Ki Hajar Dewantara
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran kewiraushaan
Guru : Isa Darmawan S.Pd.,M.Si.,M.M
Disusun Oleh :
Nama : Ika Novita Sari
NIS:
i
Kata Pengantar
Tangerang, 2017
Penulis,
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR......................................................................................................... II
BAB I............................................................................................................................ IV
PENDAHULUAN............................................................................................................ IV
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................IV
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................................V
BAB II........................................................................................................................... VI
PEMBAHASAN.............................................................................................................. VI
PENUTUP.................................................................................................................... XIV
A. KESIMPULAN...................................................................................................... XIV
B. SARAN................................................................................................................ XIV
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh dan pelopor pendidikan di
Indonesia, yang mendirikan Perguruan Taman Siswa di tahun 1922.
Di dalam mengelola perguruan tersebut, Ki Hajar memiliki moto
dalam bahasa jawa yang berbunyi: Ing ngarso sung tulodho, ing
madaya mangun karsa, tut wuri handayani.Moto tersebut terjemahan
langsungnya adalah “di depan memberikan teladan, di tengah
menggerakkan, di belakang memberikan dorongan”. Moto tersebut
pada mulanya ditujukan untuk menjadi pedoman untuk membangun
kultur positif antara guru dan murid, namun dalam perkembangannya
konsep tersebut digunakan menjadi konsep kepemimpinan, yang khas
dan asli Indonesia.
iv
Dikotomi atasan bawahan menimbulkan efek berkuasa-tidak berkuasa,
atau setidak-tidaknya mengutamakan tingkatan kekuasaan. Inilah yang
kurang tepat.
B. Rumusan Masalah
1”??
2. Apa saja konsep yang dibuat oleh Ki Hajar Dewantara ?
3. Apa ?
v
BAB II
PEMBAHASAN
vi
Kongres pertama Boedi Oetomo di Yogyakarta juga diorganisasi
olehnya.
Ki Hajar Dewantara juga menjadi anggota organisasi Insulinde,
suatu organisasi multietnik yang didominasi kaum Indonesia yang
memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas
pengaruh Ernest Douwes Dekker. Kemudian Douwes Dekker
mendirikan Indische Partij, beliau diajak juga.
Ketika pemerintah Hindia Belanda berniat mengumpulkan
sumbangan dari pribumi, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari
Perancis pada tahun 1913, timbul reaksi dari kalangan nasionalis,
termasuk Ki Hajar Dewantara. Kemudian ia menulis Satu untuk
Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga (Een voor Allen maar Ook
Allen voor Een).
vii
Kedua, Ing Madyo Mangun Karso. Madyo artinya tengah, mangun
artinya membentuk sesuai keperluannya, sedangkan karso artinya
kehendak. Siapapun pemimpin itu, dia adalah middle manager artinya
apabila mau berfikir dan bertindak konsisten, siapa pun pemimpin itu
pasti punya atasan. Dengan demikian sebagai pemimpin kalau ingin
berhasil dianjurkan untuk dapat membentuk, memperhatikan,
memelihara, dan menjaga kehendak dan keperluan atasan serta
bawahan secara seimbang.
Artinya, seorang pemimpin harus mampu menjadi penyelaras,
penyeimbang, dan sekaligus menyenangkan semuapihak. Dengan
demikian, kearifan seorang pemimpin akan mudah terlihat saat
menjalankan konsep ini.
viii
Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara
lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem
Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong
penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan
patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi
pembacanya.
ix
memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda.
Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral
Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak
pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913. Alasan penolakannya
adalah karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa
nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang
pemerintah kolonial Belanda.
“Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat
membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan
untuk menentang pemerintah kolonial Belanda”
x
Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat
tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku
Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu
untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan Seandainya Aku
Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr.
Douwes Dekker itu antara lain berbunyi:
xi
Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo merasakan rekan
seperjuangan diperlakukan tidak adil. Mereka pun menerbitkan tulisan
yang bernada membela Soewardi. Tetapi pihak Belanda menganggap
tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada
pemerinah kolonial. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman
internering. Douwes Dekker dibuang di Kupang dan Cipto
Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda. Namun mereka
menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa
memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya
mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai
bagian dari pelaksanaan hukuman.
Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah
pendidikan dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi
Soeryaningrat berhasil memperoleh Europeesche Akte.
Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun 1918. Di tanah air ia
mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat
perjuangan meraih kemerdekaan.
xii
“Ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional,
Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional
Tamansiswa) pada 3 Juli 1922”
xiii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepemimpinan adalah seni dan ilmu untuk mempengaruhi orang
lain untuk mencapai tujuan bersama.Dalam mencapai tujuan bersama
seorang pemimpin harus menjalankan amanah sesuai yang diharapkan
oleh para anggotanya. Begitupun para anggotanya harus dapat
berkoordinasi dan mendukung segala jenis program yang ditetapkan
oleh pemimpinnya dalam mencapai suatu tujuan untuk kepentingan
bersama.
E. Saran
Jadilah orang yang tegas dan disiplin, rasional tapi juga tulus, mempunyai
kualitas-kualitas dan ciri-ciri sebagai pemimpin yang efektif; seperti berintegritas,
beretika, mempunyai visi dan misi yang jelas, berani membuat
tindakan/keputusan, berani menempuh resiko, memberikan rewards dan
punishment, membawa dan melakukan perubahan, memenuhi target yang
diharapkan, dan bertanggung-jawab dan akuntabel atas keputusannya, serta masih
banyak lagi kualitas lainnya.
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Hamlin, R. 2007. Developing effective leadership behaviours: the value of
evidence based management. Business Leadership Review IV:IV October 2007,
UK
xv