Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN

FAILURE MODE, EFFECT AND ANALYSIS


(FMEA)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARGA MAKMUR


KABUPATEN BENGKULU UTARA
Jalan. Siti Khadijah No. 08 Bengkulu Utara Kode Pos 38611
Telp. (0737) 521118
Email : rsud@bengkuluutarakab.go.id Website :rsudbengkuluutarakab.go.id
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................2
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................3
B. TUJUAN..................................................................................................................3
BAB. II. PEMBAHASAN
A. DEFINISI ……………………………………………….......………….........………......…4
B. RUANG LINGKUP ……………………………………………………………..................4
C. TATA LAKSANA ....................................................................................................4
1. Langkah 1. Pilih proses yang berisiko tinggi dan membentuk tim…........….4
2. Langkah 2. Diagram alur proses…………………………………….................8
3. Langkah 3. Brainsorming modus kegagalan dan dampaknya……....……….9
4. Langkah 4. Hitung skala prioritas kegagalan …………………….……..........10
5. Langkah 5. Identifikasi akar masalah modus kegagalan………...…..........…15
6. Langkah 6. Redesain proses……………………………..…….....................…16
7. Langkah 7. Analisa dan uji coba proses baru……………………...................16
8. Langkah 8. Implementasi dan monitor proses yang diredesain ……........…18
BAB V. PENUTUP............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................ ..............................................23

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tujuh langkah menuju keselamatan rumah sakit adalah upaya untuk
menggerakkan program keselamatan pasien di RSU Atturots Al Islamy.
Berdasarkan langkah ke enam dari tujuh langkah tersebut yaitu rumah sakit
mengembangkan kebijakan yang mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu
kali pertahun melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) untuk proses
risiko tinggi.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka Tim KPRS RSU Atturots Al
Islamy menyusun panduan FMEA (Failure Mode Effect and analysis) sebagai tool
untuk penilaian risiko pada proses yang belum dilakukan, sedang dilakukan dan
proses baru dengan pendekatan proaktif.

B. TUJUAN
I. Tujuan Umum
Buku panduan ini sebagai dasar bagi tim KPRS untuk meningkatkan mutu
layanan RS melalui kegiatan redesain proses pelayanan untuk menganalisis
modus kegagalan dan dampaknya
II. Tujuan Khusus
a. Pedoman dalam melaksanakan langkah-langkah melakukan Analisis Modus
Kegagalan dan Dampak
b. Panduan dalam menentukan proses-proses pelayanan yang mempunyai
resiko tinggi terjadi error.
c. Panduan dalam perbaikan sistem (re-desain proses) terhadap proses-proses
pelayanan yang mempunyai resiko tinggi terjadi error.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Pada saat ini pencegahan kesalahan medis belum menjadi fokus utama untuk
asuhan perawatan pasien di rumah sakit. Sebagian besar sistem pelayanan
kesehatan tidak didesain untuk mencegah terjadinya error.
Definisi dari FMEA (Failue Mode and Effect Analysis) adalah :
1) Metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasi dan mencegah potensi
kegagalan sebelum terjadi.
2) Proses proaktif dimana kesalahan dapat dicegah dan diprediksi.
3) Mengantisipasi kesalahan dan meminimalkan dampak buruk.
Secara umum definisinya adalah metode perbaikan kinerja dengan
mengidentifikasi dan mencegah Potensi Kegagalan sebelum terjadi. Hal tersebut
didesain untuk meningkatkan keselamatan pasien.

B. RUANG LINGKUP
1. Memilih proses yang beresiko tinggi dan membentuk tim.
2. Membuat diagram proses.
3. Bertukar pikiran tentang modus kegagalan dan menetapkan dampaknya.
4. Memprioritaskan modus kegagalan.
5. Identifikasi akar masalah.
6. Redesain proses
7. Analisis dan uji prose baru
8. Implementasi dan monitor perbaikan proses.

C. TATA LAKSANA
Tata laksana Analisis Modus Kegagalan & Dampak ( Failure Mode Effect and
Analysis / FMEA ) ada 5 tahap. Yaitu :
I. Tahap 1 Pilih proses yang beresiko tinggi dan Membentuk Tim.
Pilih proses yang beresiko tinggi.
4
1. Proses yang beresiko tinggi meliputi :
a) Proses baru.
Misalnya : staf mengoperasikan alat / instrumen medis yang baru.
b) Proses yang sedang berjalan.
Misalnya : proses pengadaan, penyimpanan & distribusi tabung gas medis (O2,
N2O).
c) Proses klinis.
Misalnya : proses pengambilan darah di laboratorium.
d) Proses non klinis.
Misalnya : mengkomunikasikan hasil laborat ke dokter atau identifikasi pasien
yang beresiko jatuh.
2. Proses yang beresiko tinggi biasanya memiliki satu atau lebih karakteristik.
a. Variabel individu :
− Pasien : tingkat keparahan penyakit, keinginan pribadi pasien, proses
pengobatan.
− Pemberi layanan : tingkat ketrampilan, cara pendekatan dalam pelaksanaan
tugas.
b. Kompleksitas :
− Proses dalam layanan kedokteran sangat kompleks, terdiri puluhan langkah.
Semakin banyak langkah dalam suatu proses, semakin tinggi probabilitas
terjadinya kesalahan.
− Teori Donald Berwick bahwa :
▪ Bila proses terdiri dari 1 langkah, kemungkinan salah 1%.
▪ Bila proses 25 langkah, kemungkinan salah 22%
▪ Bila proses 100 langkah, kemungkinan salah 63%
c. Tidak standar.
Proses dilakukan menurut persepsi pemberi pelayanan berdasarkan kebiasaan
atau prosedur yang sudah ketinggalan jaman.
Diperlukan : SPO, Protokol atau Clinical Pathways untuk membatasi pengaruh
dari variabel ini.

5
d. Proses tanpa jeda.
− Perpindahan satu langkah ke langkah lain dalam waktu berurutan tanpa jeda
sehingga seringkali baru disadari terjadi penyimpangan pada langkah
berikutnya. Misal : NORUM.
− Keterlambatan dalam suatu langkah akan mengakibatkan gangguan pada
seluruh proses.
− Kesalahan dalam suatu langkah akan menyebabkan penyimpangan pada
langkah berikut.
− Kesalahan biasanya terjadi pada perpindahan langkah atau adanya langkah
yang diabaikan. Kesalahan pada satu langkah akan segera diikuti oleh
kesalahan berikutnya, terutama karena koreksi tidak sempat dilakukan.
e. Proses yang sangat tegantung pada intervensi petugas.
− Ketergantungan yang tinggi akan intervensi seseorang dalam proses dapat
menimbulkan variasi kesalahan. Misal : penulisan resep dengan singkatan
dapat menimbulkan Medication error.
− Sangat tergantung pada pendidikan dan pelatihan yang memadai sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
f. Kultur garis komando ( Hierarchical culture ).
Suatu proses akan menghadapi resiko kegagalan lebih tinggi dalam unit kerja
dengan budaya hirarki dibandingkan dengan unit kerja yang budayanya
berorientasi tim.
Hal ini karena :
− Staf enggan berkomunikasi & berkolaborasi satu dengan yang lain.
− Perawat enggan bertanya kepada dokter atau petugas farmasi tentang
medikasi, dosis serta elemen perawatan lainnya.
g. Keterbatasan waktu.
Proses yang memiliki keterbatasan waktu cenderung meningkatkan resiko
kegagalan.
3. Pertimbangkan :
− Yang paling tinggi potensi resikonya.
6
− Yang paling “saling berkaitan” dengan proses lain
− Ketertarikan orang untuk memperbaiki.

A. Membentuk tim.
1. Komposisi tim.
a) Multidisiplin & multi personal
− Berbagai macam profesi yang terkait dilibatkan menjadi anggota tim.
− Beberapa karakter seperti : orang yang memiliki kewenangan memutuskan,
orang yang penting untuk penerapan perubahan yang mungkin diperlukan,
pemimpin yang memiliki pengetahuan-dipercaya-dihormati, orang dengan
pengetahuan yang sesuai.
b) Jumlahnya tidak lebih dari 10 orang (idealnya 4-8 orang)
2. Pembagian peran tim
a) Team leader
− Pemimpin yang memiliki pengetahuan, dipercaya dan dihormati.
− Mempunyai kemampuan membuat keputusan.
− Orang yang memiliki ‘critical thinking’ saat perubahan akan dilaksanakan.
b) Fasilitator.
− Fungsi fasilitator bisa dirangkap oleh team leader.
− Orang yang ditunjuk sebagai fasilitator bukan berasal dari area yang
dianalisis.
− Memandu tim dalam proses diskusi.
− Memilah temuan atau masukan yang tidak penting.
− Memastikan bahwa anggota tim menyelesaikan setiap langkah dan
mendokumentasikan hasil.
− Mengarahkan tim untuk fokus pada masalah yang sedang dibicarakan.
− Anggota tim merasa nyaman dengan adanya fasilitator.
c) Expert.
− Petugas yang menguasai dan ahli dalam bidang yang dianalisis.

7
− Dengan keahliannya diharapkan memberikan masukan berupa
perubahan proses.
d) Perwakilan dari disiplin ilmu terkait.
e) Notulen
− Bertanggung jawab mencatat dan membagikan notulen.
− Fungsi notulen bisa dirangkap oleh anggota secara bergantian. Fungsi
notulis dapat menghambat kemampuannya dalam mengemukakan
pendapat, sehingga perlu bergantian.
− Membuat dokumentasi.

II. LANGKAH 2. MEMBUAT ALUR PROSES


Pilihlah salah satu diagram / mapping Process
− Mapping Process juga dikenal sebagai Flowchart, menggambarkan semua
langkah dalam proses.
− Mapping Process membantu Tim mengidentifikasi masalah yang dapat
diperbaiki.
− Tool ini sangat mendasar yang sebaiknya digunakan pada langkah awal karena
dapat memberikan pandangan yang jelas tentang proses.
− Tim sebaiknya memulai dengan Process Map level tinggi (5-12
langkah).Kemudian memilih proses yang mempunyai masalah yang paling
besar.
Contoh :
a. Detaile
Process Map paling umum digunakan

8
b. High-Level.
Process Map tercepat, paling sederhana dan detil

c. High--‐low (Top--‐down)
Menambahkan pada kedalaman pada high--‐level Process Map, namun
tanpa mapping yang detil

III. Tahap 3. Brainstorm Potensial Modus Kegagalan dan Dampaknya.


Dalam tahap ke 3, proses harus menggunakan alat bantu berupa :
1. Failure Mode.
− Jenis potensi kegagalan dalam proses untuk memenuhi persyaratan atau
tujuan proses.
− Berasal dari proses yang tidak sempurna.
− Menyebabkan dampak.
− Contoh : tidak berfungsi, fungsi menurun, fungsi menyimpang, jatuh, salah
identifikasi dll.
2. Efek.
− Akibat dari kegagalan, yang mengganggu / merugikan.

9
− Dirasakan pasien
− Contoh : keterlambatan penanganan, kematian, cacat, kerusakan jaringan,
tidak dapat diperbaiki, melanggar ketentuan, kerugian finansial.

Contoh diagram 1 proses


No Sub Proses Failure Mode Effect
1. Print charge slip & Charge slip & etiket Dampak pada pasien : salah
etiket berbeda dg resep obat, salah harga, terapi
irasional
Dampak pada pengunjung : -
Dampak pada staf : komplain
pasien, sangsi atasan
Peralatan / fasilitas : -
Charge slip & etiket Dampak pada pasien : salah
buram minum obat
Dampak pada pengunjung : -
Dampak pada staf : komplain
dari pasien

IV. Langkah 4. Hitung skala prioritas kegagalan.


− Seberapa parah efek yang ditimbulkan.
Tingkat kefatalan dampak menggunakan alat bantu berupa tabel Severity.
− Seberapa sering potensi penyebab terjadi.
Tingkat kemungkinan terjadi menggunakan alat bantu berupa tabel Occurrence.
− Seberapa mudah potensi penyebab terdeteksi.
Kemampuan deteksi dari sistem yang ada menggunakan tabel Detection.

Risk Priority number (RPN)


Sering digunakan untuk mengkalkulasi kritisnya keadaan sebagai suatu a risk
priority number (RPN), juga disebut Criticality Index (CI), berdasarkan derajat
Severity,Probability dan Deteksi.
10
Risk Priority Number = severity x Occurence x Detection

− Modus kegagalan dengan nilai RPN yang tinggi, otomatis menjadi perhatian
untuk diatasi / menjadi PRIORITAS.
− Memilih skala peringkat :
▪ JCI tidak secara spesifik menentukan “skala” mana yang harus
digunakan dalam menilai modus kegagalan.
▪ Skala yang dipilih adalah skala 1-10
A. Severity
− Yaitu efek pada pelanggan.
− Nilai 10 adalah ekstrem (komplain) dan nilai 1adalah pelanggan tidak
nyaman.
− Contoh skala 1-10

RATING DESKRIPSI DEFINISI


1 Dampak minor atau Tidak akan disadari oleh orang yang
tidak ada mengalami dan tidak mempengaruhi
proses
2
3 Dapat mempengaruhi orang yang
mengalami dan akan sedikit
berpengaruh pada proses.
4
5 Dampak moderat Dapat berpengaruh pada orang yang
mengalami & menyebabkan dampak
serius pada proses.
6 Cedera ringan Akan berpengaruh pada orang dan
menyebabkan dampak serius pada
proses.
7
8 Cedera berat Akan mengakibatkan cedera serius pada

11
orang & menyebabkan dampak serius
pada proses.
9
10 Bencana, cacat Sangat berbahaya : kegagalan akan
seumur hidup / menyebabkan kematian pada orang
meninggal yang dilayani & menyebabkan dampak
serius pada proses.

B. Occurance
− C
o
DESKRIPSI KEMUNGKINAN DEFINISI
1 n
Sangat jarang & 1 dalam 10.000 Tidak ada / sedikit diketahui
hampir tidak ada terjadinya, sangat tidak mungkin
t
kondisi akan pernah terjadi
2 o
3 Kemungkinan
h 1 dalam 5.000 Mungkin, tapi tidak diketahui
rendah datanya, kondisi terjadi dalam kasus
terisolasi, tetapi kemungkinannya
s rendah
4
5 k
Kemungkinan 1 dalam 200 Didokumentasikan, tetapi jarang,
moderat
a kondisi tersebut memiliki
kemungkinan cukup besar terjadi
6 l
7 Kemungkinan
a 1 dalam 100 Didokumentasikan & sering, kondisi
tinggi tersebut terjadi sangat teratur dan /
selama jangka waktu yang wajar.
8 1
9 -
Yakin terjadi 1 dalam 20 Didokumentasikan, hampir pasti,
1 kondisi tersebut pasti akan terjadi
selama periode panjang yang
0 spesifik untuk langkah / hubungan
tertentu
10 Selalu terjadi 1 dalam 10

12
C. Detection
− Menggunakan skala 1-10

1 Pasti terdeteksi 10 dari Hampir selalu terdeteksi dengan


10 segera
2
3 Kemungkinan rendah 7 dari Mungkin terdeteksi
10
4
5 Kemungkinan 5 dari Kemungkinan sedang terdeteksi
moderat 10
6
7 Kemungkinan tinggi 2 dari Tidak akan terdeteksi dengan mudah
10
8
9 Hampir pasti tidak 0 dari Tidak mungkin terdeteksi tanpa
terdeteksi 10 upaya serius
10 Tidak ada upaya Tidak ada mekanisme deteksi atau
deteksi proses baru

Prioritaskan Modus Kegagalan


− Modus kegagalan harus dilakukan prioritas sesuai dengan prioritas
tindakan.
− Jika modus kegagalan menggunakan RPN, mungkin dapat memilih
“cut off point” untuk menentukan prioritas.
o Nilai dibawah cutoff point tidak memerlukan tindakan segera kecuali
tersedia waktu.
o Nilai di atas cutoff point , harus dilakukan eksplorasi.

13
Tabel RPN dan Criticality

No Sub Failure Effect S Potential Cause O D RPN


Proses Mode
1. Print Charge Dampak pada 9 Petugas salah 3 7 189
charge slip & pasien : salah input
slip & etiket obat, salah
etiket berbeda harga, terapi
dg resep irasional
Dampak pada
pengunjung : -
Dampak pada
staf : komplain
pasien, sangsi
atasan
Peralatan /
fasilitas : -
Charge Dampak pada Tinta mesin 4 1 36
slip & pasien : salah printer hampir

14
etiket minum obat habis
buram Dampak pada
pengunjung : -
Dampak pada
staf : komplain
dari pasien

Target RPN = 150


Maka :
− Dibawah 150 resiko diterima oleh rumah sakit.
− Diatas atau sama dengan 150 maka resiko akan di kontrol atau
dieleminasi dengan rencana tindak lanjut.

V. Langkah 5. Identifikasi akar masalah modus kegagalan.


− Dalam konteks FMEA : RCA digunakan untuk menganalisa kemungkinan
salah dalam Proses dan sistem.
− Desainnya adalah Kegagalan dimasa datang bisa dicegah. Kalaupun tidak
dapat dicegah, pasien harus di proteksi terhadap dampak kegagalan tsb
atau Dampak di mitigasi. Alat bantu yang bisa digunakan untuk analisa akar
penyebab :
1. Brainstorming.
Analisa akar penyebab : jika diinginkan ide / solusi yang tidak terbatas untuk
menemukan akar masalah dari semua pihak dalam proses perbaikan.
Tujuan : untuk menghasilkan beberapa ide-ide dalam waktu minimum melalui
proses kreatif dalam kelompok.
2. Cause & Effect Diagram.
Analisa akar penyebab : ketika masalah memiliki beberapa penyebab.
Tujuannya : untuk menampilkan gambaran yang jelas dari beberapa hubungan
sebab akibat antara hasil dan faktor yang mempengaruhi.
Menggunakan 5 faktor yaitu = 5 M + 1 E

15
1 Tulang mencakup “Why” sebanyak 5 kali.

VI. Langkah 6. Redesain Proses.


Hal yg perlu dilakukan adalah :
a) Lakukan studi literatur untuk mengumpulkan informasi dari literatur ilmiah.
b) Belajar dari rumah sakit lain dalam mengatasi masalah untuk problem yang
sama.
c) Berkomitmen untuk mencapai berubahan baru dalam cara pandang baru.
Strategi Redesain
1) Desain atau desain ulang proses untuk eleminasi peluang terjadinya kegagalan
(mencegah terjadinya kegagalan).
2) Mencegah kegagalan sampai ke pasien dg meningkatkan deteksi kegagalan.
3) Fokus pada mitigasi dampak kesalahan yang sampai ke pasien.

VII. Langkah 7. Analisis dan Uji Coba Proses Baru.


I. Panduan Analisis.
a. Bagaimana proses baru tersebut dapat diterapkan.
b. Kapan proses yg baru akan diterapkan
c. Siapa yang akan bertindak & bertanggung jawab.
d. Dimana proses baru tersebut akan diterapkan.
II. Panduan Pengujian.
a. Pengujian diatas kertas.
b. Simulasi

16
c. Uji coba terbatas.
III. Pengumpulan Data.
a. Tinjauan terhadap catatan hasil pengujian,
b. Survei sebelum dan sesudah perubahan.
c. Sistem pelaporan.
d. Pengamatan di lapangan
e. Diskusi kelompok terfokus (FGD).
f. Kehadiran pada program pendidikan.
g. Evaluasi kompetensi.

VIII. Langkah 8. Implementasi dan Monitor Proses yang Diredesain.


A. Strategi perubahan.
− Buat ‘sense of urgency’
− Bentuk tim pemandu.
− Buat visi dan strategi
− Komunikasikan visi yang berubah.
B. Strategi pemantauan.
− Dokumentasikan seluruh hasil proses yang baru, masukkan ke dalam
prosedur (sehingga menjadi standar baru).
− Berikan training dan sosialisasi menyeluruh.
− Jaga kestabilan proses selama beberapa waktu untuk memastikan
kekonsistenannya.

Contoh Tabel Implementasi dan Pemantauan :


Hasil Kegiatan
PIC
Dateline
Tindakan yg diambil (penanggung S O D RPN
(Batas waktu)
jawab)
Obat dg nama yg Michael 15 April 10 3 3 90
sama namun berbeda

17
sediaannya ,
diletakkan terpisah ( di
rak yg berbeda)

Tindakan dan pengukuran outcome


1) Tentukan apakah potensial penyebab modus kegagalan akan di :
− Kontrol.
− Eliminasi.
− Terima.
2) Jelaskan tindakan untuk setiap potensial modus kegagalan yang akan dieliminasi
atau dikontrol.
3) Identifikasi ukuran outcome yang digunakan untuk analisa dan uji re-desain
proses.
4) Identifikasi penanggung jawab dan deadline / target waktu untuk melaksanakan
tindakan tersebut.
5) Tentukan apakah perlu dukungan direktur atau tidak untuk menjalankan proses
baru tersebut.
6) Lakukan pengukuran S, O dan D kembali setelah tindak lanjut dilakukan.
7) Hitung kembali nilai RPN baru.
8) Jika nilai RPN sudah mencapai target maka cari kembali nilai RPN yang masih
diatas target.

C. DOKUMENTASI
Dokumentasi dalam panduan ini adalah :
Menuliskan semua langkah dalam bentuk form yang tersedia sebagai berikut :

18
2

19
LANGKAH 3B GAMBARKAN ALUR SUB PROSES
Jelaskan Sub Proses kegiatan yang dipilih

A B C D E F

Cantumkan beberapa Sub Proses untuk setiap tahapan proses

Modus Kegagalan Modus Kegagalan Modus Kegagalan Modus Kegagalan Modus Kegagalan Modus Kegagalan

1. __________ 1. __________ 1. __________ 1. ___________ 1. ___________ 1. ___________

2. __________ 2. __________ 2. __________ 2. ____________ 2. ___________ 2. ___________

3. __________ 3. __________ 3. __________ 3. ____________ 3. ___________ 3. ___________

4. __________ 4. __________ 4. __________ 4. ____________ 4. ___________ 4. ___________

5. __________ 5. __________ 5. __________ 5. ____________ 5. ___________ 5. ___________

HFMEA : Healthcare Failure Mode Effect and Analysis

Langkah 4. Hitung skala prioritas kegagalan dengan tabel RPN dan Criticality
No Sub Failure Effect S Potential O D RPN
Proses Mode Cause
Dampak
pada pasien :
Dampak
pada
pengunjung :
Dampak
pada staf :
Peralatan /
fasilitas : -
Dampak
pada pasien :
Dampak
pada
pengunjung :

20
Dampak
pada staf :

Langkah 8. Tabel implementasi dan pemantauan.


Hasil Kegiatan
PIC Dateline
Tindakan yg diambil (penanggung (Batas S O D RPN
jawab) waktu)

1) Pengorganisasian tim kerja.


2) Mekanisme kerja yaitu langkah-langkah dalam proses AMKD / FMEA.
3) Prosedur yang dilaksanakan, mengunakan :
− SPO Pelayanan / Peralatan Medis yang diperlukan.
− SPO Analisis Modus Kegagalan dan Dampak (AMKD).
− Surat Keputusan penetapan orang-orang yang terlibat.
− Surat tugas petugas yang terlibat tim.
4) Laporan AMKD yang telah dibuat untuk satu analisis.
5) Salinan Kebijakan Direktur terkait tindak lanjut yang diusulkan oleh tim.

21
BAB V
PENUTUP

Demikianlah panduan ini disusun sebagai pedoman dalam menjalankan layanan


pasien yang aman, khususnya dalam rangka mencegah kesalahan identifikasi pasien.
Panduan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu panduan akan ditinjau kembali
setiap 2 sampai 3 tahun sesuai dengan tuntutan layanan dan standar akreditasi.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Daud A. 2008, Workshop Keselamatan Pasien dan Manajemen resiko Klinis di


Rumah Sakit : Cegah Cedera Melalui Implementasi Keselamatan Pasien Dengan
Redesain Proses (Analisa HFMEA), IMR, Jakarta.
2. Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2012. Panduan Penyusunan Dokumen Akreditasi,
IMR, Jakarta.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Panduan Nasional Keselamatan
pasien Rumah Sakit-Edisi 2. Depkes, Jakarta.
4. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS), 2008. Pedoman Pelaporan
Insiden Keselamatan Pasien (IKP)-Edisi 2. KKP-RS, Jakarta.
5. Buku FMEA, JCI Edisi Ke-3.

23

Anda mungkin juga menyukai