد ْالقُرْ ٰأ ن‬

Setelah fa'il dibuang, karena perubahan fi'il dari ma'lum menjadi majhul, maka
maf’ul bih menggantikan posisi fa'il.

2. Jar Majrur
Pengganti fail yang kedua, bisa berupa susunan jar majrur.
Contohnya:
Dalam bentuk ma'lum:

‫نَظَ َر َز ْي ٌد فِى ااِل َ ْم ِر‬

Jika dimajhulkan, akan menjadi:

‫نُ ِظ َر فِى ااِل َ ْم ِر‬

‫ فِى االَ ْم ِر‬yang merupakan susunan jar majrur adalah naibul fail, tapi tidak ada tanda
rofa’ padanya, i'rob rofa’nya bersifat mahalliy ( i'robnya tidak terlihat tapi tidak
pula ditakdirkan )

Contoh lainnya:

ٌ َ‫ُمتَّف‬
‫ق َعلَ ْي ِه‬

ٌ َ‫ ُمتَّف‬.
‫ َعلَ ْي ِه‬adalah naibul fa’il, yang jatuh setelah isim maf’ul ‫ق‬

3. Zhorof
Contohnya, dalam keadaan ma’lum:

‫َم َشى ُم َح َّم ٌد يَوْ ًما َكا ِماًل‬

Bila dijadikan majhul:

‫ُم ِش َي يَوْ ٌم َكا ِم ٌل‬


‫ يَوْ ٌم‬adalah naibul fail berupa zhorof.

4. Masdar
Contohnya, dalam bentuk ma'lum:

ُّ ‫اِحْ تَفَ َل‬


ِ ‫الطاَّل بُ اِحْ تِفَااًل ع‬
‫َظ ْي ًما‬

‫ اِحْ تِفَااًل‬adalah bentuk masdar dari ihtafala, yahtafilu, ihtifaalan.

Jika diubah jadi bentuk majhul.

ِ ‫اُحْ تُفِ َل اِحْ تِفَا ٌل ع‬.


‫َظ ْي ٌم‬

‫ اِحْ تِفَا ٌل‬merupakan naibul fa'il berupa mashdar.

Cara membuat Fi'il Mabni Majhul

Kita bisa mengubah fi’il ma’lum menjadi fi’il majhul, caranya adalah sebagai
berikut:

Ketentuan Fi’il Mabni Majhul sebagai berikut

a. Pada bina’ shahih, misal, naqish, dan lafif, huruf pertama dibaca dammah
dan huruf sebelum akhir dibaca kasrah untuk Fi’il Madhi.

Kemudian dammah pada huruf pertama dan huruf sebelum akhir dibaca
fathah untuk Fi’il Mudhari.

b. Pada bina’ ajwaf, huruf sebelum huruf illat dibaca kasrah untuk Fi'il Madhi.

kemudian huruf pertama dibaca dammah dan membalik huruf illat alif
sebelum akhir untuk Fi’il Mudhari.

Cara membuat fi’il mabni majhul untuk fi’il madhi


Bentuk Fi’il Majhul Bentuk Fi’il Ma’lum No

َ ِ‫ُك‍ت‬
‫‍ب‬ َ َ‫َك‍ت‬
‫‍ب‬ 1

‫س‬َ ‫ُد ِر‬ ‫س‬


َ ‫َد َر‬ 2

‫ُأ‬ ‫َأ ْ‍ك َر َم‬


ِ ‫ْ‍ك‬
‫‍ر َم‬ 3

‫ُض‍ َر‬ 4
ِ ‫ح‬ ‫ض‍ َر‬
َ ‫َح‬
‫ع َد‬
‍ِ ‫ُو‬ ‫ع َد‬
‍َ ‫َو‬ 5

‫ُر ِم‍ َي‬ ‫َر َ‍م‍ي‬ 6

َ ‫قُ ِو‬
‫ي‬ َ ‫قَ ِو‬
‫ي‬ 7

‫قِ ْي‍ َل‬ ‫قَا َل‬ 8

Cara membuat fi’il mabni majhul untuk fi’il mudhari

Bentuk Fi’il Majhul Bentuk Fi’il Ma’lum No

‍ْ ‫ُ‍ي‬
ُ‫‍كَ‍ت‍ب‬ ‍ْ ‫َ‍ي‬
ُ‫‍كُ‍ت‍ب‬ 1

ُ‫ُ‍ي ْ‍د َرس‬ ُ‫َ‍ي ْ‍د ُرس‬ 2

‫‍ر ُم‬‍ْ ‫ُ‍ي‬


َ ‫‍ك‬ ‫‍ر ُم‬‍ْ ‫ُ‍ي‬
ِ ‫‍ك‬ 3

‫‍ض‍ ُر‬
َ ‍ْ‫ُ‍ي‍ح‬ ‫ض‍ ُر‬
ُ ‍‍ْ‫َ‍ي‍ح‬ 4

‫ع ُد‬
‍َ ‫ي ُْو‬ ‫َي ِ‍ع ُد‬ 5

‫ُ‍ي‍رْ َ‍م‍ى‬ ‫َ‍ي‍رْ ِ‍م‍ي‬ 6


‫ُ‍ي ْق َوى‬ ‫َ‍ي ْق َوى‬ 7

‫ُي َقا ُل‬ ‫َيقُ ْو ُل‬ 8

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghulayaini, Syaikh Musthafa. 1997. Terjemah Jami’ Durusil Arabiyah. Semarang Asy-Syifa.

Subarto Ahmad. 1990. Kaidah-Kaidah Bahasa Arab (Terjemah Wawaidul Lughah). Surabaya:
Al-Hidayah.

Sunarto Ahnad. 1992. Ilmu Sharaf (Terjemah dari Kitab Nazham Maqsud). Jakarta: Pustaka
Aman.i

Ali Al-Jazim dan Musthofa Amin. 1991. Tarjamah An - Nahwul Wadhih , Tata Bahasa Arab , Alih
Bahasa Drs . Moh . Ismail Surabaya: Putra Al - Ma'arif.

A. W. Munawwir dan Muhammad Fairuz. 2007. Kamus al-Munawwir Indonesia-Arab Terlengkap.


Surabaya: Pustaka Progresif.

DR. Mahmud Isma'il Sinni dkk. Al-'Arabiyyatu Linasyi'ina 4.Jeddah: Wuzaratul Maarif
al-Mamlakah al-'Arabiyyah as-Su'udiyyah.

KH . Nurul Hamdi. 2009. Pelajaran Nahwu Dasar. Ponorogo: PP. Darul Hikam.

Syaikh Muhammad Maksum bin Ali. Al-Amtsilatut Tashrifiyyah. Surabaya: Salim Nabhan.

Syarifuddin bin Sa'id As-Shanhaji. Burdatul Madih. Mansyurat Daar Turats Al - Budilami.

Anda mungkin juga menyukai