Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KETEPATAN DALAM MENDESKRIPSIKAN PENDIDIKAN KEJURUAN M


ANCANEGARA
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kurikulum pendidikan teknologi dan
kejuruan

Dosen Pengampu : Dr. Indrati K, M.Pd

Disusun oleh :
Alan Febrianda 20061019
Amelinda Jetira 20061020
Julio Arca Saputra 20061029
Nazira Ilyka 20061061
Rindi Silvia Putri 20061036

S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita sanjungkan kehadirat tuhan yang maha esa, karena
dengan pertolongan-nya saya dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul
“Ketepatan Dalam Mendeskripsikan Pendidikan Kejuruan Mancanegara”.
Tak lupa saya mengucapkan terikasih kepada dosen pembimbing dan rekan-
rekan yang telah membantu saya dalam pembuatan karya tulis ini. Kami juga
mengucap terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung. Tentunya ada hal-hal yang ingin
kami berikan kepada masyarakat dari karya tulis ini. Karena itu saya berharap
semoga karya tulis ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Semoga karya ilmiah yang saya buat ini dapat membuat kita mencapai
kehidupan yang lebih baik lagi.

Padang, mei 2022

penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................1
C. TUJUAN......................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..........................................................................................................................2
MENDESKRIPSIKAN PENDIDIKAN KEJURUAN MANCANEGARA.........................2
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN KEJURUAN..............................................................2
B. KOMPARASI ANTARA SISTEM PENDIDIKAN KEJURUAN DI JEPANG,
AUSTRALIA, MALAYSIA, JERMAN, DAN INGGRIS...................................................3
1. JEPANG...................................................................................................................3
2. AUSTRALIA...........................................................................................................7
3. MALAYSIA.............................................................................................................9
4. JERMAN................................................................................................................12
5. INGGRIS...............................................................................................................15
BAB III....................................................................................................................................19
PENUTUP................................................................................................................................19
A. Kesimpulan................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Setiap bangsa mengembangkan sistem pendidikan yang dipandang unggul dan


mampu menjadi sarana yang ideal bagi pencapaian tujuan-tujuan pendidikan. Saat ini
bisa kita lihat beragam sistem pendidikan di dunia, yang seringkali dibangun berdasar
prinsip pendidikan yang persis sama, namun tetap kaya dengan perbedaan di berbagai
tingkatan kebijakan dan teknis pelaksanaan.

Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh
setiap negara di dunia. Sudah menjadi suatu rahasia umum bahwa maju atau tidaknya
suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan,
sehingga suatu bangsa dapat diukur apakah bangsa itu maju atau mundur, karena
seperti yang kita ketahui bahwa Pendidikan tentunya akan mencetak Sumber Daya
Manusia yang berkualitas baik dari segi spritual, intelegensi dan skill dan pendidikan
merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses
pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Latar belakang tadi terdapat permasalahan yaitu


1. Apa Pengertian pendidikan kejuruan

2. Bagaiman komparasi antara sistem pendidikan kejuruan di jepang, australia,


amerika serikat, jerman, dan inggris?

C. TUJUAN
1. Mengetahui apa Pengertian pendidikan kejuruan
2. Mengetahui bagaimana komparasi antara sistem pendidikan kejuruan di
jepang, australia, malaysia, jerman, dan inggris?

1
BAB II

PEMBAHASAN

MENDESKRIPSIKAN PENDIDIKAN KEJURUAN MANCANEGARA

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN KEJURUAN


Di negara-negara berkembang pada umumnya menyelenggarakan dua jenis
pendidikan utama yaitu pendidikan umum (general education) dan pendidikan kejuruan
(vocational education). Seperti dinyatakan oleh Jandhyala B G Tilak (2002), dalam The
Handbook on Educational Research in the Asia Pacific Region” sebagai berikut.
“General or vocational education? This is a “tough choice” in many developing
countries. In the human capital framework, general education creates ‘general human
capital’ and vocational and technical education ‘specific human capital’ Vocational
education has an advantage, imbibing specific job-relevant skills, that can make the
worker more readily suitable for a given job and would make him/her thus more
productive” Pendidikan umum atau pendidikan kejuruan. Hal ini merupakan pilihan di
beberapa negara berkembang. Dalam pemikiran sumber daya manusia/modal manusia,
pendidikan umum akan menghasilkan sumber daya manusia yang masih bersifat umum
dan pendidikan kejuruan atau pendidikan teknik akan menghasilkan sumber daya
manusia yang spesifik. Pendidikan kejuruan memiliki beberapa keuntungan karena dapat
menghasilkan sumber daya manusia yang terampil dan relevan, siap kerja dan produktif.
Dalam hal pendidikan kejuruan Prosser and Quigley (1950) sebagai bapak
pendidikan kejuruan (vocational education) menyatakan “vocational education is
essentially a matter of establishing certain habits through repetitive training both in
thinking and in doing, it is primarily concerned with what these habits shall be and how
they shall be taught. When consider the matter a little further we find there are general
group of habits requires 1. Habits giving adaption to working environment 2. Process
habits 3. Thinking habit”. Esensi dari pendidikan kejuruan adalah mengajarkan kebiasaan
berfikir dan bekerja melalui pelatihan yang berulang-ulang. Terdapat tiga kebiasaan yang
harus diajarkan yaitu: 1. Kebiasaan beradaptasi dengan lingkungan kerja; 2. Kebiasaan
dalam proses pelaksanaan kerja dan 3. Kebiasaan berfikir (dalam pekerjaan).

2
Wenrich and Galloway (1988) mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan sama
dengan pendidikan teknik dan sama dengan pendidikan okupasi. The term vocational
education, technical education, occupational education are used interchangeably. These
terms may have different connotations for some readers. However, all three terms refer to
education for work. Istilah pendidikan kejuruan, pendidikan teknik, dan pendidikan
okupasi digunakan secara bergantian. Istilah-istilah tersebut mempunyai konotasi yang
berbeda-beda bagi pembaca, namun ke tiga istilah tersebut merupakan pendidikan untuk
bekerja.
Wenrich and Galloway (1988) lebih jauh mengemukakan bahwa “Vocational
education might be defined as specialized education that prepares the leaner for entrance
into a particular occupation or family occupation or to upgrade employed workers”.
Pendidikan Kejuruan dapat diartikan sebagai pendidikan yang special yang berfungsi
menyiapkan peserta didik untuk memasuki pekerjaan tertentu, atau pekerjaan keluarga
atau untuk meningkatkan kemampuan tenaga kerja.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, PENDIDIKAN KEJURUAN: merupakan pendidikan menengah
yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Namun
berdasarkan fakta yang ada, lulusan SMK tidak hanya dapat bekerja pada bidang tertentu,
tetapi juga bisa melanjutkan ke perguruan tinggi dan wirausaha. Oleh karena itu lulusan
SMK bisa BMW, yaitu bekerja di dunia kerja dan dunia industri, melanjutkan ke
perguruan tinggi khususnya ke pendidikan vokasi, atau pendidikan profesi, atau menjadi
guru SMK dan wirausaha.

B. KOMPARASI ANTARA SISTEM PENDIDIKAN KEJURUAN DI JEPANG,


AUSTRALIA, MALAYSIA, JERMAN, DAN INGGRIS

1. JEPANG

1. Struktur sistem pendidikan dan posisi pendidikan kejuruan di Jepang

Pendidikan di Jepang mencakup pendidikan formal di sekolah, pendidikan


moral di rumah, dan pendidikan masyarakat (pendidikan seumur hidup). Wajib
belajar pendidikan dasar dan menengah berlaku untuk penduduk berusia 6 tahun
hingga 15 tahun. Penduduk terdaftar yang memiliki anak usia wajib belajar akan

3
menerima pemberitahuan untuk memasukkan anak ke sekolah. Sebagian besar
lulusan sekolah menengah pertama melanjutkan ke sekolah menengah atas. Sekolah
negeri atau sekolah umum diselenggarakan oleh pemerintah prefektur atau
pemerintah kota, dan kadang-kadang oleh pemerintah pusat. Sebagian besar sekolah
dasar negeri dan sekolah menengah pertama negeri dikelola pemerintah kota.
Sebagian besar sekolah menengah atas dikelola oleh pemerintah prefektur, dan
kadang-kadang oleh pemerintah kota. Sekolah swasta diselenggarakan oleh badan
hukum.
Beberapa dari sekolah yang paling difavoritkan adalah sekolah tingkat menengah
swasta selama enam tahun yang jenjangnya pada kedua range, yaitu pada lower
secondary dan upper secondary school. Sekolah-sekolah itu, yang mana melayani
minoritas kecil anak-anak Jepang, adalah seperti sekolah negeri bahasa Inggris, dan
persaingan untuk memasukinya sangat ketat. Siswa pada sekolah tersebut bersaing
untuk mendapatkan tempat di universitas elit yang jumlahnya terbatas, perlu belajar
keras untuk dapat melalui tes masuk universitas tersebut.

2. Komitmen negara setempat terhadap pendidikan dan pelatihan kejuruan

Jepang merupakan negara yang pertama untuk mengakui kedua kekurangan dalam
sistem mereka saat ini berupa pendidikan kejuruan dan pelatihan, dan juga tantangan
yang harus dihadapi di masa depan.
Di Jepang terdapat keluasan penerimaan antara industri dan komunitas, kebutuhan
fasilitas negara untuk pelatihan kejuruan dan kontrol sentralisasi tingkat tinggi dari
sistem pendidikan. Dengan begitu, di sana terdapat tradisi keterlibatan pemerintah
yang panjang, baik pada penetapan tujuan ekonomi nasional dan pengaturan serta
pengawasan kerangka kerja pelatihan industri dan pengembangan. Kerangka kerja
undang-undang nasional dan struktur adiministratif untuk pelatihan industrial adalah
kompleks dan berdasarkan pada Hukum Pelatihan Kejuruan 1969 dan amandemennya
baru-baru ini menelurkan prinsip dasar pelatihan kejuruan dan membuat ketetapan
peraturan untuk dilaksanakan oleh setiap bagian yang berkecimpung pada aktifitas
tersebut. Komitmen yang tinggi ditunjukan negara tersebut dengan kewenangan
pemerintah pusat yang sangat besar pada bidang kejuruan terutama pada materi
pembelajaran yang berjalan, sehingga menjadi contoh dari beberapa negara yang juga
sedang mengembangkan pendidikan kejuruannya.

3. Peran dunia industri dalam pengembangan pendidikan kejuruan

Keterampilan pekerja di Jepang diharapkan tidak hanya untuk mengembangkan


keahlian pada satu skill untuk semua ekslusi, tetapi untuk menjadi lebih dapat
disesuaikan dan fleksibel pada sikapnya (karyawan) dan kemampuan agar dapat
berkontribusi lebih penuh terhadap kemakmuran perusahaan. Untuk alasan ini,
perusahaan di Jepang menyediakan program inisial, dan program retraining.
Kombinasi dari pendidikan dan pelatihan “rumahan” dan sikap sosial di antara

4
karyawan, yang memiliki akar sejarah yang dalam, menghasilkan dalam iklim
perusahaan yang homogeny yang sering mencapai intensitas religius dan spiritual.

Di sana terdapat keluasan penerimaan di Jepang, dengan industri dan komunitas


pada besarnya, kebutuhan fasilitas negara untuk pelatihan kejuruan, dan pastinya,
kontrol sentralisasi tingkat tinggi dari sistem pendidikan. Dengan begitu, di sana
terdapat tradisi keterlibatan pemerintah yang panjang, baik pada penetapan tujuan
ekonomi nasional dan pengaturan serta pengawasan kerangka kerja pelatihan industri
dan pengembangan. Kerangka kerja undang-undang nasional dan struktur
adiministratif untuk pelatihan industrial adalah kompleks dan berdasarkan pada
Hukum Pelatihan Kejuruan 1969 dan amandemennya baru-baru ini menelurkan
prinsip dasar pelatihan kejuruan dan membuat ketetapan peraturan untuk
dilaksanakan oleh setiap bagian yang berkecimpung pada aktifitas tersebut.

Fasilitas utama dari kerangka kerja ini adalah bahwa tanggungjawab utama untuk
menyediakan pelatihan kejuruan bersandar pada industri, dan negara melalui menteri
tenaga kerja, membantu pada proses ini melalui berbagai cara, sebagai contohnya,
menyediakan subsidi substansial untuk mendorong perusahaan yang lebih kecil untuk
menyediakan pelatihan yang penting. Pemerintah juga mengawasi sistem nasional
pengujian perdagangan yang telah dilaksanakan semenjak tahun 1959. Sekarang
meluas tidak lebih sedikit dari 102 perdagangan dan beroperasi pada dua tingkatan.
Grade I (lebih kompleks) dan Grade II.

Pengujian diberikan setahun sekali dan merupakan stimulus yang cukup untuk
karyawan untuk melaksanakan training tambahan, sebagai kelengkapan kesuksesan
untuk promosi atau kenaikan pangkat, dan juga menjadi materi kebanggaan individu.
Departemen Tenaga Kerja menjalankan Institut Pelatihan Kejuruan yang memainkan
peran yang sangat penting dalam instruktur pelatihan untuk Lembaga baik negeri
maupun swasta, dan juga untuk industri. Bidang pelatihan kejuruan, merupakan
bagian penting yang dimainkan oleh sektor swasta, terutama dalam bentuk sekolah
pelatihan khusus, yang merupakan faktor kunci/penting. Ekspansi mereka dalam
beberapa tahun terakhir adalah sebagai respon langsung terhadap permintaan orang
tua dan siswa serta kemauan industri untuk mempekerjakan produk/lulusan mereka.
Apapun kekurangan mereka mungkin, yang diukur dengan kriteria luas pendidikan
dan pedagogik, kekuatan mereka terletak pada kemampuan mereka untuk merespon
dengan cepat membantu secara efektif tuntutan pasar yang dirasakan.
Pelatihan yang diberikan oleh industri, setidaknya dalam kasus perusahaan besar,
tersebar luas, intensif, dan berkualitas tinggi.

4. Bagaimana arah kurikulumnya

Sekolah di Jepang memiliki kurikulum yang sangat bergantung, dirumuskan untuk


mereka oleh menteri pendidikan, dan agar mengikutinya, mereka diharuskan untuk

5
melaksanakan program pendidikan selama 240 hari setahun. Dalam kasus
kebanyakan, oleh karena itu, anak-anak bersekolah selama enam hari dalam
seminggu, dan empat puluh minggu dalam setahun, dan pun demikian diharuskan
untuk menghabiskan waktu lebih di sekolah daripada negara lain di dunia. Selama
tahun-tahun bersekolah, anak-anak di Jepang menerima penyelesaian tingkat tinggi
dalam bahasa daerahnya dan matematika, dan mendapatkan kerajinan sikap dan
ketekunan yang mana, dalam pandangan Duke, dan para observer lainnya terhadap
Jepang, melengkapinya secara ekstrim sebagai pekerja masa depan.
Di Jepang, tidak terdapat ujian nasional untuk masuk ke pendidikan yang lebih
tinggi, malahan, mereka secara berulang kali mengikuti ujian saringan yang mana
secara khusus disiapkan oleh perusahaan yang menspesialisasi dalam produksinya.
Kurikulum sekolah menengah kejuruan di Jepang, terdiri dari kedua mata pelajaran
umum dan mata pelajaran kejuruan. Pelajaran umum terdiri dari bahasa Jepang, IPS,
matematika, sains, bahasa asing, biasanya bahasa Inggris, seni, dan pendidikan
jasmani. Pelajaran kejuruan khusus di bidang teknis, misalnya, spesialis yang paling
penting termasuk mesin, listrik, elektronik, arsitektur, teknik sipil dan kimia industri.
Program yang paling populer di bidang teknis adalah mereka dalam mesin dan listrik
dalam hal pemeriksaan dan perawatan.

5. Sistem Pendidikan Kejuruan di Jepang

Dalam sistem pendidikan kejuruan di jepang dibagi menjadi 2 kelompoksetelah


lulus di jenjang pendidikan menengah atas yaitu:

a) Sekolah Diploma

Sekolah Diploma atau Junior College di Jepang disebut Tank iDaigaku atau
disingkat TANDAI. Masa studinya umumnya berlangsung selama 2 tahun, tetapi
untuk bidang-bidang seperti Teknologi Kesehatan, IlmuKeperawatan biasanya
berlangsung selama 3 tahun. Berbeda dengan pendidikan di Perguruan Tinggi yang
lebih menekankan pada pendidikan yang bersifat teoritis maka di Tanki Daigaku
lebih menekankan pada keahlian yang bermanfaat dan dapat diterapkan langsung
sesuai bidang yang dipelajari.Sekitar sepertiga dari program ini diperuntukan bagi
perempuan dan lebih darisetengahnya mengajarkan bidang-bidang seperti social
humaniora,kesejahteraan keluarga dan kependidikan. Berbeda dengan di Indonesia
diJepang lulusan Diploma tidak bisa langsung melanjutkan ke jenjang S1,apabila
ingin masuk Perguruan Tinggi (S1) harus masuk dari awal.

b) Sekolah Kejuruan

Sekolah Tinggi Kejuruan atau Profesional Training College di Jepang disebut


Senmon Gakkou. Senmon Gakkou merupakan lembaga pendidikantinggi yang
bertujuan meningkatkan taraf pendidikan, ilmu pengetahuan danketerampilan yang

6
diperlukan dalam pekerjaan atau kehidupan sehari-hari.Sekolah ini ditujukan untuk
lulusan SMA, lulusan Perguruan Tinggi ataumereka yang sudah lama bekerja di
perusahaan kemudian ingin menjadiwirausaha dengan keahlian/keterampilan khusus
yang dimiliki. Senmon Gakkou biasanya meliputi bidang kesehatan, teknik,
kebudayaan, pengetahuanumum, kependidikan, perdagangan, kesejahteraan social,
kerumah tangaan, pertanian dan sebagainya. Di Senmon Gakkou dapat memperoleh
sertifikasi di banyak bidang seperti diantaranya, animator, sutradara film, game
creator,interior design, arsitek, system engineer, montir mobil, perawat, ahli gizi,
koki, penata rambut, interpreter, staff hotel, pramugari, guru TK, perancang
busanadan lain-lain. Masa belajar biasanya antara 2 – 4 tahun. Salah satu ciri
khassenmon gakkou adalah mempunyai berbagai program yang sesuai
dengankeahlian dan sertifikat yang diinginkan. Semua Senmon Gakkou
menggunakan bahasa Jepang sebagai bahasa pengantar, untuk masuk kesekolah ini
diharuskan mempunyai kemampuan bahasa Jepang setingkat N2. pelatihan kejuruan,
perguruan tinggi pelatihan khusus di bawah yurisdiksiMOE, serta fasilitas
pengembangan sumber daya manusia dan perguruantinggi politeknik di bawah
yurisdiksi Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerjadan Kesejahteraan. Fasilitas
pengembangan sumber daya manusia publik yangdijalankan oleh pemerintah
prefektur dan Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan menyediakan
kursus satu sampai dua tahun untuklulusan sekolah menengah

2. AUSTRALIA

1. Struktur sistem pendidikan dan posisi pendidikan kejuruan di Australia

Sistem sekolah dibagi menjadi sekolah dasar yang diperuntukkan bagi anak-
anak sampai usia 12 tahun, dan sekolah menengah yang dapat dihadiri sampai usia
17. Jenis yang paling umum dari sekolah menengah adalah sekolah pendidikan yang
komprehensif.
Di Australia pendidikan kejuruan dan pelatihan disediakan oleh tiga lembaga
utama yaitu sistem publik Pendidikan Teknis, lembaga swasta yang menawarkan
pelatihan kejuruan dan industri itu sendiri.
Pada dasarnya sistem pendidikan di Australia dapat digolongkan menjadi empat
tingkatan, yaitu:
1. Sekolah Dasar (Primary School)
2. Sekolah menengah (Secondary or High School)
3. Pendidikan Kejuruan dan Pelatihan (Vocational Education and Training)
4. Pendidikan Tinggi (Universitas)
Pendidikan Dasar adalah wajib untuk anak berusia 6 sampai 12 tahun atau 13
tahun, di Australia untuk sekolah ada istilah Coeducational dan noncoeducational
yaitu penggabungan siswa pria dan wanita yang banyak dilakukan disekolah-sekolah
negeri dan pemisahan jenis kelamin (single-sex) yang banyak ditemui di sekolah-

7
sekolah swasta. Pendidikan menengah dapat ditempuh oleh seorang siswa selama
lima atau enam tahun, hal ini disebut program wajib belajar 9 tahun, setelah hingga
menamatkan sekolah menegah, banyak para pelajar terutama pelajar pria mengikuti
sekolah kejuruan dengan bentuk pemagangan (appreniticeship). Di Australia setiap
pelajar diberi kebebasan untuk memilih keahlian yang mereka sukai, pendidikan
pemagangan ini ditempuh selama empat tahun dan paruh waktu (part time), kemudian
saat bersamaan para pelajar dapat juga belajar di perguruan tinggi atau dikenal
dengan TAFE (Technical and Further Education) dan juga CAE (Colleges of
Advanced Education).
.

2. Peran dunia industri dalam pengembangan pendidikan kejuruan di


Australia

Di Australia, seperti di Inggris, pendidikan kejuruan dan pelatihan disediakan


oleh tiga lembaga utama: sistem publik Pendidikan Teknis dan lembaga swasta yang
menawarkan pelatihan kejuruan, dan industri itu sendiri, Australia juga seperti
Inggris, dari mana sistem sebagian besar berasal, dalam sebagian besar ketentuan
formal dibuat oleh lembaga pertama, lembaga-lembaga publik pendidikan kejuruan
dan pelatihan dan, tidak seperti Jepang, industri Australia secara tradisional
bergantung pada mereka untuk memberikan sebagian besar pelatihan tersebut ada
pada lembaga-lembaga.
Sebagian besar industri dan businem concern di Australia memiliki jumlah
karyawan yang relatif kecil, sehingga negara memiliki persentase kerja swasta yang
lebih tinggi daripada Inggris di perusahaan-perusahaan kecil yang memiliki insentif
kecil untuk berinvestasi dalam pelatihan kejuruan untuk karyawan mereka. Sehingga
banyak eksekutif merasa bahwa pelatihan kejuruan sebagian besar merupakan
tanggung jawab publik. Ini khususnya jadi untuk magang dan pelatihan perdagangan,
dengan demikian, telah diperkirakan bahwa sekitar 83 persen magang atau
mengambil kursus pelatihan di Perguruan tinggi TAFE, 16 persen menggabungkan
pelatihan di perguruan tinggi dengan di off-the-job pusat pelatihan industrial, dan
hanya 1 persen menerima semua pelatihan on-the-job.

3. Bagaimana arah kurikulum Australia

Di Australia di mana di seluruh negara, dengan pengecualian tunggal


Australia Selatan, guru di perguruan tinggi TAFE diminta untuk melakukan program
pelatihan profesional. Sebagai pengaturan pelatihan untuk magang yang bervariasi di
setiap Negara, inti umum keterampilan yang disediakan oleh off-the-job training di
perguruan tinggi Teknis dan Pendidikan Lanjutan (TAFE) sangat penting dalam
memastikan bahwa magang mencapai tingkat keterampilan minimal.
Mengikuti rekomendasi yang dibuat dalam 1985 Kirby Report, Deir terkoordinasi
bergerak secara nasional untuk meningkatkan sistem pelatihan magang, dan untuk
mencapai konsistensi di seluruh negara. Dengan demikian, sistem TAFE telah

8
dipanggil untuk merancang dan menerapkan kurikulum inti nasional yang umum,
ukuran diterima oleh direksi negara TAFE, dan untuk meninjau kurikulum secara
teratur untuk memastikan mereka memenuhi perubahan kebutuhan industri.
Pusat pengembangan kurikulum (Curriculum Development Centre) dibentuk oleh
pemerintah Commonwealth untuk membantu mengkoordinasi dan menyiapkan
kurikulum, terutama untuk kelas akhir sekolah kejuruan, sebagai panduan ujian
eksternal dan bagi negara-negara bagian dapat mengembangkannya sesuai dengan
kebutuhan negara bagian tersebut.
Buku pelajaran dan ujian disiapkan oleh berbagai badan termasuk seksi
kurikulum departemen pendidikan, Dewan Pendidikan Australia (The Australian
Council For Educational Research/ACER), pusat pengembangan kurikulum
(Curriculum Development Centre/CDC), penerbit-penerbit buku komersil, dan guru
bidangstudi.
Metodelogi pengajaran pada prinsipnya terletak pada masing-masing guru
atau sekolah, tetapi di Australia pada umumnya satu guru mengajar satu mata
pelajaran dan untuk kelas yang beda umur diajar oleh lebih dari satu guru atau team
teaching.

3. MALAYSIA

1. Sistem Pendidikan Kejuruan di Malaysia


Sistem pendidikan di Malaysia tidak terlalu jauh berbeda, namun yang paling
membedakan adalah penempatan pendidikan untuk level menengah dibagi menjadi tiga
model pendidikan dan masa capaian studi selama dua tahun. Di Indonesia rentang
penyelesaian studi ini adalah 3 tahun dan 4 tahun bagi model yang memiliki kekhususan
seperti sekolah kejuruan yang bersifat pembangunan. Lebih jelasnya sistem pendidikan
yang digunakan di Malaysia, digambarkan seperti di bawah ini.

U-Secondary/2 th Universities/
Post-Scdry
(Academic)
Colleges/
(Academic)
Employment

L-Secondary U-Secondary/2 th
(Technical) Matrikulation/Foreign
Pre-S 1 Prmry School 6
th th Universities/Employment

Colleges/Polytechnics
U-Secondary/2 th
(Vocational) Employment

9
Gambar 2. Sistem Pendidikan di Malaysia

Permasalahan yang berkembang hampir sama dengan di Indonesia, yakni pada


orientasi lulusan dimana untuk upper secondary school baik yang bersifat academic,
technics, or vocational, lulusannya bisa dimungkinkan untuk memasuki lapangan kerja
maupun untuk melanjutkan ke perguruan tinggi tergantung pilihannya yang didasarkan
kemampuan, minat dan peluangnya yang berkembang setelah mengikuti pendidikan
menengah (upper secondary).

2. Komparasi Content Kurikulum Pendidikan Kejuruan di Malaysia

Sekolah menengah kejuruan di Malaysia memberi materi bahasan yang dianggap


sebagai keterampilan sebelum memasuki lapangan kerja. Hal ini dimaksudkan untuk
memberi fleksibilitas dan mobilitas bagi lulusannya untuk bekerja dalam kehidupannya.
Terdapat dua bentuk atau aliran (stream) dalam sekolah menengah kejuruan, yakni pola
pendidikan kejuruan dan pola pelatihan keterampilan.

Dalam pola pendidikan kejuruan, penekanannya pada upaya memberikan subjek


umum/akademik dan subjek bersifat teknik dalam menyiapkan siswa agar mempunyai
landasan yang baik untuk memasuki pendidikan politeknik atau pendidikan yang lebih
tinggi, tanpa mempengaruhi perkembangan keterampilan kejuruannya.

a. Pola Pendidikan Kejuruan (Vocational Education Stream)


Siswa-siswa dalam pola pendidikan kejuruan mengikuti setiap bahasan dengan
penekanan pada subjek akademik. Institusi yang bertanggung jawab untuk mengelola
pendidikan kejuruan dan pengujiannya adalah The Malaysian Certificate of Education
Vocational (SPMV). Kurikulum yang bersifat subjek akademik dari pola pendidikan
kejuruan ini adalah sebagai berikut:

10
b. Pola Pelatihan Keterampilan (Skills Training Stream)
Dalam pola pelatihan keterampilan, penekanan lebih diberikan dalam bentuk kerja
praktik untuk mengembangkan kompetensi dalam keterampilan yang disyaratkan oleh dunia
industri. Siswa disiapkan untuk mendapatkan sertifikat yang dikeluarkan oleh The National
Vocational Training Certificate dan penilaian keterampilan diarahkan oleh The National
Vocational Training Council, Ministry of Human Resources. Siswa-siswa diharapkan untuk
mendapatkan pekerjaan di industri setelah melengkapi pelatihan mereka.

Berdasarkan pola yang dikembangkan dalam pendidikan atau sekolah kejuruan di


Malaysia, bisa disimpulkan bahwa pendekatan yang dilakukan adalah memisahkan secara
jelas antara bahasan yang berkaitan dengan teori-teori kejuruan di sisi lain, dan bahasan-
bahasan yang bersifat praktik dalam bentuk pelatihan keterampilan kejuruan. Dengan
demikian kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah kejuruan, khususnya yang berkenaan
dengan content kurikulum, adalah bentuk separated curriculum dari pendidikan akademik
dan kejuruan dan bukan integrated academic and vocational curriculum.

11
Pendidikan vokasional di Malaysia dibedakan menjadi dua yaitu level dasar
dan level tinggi. Informasi selengkapnya akan diulas di bawah ini :

1. Level Dasar

Sekolah vokasional level dasar sering disebut juga dengan istilah sekolah
menengah kejuruan. Ada juga yang menamainya dengan sekolah menengah teknik.
Pada proses pembelajarannya, kolej vokasional level dasar ini masih dibagi lagi
menjadi dua kategori yaitu sekolah menengah teknik dan sekolah menengah
kejuruan. Berikut ulasannya:

 Sekolah Menengah Teknik


Jika berminat untuk masuk ke sekolah menengah teknik, prestasi akademik tetap
diutamakan. Terutama untuk beberapa mata pelajaran seperti fisika, kimia, biologi,
dan menggambar teknik. Pasalnya, materi pembelajaran di sekolah teknik lebih fokus
ke teori daripada praktek. Tujuan utama pendidikan di sekolah menengah teknik
adalah mencetak lulusan menjadi insinyur atau punya peran utama sesuai bidang
yang diminati.

 Sekolah Menengah Kejuruan


Berbeda dengan sekolah menengah teknik, di sekolah menengah kejuruan kamu
akan mendapatkan pelatihan keterampilan yang berupa teori dan praktek dalam
waktu 2 tahun. Di Malaysia, para siswa kemudian akan mengikuti ujian Sijil
Pelajaran Malaysia Vokasional atau SPMV pada akhir semester.

Selain mendapatkan materi keterampilan, siswa di sekolah menengah kejuruan juga


mempelajari materi-materi penting lainnya. Sebut saja bahasa Melayu, matematika
dasar, komunikasi dasar, bahasa Inggris dan juga pendidikan agama. Setelah
menjalani dua tahun pelatihan,  murid-murid di sekolah menengah kejuruan tersebut
akan menjalani ujian Sertifikat Keterampilan.

2. Level Tinggi
Para lulusan sekolah menengah teknik dan sekolah menengah kejuruan juga
bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Beberapa lembaga
pendidikan yang bisa jadi rujukan adalah politeknik, Lembaga Pelatihan Industri,
Institut Keterampilan Pemuda Nasional , Perguruan Tinggi Kementerian Pendidikan
Tinggi, Departemen Akreditasi dan Keterampilan Lanjutan, Teknologi
Tinggi Training Center, Institut Kemahiran Mara dan lain-lain.

12
4. JERMAN

1. Struktur sistem pendidikan dan posisi pendidikan kejuruan di Jerman

Semua murid Jerman Barat memiliki beberapa bentuk pendidikan atau


pelatihan wajib sampai dengan usia 18 tahun. Selain itu, periode wajib sekolah
didahului selama lebih dari 3/4 dari populasi pra-sekolah dengan kehadiran di TK,
yang jumlahnya telah berkembang sangat jauh dalam 20 tahun terakhir. Sekolah
dasar, atau Grundschule, terdiri dari kelas 1 sampai 4, usia 6 sampai 10 tahun, kecuali
di barat Berlin dan Bremen yang mana mencakup kelas I sampai 6, yaitu dari 6 -12
tahun.
Setelah anak-anak telah menyelesaikan empat tahun mereka di sekolah dasar,
mereka melanjutkan ke tiga jenis sekolah menengah: yaitu Hauptschule, setara
dengan sekolah modern British sekunder, Realschule, atau sekolah menengah, dan
Gymasium, atau sekolah tata bahasa. Hauptschule yang melayani sekitar 45 persen
dari kelompok usia 10 sampai 15 atau 16 tahun, selama lima atau enam tahun,
kemudian Realschule, yang kini melayani lebih dari 20 persen dari kelompok usia,
telah memperluas posisinya selama bertahun-tahun sebagai lembaga selektif alternatif
untuk Cymnasium tersebut. Ini menawarkan program empat tahun, dari usia 12
sampai 15 tahun, dan Gymnasium, yang melayani sekitar satu seperempat dari
kelompok usia, adalah sekolah sembilan tahun, dari usia 10 sampai 19 tahun.
Selain empat jenis sekolah menengah negara yang dijelaskan di atas, ada juga
berbagai sekolah khusus yang melayani, misalnya, untuk anak-anak cacat fisik atau
mental. Sekolah-sekolah ini menampung sekitar 5 persen dari kelompok usia.
Di Republik Federal, pendidikan kejuruan dan pelatihan anak-anak untuk
menghasilkan pekerja terampil terjadi setelah mereka telah menyelesaikan pendidikan
umum di sekolah mereka. Dengan demikian, bagi sebagian yang meninggalkan
sekolah pada usia 15 atau 16, ada dua jenis pelatihan kejuruan yang tersedia. Yang
pertama adalah Sistem Dual untuk anak-anak yang sebagian besar usia ini memulai
sebagai magang mereka menggabungkan on-the-job training-dalam industri atau
bisnis dengan Part-time, kehadiran wajib di sekolah-sekolah kejuruan sampai usia 18
tahun dan yang kedua terdiri dari kehadiran pada full-time sekolah kejuruan, yang
telah tumbuh dalam popularitas dalam beberapa tahun terakhir.
Sistem Ganda banyak dikagumi adalah cara klasik dimana mayoritas lulusan
sekolah di Jerman Barat masuk ke dalam sebuah program pelatihan kejuruan. Hal ini
ditandai dengan dua fitur utama yang membedakannya dari sistem pelatihan kejuruan
di negara-negara lain, seperti Inggris. Pertama, seperti telah kita lihat, pelatihan
dibagi antara dua pihak menginstruksikan: majikan dan sekolah. Untuk satu atau dua
hari dalam seminggu mereka menghadiri sekolah kejuruan negara (Berufsschulen), di
mana mereka menggabungkan pendidikan umum dengan fondasi teoritis dari subjek
kejuruan mereka, dan untuk sisa minggu mereka bekerja mereka memperoleh
keterampilan praktis di tempat kerja mereka. Kedua, seperti yang terlihat dari uraian
di atas, pelatihan kejuruan berlangsung sampai batas jauh lebih besar di tempat kerja

13
Sistem magang ini, tidak tidak berbeda dengan di Inggris yang menggabungkan
daripada disekolah
pengalaman kerja dengan hari ke hari di perguruan tinggi pendidikan
lanjutan, meskipun tentu saja dalam skala yang lebih kecil dan kurang sistematis
daripada di Jerman Barat, memiliki akar sejarah yang sangat mendalam akan kembali
ke serikat dan master-magang hubungan Abad Pertengahan.
Itu tergantung atas keberhasilannya pada bersedia kerjasama dari empat partai
besar: Pemerintah Federal, pemerintah Landerpengusaha, dan serikat buruh.
Saat ini, sekitar dua – pertiga dari semua pemuda di kelompok usia 15 sampai 18
tahun berpartisipasi di Sistem Ganda, yang secara keseluruhan melayani sekitar
1.800.000 peserta. Selama tahun 1986, misalnya, lebih dari 700.000 peserta baru
diterima sebagai magang, 40 persen dari mereka perempuan, tak kurang dari 500.000
perusahaan pelatihan, disetujui untuk tujuan ini oleh Pemerintahan Federal. Anak-
anak ini adalah pelatihan untuk beberapa 430 perdagangan yang berbeda dalam 13
kategori besar, meskipun mereka sebagian besar terkonsentrasi di relatif sedikit dari
mereka. Selain itu, segregasi seksual terjadi supaya anak-anak terutama unuk laki-laki
seperti mekanika motor, listrik, mesin tukang, para pekerja, tukang batu, pelukis,
tukang gas dan air, salesman, tukang roti dan tukang kunci. Ini 10 perdagangan
menyumbang tidak kurang dari 39 persen dari semua murid. Dalam kasus anak
perempuan, konsentrasi dalam perdagangan beberapa bahkan lebih besar, dengan 58
persen dari semua pelatihan untuk perempuan mengikuti salah satu dari tujuh
perdagangan: penata rambut, saleswomen, pekerjaan kantor, wanita bisnis, asisten
dokter atau dokter gigi, pegawai bank, dan asisten toko.

2. Peran dunia industri dalam pengembangan pendidikan kejuruan di


Jerman
Sebuah bagian yang sangat penting dalam sistem ini juga dimainkan oleh
badan-badan sektor swasta otonomi yang dikenal sebagai Dewan Industri dan
Perdangangan, Kerajinan, Pertanian, dan profesi tertentu, yang terdiri dari perwakilan
pengusaha, karyawan dan guru sekolah kejuruan. Dewan-dewan tersebut adalah
‘lembaga yang bertanggung jawab’ untuk pelatihan kejuruan dan otonomi, organisasi
regional yang semua perusahaan harus termasuk. Dewan-dewan yang paling penting
adalah enam puluh sembilan industri dan perdagangan dan empat puluh dua
kerajinan. Mereka bertanggung jawab, pada akhir magang, untuk pengujian terpusat
kedua elemen kejuruan dari kurikulum yang dipelajari terutama pada tempat
perusahaan, dan juga aspek-aspek teoritis umum dipelajari di sekolah kejuruan yang
beraplikasi khusus untuk magang yang bersangkutan.Murid menghabiskan sebagian
besar waktu mereka pada pekerjaan, pengusaha/majikan mereka yang sangat
menentukan apa yang mereka pelajari, di mana dan kapan mereka mempelajarinya.
Sebagian besar membatasi pelatihan keterampilan untuk apa yang mereka anggap
penting untuk pekerjaan yang bersangkutan
.Namun, dalam rangka memberikan dasar yang lebih luas dari pelatihan
kejuruan dan untuk menunda keputusan karir orang muda, suatu tahun kejuruan dasar
(Berufsgrundbildungsjahr, BGJ ) diperkenalkan pada awal tahun 1970. Ini terjadi di

14
sekolah kejuruan full-time dan menyediakan pengetahuan tentang bidang pekerjaan
yang luas dari mana orang-orang muda dapat memilih untuk memasukkan magang
pekerjaan khusus. Ini dimaksudkan untuk menjadi alternatif untuk tahun pertama
pelatihan magang di perusahaan, karena itu, untuk dikreditkan oleh pengusaha.
Perusahaan terkemuka Jerman Barat jauh bersangkutan memperluas penyediaan
mereka pelatihan lebih lanjut. beberapa di antaranya tidak langsung berhubungan
dengan keterampilan kerja mereka, tetapi terdiri lebih dari program ‘pengembangan
diri’. Alasan bahwa perusahaan-perusahaan ini siap untuk berinvestasi dalam bentuk
pendidikan lebih lanjut adalah bahwa, seperti setara mereka di Jepang, mereka
melihat kebutuhan tenaga kerja lebih berpendidikan dan lebih fleksibel.

3. Bagaimana arah kurikulum Jerman

Pendidikan vokasi (dual training) di Jerman didesain untuk memberikan ilmu


secara teori maupun praktik bagi siswanya. Ketika belajar di sekolah vokasi, 75%
waktu siswa digunakan untuk bekerja di industri, sedangkan sisanya mereka belajar
teori di sekolah. Nantinya setelah siswa mengikuti pendidikan vokasi di sekolah dan
bekerja pada sebuah industri, mereka akan mendapatkan sertifikat dari asosiasi
industri (chamber) yang dapat digunakan untuk melamar pekerjaan.

Kurikulum yang dirancang pada pendidikan vokasi di Jerman adalah


berorientasi pada penggabungan antara instruction dan construction, sehingga
pendekatan utama dalam membentuk tahapan pembelajaran yang mengacu pada fase
pembelajaran di sekolah ataupun praktik di industri dan berorientasi pada hasil proses
pembelajaran yang diinginkan. Selain itu, perlu mempertimbangkan orientasi
kompetensi pada berbagai level sejalan dengan pendesainan proses
pembelajaranJerman mengarahkan kurikulumnya agar siswa menjalankan sistem
magang. Kurikulum magang yang dijalankan terdiri dari periode awal pelatihan
berbasis luas yang berlangsung sekitar satu tahun, diikuti dengan pelatihan khusus
sesuai dengan tempat kerja mereka. Peraturan yang mengatur kurikulum untuk
perdagangan spesifik disetujui oleh partai-partai besar yang bersangkutan dan direvisi
serta membawa pembaruan dari waktu ke waktu. Mereka selalu menyertakan ujian
tertulis dan praktek, sering dengan tes lisan juga. Suatu bentuk kontrol kualitas
berasal dari fakta bahwa sebagian besar dewan memperoleh kertas ujian standar dari
badan semi-komersial yang didirikan untuk tujuan ini. 14 Penghargaan diberikan oleh
dewan individu diakui secara nasional dan berlaku di seluruh negeri.
Sebagian besar biaya pelatihan dalam Dual System ditanggung oleh perusahaan
dengan siapa peserta latihan menandatangani kontrak yang memberi garansi mereka
status karyawan. Biaya ini termasuk yang menyediakan instruktur, pelatihan
lokakarya, mesin dan bahan, dan sekelompok peserta.

15
5. INGGRIS

1. Struktur sistem pendidikan dan posisi pendidikan kejuruan di Inggris

Adapun sistem pendidikan di Inggris dapat dijabarkan sebagai berikut.


1. Pendidikan pra-primer (pre-primary education), usia 3-4
2. Pendidikan primer (primary education), usia 4-11 tahun
3. Pendidikan sekunder (secondary education), usia 11-16 tahun
4. Pendidikan lanjutan (further education), usia 16-18 tahun
5. Pendidikan tinggi (higher education), usia di atas 18 tahun

Pendidikan wajib belajar dimulai sejak pendidikan primer saat anak-anak


menginjak usia 5 tahun dan berakhir sampai dengan usia 16 tahun2. Batas akhir usia
wajib belajar ini akan berubah secara bertahap mulai tahun 2013 menjadi 18 tahun
pada tahun 2015 [5]. Umumnya siswa setelah menyelesaikan pendidkan sekunder
(usia 16 tahun), lalu mengambil ujian General Certificate of Secondary Education
(GCSE), untuk kemudian melanjutkan ke pendidikan lanjutan (further education)
selama 2 tahun. Umumnya setelah mendapatkan nilai GCSE siswa di Inggris
mengambil kualifikasi AS (Advanced Subsidiary) level yang kemudian dilanjutkan
dengan A-Level, yang dapat diambil di sekolah yang sama, sixth form college atau
further education college. A-Level biasanya dipakai sebagai syarat melanjutkan
pendidikan ke universitas. Selain A-Level terdapat beberapa pilihan lain seperti
kualifikasi Business and Technology Education Council(BTEC), International
Baccalaureate (IB), Cambridge Pre-U dan sebagainya, termasuk pilihan melanjutkan
ke berbagai sekolah tinggi kejuruan [5]. Bagi yang memilih sekolah kejuruan dan
ingin memasuki lapangan kerja dengan lebih cepat mereka dapat mengambil
pendidikan kejuruan (vocational), sebagai contoh, pendidikan untuk mendapatkan
sertifikat National Vocational Qualification (NVQ).
Pemegang kualifikasi pendidikan kejuruan NVQ tetap mempunyai peluang
untuk dapat meneruskan pendidikan mereka ke tingkat perguruan tinggi atau
universitas, setelah memenuhi beberapa ketentuan akademis. Pendidikan tinggi
(higher education) umumnya dimulai dengan tiga tahun pendidikan setingkat sarjana
atau bachelor’s degree. Kemudian, pendidikan pascasarjana dimulai dengan
pendidikan tingkat master yang biasanya dapat ditempuh dalam waktu satu tahun.
Tingkat pendidikan tertinggi di tahapan ini adalah pendidikan tingkat doctor yang
setidaknya ditempuh selama tiga tahun. Di tingkat nasional, pendidikan di England
diawasi pemerintah pusat yaitu oleh Departemen Pendidikan (Department for
Education – DfE) dan Departemen Bisnis, Inovasi dan Keterampilan (Department for
Business, Innovation and Skills–BIS). Namun untuk pelaksanaan kebijakan
pendidikan di tingkat daerah, masing-masing pemerintah daerah diberi tanggung
jawab
Sejumlah sekolah menawarkan kualifikasi bidang kejuruan (vocational
qualifications). Kualifikasi ini menawarkan pendidikan keahlian khusus yang
langsung bisa digunakan di dunia kerja. Kualifikasi di bidang kejuruan

16
dikelompokkan dalam daftar Kerangka Kerja Kualifikasi dan Kredit (Qualifications
and Credit Framework – QCF). Tingkatan yang termasuk dalam QCF menunjukkan
tingkat kesulitan tiap kualifikasi yang bertingkat dari tingkat pemula sampai dengan
tingkat
Kualifikasi kejuruan biasanya dibentuk berdasarkan sistem unit. Peserta didik
dapat mengambil unit yang disesuaikan dengan minat dan kecepatan belajar masing-
masing. Unit-unit tersebut lalu dikumpulkan yang kemudian dapat dikonversi
menjadi suatu kualifikasi tertentu. Setiap unit terdiri dari kredit, dan 1 kredit sama
dengan pelatihan selama 10 jam. Dari jumlah kredit ini juga menentukan jenis
penghargaan yang dapat diperoleh di akhir pendidikan, yaitu:

1. ‘Award’ jika terdari dari 1-12 kredit (1-120 jam pelatihan)


2. ‘Certificates’ untuk 13-36 kredit (130-360 jam pelatihan)
3. ‘Diploma’ jika memenuhi 37 kredit (370 jam pelatihan.)

Bidang yang dapat dipelajari sangat beragam, contohnya termasuk kesehatan


dan kesejahteraan sosial, ritel dan distribusi, tata rambut dan kecantikan, bisnis dan
manajemen, makanan, jasa boga, konstruksi dan properti, dan lain-lain. Contoh
kualifikasi kejuruan adalah NVQs (National Vocational Qualifications), HNCs
(Higher National Certificates) dan HNDs (Higher National Diplomas).

2. Pendidikan Vokasi di Inggris

Sistem pendidikan vokasi(Vocational Education Training) di Inggris dimulai


dari jenjang pendidikan menengah setelah key stage 4 hingga pendidikan tinggi. Pada
pendidikan vokasi, peserta didik belajar hal-hal praktik yang berhubungan langsung
dengan pekerjaan. Ada dua tipe pen-didikan vokasi. Pertama adalah pendidikan
vokasi yang berfokus padapembelajaran di institusi, baik itu sekolah vokasi maupun
institusi profesional. Melalui jalur ini, peserta didik lebih banyak melakukan
pemelajaran di dalam sebuah institusi pendidikan. Kedua, pendidikan vokasi yang
berfokus pada pemelajaran praktikal melalui program magang (apprenticeship).
Melalui program magang peserta didik lebih banyak melakukan pemelajaran
praktikal di perusahaan sambil mengambil kelas yang lebih bersifat teoretikal di
institusi pen didikan lokal (CA4P, 2017). Melalui jalur ini, peserta didik menerima
upah kerja dari perusahaan. Perserta didik biasanya menghabiskan satu hari per
minggu di perguruan tinggi untuk memelajari sertifikat teknis dan sisa waktu mereka
dalam pelatihan atau bekerja. Kualifikasi pendidikan vokasi yang umum diambil oleh
peserta didik adalah BTEC (Business & Technology Education Council) dan VCE
(Vocational Certificates of Education). BTEC terdiri dari empat tingkatan yaitu:
BTEC First Diploma, BTEC National, HNCs (BTEC Higher National Certificates
dan HNDs (BTEC Higher National Diploma). Sementara VCE terdiri atas dua
tingkatan yaitu: Vocational AS Level dan Vocational A Level. Untuk program
magang, ada dua tingkatan magang di jejang sekolah menengah yaitu intermediate
apprenticeship (setara degan GCSE) dan advanced apprenticeship (setara dengan A-

17
level). Sementara untuk pendidikan tinggi ada dua tingkatan magang, yaitu higher
apprenticeship (setara Foundation) dan degree apprenticeship (setara dengan S1).

Menanggapi kebutuhan pasar untuk tenaga kerja yang memiliki keterampilan


tinggi, pemerintah negara bagian Inggris menggalakan pendidikan vokasi dengan
melakukan beberapa terobosan seperti peningkatan program magang di tingkat
Pendidikan menengah. Sejak bulan April 2017, pemerintah negara bagian Inggris
juga mewajibkan perusahaan lokal yang total pengeluaran gaji karyawannya lebih
dari £3 juta per tahun untuk membayar apprenticeship levy (GovUK, nd(e)). Dengan
adanya apprenticeship levy, sekolah mendapatkan tambahan dana untuk melakukan
program magang.
3. Bagaimana arah kurikulum Inggris

Kurikulum Pendidikan vokasi di Inggris memadukan ilmu pengetahuan


(knowledge), keterampilan (skills) dan sikap/tingkah laku (attitude and behaviour)
untuk memenuhi standar kecakapan calon tenaga kerja. Hal ini dilakukan dengan
memadukan keterampilan dasar (core skills), keterampilan kerja (employability
skills) dan keterampilan vokasi (vocational skills) (British Council, 2017) .
Kurukulum di Inggris disediakan oleh sekolah-sekolah dalam sistem sekolah
yang mengacu pada dunia dan terdiri dari berbagai mata pelajaran. Namun untuk
mata pelajaran spesialisasi relative sedikit dalam priode wajib sekolah 16 sampai 18
tahun. German juga memperkenalkan kurikulum nasional dengan penekanan pada
mata pelajaran inti yaitu bahasa inggris, matematika, dan sains. Namun dengan
beberapa pengecualian. Dalam kurikulum German juga menekankan perkembangan
ekstra kulrikuler seperti inisiatif pendidikan teknis dan sertifikat kejuruan pra
pendidikan.

Pembelajaran sepanjang hayat pada Pendidikan vokasi Inggris


Reformasi dalam system Pendidikan vokasi di Inggris selalu menekankan
pembelajar sepanjang hayat atau lifelong learning. Menurut pusat informasi
Pendidikan kejuruan dan keterampilan negara-negara di Eropa /The European Centre
for the Development of Vocational Training (Cadefop), walaupun banyak tantangan
yang dihadapi, pemerintah Inggris tetap mengupayakan reformasi system pendidikan
demi mewujudkan kebijakan jangka panjangnya terutama strategi lifelong learning.
Beberapa tujuan kebijakan tersebut antara lain adalah meningkatkan keterampilan
dasar para pekerja, meningkatkan ketuntasan Pendidikan dan mengupayakan
pemenuhan Pendidikan keterampilan (Cuddy, N & Leney, T. 2005).Pemerintah
Kerajaan Inggris mengeluarkan dokumen Green Paper yang berjudul “The Learning
Age untuk menunjukkan pentingnya pembelajaran sepanjang hayat yang diatur oleh
negara. Inti dari surat tersebut adalah menekankan pentingnya kemampuan
menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan daya saing dalam

18
bidang ekonomi di era globalisasi. Kemampuan tersebut merupakan kunci bagi
seseorang untuk memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk bertahan hidup dan
bersaing di dunia kerja (DfEE. 1998: 18)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional, PENDIDIKAN KEJURUAN: merupakan pendidikan menengah
yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.

Istilah pendidikan kejuruan memiliki penyebutan yang berbeda-beda di luar negeri.


Dalam kongres internasional kedua di Korea pada tahun 1999 ILO bersama dengan
UNESCO untuk pertama kalinya menetapkan konsep pendidikan dan pelatihan teknikal
dan kejuruan dengan nama Technical and Vocational Education and Training atau yang
disingkat TVET (Sudira, 2016). Semenjak itulah istilah Technical and Vocational
Education and Training (TVET) secara baku telah digunakan dalam kejian-kajian
akademik dan literatur pendidikan kejuruan.

Banyak negara seperti Malaysia, Indonesia dll telah mendapatkan banyak manfaat
ekonomi melalui pendidikan kejuruan. Jadi telah terbukti bahwa implikasi ekonomi dari
pendidikan kejuruan banyak, terutama untuk negara yang memiliki populasi buta huruf
orang dewasa yang besar.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://yokealjauza.wordpress.com/2013/12/16/vocational-education-and-training-in-
the-developed-world-karya-leonard-cantor/ “VOCATIONAL EDUCATION AND
TRAINING IN THE DEVELOPED WORLD” KARYA LEONARD CANTOR

https://muhammadramli13.wordpress.com/2013/05/07/perbandingan-pendidikan-
vocational-indonesia-dengan-jerman/

https://123dok.com/article/pendidikan-vokasi-inggris-pendidikan-kejuruan-di-negara-
maju.z3jo02my

20
21

Anda mungkin juga menyukai