Anda di halaman 1dari 11

Tugas Tutorial 1

Persfektif Pendidikan SD
PDGK4104

Nama : Fitra Yani Sirait


NIM : 855853959
Kelas : 3A BISD
Pokjar : Simalungun

1. Pengertian dari landasan filosofis, fisikologis-pedagogis dan sosiologis antropologis


pada pendidikan sekolah dasar
Jawaban :
a. Landasan Filosofis dan Psikologis-pedagogis
Pandangan Filosofis dan Psikologis-pedagogis mewakili cara pandang pakar
dalam bidang filsafat , psikologi, dan pedagogik/ilmu mendidik terhadap
keniscayaan proses pendidikan untuk usia sekolah 6-13 tahun. Dikatakan suatu
keniscayaan karena pendidikan untuk anak usia tersebut berlaku universal dan
telah menjadi kenyataan atau sering disebut juga sebagai conditio sine quanon.
Contohnya, di semua negara di dunia dikenal adanya primary education atau
elementry education seperti SD/MI di Indonesia.
Argumen tentang keniscayaan pendidikan untuk usia itu, yaitu:
● Pelembagaan proses pendidikan untuk usia dalam sistem pendidikan
persekolahan atau schooling system, diyakini sangat strategis, artinya
sangat tepat dilakukan, untuk mempengaruhi, mengkondisikan dan
mengarahkan perkembangan mental, fisik dan sosial anak dalam mencapai
kedewasaannya secara sistematik dan sistemik.
● Proses pendewasaan yang sistematik dan sistemik itu diyakini lebih efektif
dan bermakna, artinya lebih memberikan hasil yang baik dan
menguntungkan, daripada proses pendewasaan yang dilepas secara alami
dan kontekstual melalui proses sosialisasi atau pergaulan dalam keluarga
dan masyarakat dan enkulturasi atau pembudayaan interaktif dalam
kehidupan budaya semata-mata.
● Berbagai teori psikologi khususnya teori belajar yang menjadi landasan
konseptual teori pembelajaran, seperti teori behaviorisme, kognitifisme,
humanisme dan sosial.
● Filsafat pendidikan seperti seperti perenialisme, esensialisme,
progresifisme dan rekonstruksionalisme sosial sangat mendukung proses
pendewasaan anak melalui pendidikan persekolahan.
Teori Kognitifisme, Historis-Kultural dan Humanistik sangat relevan
untuk menggali landasan filosofis dan psikologis-pedagogis pendidikan di SD/MI.
Dengan memahami ketida teori tersebut, maka setidaknya akan memahami
keniscayaan pendidikan SD/MI dilihat dari hakikat anak sebagai individu,
makhluk sosia dan anggota masyarakat.

b. Landasan sosiologis-antropologis
Pandangan sosiologis-antropologis atau sosio-antropologis adalah cara melihat
pendidikan dasar dari fungsi proses pendidikan dasar dalam proses sosialisasi atau
pendewasaan peserta didik dalam konteks kehidupan bermasyarakat, dan proses
enkulturasi atau pewarisan nilai dari generasi tua kepada peserta didik yang
sedang mendewasa dalam konteks pembudayaan,
Dilihat secara sosiologis dan antropologis masyarakat dan bangsa Indonesia
sangatlah heterogen dalam segala aspeknya. Oleh karena itu, walaupun kita secara
konstitusional menganut konsepsi satu sistem pendidikan nasional, instrumentasi
atau pengelolaan sistem pendidikan itu tidak lah mungkin dilakukan secara
homogen penuh. Masyarakat dan bangsa Indonesia memiliki fenomena yang
bersifat pluralistik atau berbhineka tetapi terikat oleh komitmen satu kesatuan
tanah air, kebangsaan dan bahasa persatuan. Itulah semangat Bhineka Tunggal Ika
yang menjadi seloka kehidupan kita dan semangat sumpah pemuda 28 Oktober
1928. Keadaan itu yang merupakan suatu conditio sine quanon atau kenyataan
yang merupakan keniscayaan yang secara nyata akan mempengaruhi praksis atau
kehidupan nyata pendidikan nasional kita, termasuk pendidikan Sekolah Dasar.
Oleh karena itu, sistem pendidikan nasional kita menganut prinsip diversifikasi
dalam pengembangan kurikulumnya, sebagai bentuk perwujudan kelenturan atau
fleksibilitas dan adaptabilitas sistem pendidikan terhadap kondisi sosiologis dan
antropologis Indonesia. Keseluruhan prinsip tersebut memberi implikasi terhadap
kandungan, proses dan manajemen pendidikan nasional. Untuk itulah dalam
sistem pendidikan kita saat ini diupayakan berbagai pembaharuan seperti
kurikulum nasional yang bersifat sentralistik menjadi kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang bersifat desentralistil, penerapan kurikulum yang berdiversifikasi
untuk melayani keberagaman dan pengembangan standar nasional pendidikan
sebagai baku mutu pendidikan secara nasional.
Contohnya : Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) masing-masing
Sekolah Dasar di berbagai tempat di seluruh tanah air dapat mengakomodasikan
keunikan lingkungannya (perkotaan, pedesaan pertanian, perdesaan pantai dan
sebagainya) dengan tetap merujuk pada standar nasional pendidikan.
2. Tahap perkembangan kognitif anak menurut Piaget
a. Usia 0-1,5/2 tahun
Disebut tahap Sensorimotorik, karakteristik pada tahap ini yaitu prasimbolik dan
praverbal; kecerdasan mencakup perkembangan pola tindak; mampu
membedakan dirinya dengan lingkungan; mampu membedakan ciri fisiknya dan
mulai tumbuhnya konsep tetap mengenai suatu objek
b. 2-3 dampai 7-8 tahun
Disebut tahap Praoperasional, karakteristik pada tahap ini yaitu pikiran logis
parsial mulai tumbuh; konsep ketetapan suatu objek mengarahkan pada identitas
kualitas;proses pikiran bertolak dari isyarat perseptual dan anak belum sadar akan
pernyataan yang saling bertentangan; perkembangan bahasa dimulai dan
bertambah dengan cepat;bicara spontas didominasi oleh monolog
c. 7-8 sampai 12-14 tahun
Disebut tahap operasi konkret karakteristik pada tahap ini yaitu perilaku impulsif
mulai diganti dengan reffleksi dasar dan anak mulai dapat membedakan
perbedaan pandangan orang lain; mulai bermain bersama termasuk kesepakatan
aturan dan kerja sama; cara berpikir logis terkait dengan objek
d. Lebih dari 14 tahun
Disebut tahap Operasi formal karakteristik pada tahap ini yaitu pikiran tentang
rencana hidup dan peran orang dewasa mulai tumbuh;kemampuan berpikir logis
dalam berbagai situasi mulai tumbuh;individu mampu bernalar dari situasi
hipotesis sampai konkret

3. Tatanan organisasi dan bentuk penyelenggaraan pendidikan SD


a. Tatanan organisasi Sekolah Dasar
Sejak diberlakukannya undang-undang otonomi daerah, pendidikan SD menjadi
tanggungjawab bersama antara Pemerintah Pusat dan Pemerinta Daerah . Sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan
pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai Daerah Otonom, Pemerintah Pusat
berwenang untuk menetapkan standar kompetensi siswa dan warga belajar serta
pengaturan kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional beserta
pedoman pelaksanannya, di samping menetapkan standar materi pelajaran pokok.
Dalam undang-undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
kewenangan tersebut dipertegas dalam pasal 50 ayat (1) sampai dengan (4) yang
secara lengkap sebagi berikut :
● Pengelolaan sistem pendidikan nasional merupakan tanggungjawab
Menteri.
● Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional
pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional
● Pemerintah dan /atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan
sekurang-kurangnya satu satuan pedidikan untuk semua jenjang
pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertafar
internasional
● Pemerintah daerah provinsi melakuka koordinasi penyelenggaraan
pendidikan, pengembangan tenaga kepenedidikan dan penyediaan fasilitas
penyelenggaraan pendidikan lintas daerah Kabupaten/Kota untuk tingkat
pendidikan dasar dan menengah.
● Pemerintah Kabupaten/Kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan
menengah, serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal.
Hal yang paling menonjol dalam ayat-ayat tersebut adalah tanggung jawab
Pemerintah Pusat dalam menyiapkan standar nasional, sedangkan
penyelenggaraan pendidikan berada sepenuhnya dalam kewenangan pemerintah
daerah, namun berbagai aspek harus mengikuti standar nasional sebagaimana
yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional seperti tersebut diatas. Secara lebih teknis, pengelolaan
pendidikan SD terdapat dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang
Pendidikan Dasar dan Menengah.

b. Bentuk-bentuk penyelenggaraan pendidikan di SD


Untuk memungkinkan semua warga negara memperoleh pendidikan dasar,
pendidikan SD diselenggarakan dalam berbagai bentuk. Hal ini juga terkait
dengan Wajib Belajar Sembilan Tahun yang dicanangkan pemerintah, yang
mewajibkan setiap warga negara dapat menyelesaikan pendidikan dasar yang
terdiri dari jenjang SD dan SMP.
Sesuai dengan ketentuan tersebut, berbagai perubahan dalam penyelenggaraan
pendidikan SD menjadi satu kebutuhan. JIka dulu hanya ada satu bentuk
pendidikan SD, meskipun dengan nama yang berbeda-beda seperti Sekolah
Rakyat dan Sekolah Dasar, maka kini berbagai bentuk penyelenggaraan SD mulai
bermunculan. Secara umum, bentuk-bentuk penyelenggaraan pendidikan SD
dapat dipilah menjadi pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang bersifat formal adalah :
● Sekolah Dasar (SD)
● Madrasah Ibtidaiyah (MI)
● SD Ungulan atau Sekolah Nasional Plus
● Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
● SD Inklusi

Sementara itu, pendidikan SD yang bersifat nonformal terdiri dari paket A


dan Sekolah Rumah atau yang biasa disebut home schooling.
4. Ciri-ciri pendidikan SD menurut fungsi, tujuan dan ciri-ciri pendidikan dasar
a. Ciri-ciri pendidikan SD menurut fungsi
Sejak dicanangkannya wajib belajar enam tahun pada tahun 1984, SD
menjadi lembaga pendidikan yang berfungsi untuk menanamkan kemampuan
dasar bagi setiap warga negara Indonesia yang masih berada pada rentang usia
Sekolah Dasar. Fungsi dan tujuan pendidikan SD bersumber dari fungsi dan
tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Pasal 3 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 3 UU
tentang Sisdiknas tersebut ditetapkan bahwa, “Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.”
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencedaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.
b. ciri -ciri pendidikan SD menurut tujuan
Tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam UU No. 2 Tahun 1989, Pasal 4
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan , kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Sesuai dengan kutipan di atas, maka tujuan pendidikan dasar adalah memberikan
bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya
sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia
serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah. Khusus untuk
SD, tujuan pendidikan adalah memberikan bekal kemampuan dasar
baca-tulis-hitung, pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi
siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan mereka
untuk mengikuti pendidikan di SMP.
Jika disimak secara cermat, tujuan pendidikan SD dapat dipilah menjadi tiga
kelompok menjadi, menanamkan kemampuan dasar baca-tulis-hitung,
menanamkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa
sesuai dengan tingkat perkembangannya, mempersiapkan siswa untuk mengikuti
pendidikan di SMP.
c. Ciri-ciri pendidikan SD menurut karakteristik pendidikan sekolah dasar
● Karakteristik Umum Pendidikan SD
1. Kemelekwacanaan (literacy). Pendidikan SD diarahkan pada
pembentukan kemelekwacanaan, bukan pada pembentukan
kemampuan akademik. Kemelekwacanaan merujuk kepada
pemahaman siswa tentang berbagai fenomena/gagasam di
lingkungannya dalam rangka menyesuaikan perilaku dengan
kehidupan
2. Kemampuan berkomunikasi. Pendidikan SD diarahkan untuk
pembentukan kemampuan berkomunikasi, yaitu mampu
mengkomunikasikan sesuatu, baik buah pikiran sendiri maupun
informasi yang di dapat dari berbagai sumber, kepada orang lain
dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3. Kemampuan memecahkan masalah, yang mencakup merasakan
adanya masalah, mengidentifikasi masalah, mencari informasi
untuk memecahkan masalah, mengeksplorasi alternatif pemecahan
masalah dan memilih alternatif yang paling layak.
4. Kemampuan bernalar (reasoning), yaitu menggunakan logika dan
bukti-bukti secara sistematis dan konsisten untuk sampai pada
kesimpulan. Pendidikan SD diarahkan untuk mengembangkan
kemampuan siswa berpikir logis sehingga kemampuan bernalarnya
berkembang.
● Karakteristik khusus pendidikan SD
1. Siswa SD. anak SD adalah anak-anak yang berusia 6-12 tahun,
yang tentu saja berbeda dengan usia siswa pada satuan pendidikan
lainnya. Di samping dari segi usia, siswa SD juga mempunyai
karakteristik fisik dan mental yang berbeda.
2. Guru. dari segi jumlah guru di satu sekolah, guru SMP atau SMA
jumlahnya lebih banyak dari jumlah guru SD. hal ini terjadi
karena guru SD adalah guru kelas, sehingga di satu SD cukup ada
enam guru dan kepala sekolah, di samping guru Agama dan guru
Pendidikan Jasmani.
3. Kurikulum. Kurikulum SD merupakan bagian kurikulum
Pendidikan Dasar, yang mempunyai tujuan khas yaitu
mengembangkan kemampuan dasar anak SD. sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 37 kurikulum pendidikan dasar dan
menengah wajib memuat: pendidikan agama, pendidikan
kewarganegaraan, bahasa, matematika, IPA, IPS, seni dan budaya,
pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan dan
muatan lokal.
4. Pembelajaran. Pembelajaran di SD berbeda dengan pembelajaran
di SMP dan SMA. pembelajaran di SD mempunyai tujuan dan
fungsi yang berbeda yaitu mempunyai tujuan dan fungsi yang
menanamkan kemampuan dasar, yang memungkinkan tamatan SD
mampu hidup secara wajar dalam masyarakat pada era globalisasi
ini serta mampu melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMP.
5. Gedung dan peralatan pembelajaran. Gedung fasilitas SD biasanya
lebih terbatas jika dibandingkan dengan gedung dan fasilitas SMP
dan SMA. Gedung SD biasanya lebih sederhana dan terbatas
jumlah serta fasilitas yang tersedia.

5. Karakteristik perkembangan intelektual, bahasa, moral dan spiritual


a. Karakteristik perkembangan intelektual. Pada usia sekolah dasar anak mulai
memperahtikan keadaan sekelilingnya dengan objektif. Anak memasuki masa
belajar, pada masa ini anak mulai ingin mengetahui segala sesuatu, mereka
berusaha menambah pengetahuan, kemampuan, maupun pengalamannya. Anak
usia SD sangat suka dengan kgiatan yang menantang, beraktivitas dan banyak
bergerak, seakan anak tidak pernah diam dan tidak punya rasa capek. Menurut
Piaget perkembangan kognitif anak usia sekolah dasar termasuk pada tahap
perkembangan operasi konkret. Pada tahap ini anak mampu berpikir secara logis
dan kuantitatif, mereka mampu berperilaku objektif dalam mengkaji kejadian
objek sesuai dengan klasifikasinya, mengurutkan benda sesuai dengan tata
urutannya dan kemampuan berpikir secara deduktif. Percobaan konservasi Piaget
yaitu Desentrasi dan Konservasi, seriasi, pemikiran rasional dan inklusi kelas.
b. Karakteristik perkembangan bahasa. Bahasa yang digunakan manusia mempunyai
fungsi untuk mengekspresikan perasaan, untuk mempengaruhi orang lain, untuk
menyampaikan informasi. Anak usia SD berada pada tahapan perkembangan
bahasa di fase mengobrol, pada usia ini cakrawala sosial anak akan lebih luas,
sehingga pembicaraan anak semakin beragam dan secara bertahao mulai
menguasai tata bahasa. Topik-topik pembicaraan meliputi lingkungan, keluarga,
sekolah, teman-teman, permainan, hobi maupun kegiatan lainnya. Faktor yang
dapat memicu anak agar dapat cepat berbicara yaitu keluarga, media elektronik
dan sekolah.
c. Karakteristik perkembangan moral. Moral sering kali dihubungkan dengan
tingkah laku orang. Tingkah laku yang bermoral adalah tingkah laku yang sesuai
dengan nilai-nilai tata cara adat yang terdapat dalam kelompo atau masyarakat.
Perkembangan moral menurut ahli yaitu:
● Menurut Piaget. Anak usia sekitar 5 tahun mempunyai konsep bahwa
benar salah masih dipahami dengan kaku. Anak menganggap berbohong
itu adalah perbuatan yang salah dan tidak baik.
● Menurut Kohlberg. Kohlberg menanamkan moralitas anak baik untuk
tingkat pertama perkembangan moral anak-anak. Pada tahap ini anak
mengikuti semua peraturan yang telah diberikan, dengan tujuan untuk
mengambil hati orang lain dan berharap dapat diterima dalam kelompok.
Anak menyesuaikan diri pada peraturan-peraturan yang ada dalam
kelompok dan disepakati bersama oleh kelompok tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi moral yaitu lingkungan rumah,
lingkungan sekolah, teman sebaya dan aktivitasnya, intelegensi dan jenis
kelamin
d. Karakteristik perkembangan moral/agama. agama/moral diartikan sebagai iman,
pikiran, yang diserapkan oleh perasaan, dilaksanakan dalam tindakan, perbuatan,
perkataan dan sikap. Bagi anak-anak ajaran tentang agama masih bersifat abstrak
sehingga perlu contoh-contoh konkret baik dalam bentuk perilaku maupun
kata-kata dalam kehidupan sehari-hari. Pada awalnya anak-anak mempelajarai
agama berdasarkan contoh, baik dari orangtuanya saat mereka di rumah, maupun
dari guru di sekolah. Dalam menyampaikan materi pelajaran agama atau mata
pelajaran lainnya, guru dituntut untuk kreatif melalui pemilihan metode maupun
media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kemampuan dan kondisi
siswanya.

6. Mengamati lulusan dari SD tempat mengajar, apakah sudah siap melakukan


pendidikan SMP terutama dalam kemampuan membaca, menulis dan berhitung.
Selanjutnya menuliskan kesimpulan
Merujuk pada Standar Kompetensi Lulusan Sekolah Dasar berdasarkan
Permendiknas No 23 tahun 2006 yaitu:
a. Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan anak
b. Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri
c. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya
d. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras dan golongan sosial ekonomi
di lingkungan sekitarnya
e. Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis dan kreatif
f. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis dan kreatif dengan bimbingan
guru/pendidik
g. Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya
h. Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan
sehari-hari
i. Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan sekitar
j. Menunjukkan kecintaan dan keterampilan terhadap lingkungan hidup

10 butir Standar Kompetensi Lulusan diata merupakan acuan bagi satuan


pendidikan dalam menentukan kategori kelulusan siswa dari Sekolah Dasar
menuju Sekolah Menengah Pertama.
Siswa lulusan sekolah dasar harus memenuhi standar yang telah ditetapkan
barulah boleh dikatakan lulus dari jenjang pendidikan sekolah dasar.
Berdasarkan pada standar tersebut, maka lulusan SD dari sekolah tempat
saya mengajar telah dapat memenuhi ke-10 standar tersebut dengan nilai yang
cukup baik. Seluruh lulusan dari sekolah kami, sudah layak untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang berikutnya yaitu SMP. Kemampuan lulusan SD tempat
saya mengajar dalam bidang membaca, menulis dan berhitung sudah sangat baik
dan sesuai dengan standar kemampuan membaca, menulis dan berhitung siswa
kelas VI SD.
Para lulusan juga sudah terbukti mampu bersaing secara akademik di
SMP, dengan menjadi juara-juara kelas serta juara paralel di masing-masing
sekolah mereka. Hal ini sekaligus menjadi bukti bahwa lulusan yang dihasilkan
mampu dan layak secara akademik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
berikutnya.

7. Ketentuan perundang-undangan yang mengatur sistem pendidikan nasional di


Indonesia
Dalam kurun waktu tahun 1945 sampai dengan diundangkannya Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional , telah berlaku tiga
undang-undang yang mengatur sistem pendidikan nasional, yakni Undang-Undang RI
Nomor 4 tahun 1950, UU RI No. 22 Tahun 1961, dan UU RI No. 2 Tahun 1989.
Saat ini pendidikan Sekolah Dasar diselenggarakan atas dasar UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sisdiknas. Dalam konsideran Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional digariskan bahwa :
● Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah dara Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut untuk memajukan kesejahteraan
umum, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial
● Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menngamanatkan
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur
dengan undang-undang
● Sistem pendidikan nasional harus mampu menjami pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan
untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional dan global sehingga perlu dilakukan pembaruan pendidikan secara
terencana, terarah dan berkesinambungan
Oleh karena itu, secara ideologis dan yuridis ditetapkan bahwa Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesiao Tahun 1945 merupakan dasar
atau fondasi pendidikan nasional.

8. Pengertian isi dan proses pendidikan


Isi dan proses pendidikan mencakup kurikulum dan perangkat pendidikan lainnya serta
pengelolaan pendidikan secara keseluruhan. Sebagai isi kurikulum pendidikan dasar
ditetapkan sekurang-kurangnya 10 bidang kajian (pasal 37) yang secara konseptual
dirancang untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian anak didik. ke -10 bidang
kajian tersebut adalah pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa,
matematika, IPA, IPS, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga,
keterampilan/kejuruan dan muatan lokal. Setiap bidang kajian kecuali pendidikan agama
dan pendidikan kewarganegaraan, dapat dikembangkan menjadi satu mata pelajaran.
Pada dasarnya kesemua bidang kajian itu merupakan wahana pendidikan untuk
mengembangkan kemampuan dan kepribadian anak didik dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Standar Kompetensi Lulusan Sekolah Dasar berdasarkan Permendiknas No 23 tahun
2006 yaitu:
k. Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan anak
l. Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri
m. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya
n. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras dan golongan sosial ekonomi
di lingkungan sekitarnya
o. Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis dan kreatif
p. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis dan kreatid dengan bimbingan
guru/pendidik
Mengenai isi pendidikan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Pasal 6 ayat (1) dinyatakan bahwa kurikulum untuk jenis
pendidikan umum, kejuruan dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
terdiri atas kelompok mata pelajaran :
● Agama dan akhlak mulia
● Kewarganegaraan dan kepribadian
● Ilmu pengatahuan dan teknologi
● Estetika
● Jasmani, olahraga dan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai