Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KEPEMIMPINAN KI HADJAR DEWANTARA

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Kepemimpinan
Dosen Pengampu: Mochamad Hanafi, S.A.P., M.Si

Oleh:

Nadia Lutfitasari Azzahro (19802244018)

PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................................. i
A. PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 1
B. PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 2
1. Kualifikasi Pemimpin ....................................................................................................................... 2
2. Fungsi Kepemimpinan ...................................................................................................................... 3
3. Teori Kepemimpinan ........................................................................................................................ 4
4. Pengaruh dalam Kepemimpinan ....................................................................................................... 5
5. Kekuasaan Menjalankan Kepemimpinan.......................................................................................... 6
6. Gaya Kepemimpinan ........................................................................................................................ 7
7. Kepengikutan .................................................................................................................................... 8
8. Pembuatan Keputusan ....................................................................................................................... 9
C. PENUTUP........................................................................................................................................... 11
1. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 11
2. Saran ............................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12

i
A. PENDAHULUAN

Negara Indonesia memiliki banyak pemimpin yang baik. Pemimpin tersebut


memiliki karakteristik, gaya, model yang berbeda-beda. Seiring berjalannya waktu
banyak perubahan nilai-nilai moral dan etika yang lemah dan pemimpin yang banyak
melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Pemimpin-pemimpin ini berperan besar
dalam gerakan perubahan dan memotivasi setiap orang. Karena seorang pemimpin
dapat menentukan pencapaian dari suatu kelompok untuk mengarahkan dan mengatur
orang-orang yang ada didalamnya. Tanpa adanya seorang pemimpin yang paham situasi
dan kondisi, maka kelompok atau organisasi tidak dapat berjalan di arah yang tepat.
Tokoh-tokoh pemimpin diharapkan dapat menjadi contoh untuk kaum muda agar dapat
menjadi pemimpin yang baik
Tokoh pemimpin Indonesia yang dapat digunakan sebagai contoh adalah Ki
Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara yang memiliki nama asli Raden Mas Soewardi
Soeryaningrat yang lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Beliau dikenal sebagai
Pendiri Perguruan Tamansiswa, Bapak Pendidikan Nasional, dan Pahlawan Nasional.
Beliau merupakan seorang jurnalis, politikus, budayawan, pendidikan dan pemimpin
rakyat. Dari perjuangan yang ditempuh oleh Ki Hajar Dewantara menghasilkan tulisan-
tulisan di berbagai surat kabar, majalah, dan brosur yang berisi mengenai gagasan dan
konsep hasil pemikirannya. Ki Hajar Dewantara wafat pada 26 April 1959 dimakamkan
di pemakaman keluarga Taman Siswa Wijaya Brata, Yogyakarta.
Ki Hajar Dewantara telah menciptakan konsep-konsep kepemimpinan yang
dijadikan sebagai pedoman dalam pendidikan formal dan nonformal, lembaga
pemerintahan, dan swasta. Konsep kepemimpinan yang diciptakan, mencakup tiga
aspek penting yang saling berkaitan dan mendukung yang tidak bisa dipisahkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara maksimal. Konsep ini tidak membedakan
orang berdasarkan tingkatnya tetapi berdasarkan kedudukannya. Kedudukan seseorang
tidak selalu sama. Seseorang dapat berkedudukan saat di depan, di tengah maupun di
belakang. Dengan kata lain, seorang pemimpin harus mengetahui situasi dan kondisi
yang sedang dihadapi.

1
B. PEMBAHASAN

1. Kualifikasi Pemimpin
Seorang pemimpin suatu kelompok atau organisasi memiliki peran yang
strategis. Kesuksesan dari seorang pemimpin dapat bergantung sesuai dengan
pengikutnya. Kecapakan dan ketrampilan dibutuhkan seorang pemimpin agar
organisasi atau kelompok tersebut dapat berjalan. Seperti halnya Ki Hajar
Dewantara, beliau memiliki kriteria pemimpin yang dapat menjadi ciri khas.
Menurut (Mileniawan & Ramadhan, 2021), Kualifikasi pemimpin yang
dibutuhkan organisasi, yaitu:
a. Pemimpin yang memiliki visi kedepan
Seorang pemimpin harus memiliki pemikiran yang visioner yang
mampu membawa perubahan. Ki Hajar Dewantara memiliki
kemampuan dan kepandaian, beliau memanfaatkan masa pembuangan di
Belanda karena terkena delik pres dengan banyak mempelajari masalah
pendidikan dan pengajaran dari Montessori, Dalton, Frobel, dll. Hal
tersebut dapat digunakan untuk pendidikan di Indonesia nantinya. Ki
Hajar Dewantara juga memiliki pemikiran yang tajam dan cermat,
karena beliau dalam melakukan perjuangan melawan kolonial Belanda
tidak menggunakan satu alat perjuangan saja melainkan menggunakan
media massa untuk alat perjuangan di bidang politik.
b. Berkomunikasi dengan baik.
Pemimpin harus mampu memberikan dan memahami informasi kepada
pengikutnya dengan cermat. Jika informasi disampaikan dengan baik,
pengikut akan mampu menangkap informasi dengan baik dan yang
diharapkan dapat berjalan sesuai dengan rencan yang telah ditetapkan.
Ki Hajar Dewantara melalui “Indonesisch Persbureau” (IPB)
melakukan surat menyurat dengan surat kabar di Indonesia yang
berisikan perlawanan terhadap rencana Pemerintah Kolonial Belanda
membentuk “Koloniale Road”. Ki Hajar Dewantara juga mengikuti

2
sarasehan perkumpulan “Selasa Kliwonan” yang membahas mengenai
kehidupan dan nasib negara Indonesia yang penuh sengsara dan
penderitaan, dengan mencari jalan untuk menegakkan dan membina
kepribadian bangsa Indonesia.
c. Memiliki Inovasi
Seorang pemimpin harus memiliki pikiran yang inovatif dan kreatif. Ki
Hajar Dewantara membangun perguruan tamansiswa. Beliau
membangun ini karena ketidakpuasan dengan pola pendidikan yang
diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Pihak kolonial Belanda
jarang memberikan fasilitas pendidikan yang baik kepada negara
Indonesia sebagai negara jajahannya. Melalui Perguruan tamansiswa ini
diharapakan mampu memberikan fasilitas pendidikan yang baik untuk
pribumi.
d. Memiliki wawasan yang luas
Ki Hajar Dewantara memiliki kepandaian dan pemikiran yang tajam.
Beliau berkesempatan belajar di Sekolah Dasar Belanda selama 7 tahun.
Sehingga beliau dapat pandai berbahasa Belanda. Beliau juga senang
menulis sehingga dapat menghasilkan tulisan-tulisan salah satunya
risalah.

2. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan merupakan suatu usaha untuk mempengaruhi dan
mengarahkan pengikutnya untuk melakukan kerja sebaik mungkin, dengan
memiliki semangat yang tinggi, dan memotivasi yang tinggi guna mencapai
tujuan organisasi. Fungsi kepemimpinan mengatur hubungan antara individu
atau kelompok di dalam organisasi (Tjilen & Oja , 2019).
a. Fungsi Instruktif
Fungsi ini merupakan memerintah,
Ki Hajar Dewantara membuat “instruksi umum” yang berisi mengenai
seruan untuk meninggalkan sistem pendidikan kolonial dan
mengutamakan patriotisme kepada para pendidik (Wahyono, 2012).

3
b. Fungsi Partisipasi
Fungsi ini merupakan mengarahkan, mengajak, dan ikut terlibat
langsung dalam kegiatan yang ditetapkan atau diperintahkan. Pemimpin
tidak semerta-merta hanya memerintah tetapi juga berpartisipasi
langsung. Sebelumnya Ki Hajar Dewantara telah mengintruksi kepada
para guru. Beliau tidak hanya sekadar memerintahkan saja, tetapi juga
telah berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan yang memerdekakan
sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi sistem pendidikan nasional.

3. Teori Kepemimpinan
Ki Hajar Dewantara menciptakan teori kepemimpinan yang memiliki makna
yang mendalam. Teori tersebut dapat diuraikan dalam tiga kalimat bahasa jawa:
Ing Ngarso Sung Tuladha
“Di depan memberikan contoh”. Seorang pemimpin harus dapat menjadi
panutan yang dapat dicontoh oleh pengikutnya. Dia harus berdiri didepan dalam
memberikan contoh nyata agar dapat diikuti oleh pengikutnya. Seorang
pemimpin harus mampu menguasai bidang pekerjaannya. Selain dari sisi
pengetahuan teknis, kematangan pribadi dan sikap harus diperhatikan karena
tingkah laku sang pemimpin selalu menjadi perhatian bawahannya. Baik dari sisi
moral dan akhlak, pergaulan, bahkan kehidupan keluarganya pun akan menjadi
figur bagi bawahannya.
Ing Madyo Mangun Karso
“Di tengah membangun kehendak”. Membangun motivasi dan semangat bekerja
adalah salah satu tugas seorang pemimpin. Selain harus mampu membaca situasi
dan keadaan perusahaannya, pemimpin yang baik harus dapat mengelola sumber
daya manusia yang dimilikinya agar dapat bekerja secara maksimal.
Membangun semangat kebersamaan dan mengkomunikasikan kepada seluruh
karyawan tentang visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan adalah hal wajib bagi
pemimpin. Seorang pemimpin harus bisa merangkul yang pengikutnya, mau
menerima kritik dan saran, serta mampu menciptakan inisiatif untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efisien, pemimpin harus bisa menciptakan atmosfer

4
organisasi menjadi kondusif, sehingga akan muncul semangat bersama untuk
saling memotivasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Tut Wuri Handayani
“Di belakang memberi dorongan”. Memberikan dorongan semangat dan
memfasilitasi kebutuhan bawahannya untuk mencapai target akan sangat
dihargai oleh karyawannya. Bagaimanapun yang paling sering turun ke lapangan
dan bertemu dengan customer adalah para karyawan atau bawahan. Penuhi
kebutuhannya, berdayakan mereka dan beri bekal dalam bentuk pelatihan. Jika
karyawan sudah mampu menjalankan tugas dengan baik dan sesuai visi
perusahaan, tentu target dan sasaran kerja dapat dicapai dengan maksimal.
Ki Hajar Dewantara menciptakan filosofi ini saat mendirikan Taman
Siswa yang digunakan sebagai tempat belajar bagi pribumi pada masa
penjajahan Belanda. Filosofi ini ditujukan kepada para pendidik supaya dapat
menginspirasi, memberikan suri tauladan, dan dapat membangun motivasi.
Konsep yang sudah berumur puluhan tahun ini ternyata masih relevan
diterapkan dalam teori kepemimpinan saat ini. Makna yang terkandung dalam
filosofi kepemimpinan menurut Ki Hajar Dewantara di atas memberikan
gambaran bahwa seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat kebaikan, dan
keunggulan/kelebihan agar dapat memberikan ketaatan para bawahannya
(Djadjuli & Marliani, 2019).

4. Pengaruh dalam Kepemimpinan


Menurut (Wirawan, 2017), memengaruhi merupakan cara yang
digunakan pemimpin untuk mengubah baik sikap, perilaku, pendapat, tujuan,
kebutuhan, nilai – nilai, kemampuan dan tindakan untuk bergerak ke arah
tertentu dari bawahan. Memengaruhi dianggap sebagai salah satu peran
pemimpin dalam suatu organisasi dengan cara memberikan pengaruh kepada
bawahannya agar ikut bekerjasama merealisasikan program kerja (Pasolong,
2021 ). Maka, pengaruh merupakan suatu sikap pemimpin untuk mengubah
bawahaanya agar ikut bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

5
Ki Hajar Dewantara yang merupakan anggota “Tiga Serangkai”, Beliau
menuliskan sebuah karangan monumental dalam sejarah pemikiran politik
Indonesia dengan judul Als ik een Nederlander was...” (Seandainya aku seorang
Belanda) yang mengeritik pemerintah Belanda yang akan menyelenggarakan
pesta 100 tahun Nederland lepas dari penjajahan Prancis yang biaya pestanya
dibebankan kepada masyarakat bumiputera diambil dari saku orang bumiputera
dan menarik pajak. Karangan tersebut dijawab oleh tokoh Belanda yaitu H.
Mulder seorang redaktur harian dengan judul “Als ik eens Inlander was...”
(Sekiranya saya seorang anak negeri...) yang isinya memuakka dan sangat
menghina martabat bumiputera. Jika Ki Hajar Dewantara ini bukan seorang
pemimpin sebuah organisasi dan pemimpin surat kabar maka karangan beliau
tidak akan didengar oleh tokoh Belanda. Karena Ki Hajar Dewantara memiliki
pengaruh, maka H. Mulder terpengaruhi dengan membalas karangan tulisan
beliau.
Ki Hadjar Dewantara memerintahkan untuk mengdepankan cara opvoeding atau
paedagogik (momong, among, dan ngemong. Beliau menilai bahwa jika meniru
cara yang demikian maka tidak akan dapat membentuk seseorang yang memiliki
kepribadian, oleh sebab itu sistem pendidikan yang dikedepankan adalah
pendidikan yang tidak memakai cara pemaksaan (Darmawan, 2016)

5. Kekuasaan Menjalankan Kepemimpinan


Kekuasaan merupakan bagaimana seseorang memiliki suatu kapasitas
untuk mempengaruhi pihak lain. Seseorang memiliki kekuasaan dikatakan
sebagai seseorang yang berpengaruh atau seseorang mempunyai
otoritas/wewenang untuk melakukan sesuatu. (Yudiaatmaja, 2013). Ki Hajar
Dewantara merupakan figur dari keluarga bangsawan Pakualaman yang sangat
sederhana dan sangat merakyat. Sehingga jiwanya menyatu melalui pendidikan
dan budaya jawa guna menggapai kesetaraan sosial-politik dalam masyarakat
kolonial. Kekuatan-kekuatan inilah yang menjadi pondasi Ki Hajar Dewantara
dalam memperjuangkan kesatuan dan persamaan lewat nasionalisme kultural
sampai dengan nasionalisme politik. Hal yang dimaksud adalah Ki Hajar

6
Dewantara dengan latar belakang keluarganya memiliki kekuasaan untuk
memimpin dan mempengaruhi bumiputera.
Ki Hajar Dewantara mendirikan kantor berita yang bernama Indonesisch
Persbureau” (IPB) yang merupakan badan pemusatan penerangan dan
propaganda pergerakan nasional Indonesia di Den Haag (September 1918).
Soewardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara melalui IPB untuk
berkorespondensi dengan surat kabar di Indonesia. IPB melakukan perlawanan
melalui berbagai tulisan terhadap rencana Pemerintah Kolonial Belanda
membentuk “Koloniale Raad”. Gerakaan IPB mencermikan keberanian Suwardi
Suryaningrat di samping ketajaman pemikiran dan kejeliannya melihat kekuatan
media massa sebagai pembentuk opini publik.

6. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan atau style of leadership merupakan cara seorang pemimpin
melaksanakan fungsi kepemimpinannya atau menjalankan fungsi
managemennya dalam memimpin bawahanannya (Mattayang, 2019).

Sebagai seorang pemimpin, gaya Ki Hajar Dewantara menggunakan


teori kepemimpinan yang diciptakan oleh beliau dikenal dengan Trilogi
Kepemimpinan yang telah berkembang dalam masyarakat. Trilogi
kepemimpinan tersebut adalah Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun
Karsa, Tutwuri Handayani. Ki Hajar Dewantara adalah seorang demokrat yang
sejati, tidak senang pada kewenang-wenangan dari seorang pemimpin yang
mengandalkan kekuasaannya. Beliau selalu bersikap menghargai dan
menghormati orang lain sesuai dengan harkat dan martabat. Dengan sikap yang
berpendidikan beliau menerima segala kekurangan dan kelebihan orang lain,
untuk saling mengisi, memberi dan menerima demi sebuah keharmonisan dari
lembaga yang dipimpinnya (Thohir, 2021).

Atas intensi dari Ki Hajar Dewantara dalam memperjuangkan dan


mengambangkan kebudayaan bangsanya, sehingga karena jasanya itu, Beliau
dianugerahkan gelar Doktor Honoris Causa (DR-Hc) dari M Sarjito Rektor

7
Universitas Gajah Mada dalam ilmu kebudayaan pada saat Dies Natalis yang
ketujuh tanggal 19 Desember 1956. Pengukuhan tersebut disaksikan langsung
oleh Presiden Soekarno.

7. Kepengikutan
Menurut McCallum dalam (Napitupulu, Putra, & Shalahuddin, 2019),
followership adalah konsep sederhana yaitu kegiatan mengikuti arahan yang
berada di garis belakang program, untuk menjadi baian dari tim dan untuk
memenuhi apa yang diharapkan. Kepemimpinan dan kepengikutan adalah dua
bagian dari suatu hubungan yang dinamis. Hubungan ini adalah timbal balik dan
saling mempengaruhi. Tidak ada pemimpin tanpa pengikut dan tidak ada
pengikut tanpa pemimpin. Pengaruh pengikut terhadap pemimpin dapat
meningkatkan efektivitas pemimpin atau semakin memperlihatkan kelemahan
pemimpin. Menurut Russel 2003 dalam (Sandroto, 2009) mengemukakan bahwa
pemimpin membutuhkan pengikut untuk mendukung kepemimpinannya,
sehingga pemimpin harus memiliki hubungan yang baik dengan pengikutnya
yang berbeda-beda. Tanpa adanya pengikut, maka tidak ada yang dapat dicapai.
Ki Hajar Dewantara berbekal pengalamannya yang bekerja sebagai guru
di Perguruan “Adhidarma” milik kakanya RM. Suryapranoto, pada akhirnya
Suwardi Suryaningrat dkk mendirikan “Nationaal Onderwijs Instituut Taman
Siswa” di jalan Tanjung, Pakualaman, Yogyakarta, pada Senin Kliwon, 3 Juli
1922. Beliau dan kawan-kawannya membuka bagian Taman Anak atau Taman
Lare, yaitu satuan pendidikan setingkat Taman KanakKanak (Taman Indria).
Kemudian pada 7 Juli 1924 mendirikan “Mulo Kweekshool” setingkat SMP
dengan pendidikan guru (4 tahun sesudah pendidikan dasar). Pada tahun 1928
tamatan Mulo Kweekshool dapat masuk AMS (Algemene Middelbare School)
setingkat SMA Negeri hampir 70% (Wiryopranoto, Herlina, Marihandono,
Tangkilisan, & Tim Museum Kebangkitan Nasional, 2017).
Dengan kepemimpinan Ki Hajar Dewantara yang luar biasa, Beliau mempunyai
murid-murid di perguruan tamansiswanya. Murid-murid beliau ini dapat
dianggap sebagai pengikut beliau.

8
8. Pembuatan Keputusan
Seorang Pemimpin harus mampu membuat keputusan yang tepat dengan
segala analisis permasalahan yang terjadi. Keputusan tersebut diambil dari hasil
pemikiran yang kritis dan harus menyiapkan rencana cadangan. Ki Hajar
Dewantara dan kawan-kawannya dalam mendirikan Perguruan Tamansiswa
merupakan keputusan yang tepat. Melalui perguruan tersebut bangsa Indonesia
dapat tergugah semangat dan semakin tinggi harga dirinya. Kesuksesan
perguruan ini disambut dengan baik luar biasa. Beliau dalam menetapkan sistem
dan model pendidikan yang berbasis kebudayaan lokal-nasional dengan
keputusan yang tidak ada keraguan.
Model pengambilan keputusan Ki Hajar Dewantara adalah Model
Rasional, di mana Beliau sebelum menetapkan keputusan telah melalui beberapa
proses tahapan pengambilan keputusan. Menurut (Sari, 2007), proses tahapan
penetapan keputusan model rasional adalah sebagai berikut:
a. Mendefinisikan dan mendiagnosa masalah
Ki Hajar Dewantara dan tokoh yang lain dalam sarasehan Selasa
Kliwonan membahas mengenai keadaan bangsa Indonesia yang cukup
sengsara yang penuh penderitaan. Beliau dan tokoh lain telah
menganalisis bersama-sama mengenai masalah yang sedang dihadapi
bangsa Indonesia.
b. Menetapkan tujuan-tujuan
Setelah mendiagnosis masalah, solusi yang dibahas dalam sarasehan
tersebut adalah mencari jalan keluar untuk menegakkan dan membina
kepribadian bangsanya.
c. Mencari solusi-solusi
Ki Hajar Dewantara memiliki cita-cita Trihayu “Memayu
Hayuningsariro, Memayu Hayuning Bangsa”, dan “Memayu Hayuning
Bawono”. Maksudnya adalah bahwa apa pun yang diperbuat oleh
seseorang itu hendaknya dapat bermanfaat bagi sendiri, bermanfaat bagi
bangsa, dan bermanfaat bagi di seluruh dunia (Arif & Astuti, 2021).
Cita-cita beliau tidak hanya dicapai dalam bidang politik saja tetapi juga

9
harus dalam bidang pendidikan untuk memperbaiki mental dan jiwa
rakyat Indonesia.
d. Melakukan tindak lanjut dan mendelegasikan wewenang
Tindak lanjut dari cita-cita Ki Hajar Dewantara menghasilkan keputusan
melalui Sarasehan Selasa Kliwonan yaitu: Ki Ageng Suryomataram
bertugas menangani mendidik orangtua, dengan Ilmu Jiwa “Kawruh
Begja” yang kemudian berkembang menjadi “Kawruh Jiwa”.
Sedangkan Suwardi Suryaningrat dengan beberapa tokoh lain : R.M.
Sutatmo Suryokusumo, R.M.H. Suryo Putro, Ki Pronowidigdo, Ki
Cokrodirjo, Ki Sutopo Wonoboyo, dan BRM. Subono serta R.Ay.
Sutartinah diserahi tugas menangani pendidikan anak-anak.

10
C. PENUTUP

1. Kesimpulan
Ki Hajar Dewantara salah satu tokoh yang berpengaruh dalam
perkembangan bangsa Indonesia khussnya dalam bidang pendidikan,
budaya, dan politik. Konsep kepemimpinan beliau yang menhasilkan trilogi
kepemimpinan yang mencakup semua aspek kepemimpinan dapat dijadikan
sebagai acuan seorang pemimpin. Ki Hajar Dewantara dapat dijadikan
contoh bagi seorang dalam melakukan kepemimpinan. Karena nilai-nilai
luhur, pemikiran, teori-teori beliau dapat kita amalkan di organisasi yang
kita pimpin.

2. Saran
Selalu berusaha menciptakan khazanah keillmuwan dan mengkaji dalam
bidang kepemimpinan dalam pemikiran dan ajaran Ki Hajar Dewantara.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arif, M., & Astuti, K. D. (2021). KONTEKSTUALISASI NILAI-NILAI


PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA DI ERA COVID 19. Jurnal
Pendidikan Dasar Flobamorata, 202-207.

Darmawan, I. A. (2016). Pandangan Konsp pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Prosiding


Seminr Nasional dan Bedah Buku, 119-129.

Djadjuli, R., & Marliani, L. (2019). MENAKAR TRILOGI KEPEMIMPINAN KI


HAJAR DEWANTARA DI ERA GLOBALISASI. Jurnal Ilmu Administrasi,
81-87.

Hadi, C., & Hanurawan, F. (2017). Psikologi Industri dan Organisasi. Sidoarjo:
Zifatama Jawara.

Mattayang, B. (2019). TIPE DAN GAYA KEPEMIMPINAN: SUATU TINJAUAN


TEORITIS. JEMMA Jurnal of Economic, 45-52.

Mileniawan, I. A., & Ramadhan, J. A. (2021). Pengaruh Pemimpin yang Berkualitas


dengan Gaya Kepemimpinannya terhadap Pegawi dan Organisasi.
NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 761-768.

Napitupulu, R., Putra, D. H., & Shalahuddin. (2019). Dasar-Dasar Ilmu Kepemimpinan
Teori dan Aplikasi. Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia.

Pasolong, H. (2021 ). Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: Alfabeta.

Sandroto, C. W. (2009). Kemempuan Pengikut Memberi Pengaruh Terhadap Pemimpin.


Bina Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomo Unpar, 86-98.

Sari, E. (2007). Pengambilan Keputusan dalam Organisasi: Mengoptimalkan Peran


Komunikasi dalam Perubahan Organisasi. Jakarta: Jayabaya University Press.

Thohir, M. b. (2021). Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara Dalam Manajemen


Dakwah. DAKWATUNA Jurnl Dakwah dan Komunikasi Islam, 368-392.

Tjilen, A. P., & Oja , H. (2019). Implementasi Fungsi-Fungsi Kepemimpinan Kepala


Distrik. Jurnal Ilmu Ekonomi & Sosial, 84-99.

Wahyono, B. (2012, Desember 26). Pendidikan Nasional Indonesia Tahun 1945-1950


(dari Proklamasi sampai RIS) . Retrieved Mei 12, 2022, from

12
pendidikanekonomi.com :
http://www.pendidikanekonomi.com/2012/12/pendidikan-nasional-indonesia-
tahun.html

Wirawan. (2017). Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan


Penelitian. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Wiryopranoto, S., Herlina, N., Marihandono, D., Tangkilisan, Y., & Tim Museum
Kebangkitan Nasional. (2017). PERJUANGAN KI HAJAR DEWANTARA :
DARI POLITIK KE PENDIDIKAN. Jakarta: Museum Kebangkitan Nasional
Direktorat Jendrak Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Yudiaatmaja, F. (2013). KEPEMIMPINAN: KONSEP, TEORI DAN


KARAKTERNYA. Media Komunikasi FPIPS, 29-38.

13

Anda mungkin juga menyukai