Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Instrumentasi

Oleh
Nama : Aditya Dwi sugiarto
NIM : 2117101201057
Kelas : TEP C
Acara : Acara 3
Asisten : Ferdinan Simanjutak

LABORATORIUM ENERGI, OTOMATISASI DAN INSTRUMENTASI


PERTANIAN
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Listrik merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat penting
sebagai sumber daya yang paling dibutuhkan dalam suatu usaha. Listrik
mempunyai komponen yang dapat diukur dengan beberapa alat elektronika
yang sesuai dengan fungsinya masing-masing tergantung jenis komponen
yang akan diukur. Pengukuran merupakan faktor yang penting dalam
pekerjaan elektronika. Salah satu syarat alat ukur dalam instrumen adalah alat
yang dipakai tidak boleh menghambat sistem atau variabel yang diukur,
seperti alat untuk mengukur arus listrik adalah amperemeter, untuk mengukur
tegangan adalah voltmeter, dan alat untuk mengukur hambatan adalah
ohmmeter. Alat yang cukup kompleks yang biasa digunakan untuk mengukur
arus, tegangan, dan hambatan adalah AVO meter atau multimeter analog
untuk memudahkan penggunanya sebagai pengukuran.
Penguat operasional (operational amplifier) atau yang biasa disebut op-
amp merupakan suatu jenis penguat elektronika dengan hambatan (coupling)
arus searah yang memiliki faktor penguatan sangat besar dengan dua masukan
dan satu keluaran. Penguat diferensial merupakan suatu penguat yang bekerja
dengan memperkuat sinyal yang merupakan selisih dari kedua masukannya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum acara 3 adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana karakter dari beberapa penguat operasi ?
2. Bagaimana merangkai beberapa penguat operasi ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum acara 3 adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui beberapa karakter penguat operasi.
2. Mengetahui cara merangkai beberapa penguat operasi.
1.4 Manfaat
Manfaat dari praktikum 3 adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui beberapa karakter penguat operasi.
2. Untuk mengetahui cara merangkai beberapa penguat operasi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Operational Amplifier
Op-Amp memiliki lima kaki yang banyak digunakan, walaupun
kenyataannya Op-Amp memiliki delapan kaki. Kelima kaki tersebut adalah
input inverting, input non-inverting, output, suplai tegangan positif, dan suplai
tegangan negatif.. Sesuai namanya, kaki tegangan suplai positif dan negatif
harus selalu dihubungkan dengan tegangan suplai dengan tanda yang
bersesuaian, agar Op-Amp dapat bekerja sebagaimana mestinya.
Amplifier adalah jenis komponen listrik yang dapat memberikan
amplifikasi pada sinyal output nya, ketika diberikan sinyal input kepadanya.
Jenis amplifier sederhana seperti rangkaian transistor dapat memberikan
amplifikasi sampai ordo ratusan kali sinyal input. Namun, transistor juga dapat
digunakan sebagai komponen dasar untuk mengembangkan jenis amplifier
dengan amplifikasi yang jauh lebih tinggi lagi ( Yuwanza Ramadhan, 2020)
2.2 Penguat Inverting
Penguat inverting adalah penguatan rangkaian yang dapat diatur dengan
mengatur besar nilai Rf dan Ri dan penguat ini dapat menguatkan sinyal
bolak-balik maupun searah. Tegangan masukan positif (Vi) melalui Rf
diberikan pada masukan inverting Op-Amp, dan umpan balik negatif
diberikan oleh resistor umpan balik Rf (Alex et al., 2015).
Penguat ini dinamakan penguat inverting karena masukan dari penguat
tersebut adalah masukan non inverting dari Op Amp. Sinyal keluaran yang
dihasilkan oleh penguat jenis ini sefasa dengan sinyal masukannya.
2.3 Penguat Non-Inverting
Penguat ini dinamakan penguat non inverting karena masukan dari
penguat tersebut adalah masukan non inverting dari Op Amp. Sinyal keluaran
yang dihasilkan oleh penguat jenis ini sefasa dengan sinyal masukannya.
Penguat tersebut dinamakan penguat non-inverting karena masukan dari
penguat tersebut adalah masukan non-inverting dari Op Amp. Tidak seperti
penguat inverting, sinyal keluaran penguat jenis ini sefasa dengan sinyal
masukannya. Seperti pada rangkaian penguat inverting syarat ideal sebuah
penguat adalah tegangan masukan sama dengan 0 dan impedansi masukan tak
terhingga (Fatma Adnin Nafisah, 2020)
2.4 Differensial Amplifier
Differential Amplifier membutuhkan arus DC yang stabil pada setiap
input, di samping sinyal input, untuk membuatnya bekerja. Ini disebut arus
bias input. Bahwa arus bias ini diperlukan untuk masing-masing transistor
input. Sirkuit simetris sempurna akan menarik arus yang sama tetapi, dalam
praktiknya, mereka sedikit berbeda. Arus bias input didefinisikan sebagai rata-
rata dari dua arus bias input, ketika input berada pada 0 V (Crecaft, S. 2019)
2.5 Summing Amplifier
Penguat penjumlah merupakan salah satu jenis dari rangkaian penguat
operasi (operational amplifier - opamp) yang berfungsi untuk menjumlahkan
tegangan pada dua atau lebih masukan menjadi satu tegangan keluaran
tunggal. Tegangan-tegangan masukan (Vin) ini dihubungkan ke masukan
inverting dari opamp dengan masing-masing Vin mempunyai nilai resistor
masukan berharga sama (Wiranto et al., 2017).
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum acara 3 mengenai pengukuran tegangan pada beberapa


konfigurasi penguat dengan menggunakan operasional amplifier
dilaksanakan pada hari Rabu, 02 November 2022 pukul 07.00-09.40
bertempat di Laboratorium Energi, Otomatisasi dan Instrumentasi
Pertanian Gedung G Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan komponen yan digunakan adalah sebagai berikut :
Alat:
1. Power Suply DC
2. AVO meter digital / AVO meter analog
3. Wise board
4. Tang potong
Komponen :
1. Resistor fixed (10KΩ;100KΩ)
2. Potensio (B500KΩ)
3. IC 741
3.3 Metodologi
Metodologi pembuatan rangkaian praktikum sebagai berikut
Diagram 3.1 Diagram alir pengukuran tegangan menggunakan operational
amplifire

Penjelasan:
1. Mulai, membuka aplikasi proteus.
2. Memanggil komponen IC 741, resistor, pot, power, voltmeter dan ground
dengan klik symbol P pada proteus dan menampilkan pada lembar kerja
proteus.
3. Merangkai IC 741, resistor, pot, power, voltmeter dan ground sesuai dengan
modul.
4. Memasukkan nilai konfigurasi pada setiap komponen dan menekan tombol
run untuk mencatat nilai konfigurasi yang dihasilkan.
5. Selesai
3.3.1 Skema dan Rangkaian
1. Inverting Amplifier
Rangkaian Inverting Amplifire pada modul dan praktikum

Gambar 3.1 Skema tegangan di modul praktikum

Gambar 3.2 Rangkaian tegangan praktikum


2. Non – Inverting Amplifier

Gambar 3.3 Skema tegangan di modul praktikum


Gambar 3.4 Rangkaian tegangan di proteus

3. Summing Amplif

Gambar 3.5 Skema tegangan di modul praktikum

Gambar 3.6 Rangkaian tegangan di proteus

4. Differential Amplifier

Gambar 3.7 Skema tegangan di modul praktikum


Gambar 3.8 Rangkaian tegangan di proteus
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengukuran Tegangan pada Beberapakonfigurasi Penguat

Hasil perhitungan pengukuran tegangan menggunakan operasional amplifire


sebagai berikut
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran tegangan menggunakan operational amplifire
Kond/ R1 R2 R3 R4 Vs Vin (volt) Vout (volt)
Konf
Rd KΩ KΩ KΩ KΩ volt 1 2 Ukur Teori
50 4,94 x 25,8 9,88
100 4,94 x 25,8 9,88
Invert 150 100 100 22 22 10 4,94 x 25,8 9,88
200 4,94 x 25,8 9,88
250 4,94 x 25,8 9,88
50 5,29 x 1,87 16,928
100 5,29 x 1,87 16,928
Non-I 150 10 22 x x 10 5,29 x 1,87 16,928
200 5,29 x 1,87 16,928
250 5,29 x 1,87 16,928
50 4,21 4,17 -4,84 -6,42
100 4,23 4,21 -4,8 -6,46
Diff 150 100 100 200 200 10 4,25 4,25 -4,8 -6,5
200 4,27 4,29 -4,76 -6,54
250 4,29 4,33 -4,76 -6,58
50 4,99 4,56 -0,57 -10,98
100 4,99 4,56 -0,53 -10,98
Sum 150 100 200 200 x 10 4,99 4,51 -0,55 -10,98
200 4,99 4,56 -0,52 -10,98
250 4,99 4,58 -0,56 -10,98

Berdasarkan data hasil pengukuran pada Tabel 4.1 hasil dan


pembahasannya sabagai berikut.
4.2 Inverting Amplifier
Berdasarkan Tabel 4.1 bahwa pengukuran tegangan menggunakan
operasional amplifier secara inverting menunjukkan hasil pengukuran berupa
besar resistansi yang digambarkan dalam grafik sebagai berikut.
Inverting Amplifire
30
25
f(x) = 25.8

Output (Volt)
20 Ukur
R² = 0
15 Linear (Ukur)
10 Teori
5 f(x) = 9.88
R² = 0 Linear (Teori)
0
9 4 94 9 4 9 4 94
4. 4. 4. 4. 4.
Input (Vin (V))

Gambar 4.1 Grafik Inverting Amplifire


Berdasarkan Gambar 4.1 mengenai grafik pengukuran inverting amplifier
secara teori maupun secara pengukuran dengan di laboratorium tidak didapatkan
perbedaan yang terletak pada nilai R2. Nilai R2 pada pengukuran praktikum
memiliki nilai tidak ditemukan sedangkan nilai R2 pada pengukuran secara teori
memiliki nilai tidak ditemukan. Nilai y pada pengukuran di laboratorium memiliki
nilai y = 25,8 sedangkan pada pengukuran secara teori memiliki nilai y = 9,88.
Pada hasil pengukuran di laboratorium didapatkan nilai hasil pengukuran Vin dan
Vout yang semakin meningkat seiring bertambahnya nilai interval potensio.
Sedangkan hasil pengukuran secara teori didapatkan hasil nilai Vin dan Vout yang
semakin menurun seiring bertambahnya nilai interval potensio.
4.3 Non – Inverting Amplifier
Berdasarkan Tabel 4.1 bahwa pengukuran tegangan menggunakan
operasional amplifier secara non-inverting menunjukkan hasil pengukuran
berupa besar resistansi yang digambarkan dalam grafik sebagai berikut.
Non-Inverting Amplifire
20
Output (Volt) 15 f(x) = 16.928 Ukur
R² = 0
10 Linear (Ukur)
Teori
5 Linear (Teori)
0 f(x) = 1.87
5.29R² 5.29
= 0 5.29 5.29 5.29
Input (Vin (V))

Gambar 4.2 Grafik non-Invereting


Berdasarkan Gambar 4.2 mengenai grafik pengukuran non-inverting
amplifier secara teori maupun secara pengukuran langsung di lab didapatkan
perbedaan yang terletak pada nilai R2. Nilai R2 pada pengukuran lab tidak memliki
nilai sedangkan nilai R2 pada pengukuran secara teori memiliki nilai 0. Nilai y
pada pengukuran proteus memiliki nilai y = 5E-15x + 16.928 sedangkan pada
pengukuran secara teori memiliki nilai y = 1,87. Pada hasil pengukuran di
laboratorium didapatkan nilai hasil pengukuran Vin dan Vout yang memiliki nilai
konstan seiring bertambahnya nilai interval potensio.
4.4 Differential Amplifier
Berdasarkan Tabel 4.1 bahwa pengukuran tegangan menggunakan
operasional amplifier secara differensial amplifier menunjukkan hasil
pengukuran berupa besar resistansi yang digambarkan dalam grafik
sebagai berikut.
Gambar 4.3 Grafik Differential Amplifire
Berdasarkan Gambar 4.3 mengenai grafik pengukuran differensial
amplifier secara teori maupun secara pengukuran dengan di laboratorium
didapatkan perbedaan yang terletak pada nilai R2. Pada hasil pengukuran
di laboratorium didapatkan nilai hasil pengukuran Vin dan Vout yang
semakin meningkat seiring bertambahnya nilai interval potensio.
Sedangkan hasil pengukuran secara teori didapatkan hasil nilai Vin dan
Vout yang semakin menurun seiring bertambahnya nilai interval potensio.
4.5 Summing Amplifier

Gambar 4.5 Grafik Summing Amplifire


Berdasarkan Gambar 4.5 mengenai grafik
pengukuran summing amplifier secara teori maupun secara pengukuran di
labpratprium didapatkan perbedaan yang terletak pada nilai R2. Pada hasil
pengukuran di laboratorium didapatkan nilai hasil pengukuran Vin dan Vout
yang semakin meningkat seiring bertambahnya nilai interval potensio.
Sedangkan hasil pengukuran secara teori didapatkan hasil nilai Vin dan Vout
yang semakin menurun seiring bertambahnya nilai interval potensio.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Tegangan masukan positif (Vi) melalui Rf diberikan pada masukan
inverting Op-Amp, dan umpan balik negatif diberikan oleh resistor umpan
balik Rf (Alex et al., 2015).
2. Tegangan-tegangan masukan (Vin) ini dihubungkan ke masukan inverting
dari opamp dengan masing-masing Vin mempunyai nilai resistor masukan
berharga sama (Wiranto et al., 2017).
5.2 Saran
Saran saya waktu praktikum yaitu jika mengambil data itu apabila nilai
tidak keluar setidaknya di cari tahu karena kalua kita mengambil data yang di beri
kadang masih bingung penjelasannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ramadhan, Y. 2020. Karakteristik OP-AMP. Universitas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia 1(1):1-2.
Purnama, S. dkk. 2020. Inverting dan Non-Inverting. Makalah. Fakultas Teknik
Universitas Tabulako.
Alex, C., F. Gozali dan J. K. Wibowo. 2015. Sistem Penimbangan Berat Barang
Berbasis Komputer PC. Jurnal tesla. 17(2):196-209.
Wolf, M. Crecraft, S. 2002. Differential Amplifire. ScienceDirect
Wiranto, B. S., L. Yuniarsari dan Sukandar. 2017. Pengembangan Modul Penguat
Penjumlah Sinyal pada Perangkat Scintigrafi untuk Tiroid SC-12.
Jurnal Perangkat Nuklir.
LAMPIRAN
1. Lampiran Inverting Amplifire

2. Lampiran Non-inverting Amplifir


3. Lampiran Differensial Amplifire

4. Summing Amplifire

Anda mungkin juga menyukai