Anda di halaman 1dari 114

PENGARUH SENAM REMATIK TERHADAP TINGKAT

NYERI SENDI PADA LANSIA BERESIKO DI PANTI SOSIAL


TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Program Studi Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh:
Melania Nurul Majidah
NIM 4002180073

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA BANDUNG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH SENAM REMATIK TERHADAP TINGKAT


NYERI SENDI PADA LANSIA BERESIKO DI PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI

MELANIA NURUL MAJIDAH


NIM 4002180073

Bandung, Agustus 2022

Mengesahkan,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Erlina Fazriana S.Kp.,M.Kep Gebi Elmi Nurhayati, MAN


NIK.432120505034 NIDN. 0419038503
Penguji Utama Penguji Pendamping

NIK. NIK.

ii
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH SENAM REMATIK TERHADAP TINGKAT


NYERI SENDI PADA LANSIA BERESIKO DI PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI

MELANIA NURUL MAJIDAH


NIM 4002180073

Bandung, Mei 2022

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Erlina Fazriana S.Kp.,M.Kep Gebi Elmi Nurhayati, MAN

NIK.432120505034 NIDN. 0419038503

iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Melania Nurul Majidah NIM : 4002180073

Tanda tangan : Tanggal : Agustus 2022

iv
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Melania Nurul Majidah

NIM : 4002180073

Program Studi : Sarjana Keperawatan

Peminatan : Ilmu Keperawatan

Menyatakan bahwa skrispsi dengan judul “PENGARUH SENAM REMATIK

TERHADAP TINGKAT NYERI SENDI PADA LANSIA BERESIKO DI

PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI” ini beserta seluruh

isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung resiko/sanksi apabila dikemudian hari ditemukan adanya

pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Bandung, Agustus 2022


yang membuat pernyataan,

Melania Nurul Majidah

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN

v
PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik STIKes Dharma Husada Bandung, saya yang bertanda tangan
di bawah ini:

Nama : Melania Nurul Majidah

NIM : 4002180073

Program Studi : Sarjana Keperawatan

Peminatan : Ilmu Keperawatan

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada STIKes


Dharma Husada Bandung Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENGARUH SENAM REMATIK TERHADAP TINGKAT NYERI SENDI PADA


LANSIA BERESIKO DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI”.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini STIKes Dharma Husada Bandung berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan
tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Bandung, Agustus 2022


Yang menyatakan

Melania Nurul Majidah

Program Studi Sarajana Keperawatan

vi
STIKes Dharma Husada Bandung
2022

ABSTRAK

Melania Nurul Majidah


PENGARUH SENAM REMATIK TERHADAP TINGKAT NYERI SENDI PADA
LANSIA BERESIKO DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI

Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan, yang terjadi
proses penuaan secara alamiah khususnya kemunduran fisik atau penyakit. Penyakit yang
kerap dialami oleh lansia adalah penyakit sendi yaitu penyakit rematik, dan senam
rematik adalah salah satu cara untuk menghilangkan rasa nyeri pada sendi serta inflamasi
pada sendi. Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan penelitian dengan judul
Pengaruh senam rematik terhadap tingkat nyeri sendi pada lansia beresiko di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Pertiwi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh senam
rematik terhadap tingkat nyeri sendi pada lansia beresiko di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Pertiwi. Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, dengan
menggunakan desain Quasy Experimental dan Rancangan desain yang digunakan yaitu
Pretest – Post test. Populasi penelitian adalah lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Pertiwi, yang terdiri dari 20 orang, dengan sampel 16 orang responden menggunakan
sampel teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data berupa data primer yang
diperoleh dari instrumen penelitian, yaitu instrumen SOP (Standart Operasional Prosedur)
dan Numeric Rating Scale (NRS), serta menggunakan analisis univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh senam rematik terhadap
penurunan nyeri sendi pada lansia beresiko di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi.

Kata Kunci : Rematik, Senam Rematik, Nyeri Sendi. Lansia Beresiko


Kepustakaan : 31 buah (2011-2021)

vii
Nursing Program Studi
STIKes Dharma Husada Bandung
2022

ABSTRACT

Melania Nurul Majidah


THE EFFECT OF RHEUMATIC EXERCISES ON THE LEVEL OF JOINT PAIN
IN THE RISK OF ELDERLY AT TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI SOCIAL
HOME
The elderly is an advanced stage of a life process characterized by a decrease in the
body's ability to adapt to environmental stress, which occurs naturally in the aging
process, especially the physical decline or disease. Diseases that are often experienced
by the elderly are joint diseases, namely rheumatic diseases, and rheumatic exercise is
one way to relieve joint pain and inflammation in the joints. Based on that, the
researcher conducted a study with the title the effect of rheumatic exercises on the level
of joint pain in the risk of elderly at Tresna Werdha Budi Pertiwi social home. This study
aims to examine the effect of rheumatic exercise on the level of joint pain in the risk of
elderly At Tresna Werdha Budi Pertiwi social home. This research method uses
quantitative research, using a Quasy Experimental design and the design used is Pretest-
Post test. The research population was the elderly at the Tresna Werdha Budi Pertiwi
Social Home, which consisted of 20 people, With a sample of 16 respondents using a
purposive sampling technique as a sample. Data collection methods in the form of
primary data obtained from research instruments, namely the SOP instrument (Standard
Operating Procedure) and the Numeric Rating Scale (NRS), with using univariate and
bivariate analysis. The results of the study indicate that there is an effect of the effect of
rheumatic exercises on the level of joint pain in the risk of elderly at Tresna Werdha Budi
Pertiwi social home.

Key words : Rheumatic, Rheumatic Exercise, Joint Pain, The Risk Of Elderly
Bibliography : 31 pieces (2011-2021)

viii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena kehendak serta kasih

sayang-nya saya diberi kemampuan untuk menyelesaikan proposal penelitian

yang berjudul “PENGARUH SENAM REMATIK TERHADAP TINGKAT

NYERI SENDI PADA LANSIA BERESIKO DI PANTI SOSIAL TRESNA

WERDHA BUDI PERTIWI”. Penulisan proposal ini dibuat dalam rangka untuk

menyelesaikan tugas program studi sarjana keperawatan STIKes Dharma Husada

Bandung.

Saya menyadari bahwa tanpa bantuan, perhatian, pengertian, bimbingan,

arahan, dan kesabaran dari berbgai pihak yang terkait akhirnya proposal ini dapat

terselesaikan. Oleh sebab itu, saya mengucapkan penghargaan dan terima kasih

kepada :

1. Dr. Dra. Suryani, Dipl.Mid.,M.M selaku ketua STIKes Dharma Husada

Bandung.

2. Irma Nur Amalia, M.Kep selaku ketua prodi sarjana keperawatan STIKes

Dharma Husada Bandung

3. Erlina Fazriana, M.Kep selaku pembimbing utama yang telah mendorong

dan memberi nasihat selama proses pembuatan proposal.

4. Gebi Elmi Nurhayati , MAN selaku pembimbing pendamping yang telah

membimbing dan mengarahankan selama proses pembuatan proposal.

5. Orangtua dan keluarga yang telah memberikan dukungan material dan

moral selama menjalankan studi di STIKes Dharma Husada Bandung

ix
6. Rekan dan sahabat seperjuangan Prodi Sarjana Keperawatan yang telah

menemani selama pembuatan skripsi di STIKes Dharma Husada Bandung

Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas

segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.

Bandung, Mei 2022

Penuls

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.................................................v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN...................................................vi
PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS.............vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
ABSTRACT...........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR............................................................................................ix
DAFTAR ISI...........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiv
DAFTAR BAGAN...............................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xviii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................5
1. Tujuan Umum..........................................................................................5

2. Tujuan Khusus.........................................................................................6

D. Manfaat Penelitian.......................................................................................6
1. Manfaat Teoritis......................................................................................6

3. Manfaat Praktisi.......................................................................................6

E. Ruang Lingkup Penelitian............................................................................8


BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................9
A. Penelitian Terdahulu....................................................................................9
B. Tinjauan Teori............................................................................................12
1. Konsep Rematik....................................................................................12

2. Konsep Nyeri Sendi...............................................................................19

xi
4. Konsep Senam Rematik........................................................................30

5. Lansia Beresiko.....................................................................................34

6. Kerangka Teori......................................................................................43

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................47


A. Kerangka Konseptual.................................................................................47
B. Hipotesis Penelitian....................................................................................48
C. Definisi Operasional Variabel....................................................................48
D. Rancangan penelitian.................................................................................51
1. Jenis penelitian......................................................................................51

2. Pendekatan waktu pengumpulan data...................................................52

3. Populasi dan sampel penelitian.............................................................52

4. Instrumen penelitian..............................................................................54

5. Metode pengumpulan data....................................................................54

6. Teknik pengolahan dan analisis data.....................................................55

7. Jadwal Penelitian...................................................................................59

8. Etika Penelitian......................................................................................59

BAB IV ASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................62


A. Hasil Penelitian..........................................................................................62
1. Data Umum Responden.........................................................................62

2. Data Khusus Responden........................................................................64

3. Uji Bivariat Analisis Wilcoxon.............................................................65

4. Hasil Analisis Skala Nyeri Sendi Pada Lansia Beresiko

Sebelum Dilakukan Senam Rematik Di Panti Sosial

xii
Tresna Werdha Budi Pertiw..................................................................66

5. Hasil Analisis Perbandingan Skala Nyeri Sendi Pada Lansia Beresiko


Sesudah Dilakukan Senam Rematik Di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Pertiwi...........................................................................................67

6. Analisis pengaruh senam rematik terhadap tingkat nyeri sendi pada


lansia beresiko di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi................67

B. Pembahasan................................................................................................68
1. Pengaruh senam rematik terhadap tingkat nyeri sendi pada lansia
beresiko di panti sosial tresna werdha budi pertiwi...............................68

2. Nyeri Sendi Pada Lansia Beresiko Sebelum Dilakukan Senam Rematik


Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi........................................70

3. Nyeri Sendi Pada Lansia Beresiko Setelah Dilakukan Senam Rematik


Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi........................................70

4. Pengaruh Senam Rematik Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada


Lansia Beresiko Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi.............71

5. Keterbatasan Penelitian.........................................................................72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................73


A. Kesimpulan................................................................................................73
B. Saran...........................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................77

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu.............................................................................10

Tabel 2. 2 Klasifikasi Nyeri...................................................................................24

Tabel 2. 3 Farmakologis.........................................................................................28

Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel9

Tabel 3. 2 Jadwal Penelitian60

xiv
xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2. 1 Kerangka Teori....................................................................................46

Bagan 3. 1 Kerangka Konseptual 48

xvi
xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Numerical Rating Scale (NRS)...........................................................68

Lampiran 2 SOP Senam Rematik..........................................................................69

xvii
xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Numerical Rating Scale (NRS).........................................................25

Gambar 2. 2 Visual Analogue Scale (VAS)..........................................................26

Gambar 2. 3 Face Pain Rating Scale......................................................................27

Gambar 2. 4 Behavioral Pain Scale (BPS).............................................................27

xviii
1

BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Lansia merupakan fase kehidupan manusia yang telah mencapai

usia 60 tahun keatas. Dalam fase ini, mengalami berbagai perubahan baik

secara fisik, mental maupun sosial. Perubahan yang bersifat fisik antara

lain adalah penurunan kekuatan fisik, stamina dan penampilan. Secara

umum seseorang dikatakan lanjut usia beresiko apabila usianya 65 tahun

ke atas. Menurut Depkes RI (2013), batasan umur lansia terbagi kedalam

beberapa bagian, yaitu menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa

vibrilitas; usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium); serta usia lanjut

(65 tahun <) sebagai masa senium. Lansia bukan suatu penyakit, namun

merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan

penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.

Pada Lansia terjadi proses penuaan secara alamiah yang berarti

seseorang telah melalui tiga tahap, yaitu anak, dewasa, dan tua, serta

secara biologis maupun psikologis. Lansia mengalami berbagai

kemunduran, misalnya kemunduran fisik ditandai dengan kulit

mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang

jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur

tubuh tidak proporsional (Nugroho, 2010).

Berdasarkan WHO 2016 (World Health Organizatition) terdapat

sebanyak 335 juta di dunia yang mengalami nyeri sendi rematik,

sedangkan di Indonesia tercatat sebanyak 67,4% orang lansia yang

1
2

mengalami nyeri pada sendi. Menurut data dari Riskesdas tahun 2013

menunjukkan sebanyak 4,7% penduduk di Indonesia menderita penyakit

nyeri sendi. Riset Kesehatan Dasar Nasional tahun 2018 menunjukan

prevalensi penyakit sendi pada lansia di Indonesia tercatat sekitar 65%,

sedangkan jumlah penderita nyeri sendi di Jawa Barat mencapai 32,1.

Dikutip dalam UU RI No.13 Tahun 1998 Bab 1 Pasal 1 yang berbunyi

Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun (enam

puluh) tahun keatas, Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan

penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa

keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang

memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan pemenuhan

kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri,

keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban

asasi manusia sesuai dengan Pancasila, Lanjut Usia Potensial adalah lanjut

usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang

dapat menghasilkan barang dan/atau jasa, Lanjut Usia Tidak Potensial

adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya

bergantung pada bantuan orang lain, Masalah yang sering terjadi pada

lansia salah satunya nyeri karena radang pada persendian yaitu rematik.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Nasional (RisKesDas

Nasional) tahun 2018 proporsi tingkat ketergantungan lansia usia 60 tahun

ke atas dengan penyakit rematik di Indonesia sebanyak 67,4% lansia

mandiri, 28,4% lansia ketergantungan ringan, 1,5% lansia ketergantungan


3

sedang, 1,1% lansia ketergantungan berat, dan 1,5% lansia ketergantungan

total

Rematik adalah peradangan kronis, autoimun, sistemik, penyakit

progresif tanpa diketahui yang menyebabkan kerusakan progresif pada

skeletal, yang melibatkan sendi kecil dan besar dan terkemuka untuk rasa

sakit, kelainan bentuk dan bahkan tulang dan tulang rawan yang tidak

dapat dipulihkan. Merupakan gangguan peradangan kronis autoimun atau

respon autoimun, dimana imun seseorang bisa terganggu dan turun yang

menyebabkan hancurnya organ sendi dan lapisan terutama pada tangan,

kaki dan lutut (Sakti & Muhlisin, 2019); (Masruroh & Muhlisin, 2020).

Sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap sepele terhadap

penyakit Rematik, karena sifatnya yang seolah-olah tidak menimbulkan

kematian padahal rasa nyeri yang ditimbulkan sangat menghambat

seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Nurwulan, 2017).

Penatalaksanaan pada lansia dengan dengan rematik antara lain

nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi farmakologis yang digunakan

untuk mengontrol nyeri adalah analgesic non-opiat, analgesic opiate dan

adjuvant sedangkan terapi non-farmakologis adalah relaksasi,

kompres/rendam air dingin/panas, serta senam rematik untuk

menghilangkan rasa nyeri pada sendi serta inflamasi pada sendi (Prasetyo,

2010).

Senam rematik memiliki dampak psikologis langsung yaitu

membantu memberi perasaan santai, mengurangi ketegangan dan


4

meningkatkan perasaan senang karena saat senam kelenjar pituari

menambah produksi beta. Senam juga memperlancar penyaluran saraf

didalam otak yaitu meningkat neurotransmitter parasimpatis

(norepinephrine, dopamine, dan serotonin). Teknik senam rematik juga

menormalkan denyut jantung dan tekanan darah. Riset membuktikan

bahwa Teknik ini meningkatkan produksi beta yang dapat mengurangi

rasa nyeri pada penderita rematik (Kuntaraf, 2010).

Senam rematik merupakan senam yang berfokus pada

mempertahankan lingkup gerak sendi secara maksimal. Tujuan dari senam

rematik ini yaitu mengurangi nyeri sendi dan menjaga jasmani penderita

rematik. Keuntungan lain dari senam rematik yaitu tulang menjadi lebih

lentur, otot tetap kencang, memperlancar peredaran darah, menjaga kadar

lemak darah tetap normal, tidak mudah mengalami cidera, dan kecepatan

reaksi sel tubuh menjadi lebih baik (Heri, 2014).

Senam rematik dibuktikan dengan beberapa hasil penelitian

tentang pemberian senam rematik pada lansia, tentang kegiatan non

farmakologis berupa fisik yang diberikan pada penderita osteoarthritis

terbukti berpengaruh dalam penurunan nyeri sendi dan memberikan efek

positif dalam meningkatkan kekuatan sendi. Salah satunya adalah senam

rematik, yang merupakan salah satu dari olahraga fisik yang sederhana dan

mudah dilakukan yang dapat mempengaruhi penurunan nyeri sendi dan

memberikan efek positif dalam meningkatkan kekuatan sendi

(Nurhidayah, 2012).
5

Peneliti telah melakukan observasi atau studi pendahuluan di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi, terdapat 16 dari 20 orang lansia

bersiko yang mengalami penyakit sendi yaitu penyakit rematik. Maka

berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, peneliti

bermaksud untuk melakukan penelitian yang diberi judul "Pengaruh senam

rematik terhadap tingkat nyeri sendi pada lansia beresiko di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Pertiwi".

2. Identifikasi Masalah

Fenomena yang terjadi di masyarakat yaitu tingginya angka

kejadian dan masalah penyakit rematik pada lansia di masyarakat yang

menyebabkan lansia mengalami hambatan fisik atau mengalami kekakuan

sendi saat beraktivitas. senam rematik dilakukan karena caranya yang

cukup mudah dan efisien, tetapi sangat bermanfaat dan berkhasiat untuk

menurunkan nyeri. Dengan demikian, peneliti ini bermaksud untuk

mengetahui apakah senam rematik dapat berpengaruh terhadap tingkat

nyeri sendi pada lansia beresiko di Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Pertiwi?

3. Tujuan Penelitian

4. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui

dan menganalisis tentang pengaruh senam rematik terhadap tingkat


6

nyeri sendi pada lansia beresiko di Panti Sosial Tresna Werdha

Budi Pertiwi.

5. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi rata-rata skala nyeri sendi pada lansia

sebelum dilakukan senam rematik pada lansia beresiko di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi

b. Mengidentifikasi rata-rata skala nyeri sendit pada lansia

sesudah dilakukan senam rematik pada lansia beresiko di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi

c. Menganalisis pengaruh senam rematik terhadap tingkat nyeri

sendi pada lansia beresiko di Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Pertiwi

6. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam

upaya pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan tentang

senam rematik sebagai terapi non farmakologis sederhana untuk

lansia yang berkaitan dengan nyeri.

7. Manfaat Praktisi

a. Bagi mahasiswa
7

Diharapkan mahasiswa dapat menjadikan hasil penelitian ini

untuk memahami bagaimana senam rematik dapat berpengaruh

terhadap tingkat nyeri sendi pada lansia

b. Bagi lanjut usia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dapat memberikan

informasi dan meningkatkan pengetahuan pada lansia yang

mengalami masalah rematik untuk melakukan senam rematik

c. Bagi masyarakat

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada

masyarakat tentang upaya pencegahan dan senam yang efektif

bagi penderita rematik

d. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data penunjang

penelitian selanjutnya mengenai manfaat senam rematik

terhadap penurunan nyeri pada lanjut usia dan dapat

mengembangkan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan

judul ini.

e. Bagi institusi

Diharapkan dpat digunakan sebagai bahan referensi atau bahan

bacaan di perpustakaan untuk mahasiswa/i khususnya yang

berkaitan dengan pengaruh senam rematik terhadap tingkat

nyeri sendi pada lansia.


8

8. Ruang Lingkup Penelitian


Berdasarkan pembahasan diatas peneliti akan melakukan penelitian

mengenai pengaruh senam rematik terhadap tingkat nyeri pada lanisa.

Penelitian ini akan menggunakan penelitian kuantitatif eksperimental

dilakukan untuk menguji efektif atau tidaknya variable. Penelitian ini akan

dilaksanakan pada bulan Juni 2022 Tempat penelitian ini akan

dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi.


9

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu
Sebagai acuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian, maka

penelti memerlukan penelitian terdahulu sebagai referensi agar dapat

memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang

dilakukan. Seperti yang disampaikan oleh para ahli bahwa penelitian

terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan dan

selanjutnya untuk menemukan inspirasi baru untuk penelitian selanjutnya

di samping itu kajian terdahulu membantu penelitian dalam memposisikan

penelitian serta menunjukkan orsinalitas dari penelitian. Peneliti

mengambil 3 referensi penelitian terdahulu, yaitu, pertama penelitian dari

Chichi Hafifa Transyah (2020) dengan judul Pengaruh Senam Rematik

Terhadap Skala Nyeri Lansia Dengan Rheumatoid Arthritis, Niken

Suwastika (2020) dengan judul Pengaruh Senam Rematik terhadap

Kemandirian Lansia dalam Melakukan Activity Of Daily Living (ADL) di

Panti Werdha,serta Vivi Meliana Sitinjak (2016) Pengaruh Senam

Rematik terhadap Perubahan Skala Nyeri pada Lanjut Usia dengan

Osteoarthritis Lutut

9
10

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian


Penelitian
Chichi Hafifa Pengaruh Senam Dari 20 artikel telah di kelompokan
Transyah Rematik tujuan nya yaitu untuk mengurangi
(2020) Terhadap Skala nyeri pada penderita rematik dan
Nyeri Lansia menjaga jasmani lebih baik ,
Dengan dengan menggunakan metode
Rheumatoid review jurnal mengenai pengaruh
Arthritis senam rematik . 6 diantaranya
sesuai dengan kriteria inklusi yaitu,
membahas senam rematik terhadap
skala nyeri lansia dengan
rheumatoid arthritis, 7 artikel
membahas tentang senam rematik,
9 artikel membahas tentang
rematik, 6 artikel membahas
tentang pengaruh senam rematik
terhadap nyeri pada rematik, 5
artikel membahas tentang senam
lansia terhadap penurunan nyeri
sendi, 1 artikel membahas tentang
pelatihan intensitas tinggi terhadap
pengurangan nyeri rematik. Hasil
penelitian terdapat ada pengaruh
senam rematik terhadap perubahan
skor nyeri sendi lanjut usia dengan
rheumatoid dan senam rematik
dapat menurunkan skala nyeri pada
lansia.
Persamaan: Persamaan dalam penelitian tersebut dengan penelitian
yang akan di teliti sama-sama memiliki fokus penelitian tentang senam
rematik dan tingkat nyeri sendi. Dengan objek penelitiannya lansia.
Perbedaan: Dalam penelitian terdapat perbedaan penggunaan metode
penelitian yaitu menggunakan literatur review, peneliti akan
menggunakan metode quasy experimental, serta kategori objek
penelitiannya yang berfokus kepada lansia beresiko.
Niken Pengaruh Senam Dari 15 jurnal ini sepuluh
Suwastika Rematik penelitian (66,6%) menunjukkan
11

(2020) terhadap efektifitas senam rematik terhadap


Kemandirian kemampuan aktivitas lansia.
Lansia dalam Artinya, senam rematik ini
Melakukan memberikan efek yang signifikan
Activity Of terhadap perubahan kemampuan
Daily Living aktivitas sehari-hari lansia
(ADL) di Panti
Werdha
Persamaan: Persamaan penelitian ini terletak pada fokus penelitian
yaitu penyakit rematik, dan penggunaan metode penelitian yang sama
quasy experimental
Perbedaan: Perbedaan dari penelitian tersebut dan penelitian yang
akan dilakukan terletak pada variabel dependennya. Penelitian
sebelumnya meneliti variabel activity of daily living (ADL), sedangkan
penelitian yang akan dilakukan adalah variabel tingkat nyeri sendi.
Vivi Meliana Pengaruh Senam Penelitian telah dilaksanakan sejak
Sitinjak (2016) Rematik bulan Januari sampai Februari 2016
terhadap di Panti Werdha Sinar Abadi Kota
Perubahan Skala Singkawang. Karakteristik usia
Nyeri pada responden terbanyak pada
Lanjut Usia kelompok perlakuan adalah
dengan kelompok umur 60-74 tahun yang
Osteoarthritis memiliki persentase sebesar 58,3%.
Lutut Pada kelompok kontrol kelompok
umur 60- 74 tahun juga menjadi
usia mayoritas dengan persentase
sebesar 66,7%.Skala nyeri Pretest
kelompok control memiliki
persentase sebesar 75% pada nyeri
berat terkontrol (rentang skala nyeri
7–9) dan sebesar 25% pada nyeri
sedang (rentang skala nyeri 4-6).
Skala nyeri Post test pada
kelompok kontrol yang mengalami
nyeri berat terkontrol sebanyak 7
orang (58,3%) dan mengalami
nyeri sedang sebanyak 5 orang
(41,7%). Skala nyeri Pretest
kelompok perlakuan sebesar 75%
pada nyeri berat terkontrol (rentang
12

skala nyeri 7-9) dan sebesar 25%


pada nyeri sedang (rentang skala
nyeri 4–6). Pada skala nyeri
sesudah senam rematik (Skala nyeri
Post test), kelompok perlakuan
mengalami nyeri sedang sebanyak
11 orang (91,7%) dan mengalami
nyeri ringan 1 orang
(8,3%).Dengan demikian hipotesis
yang menyatakan ada pengaruh
pemberian senam rematik terhadap
perubahan skala nyeri sendi pada
lansia dengan OA lutut terbukti
dengan adanya perubahan skala
nyeri yang signifikan sesudah
pemberian senam rematik
Persamaan: Persamaan penelitan tersebut terletak pada objek
penelitian yaitu lansia dan fokus yang sama yaitu senam rematik dan
penggunaan metode penelitian yang sama yaitu quasy eksperimental.
Perbedaan: Terdapat perbedaan antara penelitian tersebut dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu terhadap penggunaan teknik
sampling menggunakan non probability sampling.

2. Tinjauan Teori

1. Konsep Rematik

a. Definisi Rematik

Rematik merupakan cabang ilmu penyakit dalam yang

mempelajari tentang penyakit pada sendi, tendon, ligamen, jaringan

halus, dan otot. Reumatologi juga merupakan sub spesialisasi dari

kedokteran anak karena banyak penyakit dalam reumatologi yang

telah terjadi sejak usia bayi. Reumatologi berasal dari kata rheuma,
13

yang berarti hal-hal yang berhubungan dengan sendi. Seseorang

spesialis dalam bidang ini dkenal sebagai dokter ahli reumatologi

(Hermayudi & Ariani, 2017). Rematik adalah kelainan sendi kronik

yang disebabkan karena ketidakseimbangan sintesis dan degradasi

pada sendi, matriks ekstraseluler, kondrosit serta tulang subkondral

pada usia tua (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

b. Jenis Rematik

Penyakit rematik dapat di sebabkan oleh trauma, kelainan

genetic, kelainan bawaan, penyakit autoimun,atau penyakit lainnya

seperti kanker. Berikut ini merupakan berapa jenis penyakit yang

paling umum pada rematik, yaitu:

1) Osteoarthritis

Osteoarthritis yaitu jenis radang sendi yang paling

umum. Terutama mempengaruhi dan menghancurkan tulang

rawan, jaringan lunak yang melindungi ujung tulang di dalam

persendian. Osteoarthritis terjadi akibat rusaknya kartilago yang

melindungi dan memberi bantalan bagi sendi hal ini

menyebabkan tulang cenderung bersentuhan satu sama lain

sehingga bergesekan saat bergerak yang menyebabkan

timbulnya rasa sakit dan kaku (Hermayudi & Ariani, 2017).

2) Artritis Reumatoid,
14

Artritis Reumatoid adalah kelainan autoimun dimana

sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang sinovium,

jaringan lunak yang melapisi sendi dan menyebabkan

peradangan. Penyakit ini menyerang persendian dan anggota

gerak. Penyakit ini menimbulkan rasa nyeri dan kaku pada

system muskuloskeletal yang terdiri dari sendi, tulang, otot, dan

jaringan ikat. Artritis rheumatoid dapat menyerang hampir

semua sendi, tetapi yang paling sering adalah sendi pergelangan

tangan,buku-buku jari,lutut dan engkel kaki (Hermayudi &

Ariani, 2017).

3) Fibromyalgia

Fibromyalgia adalah suatu kondisi kronis yang ditandai

dengan titik nyeri dan nyeri lokal di seluruh sistem

musculoskeletal. Fibromalgia sering digunakan untuk merujuk

pada penyakit rematik yang disertai dengan sindrom kelelahan

kronis dan penegangan otot yang menyebabkan pasien

kesuulitan melakukan aktivitas sehari-hari. (Hermayudi &

Ariani, 2017).

4) Lupus Eritematosus Sistemik

Lupus Eritematosus Sistemik merupakan kelainan

autoimun yang menyebabkan peradangan di banyak bagian

tubuh, termasuk persendian, kulit, ginjal, darah, paru-paru,

jantung, dan otak. Pada lupus, sistem kekebalan tubuh akan


15

menyerang jaringan penghubung, sendi dan tendon

(Hermayudi & Ariani, 2017).

5) Gout

Gout adalah sejenis penyakit artritis yang berkembang

saat kristal seperti jarum dari asam urat mengendap di

persendian, paling sering terjadi di jempol kaki. Suatu proses

inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal asam urat pada

jaringan sekitar sendi (Hermayudi & Ariani, 2017).

c. Faktor Resiko

Sudoyo dkk. (2014) menyatakan beberapa faktor resiko

yang berhubungan dengan kejadian rematik. Faktor-faktor tersebut

antara lain, berusia lebih dari 40 tahun; kegemukan dan penyakit

metabolik; cedera sensitif yang berulang; kepadatan tulang yang

berkurang; serta mengalami beban sendi yang terlalu berat.

d. Manifestasi Klinis

Menurut Lukman & Ningsih (2011), manifestasi klinis dari

penyakit rematik terbagi menjadi beberapa macam, yang pada

waktu bersamaan, manifestasi ini tidak timbul sekaligus. Oleh


16

karenanya, manifestasi rematik ini sangat bervariasi. Adapun jenis-

jenis manifestasi klinis dari penyakit rematik antara lain:

1) Gejala-gejala konstitusional

Gejala-gejala konstitusional dari rematik antara lain:

kelelahan, gangguan mual muntah pada saat makan, terjadi

penurunan berat badan, dan suhu tubuh meningkat, bahkan

dapat terjadi kelelahan yang hebat.

2) Nyeri sendi

Keluhan utama yang sering dirasakan setiap

penderita rematik ialah nyeri sendi, jika rematik sampai

menyerang bagian saraf, nyeri sendidapat menjalar jauh

hingga ke seluruh tubuh. Terdapat dua macam nyeri sendi,

yaitu: nyeri sendi mekanis, yaitu nyeri yang biasanya

timbul setelah seseorang melakukan aktivitas atau suatu

kegiatan dan selang beberapa saat nyeri akan hilang setelah

beristirahat, serta nyeri inflamasi (radang), nyeri ini

biasanya timbul ketika seseorang bangun tidur pada pagi

hari dan nyeri biasanya akan menghilang setelah beberapa

saat.

3) Kaku Sendi

Kaku sendi ini terjadi diakibatkan oleh jaringan

dalam tubuh yang mengalami peradangan akibat desakan

cairan, seperti kapsul sendi, sinovial, atau bursa. Pada


17

umumnya kaku sendi ini terjadi pada bagian pinggul, tulang

belakang dan lutut. Kekakuan sendi yang terjadi pada

rheumatoid arthritis dan osteoarthritis berbeda, pada

osteoarthritis biasanya berlangsung kurang dari satu jam

atau hanya beberapa menit saja.

4) Gangguan Fungsi Sendi

Gangguan fungsi sendi ditandai dengan sendi yang

tidak dapat berfungsi secara normal, hal ini terjadi karena

seseorang menekuk posisi persendian tersebut untuk

menghilangkan rasa nyeri.

5) Sendi Tidak Stabil

Penyakit ini terjadi karena adanya trauma pada

bagian kapsul sendi serta kerusakan pada sendi.

6) Sendi Berbunyi

Sendi berbunyi dengan terjadinya krepitasi ketika

sendi sedang digerakkan, kerusakan tersebut dapat terjadi

pada bagian rawan sendi, tulang, dan tendon sinovial.

e. Penatalaksanaan Pengobatan

Tujuan pengobatan adalah upaya untuk menekan aktivitas

penyakitnya sehingga menghambat progresifitas penyakit serta

mencegah kecacatan, mengatasi nyeri, dan memperbaiki kualitas


18

hidup (Kalim, 2019). Penatalaksaan pengobatan dapat terdiri dari

dua jenis, yaitu penatalaksanaan farmakologi dan Non

Farmakologi.

1) Penatalaksanaan farmakologi

Pengobatan dengan obat OAINS (Obat Anti-

Inflamasi NonSteroid) diberikan sejak dini untuk mengatasi

nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai. Obat

tersebut antara lain Aspirin, Ibuprofen, Diklofenak dan

Meloksikam. Pemberian obat ini pada pasien dengan umur

dibawah 65 tahun dapat dimulai dengan pemberian dosis 3

- 4x1 g/hari, kemudian dinaikkan 0,3 - 0,6 g/minggu sampai

terjadi perbaikan atau gejala toksik. Dengan dosis terapi 20-

30 mg/dl.

2) Penatalaksanaan Non Farmakologi

Pengobatan dengan non farmakologi, mencakup

suatu intervensi perilaku kognitif dan dengan penggunaan

agen-agen fisik. Tujuannya adalah untuk mengubah

persepsi penderita tentang penyakit, mengubah perilaku,

dan memberikan rasa pengendalian yang lebih besar

(Kalim, 2019). Penatalaksanaan non farmakologi meliputi:

a) Edukasi pada pasien mengenai penyakitnya,

perjalanan penyakit, obatobatan, dan efek samping

pengobatan.
19

b) Terapi senam rematik dan rehabilitasi penting untuk

mempertahankan fungsi sendi dan kekuatan otot.

c) Diet, umumnya penderita rheumatoid arthritis

memiliki komorbiditas atau penyakit penyerta

kardiovaskular, sehingga penting untuk melakukan

diet rendah gula dan rendah lemak.

d) Istirahat Ketika lansia merasakan nyeri, maka lansia

diharuskan untuk beristirahat. Istirahat tidak boleh

berlebihan karena akan menyebabkan kekakuan

pada sendi. Aktivitas atau latihan gerak merupakan

terapi

latihan untuk memelihara serta meningkatkan

kekuatan otot.

2. Konsep Nyeri Sendi

a. Definisi Nyeri Sendi

Wiarto (2017) menyatakan bahwa nyeri adalah pengalaman

sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat

kerusakan jaringan, baik aktual maupun pontensial. Sementara

Judha dkk, (2016), mendefinisikan nyeri sebagai pengalaman yang

tidak menyenangkan baik sensori maupun emosional yang


20

berhubungan dengan resiko atau aktualnya kerusakan jaringan

tubuh.

Nyeri merupakan suatu keadaan yang lebih dari sekedar

sensasi tunggal yang di sebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri

bersifat subyektif dan sangat bersifat subyektif dan sangat bersifat

individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik

dan/atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan

actual atau pada funsi ego seorang individu (Judha et al., 2016).

Nyeri sendi adalah suatu peradangan sendi yang ditandai

dengan pembengkakan sendi, warna kemerahan, panas, nyeri dan

terjadinya gangguan gerak. Pada keadaan ini lansia sangat

terganggu, apabila lebih dari satu sendi yang terserang. Nyeri sendi

merupakan pengalaman subjektif yang dapat memengaruhi kualitas

hidup lansia termasuk gangguan aktivitas fungsional lansia (Dida,

2018).

b. Etiologi Nyeri Sendi

Nyeri sendidapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu

trauma, mekanik, thermos, elektrik, neoplasma (jinak dan ganas),

peradangan (inflamasi), gangguan sirkulasi darah dan kelainan

pembuluh darah serta yang terakhir adalah trauma psikologis

(Handayani, 2015).
21

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri Sendi

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri sendi,

yaitu diantara sebagai berikut:

1) Usia

Usia merupakan variabel penting yang

mempengaruhi nyeri, khususnya pada lansia. Kebanyakan

lansia hanya menganggap nyeri yang dirasakan sebagai

proses menua. Perbedaan perkembangan antara kelompok

usia lansia dan anak-anak dapat mempengaruhi bagaimana

mereka bereaksi terhadap nyeri (Andarmoyo, 2013).

Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan

memahami nyeri dan prosedur yang dilakukan perawat

yang menyebabkan nyeri. Sebab mereka belum dapat

mengucapkan kata-kata untuk mengungkapkan secara

verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orangtua atau

petugas kesehatan. Pada pasien lanisa, seorang perawat

harus melakukan pengkajian secara lebih rinci Ketika

seorang lansia melaporkan adanya nyeri. Pada kondisi

lansia sering kali memiliki sumber nyeri lebih dari satu

(Andarmoyo, 2013).

2) Makna Nyeri

Makna nyeri adalah makna seseorang yang

dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri


22

dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Individu

akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda

apabila nyeri tersebut memberikan ancaman,suat

kehilangan,hukuman dan tantangan (Andarmoyo, 2013).

3) Jenis kelamin

Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara

bermakna dalam berespons terhadap nyeri. Diragukan

apakah hanya jenis kelamin saja yang merupakan suatu

faktor dalam pengekspresikan nyeri. Beberapa kebudayaan

yang mempengaruhi jenis kelamin mengaggap bahwa

seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh

menangis dalam situasi yang sama. Toleransi nyeri sejak

lama telah menjadi subjek penelitian yang melibatkan pria

dan Wanita (Andarmoyo, 2013).

4) Keletihan

Keletihan dapat meningkatkan persepsi nyeri. Rasa

kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan

menurunkan kemampuan koping lansia. Apabila keletihan

disertai kesulitan tidur,persepsi nyeri bahkan dapat terasa

lebih berat (Andarmoyo, 2013).

5) Pengalaman Sebelumnya

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri.

Pengalaman nyeri sebelumnya tidak berarti bahwa


23

individu tersebut akan lebih mudah menerima nyeri pada

masa yang akan datang. Nyeri yang dirasakan terdahulu

hanya sebagai gambaran pada nyeri yang dirasakan saat

ini (Andarmoyo, 2013).

6) Dukungan keluarga dan social

Kehadiran orang-orang terdekat dan bagaimana

sikap mereka terhadap klien dapat memengaruhi respons

nyeri. Pasien dengan nyeri memerlukan dukungan,

bantuan dan perlindungan walaupun nyeri tetap dirasakan

namun kehadiran orang yang dicintai akan meminimalkan

kesepian dan ketakutan (Wahyudi & Wahid, 2016).

d. Fisiologi Nyeri

Nyeri dapat dirasakan jika reseptor menginduksi

serabut saraf perifer aferen yaitu serabut A-delta dan serabut C.

Serabut Adelta memiliki myelin, mengimpulskan nyeri dengan

cepat, sensasi yang tajam, jelas melokalisasi sumber nyeri dan

mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C tidak memiliki myelin,

berukuran sangat kecil, menyampaikan impuls yang

terlokalisasi buruk, visceral dan terusmenerus. Ketika serabut

C dan A-delta menyampaikan rangsang dari 12 serabut saraf

perifer maka akan melepaskan mediator biokimia yang aktif

terhadap respon nyeri, seperti : kalium dan prostaglandin yang


24

keluar jika ada jaringan yang rusak. Transmisi stimulus nyeri

berlanjut di sepanjang serabut saraf aferen sampai berakhir di

bagian kornu dorsalis medulla spinalis. Didalam kornu

dorsalis, neurotransmitter seperti subtansi P dilepaskan

sehingga menyebabkan suatu transmisi sinapsis dari saraf

perifer ke saraf traktus spinolatamus. Selanjutnya informasi di

sampaikan dengan cepat ke pusat thalamus (Andarmoyo,

2013).

e. Klasifikasi Nyeri

Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan durasinya,

yang dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri kronik

(Andarmoyo, 2013).

Tabel 2. 2 Klasifikasi Nyeri


Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis
Tujuan /Keuntungan Memperingatkan adanya Tidak ada
cedera atau masalah
Awitan Mendadak Terus menerus atau intermiten
Intensitas Ringan sampai berat Ringan sampai berat
Durasi Durasi singkat(dari Durasi lama 6 bulan atau lebih
beberapa detik sampai 6
bulan)
Respon otonom Konsisten dengan respon Tidak terdapat respon otonom
stress simpatis,
Frekuensi jantung
meningkat,
Volume sekuncup
meningkat, Tekanan
darah meningkat ,
Dilatasi pupil meningkat,
25

Motilitas gastrointestinal
menurun , Aliran saliva
menurun(mulut kering)
Komponen psikologis Ansietas Depresi, Mudah marah,
Menarik diri dan minat dunia
luar, Menarik diri dari
persahabatan
Respon jenis lainnya - Tidur terganggu, Libido
menurun, Nafsu makan
menurun
Contoh Nyeri bedah,trauma Nyeri kanker,artritis,neuralgia
trigeminal

f. Pengukuran Intensitas Nyeri

Intensitas Nyeri atau sering disebut juga skala nyeri

merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan

individu, pengukuran intensitas nyeri sangat sujektif dan

individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas sama

dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda

(Tamsuri, dalam Wiarto, 2017). Menurut Wiarto (2017)

pengukuran nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan

beberapa alat ukur, yaitu :

1) Pasien dapat berkomunikasi

a) Numerical Rating Scale (NRS)

Berat ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat

menjadi terukur dengan mengobjektifkan pendapat

subjektif nyeri. Skala numerik dari 0 hinga 10, nol(0)

merupakan keadaan tanpa nyeri atau bebas nyeri,

sedangkan sepuluh (10) suatu nyeri yang sangat hebat.


26

Gambar 2. 1 Numerical Rating Scale (NRS)


Sumber : Smeltzer & Bare dalam Wiarto (2017)

b) Visual Descriptif Scale (VDS)

Skala berupa garis lurus, tanpa angka. Bisa

mengekspresikan nyeri, arah kiri menuju tidak sakit,

arah kanan sakit tak tertahankan, dengan tengah kira

kira nyeri yang sedang.

c) Skala berupa garis lurus yang panjangnya biasanya

10cm dengan penggambaran verbal pada masing-

masing ujungnya seperti angka 0 (tanpa nyeri)

sampai angka 10(nyeri terberat). Nilai VAS 0-3 =

nyeri ringan, 4-6= nyeri sedang, dan 7-10=nyeri

berat. terberat). Nilai VAS 0-3 = nyeri ringan, 4-6=

nyeri sedang, dan 7-10=nyeri berat.

Gambar 2. 2 Visual Analogue Scale (VAS)


Sumber: Smeltzer & Bare dalam Wiarto (2017)
27

2) Pasien tidak dapat berkomunikasi

a) Face Pain Rating Scale Skala nyeri enam wajah

dengan ekspresi yang berbeda, menampilkan wajah

bahagia hingga sedih, digunakan untuk

mengekspresikan rasa nyeri. Skala ini biasa

dipergunakan mulai anak usia 3 tahun

Gambar 2. 3 Face Pain Rating Scale


Sumber: Smeltzer & Bare dalam Wiarto (2017)

b) Behavioral Pain Scale (BPS)

BPS merupakan skala yang terdiri dari tiga

indikator yaitu ekspresi wajah, pergerakan ekstremitas

atas dan toleransi terhadap ventilasi mekanik.


28

Gambar 2. 4 Behavioral Pain Scale (BPS)

g. Penatalaksanaan Nyeri

1) Farmakologis

Penatalaksanaan nyeri dapat digunakan dengan

analgesik merupakan metode yang paling umum untuk

mengatasi nyeri. Walaupun analgesik dapat menghilangkan

nyeri dengan efektif. Ada tiga jenis analgesik yakni Non

narkotik dan obat antiinflamasi non steroid (NSAID),

analgesik narkotik atau opipat, obat tambahan (adjuvan)

(Andarmoyo, 2013).

Tabel 2. 3 Farmakologis
Kategori Obat Indikasi
ANALGESIK NON-
NARKOTIK
Asetaminofen (Tylenol) Nyeri pasca operasi ringan
Asam asetilsalisifat Demam
(aspirin)
NSAID
Ibuprofen (Motrin,Nuprin) Dismenore
Naproksen Nyeri kepala vaskuler
Indometasin Rheumatoid
29

Tolmetin Cedera atletik jringan lunak


Piroksikam Gout
Keterotak Nyeri pasca operasi,trauma berat
ANALGESIK
NARKOTIK
Memperidin Nyeri kanker
Metimorfin Infark miokard
Morfin sulfat
Fentanyl
Butotanol
Hidromorfin HCL
ADJUVAN
Amitriptilin Cemas
Hidroksin Depresi
Klorpromazin Mual
Diazepam Muntah

2) Non farmakologis

a) Bimbingan antisipasi

Penatalaksanaan Non Farmakologis dengan

bimbingan antisipasi dilakukan dengan memberikan

pemahaman kepada klien mengenai nyeri yang dirasakan

pemahaman yang diberikan bertujuan untuk memberikan

informasi kepada klien dan mencegah salah interpretasi

tentang peristiwa nyeri. Informasi yang diberikan kepada

klien meliputi:

(1) Kejadian, awitan, dan durasi nyeri

(2) Kualitas keparahan dan lokasi nyeri

(3) Informasi keamanan klien telah di pastikan

(4) Metode mengatasi nyeri


30

(5) Penyebab nyeri

(6) Harapan klien selama menjalani procedur

(Andarmoyo, 2013:84).

b) Aplikasi panas dan dingin

Aplikasi panas dan dingin dapat dilakukan dengan

mandi air hangat, bantalan panas, kantong es, pijat es,

kompres panas atau dingin dan mandi rendam hangat atau

dingin. Aplikasi ini secara umum meredakan nyeri dan

meningkatkan penyembuhan jaringan yang luka. Terapi

panas meningkatkan aliran darah, meningkatkan

metabolisme jaringan, menurunkan vasomotor tone, dan

meningkatkan viskoelastisitas koneksi jaringan,

menjadikannya efektif untuk mengatasi kekakuan sendi

dan nyeri. Anugraheni & Wahyuningsih (2013)

menyampaikan, kompres hangat memiliki beberapa

pengaruh meliputi melebarkan pembuluh darah dan

memperbaiki peredaran daerah di dalam jaringan tersebut,

pada otot panas memiliki efek menurunkan ketegangan,

meningkatkan sel darah putih secara total dan fenomena

reaksi peradangan serta adanya dilatasi pembuluh darah

yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah serta

peningkatan tekanan kapiler.

c) Terapi senam rematik


31

Menurut Sangrah (2017) senam rematik

merupakan salah satu metode yang praktis dan efektif

dalam memelihara kesehatan tubuh. Gerakan yang

terdapat dalam senam rematik adalah gerakan yang sangat

efektif, efisien, dan logis karena rangkaian gerakannya

dilakukan secara teratur dan terorganisasi. Saat

melakukan senam rematik tubuh akan mengeluarkan

hormon endorfin yang bermanfaat untuk mengurangi rasa

sakit dan dapat memberikan energi positif.

3. Konsep Senam Rematik

a. Definisi Senam Rematik

Senam Rematik menurut Sangrah (2017) adalah suatu

metode yang baik untuk pencegahan dan meringankan gejala-

gejala rematik serta berfungsi sebagai terapi tambahan terhadap

pasien rematik dalam fase tenang. Senam Rematik adalah olahraga

ringan yang mudah dilakuakan dan tidak memberatkan yang dapat

diterapkan pada lansia dengan rematik. Sedangkan Siregar (2015)

menyatakan bahwa senam rematik merupakan latihan gerak untuk

mencegah dan memberikan efek terapi terhadap gejala peyakit

rematik.terapi ini di tunjukan untuk orang yang sehat atau orang

yang terkena rematik dalam kondisi fase tenang atau kesehatan


32

normal. Semantara Senam rematik didefinisikan oleh Susilowati &

Suratih (2017) sebagai gerakan yang dilakukan secara runtut dan

teratur yang ditujukan untuk penderita penyakit yang berfokus

pada gerakan sendi untuk meregangkan dan menguatkan otot-otot

yang terdapat disendi. Senam rematik dapat dilakukan tiga kali

senam dalam satu minggu dan dapat dilakukan pada waktu pagi

hari.

b. Manfaat Senam Rematik

Menurut Simanjuntak (2018), beberapa manfaat dari senam

rematik, antara lain: memperlancar aliran darah; mengurangi nyeri

sendi; mencegah terjadinya kekakuan sendi; melemaskan otot;

serta meningkatkan kemampuan gerak pada tubuh lansia.

Semantara Sangrah (2017) menyatakan manfaat dari senam

rematik yaitu: tulang menjadi lebih lentur; otot-otot akan menjadi

tetap kencang; memperlancar peredaran darah; menjaga kadar

lemak darah tetap normal; jantung menjadi lebih sehat; serta tidak

mudah mengalami cedera.

c. Tujuan Senam Rematik

Tujuan dari senam rematik menurut Susilowati & Suratih

(2017), antara lain sebagai berikut:


33

1) Meningkatkan kekuatan otot sendi

2) Meningkatkan kekuatan dan mengurangi nyeri sendi

3) Mengurangi kekakuan sendi

4) Meningkatkan kesehatan jasmani lansia

5) Meningkatkan status fungsional lansia

6)

d. Indikasi Senam Rematik

Sangrah (2017) mendefinisikan dua jenis indikasi dari

senam rematik, yaitu klien dengan keluhan nyeri sendi, serta klien

dengan riwayat rematik.

e. Kontra Indikasi Senam Rematik

Sangrah (2017) menjelaskan kontra indikasi dari senam

rematik terdiri dari ibu yang menderita anemia, serta mempunyai

penyakit jantung dan paru paru.

f. Dosis Pemberian Senam Rematik

Dosis senam rematik sebaiknya dilakukan setiap 3x dalam

1 minggu secara signifikan memperbaiki paien- pasien rematik

(Stevenson & Roach, 2012).

1) Prosedur Senam Rematik.


34

Sangrah (2017) menyatakan beberapa cara untuk

melakukan senam rematik, yaitu sebagai berikut:

a) Pemanasan

(1) Gerakan kepala dari arah kanan kiri , atas bawah 8x

hitungan

(2) Angkat kedua tangan dari samping ke arah atas 8x

hitungan

(3) Kaitkan tangan lalu angkat ke arah atas dan bawah

b) Latihan/ gerakan inti

(1) Putar bahu atas kanan kiri ke depan dan ke belakang

(2) Kepalkan kedua tangan lalu dibuka dalam hitungan 8x

(3) Renggangkan tangan dan tekuk siku , dengan gerakan

ke kiri dan ke kanan

(4) Renggangkan tangan dan tekuk siku , dengan gerakan

ke kiri dan ke kanan

c) Pendinginan (cooling down),

(1) Gerakan pendinginan dan gerakan kaki

4. Lansia Beresiko

a. Definisi Lansia beresiko

Menurut Manurung dkk. (2020) lansia adalah seseorang

yang berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor- faktor tertentu


35

tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani,

rohani maupun sosialnya.lansia beresiko adalah mereka yang

berumur 65 tahun ke atas, lansia atau lanjut usia merupakan

kelompok umur pada manusia yang telah memasukin tahapan akhir

dari fase kehidupannya. Pada kelompok yang dikategorikanlansia

ini akan terjadi suat proses yang disebut aging process.

Sementara menurut organisasi Kesehatan dunia (WHO)

lanjut usia meliputi usia pertengahan ialah 45-59 tahun,usia lanjut

adalah 60-70 tahun,dan usia lanjut tua adalah 70-90 tahun dan usia

sangat tua diatas 90 tahun. Berdasarkan beberapa pendapat ahli

diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kategori lansia beresiko

adalah rentang usia 65 keatas. Dan kategori lansia tersebut menjadi

objek dari penelitian yang akan dilakukan.

b. Batasan Umur Lansia

Menurut Depkes RI (2013), batasan umur lansia terbagi

kedalam beberapa bagian, yaitu menjelang usia lanjut (45-54

tahun) sebagai masa vibrilitas; usia lanjut (55-64 tahun) sebagai

presenium); serta usia lanjut (65 tahun <) sebagai masa senium.

Sedangkan menurut WHO lansia membagi batasan umur lansia

menjadi 3 kategori yaitu usia lanjut (60-70 tahun); usia tua (70-89

tahun); serta usia sangat lanjut > 90 tahun.


36

c. Proses Menua

Proses penuaan baik secara fisiologis dan biologis wajar

terjadi, dimana sel-sel tubuh mengalami kematuran dan

degeneratif, macam- macam proses menua menurut Manurung

dkk. (2020), yaitu:

1) Proses menua primer: Berjalan secara normal sesuai umur

kronologis

2) Proses menua skunder: Terjadi karena adanya masalah fisik,

psikologis, dan sosial.

d. Jenis Lansia

Manurung dkk. (2020), membagi lansia kedalam beberapa

kategori, diantaranya sebagai berikut:

1) Lansia biologis : Perubahan- perubahan struktur dan

fungsi tubuh sepanjang kehidupuan

2) Lansia Fungsional : Kemampuan- kemampuan individu

untuk berfungsi di masyarakat disbanding dengan usia

yang sama

3) Lansia psikologik : Perubahan- perubahan prilaku,

Persepsi diri dan reaksi terhadap perubahan-perubahan

biologis

4) Lansia Sosiologis: Peran dan kebiasaan sosial dari

individu-individu di masyarakat
37

5) Lansia Spiritual: Perubahan- perubahn pada diri dan

persepsi diri, hubungan diri dengan orang lain,

menempatkan diri di dunianya dan pandangan terhadap

diri sendiri.

e. Perubahan yang terjadi pada lansia

Menurut Manurung dkk. (2020), terdapat beberapa

perubahan yang terjadi pada lansia, diantaranya sebagai berikut:

1) Otot

a) Berkurangnya massa otot

b) Perubahan degeneratif jaringan konektif

c) Osteoporosis

d) Kekuatan otot menurun ROM terbatas

e) Mudah jatuh

2) Kulit

a) Kelembaban kulit menurun

b) Suplai darah ke kulit menurun

c) Dermis menipis

d) Kulit kering

e) Kuku mudah patah

f) Kulit berkerut,elastis berkurang

g) Sensitivitas kulit menurun

3) Sexual
38

Pada perempuan:

a) Post menopause

b) Vagina tipis dan kering

c) Panjang dan lebar vagina berkurang

Pada laki-laki:

a) Degenerative organ reproduksi

b) Intensitas respon terhadap stimulus sex berkurang

c) Aktivitas seksual berkurng

d) Gangguan kelenjar prostat

4) Pola Tidur

a) Butuh waktu lebih lama untuk tidur

b) Sering terbangun

c) Mutu tidur berkurang

d) Lebih lama berada di bed

5) Fungsi Kognitif

a) Beberapa lansia menunjukan penurunan keterampilan

intelektual, tapi masih mampu mengmbangkan

kemampuan kogntif

b) Penurunan kemampuan mengingat

c) Tidak ada / jarang penurunan intelegensi

6) Perubahan penglihatan

a) Kornea kuning keruh

b) Size pupil mengecil


39

c) Penurunan suplai darah dan neuron ke retina

d) Pengapuran lensa : katarak

7) Fungsi Kardiovaskuler

a) Pengerasan pembuluh darah

b) Hipertropi dinding ventrikel kiri

c) Vena tebal, kurang elastis

d) Perubahan mekanisme konduksi

e) Peningkatan resistensi perifer

8) Perubahan Fungsi Respirasi

a) Otot-otot reseptor melemah

b) Kapasitas vital berkurang

c) Berkurangnya elastis paru

d) Alveoli melebar

e) Dinding dada mengeras

9) Perubahan Fungsi Saraf

a) Gangguan fungsi luhur

b) Sukar bicara

c) Gerakan otot

d) Gangguan pengenalan seseorang

e) Sukar tidur (insomnia)

f) Daya ingat lemah (demensia)

g) Inisiatif turun

h) Parkinson (otot-otot kaku)


40

10) Perubahan aspek Psikososial

a) Fungsi mental

b) Kognitif

c) Proses belajar

d) Pemahaman

e) Pengertian

f) Tindakan

g) Perilaku cenderung lebih lambat

h) Fungsi mental

i) Psikomotor

j) Dorongan kehendak,bertindak, pada umumnya mulai

melambat sehingga reaksi dan koordinasi menjadi

lebih lambat

k) Pekerjaan: memasuki pensiun (kehilangan) pekerjaan.

f. Teori-Teori Proses Menua

Menurut Manurung dkk. (2020), beberapa teori-teori dalam

proses menua, antara lain sebagai berikut:

1) Biologis : pada orang tua terjadi proses degenerasi karena:

a) Berkurangnya jumlah sel-sel baru

b) Sel-sel yang terbentuk pada usila,kualitas kurang dari

pada usia muda

c) Terjadi metabolisme kompleks


41

d) Keturunan: orang yang diturunkan oleh orang dengan

usila,maka mempunyai kemungkinan usila

2) Sosial

a) Teori Activity: Lansia yang aktif, lebih besar

terpuaskan hidup. Konsep diri berhubungan dengan

peran dan sebelumnya harus diganti dengan peran

yang baru untuk tetap aktif

b) Teori Continuity : Mengembangkan interaksi antra

pengalaman biologic dan psikologik

c) Teori Sertifikasi Usia : Interdependen yang tinggi

antara lansia dan masyarakat

d) Teori Person : Perubahan pada kompetensi akan

mempengaruhi lansia dalam berhubungan dengan

lingkungan

3) Psikologik

a) Generatif >< self absorption / stagnasi (40-65 tahun)

- Dewasa menengah

- Kematangan

- Ekspresi tentang dunia umum

b) Integritas ego >< despair (65-70 tahun)

- Dewasa tua

- Menerima, menjanda

4) Kultur/ Budaya
42

a) Culture : Pengalaman universal / unik

b) Culture : Stabil,dinamis

c) Bagian dari : Kehidupan

5) Spiritual

Kepercayaan spiritual, ptaktik, pengertian hidup dan

mati dan usaha untuk aktualisasi diri

a) Tempat ibadah dan pemimpin agama memberikam

konstribusiyang unik,untuk mewujudkan kesehatan

menta komunitas

b) Perubahan spiritual/kepercayaan agama

mempengaruhi apapun yang terjadi kehendak tuhan

c) Bertindak psif dan menolak

d) Upaya rehabilitas : dihikum atas dosanya,rasa

bersalah

e) Banyak terlibat dalam peran-peran keagamaan.

g. Kebutuhan pada lanjut usia

1) Kebutuhan Fisik

Kebutuhan lansia secara fisik meliputi sandang,

pangan, papan Kesehatan dan spiritual. Kebutuhan makan

umumnya 3x sehari, makanan yang tidak keras, tidak asin dan

tidak berlemak. Kebutuhan sandang, dibutuhkan pakaian yang

nyaman dipakai, pilihan warna sesuai budaya setempat,model


43

sesuai dengan usia dan kebiasaan mereka. Kebutuhan papan,

secara umum membutuhkan rumah tinggal yang nyaman,

tidak kena panas, hujan dingin, angin, dekat kamar kecil ada

peralatan lansia secukupnya. Pelayanan Kesehatan bagi lanjut

usia sangat vital. Obat-obatan ringan sebaiknya sealu siap

dekatnya. Kebutuhan lainnya bagi lansia yang ditinggalkan

mati pasangannya.adar tidak merasa kesepian, memerlukan

teman mencurahkan isi hati. Perlu teman mengobrol,

menjalani pekerjaan, berpergian, teman ketika berobat

2) Kebutuhan Psikis

Kondisi lanjut usia yang rentan secara psikis,

membutuhkan lingkungan yang mengerti dan memhami

mereka. Lanjut usia membutuhkan teman yang sabar, yang

mengerti dan memahami kondisinya. Mereka membutuhkan

teman mengobrol, membutuhkan di kunjungi kerabat, sering

disapa dan di dengar nasihatnya, lansia juga butuh rekreasi,

silaturahmi kepada kerabatnya.

3) Kebutuhan Sosial

Lanjut usia membutuhkan orang-orang dalam berelasi

sosial terutama kerabat, juga teman sebaya, sekelompok

kegiatan masyarakat di lingkungannya.

4) Kebutuhan Ekonomi
44

Bagi yang tidak memiliki pendapatan tetap,

membutuhkan sumber keuangan. Terutama yang berasal dari

kerabatnya, secara ekonmi lansia yang tidak potensial

membutuhkan uang untuk biaya hidup .bagi lansia yang masih

produktif membutuhkan keterampilan, UEP dan bantuan

modal usaha sebagai peguatan usahanya.

5) Kebutuhan Spiritual

Umumnya mereka mengisi waktu untuk beribadah.

Melalui ibadah lansia dapat ketenangan jiwa, pencerahan dan

kedamaian di hari tua. Mereka sangat mendambakan generasi

penerus yang sungguh-sungguh menjalani ibadah.

5. Kerangka Teori

Lansia berisko adalah mereka yang berumur 65 tahun ke

atas karena faktor- faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan

dasarnya baik secara jasmani,rohani maupun sosialnya.lansia

beresiko adalah mereka yang berumur 65 tahun ke atas. Penyakit

yang biasa dialami oleh lansia berisiko adalah nyeri sendi yang

disebabkan oleh penyakit rematik.

Nyeri sendi adalah suatu peradangan sendi yang ditandai

dengan pembengkakan sendi, warna kemerahan, panas, nyeri dan

terjadinya gangguan gerak. Nyeri sendi merupakan pengalaman

subjektif yang dapat memengaruhi kualitas hidup lansia termasuk


45

gangguan aktivitas fungsional lansia. Rematik adalah kondisi yang

disertai nyeri dan kaku sendi pada sistem muskuloskeletal.

Penyakit rematik yang sering juga disebut arthritis (radang sendi).

Penyakit ini terutama mengenai otot-otot skeletal, tulang,

ligamentum, tendon dan persendian baik pada laki-laki maupun

wanita dengan segala usia, tetapi kelompok lansia lebih banyak

terkena serangan rematik, salah satu cara yang dilakukan untuk

menanggulangi masalah rematik pada lansia berisiko yang biasa

dilakukan adalah melalui senam rematik.

Senam rematik adalah suatu metode yang baik untuk

pencegahan dan meringankan gejala-gejala rematik serta berfungsi

sebagai terapi tambahan terhadap pasien rematik dalam fase

tenang, tujuan dilakukan senam rematik adalah agar tingkat nyeri

sendi pada lansia berkurang.

Tingkat nyeri sendi adalah gambaran tentang seberapa

parah nyeri dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat

sujektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas

sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbed, untuk

menjelasakan kerangka teori dalam penelitian ini dijelaskan pada

gambar kerangka teori berikut ini.


46

Bagan 2. 1 Kerangka Teori

Perubahan Pada Lansia:

Fisik : mengalami kemunduran fisik yang di tandai kulit yang mengendur, rambut
memutih,penurunan penglihatan dan pendengaran .
Sosial: Post power syndrome,single women, dan sinle parent ,ketika berasda di rumah terus-
menur akan pikun
Psikologis: perubahan psikologis pada lansia berupa short termmemory,frustasi, kesepian, takut
kehilangan kebabsan,takut menghadapi kematian

Lansia Beresiko

Rematik (Nyeri Sendi )


Farmakologi
Pengobatan dengan obat OAINS (Obat Anti-Inflamasi NonSteroid)
Aspirin
Ibuprofen
Non Farmakologi
Edukasi mengenai penyakitnya
Dilakukan dengan memberikan pemahaman kepada klien mengenai nyeri yang dirasakan pemahaman yang diberikan bertujuan
untuk memberikan informasi kepada klien dan mencegah salah interpretasi tentang peristiwa nyeri.
Terapi senam rematik
Salah satu metode yang praktis dan efektif dalam memelihara kesehatan tubuh. Gerakan yang terdapat dalam senam rematik
adalah gerakan yang sangat efektif, efisien, dan logis karena rangkaian gerakannya dilakukan secara teratur dan terorganisasi.
Aplikasikan panas dingin
Aplikasi panas dan dingin dapat dilakukan dengan mandi air hangat, bantalan panas, kantong es, pijat es, kompres panas atau
dingin dan mandi rendam hangat atau dingin.
Istirahat

Senam Rematik
Perubahan Tingkat Nyeri
47

Sumber: Manurung, Ritonga, Damanik (2020), Dida, (2018), Sangrah, (2017),


Wiarto (2017)
48

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu uraian dan visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lain, atau antara variable satu

dengan variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmojo, 2018).

Kerangka konseptual menggambarkan hubungan yang logis antar variabel-

variabel terpilih untuk kemudian diteliti sesuai hipotesis yang dibuat. Susunan

hubungan antar tiap variabel di dalam kerangka konseptual menjadi acuan umum

dalam menyusun Metode penelitian.

Kerangka penelitian ini untuk mengetahui pengaruh senam rematk

terhadap tingkat nyeri pada lansia beresiko di Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Pertiwi. Variabel independen dalam penelitian ini adalah senam rematik.

Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah nyeri sendi. Secara

skematis kerangka penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

48
49

Bagan 3. 1 Kerangka Konseptual

Variabel Independen Variabel Dependen

Senam Rematik Skala Nyeri Sendi

B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian

yang disusun dari variabel penelitian. Hipotesis merupakan suatu dugaan

sementara, suatu tesis sementara yang harus dibuktikan kebenarannya

melalui penelitian ilmiah.

Hipotesis dapat juga dikatakan kesimpulan sementara, yang mana

merupakan suatu konstruk atau bentuk yang masih harus dibuktikan, suatu

kesimpulan yang belum teruji kebenarannya. Berdasarkan kerangka

konseptual penelitian, hipotesis yang muncul adalah:

H1: Terdapat pengaruh senam rematik terhadap penurunan nyeri sendi

pada lansia beresiko.

C. Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan

peneliti untuk dapat melakukan observasi atau pengukuran secara tepat

terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukann

berdasarkan paramter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Cara

pengukuran merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan ditentukan


50

karakteristiknya, skala pengukuran disebutkan untuk setiap variabel

sebagai acuan dalam Analisis data dalam rangka menguji hipotesis.

Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel


Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Ukur
Senam Senam Rematik Lembar Memberikan terapi 1)
rematik adalah suatu SOP senam rematik
metode yang baik terhadap lansia
untuk pencegahan penderita nyeri sendi:
dan meringankan Pemanasan
gejala-gejala - Tekuk kepala
rematik serta kesamping,lalu tahan
berfungsi sebagai dengan tangan pada
terapi tambahan sisi yang sama dengan
terhadap pasien arah kepala. Tahan
rematik dalam dengan hitungan 8-10
fase tenang lalu bergantian dengan
dengan sisi lain
menggunakan 10 - Tautkan jari-jari
gerakan senam kedua tangan dan
rematik angkat lurus keatas
kepala dengan posisi
kedua kaki di buka
selebar bahu. Tahan
dengan 8-10
hitungan.rasakan
tarikan bahu dan
punggung

Gerakan inti
- Langkah-langkah
Gerakan diawali
menoleh kiri dan
kanan
-selanjutnya tunduk
kepala, miringkan
kepala, putar kepala
- Lengan kedepan
telapak tangan kearah
badan telapak tangan
kedepan
- Selanjutnya puar
bahu kedepan dan
putar bahu kebelakang
51

- Kaki kanan kedepan


kaki kiri
kebelakang,angkatlutut
, tahan lutut dengan
kedua tangan dalam
hitungan 8-10
- Terkahir jalan di
tempat hitungan 8-10

Pendinginan
- Kaki kedua selebar
bahu, lingkarkan satu
tangan keleher, dan
tahan dengan tangan
lainnya .hitung 8-10
pada sisi lainnya.
- Posisi tetap,tautkan
kedua tangan lalu
gerakan kesamping
dengan gerakan
setengah putaran.
tahan 8-10 hitungan
lalu arahkan tangan ke
sisi lainnya dan tahan
dengan hitungan yang
sama
Skala Nyeri sendi Lembar Skala nyeri Skor Nyeri Rasio
nyeri adalah suatu Observ penggunaan penilaian 0- 10
sendi peradangan sendi asi angka 0-10 dengan Nol(0)
yang ditandai Numeri keterangan nilai. merupakan
dengan c keadaan
pembengkakan Rating tanpa nyeri
sendi, warna Scale atau bebas
kemerahan, (NRS) nyeri,
panas, nyeri dan Lima (5)
terjadinya merupakan
gangguan gerak. nyeri sedang
Pada keadaan ini sedangkan
lansia sangat sepuluh (10)
terganggu, apabila suatu nyeri
lebih dari satu yang sangat
sendi yang hebat
terserang. Nyeri
sendi merupakan
pengalaman
subjektif yang
52

dapat
memengaruhi
kualitas hidup
lansia termasuk
gangguan
aktivitas
fungsional lansia

D. Rancangan penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu

penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,

teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data

bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis

yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2010). Penggunaan jenis penelitian ini

sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk menguji pengaruh senam

rematik terhadap tingkat nyeri sendi pada lansia beresiko. Sementara

desain penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan desain

Quasy Experimental yaitu mengungkapkan kemungkinan adanya sebab

akibat antara variabel tanpa adanya manipulasi suatu variabel (Sugiyono,

2010).

Rancangan desain yang digunakan yaitu Pretest – Post test. Dalam

penelitian seluruh sampel penelitian yaitu lansia beresiko di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Pertiwi akan dilakukan tes awal (Prestest) berupa tes

skala nyeri. Kemudian diberikan perlakukan berupa senam rematik,

setelah itu dilakukan tes akhir (Post test) untuk mengetahui tingkat atau
53

skala nyeri sendi samel penelitian setelah diberikan perlakuan berupa

senam rematik. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Sugiyono

(2010), bahwa sampel pada penelitian ini diobservasi terlebih dahulu

sebelum diberi perlakuan, kemudian setelah diberikan perlakuan sampel

tersebut diobservasi kembali(Sugiyono, 2010)(Sugiyono, 2010)(Sugiyono,

2010)(Sugiyono, 2010)(Sugiyono, 2010)(Sugiyono, 2010). Tujuannya

untuk mengetahui pengaruh terapi senam rematik terhadap tingkat nyeri

sendi.

2. Pendekatan waktu pengumpulan data

Penelitian ini menggunakan desain Quasy Experimental yaitu

mengungkapkan kemungkinan adanya sebab akibat antara variabel tanpa

adanya manipulasi suatu variabel, dengan menggunakan rancangan desain

yang Pretest – Post test, yaitu Pretest diakukan tanpa perlakuan senam

rematik, serta pada Post test hasil yang diperoleh adalah setelah dilakukan

perlakuan senam rematik.

3. Populasi dan sampel penelitian

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi

dalam penelitian ini adalah lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Pertiwi, yang terdiri dari 20 orang.


54

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010). Seperti yang sudah

diketahui bahwa populasi dalam penelitian ini adalah lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi, yang terdiri dari 20 orang. Maka

kemudian peneliti melakukan pengambilan sampel yang menjadi

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi,

yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016).

Alasan penggunaan teknik purposive sampling ini karena

sesuai untuk digunakan untuk penelitian kuantitatif, atau penelitian-

penelitian yang tidak melakukan generalisasi (Sugiyono, 2016).

Selain itu, pertimbangannya adalah disesuaikan dengan tujuan

penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh terapi senam rematik

terhadap tingkat nyeri sendi pada lansia beresiko, maka kemudian

peneliti memutuskan yang menjadi sampel penelitian adalah lansia

yang memenuhi karakteristik tertentu, yaitu lansia beresiko yang

berusia 65 tahun keatas dan mengalami nyeri pada sendi, berdasarkan

observasi awal yang dilakukan diketahui bahwa lansia beresiko yang

berusia 65 tahun keatas dan mengalami nyeri pada sendi di Panti


55

Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi berjumlah 16 orang. sehingga ke

16 lansia berisko inilah yang kemudian dijadikan sampel penelitian.

4. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah berbagai alat ukur yang

digunakan secara sistematis untuk pengumpulan data seperti tes,

kuesioner, dan pedoman wawancara. Untuk memutuskan instrumen

yang hendak dipakai dalam penelitian mempertimbangkan variabel-

variabel yang akan diamati, kualitas instrumen (realibilitas dan

validitas), kualifikasi peneliti, tingkat kesulitan dan biaya. Penelitian

ini mengukur nyeri pada lansia dengan menggunakan:

a. SOP (Standart Operasional Prosedur) SOP digunakan untuk

mengukur pemberian senam rematik pada lansia.

b. NRS (Numeric Rating Scale) NRS digunakan untuk mengukur

atau sebagai lembar observasi berupa angka 0-10. Penilaian

dilakukan melalui wawancara dengan lembar observasi kepada

lansia mengenai nyeri pertama sebelum pemberian perlakuan dan

untuk mengetahui perubahan skala nyeri selama proses senam

rematik .Tujuan dari penggunaan instrumen ini adalah

mengetahui pengaruh pemberian senam rematik terhadap

perubahan nyeri sendi pada lansia sebelum dan sesudah

pemberian perlakuan.
56

5. Metode pengumpulan data

Data dalam penelitian ini merupakan data primer, yaitu data

yang diambil atau diperoleh secara langsung dari sampel penelitian.

Adapun data primer tersebut diperoleh dari instrumen penelitian yang

terdiri dari dua instrumen, yaitu instrumen SOP (Standart Operasional

Prosedur) yang digunakan untuk mengukur pemberian senam rematik

pada lansia (Putri & Bakti, 2019) serta Numeric Rating Scale (NRS)

digunakan untuk mengukur pengaruh pemberian senam rematik

terhadap perubahan nyeri sendi pada lansia sebelum dan sesudah

pemberian perlakuan (Smeltzer & Bare dalam Wiarto, 2017).

6. Teknik pengolahan dan analisis data

a. Teknik pengolaan data

Pengolahan data merupakan sebuah proses manipulasi data

untuk menjadi sebuah informasi. Kumpulan data yang awalnya tidak

memiliki informasi yang dapat disimpulkan jika dilakukan proses

pengolahan data maka akan menghasilkan informasi. Informasi

merupakan hasil dari pemrosesan data tertentu yang bermakna serta

dapat digunakan untuk mengambil keputusan suatu perusahaan

terkait. Pengolahan data terdiri dari beberapa kegiatan yaitu pencarian

data, pengumpulan data, pemeliharaan data, pemeriksaan data,

perbandingan data, pemilihan data, peringkasan data, dan penggunaan

dat (Nasehudin et al., 2012). Setelah data terkumpul dari hasil


57

pengumpulan data perlu diproses dan dianalisis secara sistematis

supaya bisa terdeteksi. Data tersebut di tabulasi dan dikelompokkan

sesuai dengan variabel yang diteliti. Langkah-langkah pengolahan

data:

1) Editing (Memeriksa data)

Setelah data terkumpul dilakukan pengecekan

kembali terhadap data yang sudah dikumpulkan. Hal-hal

yang perlu dicek kembali adalah a) Kelengkapan data, b)

Kejelasan data, c) Relevansi data, dan d) Konsistensi data

2) Coding (Pemberian kode)

Coding adalah langkah dalam merubah data yang

dalam bentuk huruf menjadi data dalam bentuk angka.

Setelah Scoring seluruh pernyataan dijumlahkan sehingga

didapatkan beberapa kategori dengan menggunakan kode

sebagai berikut:

a) Umur

- 65-70 :1 - 76- 80 :3

- 71- 75 :2 - > 81 : 4 :4

b) Jenis kelamin :

Laki-laki = 1 Perempuan = 2

3) Entry/ Processing

Proses data yang dilakukan peneliti dengan cara

memasukkan data yang telah diberi kode kemudian disusun


58

secara berurutan dari kuesioner ke program komputer

(SPSS).

4) Cleanning

Cleaning merupakan tehnik pembersihan data, data-

data yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan terhapus.

Kegiatan pengecekan ulang yang sudah di entry apakah ada

kesalahan atau tidak.

b. Analisis Data

Menurut Irmawartini & Nurhaedah (2017), Analisis data

merupakan usaha untuk memberikan makna terhadap data yang

sudah dikumpulkan dan diolah sehingga data tersebut dapat

memberikan sebuah informasi. Penelitian ini menggunakan dua

cara dalam menganalisis data uji normalitas, analisis data

Univariat dan Bivariat.

1) Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui data

normal atau tidak, dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk

karena menggunakan jumlah sampel ≤ 50 responden. Pada

penelitian ini jumlah sampel yang digunakan sebanyak 16

responden.
59

Ho: Data berasal dari populasi berdistribusi normal

H1: Data berasal dari populasi tidak berdistribusi

normal Nilai signifikansi (a): 0,05

Kesimpulan:

Bila p – value > 0,05 maka Ho diterima, H1 ditolak.

Artinya data dari populasi berdistribusi normal.

Bila p – value < 0,05 maka Ho ditolak, H1 diterima.

Artinya data berasal dari populasi tidak berdistribusi

normal.

2) Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap variabel

dari hasil penelitian menghasilkan distribusi frekuensi

dari tiap variabel yang diteliti. Analisis univariat dalam

penelitian ini adalah karakteristik usia, dan skor nyeri.

3) Analisis bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini adalah

untuk menganalisis pengaruh senam rematik. Sebelum

menentukan Analisis bivariat, dilakukan Analisis data

terlebih dahulu.

a) Uji pre – post sampel penelitian, sebelum dan

setelah dilakukan intervensi.


60

Peneliti menggunakan uji Paired t – test

yaitu rancangan pre-post, artinya

membandingkan rata-rata nila pre-test dengan

rata-rata nilai Post test dari satu sampel, dengan

syarat jika data berdistribusi normal, varaibel

terikat berskala rasio atau interval dan data harus

homogen. Uji paired t-test, jika p-value ≤ 0,05

maka H1 diterima, artinya terdapat pengaruh

pemberian senam rematik terhadap penurunan

nyeri sendi, jika p-value ≥ 0,05 maka H1 ditolak.

Namun jika data penelitian tidak berdistribusi

normal, maka analisis akan menggunakan Uji

Wilcoxon yang merupakan nonparametric test.

7. Jadwal Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan selama dari bulan Maret hingga

Agustus terhitung di tandatanganinya kontrak rincian secara tentatif seperti

dibawah ini.

Tabel 3. 2 Jadwal Penelitian


No Kegiatan Penelitian Februari Mare April Mei Juni Juli Agustus
t
1 Persiapan penelitian
(menyusun proposal,
instrumen, perizinan) sidang
proposal
2 Pengumpulan data
61

3 Pengolahan dan
analisis data
4 Penulisan laporan hasil
penelitian termasuk diskusi-
diskusi
5 Finalisasi dan
Pembahasan

8. Etika Penelitian

Etika penelitian mencakup perilaku peneliti atau perlakuan peneliti

terhadap subjek penelitian dan sesuatu yang dihasilkan peneliti bagi

masyarakat. Etika penelitian berkaitan dengan bagaimana seharusnya

penelitian dilakukan. Etika penelitian berkaitan dengan prinsip moral,

nilai-nilai yang terdapat dalam penelitian. Moral dan nilai dapat berupa

kejujuran, tanggung jawab keterbukaan dan keadilan. yang melibatkan

antara pihak peneliti dan pihak yang diteliti (subjek penelitian) atau yang

akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut. Masalah etika yang

harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

a. Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect for human

dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak responden

penelitian untuk mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti

melakukan penelitian tersebut, dan peneliti juga mempersiapkan

formulir persetujuan (informed consent) kepada responden.

b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (Respect

for privacy and confidentiality)


62

Setiap responden mempunyai hak-hak dasar individu

termasuk privasi dan kebebasan individu dalam memberikan

informasi, maka dari itu peneliti tidak boleh menampilkan

informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas responden.

c. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (Respect for justice and

inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan keadilan perlu dijaga oleh peneliti

dengan kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian. Untuk itu,

lingkungan penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi

prinsip keterbukaan yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian.

d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang

ditimbulkan (Balancing harms and benefits)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat

semaksimal mungkin bagi responden pada umumnya, dan objek

penelitian pada khususnya. Peneliti hendaknya berusaha

meminimalisi dampak yang merugikan bagi subjek.


63

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh senam rematik

terhadap tingkat nyeri sendi pada lansia beresiko di Panti Sosial Tresna

Werdha budi Pertiwi. Jumlah seluruh responden 16 lansia. Peneliti

memberikan intervensi senam rematik selama 3x dalam seminggu pada hari

senin rabu dan jumat. Sebelum intervensi senam rematik diberikan, dilakukan

pengambilan data Pretest terlebih dahulu kemudian setelah pemberian

intervensi pada hari terakhir dilakukan pengambilan data Post test. Penyajian

data dibagi menjadi dua yaitu data umum dan data khusus, dengan terlebih

dahulu melakukan Analisis univariat melalui program SPSS, yang dilakukan

terhadap variabel dari hasil penelitian menghasilkan distribusi frekuensi dari

tiap variabel yang diteliti. Analisis univariat dalam penelitian ini adalah

karakteristik dari jenis kelamin, usia, dan skor nyeri. Data umum berisi

karakteristik responden meliputi jenis kelamin dan usia, sedangkan data

khusus yang disajikan berdasarkan hasil pengukuran variabel, nyeri sendi pada

lansia yang mengalami nyeri sendi sebelum dan sesudah diberikan senam

rematik pada lansia.

1. Data Umum Responden

Data umum akan menyajikan mengenai karakteristik responden

berdasarkan umur dan jenis kelamin. Karakteristik responden Panti Sosial

63
64

Tresna Werdha Budi Pertiwi berdasarkan jenis kelaminnya, seluruhnya

berjenis kelamin perempuan. Seperti terdapat pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Panti


Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi.
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Laki-laki 0 0%
Perempuan 16 100%
Total 16 100%
Seumber: Data Primer 18 – 22 Juli

Sementara karakterisik usia terdapat pada Tabel 4.2 Distribusi

frekuensi responden berikut.

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Pertiwi.
Usia Frekuensi Presentase
65 – 70 3 18,75%
71 – 75 9 56,25%
76 – 80 2 12,5%
> 81 2 12,5%
Total 16 100%
Sumber: Data Primer 18 – 22 Juli

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden berusia 71-75 tahun yaitu sebanyak 9 orang (56,25%), 3 orang

berusia 65-70 tahun (56,5%), sedangkan untuk usia 76 – 80 dan 81 tahun

keatas masing-masing sebanyak 2 orang (12,5%).

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan nyeri sebelum dan sesudah
dilakukan senam rematik di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pretest 16 1 7 3.56 1.590
Post test 16 1 5 2.25 1.238
Valid N (listwise) 16
Sumber: Data Primer 18-22 juli
65

Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa nyeri yang dirasakan sebelum

dilakukan pemberian senam rematik dari 16 responden, didapatkan nilai

rata-rata skala nyeri sendi 3.56.=, nilai maksimalnya 7 dan nilai

minimumnya 1, sementara standart deviasi yang diperoleh adalah 1,590.

Sedangkan sesudah dilakukan senam rematik diperoleh hasil nilai rata-rata

skala nyeri sendi 2.25, nilai max 5 dan min 1. Sert nilai standart deviasi

1,238.

2. Data Khusus Responden

1) Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk melalui program statistic SPSS 25, tujuannya adalah untuk

mengetahui apakah distribusi datanya normal atau tidak, karena

menggunakan jumlah sampel ≤ 50 responden, yaitu sebanyak 16

responden, maka dilakukan uji normalitas Shapiro-Wilk. Adapun

dasar pertimbangannya adalah, jika nilai signifikasi uji normalitas

Shapiro-Wilk p > 0,05 (α), maka Ho diterima ; H1 ditolak, artinya data

penelitian berasal dari populasi berdistribusi normal. Tetapi jika nilai

p < 0,05 (α), maka Ho ditolak; H1 diterima, artinya data berasal dari

populasi tidak berdistribusi normal. Berikut ini adalah hasil uji

normalitas penelitian ini.

Tabel 4.4 Uji Normalitas Shapiro Wilk


Shapiro Wilk
Test
Statistic df Sig.
66

Pretest 0,882 16 0,041


Post test 0,858 16 0,018

Uji normalitas pada tabel 4.4 menyatakan bahwa, hasil uji

normalias yang dilakukan kepada 16 responden, pada Pretest sebelum

dilakukannya perlakuan senam rematik diperoleh p value 0,041 < dari

0,05 (α), dan nilai Post test setelah dilakukan senam rematik diperoleh

p value 0,018 < dari 0,05 (α). Kedua nilai test tersebut lebih kecil dari

0,05 (α). Dapat disimpulkan data dalam penelitian ini, data tidak

berdistribusi normal, maka harus dilakukan uji nonparametric

Wilcoxon.

3. Uji Bivariat Analisis Wilcoxon

Uji Wilcoxon bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh senam

rematik terhadap tingkat nyeri sendi pada lansia beresiko di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Pertiwi, didasarkan pada hasil Pretest – Post test

sebelum dan setelah dilakukan senam rematik. Hasilnya terdapat pada

tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5 Hasil Analisis Bivariat Uji Wilcoxon


HASIL ANALISIS BIVARIAT
UJI WILCOXON
Ranks
Sum of Asymp. Sig.
N Mean Rank Ranks (2-tailed)
Post test - Negative 15 a
8.00 120.00 0,000
Pretest Ranks
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 1 c
67

Total 16
a. Post test < Pretest
b. Post test > Pretest
c. Post test = Pretest

Uji Wilcoxon pada tabel 4.5 menyatakan bahwa, hasil dari 16

responden yang sudah diberikan senam rematik (Post test), nyeri yang

dirasakan pada responden sebelum dilakukan senam rematik

didapatkan nilai rata-rata penurunan (Negative Ranks) skala nyeri sendi

yaitu 8,00 dibandingkan dengan hasil sebelum dilakukan senam

rematik (pretest). Dengan rincian, sebanyak 15 responden mengalami

penurunan nyeri, dan 1 responden tidak mengalami penurunan nyeri

sendi sama sekali setelah dilakukan senam rematik, sedangkan hasil uji

Wilcoxon nilai p value yang diperoleh yaitu 0,000.

4. Hasil Analisis Skala Nyeri Sendi Pada Lansia Beresiko Sebelum

Dilakukan Senam Rematik Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Pertiwi.

Tabel 4.6 Hasil Analisis Pretest

Pretest
Cumulative
Value Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 1 6.3 6.3 6.3
2 2 12.5 12.5 18.8
3 8 50.0 50.0 68.8
5 3 18.8 18.8 87.5
6 1 6.3 6.3 93.8
7 1 6.3 6.3 100.0
68

Total 16 100.0 100.0

Tabel 4.6 diatas menunjukkan skala nyeri sendi yang dialami oleh

ke 16 responden yaitu lansia beresiko di Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Pertiwi sebelum dilakukannya senam rematik.

5. Hasil Analisis Perbandingan Skala Nyeri Sendi Pada Lansia

Beresiko Sesudah Dilakukan Senam Rematik Di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Pertiwi.

Tabel 4.7 Hasil Analisis Post test

Post test
Cumulative
Value Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 5 31.3 31.3 31.3
2 6 37.5 37.5 68.8
3 2 12.5 12.5 81.3
4 2 12.5 12.5 93.8
5 1 6.3 6.3 100.0
Total 16 100.0 100.0

Pada tabel 4.7 menunjukkan skala nyeri sendi yang dialami oleh ke

16 responden yaitu lansia beresiko di Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Pertiwi setelah dilakukannya senam rematik.

6. Analisis pengaruh senam rematik terhadap tingkat nyeri sendi

pada lansia beresiko di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi


69

Tabel 4.8 Hasil Analisis Pretest-Post test

Statistics
Pretest Post test
N Valid 16 16
Missing 0 0
Mean 3.56 2.25
Median 3.00 2.00
Std. Deviation 1.590 1.238
Minimum 1 1
Maximum 7 5

Tabel 4.8 diatas menunjukkan perbandingan skala nyeri sendi yang

dialami oleh ke 16 responden yaitu lansia beresiko di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Pertiwi sebelum dan sesudah dilakukannya senam rematik,

berdasarkan nilai mean, median, standar deviasi, serta nilai min dan max.

B. Pembahasan

1. Pengaruh senam rematik terhadap tingkat nyeri sendi pada lansia

beresiko di panti sosial tresna werdha budi pertiwi.

Senam Rematik adalah suatu metode yang baik untuk pencegahan dan

meringankan gejala rematik serta berfungsi sebagai terapi tambahan terhadap

pasien rematik dalam fase tenang. Senam rematik memiliki dampak

psikologis langsung yaitu membantu memberi perasaan santai, mengurangi

ketegangan dan meningkatkan perasaan senang karena saat senang kelenjar

pituari menambah produksi endorfin. Dampak lain yang dapat dirasakan dari

senam rematik diantaranya tulang menjadi lebih lentur, Otot-otot akan


70

menjadi tetap kencang, Memperlancar peredaran darah, Memperlancar cairan

getah bening, Menjaga kadar lemak darah. Senam rematik berfokus pada

gerakan sendi sambil merengangkan otot dan menguatkan otot, karena otot-

otot inilah yang membantu sendi untuk menopang tubuh (Afnuhazi, (2018)).

Berdasarkan hasil Analisis Bivariat Uji Wilcoxon yang disajikan

pada tabel 4.5 diperoleh hasil yaitu nilai P value 0,000 < 0,05 (α). Maka

artinya H1 diterima dan H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa

hipotesis dalam penelitian ini diterima, yang berarti terdapat pengaruh

senam rematik terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia beresiko di

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi.

Gerakan senam rematik yang mempunyai pengaruh dalam

penurunan terhadap nyeri sendi yaitu terutama pada latihan inti 1 dan inti

2. Gerakan inti 1 tersebut meliputi gerakan strengthening and balancing

yang dapat memberikan kekuatan serta fleksibilitas otot (quadriceps dan

hamstring) dan sendi ekstrimitas bawah. Gerakan latihan inti 2 tersebut

meliputi menggenggam, meregangkan, dan menekuk telapak tangan untuk

melatih sendi jari-jari tangan dan pergelangan tangan serta seperti gerakan

rotasi tubuh untuk melatih otot-otot dada, punggung dan perut serta

lengan. Namun, pada gerakan latihan inti 2 ini masih terdapat beberapa

gerakan yang ditujukan untuk melatih otot quadriceps dan hamstring.

Berbagai gerakan senam rematik tersebut menyebabkan gerak sendi tidak

terbatas lagi nyeri atau kekakuan, mencegah kerusakan tulang rawan sendi,

dan memperkuat otot-otot di sekitar sendi (Hidayah, (2012). Penelitian


71

sebelumnya juga berpendapat bahwa senam rematik mampu menurunan

skala nyeri harus dilakukan dengan baik karena dapat menciptakan

keadaan yang rileks, dan efektif dalam menurunkan nyeri sendi (Sangrah,

(2017).

Berdasarkan uraian di atas peneliti berasumsi bahwa responden

yang mengalami penurunan nyeri sendi setelah mengikuti senam rematik

tersebut dikarenakan senam rematik memiliki dampak psikologis langsung

yaitu membantu memberi perasaan santai, mengurangi ketegangan dan

meningkatkan perasaan senang karena saat senang kelenjar pituari

menambah produksi endorfin.

2. Nyeri Sendi Pada Lansia Beresiko Sebelum Dilakukan Senam

Rematik Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi.

Berdasarkan Tabel 4.6 pada sub bab hasil penelitian, menunjukkan

tentang skala nyeri sendi yang dialami oleh ke 16 responden yaitu lansia

beresiko di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi sebelum

dilakukannya senam rematik. Responden yang mengalami nyeri sendi

dengan nilai skala 1 adalah 1 orang (6,3%), nilai skala nyeri 2 sebanyak 2

orang (12,5%), nilai skala 5 sebanyak 3 orang (18,8%), nilai skala 6 yaitu

1 orang (6,3%) dan untuk yang mengalami nilai skala nyeri sendi 7

terdapat 1 orang responden (6,3%) sedangkan responden nilai yang

mengalami nyeri sendi terbanyak adalah dengan nilai skala 3, yaitu

sebanyak 8 orang (50%).


72

3. Nyeri Sendi Pada Lansia Beresiko Setelah Dilakukan Senam

Rematik Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi.

Hasil nyeri sendi pada lansia beresiko setelah dilakukan senam

rematik di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi yang dialami oleh ke

16 responden ditunjukkan pada tabel 4.7 di sub bab hasil penelitian. Tabel

tersebut menunjukkan hasil sebagai berikut, responden yang mengalami

nyeri sendi dengan nilai skala 1 adalah 5 orang (31,3%), nilai skala 3,

yaitu sebanyak 2 orang (12,5%), nilai skala 4 sebanyak 2 orang (12,5%),

dan yang mengalami nyeri sendi dengan nilai skala 5 sebanyak 1 orang

(6,3%) sedangkan responden nilai yang mengalami nyeri sendi terbanyak

adalah dengan nilai skala nyeri 2 sebanyak 6 orang (37,5%).

4. Pengaruh Senam Rematik Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada

Lansia Beresiko Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi

Untuk mengetahui terdapat tidaknya pengaruh senam rematik

terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia beresiko di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Pertiwi, dapat dilihat melalui perbandingan hasil pretest dan

Post test yang terdapat pada tabel 4.8 di sub bab hasil penelitian. Adapun

hasil penelitiannya menunjukkan data sebagai berikut:

1) Hasil Pretest
73

Pada hasil pretest sebelum dilakukannya senam rematik

terhadap ke 16 responden yaitu lansia beresiko di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Pertiwi, menunjukkan nilai mean 3,56, median 3,00, std.

deviation 1,590, serta nilai minimum 1 dan nilai maksimun yang

diperoleh adalah 7.

2) Hasil Post test

Sementara pada hasil pretest setelah dilakukannya senam

rematik terhadap ke 16 responden yaitu lansia beresiko di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Pertiwi, menunjukkan nilai mean 2,25, median

2,00, std. deviation 1,238, serta nilai minimum 1 dan nilai maksimun

yang diperoleh adalah 5.

Berdasarkan perbandingan antara hasil sebelum (pretest)

dengan hasil setelah dilakukan senam rematik (Post test) dilakukan

pada ke 16 responden lansia beresiko di Panti Sosial Tresna Werdha

Budi Pertiwi, untuk mengetahui terdapat tidaknya pengaruh senam

rematik terhadap penurunan nyeri sendi. Hasil menunjukkan terjadi

pengurangan dari seluruh nilai pada hasil Post test dibandingkan

dengan hasil pretest, yang artinya terjadi perubahan atau penurunan

nyeri sendi dari lansia beresiko yang menjadi responden dari penelitian

ini, maka dari itu peneliti menyimpulkan bahwa, terdapat pengaruh


74

senam rematik terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia beresiko di

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi.

5. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki kerbatasan pada saat melakukan penelitian

responden seuruhnya berjenis kelamin perempuan,sehingga kedepan perlu

dilakukan penelitian kepada responden yang lebih beragam

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang berjudul ”Pengaruh Senam Rematik

Terhadap Tingkat Nyeri Sendi Pada Lansia Beresiko Di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Pertiwi”, maka peneliti menyimpulkan beberapa hal sebagai

berikut, yaitu:

1. Hasil Analisis Bivariat Uji Wilcoxon diperoleh hasil yaitu nilai P value

0,000 < 0,05 (α). Maka H1 diterima dan H0 ditolak, sehingga hipotesis

dalam penelitian ini diterima, artinya terdapat pengaruh senam rematik

terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia beresiko di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Pertiwi.

2. Skala nyeri sendi yang dialami oleh ke 16 responden yaitu lansia beresiko

di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi sebelum dilakukannya senam

rematik menunjukkan responden yang mengalami nyeri sendi dengan nilai


75

skala 1 adalah 1 orang (6,3%), nilai skala nyeri 2 sebanyak 2 orang

(12,5%), nilai skala 5 sebanyak 3 orang (18,8%), nilai skala 6 yaitu 1

orang (6,3%) dan untuk yang mengalami nilai skala nyeri sendi 7 terdapat

1 orang responden (6,3%) sedangkan responden nilai yang mengalami

nyeri sendi terbanyak adalah dengan nilai skala 3, yaitu sebanyak 8 orang

(50%).

3. Hasil nyeri sendi pada lansia beresiko setelah dilakukan senam rematik di

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi yang dialami oleh ke 16

responden menunjukkan, responden yang mengalami nyeri sendi dengan

nilai skala 1 adalah 5 orang (31,3%), nilai skala 3, yaitu sebanyak 2 orang

(12,5%), nilai skala 4 sebanyak 2 orang (12,5%), dan yang mengalami

nyeri sendi dengan nilai skala 5 sebanyak 1 orang (6,3%) sedangkan

responden nilai yang mengalami nyeri sendi terbanyak adalah dengan nilai

skala nyeri 2 sebanyak 6 orang (37,5%).

4. Didasarkan pada perbandingan hasil pretest dan Post test tntuk

mengetahui terdapat tidaknya pengaruh senam rematik terhadap penurunan

nyeri sendi pada lansia beresiko di Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Pertiwi, dapat dilihat melalui menyatakan bahwa, nyeri yang dirasakan

responden sebelum dilakukan senam rematik didapat rata-rata skala nyeri

sendi 3,56, dengan nilai max tertinggi 7 dan nilai min 1, serta standart

deviasi 1,590. Sedangkan sesudah dilakukan senam rematik didapatkan

rata-rata skala nyeri sendi 2,25 standart deviasi 1,238 dengan nilai max 5

dan min 1. Hal tersebut menunjukkan penurunan atau perubahan skala


76

nyeri sendi pada lansia beresiko sesudah diberikan senam rematik di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi. Maka hal tersebut menunjukkan

terdapat pengaruh senam rematik terhadap penurunan nyeri sendi pada

lansia beresiko di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa STIKes Dharma Husada Bandung

Menjadi sumber referensi pemberian senam rematik terhadap penurunan

nyeri sendi pada lansia bersiko.

2. Bagi responden

Diharapkan dapat menerapkan metode nonfarmakologi dengan

menggunakan senam rematik, karena senam rematik telah terbukti efektif

untuk menurunkan nyeri sendi pada lansia beresiko.

3. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha Magetan

Diharapkan hasil penelitian senam rematik ini dapat digunakan sebagai

salah satu alternatif nonfarmakologi yang bisa mengurangi nyeri sendi

pada lansia beresiko.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti senlanjutnya diharapkan dapat meneliti tentang terapi

komplementer lain yang dapat bermanfaat dalam mengurangi nyeri sendi.


77
78

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri (Cetakan II). AR-

RUZZ MEDIA.

Anugraheni, V. M. D., & Wahyuningsih, A. (2013). Efektivitas Kompres Hangat

Dalam Menurunkan Nyeri Nyeri Haid Pada Mahasiswi STIKES Baptis

Kediri. Jurnal Stikes, 6(1).

Dida, D. N. (2018). Hubungan Antaran Nyeri Reumatoid Arthritis Dengan

Tingkat Kemandirian Dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-hari Pada Pra

Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Oesao Kabupaten Kupang. CHMK

HEALTH, 2(3).

Handayani, S. (2015). Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Intensitas Nyeri Post

Operasi Sectio Caesarea di RSUD DR. Moewardi Surakarta. In Skripsi.

STIKES Kesuma Husada. Surakarta.

Heri, K. (2014). Pengaruh senam rematik terhadap nyeri sendi pada lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha Budimulia 04 Margaguna Jakarta Selatan. Jurnal

Mahasiswa Program Keperawatan Universitas Esa Unggul, 1(1).

Hermayudi, & Ariani, A. P. (2017). Penyakit Rematik (Reumatologi). Nuha

Medika.

Irmawartini, & Nurhaedah. (2017). Metodologi Penelitian. Pusat Pendidikan

Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.

Judha, M., Afroh, F., & Sudarti. (2016). Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri

Persalinan. Nuha Medika.

78
79

Kuntaraf, J., & Kuntaraf, K. L. (2010). Olahraga Sumber Kesehatan. Advent

Indonesia.

Lukman, & Ningsih, N. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Salemba Medika.

Manurung, S. S., Ritonga, I. L., & Damanik, H. (2020). Keparawatan Gerontik

(Cetakan Pe). Deepublish.

Masruroh, A. N., & Muhlisin, A. (2020). Gambaran Sikap dan Upaya Keluarga

dalam Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Rheumatoid Arthtritis di

Desa Mancasan Wilayah Kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo.

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nasehudin, Syatori, T., & Gozali, N. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif.

Pustaka Setia.

Notoadmojo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Nugroho, W. (2010). Keperawatan Gerontik dan Getriatrik. EGC.

Nurhidayah, K. (2012). Pengaruh Senam Rematik terhadap Aktivitas Fungsional

Lansia di Komunitas Senam Lansia Wilayah Kelurahan Nusukan Banjarsari

Surakarta. Jurnal Publikasi. Surakarta: D-IV Fisioterapi FIK UMS.

Nurwulan, E. (2017). Pengaruh Senam Rematik terhadap Tingkat Nyeri Sendi

pada Lansia Penderita Rheumatoid Arthritis.

Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. (Edisi I). Graha

Ilmu.

Putri, Y. S., & Bakti, P. A. (2019). Pengaruh Senam Tera Terhadap Nyeri Sendi

Lutut di Posyandu Lansia Usia 60-69 Tahun Kakak Tua RW 08 Kelurahan


80

Tandes Surabaya. Jurnal Kesehatan Olah Raga, 07(02), 175–182.

Sakti, N. P. R., & Muhlisin, A. (2019). Pengaruh Terapi Komplementer Meditasi

terhadap Respon Nyeri pada Penderita Rheumathoid Arthtritis. The 9th

University Research Colloqium (Urecol), 9(1).

Sangrah, M. W. (2017). (2017). Pengaruh Senam Rematik terhadap Penurunan

Nyeri dan Peningkatan Rentang Gerak Osteoatritis Lutut Lansia. Universitas

Islam Negeri Alauddin Makassar.

Simanjuntak, E. E. (2018). Pengaruh Rutinitas Senam Rematik Terhadap

Penurunan Tingkat Nyeri Pada Lansia Yang Menderita Rematik Di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi Tahun 2018. Scientia Journal,

7(2).

Siregar, E. (2015). Pengaruh Rutinitas Senam Rematik Terhadap Penurunan

Tingkat Nyeri Pada Lansia Yang Menderita Rematik Di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Luhur Jambi Tahun 2015. Scientia Journal.

Sjamsuhidajat, R., & De Jong, W. (2013). Sistem Organ dan Tindak Bedahnya

(Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-De Jong) (4th ed.). Buku Kedokteran

EGC.

Stevenson, J. D., & Roach, R. (2012). The benefits and barriers to physical

activity and lifestyle interventions for osteoarthritis affecting the adult knee.

Journal of Orthopaedic Surgery And Research.

Sudoyo, A. W., Setiati, S., Alwi, I., Setiyahadi, B., & Simadibrata, M. (2014).

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


81

Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Susilowati, T., & Suratih, K. (2017). Senam Rematik Tingkatkan Kemandirian

Lansia Dalam Melakukan Activity Daily Living Di Panti Wreda Dharma

Bakti Surakarta. Gaster, 15(1).

Wahyudi, A. S., & Wahid, A. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Mitra

Wacana Media.

Wiarto, G. (2017). Nyeri Tulang dan Sendi. Gosyen Publisihing.


82

LAMPIRAN
83

Lampiran 1 Numerical Rating Scale (NRS)

LEMBAR OBSERVASI

Beri tanda (√) pada kolom penilaian sesuai dengan kondisi/keadaan pada

intervensi senam rematik.

NUMERIC RATING SCALE

Keterangan :

Skala 0 = Tidak nyeri

Skala 1 = Nyeri sangat ringan

Skala 2 = Nyeri ringan ( ada sensasi seperti dicubit tetapi tidak begitu sakit)

Skala 3 = Nyeri sudah mulai terasa , namun masih bisa ditoleransi

Skala 4 = Nyeri cukup menganggu (contoh : nyeri sakit gigi)

Skala 5 = Nyeri benar- benar menganggu dan tidak bisa di diamkan dalam waktu

lama.

Skala 6 = Nyeri sudah sampai tahap menganggu indera, terutama indera

penglihatan.

Skala 7 = Nyeri sudah membuat anda tidak bisa melakukan aktivitas

Skala 8 = Nyeri mengakibatkan tidak bisa berpikir jernih, bahkan terjadi

perubahan perilaku.
84

Skala 9 = Nyeri mengakibatkan menjerit-jerit dan menginginkan cara apapun

untuk menyembuhkan nyeri.

Skala 10 = Nyeri berada di tahap yang paling parah dan bisa menyebabkan tidak

sadarkan diri

Lampiran 2 SOP Senam Rematik

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


SENAM REMATIK

1. PENGERTIAN Merupakan latihan rentang gerak


dengan teknik relaksasi nafas dalam
sebelum dan sesudah latihan untuk
mengurangi nyeri pada sendi.
2. TUJUAN Mengurangi nyeri sendi,
melancarkan peredaran pembuluh
darah ekstremitas, merilekskan
ekstremitas.
3. INDIKASI 1. Klien dengan keluhan nyeri sendi
2. Klien dengan riwayat rematik
4. KONTRAINDIKASI -
5. PROSEDUR Persiapan Alat
1. Lembar SOP
2. Laptop
3. Spiker
Persiapan Klien
Tahap pre interaksi :
1. Mengumpulkan data tentang
klien
2. Menciptakan lingkungan yang
nyaman
3. Membuat rencana pertemuan
tindakan keperawatan
Tahap Orientasi :
4. Memberikan senyum dan
salam pada klien dan sapa
nama klien
5. Menjelaskan tujuan dan
85

prosedur pelaksanaan
6. Menanyakan persetujuan atau
kesiapan klien.
6. CARA KERJA
Tahap kerja :
1.Pemanasan
a) Tekuk kepala kesamping,lalu tahan dengan tangan pada sisi yang
sama dengan arah kepala. Tahan dengan hitungan 8-10 lalu
bergantian dengan sisi lain.

b) Tekukan jari-jari kedua tangan dan angkat lurus keatas kepala


dengan posisi kedua kaki dibuka selebar bahu. Tahan dengan 8-
10 hitungan. Rasakan tarikan bahu dan punggung.

2. Gerakan inti
c) Langkah-langkah gerakan diawali menoleh kiri dan kanan
d) Selanjutnya tundukan kepala, miringkan kepala, memutar kepala.
86

e) Lengan kedepan telapak tangan kearah badan telapak tangan


kedepan
f) Selanjutnya putar bahu kedepan dan putar bahu kebelakang

g) Kaki kanan kedepan, kaki kiri kebelakang, angkat lutut, tahan


lutut dengan kedua tangan dalam hitungan 8-10 hitungan
h) Jalan di tempat hitungan 8-10 kali

3. Pendinginan
i) Kedua kaki di buka selebar bahu ,lingkarkan satu tangan ke leher
dan tahan dengan tangan lainnya. Hitunglah 8-10 kali dan pada
sisi lainnya
87

j) Posisi tetap,tautkan kedua tangan lalu gerakan kesamping


setengah putaran,tahan 8-10 menit hitungan lalu arahkan tangan
ke sisi lainnya dan tahan dengan hitungan yang sama

9. Tahap Terminasi :

1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan

2. Berpamitan dengan klien

3. Membereskan alat

4. Mencatat kegiatan

Sumber:
88

CATATAN BIMBINGAN

No. Hari/Tanggal Catatan Pembimbing Paraf


Pembimbing
1 Rabu, 23 Maret - Pengajuan judul proposal
2022 - Acc judul proposal

2 Rabu, 6 April - Bimbingan Bab 1


2022 - Revisi Bab 1

3 Selasa 19 April - Pengajuan Bab 2


2022 - Revisi Bab 2

4 Sabtu, 23 April - Bimbingan untuk bab 3


2022 membahas tentang sampel
populasi, dan tempat yang
akan di teliti

5
Sabtu, 14 Mei - Bimbingan dan pengajuan
2022 Bab 3

6
Selasa, 17 Mei - Hasil revisi Bab 3
2022

7
Selasa, 24 Mei - Revisi Bab 1,2 daan 3
2022

8
Kamis,26 Mei - Hasil revisi bab 3
2022
89

9 Senin,30 Juni
2022 - Acc sidang proposal

CATATAN BIMBINGAN

No. Hari/Tanggal Catatan Pembimbing Paraf


Pembimbing
1 Jumat, 25 Maret - Pengajuan judul proposal
90

2022 - Acc judul proposal

2 Selasa, 12 April - Bimbingan Bab 1


2022 - Revisi Bab 1
- Perkuat latar belakang
- Lanjut bab 2
- Sertakan daftar pustaka

3 Rabu, 27 April - Hasil revisi Bab 1


2022 - Dibuat cover proposalnya
- Membuat poin-poin
penting sebelum membuat
paragraf demi paragraf
sehingga sistematis dan
tidak berulang
- Perkuat latar belakangnya
- Lanjutkan bab II dan III
juga daftar pustakanya
4 Senin,30 Mei
2022 - Bimbingan membahas dari
bab 1 sampai bab 3

- Latar belakang pastikan


meliputi variabel-variabel
penelitian dan juga
keterkaitan keduanya
- Bab 2 di revisi lagi belajar
parafrase
91

- Bab 3 dijelaskan masing-


5 Sabtu, 28 Mei masing bagiannya,teori
2022 lalu diikuti rencana
aplikasinya
6 Senin, 30 Mei
2022 - Bimbingan membahas dari
bab 1 sampai bab 3

- Cover, judul maknanya


tidak menggantung

- Penulisan gelar di cek


kembali

- Daftar isi sesuai halaman

- Bab 1 latar belakan di


bahas sesuai variabel dan
di kaitkan

- Ruang lingkup sesuai


variabel

- Bab 2 membahas sesuai


variavel

- Kerangka teori di cek


kembali

- Bab 3 penulisan di cek


kembali mulai dari spasi
dan bahasa,bhasa asing
garis miring
92

- Setia poin ada teori dan


rencana aplikasinya
7 Selasa, 31 Mei
2022

- Acc proposal skripsi


93

HASIL TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI

Statistics
Jenis Kelamin Usia
N Valid 16 16
Missing 0 0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Perempuan 16 100.0 100.0 100.0

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 65-70 tahun 3 18.75 18.75 18.75
71-75 tahun 9 56.25 56.25 75.0
76-80 2 12.5 12.5 87.5
> 81 tahun 2 12.5 12.5 100.0
Total 16 100.0 100.0

HASIL ANALISIS UNIVARIAT


Statistics
Jenis Kelamin Usia
N Valid 16 16
Missing 0 0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Perempuan 16 100.0 100.0 100.0

Usia
94

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 65-70 tahun 3 18.8 18.8 18.8
71-75 tahun 9 56.3 56.3 75.0
76-80 2 12.5 12.5 87.5
> 80 tahun 2 12.5 12.5 100.0
Total 16 100.0 100.0

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pretest 16 1 7 3.56 1.590
Post test 16 1 5 2.25 1.238
Valid N (listwise) 16

Statistics
Pretest Post test
N Valid 16 16
Missing 0 0
Mean 3.56 2.25
Median 3.00 2.00
Std. Deviation 1.590 1.238
Minimum 1 1
Maximum 7 5

Pretest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 1 6.3 6.3 6.3
2 2 12.5 12.5 18.8
3 8 50.0 50.0 68.8
5 3 18.8 18.8 87.5
6 1 6.3 6.3 93.8
7 1 6.3 6.3 100.0
Total 16 100.0 100.0

Post test
95

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 5 31.3 31.3 31.3
2 6 37.5 37.5 68.8
3 2 12.5 12.5 81.3
4 2 12.5 12.5 93.8
5 1 6.3 6.3 100.0
Total 16 100.0 100.0

HASIL UJI NORMALITAS

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pretest 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0%
Post test 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error


Pretest Mean 3.56 .398

95% Confidence Interval for Lower Bound 2.72


Mean
Upper Bound 4.41

5% Trimmed Mean 3.51

Median 3.00

Variance 2.529

Std. Deviation 1.590

Minimum 1

Maximum 7

Range 6

Interquartile Range 2

Skewness .722 .564


96

Kurtosis .085 1.091

Post test Mean 2.25 .310

95% Confidence Interval for Lower Bound 1.59


Mean
Upper Bound 2.91

5% Trimmed Mean 2.17

Median 2.00

Variance 1.533

Std. Deviation 1.238

Minimum 1

Maximum 5

Range 4

Interquartile Range 2

Skewness .903 .564

Kurtosis .055 1.091

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pretest .326 16 .000 .882 16 .041
Post test .267 16 .003 .858 16 .018
a. Lilliefors Significance Correction

HASIL ANALISIS BIVARIAT


UJI WILCOXON
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Post test - Pretest Negative Ranks 15a
8.00 120.00
Positive Ranks 0b
.00 .00
Ties 1c
Total 16
a. Post test < Pretest
b. Post test > Pretest
c. Post test = Pretest
97

Test Statisticsa
Post test -
Pretest
Z -3.520b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.

Anda mungkin juga menyukai