Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ratu Shandy Aulia

Mata Kuliah : Hukum Gereja

Laporan Bacaan

Judul Buku : Garis – Garis Besar Hukum Gereja

Pengarang : Dr. J.LCh. Abineno

Penerbit : PT BPK Gunung Mulia

Kota Terbit : Jakarta

Halaman yang dibaca : 1 – 140

Hal yang bermanfaat

Pendapat para ahli tentang hukum gereja

a) G. Voetius menyebut hukum gereja “ ilmu yang suci tentang pemerintahan gereja
yang kelihatan”
b) H. Bouwman dalam karyanya Gerefomeerde Kerkrechi – berkata tentang “hukum
yang berlaku dan yang harus berlaku” dalam gereja sebagai “lembaga”
c) Th. Haitjema tidak mau berkata – kata tentang hukum gereja, tetapi tentang “orde”
atau “peraturan” dalam hidup dan pelayanan gereja
d) H. Berkhof – lebih suka berkata tentang “peraturan” atau “tatagereja” daripada
tentang hukum gereja

Beberapa jawaban yang teologis dan alkitabiah tentang gereja :

a) Gereja adalah persekutuan orang – orang yang dipilih, dipanggil dan ditempatkan di
dunia ini untuk melayani Allah dan melayani manusia.
b) Gereja adalah umat Allah, yang “dipanggil keluar dari dalam kegelapan kepada terang
– Nya yang ajaib” untuk memberitakan perbuatan-perbuatan – Nya yang besar (1 Ptr.
2:9)

Ada ahli yang menganggap hukum gereja sebagai hukum dalam arti yuridis, namun ada
juga ahli yang tidak mau berbuat demikian. Mereka lebih suka berkata – kata tentang
“Peraturan” atau “tatagereja” daripada tentang hukum gereja.
Menurut para ahli tidak mudah untuk memberikan suatu definisi yang memuaskan
tentang hukum. Sungguhpun demikian hukum umumnya dianggap orang sebagai suatu alat
untuk menata atau mengatur kehidupan bersama. Hukum berusaha mengatur – secara damai
dan adil – hubungan lahiriah antara manusia – manusia, supaya dengan jalan itu terjamin baik
stabilitas dari, maupun kepastian hukum dalam kehidupan bersama.

Fungsi hukum gereja yaitu mengatur hubungan – hubungan lahiriah dalam gereja
sebagai lembaga dan hubungan – hubungan lahiriah dalam gereja sebagai lembaga dan
hubungan antara gereja yang satu dengan gereja lain dan antara gereja negara. Kalau hal ini
tidak dilakukan, gereja tidak dapat memenuhi tugas dan panggilannya dengan baik.

Tanpa peraturan – peraturan yang baik, gereja bukan saja memberikan kesempatan
untuk timbulnya rupa – rupa salah – paham dan kekacauan, tetapi ia juga sadar atau tidak
sadar dapat membawa dirinya ke dalam bahaya. Tugas hukum gereja ialah bukan saja
mengatur hubungan – hubungan lahiriah dari gereja, tetapi juga memungkinkannya supaya ia
dapat berfungsi sebagai persekutuan iman yang bergantung pada Kristus, Tuhan gereja.

Gereja tidak sama dengan lembaga – lembaga kemasyarakatan. Gereja adalah suatu
persekutuan iman. Karena itu peraturan – peraturannya tidak boleh kita samakan dengan
undang – undang negara dan tidak boleh kita memperlakukannya secara yuridis.

Peraturan – peraturan gereja adalah peraturan yang sesungguhnya, peraturan – peraturan


yang harus ditaati. Dasar ketaatan itu adalah kasih, bukan kekerasan, kebebasan, bukan
paksaan. Tugas gereja ialah mendengarkan kesaksian alkitabiah dengan jalan berorientasi
pada hidup Kristus dalam gereja-Nya, seperti yang disaksikan dalam kitab suci. Kristus pada
waktu dahulu adalah juga Kristus pada waktu ini. Dalam terang ini hukum gereja adalah
pertama – tama:

1. Hukum pelayanan. Dalam gereja tidak ada tempat untuk kekuasaan dari siapa pun
juga. “Barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi
hamba untuk semuanya” (Mrk. 10:44). Selanjutnya hukum gereja adalah:
2. Hukum liturgis. Kristus memanifestasikan diri-Nya adalah ibadah. Tetapi dalam
bagian – bagian ibadah (pengakuan, pelayanan Baptisan, perayaan, Perjamuan Malam
dan doa – doa) ia dilakukan oleh manusia (pejabat dan anggota Jemaat) dan karena itu
ia dapat disalah-pahami dan disalah-gunakan. Karena itu hukum gereja harus
memberikan perhatian juga pada ibadah Jemaat. Selain dapipada hukum gereja juga
adalah:
3. Hukum yang hidup. Kristus, Tuhan Gereja Tuhan yang hidup, karena itu hukum
gereja, yang menata atau mengatur Gereja, juga adalah hukum yang hidup. Itu berarti,
bahwa hukum gereja tidak tertutup. Gereja harus selalu terbuka untuk kemungkinan –
kemungkinan yang baru dan karena itu harus berani melakukan hal – hal yang baru,
dan akhirnya hukum gereja adalah
4. Hukum yang eksemplaris. Hukum gereja – juga dalam pelaksanaannya harus
eksemplaris, artinya harus menjadi contoh. Itu tidak bearti bahwa Gereja harus
mengajak persekutuan – persekutuan yang lain seperti, negara, perhimpunan –
perhimpunan dan lain – lain untuk mengambil alih hukumnya. Tetapi dengan jalan
memperlihatkan, bahwa telah ada hukum peraturan, yang berdasarkan atas perubahan
besar dalam situasi manusia, hukum gereja dapat memberikan koreksi pada hukum –
hukum yang lain.

Peraturan – peraturan gereja penting dan kita butuhkan, tetapi bukan sebagai peraturan –
peraturan “an sich”. Peraturan – peraturan itu tidak mempunyai maksud atau tujuan dalam
dirinya sendiri. Peraturan – peraturan itu adalah “alat” atau wahana yang Kristus gunakan
dalam pelayanan Gereja-Nya. fungsinya ialah menjaga, supaya pelayanan berlangsung
dengan baik dan teratur, peraturan – peraturan harus dijalankan dengan baik dan tepat karena
peraturan gereja bukan sebagai undang – undang gereja, yang mempunyai sifat yang sama
dengan undang – undang negara.

Beberapa hal penting tentang peraturan – peraturan gereja yang secara alkitabiah dapat
dipertanggung jawabkan. Hal – hal penting itu ialah:

1. Peraturan – perturan gereja yang baik ialah peraturan – peraturan gereja yang secara
prinsipal mengakui kedewasaan dan imamat am orang – orang percaya. Itu berarti,
bahwa dalam peraturan – peraturan gereja harus diberikan tempat kepada mereka,
supaya mereka dapat menunaikan tugas mereka sebagai “ umat Allah” .
2. Peraturan – perturan gereja yang baik ialah peraturan – peraturan gereja yang menolak
pertentangan yang prinsipal antara “kaum rohaniawan dan “kaum awam”.
3. Peraturan – peraturan gereja yang baik ialah peraturan – peraturan gereja yang
menolak sebutan “Imam” dalam arti khusus untuk pejabat – pejabat gereja, khususnya
untuk pendeta – pendeta jemaat, sebab sebutan itu bertentangan dengan kesaksian
Perjanian Baru.
4. Peraturan – peraturan gereja yang baik ialah peraturan – peraturan gereja yang tidak
menganggap dan memperlakukan pendeta jemaat sebagai “hamba” gereja, tetapi
sebagai Verbi divini minister, sebagai pelayan Firman Allah. Tugasnya ialah:
“merepresentir” Kristus, bukan saja terhadap dunia, tetapi juga terhadap jemaat.
Sungguhpun demikian ia tidak berdiri di atas, tetapi di dalam jemaat, di samping
anggota – anggota gereja yang lain.
5. Peraturan – peraturan gereja yang baik ialah peraturan – peraturan gereja yang bersifat
“kristokratis” bukan aristokratis dan bukan juga demokratis. Yang memerintah dalam
gereja ialah Kristus, bukan orang – orang tertentu dalam gereja dan bukan juga
jemaat.
6. Peraturan – peraturan gereja yang baik ialah peraturan – peraturan gereja yang
memberikan tempat sentral kepada Firman dan Roh Allah dalam hidup dan
pekerjaannya. Itu berarti, bahwa dalam keputusan – keputusan yang gereja ambil,
gereja tidak lebih banyak dipimpin oleh suara terbanyak dari anggota – anggota
jemaat yang berhak menyatakan pendapat mereka, tetapi terutama oleh Firman dan
Roh Allah.
7. Peraturan – peraturan gereja yang baik ialah peraturan – peraturan gereja yang tidak
memberikan peluang kepada pemerintah untuk tutut campur tangan dalam soal – soal
intern gerejawi.
8. Peraturan – peraturan gereja yang baik ialah peraturan – peraturan gereja yang tidak
memberikan peluang kepada majelis yang satu untuk memerintah dan berkuasa atas
majelis yang lain.
9. Peraturan – peraturan gereja yang baik ialah peraturan – peraturan gereja yang
memberikan ruang untuk hubungan dan kerjasama dengan gereja lain, khususnya
dengan gereja – gereja yang hidup dan melayani di daerah/wilayah dan dalam negara
yang sama.
10. Peraturan – peraturan gereja yang baik ialah peraturan – peraturan gereja yang tidak
memutlakan gerejanya (Yoh. 10:16)
11. Peraturan – peraturan gereja yang baik ialah peraturan – peraturan gereja yang
memberikan tempat untuk pluriformitas yang legitim dan untuk eksperimen –
eksperimen yang dapat dipertanggung jawabkan. Itu berarti, gereja harus bertindak
hati – hati terhadap anggota – anggota jemaat yang dipengaruhi oleh gerakan
karismatik.
12. Peraturan – peraturan gereja yang baik ialah peraturan – peraturan gereja yang bukan
saja mementingkan pendidikan pendeta – pendeta jemaat tetapi yang juga
memperhatikan pendidikan (pembinaan) pejabat – pejabat khususnya yang lain,
terutama panatua – panatua dan diaken – diakennya.
13. Peraturan – peraturan gereja yang baik ialah peraturan – peraturan gereja yang menata
nisbah atau hubungan yang baik antara anggota – anggotanya, termasuk pejabat –
pejabatnya (Mat. 23:8-11)
14. Peraturan – peraturan gereja yang baik ialah peraturan – peraturan gereja yang dengan
teliti mengatur perlengkapan (pembinaan) anggota – anggota jemaat oleh pejabat –
pejabat gereja, sehingga mereka dapat menunaikan tugas mereka, baik di dalam,
maupun di luar gereja.
15. Peraturan – peraturan gereja yang baik ialah peraturan – peraturan gereja yang tidak
memberikan kesempatan kepada suatu majelis atau kepada pendeta – pendeta untuk
memaksakan “dari atas” pejabat – pejabat gerejawi kepada suatu jemaat yang tidak
dikehendaki oleh jemaat itu, apalagi kalau hal itu terjadi tanpa sesuatu pertandingan.

Tanggapan

Menurut saya buku Garis – Garis Besar Hukum Gereja sangat bermanfaat khususnya
bagi pengurus jemaat, jemaat dan secara khusus bagi mahasiswa teologia, buku ini membahas
mengenai apa itu hukum gereja, garis hukum gereja dan sejarah hukum gereja. Saya berharap
lewat buku ini saya dapat memahami tentang hukum atau peraturan gereja, karena
pengetahuan tentang hukum gereja sangat di perlukan sebagai dasar pengetahuan tentang tata
gereja dan sangat di perlukan dalam pelayanan di jemaat.

Kesimpulan

Peraturan gereja adalah hal yang sangat penting dalam gereja, bukan hanya pendeta
dan pengurus jemaat, seluruh anggota jemaat pun harus memahami apa itu hukum/peraturan
gereja, agar kehidupan gereja dapat menjadi wahana untuk mewujudkan kehadiran Kristus
dan menjadi alat untuk memelihara tubuh Kristus. Menurut saya hukum gereja bukanlah
hukum yang sama seperti undang – undang negara. Hukum gereja adalah peraturan yang
digunakan untuk menata gereja agar gereja dapat hidup untuk melayani Tuhan, hukum gereja
tidak digunakan untuk menghukum jemaat, tetapi hukum gereja adalah peraturan untuk
membina kehidupan jemaat. saya harap peraturan gereja dapat di pahami dengan baik agar
pelayanan di jemaat mempunyai pelayanan atas dasar kasih dan untuk kemuliaan Allah.

Anda mungkin juga menyukai