Anda di halaman 1dari 40

 

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG


PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT PRIMER/
USAHA KESEHATAN MASYARAKAT

Peserta : dr. Ayu Wijayanti


Wahana : Puskesmas Ketawang

Periode : Juni 2019  –  Oktober 2019


Pendamping : dr. Wahyu Widiyanti

KOMITE INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


PUSAT PERENCANAAN PENDAYAGUNAAN SDM KESEHATAN
BADAN PPSDM KESEHATAN
Daftar Kegiatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer/

Usaha Kesehatan Masyarakat


 

Kode Kegiatan Uraian Tanggal Tanda tangan Catatan


Kegiatan pendamping pendamping
F1 Penyuluhan 5 September
Upaya Promosi tentang bahaya 2019
Kesehatan dan merokok

Pemberdayaan
Masyarakat dr. Wahyu W.

F2 Upaya 6 Agustus 2019 


2019 
Upaya Peningkatan
Kesehatan Taraf Kesehatan
Lingkungan Lingkungan
dengan
Penggunaan dr. Wahyu W. 
W. 
Jamban Sehat

F3 Pelayanan 24 Juli 2019


Upaya Antenatal Care
Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA)
serta Keluarga
Berencana (KB) dr. Wahyu W.

F4 Penyuluhan 5 September
Upaya mengenai Gizi 2019
Perbaikan Gizi dan anemia
Masyarakat  pada remaja
serta sosialisasi
 penggunaan
tablet Fe dr. Wahyu W.

F5 Skrining 23 Juli 2019


Pencegahan dan  penyakit
 

Pemberantasan HIV/AIDS
Penyakit
menular dan
Tidak menular dr. Wahyu W.

F6 Penanganan 10 September
Upaya Hipertensi 2019
 pengobatan
dasar dr. Wahyu W.

F7 Gambaran 20 September
Mini Project Perilaku 2019
Merokok
dengan
Hipertensi di
Wilayah Kerja
Puskesmas
Ketawang

dr. Wahyu W.
 

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kegiatan : Penyuluhan Bahaya Merokok


Pelaksana Kegiatan : dr. Ayu
Ayu Wijayanti
Jenis Kegiatan : Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Kode Kegiatan : F1

Mengetahui,
Pendamping Dokter Internsip Pelaksana Kegiatan

dr. Wahyu Widiyanti dr. Ayu Wijayanti


 NIP. 19780716
19780716 200501 2 009
 

Laporan kegiatan
 Nama Peserta dr. Ayu Wijayanti Tanda tangan :
 Nama Pendamping dr. Wahyu Widiyanti Tanda tangan :
 Nama Wahana Pukesmas Ketawang
Tema Bahaya Merokok
Tujuan 
  Mengetahui zat yang terkandung dalam rokok
Penyuluhan   Mengetahui bahaya merokok bagi diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
  Mengetahui manfaat dari berhenti merokok
  Mengetahui langkah-langkah untung meninggalkan kebiasaan
merokok
Hari/Tanggal Kamis, 5 September 2019
Waktu 09.00-12.00
Tempat Ponpes Raudhatul Ulum Ganjaran
Jumlah Peserta 40 orang

Dokumentasi
 

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kegiatan : Peningkatan Taraf Kesehatan Lingkungan dengan Penggunaan


Jamban Sehat
Pelaksana Kegiatan : dr. Ayu
Ayu Wijayanti
Jenis Kegiatan : Upaya Kesehatan Lingkungan
Kode Kegiatan : F2

Mengetahui,
Pendamping Dokter Internsip Pelaksana Kegiatan

dr. Wahyu Widiyanti dr. Ayu Wijayanti


 NIP. 19780716
19780716 200501 2 009
 

Laporan Kegiatan

 Nama Peserta dr. Ayu Wijayanti Tanda tangan :


 Nama Pendamping dr. Wahyu Widiyanti Tanda tangan :
 Nama Wahana Pukesmas Ketawang

Tema Upaya Peningkatan Taraf Kesehatan Lingkungan dengan Penggunaan


Jamban Sehat
Tujuan Kegiatan   Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BAB di
sembarang tempat
  Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat
  Meningkatkan kepemilikan jamban sehat oleh masyarakat
  Meningkatkan kebersihan lingkungan
Hari/Tanggal Selasa, 6 Agustus 2019
Waktu 08.30-12.00

Tempat Desa Ganjaran


 

Dokumentasi
 

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kegiatan : Pelayanan Antenatal Care


Pelaksana Kegiatan : dr. Ayu
Ayu Wijayanti
Jenis Kegiatan : Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana
Kode Kegiatan : F3

Mengetahui,
Pendamping Dokter Internsip Pelaksana Kegiatan

dr. Wahyu Widiyanti dr. Ayu Wijayanti


 NIP. 19780716
19780716 200501 2 009
 

1.  Tujuan
  Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi 
  Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan social ibu dan bayi  
  Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama kehamilan 
  Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat  
  Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif
  Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal

2.  Pelaksanaan

Hari/tanggal : Rabu, 24 Juli 2019


Waktu : 09:00-12:00
Tempat : Balai Desa Urek-Urek
 

Dokumentasi
 

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kegiatan : Penyuluhan mengenai Gizi dan anemia pada remaja serta sosialisasi
 penggunaan tablet Fe 
Pelaksana Kegiatan : dr. Ayu
Ayu Wijayanti
Jenis Kegiatan : Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Kode Kegiatan : F4

Mengetahui,
Pendamping Dokter Internsip Pelaksana Kegiatan

dr. Wahyu Widiyanti dr. Ayu Wijayanti


 NIP. 19780716
19780716 200501 2 009
 

1.  Jenis Kegiatan


Penyuluhan mengenai Gizi dan anemia pada remaja serta sosialisasi penggunaan tablet
Fe

2.  Materi Kegiatan

PENGERTIAN

Anemia/kurang darah adalah keadaan dimana darah merah (Hemoglobin/Hb) kurang dari

normal (normal 12-13 gr%).

PENYEBAB TERJADINYA ANEMIA

a.  Kurang nutrisi / kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi,

terutama yang berasal dari sumber hewani yang mudah diserap

 b.  Penyakit kronis

c.  Kurang zat besi karena kebutuhan yang meningkat seperti pada kehamilan, masa

tumbuh kembang (untuk laki-laki sampai dengan usia 20 tahun, untuk perempuan

sampai dengan usia 18 tahun), dan penyakit infeksi

d.  Kehilangan zat besi yang berlebihan pada perdarahan seperti haid yang berlebihan,

sering melahirkan, kecelakaan dan infeksi karena cacing.

e.  Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi.

TANDA DAN GEJALA ANEMIA


a.  Perasaan Mudah lelah, lemah, letih, lesu, lunlai (5 L)

 b.  Sering Mengantuk

c.  Pandangan berkunang-kunang dari posisi jongkok ke posisi berdiri/ perubahan posisi

d.  Pucat pada wajah, telapak tangan, kuku, dan selaput dalam kelopak mata serta bibir

e.  Sering Pusing/ sakit kepala.

AKIBAT ANEMIA

a.  Gangguan/ hambatan pada pertumbuhan badan dan perkembangan otak

 b.  Kecerdasan dan prestasi belajar menurun


 

c.  Tubuh menjadi lemah dan kurang bugar

d.  Produktivitas dan aktivitas menurun

e.  Daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit.

CARA PENCEGAHAN ANEMIA

a.  Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung zat besi terutama yang berasal

dari sumber hewani seperti ikan, hati, susu, keju,


keju, telur. Sedangkan zat besi yang

 berasal dari sumber nabati/tumbuh-tumbuhan yaitu bayam, kangkung,


kangkung, daun

singkong, kacang panjang, kecipir, daun katuk, sawi hijau,


hij au, kacang – 
kacang –  kacangan,
 kacangan, tahu,

tempe.\Menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan agar tubuh tidak

kemasukan cacing

 b.  Agar zat besi dapat diserap dengan baik oleh tubuh maka konsumsi juga makanan

yang mengandung vitamin C yang terdapat pada buah-buahan


buah -buahan

c.  Periksakan diri ke dokter atau bidan atau ke pelayanan kesehatan terdekat.

PENGOBATAN ANEMIA 

Pengobatan anemia zat besi tergantung pada faktor penyebab yang

menimbulkannya. Suatu contoh jika anemia yang terjadi adalah karena kehilangan darah

yang terlalu banyak maka penyebab dari kehilangan darah tersebut yang perlu diobati.
Jika anemia terjadi karena dalam konsumsi makanan tanpa kandungan zat besi maka

 pengobatannya adalah megubah diet makananan menjadi kaya akan zat besi.

a.  Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah

(TTD).

 b.  Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti:

kecacingan, malaria dan penyakit TBC.


 

KESIMPULAN

Untuk mencegah terjadinya anemia di anjurkan bagi kita untuk dapat mengkonsumsi
makanan bergizi seimbang, memelihara kebersihan diri agar kita tidak terkena penyakit
yang dapat menimbulkan penyakit yang bisa mengakibatkan menurunnya hemoglobin

dalam darah serta memeriksakan diri ke pelayan kesehatan terdekat, apakah kita
mengalami anemia atau tidak, maka dengan mengetahuinya kita bisa mencegah dan
mengobatinya. 

3. Tanggal Pelaksanaan

Penyuluhan dilaksanakan pada :

Hari/tanggal : Kamis, 5 September 2019

Pukul : 09.00 – 
09.00 –  12.00
 12.00 WIB

Tempat : Ponpes Raudhatul Ulum Ganjaran

Dokumentasi
 

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kegiatan : Penyuluhan penyakit HIV/AIDS 


Pelaksana Kegiatan : dr. Ayu
Ayu Wijayanti
Jenis Kegiatan : Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular
Kode Kegiatan : F5

Mengetahui,
Pendamping Dokter Internsip Pelaksana Kegiatan

dr. Wahyu Widiyanti dr. Ayu Wijayanti


 NIP. 19780716
19780716 200501 2 009
 

Laporan kegiatan
 Nama Peserta dr. Ayu Wijayanti Tanda tangan :
 Nama Pendamping dr. Wahyu Widiyanti Tanda tangan :
 Nama Wahana Pukesmas Ketawang
Tema Penyuluhan HIV/AIDS 
Tujuan   Memahami hal-hal yang terkait dengan HIV/AIDS
Penyuluhan   Memahami cara penularan HIV/AIDS
  Memahami cara pencegahan HIV/AIDS
Hari/Tanggal Selasa/ 23 Juli 2019
Waktu 09.00-11.00
Tempat Ruang Arjuna PKM Ketawang
Jumlah Peserta 25 Guru
 

Dokumentasi
 

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kegiatan : Penanganan Hipertensi

Pelaksana Kegiatan : dr. Ayu Wijayanti

Jenis Kegiatan : Upaya Pengobatan Dasar

Kode Kegiatan : F6

Menyetujui,

Dokter Pendamping Pelaksana Kegiatan

dr. Wahyu Widiyanti dr. Ayu Wijayanti


 NIP. 19780716
19780716 200501 2 009
 

BAB I
PENDAHULUAN

I.  Latar Belakang

Definisi hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah peningkatan darah sistolik lebih
dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari atau sama
dengan 90 mmHg, dimana pengukuran dilakukan sebanyak dua kali dalam selang waktu
lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. 1 
Hipertensi, terutama jika sudah terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat
mengakibatkan berbagai kerusakan pada organ-organ tubuh seperti jantung (gagal
 jantung), ginjal (gagal ginjal), otak (stroke). Risiko terjadinya penyakit sekunder akibat
hipertensi jumlahnya akan terus meningkat apabila kondisi hipertensi tidak terkontrol
dengan baik. 1 
Pada tahun 2008, secara global, diperkirakan sekitar 40% orang dewasa yang
 berusia lebih dari 25 tahun pernah terdiagnosa dengan hipertensi. Angka penderita
hipertensi meningkat secara pesat, mencapai angka 1 milyar orang pada tahun 2008,
dibandingkan dengan tahun 1980 dimana hanya terdapat sekitar 600 juta penderita
hipertensi. 2
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur
≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan
Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi
hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan
sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar
9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai
tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0.7 persen. Jadi
 prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen (25,8% + 0,7 %).
%).
Pengendalian hipertensi hingga kini belum memuaskan, bahkan di negara maju.
Di banyak negara, pengendalian hipertensi baru mencapai 8% karena berbagai kendala
mulai dari faktor penderita, hingga sarana pelayanan yang tersedia. Pengendalian
hipertensi di Indonesia mencakup pencegahan, penemuan dini, diagnosis, dan terapi.
Pencegahan meliputi perubahan gaya hidup dan pemeriksaan berkala untuk keperluan
identifikasi hipertensi. Penemuan dini bisa dilakukan dengan skrining pada populasi, serta
meningkatkan kesadaran masyarakat terutama mereka yang berisiko. 
 

Penelitian yang diadakan Riskesdas pada tahun 2013, menunjukan bahwa


sebanyak 24,3% masyarakat merokok setiap harinya, dengan jumlah rata-rata rokok yang
dikonsumsi sebanyak 12 batang.
batang.   Kebiasaan merokok merupakan salah satu dari faktor
yang berkaitan dengan hipertensi, oleh karena itu penulis ingin mengetahui, apakah
kebiasaan merokok pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ketawang, Kabupaten
Malang berkaitan dengan hipertensi.
Penemuan kasus hipertensi di masyarakat oleh tenaga kesehatan maupun upaya
meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai hipertensi perlu ditingkatkan karena
sebagian besar penderita hipertensi tidak menunjukkan keluhan. Untuk itu diperlukan
kombinasi upaya mandiri dan aktif oleh individu dan masyarakat serta dukungan oleh
kader dan petugas program pelayanan kesehatan di puskesmas atau rumah sakit. 
sakit.  

II.  Tujuan
Mengetahui etiologi, patofisiologi, gambaran klinis dari hipertensi
III.  Manfaat
Hasil dari penanganan kasus ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai
 penyakit hipertensi 
 

BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
 Nama : Ny. S
Usia : 45 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Ketawang
Tanggal Periksa : 10 September 2019

2.2 Anamnesis
a. Keluhan utama : Nyeri kepala
 b. Riwayat penyakit sekarang (RPS) : Pasien datang
data ng ke puskesmas dengan keluhan nyeri
kepala, disertai mual.
c. Riwayat penyakit dahulu (RPD) :
   HT (+) tidak terkontrol
d. Riwayat penyakit keluarga (RPK) :
   HT (+) ibu pasien
e. Riwayat sosial (R.Sos) :
   Pasien adalah seorang ibu rumah tangga
2.3 Pemeriksaan Fisik
a. Status generalis
   Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 154/92 mmHg
 Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36,2o C
   Keadaan umum : Baik
   Kesadaran /GCS : Compos mentis /456
   Kepala : Dalam batas normal
   Leher : Dalam batas normal
   Thorax : Dalam batas normal
   Abdomen : Dalam batas normal
   Ekstremitas : Dalam batas normal 
 

 
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan.
2.5 Resume
 Ny. S 54 tahun 
 Nyeri kepala, mual (+) 
2.6 Diagnosis
Hipertensi Grade I 
2.7  Diagnosis Banding
Cephalgia
2.8 Planning
Planning Diagnosis : Pemeriksaan fisik  
Planning Terapi : 
a.  Medikamentosa
  Amlodipine 10 mg-0-0 PO
  Paracetamol 3x500mg PO
   Planning Edukasi : 
  Periksa/kontrol tekanan darah secara teratur
  Atasi hipertensi dengan pengobatan yang tepat dan teratur
  Diet dan gizi seimbang (kurangi asupan garam-garam)
  Upayakan aktifitas fisik dengan aman
  Hindari asap rokok, alcohol dan zat karsinogenik lainnya
2.9 Prognosis
Dubia at bonam 
 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Hipertensi
2.1.1.  Definisi dan Klasifikasi
Definisi hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah peningkatan darah
sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari atau sama dengan 90 mmHg, dimana pengukuran dilakukan
sebanyak dua kali dalam selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang.
Klasifikasi hipertensi yang lazim digunakan adalah menurut  Joint
 National Committee VII (JNC VII) 5, yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik

 Normal < 120 mmHg < 80 mmHg

Pre-Hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg

Hipertensi stage - 1 140-159 mmHg 80-99 mmHg

Hipertensi stage - 2 ≥ 160 mmHg 


mmHg  ≥ 100 mmHg 
mmHg 

2.1.2.  Etiologi
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dapat dikategorikan
menjadi 2 bagian 6:
a.  Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer ialah saat tidak dapat ditemukan penyebab
dari terjadinya hipertensi. Sekitar 95% persen hipertensi terdapat pada
kategori ini. Patogenesis dari hipertensi primer belum sepenuhnya
dimengerti, tetapi diduga bahwa faktor-faktor seperti disfungsi ginjal,
disfungsi endotel, resistensi insulin dan faktor-faktor neurohumoral
lain memiliki peran dalam terjadinya hipertensi primer.
 

 b.  Hipertensi sekunder


Hipertensi sekunder ialah saat hipertensi terjadi akibat adanya

kondisi lain yang mengakibatkan hipertensi seperti adanya penyakit


ginjal, obat-obatan (pil kontrasepsi yang mengandung estrogen,
kortikosteroid), konsumsi alkohol, obesitas, merokok, konsumsi
garam berlebihan, riwayat keluarga, dan usia lanjut.

2.1.3.  Faktor Risiko


Pada kebanyakan kasus hipertensi, penyebab terjadinya hipertensi
tidak dapat diketahui secara pasti, namun terdapat beberapa faktor risiko yang
terjadin ya peningkatan tekanan darah. 7
telah diketahui berkaitan erat dengan terjadinya
Faktor risiko hipertensi terbagi menjadi dua yaitu faktor risiko yang
dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
A.  Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

1.  Riwayat keluarga


Jika terdapat riwayat keluarga dengan hipertensi atau penyakit
kardiovaskular lainnya, maka terdapat peningkatan risiko bagi
seseorang untuk mengalami hipertensi.
2.  Usia

Peningkatan usia berbanding lurus dengan


meningkatnya angka kejadian hipertensi. Hal ini disebabkan oleh
 berkurangnya elastisitas dari pembuluh darah seiring bertambahnya
usia.

3.  Jenis kelamin


Hingga usia 54 tahun, pria lebih banyak yang menderita
hipertensi dibandingkan wanita, tetapi pada usia 55 – 
55  –  64
  64 tahun, baik
 pria maupun wanita memiliki rerata yang sama. Pada usia 65 tahun
ke atas, wanita memiliki risiko yang lebih dari pria untuk mengalami
hipertensi.
 

B. Faktor risiko yang


yang dapat dimodifikasi

1.  Kurangnya aktivitas fisik


Aktivitas fisik yang cukup sebagai pola hidup penting untuk
mengurangi risiko terjadinya hipertensi dan gangguan sistem
kardiovaskular lainnya secara umum.
2.  Diet tidak sehat
Diet yang tinggi garam, kalori, lemak dan gula, sering
diasosiasikan dengan peningkatan risiko terjadinya sindroma
metabolik, tak terkecuali hipertensi.
3.  Obesitas
Berat badan yang berlebihan dapat mengakibatkan jantung
harus bekerja lebih keras dan akhirnya dapat meningkatkan risiko
terkena hipertensi.
4.  Konsumsi alcohol
Penggunaan alkohol yang berlebihan sedara rutin dapat
mengakibatkan meningkatnya risiko hipertensi.
5.  Konsumsi rokok atau tembakau
Konsumsi tembakau dapat berkontribusi terhadap terjadinya
hipertensi, saat merokok tekanan darah sering kali mengalami
kenaikan, kemudian zat-zat kimia dalam rokok juga dapat
mengakibatkan kerusakan pembuluh darah sehingga mengakibatkan
hipertensi.
6.  Stress
Stress yang berlebih dapat meningkatkan risiko terkena
 penyakit hipertensi, selain itu stress juga dapat memicu perilaku tidak
sehat seperti diet yang tidak baik, aktivitas fisik yang kurang, atau
 bahkan merokok dan menggunakan
menggunakan alkohol.

2.1.4.  Patofisiologi 8-10 


a.  Curah jantung dan tahanan perifer
Cardiac output dan resistensi perifer adalah dua faktor

 penentu tekanan arteri. Cardiac output ditentukan oleh stroke volume


dan denyut jantung, stroke volume berhubungan dengan kontraktilitas
 

miokard dan dengan ukuran kompartemen vaskular. Resistensi perifer


ditentukan oleh perubahan fungsional dan anatomi dalam arteri kecil
(diameter lumen 100-400 m) dan arteriola.Keseimbangan curah
 jantung dan tahanan perifer sangat berpengaruh terhadap kenormalan
tekanan darah. Pada sebagian besar kasus hipertensi esensial curah
 jantung biasanya normal tetapi tahanan perifernya meningkat. Tekanan
darah ditentukan oleh konsentrasi sel otot halus yang terdapat pada
arteriol kecil.
Peningkatan konsentrasi sel otot halus akan berpengaruh pada
 peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler. Peningkatan konsentrasi
otot halus ini semakin lama akan mengakibatkan penebalan pembuluh
darah arteriol yang mungkin dimediasi oleh angiotensin yang menjadi
awal meningkatnya tahanan perifer yang irreversible.

 b.  Sistem Renin-Angiotensin


Ginjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume
cairan ekstraseluler dan sekresi renin. Sistem Renin- Angiotensin
merupakan sistem endokrin yang penting dalam pengontrolan tekanan
darah. Renin disekresi oleh juxtaglomerulus aparatus ginjal sebagai
respon glomerulus underperfusion atau penurunan asupan garam,
ataupun respon dari sistem saraf simpatetik.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme
(ACE). ACE memegang peranan fisiologis penting dalam mengatur
tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi
hati yang oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I (dekapeptida yang tidak aktif). Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II
(oktapeptida yang sangat aktif). Angiotensin II berpotensi besar
meningkatkan tekanan darah karena bersifat sebagai vasokonstriktor
melalui dua jalur, yaitu :
1.  Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan
 bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume
 

urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang


diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis) sehingga urin menjadi
 pekat dan tinggi 20 osmolalitasnya. Untuk mengencerkan,
volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian instraseluler. Akibatnya volume
darah meningkat sehingga meningkatkan tekanan darah.
2.  Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang berperan penting
 pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl
akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan
volume dan tekanan darah.

c.  Sistem Saraf Otonom


Sirkulasi sistem saraf simpatetik dapat menyebabkan
vasokonstriksi dan dilatasi arteriol. Sistem saraf otonom ini
mempunyai peran yang penting dalam pempertahankan tekanan darah.
Hipertensi dapat terjadi karena interaksi antara sistem saraf otonom dan
sistem renin-angiotensin bersama  –   sama dengan faktor lain termasuk
natrium, volume sirkulasi, dan beberapa hormone.

d.  Disfungsi endotelium


Pembuluh darah sel endotel mempunyai peran yang penting
dalam pengontrolan pembuluh darah jantung dengan memproduksi
sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida
endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi
 primer. Secara klinis pengobatan dengan antihipertensi menunjukkan
 perbaikan gangguan produksi
produksi dari oksida nitrit.

2.1.5.  Diagnosis 11 

Diagnosis klinik ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.


a.  Anamnesis
 

  Pada anamnesis dapat ditemukan penderita hipertensi tanpa


keluhan maupun dengan keluhan-keluhan seperti sakit/nyeri kepala,
gelisah, jantung berdebar-debar, rasa sakit di dada dan mudah lelah.
Pada anamnesis juga perlu ditanyakan faktor risiko dari hipertensi,
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, semakin banyak faktor
risiko yang ditemukan, maka makin besar risiko terjadinya hipertensi.
 b.  Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik dapat menunjukan pasien tampak
sehat. Tekanan darah meningkat sesuai JNC VII. Nadi tidak normal.
Perlu juga diperiksa status neurologis, dan pemeriksaan jantung
dimana hasil yang ditemukan bisa normal ataupun tidak.

2.1.6.  Tatalaksana

Penatalaksanaan tekanan darah dapat dikontrol dengan perubahan gaya


hidup.
Tabel 2.2 Modifikasi Gaya Hidup untuk Hipertensi
 

Gambar 2.1 Algortitme tata laksana hipertensi

a.  Hipertensi tanpa compelling indication


1.  Hipertensi stage 1 dapat diberikan diuretik (HCT 12.5-50 mg/hari, atau
 pemberian penghambat ACE (captopril 3x12,5-50 mg/hari), atau nifedipin
long acting 30-60 mg/hari) atau kombinasi.
2.  Hipertensi stage 2 Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi selama 2

 
minggu, dapat diberikan kombinasi 2 obat, biasanya golongan diuretik, tiazid
dan penghambat ACE atau penyekat reseptor beta atau penghambat kalsium.
3.  Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya kontraindikasi dari masing-
masing antihipertensi di atas. Sebaiknya pilih obat hipertensi yang diminum
sekali sehari atau maksimum 2 kali sehari.
Bila target tidak tercapai maka dilakukan optimalisasi dosis atau ditambahkan

obat lain sampai target tekanan darah tercapai.

 b.  Kondisi khusus lain

1.  Lanjut usia

   Diuretik (tiazid) mulai dosis rendah 12,5 mg /hari

   Obat hipertensi lain mempertimbangkan penyakit penyerta

2.  Kehamilan

   Golongan metildopa, BB, CCB, vasodilator.

   ACE-I dan ARB tidak dapat digunakan selama kehamilan.

Tabel 2.3 Obat yang direkomendasikan untuk hipertensi

 
 

2.2.  Rokok

2.2.1.  Definisi
Rokok adalah gulungan tembakau (sebesar kelingking) yang dibungkus
(daun nipah,kertas, dan sebagainya); 14 silinder dari kertas berukuran panjang
antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar
10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada
salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat
mulut pada ujung lainnya. 12,13 

14
2.2.2.  Kategori perokok  
1.  Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin, dengan
 jumlah sekecil apapun (1 batang rokok per hari sudah cukup untuk disebut
 perokok aktif). Perokok aktif adalah orang yang menghisap rokok walau
tidak rutin (perokok pemula yang sekedar coba-coba juga disebut perokok
aktif). Perokok aktif adalah orang yang menghisap rokok, walaupun hanya

menghembuskan-hembuskan asap rokok. Walau tidak dihisap asap rokok


tetap masuk ke dalam paru-paru.
2.  Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghisap asap rokok
orang lain, atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang
yang sedang merokok.
2.2.3.  Kandungan rokok 15 

Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia, dengan 43 jenis
di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Racun utama pada
rokok adalah nikotin, tar dan karbon monoksida (CO).

1.   Nikotin
Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok. Nikotin
yang terkandung di dalam asap rokok antara 0.5-3 ng, dan semuanya
diserap, sehingga di dalam cairan darah atau plasma antara 40-50 ng/ml.
 Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi
 bersifat racun. Zat ini hanya ada dalam tembakau, sangat aktif dan

mempengaruhi otak atau susunan saraf pusat. Nikotin juga memiliki


karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Dalam jangka panjang, nikotin
akan menekan kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga
 perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi
t inggi untuk
mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya. Sifat nikotin yang adiktif ini
dibuktikan dengan adanya jurang antara jumlah perokok yang ingin
 berhenti merokok dan jumlah yang berhasil berhenti. Nikotin yaitu zat atau
 bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam Nicotoana Tabacum,
 Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang sintesisnya bersifat adiktif
dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni saraf
tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan
menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya.
2.  Tar
Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin
dan uap air diasingkan. Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon

aromatika yang bersifat karsinogenik. Dengan adanya kandungan tar yang


 beracun ini, sebagian dapat merusak sel paru karena dapat lengket dan
menempel pada jalan 5 nafas dan paru-paru sehingga mengakibatkan
terjadinya kanker. Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga
mulut sebagai uap padat asap rokok.
Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan
 berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru.
Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara
kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi rokok yang
menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5-15 mg. Walaupun rokok
diberi filter, efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru, ketika
 pada saat merokok hirupannya dalam-dalam, menghisap berkali-kali dan
 jumlah rokok yang digunakan bertambah banyak.
3.  Karbon Monoksida (CO)
Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak
memiliki bau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna
dari unsur zat arang atau karbon. Gas karbon monoksida bersifat toksis
yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya.
Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3- 6%, sedangkan
CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per
million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi haemoglobin dalam
darah sejumlah 2-16% .
4.  Kadmium
Kadmium adalah zat yang dapat meracuni jaringan tubuh terutama ginjal.
5.  Amoniak
Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna terdiri dari nitrogen
dan hidrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu

kerasnya racun yang ada pada ammonia sehingga jika masuk sedikit pun ke
dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.
6.  HCN/ Asam Sianida

  HCN merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau,


dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah
terbakar, dan sangat efisien untuk menghalangi pernafasan dan merusak
saluran pernafasan.
7.   Nitrous Oxide
 Nitrous Oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan
 bila terhisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangandan rasa sakit.
 Nitrous Oxide ini pada mulanya dapat digunakan sebagai pembius saat
melakukan operasi.
 
8. Formaldehid
Formaldehid adalah sejenis gas dengan bau tajam. Gas ini
tergolong sebagai pengawet dan pembasmi hama ini juga sangat beracun
terhadap semua organisme hidup.
9.  Fenol
Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi
 beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar
arang.Zat ini beracun dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein
sehingga menghalangi aktivitas enzim.

10. Asetol
Asetol adalah hasil pemanasan aldehid dan mudah
mudah menguap dengan
alkohol.
11. HS (Asam Sulfida)
Asam sulfide adalah sejenis gas yang beracun yang mudah
terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim.
12. Piridin
Piridin adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat
ini dapat digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan
 pembunuh hama.
13. Metil Klorida

  Metil Klorida adalah campuran dari zat  –   zat bervalensi satu
dengan hidrokarbon sebagai unsur utama. zat ini adalah senyawa organik
yang beracun.
14. Metanol
Metanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan
mudah terbakar. Meminum atau menghisap methanol mengakibatkan
kebutaan bahkan kematian.
15. Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH)
Senyawa hidrokarbon aromatik yang memiliki cincin
dideskripsikan sebagai Fused Ring System atau PAH. Beberapa PAH yang

terdapat dalam asap tembakau antara lainBenzo (a) Pyrene, Dibenz (a,h)
anthracene, dan Benz(a)anthracene.Senyawa ini merupakan senyawa reaktif
yang cenderung membentuk epoksida yang metabolitnya bersifat
genotoksik. Senyawa tersebut merupakan penyebab tumor.

  N- nitrosamine
16. N-
 N - nitrosamina dibentuk oleh nirtrasasi amina. Asap tembakau
mengandung 2 jenis utama N- nitrosamina, yaitu Volatile N- Nitrosamina
(VNA) dan Tobacco NNitrosamina. Hampir semua Volatile N-
 Nitrosamina ditahan
d itahan oleh sistem pernafasan pada inhalasi asap tembakau.

Jenis adap tembakau VNA diklasifikasikan sebagai karsinogen yang


 potensial.

2.2.4.  Dampak merokok 15 

a. Dampak fisiologis merokok


Dampak fisiologis dari merokok merupakan dampak rokok terhadap fungsi
kerja organ tubuh akibat kandungan 4000 bahan kimia di mana 40 diantaranya
merusak dan menghancurkan sistem organ tubuh. Dampak tersebut meliputi :
1.  Dampak rokok terhadap rambut

  Merokok menurunkan sistem kekebalan sehingga tubuh lebih


mudah terserang penyakit-penyakit seperti lupus erimatosus yang dapat
menyebabkan kerontokan rambut.

2.  Dampak rokok terhadap mata


Merokok dipercaya dapat menyebabkan gangguan pada mata. Para
 perokok mempunyai risiko 40% lebih tinggi terkena katarak yaitu
 buramnya lensa mata sehingga menghalangi masuknya cahaya bahkan
dapat menyebabkan kebutaan.
3.  Dampak rokok terhadap pendengaran
Merokok akan menimbulkan flek pada pembuluh darah, sehingga
aliran darah ke telinga dalam menurun. Dengan demikian, perokok
dapat kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok,
dan lebih mudah kehilangan pendengaran jika terjadi infeksi di telinga
atau terpapar bunyi yang keras. Perokok juga tiga kali lebih mudah
terkena infeksi telinga tengah dibanding bukan perokok. Infeksi ini
dapat menimbulkan 9 komplikasi seperti misalnya meningitis dan
kelumpuhan pada otot wajah.

4.  Dampak rokok terhadap sistem pernafasan


Fungsi paru kita adalah untuk bernafas, yaitu dengan memasukkan
udara bersih dan mengeluarkan udara kotor dari dalam tubuh. Bahan
kimia yang dihisap dari asap rokok merangsang permukaan sel saluran
 pernafasan sehingga mengakibatkan keluarnya
kelua rnya lendir atau dahak. Mirip
dengan rangsangan debu, virus, atau bakteri pada saat kita flu. Bedanya
adalah bahwa dahak yang ditimbulkan karena virus flu akan disorong
keluar oleh bulu getar sepanjang saluran nafas dengan menstimulasi
reflek batuk. Pada perokok, bulu getar tersebut sebagian besar
dilumpuhkan oleh asap rokok sehingga lendir di saluran nafas tidak
dapat keluar sepenuhnya. Lendir yang lama tertahan di saluran nafas,
dapat menjadi ajang berkembangnya bakteri yang akan menyebabkan
 bronhkitis kronis. Rokok memang telah terbukti mengakibatkan 75%

kematian akibat bronkhitis. Partikel tar dalam asap rokok akan


mengendap dalam lendir yang berada cukup waktu lama di saluran
 pernafasan. Rangsangan kronis dari tar terhadap dinding saluran
 pernafasan tersebut akan mengubah bentuk sel paru (dimulai dengan
 pra-kanker, yang akhirnya menjadi kanker paru-paru). Kebiasaan
merokok memang mengakibatkan terjadinya 80-90% kanker paru.
Seorang perokok mempunyai kemungkinan 4-14 kali lebih tinggi
menderita kanker paru dibanding yang bukan perokok. Umumnya
 pasien datang sudah terlambat sehingga kanker diketahui telah stadium
lanjut. Kanker paru merupakan kasus kanker nomor 2 di dunia. Padahal
sebenarnya kanker paru termasuk golongan kanker yng bisa dicegah,
yaitu dengan menghindarkan diri dari 10 kebiasaan merokok. Paru-paru
kita terdiri dari kantong- kantong udara yang berfungsi memompa
keluar- masuknya udara bersih dan udara kotor seperti balon karet.
Daya pompa ini dimungkinkan karena adanya serat elastin pada
 jaringan paru (sama saeperti serat elastin yang terdapat di kulit). Asap
rokok melumpuhkan serat elastin tubuh termasuk yang ada di paru-
 paru, sehingga udara yang masuk sulit untuk dikeluarkan sepenuhnya.

Dengan demikian, ada udara yang masih tertinggal di katong


udara. Semakin lama, desakan udara akan menyebabkan pecahnya
kantong udara. Iniliah yang disebut dengan emfisema.

5.  Dampak rokok terhadap gigi


Merokok mengganggu mulut karena adanya bahan- bahan kimia.
Bahan bahan kimia itu akan menimbulkan plak dan gigi kuning,
sehingga berpotensi merusak gigi. Perokok berpeluang satu setengah kali
lebih mudah kehilangan gigi dibanding bukan perokok.
6.  Dampak rokok terhadap jantung dan pembuluh darah
Fungsi jantung dan pembuluh darah adalah membawa oksigen dan
zat makanan ke seluruh tubuh serta mengangkut sisa metabolisme ke

organ-organ yang sesuai untuk pembuangan misalnya gas CO melalui

 paru, air seni melalui ginjal, keringat melalui kulit. Gas CO yang dihisap
dari asap rokok menurunkan kapasitas sel darah merah untuk
mengangkut oksigen yang sangat diperlukan bagi berfungsinya sel

 jaringan tubuh.

Tanpa oksigen, sel tubuh akan mati. Dalam tubuh perokok, tempat
untuk oksigen diduduki oleh CO. Kemampuan darah 210 kali lebih besar
untuk mengikat CO dibanding oksigen. Akibatnya otak, jantung, dan
organ- organ vital tubuh lainnya akan kekurangan oksigen. Secara fisik
11 keadaan ini ditandai dengan nafas yang
yang pendek dan dangkal. Jika
 jaringan yang kekurangan oksigen adalah otak, maka akan terjadi stroke
(kelumpuhan).

Bila yang kekurangan oksigen adalah jantung, maka akan terjadi


serangan jantung. Merokok mengakibatkan 25% kematian akibat
 penyakit jantung koroner. Merokok mengakibatkan serangan jantung 3
kali lebih sering pada perokok dibanding bukan perokok. Jika merokok
dimulai dari usia muda, resiko mendapat serangan jantung menjadi 2
kali lebih sering dibanding tidak merokok. Serangan sering kali terjadi
sebelum usia 50 tahun.

7.  Dampak rokok terhadap tulang


CO, bahan utama yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor dan

asap rokok, mempunyai daya ikat yang lebih terhadap sel darah merah
dibanding oksigen. Oleh karena itu, rokok mengurangi daya angkut
oksigen darah perokok 15%. Akibatnya para perokok mempunyai tulang
dengan densitas berkurang, lebih mudah patah (fraktur) dan
membutuhkan waktu 80% lebih lama untuk penyembuhan.
8.  Dampak rokok terhadap kulit
Perokok dua sampai tiga kali lebih mudah terkena psoriasis, suatu
 proses inlamasi kulit yang terasa gatal, dan meninggalkan guratan merah
 pada seluruh tubuh. Walaupun penyakit ini tidak menular, tetapi
mengakibatkan peluang timbulnya melanoma (kanker kulit).

9.  Dampak rokok terhadap bentuk sperma


Merokok dapat mengubah bentuk sperma dan merusak DNA, juga
mengurangi jumlah sperma dan menurunkan aliran darah penis sehingga
menyebabkan impotensi. Dengan demikian, perokok menjadi lebih

mudah mengalami kemandulan.


10. Dampak
Dampak rokok terhadap bukan perokok
Rokok yang dibakar, menghasilkan asap yang keluar 2 kali lebih
 banyak dibanding asap yang dihisap perokok. Bukti ilmiah menunjukkan
 bahwa kadar bahan berbahaya dari asap keluar ternyata lebih tinggi
dibanding asap yang dihisap perokok. Kadar CO sekitar 2-4 kali lebih
tinggi dan kadar nitrosamin 50 kali lebih tinggi. Perokok pasif (walaupun
tidak merokok tetapi terpaksa menghisap asap rokok sekitarnya ) akan
menderita sakit karena terpapar bahan berbahaya dalam asap rokok.

Perokok pasif mempunyai kemungkinan terkena knker paru 30% lebih


tinggi dibanding yang tidak terpapar asap rokok.
Penelitian di jepang menunjukkan bahwa istri dari seorang perokok
mempunyai kemungkinan terkena kanker paru sebesar 21-50% lebih
tinggi dibanding istri bukan perokok. Kematian istri perokok akibat
 penyakit jatung koroner lebih tinggi dibanding istri bukan perokok. Batuk
 pilek pada anak perokok 10-80% lebih sering dibanding anak bukan
 perokok. Bronkhitis pada anak perokok 2 kali lebih sering dari pada anak
 buka perokok.

11. Dampak
Dampak rokok terhadap wanita

  Kanker rahim dan keguguran :


Di samping meningkatnya risiko kanker leher rahim, merokok
menimbulkan masalah kesuburan pada wanita dan komplikasi selama
kehamilan dan melahirkan. Merokok selama kehamilan meningkatkan
risiko bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang diikuti
dengan munculnya berbagai masalahkesehatan. Keguguran dapat
terjadi dua sampai tiga kali lebih sering pada perokok
 

  Efek kosmetika :
Kulit keriput, rambut kaku, mata merah, bautidak sedap,
gigi berwarna kuning, suara serak, dan lain-lain
  Kesuburan berkurang, menopouse dini, kalsium tulang menurun
sehingga menyebabkan tulang keropos dan mudah patah

12. Dampak
Dampak psikologis merokok
Dampak psikologis dari merokok adalah timbulnya pengaruh
terhadap pikiran, perasaan, dan perilaku perokok. Dampak psikologis
tersebut adalah:
  Adiksi (ketagihan)

 Nikotin dalam asap rokok merupakan bahan yang menimbulkan efek


ketagihan (adiktif), sebagaimana kelompok zat adiktif lainnya seperti

heroin, morfin, ganja, amfetamin, alkohol, dan psikotropoka lainnya.


  Toleransi dan Dependensi

Efek ketagihan akan berkembang secara fisiologis menjadi efek


toleransi (penambahan dosis). Orang yang sudah bertahun-tahun
menjadi perokok, kadar toleransi nikotin dalam tubuhnya telah cukup
tinggi Pada akhirnya secara psikologis merokok akan menimbulkan
efek dependensi (ketergantungan) yang menyebabkan perokok
mengalami reaksi putus zat apabila dihentikan secara mendadak.
Beberapa tanda dan gejala dari reaksi putus zat adalah : badan lemah,

sakit kepala, gangguan pencernaan, kurang konsentrasi, lesu, sulit


 berpikir, batuk-batuk, dan lain-lain. Keluhan
Keluh an ini bersifat sementara  –  
lama/tidaknya keluhan tersebut tergantung dari lama dan beratnya
seorang merokok.
Jika gejala putus zat nikotin (sakau) ini dapat dilewati dengan tekad
yang kuat, maka seorang perokok akan dapat berhenti merokok.
Oleh karena itu kesabaran dan kemauan yang keras diperlukan untuk
keberhasilan berhenti merokok. Kondisi kemauan dan niat yang kuat,

Anda mungkin juga menyukai