Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERENCANAAN KURIKULUM PTK


(PROSES PEMBUATAN KEPUTUSAN DAN STRATEGI)
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kurikulum pendidikan teknologi dan
kejuruan

Dosen Pengampu : Dr. Indrati K, M.Pd

Disusun oleh :
Amellinda jetira 20061020
Nazira Ilyka 20061061
Vellya Gustri Rinanda 20061017

S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita sanjungkan kehadirat tuhan yang maha esa, karena dengan
pertolongan-nya saya dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “perencanaan
kurikulum PTK (proses pengambilan keputusan)”.
Tak lupa saya mengucapkan terikasih kepada dosen pembimbing dan rekan-rekan
yang telah membantu saya dalam pembuatan karya tulis ini. Kami juga mengucap
terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi
baik langsung maupun tidak langsung. Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan
kepada masyarakat dari karya tulis ini. Karena itu saya berharap semoga karya tulis
ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Pada bagian ini, saya akan mengulas tentang berbagai perencanaan dalam
membangun dan membuat standarisasi kurikulum dengan pengambilan
keputusannya dalam kurikulum PTK. Semoga karya ilmiah yang saya buat ini dapat
membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.

Padang, maret 2022

penulis

ii
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................2
C. TUJUAN......................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................................3
A. PERENCANAAN STRATEGIS DALAM PENDIDIKAN.........................................3
Manajemen Berbasis Situs...............................................................................................4
B. PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENDIDIKAN........................................4
Perencanaan stratehis dan pengambilan keputusan kebijakan..........................................5
Perencanaan Program dan Pengambil Keputusan Operasional.........................................6
Penyampaian Program dan Pengambilan Keputusan Operasional....................................6
Persiapan Membuat Keputusan........................................................................................6
Keputusan yang Tidak Dapat Diubah...............................................................................7
Keputusan Futuristik........................................................................................................7
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN.....8
Filosofi Siapa yang Penting?............................................................................................8
Atribut Pribadi Pengambil Keputusan..............................................................................8
Pengaruh Filsafat Kebangsaan dan Kenegaraan pada Tingkat Lokal...............................9
C. STRATEGI PENETAPAN ISI KURIKULUM............................................................9
D. KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM RALPH TYLER.................................11
BAB III..................................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................................15
A. Kesimpulan................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Dalam era globalisasi sistem pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai
dengan tutunan zaman yang semakin maju, disetiap negara ini sebagai tantangan
besar dalam mengembangkan sumber daya manusia yang menjurus kepada
pendidikan kejuruan maupaun pendididikan umum. Melihat tingkat teknologi yang
dibutuhkan saat ini pengembangansistem pendidikan kearah pendidikan kejuruan
semakin ditingkatkanseperti pembuatan dan perencanaan kurikulum PTK yang
dapatmelahirkan lulusan yang kompeten dan profesional yang berkualitasdalam
bidang kejuruan.
Perencanaan kurikulum PTK ini sangat diperlukan dalam pembuatankurikulum PTK
yang sesuai dengan tuntutan zaman, tuntutan masyarakatdan harus sesuai dengan
dunia usaha dan dunia industri (DUDI) agardapat bersaingan dipasaran. Perencanaan
kurikulum ini tidak lepas daristrategi dan pengambilan keputusan yang tepat dan
sesuai. Pengambilankeputusan ini dimaksud untuk mengidentifikasi dan penetapan
standarkurikulum yang direncanakan pengembangannya untuk dapat diterapkandalam
setiap Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Perencanaan dan pengambilan keputusan dalam proses pembentukankurikulum PTK
untuk SMK dikarenakan Pendidikan di SMK merupakan proses pendidikan yang
”identik” dengan sistem pelatihan di industri, olehkarena itu dalam penyelenggaranya
harus dilakukan dan dikembangkansecara sistemik guna mendukung sistem produksi
industri.Pengembangan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
bertujuanuntuk mendapat bentuk kurikulum yang sesuai dengan tuntutan kerjasebagai
upaya proyeksi bagi lulusan yang akan siap bekerja.Pengembangan kurikulum SMK
dilakukan dalam rangka menjalankanfungsinya kepada masyarakat

1
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Latar belakang tadi terdapat permasalahan yaitubagaimanakan


perencanaan pembentukan kurikulum PTK ? dan sepertiapa proses pengambilan
keputusan dan strategi perencanaan danpengembangannya?

C. TUJUAN

Dari perumusanan masalah tadi dapat diketahui tujuan perencanaan danstrategi serta
pengambilan keputusan yang tepat dalam pengembangandan pembentukan kurikulum
PTK adalah
1. Kurikulum yang dibuat berdasarkan standar dan sesuai dengantuntutan Dunia
Usaha dan Dunia Industri (DUDI) serta tuntutanpemasaran.
2. Perencanaan yang matang juga bertujuan untuk menghasilkanoutput atau
lulusan yang memiliki kualitas, kompeten danprofesional dalam dunia industri
yang digeluti dan dapat bersaingandengan negara lain.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERENCANAAN STRATEGIS DALAM PENDIDIKAN

Sebuah konsep perencanaan yang diadopsi oleh banyak pendidik disebut


perencanaan strategis Bisnis dan industri telah menggunakan proses ini sejak tahun
1960-an, dan sekolah telah menerapkan perencanaan strategis dengan tingkat
keberhasilan yang berbeda Pada dasarnya, perencanaan strategis adalah dicirikan
sebagai proses atau rangkaian langkah yang memandu organisasi melalui
1. menelaah lingkungan eksternal dan dampaknya terhadap organisasi sekarang
dan di masa depan,
2. melakukan pemeriksaan diri,
3. merumuskan pernyataan visi dan misi untuk memandu organisasi di masa
depan. masa depan,
4. mengembangkan rencana khusus yang akan membantu organisasi untuk
memenuhi memenuhi visi dan misinya,
5. menerapkan strategi yang termasuk dalam rencana, dan
6. mengevaluasi organisasi melalui pendekatan penilaian formatif dan sumatif
Perencanaan strategis agak berbeda dari perencanaan jangka panjang Kedua
proses perencanaan melibatkan melihat masa depan, tetapi sifat yang mendasari di
mana proses ini diterapkan berbeda. Perencanaan jangka panjang secara tradisional
menerima posisi bahwa organisasi akan tetap relatif stabil dan dengan demikian
membentuk misi, sasaran, dan penerapan misi dan sasaran pada organisasi
berdasarkan premis stabil ini. Perencanaan strategis mendekati proses perencanaan
dengan memeriksa secara hati-hati lingkungan eksternal yang akan mempengaruhi
organisasi dan, berdasarkan informasi tersebut, mengembangkan pernyataan panduan
yang akan berfungsi untuk memandu organisasi di masa depan Perencanaan strategis
melibatkan mempertanyakan status quo, mengangkat masalah atau pertanyaan yang
berkaitan dengan tujuan organisasi, dan mengidentifikasi inisiatif atau dorongan baru
yang harus dipertimbangkan
Kesimpulannya, prinsip dasar perencanaan strategis adalah bahwa itu adalah alat
manajemen, filosofi manajemen, proses yang mengharuskan seseorang untuk
memikirkan masa depan. proses pengambilan keputusan yang diformalkan, proses
yang membutuhkan keterlibatan mereka yang terpengaruh oleh organisasi, dan
rencana untuk memandu organisasi dalam mencapai tujuannya.

3
Meskipun banyak sekolah telah memasukkan beberapa aspek perencanaan
strategis ke dalam upaya pengambilan keputusan tradisional mereka, pembuat
keputusan masa depan dan pengembang kurikulum harus menjadi lebih sistematis
dan berorientasi masa depan karena mereka membuat keputusan penting yang
berkaitan dengan program dan konten kurikuler dalam masyarakat teknologi yang
berubah dengan cepat
Manajemen Berbasis Situs
Konsep dan praktik terbaru lainnya dalam pendidikan yang sering dibahas
bersamaan dengan perencanaan strategis disebut manajemen berbasis situs atau
sekolah. Konsep manajemen ini didasarkan pada premis bahwa mereka yang bekerja
di sistem sekolah lokal adalah orang yang paling dapat memberikan masukan untuk
pengambilan keputusan yang baik dan dengan demikian harus terlibat dalam peran
manajemen dalam sistem sekolah tersebut. Manajemen berbasis situs memungkinkan
individu-individu (kepala sekolah dan guru) kesempatan untuk menggunakan
keterampilan, kemampuan, dan pengalaman mereka selama bertahun-tahun untuk
sampai pada solusi terbaik untuk masalah kurikuler. Agar pengelolaan berbasis
lokasi berhasil, tahapan atau konsep kunci berikut harus menjadi bagian dari
keseluruhan proses:
a. Keterlibatan pemangku kepentingan
b. Pelaksanaan pemindaian lingkungan
c. Identifikasi faktor-faktor yang terkait dengan keberhasilan dan kegagalan
program
d. Pengembangan pernyataan visi dan misi
e. Identifikasi saat ini dan sumber daya/penghalang masa depan
f. Pengembangan tujuan dan sasaran yang realistis
g. Perumusan rencana tindakan
h. Memantau dan menindaklanjuti kegiatan
Salah satu elemen penting dalam program pengelolaan berbasis lokasi yang
efektif adalah prinsip. Individu ini adalah kunci kepemimpinan yang diperlukan
untuk merencanakan dan menerapkan program manajemen berbasis lokasi yang
benar-benar sukses.

B. PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENDIDIKAN

Setiap diskusi tentang pengambilan keputusan tidak dapat terjadi kecuali beberapa
faktor dasar disajikan. Pertama, pertimbangan harus diberikan pada perbedaan dan
hubungan antara keputusan yang harus dibuat selama proses perencanaan strategis,
keputusan yang harus dibuat selama perencanaan program. proses. Keterkaitan dan
dampak masing-masing poin pengambilan keputusan ini dalam proses pengembangan
kurikulum ditunjukkan dalam proses, dan terakhir, keputusan yang terkait dengan
perencanaan penyampaian program Gambar 3-1.

4
Perencanaan strategis dan pengambilan keputusan kebijakan
Mengacu pada Gambar 3-1, keputusan kebijakan berkisar pada situasi
masalah mengenai rencana strategis, pernyataan misi, tujuan, dan poin keputusan
untuk mencapai tujuan tersebut. Keputusan akhir yang dibuat dalam situasi masalah
yang melibatkan perumusan kebijakan berada di tangan warga negara atau
perwakilan mereka Pendidik profesional di negara ini tidak dapat membuat kebijakan
secara sah karena sifat demokratis masyarakat kita dan struktur sekolah kita.
Keputusan kebijakan harus berada di tangan dewan pendidikan, dewan
pengawas atau kelompok lain yang ditunjuk secara resmi yang mewakili rakyat.
Anggota kelompok-kelompok ini adalah juru bicara masyarakat dan bekerja untuk
mencapai tujuan menyediakan program pendidikan terbaik bagi komunitas mereka.
Meskipun keputusan kebijakan resmi dibuat oleh dewan ini atau yang lain, peran
yang dapat dan harus diambil oleh para pendidik selama proses pengambilan
keputusan tidak boleh diremehkan atau dihindari. Keanggotaan dalam dewan ini
mungkin terdiri dari individu-individu yang tidak terbiasa atau tidak siap untuk
bertanggung jawab penuh.

Jenis Perencanaan Tanggung Jawab Hasil Pertanyaan untuk


Dijawab
PERENCANAAN Dewan dan Rencana strategis, apakah kita
STRATEGIS pengawas (dengan pernyataan misi, menuju ke arah
(Ke mana kita akan masukan dari tujuan, titik yang benar?
pergi?) semua kelompok) keputusan (relevansi)

PERENCANAAN
PROGRAM Staf pusat, kepala Rencana Apakah kita
(Bagaimana kita sekolah (dengan kurikulum, rencana melakukan hal
sampai di sana?) masukan dari guru pengembangan yang benar untuk
dan staf) personalia, rencana mencapai misi
fasilitas, anggaran kita? (efektivitas)
RENCANA
PENGIRIMAN guru, konselor, Rencana apakah kita
PROGRAM staf (dengan pembelajaran, melakukan sesuatu
(apa yang kita masukan dari rencana kerja dengan benar?
lakukan untuk orang tua, siswa, (efisiensi)
sampai ke sana?) dan masyarakat)
GAMBAR 3-1 Tingkat Perencanaan di Distrik Sekolah
kemampuan mengambil keputusan dalam pendidikan. Ini menyiratkan bahwa
pendidik profesional harus terlibat dalam pengambilan keputusan kebijakan dengan
membantu kelompok-kelompok ini dalam pertimbangan alternatif masalah, dampak
dari berbagai alternatif, dan pengumpulan data yang diperlukan untuk keputusan,
serta sejumlah kegiatan vital lainnya. pendidikan dan kelompok sejenis adalah badan
pembuat kebijakan resmi, masukan dari pihak lain diperlukan dan harus diperoleh

5
dari pendidik profesional (administrator dan guru), orang tua, siswa, pemilih.
pemimpin avic, dan pemimpin bisnis dan industri.
Perencanaan Program dan Pengambil Keputusan Operasional
Keputusan yang diambil pada tingkat operasional menjadi tanggung jawab
pengelola dan/atau guru yang berada di seluruh organisasi pendidikan. Setelah
pembentukan kebijakan terjadi, maka kebijakan tersebut harus diterapkan secara
profesional pada organisasi pendidikan Kelompok pembuat kebijakan bergantung
pada pendidik profesional untuk memimpin tugas ini, dan pada kenyataannya, inilah
mengapa pendidik profesional dipekerjakan. Setiap keputusan operasional yang perlu
dibuat harus ditangani oleh pendidik di dalam organisasi sekolah. Seperti halnya
pembuat keputusan kebijakan, pengambil keputusan operasional mungkin, dalam
beberapa kasus, membutuhkan masukan dari orang tua, siswa, pemilih, pemimpin
sipil, pemimpin bisnis dan industri, dan kelompok pembuat kebijakan ketika sampai
pada solusi untuk masalah.
Penyampaian Program dan Pengambilan Keputusan Operasional
Keputusan pada tingkat ini menjadi sangat erat kaitannya dengan penerapan
konten dalam pengaturan instruksional sehari-hari. Sebagian besar, individu yang
membuat keputusan pada tingkat ini adalah guru yang dapat menyesuaikan rencana,
tindakan, dan evaluasi mereka dengan situasi yang dihadapi. Terlepas dari tingkat di
mana keputusan dibuat, hasilnya akan mempengaruhi semua segmen pendidikan
lainnya dan pada akhirnya kurikulum. Keputusan kebijakan pada tingkat
perencanaan strategis akan mempengaruhi keputusan operasional di masa depan pada
tingkat perencanaan program dan perencanaan penyampaian program. Keputusan
operasional di tingkat perencanaan program dan penyampaian program akan
mendukung, mendefinisikan, memodifikasi, merevisi, atau mengidentifikasi
kemungkinan perubahan yang diperlukan dalam pernyataan kebijakan sebagaimana
tercermin dalam pernyataan misi saat ini atau tujuan keseluruhan dari lembaga
pendidikan.
Persiapan Membuat Keputusan
Keputusan yang tepat tidak dibuat dengan cepat, tetapi memerlukan studi
mendalam oleh orang-orang yang terlibat. Sebelum sampai pada tahap pengambilan
keputusan, masalah yang harus diselesaikan harus dinyatakan dalam istilah yang jelas
dan ringkas. Ini bukanlah tugas yang mudah dan salah satu yang dapat menentukan
sejauh mana solusi yang layak ditemukan Pada masalah telah dinyatakan dengan jelas
dan disepakati oleh semua pihak yang terlibat, rencana tindakan atau prosedur harus
digariskan sebagai panduan untuk sampai pada kemungkinan alternatif dan pada
akhirnya keputusan akhir. Prosedur ini berlaku sama baiknya untuk keputusan
kebijakan atau keputusan operasional.
Pada bagian selanjutnya dari bab ini, model yang mungkin untuk diikuti
dalam situasi pengambilan keputusan disajikan dan dibahas secara rinci. Selain itu,
pembahasan Jater akan dikhususkan untuk penetapan standar dan pengumpulan data
yang diperlukan untuk pengambilan keputusan.

6
Keputusan yang Tidak Dapat Diubah
Proses pengambilan keputusan dalam pengembangan kurikulum tidak boleh
mengabaikan besarnya setiap keputusan yang dibuat. Padahal, banyak keputusan
yang diambil hari ini akan mempengaruhi program pendidikan besok, tahun depan,
dan bahkan lebih jauh ke masa depan. Dengan demikian, setiap keputusan yang
dibuat harus dipertimbangkan dalam kaitannya dengan dampak masa depan pada
kurikulum. Beberapa keputusan benar-benar tidak dapat diubah, tetapi beberapa
keputusan mungkin lebih mudah untuk dibatalkan atau diubah daripada yang lain.
Sejauh mana kebijakan dan keputusan operasional dapat dibalik tergantung
pada sejauh mana mereka telah diimplementasikan. Sebagai contoh. keputusan dapat
dibatalkan sebelum uang dibelanjakan untuk peralatan atau bangunan Namun, setelah
uang atau sumber daya telah diberikan, atau bangunan dibangun, keputusan menjadi
lebih sulit untuk dibatalkan. Uang yang dihabiskan untuk peralatan, perlengkapan,
atau bagian lain dari kurikulum hampir tidak mungkin untuk dipulihkan dan tentu
saja pemulihannya tidak masuk akal begitu barang atau produk telah dikirimkan.
Situasi yang sama mungkin terjadi dengan bangunan yang dibangun. Keputusan
reversibel mengenai penggunaan bangunan tergantung pada fleksibilitas yang
disertakan dalam desain fasilitas. Laboratorium dan ruang kelas yang dibangun
dengan fitur built-in menurunkan kemungkinan ruang yang dirancang ulang dengan
mudah di masa depan untuk program pendidikan kejuruan dan teknis lainnya.
fasilitas memiliki efek jangka panjang Jenis keputusan ini akan
mempengaruhi kurikulum untuk tahun-tahun mendatang dan dapat kembali
menghantui personel sekolah jika tidak dibuat dengan benar. Teknologi Unai maju
ke titik di mana bangunan dapat dirancang dan dibangun yang akan memungkinkan
kebebasan total dan fleksibilitas untuk perubahan, besarnya dan tidak dapat
diubahnya keputusan kebijakan akan menjadi pertimbangan utama. Lebih jauh lagi,
bahkan keputusan operasional memiliki tingkat ireversibilitas—terutama keputusan
yang cenderung menjadi preseden. Misalnya, izin yang diberikan kepada departemen
kejuruan untuk membawa siswa mereka ke konvensi organisasi pemuda di seluruh
negara bagian pasti akan mengarah pada permintaan serupa dari departemen co
kejuruan.
Keputusan Futuristik
Keputusan yang dibuat oleh perencana kurikulum bersifat futuristik, dengan
dampak yang sebenarnya tidak dirasakan sampai tahun depan atau bahkan sepuluh
atau dua puluh tahun sejak keputusan dibuat. Membuat keputusan yang realistis dan
masuk akal hari ini untuk masa depan adalah salah satu dilema tersulit yang dihadapi
para pengambil keputusan pendidikan. Faktor-faktor yang tidak pasti dan tidak dapat
diprediksi tetapi memiliki pengaruh kuat pada pengembangan kurikulum banyak.
Beberapa faktor yang lebih kritis menyangkut situasi ekonomi masyarakat, perubahan
teknologi yang mempengaruhi sifat kebutuhan pasar tenaga kerja, prioritas
masyarakat setempat, dan faktor-faktor lain yang biasanya terkait dengan
pengembangan kurikulum. Terlepas dari dilema ini, para pengambil keputusan harus

7
berpikir secara futuristik. Melakukan sebaliknya hanya akan menghambat
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan kejuruan dan teknik.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan dalam pendidikan sangat berbeda dengan
pengambilan keputusan dalam organisasi komersial. Dalam organisasi komersial,
keputusan biasanya didasarkan pada pengembalian ekonomi dari berbagai alternatif
yang sedang dipertimbangkan. Dalam sebuah organisasi pendidikan, keputusan tidak
hanya harus mempertimbangkan aspek ekonomi tetapi juga harus mempertimbangkan
filosofi yang dimiliki oleh orang-orang yang terkait dengan proses pendidikan.
Sayangnya di mana filsafat terlibat, tidak ada yang absolut, hanya pendapat
berdasarkan pengalaman masa lalu masing-masing individu. Karena setiap individu
yang terkait dalam satu atau lain cara dengan pendidikan kejuruan membentuk
filosofi pribadinya sendiri, ini menimbulkan perbedaan pendapat-perbedaan yang
harus diselesaikan sebelum keputusan pendidikan yang berarti dapat dibuat.

Filosofi Siapa yang Penting?


Pembuat keputusan mungkin bertanya, "Filosofi siapa yang penting untuk
dipertimbangkan ketika situasi pengambilan keputusan muncul?" Reaksi awal untuk
pertanyaan seperti ini akan berfokus pada orang-orang yang berhubungan dengan
organisasi pendidikan Filosofi siswa, orang tua, guru, administrator, lembaga
pendidikan negara bagian dan nasional, dan anggota masyarakat tentu saja penting
Namun, filosofi yang paling tidak dipahami atau dipertimbangkan oleh pembuat
keputusan, namun faktor terkuat yang mempengaruhi keputusan mungkin adalah
filosofi yang dipegang oleh pembuat keputusan itu sendiri. Setelah semua data
dikumpulkan dan dianalisis dengan hati-hati, kesimpulan ditarik, dan rekomendasi
dibuat, pembuat keputusan akhirnya menghadapi waktu ketika dia harus memilih di
antara alternatif-alternatif. Tanggung jawab tidak dapat dilimpahkan kepada orang
lain. Jadi, meskipun semua filosofi itu penting, namun filosofi yang dipegang oleh
setiap pengambil keputusan tidak boleh diabaikan. Jika keputusan tertutup untuk
orang lain. Jadi, meskipun semua filosofi itu penting, pembuatnya tidak memikirkan
pengaruh filosofinya sendiri, maka keputusan mungkin secara tidak sadar dibuat
semata-mata atas keputusan pembuat keputusan dengan sedikit atau tanpa perhatian
pada orang lain yang akan terpengaruh oleh keputusan tersebut.
Atribut Pribadi Pengambil Keputusan
Semua pengambil keputusan membawa seperangkat atribut pribadi yang
berpengaruh. ence cara di mana mereka mendekati berpikir tentang keputusan yang
harus dibuat dan keputusan akhir yang mereka buat. Tercantum dalam Gambar 3-2
hanyalah beberapa atribut yang mungkin dimiliki setiap pembuat keputusan. Atribut
unik setiap orang biasanya berada di antara dua ekstrem dalam daftar. Perencana
kurikulum harus menyadari atribut-atribut ini terkait dengan pengambil keputusan,
bukan dengan maksud untuk mengubah kepribadian pembuat keputusan, tetapi agar

8
lebih efektif dalam mengetahui bagaimana berkolaborasi dengan pembuat keputusan
secara individu atau dalam pengaturan kelompok.
Pengaruh Filsafat Kebangsaan dan Kenegaraan pada Tingkat Lokal
Sebagaimana telah dibahas pada Bab 1, pengaruh filsafat kebangsaan dan
kenegaraan terhadap pendidikan kejuruan dapat menjadi signifikan. Mungkin baik
untuk mempertimbangkan secara singkat pentingnya kekuatan seperti itu pada
program pendidikan lokal dan pada pembuat keputusan. Tanggung jawab dasar
untuk pendidikan telah diserahkan kepada negara bagian, dan tingkat kebebasan yang
dimiliki lembaga pendidikan lokal berbeda-beda di setiap negara bagian. Namun
dapat dikatakan bahwa setiap masyarakat lokal harus tanggap untuk memberikan
pendidikan yang berkualitas bagi remaja dan dewasanya. Beberapa pengamatan
layak dilakukan mengenai hubungan dan pengaruh antara tingkat federal dan negara
bagian dan tingkat lokal. Di satu sisi, lembaga pendidikan federal dan negara bagian
dapat mempengaruhi keputusan lokal dengan mengembangkan pernyataan yang
mencerminkan tujuan nasional dan arah program. Selain itu, insentif seperti uang
yang sesuai, penggantian 100 persen, nasional atau pengakuan negara, dan
penghargaan lain dapat ditawarkan untuk membantu mempercepat adopsi ide-ide
lokal. Di sisi lain, program-program kreatif yang berawal dari program lokal juga
berfungsi untuk menjaga agar lembaga pendidikan nasional dan negara tidak menjadi
stagnan dan telah memberikan ide-ide segar untuk negara lain. Satu hal yang harus
selalu diingat adalah bahwa sebagai selama insentif keuangan diberikan baik dari
tingkat nasional atau negara bagian, filosofi yang dipegang oleh lembaga nasional
atau negara bagian akan memainkan peran penting dalam keputusan yang dibuat di
tingkat lokal mengenai pengembangan kurikulum.

Pemimpin pengikut
lebih suka tindakan segera lebih suka refleksi
kreatif status quo
emosional Rasional
subyektif Objektif
idealis pragmatis
GAMBAR 3-2 Atribut Pribadi Pengambil Keputusan
Singkatnya, seorang pembuat keputusan dapat dipengaruhi oleh banyak
kekuatan internal dan eksternal. Beberapa dari kekuatan ini telah disebutkan dalam
beberapa halaman terakhir. Agar efektif, perencana kurikulum harus menyadari
kekuatan-kekuatan ini dan harus merencanakan untuk menghindari situasi di mana
kekuatan-kekuatan ini menjadi hambatan utama untuk pengambilan keputusan yang
efektif.

C. STRATEGI PENETAPAN ISI KURIKULUM

9
Dalam Finch & Crunkilton (1984: 140) Beberapa strategi / pendekatan yang
dapat digunakan dalam mengidentifikasi isi kurikulum, adalah :
a. Pendekatan DACUM; Pendekatan ini pada awalnya dikembangkan oleh para ahli
kurikulum di Canada . DACUM (Developing A Curriculum) pada awalnya
merupakan proyek bersama antara Departemen Tenaga Kerja dan Imigrasi dengan
General Learning Corporation di Canada, tetapi kemudian diseminasinya
dilaksanakan di banyak lembaga pendidikan kejuruan.Pada sistem ini, isi
kurikulum digagas oleh para pengusaha atau pekerja dari industri dan dunia usaha
tanpa melibatkan personil sekolah sama sekali. Ini didasarkan pada asumsi bahwa
dalam penentuan isi kurikulum pendidikan teknologi diharapkan memiliki
relevansi yang tinggi dengan kebutuhan lapangan kerja. Biasanya guru dan
instruktur yang sehari-hari terlibat dalam mengajar saja kurang dapat memberikan
kontribusi yang positif. Keunikan dari proses identifikasi isi kurikulum dengan
pendekatan DACUM ini adalah urutan dan intensitas partisipasi peserta yang harus
ditargetkan sedemikian rupa, sehingga yang dihasilkan selama proses tersebut,
bukan terbatas hanya pada inventarisasi skill saja atau pengetahuan spesifik yang
akan menjadi kerangka isi kurikulum, tetapi juga sampai pada tingkat kemahiran
atau kompetensi sesuai dengan apa yang diperlukan dalam situasi kerja yang
nyata. Ini adalah kelebihan dari cara pendekatan yang seluruhnya melibatkan
pihak pengusaha dari industri dan dunia kerja.

b. Pendekatan Fungsional; Pendekatan ini didasari oleh asumsi bahwa anak didik
yang belajar melalui pendidikan teknologi dan kejuruan harus mempelajari fungsi-
fungsi apa yang harus ada untuk menjamin kelangsungan kerja suatu industri atau
dunia usaha tertentu, dan kemudian dijabarkan menjadi penampilan-penampilan
(performance) yang terkait dengan fungsi atau tugas tertentu.untuk dijadikan
masukan bagi perencana kurikulum. Prosedur dari penentuan isi kurikulum ini
adalah dimulai dengan identifikasi jenis-jenis pekerjaan yang kemudian dapat
dirinci lagi menjadi daftar kegiatan-kegiatan dalam setiap fungsi, untuk kemudian
dikaitkan dengan kompetensi atau keterampilan yang harus dimiliki oleh orang
yang akan mengerjakan kegiatan-kegiatan tersebut. Kompetensi ini dirumuskan
baik dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan dengan tingkat
yang bervariasi.

c. Pendekatan Analisis Tugas; dalam pendekatan ini, isi kurikulum diambil dari
aspek-aspek perilaku dan persyaratan kerja tertentu yang dijabarkan langsung dari
deskripsi pekerjaan atau deskripsi tugas yang sudah ”mapan”. Sebagai contoh
konsorsium pendidikan kejuruan di Amerika Serikat yang beranggotakan beberapa
negara bagian sudah banyak mengembangkan kurikulum program studi kejuruan
yang didasarkan atas analisis tugas. Dalam melakukan analisis tugas, perlu
diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut (1) melakukan kajian literatur dan
informasi yang relevan, (2) Mengembangkan inventori pekerjaan atau jabatan; (3)
Memilih sampel atau contoh pekerja sebagai sumber data; (4) melaksanakan survei
atau penelitian di lapangan; (5) menganalisis hasil survey untuk dijabarkan

10
menjadi kurikulum dan kegiatan belajar di sekolah . Dari langkah kelima ini, hasil
survey analisis tugas, kemudian diorganisir dan diolah sehingga menjadi bahan
acuan dalam penentuan isi kurikulum. Hal ini dilakukan dengan cara analisis zona
(zone analysis) dan analisis isi (content analysis). Yang pertama melukiskan
gambaran menyeluruh isi kurikulum berdasarkan kelompok mata pelajaran yang
dibagi menjadi kelompok spesialisasi, kelompok penunjang, dan kelompok dasar,
masing-masing dengan proporsi yang harus dipikirkan dengan matang. Yang
kedua menyangkut penjabaran rincian hasil analisis tugas menjadi materi belajar
atau unit belajar yang nanti dilanjutkan dengan desain kegiatan instruksional dan
pengadaan materi instruksionalnya, baik yang berupa lembar informasi, lembar
kerja, lembar tugas, dan lembar pengamatan.

D. KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM RALPH TYLER

Pengembangan kurikulum model Tyler yang dapat ditemukan dalam bukuklasik


yang sampai sekarang banyak dijadikan rujukan dalam proses pengembangan
kurikulum berjudul Basic PrinciplesOf Curriculum and Instruction. Sesuai dengan
judul bukunya, model pengembangan kurikulumTyler ini lebih bersifat bagaimana
merancang suatu kurikulum sesuai dengantujuan dan misi suatu institusi pendidikan.
Dengan demikian, model ini tidakmenguraikan pengembangan kurikulum dalam
bentuk langkah-langkah konkritatau tahapan-tahapan secara rinci. Tyler hanya
memberikan dasar-dasar pengembangannya saja. Proses pengembangan kurikulum
model Tylerdigambarkan pada gambar berikut (lampiran)
Menurut Tyler ada 4 hal yang dianggap fundamental untuk
mengembangkankurikulum.Pertama, berhubungan dengan tujuan pendidikan yang
ingin dicapai,kedua, berhubungan dengan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan,
ketiga, pengorganisasian pengalaman belajar, dan keempat berhubungan
denganevaluasi.Model Ralp Tyler menekankan pada empat pertanyaan, yaitu:
1. What educational purposes should the school seek to attain? (objectives).
2. What educational experiences are likely to attain these objectives?
(instructional strategic and content).
3. How can these educational experiences be organized effectively?(organizing
learning experiences).
4. How can we determine whether these purposes are being attain?(assessment
and evaluation)

1. Menentukan Tujuan
Dalam penyususnan suatu kurikulum, merumuskan tujuan merupakanlangkah
pertama dan utama yang harus dikerjakan. Sebab, tujuan merupakanarah atau sasaran
pendidikan. Hendak diabawa kemana anak didik ?Kemampuan apa yang harus

11
dimiliki anak didik setelah mengikuti program pendidikan ? Semuanya bermuara
pada tujuan. Lalu sebenarnya dari mana dan bagaimana kita menentukan tujuan
pendidikan ?
Tyler memang tidak menjelaskan secara detail tentang sumber tujuan.“Similarly,
some writers have argued that Tyler doesn’t adequately explain the source of
objectives” ( Skilbeck, 1976: Kliebard, 1970). Namun demikian,Tyler menjelaskan
bahwa sumber perumusan tujuan berasal dari siswa, studikehidupan masa kini,
disiplin ilmu, filosofis, dan psikologi belajar.
Merumuskan tujuan kurikulum sebenarnya sangat tergantung dari teoridan
filsafat pendidikan serta model kurikulum apa yang dianut. Bagi pengembang
kurikulum subjek akademis, maka penguasaan berbagai konsepdan toeri seperti yang
tergambar dalam disiplin ilmu merupakan sumber tujuan utama. Kurikulum yang
bersifat “discipline oriented” berbeda dengan pengembang kurikulum model
humanistik yang lebih bersifat “childishcentered, yaitu kurikulum yang lebih berpusat
pada pengembangan pribadisiswa, maka yang menjadi sumber utama dalam
perumusan tujuan tentu sajasiswa itu sendiri, baik yang berhubungan dengan
pengembangan minat dan bakat serta kebutuhan untuk membekali hidupnya. Lain
lagi dengan kurikulumrekonstruksi sosial. Kurikulum yang lebih bersifat “society
centered” ini memposisikan kurikulum sekolah sebagai alat untuk memperbaiki
kehidupanmasyarakat, maka kebutuhan dan masalah-masalah sosial
kemasyarakatanmerupakan seumber tujuan utama kurikulum.
Walaupun secara teoritis tampak begitu tajam pertentangan antarakurikulum
yang bersumber dari displin akademik, kurikulum yang bersumberdari kebutuhan
pribadi dan kebutuhan masyarakat, akan tetapi dalam praktiknya tidak setajam apa
yang ada dalam teori. Anak adalah organismeyang unik, yang memiliki berbagai
perbedaan. Ia juga adalah makhluk sosialyang berasal dan akan kembali pada
masyarakat, oleh karena itulah tujuankurikulum apa pun bentuk dan modelnya pada
dasarnya harusmempertimbangkan berbagai sumber untuk kepentingan individu
dankepentingan masyarakat.
2. Menentukan Pengalaman Belajar

Langkah kedua dalam proses pengembangan kurikulum adalah menentukan


pengalaman belajar (learning experiences) sesuai dengan tujuan yang telahditentukan.
Pengalaman belajar adalah segala aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan
lingkungan. Pengalaman belajar bukanlah isi atau materi pelajaran dan bukan pula
aktivitas guru memberikan pelajaran. Tyler (1990:41) mengemukakan : “ The term “
Learning Experience” is not the same as the content with which a course deals nor
activities performed by the teacher. The term “Learning Experience” refers to the
interaction between the learner and the external conditions in the environment to
which he can react. Learningtakes place through the active behavior of the student, it
is what he does that helearns not what the teacher does.

12
Pengalaman belajar menunjuk pada aktivitas siswa didalam proses pembelajaran.
Dengan demikian yang harus dipertanyakan dalam pengalaman ini adalah “apa yang
akan atau telah dikerjakan oleh siswa” bukan “ apa yangakan atau telah diperbuat
guru”. Untuk itulah guruguru sebagai pengembang kurikulum mestinya memahami
apa minat siswa, serta bagaimana latar belakangnya. Dengan pemahaman tersebut,
akan memudahkan bagi gurudalam mendesain lingkungan yang dapat mengaktifkan
siswa memperoleh pengalaman belajar.
Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa.Pertama,
pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.Setiap tujuan akan
menetukan pengalaman pembelajaran. Kedua, setiap pengalaman belajar harus
memuaskan siswa. Ketiga, setiap rancangan pengalaman siswa sebaiknya melibatkan
siswa. Keempat, mungkin dalam satu pengalaman belajar dapat mencapai tujuan yang
berbeda.
Tedapat beberapa bentuk pengalaman belajar yang dapat dikembangkan,misalkan
pengalaman belajar untuk mengembangkan kemampuan berpikirsiswa, pengalaman
belajaruntuk membantu siswa dalam mengumpulkansejumlah informasi, pengalaman
belajar untuk membantu mengembangkansikap sosial, dan pengalaman belajar untuk
membantu mengembangkan minat.

3. Mengorganisasi Pengalaman Belajar

Langkah yang ketiga dalam merancang suatu kurikulum adalahmengorganisasikan


pengalaman belajar baik dalam bentuk unit mata pelajaran,maupun dalam bentuk
program. Langkah pengorganisasian ini sangatlah penting, sebab dengan
pengorganisasian yang jelas akan memberikan arah bagi pelaksanaan proses
pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yangnyata bagi siswa.
Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar. Pertama pengorganisasian
secara vertikal dan yang kedua secara horizontal.Pengorganisasian seecara vertikal
apabila menghubungkan pengalaman belajardalam satu kajian yang sama dalam
tingkat yang berbeda. Misalkan, pengorganisasian pengalaman belajar yang
menguhungkan antara bidang goegrafi di kelas lima dan geografi kelas enam.
Sedangkan pengorganisasiansecara horizontal jika kita menghubungkan pengalaman
belajar dalam bidanggeografi dan sejarah pada tingkat yang sama. Kedua hubungan
ini sangat penting dalam proses mengorganisasikan pengalaman belajar.
Misalkan,hubungan vertikal akan memungkinkan siswa memiliki pengalaman
belajaryang semakin luasdalam kajian yang sama, sedangkan hubungan
horizontalantara pengalaman belajar yang satu dan yang lain akan saling mengisi
danmemberikan penguatan. Ada tiga prinsip menurut Tyler (1950: 55)
dalammengorganisasi pengalaman belajar, yaitu sebagai berikut.
Prinsip kontinuitas ada yang bersifat vertikal dan horizontal. Bersifatvertikal
artinya bahwa pengalaman belajar yang diberikan harus memilikikesinambungan
yang diperlukan untuk pengembangan pengalaman belajarselanjutnya. Contohnya,
apabila anak diberikan pengalaman belajar tentang pengembangan kemampuan
membaca bahan-bahan pelajaran studi sosial,maka harus diyakini bahwa pengalaman
belajar tersebut akan dibutuhkan untukmengembangkan keterampilan berikutnya,

13
contohnya ketermapilanmemecahkan masalah-masalah sosial. Prinsip kontinuitas
yang bersifathorizontal artinya abahwa suatu pengalaman yang diberikan pada siswa
harusmemiliki fungsi dan bermanfaat untuk memperoleh pengalaman belajar dalam
bidang lain. Contohnya pengalaman belajar dalam bidang aritmetika harusdapat
membantu untuk memperoleh pengalaman belajar dalam bidang ekonomiataupun
dalam bidang IPA.
Prinsip urutan isi sebenarnya erat hubungannya dengan kontinuitas,
perbedaaannya terletak pada tingkat kesulitan dan keluasan bahasan. Artinyasetiap
pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa harus memerhatikantingkat
perkembangan siswa. Pengalaman belajar yang diberikan dikelas limaharus berbeda
dengan pengalaman pada tingkat selanjutnya.4.

4. Evaluasi
Proses evaluasi merupakan lanhgkah yang sangat penting untukmendapatkan
informasi tentang ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan.Evaluasi memegang
peranan yang cukup penting, sebab dengan evaluasi dapat ditentukan apakah
kurikulum yang digunakan sudah sesuai dengan tujuan yangingin dicapai oelh
sekolah atau belum. Ada dua aspek yang perlu diperhatikansehubungan dengan
evaluasi. Pertama, evaluasi harus menilai apakah telahterjadi perubahan tingakah
laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yangtelah dirumuskan. Kedua, evalusi
sebaiknya menggunakan lebih dari satu alat penilaian dalam suatu waktu tertentu.
Dengan demikian , penilaian suatu program tidak mungkin hanya dapat
mengandalkan hasil tes siswa setelsh akhir proses pembelajaran. Penilaian
mestinya membandingkan antara penilaianawal sebelum siswa melakukan suatu
program dengan setelah siswa melakukan program tersebut. Dari perbandingan
itulah akan tampak ada atau tidak adanya perubahan tingkah laku yang diharapkan
sesuai dengan tujuan pendidikan.
Ada dua fungsi evaluasi, pertama evaluasi digunakan untuk memperolehdata
tentang ketercapaian tujuan oleh peserta didik. Denga kata lain, bagaimanatingkat
pencapaian tujuan atau tingkat penguasaan isi kurikulum oleh setiapsiswa. Fungsi
ini dinamakan fungsi sumatif. Kedua, untuk melihat efektivitas proses
pembelajaran. Dengan kata lain, apakah program yang disusun telahdianggap
sempurna atau perlu perbaikan. Fungsi ini dinamakan fungsiformatif.
Model Objectives Tyler memandang evaluasi kurikulum sebagai pengukuran
performa siswa terhadap tujuan perilaku yang sudah dirumuskan,masih ada
beberapa model lainnya yang mengacu pada evaluasi terhadapketercapaian goal,
yaitu :
a. Hammond, lebih mengkonsentrasikan pada pengaruh faktor institusionaldan
instruksional di dalam mencapai tujuan;
b. Provus , mengkonsentrasikan pada apakah terdapat perbedaan antara
pengamatan kurikulum dan standar atau tujuan yang sudah disepakati

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengembangan kurikulum di pendidikan teknologi dankejuruan pertama kali


dirintis oleh Victor Della Vos (1876) , denganmengemukakan beberapa prinsip
pendidikan teknologi dan kejuruandiantaranya : (a) pendidikan ditempuh dalam
waktu yang sesingkatmungkin (in short education); (b) selalu diupayakan suatu
cara untukmemberikan pengajaran yang cukup untuk jumlah siswa yang
banyakdalam satu waktu; (c) metode yang digunakan diharapkan
memberikanpelajaran praktek di bengkel dengan tidak mengabaikan
pemenuhanpengetahuan yang mencukupi, dan (d) guru diharapkan
selalumengevaluasi perkembangan siswa setiap waktu.
2. Kurikulum dipandang sebagai rencana atau program yangmenyangkut seluruh
pengalaman siswa (sekolah dan di luar sekolah)memiliki pengaruh yang
signifikan untuk pembentukan individu siswayang total dan untuk mencapai
efektivitas dari kurikulum
3. Dalam konteks pengambilan keputusan untuk perencanaan kurikulum ada lima
tahap yang dilakukan : mendefenisikan masalah mengklarifikas beberapa
alternatif pemecahan masalah,menetapkan standar dari masing-masing
alternatif, pengumpulan datayang berhubungan dengan sekolah dan masyarakat
untukdidampingkan dengan standar yang ada, dan analisis data.
4. Informasi yang berkaitan dengan sekolah yang harus dijadikanpertimbangan
dalam perencanaan kurikulum yaitu tingkat droupout,ketertarikan pada karir,
aspirasi orang tua, dan keberlanjutan lulusan.Informasi yang berkaitan dengan
masyarakat untuk pengambilankeputusan dalam perencanaan kurikulum
diantaranya: keadaanmasyarakat, arah dan proyeksi bidang ketenagakerjaan,
sertakesimbangan ”supply-demand” tenaga kerja

15
DAFTAR PUSTAKA
Finch, C. dan Crunkilton, J.R. (1984). Curriculum Development in Vocational and

Technical Education : Planning,Content and Implementation. Boston :

Allyn and Bacon, Inc.

https://www.academia.edu/6701502/Kurikulum_tyler (diakses 11 maret 2022)

https://id.scribd.com/doc/152324420/Perencanaan-Kurikulum-Proses-Pengambilan-
Keputusan (diakses 11 maret 2022)

16
Menurut Tyler ada 4 hal yang dianggap fundamental untuk mengembangkan
kurikulum. Model Ralp Tyler menekankan pada empat pertanyaan, yaitu:

a. Apa tujuan pendidikan yang harus dicapai sekolah? (Tujuan).

Menentukan tujuan merupakan hal yang paling awal dan harus dikerjakan kerana

tujuan akan menentukan arah/sasaran pendidikan.

b. Pengalaman pendidikan apa yang mungkin untuk mencapai tujuan ini? (strategi
dankonten instruksional).

Pengalaman belajar yang dimaksud adalah segala aktiviti dalam berinteraksidengan


persekitaran. Jadi dalam merumus kurikulum perlu memperhatikan latar
belakangpendidikan anak didik dan pengalaman anak didik. Penyusunan kurikulum
perlumengambilkira persepsi anak didik agar mereka dapat bersedia dari segi mental
dan emosimaupun dalam bentuk perlakuan.

c.Bagaimana pengalaman pendidikan ini dapat diatur secara efektif? (mengorganisir

pengalaman belajar).

Mengorganisasi pengalaman belajar merupakan hal yang sangat penting. Pengalaman


belajar perlu diorganisasikan agar terstruktur sehingga lebih mudah dalam merumus
kurikulum dan hasilnya dapat dimaksimakan. Pengorganisasian ini boleh saja
berbentuk mata pelajaran maupun dalam bentuk program.

d. Bagaimana kita dapat menentukan apakah tujuan-tujuan ini sedang dicapai?

(penilaian dan evaluasi).

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan dalam
kurikulum tercapai atau tidak. Evaluasi harus menilai apakah ada perubahan tingkah
laku pelajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

17

Anda mungkin juga menyukai