DAFTAR ISI.......................................................................................................................2
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................3
B. TUJUAN..................................................................................................................3
BAB. II. PEMBAHASAN
A. DEFINISI ……………………………………………….......………….........………......…4
B. RUANG LINGKUP ……………………………………………………………..................4
C. TATA LAKSANA ....................................................................................................4
1. Langkah 1. Pilih proses yang berisiko tinggi dan membentuk tim…........….4
2. Langkah 2. Diagram alur proses…………………………………….................8
3. Langkah 3. Brainsorming modus kegagalan dan dampaknya……....……….9
4. Langkah 4. Hitung skala prioritas kegagalan …………………….……..........10
5. Langkah 5. Identifikasi akar masalah modus kegagalan………...…..........…15
6. Langkah 6. Redesain proses……………………………..…….....................…16
7. Langkah 7. Analisa dan uji coba proses baru……………………...................16
8. Langkah 8. Implementasi dan monitor proses yang diredesain ……........…18
BAB V. PENUTUP............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................ ..............................................23
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tujuh langkah menuju keselamatan rumah sakit adalah upaya untuk
menggerakkan program keselamatan pasien di RSU Atturots Al Islamy.
Berdasarkan langkah ke enam dari tujuh langkah tersebut yaitu rumah sakit
mengembangkan kebijakan yang mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu
kali pertahun melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) untuk proses
risiko tinggi.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka Tim KPRS RSU Atturots Al
Islamy menyusun panduan FMEA (Failure Mode Effect and analysis) sebagai tool
untuk penilaian risiko pada proses yang belum dilakukan, sedang dilakukan dan
proses baru dengan pendekatan proaktif.
B. TUJUAN
I. Tujuan Umum
Buku panduan ini sebagai dasar bagi tim KPRS untuk meningkatkan mutu
layanan RS melalui kegiatan redesain proses pelayanan untuk menganalisis
modus kegagalan dan dampaknya
II. Tujuan Khusus
a. Pedoman dalam melaksanakan langkah-langkah melakukan Analisis Modus
Kegagalan dan Dampak
b. Panduan dalam menentukan proses-proses pelayanan yang mempunyai
resiko tinggi terjadi error.
c. Panduan dalam perbaikan sistem (re-desain proses) terhadap proses-proses
pelayanan yang mempunyai resiko tinggi terjadi error.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Pada saat ini pencegahan kesalahan medis belum menjadi fokus utama untuk
asuhan perawatan pasien di rumah sakit. Sebagian besar sistem pelayanan
kesehatan tidak didesain untuk mencegah terjadinya error.
Definisi dari FMEA (Failue Mode and Effect Analysis) adalah :
1) Metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasi dan mencegah potensi
kegagalan sebelum terjadi.
2) Proses proaktif dimana kesalahan dapat dicegah dan diprediksi.
3) Mengantisipasi kesalahan dan meminimalkan dampak buruk.
Secara umum definisinya adalah metode perbaikan kinerja dengan
mengidentifikasi dan mencegah Potensi Kegagalan sebelum terjadi. Hal tersebut
didesain untuk meningkatkan keselamatan pasien.
B. RUANG LINGKUP
1. Memilih proses yang beresiko tinggi dan membentuk tim.
2. Membuat diagram proses.
3. Bertukar pikiran tentang modus kegagalan dan menetapkan dampaknya.
4. Memprioritaskan modus kegagalan.
5. Identifikasi akar masalah.
6. Redesain proses
7. Analisis dan uji prose baru
8. Implementasi dan monitor perbaikan proses.
C. TATA LAKSANA
Tata laksana Analisis Modus Kegagalan & Dampak ( Failure Mode Effect and
Analysis / FMEA ) ada 5 tahap. Yaitu :
I. Tahap 1 Pilih proses yang beresiko tinggi dan Membentuk Tim.
Pilih proses yang beresiko tinggi.
4
1. Proses yang beresiko tinggi meliputi :
a) Proses baru.
Misalnya : staf mengoperasikan alat / instrumen medis yang baru.
b) Proses yang sedang berjalan.
Misalnya : proses pengadaan, penyimpanan & distribusi tabung gas medis (O2,
N2O).
c) Proses klinis.
Misalnya : proses pengambilan darah di laboratorium.
d) Proses non klinis.
Misalnya : mengkomunikasikan hasil laborat ke dokter atau identifikasi pasien
yang beresiko jatuh.
2. Proses yang beresiko tinggi biasanya memiliki satu atau lebih karakteristik.
a. Variabel individu :
− Pasien : tingkat keparahan penyakit, keinginan pribadi pasien, proses
pengobatan.
− Pemberi layanan : tingkat ketrampilan, cara pendekatan dalam pelaksanaan
tugas.
b. Kompleksitas :
− Proses dalam layanan kedokteran sangat kompleks, terdiri puluhan langkah.
Semakin banyak langkah dalam suatu proses, semakin tinggi probabilitas
terjadinya kesalahan.
− Teori Donald Berwick bahwa :
▪ Bila proses terdiri dari 1 langkah, kemungkinan salah 1%.
▪ Bila proses 25 langkah, kemungkinan salah 22%
▪ Bila proses 100 langkah, kemungkinan salah 63%
c. Tidak standar.
Proses dilakukan menurut persepsi pemberi pelayanan berdasarkan kebiasaan
atau prosedur yang sudah ketinggalan jaman.
Diperlukan : SPO, Protokol atau Clinical Pathways untuk membatasi pengaruh
dari variabel ini.
5
d. Proses tanpa jeda.
− Perpindahan satu langkah ke langkah lain dalam waktu berurutan tanpa jeda
sehingga seringkali baru disadari terjadi penyimpangan pada langkah
berikutnya. Misal : NORUM.
− Keterlambatan dalam suatu langkah akan mengakibatkan gangguan pada
seluruh proses.
− Kesalahan dalam suatu langkah akan menyebabkan penyimpangan pada
langkah berikut.
− Kesalahan biasanya terjadi pada perpindahan langkah atau adanya langkah
yang diabaikan. Kesalahan pada satu langkah akan segera diikuti oleh
kesalahan berikutnya, terutama karena koreksi tidak sempat dilakukan.
e. Proses yang sangat tegantung pada intervensi petugas.
− Ketergantungan yang tinggi akan intervensi seseorang dalam proses dapat
menimbulkan variasi kesalahan. Misal : penulisan resep dengan singkatan
dapat menimbulkan Medication error.
− Sangat tergantung pada pendidikan dan pelatihan yang memadai sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
f. Kultur garis komando ( Hierarchical culture ).
Suatu proses akan menghadapi resiko kegagalan lebih tinggi dalam unit kerja
dengan budaya hirarki dibandingkan dengan unit kerja yang budayanya
berorientasi tim.
Hal ini karena :
− Staf enggan berkomunikasi & berkolaborasi satu dengan yang lain.
− Perawat enggan bertanya kepada dokter atau petugas farmasi tentang
medikasi, dosis serta elemen perawatan lainnya.
g. Keterbatasan waktu.
Proses yang memiliki keterbatasan waktu cenderung meningkatkan resiko
kegagalan.
3. Pertimbangkan :
− Yang paling tinggi potensi resikonya.
6
− Yang paling “saling berkaitan” dengan proses lain
− Ketertarikan orang untuk memperbaiki.
A. Membentuk tim.
1. Komposisi tim.
a) Multidisiplin & multi personal
− Berbagai macam profesi yang terkait dilibatkan menjadi anggota tim.
− Beberapa karakter seperti : orang yang memiliki kewenangan memutuskan,
orang yang penting untuk penerapan perubahan yang mungkin diperlukan,
pemimpin yang memiliki pengetahuan-dipercaya-dihormati, orang dengan
pengetahuan yang sesuai.
b) Jumlahnya tidak lebih dari 10 orang (idealnya 4-8 orang)
2. Pembagian peran tim
a) Team leader
− Pemimpin yang memiliki pengetahuan, dipercaya dan dihormati.
− Mempunyai kemampuan membuat keputusan.
− Orang yang memiliki ‘critical thinking’ saat perubahan akan dilaksanakan.
b) Fasilitator.
− Fungsi fasilitator bisa dirangkap oleh team leader.
− Orang yang ditunjuk sebagai fasilitator bukan berasal dari area yang
dianalisis.
− Memandu tim dalam proses diskusi.
− Memilah temuan atau masukan yang tidak penting.
− Memastikan bahwa anggota tim menyelesaikan setiap langkah dan
mendokumentasikan hasil.
− Mengarahkan tim untuk fokus pada masalah yang sedang dibicarakan.
− Anggota tim merasa nyaman dengan adanya fasilitator.
c) Expert.
− Petugas yang menguasai dan ahli dalam bidang yang dianalisis.
7
− Dengan keahliannya diharapkan memberikan masukan berupa
perubahan proses.
d) Perwakilan dari disiplin ilmu terkait.
e) Notulen
− Bertanggung jawab mencatat dan membagikan notulen.
− Fungsi notulen bisa dirangkap oleh anggota secara bergantian. Fungsi
notulis dapat menghambat kemampuannya dalam mengemukakan
pendapat, sehingga perlu bergantian.
− Membuat dokumentasi.
8
b. High-Level.
Process Map tercepat, paling sederhana dan detil
c. High--‐low (Top--‐down)
Menambahkan pada kedalaman pada high--‐level Process Map, namun
tanpa mapping yang detil
9
− Dirasakan pasien
− Contoh : keterlambatan penanganan, kematian, cacat, kerusakan jaringan,
tidak dapat diperbaiki, melanggar ketentuan, kerugian finansial.
− Modus kegagalan dengan nilai RPN yang tinggi, otomatis menjadi perhatian
untuk diatasi / menjadi PRIORITAS.
− Memilih skala peringkat :
▪ JCI tidak secara spesifik menentukan “skala” mana yang harus
digunakan dalam menilai modus kegagalan.
▪ Skala yang dipilih adalah skala 1-10
A. Severity
− Yaitu efek pada pelanggan.
− Nilai 10 adalah ekstrem (komplain) dan nilai 1adalah pelanggan tidak
nyaman.
− Contoh skala 1-10
11
orang & menyebabkan dampak serius
pada proses.
9
10 Bencana, cacat Sangat berbahaya : kegagalan akan
seumur hidup / menyebabkan kematian pada orang
meninggal yang dilayani & menyebabkan dampak
serius pada proses.
B. Occurance
− C
o
DESKRIPSI KEMUNGKINAN DEFINISI
1 n
Sangat jarang & 1 dalam 10.000 Tidak ada / sedikit diketahui
hampir tidak ada terjadinya, sangat tidak mungkin
t
kondisi akan pernah terjadi
2 o
3 Kemungkinan
h 1 dalam 5.000 Mungkin, tapi tidak diketahui
rendah datanya, kondisi terjadi dalam kasus
terisolasi, tetapi kemungkinannya
s rendah
4
5 k
Kemungkinan 1 dalam 200 Didokumentasikan, tetapi jarang,
moderat
a kondisi tersebut memiliki
kemungkinan cukup besar terjadi
6 l
7 Kemungkinan
a 1 dalam 100 Didokumentasikan & sering, kondisi
tinggi tersebut terjadi sangat teratur dan /
selama jangka waktu yang wajar.
8 1
9 -
Yakin terjadi 1 dalam 20 Didokumentasikan, hampir pasti,
1 kondisi tersebut pasti akan terjadi
selama periode panjang yang
0 spesifik untuk langkah / hubungan
tertentu
10 Selalu terjadi 1 dalam 10
12
C. Detection
− Menggunakan skala 1-10
13
Tabel RPN dan Criticality
14
etiket minum obat habis
buram Dampak pada
pengunjung : -
Dampak pada
staf : komplain
dari pasien
15
1 Tulang mencakup “Why” sebanyak 5 kali.
16
c. Uji coba terbatas.
III. Pengumpulan Data.
a. Tinjauan terhadap catatan hasil pengujian,
b. Survei sebelum dan sesudah perubahan.
c. Sistem pelaporan.
d. Pengamatan di lapangan
e. Diskusi kelompok terfokus (FGD).
f. Kehadiran pada program pendidikan.
g. Evaluasi kompetensi.
17
sediaannya ,
diletakkan terpisah ( di
rak yg berbeda)
C. DOKUMENTASI
Dokumentasi dalam panduan ini adalah :
Menuliskan semua langkah dalam bentuk form yang tersedia sebagai berikut :
18
2
19
LANGKAH 3B GAMBARKAN ALUR SUB PROSES
Jelaskan Sub Proses kegiatan yang dipilih
A B C D E F
Modus Kegagalan Modus Kegagalan Modus Kegagalan Modus Kegagalan Modus Kegagalan Modus Kegagalan
Langkah 4. Hitung skala prioritas kegagalan dengan tabel RPN dan Criticality
No Sub Failure Effect S Potential O D RPN
Proses Mode Cause
Dampak
pada pasien :
Dampak
pada
pengunjung :
Dampak
pada staf :
Peralatan /
fasilitas : -
Dampak
pada pasien :
Dampak
pada
pengunjung :
20
Dampak
pada staf :
21
BAB V
PENUTUP
22
DAFTAR PUSTAKA
23