Anda di halaman 1dari 10

1.

Tujuan Evaluasi Bahan Ajar Non Cetak


Menurut Benny A. Pribadi (2019) Evaluasi berdasarkan tujuannya dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif merupakan
ragam evaluasi yang kerap digunakan dalam mengembangkan sebuah produk atau program
pembelajaran. Evaluasi sumatif bertujuan untuk memperoleh informasi dan efektivitas sebuah
program atau produk dengan maksud untuk memutuskan apakah program atau produk yang
dievaluasi dihentikan atau dilanjutkan penggunaannya. Evaluasi yang dilakukan untuk
memutuskan nilai dari sebuah program atau produk pembelajaran dan membuat keputusan
untuk melanjutkan atau menghentikan penggunaan program atau produk tersebut tergolong ke
dalam evaluasi sumatif. Sedangkan evaluasi yang dilakukan untuk mengembangkan sebuah
produk atau program pembelajaran disebut sebagai evaluasi formatif.
Tujuan pelaksanaan dari evaluasi formatif adalah untuk memperbaiki kualitas dari sebuah
produk atau program sebelum produk atau program tersebut digunakan pada situasi dan
kondisi yang sesungguhnya. Seseorang yang akan mengembangkan sebuah bahan ajar atau
program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik dapat memilih ragam pendekatan
evaluasi formatif untuk membuat bahan ajar atau program tersebut menjadi efektif dan efisien
apabila digunakan. Evaluasi sumatif dilakukan dengan tujuan untuk melakukan pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan keberlanjutan pemanfaatan dari suatu produk atau program.
Langkah – Langkah dalam melakukan evaluasi pada dasarnya berupa formatif berupa uji coba
dan revisi yang berkesinambungan. Hal ini sangat diperlukan dalam mengembangkan sebuah
bahan ajar atau program pembelajaran.
Menurut Dick dan Carey (2006) hasil studi tentang penggunaan evaluasi formatif telah
membuktikan bahwa uji coba program pembelajaran kepada calon penggunanya dan
melakukan revisi berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan tersebut akan dapat
meningkatkan efektivitas dan Efisiensi bahan ajar atau produk pembelajaran secara signifikan
(hlm. 278).
Secara garis besar terdapat 2 jenis evaluasi berdasarkan tujuannya, yaitu evaluasi sumatif
dan formatif (Purwanto, 2004). Evaluasi formatif yang juga dikenal dengan evaluasi proses
atau evaluasi implementasi dilakukan untuk memeriksa berbagai aspek dari produk yang
sedang berjalan (Bhola, 1990). Tujuan evaluasi formatif adalah untuk melakukan perubahan
atau perbaikan pada suatu produk yang sedang diimplementasikan tersebut. Evaluasi formatif
sedikit lebih rumit dibanding evaluasi sumatif. Hal ini biasanya dilakukan terhadap
sekelompok responden untuk mengetahui berbagai hal yang terkait dengan program yang
sedang berjalan.

Dari uraian dan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
tujuan pelaksanaannya, evaluasi bahan ajar non cetak diklasifikasikan menjadi 2 antara lain:

1. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif dilakukan untuk memutuskan nilai dari sebuah bahan ajar. tujuannya
untuk melakukan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan keberlanjutan
pemanfaatan dari suatu bahan ajar non cetak sekaligus untuk membuat keputusan apakah
akan melanjutkan atau menghentikan penggunaan produk tersebut.
2. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif dilakukan untuk mengembangkan sebuah bahan ajar. Tujuannya untuk
melakukan perubahan atau perbaikan pada suatu bahan ajar non cetak yang sedang
diimplementasikan tersebut, berupa uji coba dan revisi yang berkesinambungan

2. Prosedur Evaluasi Bahan Ajar Non Cetak

Menurut (Arief S. Sadiman, dkk., 2003:185) Ada dua macam bentuk evaluasi, yaitu
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan data tentang efektivitas dan Efisiensi bahan ajar. Tujuannya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Data-data tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan bahan ajar yang bersangkutan agar lebih efektif dan efisien. Evaluasi sumatif
adalah kegiatan untuk mengumpulkan data dalam rangka untuk menentukan apakah bahan ajar
yang dibuat patut digunakan dalam situasi-situasi tertentu.

Ada tiga tahapan evaluasi formatif, yaitu evaluasi lawan satu (one to one), evaluasi
kelompok kecil (small group evaluation), dan evaluasi lapangan (field evaluation) (Arief S.
Sadiman, dkk., 2003: 175)

a. Evaluasi Satu Lawan Satu (One to One)


Pada tahap ini pilihlah dua peserta didik atau lebih yang dapat mewakili populasi target
dari yang dibuat. Bahan ajar kita sajikan kepada mereka secara individual, kita biarkan peserta
didik mempelajarinya, sementara kita mengamatinya. Kedua orang peserta didik yang telah
dipilih tersebut, hendaknya satu orang dari populasi target yang kemampuan umumnya sedikit
di bawah rata-rata dan satu orang lagi di atas rata-rata. Prosedur pelaksanaannya adalah
sebagai berikut.
1) Jelaskan kepada peserta didik bahwa Anda sedang merancang suatu bahan ajar dan ingin
mengetahui bagaimana reaksi siswa terhadap media yang sedang dibuat.
2) Katakan kepada peserta didik bahwa apabila nanti peserta didik berbuat salah, hal itu
bukanlah karena kekurangan dari siswa, tetapi karena kekurangsempurnaan bahan ajar
tersebut, sehingga perlu diperbaiki.
3) Usahakan agar peserta didik bersikap rileks dan bebas mengemukakan pendapatnya
tentang bahan ajar tersebut.
4) Berikan tes awal untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan pengetahuan peserta
didik terhadap topik yang diberikan.
5) Sajikan bahan ajar dan catat berapa lama waktu yang Anda butuhkan, termasuk peserta
didik untuk menyajikan/mempelajari bahan ajar tersebut.
6) Berikan teks untuk mengukur keberhasilan bahan ajar tersebut (post test).
7) Analisis informasi yang terkumpul.
Berapa informasi yang dapat diperoleh melalui kegiatan ini antara lain kesalahan pemilihan
kata, urutan penyajian yang keliru, pernyataan atau petunjuk kurang jelas dan sebagainya.
b. Evaluasi Kelompok Kecil
Pada tahap ini, bahan ajar perlu dicobakan kepada 10-20 orang siswa yang dapat
mewakili populasi target. Kalau bahan ajar tersebut dibuat untuk siswa kelas 1 SMP, pilihan
10-20 orang siswa dari
kelas 1 SMP. Mengapa harus dalam jumlah tersebut? Hal itu disebabkan kalau kurang dari 10
data yang diperoleh kurang dapat menggambarkan populasi target. Sebaliknya, jika lebih dari
20, data atau informasi yang diperoleh melebihi yang diperlukan. Akibatnya kurang
bermanfaat untuk dianalisis
dalam evaluasi kelompok kecil. Siswa yang dipilih dalam kegiatan ini hendaknya
mencerminkan karakteristik populasi. Usahakan sampel tersebut terdiri dari siswa-siswa yang
kurang pandai, sedang, dan pandai, laki-laki dan perempuan; berbagai usia dan latar belakang.
Prosedur yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut.
1) Jelaskan bahwa bahan ajar tersebut berada pada tahap formatif dan memerlukan umpan
balik untuk menyempurnakannya.
2) Berikan tes awal (pretest) untuk mengukur kemampuan dan pengetahuan siswa tentang
topik yang dimediakan.
3) Sajikan bahan ajar atau minta kepada siswa untuk mempelajari.
4) Catat waktu yang diperlukan dan semua bentuk umpan balik (langsung ataupun tak
langsung) selama penyajian.
5) Berikan tes untuk mengetahui sejauh mana tujuan dapat tercapai (post test).
6) Bagikan kuesioner dan minta siswa untuk mengisinya.
7) Analisis data yang terkumpul.
c. Evaluasi Lapangan
Evaluasi lapangan atau field evaluation adalah tahap akhir dari evaluasi formatif yang
perlu dilakukan. Usahakan memperoleh Prosedur Bahan Ajar Pembelajaran situasi yang
semirip mungkin dengan situasi sebenarnya. Setelah melalui dua tahap evaluasi di atas
tentulah bahan ajar yang dibuat sudah mendekati kesempurnaan. Namun dengan itu masih
harus dibuktikan. Melalui evaluasi lapangan inilah, kebolehan bahan ajar yang kita buat itu
diuji. Pilih sekitar 30 orang siswa dengan berbagai karakteristik (tingkat kepandaian, kelas,
latar belakang, jenis kelamin, usia, kemajuan belajar, dan sebagainya) sesuai dengan
karakteristik populasi sasaran.

Model evaluasi formatif yang dikemukakan oleh Dick dan Carey (2008) memiliki
Langkah-langkah sistematik yang digunakan untuk menyempurnakan penggunaan sebuah
bahan ajar. Model ini dinamakan dengan istilah evaluasi formatif tiga tahap atau the three
stages of formative evaluation. Model evaluasi formatif ini terdiri dari tiga Langkah penting
untuk melakukan pengumpulan data dan informasi yang akan dijadikan sebagai dasar untuk
melakukan revisi terhadap bahan ajar.
Ketiga Langkah dalam evaluasi formatif yang perlu dilakukan untuk mengembangkan
bahan ajar, yaitu (1) evaluasi perorangan (one-one evaluation); (2) evaluasi kelompok kecil
(small group evaluation); (3) evaluasi lapangan (field try out).
1. Evaluasi Perorangan
Tujuan utama dari evaluasi perorangan, yang merupakan Langkah pertama dari evaluasi
formatif adalah untuk memperoleh data dan informasi yang terkait dengan kesalahan-
kesalahan yang sering terjadi dalam merancang dan mengembangkan bahan ajar.
Ada beberapa faktor atau kriteria yang perlu diperhatikan sebagai pengembang bahan ajar
dalam menentukan tahap evaluasi perorangan yaitu:
a. Kejelasan bahan ajar (clarity)
Apakah isi atau materi yang dipresentasikan dalam bahan ajaryang tengah
dikembangkan jelas bagi siswa?
b. Dampak yang diberikan oleh bahan ajar (impact)
Apakah bahan ajar yang digunakan mampu memberi dampak positif terhadap
peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa?
c. Kemudahan dalam menggunakan bahan ajar
d. Seberapa mudah bahan ajar tersebut dapat digunakan untuk memfasilitasi proses
belajar siswa?

Setelah dievaluasi pada tahap evaluasi perorangan, Langkah selanjutnya adalah


melakukan revisi terhadap bahan ajar. Revisi terhadap bahan ajar dilakukan dengan
menggunakan data dan informasi yang telah berhasil diperoleh dari tahap evaluasi
perorangan.

2. Evaluasi Kelompok Kecil


Langkah evaluasi kelompok kecil memiliki dua tujuan utama, yaitu memperoleh
informasi tentang efektivitas bahan ajar setelah melalui evaluasi perorangan dan
mengidentifikasi masalah-masalah yang masih ada pada bahan ajar tersebut, masalah-
masalah yang masih terdapat pada bahan ajar tersebut perlu diperbaiki sebelum
digunakan pada sasaran yang sebenarnya. Selain itu, Langkah evaluasi kelompok kecil
juga dilakukan untuk mengetahui apakah bahan ajar dapat digunakan oleh siswa tanpa
harus melakukan interaksi dengan guru atau instruktur.
Prosedur yang dilakukan dalam evaluasi kelompok kecil sangat berbeda dengan
prosedur pada tahap evaluasi perorangan. Prosedur yang perlu ditempuh dalam
menerapkan tahap evaluasi kelompok kecil, yaitu:
1. Pada awal sesi evaluai, evaluator menjelaskan bahwa data dan informasi dari
responden tentang kelemahan dan keterbatasan sangat dibutuhkan untuk memperbaiki
kualitas bahan ajar
2. Jika diperlukan pre-tes maka hal tersebut harus dilakukan terlebih dahulu
3. Evaluator menugaskan responden untuk mulai mempelajari bahan ajar yang
dikembangkan
4. Jika diperlukan peralatan khusus dalam menggunakan bahan ajar bahwa responden
dapat melakukannya secara bergantian.

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan seperti di atas diperlukan adanya
sesi observasi dan wawancara yang mendalam antara evaluator dengan responden. Hasil
Analisa data pada Langkah evaluasi kelompok kecil adalah penyempurnaan dan
modifikasi bahan ajar berdasarkan masukan yang diperoleh dari sesi evaluator kelompok
kecil.

3. Evaluasi/Uji Coba Lapangan


Langkah akhir dari pelaksanaan evaluasi formatif terhadap bahan ajar adalah
melakukan uji coba lapangan atau field trial. Dalam Langkah akhir ini bahan ajar yang
telah disempurnakan pada sesi evaluasi kelompok kecil diuji coba dalam situasi atau
konteks pembelajaran yang mirip dengan situasi atau kenteks pembelajaran
sesungguhnya.
Tahap uji coba lapangan paling tidak memerlukan sekitar 30 orang responden
untuk ikut berperan serta dalam memberikan data dan informasi tentang kualitas bahan
ajar. Hal penting yang perlu mendapatkan perhatian adalah pemilihan sampel, yang akan
terlibat dalam kegiatan uji coba lapangan. Sampel yang dipilih harus mewakili
karakteristik calon pengguna bahan ajar nantinya. Prosedur untuk melakukan tahap
evaluasi lapangan pada dasarnya tidak berbeda dengan prosedur yang dilakukan pada
tahap evaluasi kelompok kecil. Pre-tes dan pos-tes juga digunakan dalam tahap evaluasi
kelompok kecil. Sesi pre-tes lebih diarahkan pada uapaya untuk mengetahui kemampuan
awal yang telah dimiliki oleh responden. Sesi pos-tes digunakan hanya untuk mengukur
kemampuan siswa atau responden setelah mempelajari isi atau materi yang diajarkan
dalam bahan ajar yang dikembangkan.
Hasil dari uji coba lapangan terhadap bahana ajar adalah data dan informasi yang
diperlukan untuk melakukan revisi terhadap bahan ajar tersebut. Pada tahap ini revisi
dilakukan untuk menjadikan bahan ajar final sehingga dapat digunakan memfasilitasi
berlangsungnya proses belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
kompetensi yang diperlukan.

Terdapat empat tahap dalam evaluasi formatif ini yaitu sebagai berikut
(Suparman, 2004; Dick & Carey, 2009). Langkah-langkah evaluasi formatif tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Kajian dari ahli (expert review).
Review ini melibatkan ahli materi (di luar pengembang bahan ajar) dan ahli desain
instruksional.
Tujuan evaluasi awal ini adalah untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan bahan ajar.
Secara rinci, informasi yang ingin digali dari kajian oleh para ahli ini adalah tentang hal-
hal berikut.
a. Informasi yang berkaitan dengan content (materi): seperti kelengkapan, akurasi,
kepentingan, serta kedalaman.
b. Informasi yang berkaitan dengan desain instruksional: seperti kesesuaian dengan
karakteristik dan tugas perkembangan peserta didik, kesesuaian antara tujuan materi-
evaluasi, ketepatan pemilihan media, dan ketertarikkan bagi peserta didik.
c. Informasi yang berkaitan dengan implementasi: seperti kemudahan penggunaan,
kesesuaian dengan lingkungan belajar sebenarnya, kesesuaian dengan lingkungan.
d. Informasi kualitas teknis: seperti kualitas layout, grafis, audio, visual, dan lain
sebagainya.
2. Evaluasi orang per orang (one-to-one evaluation)
Evaluasi satu-satu, yaitu dilakukan dengan dua atau tiga peserta didik secara individual.
Maksud evaluasi ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengurangi kesalahan dalam
bahan ajar, dan mendapatkan komentar tentang materi ajar. Hasil evaluasi satu-satu ini
dapat langsung digunakan untuk merevisi bahan ajar pada tahap awal.
Secara rinci, informasi yang diharapkan dari evaluasi ini terdiri dari berbagai aspek,
antara lain:
a. Materi (content), dalam evaluasi materi dapat diketahui tingkat kesulitan, kejelasan,
kemenarikan, serta kekinian materi.
b. Desain instruksional, dalam evaluasi ini dapat diketahui kejelasan tujuan, kelogisan
sistematika penyampaian materi.
c. Implementasi, dalam evaluasi ini dapat diketahui tingkat kesulitan penggunaan,
tingkat kemudahan, dan atau kesulitan yang dihadapi.
d. Kualitas teknis, dalam evaluasi ini dapat diketahui kualitas tulisan, gambar serta
layout.
3. Evaluasi kelompok kecil (small group)
Evaluasi ini dilakukan oleh sekelompok kecil peserta didik, yaitu 8-12 orang yang
mewakili populasi sebenarnya, dengan menguji cobakan salah satu bagian dari bahan ajar
pada kelompok kecil tersebut dan mencatat performansi mereka dan komentar-
komentarnya. Bahan ajar yang dievaluasi dalam kelompok kecil ini adalah bahan ajar
dari hasil revisi tahap awal. Beberapa hal yang perlu ditanyakan pada kelompok kecil ini
adalah: (1) kemudahan dalam memahami bahan ajar, (2) kemenarikan dan sistematika
instruksional dari bahan ajar, (3) bagian bahan ajar yang sulit dipahami, dan (4) butir tes
yang tidak relevan dengan materi yang disajikan. Setelah evaluasi pada kelompak kecil
ini dilakukan, maka bahan ajar dilakukan revisi sekali lagi.
4. Uji lapangan (field test)
Evaluasi ini mengobservasi bahan ajar yang diujicobakan kepada sekelompok peserta
didik tertentu dalam suatu situasi nyata. Evaluasi ini akan dilakukan terhadap bahan ajar
yang sudah selesai direvisi tapi masih membutuhkan atau memungkinkan untuk direvisi
akhir. Uji coba lapangan ini dilakukan kepada 15-30 peserta didik, berdasar pada bahan
ajar yang telah direvisi dari evaluasi pada kelompok kecil. Manfaat evaluasi ini akan
diperoleh informasi apakah bahan ajar dengan menggunakan metode tertentu akan benar-
benar berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dari uraian dan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa prosedur evaluasi
bahan ajar non cetak, yaitu lebih mengarah ke evaluasi formatif.. Ada tiga tahapan evaluasi
formatif dalam mengembangkan bahan ajar non cetak, yaitu evaluasi lawan satu (one to one),
evaluasi kelompok kecil (small group evaluation), dan evaluasi lapangan (field evaluation)

1. Evaluasi Satu Lawan Satu (One To One)


Pada tahap ini dipilih dua peserta didik atau lebih yang dapat mewakili populasi target dari
yang dibuat. Bahan ajar kita sajikan kepada mereka secara individual, kita biarkan peserta
didik mempelajarinya, sementara kita mengamatinya. Tujuannya untuk memperoleh data dan
informasi yang terkait dengan kesalahan-kesalahan yang sering terjadi dalam merancang dan
mengembangkan bahan ajar.
2. Evaluasi Kelompok Kecil
Pada tahap ini, bahan ajar perlu dicobakan kepada 10-20 orang peserta didik yang dapat
mewakili populasi target. Siswa yang dipilih dalam kegiatan ini hendaknya mencerminkan
karakteristik populasi. Usahakan sampel tersebut terdiri dari peserta didik yang kurang
pandai, sedang, dan pandai. tujuan utama, yaitu memperoleh informasi tentang efektivitas
bahan ajar setelah melalui evaluasi perorangan dan mengidentifikasi masalah-masalah yang
masih ada pada bahan ajar tersebut, masalah-masalah yang masih terdapat pada bahan ajar
tersebut perlu diperbaiki sebelum digunakan pada sasaran yang sebenarnya.
3. Evaluasi Lapangan
Evaluasi lapangan adalah tahap akhir dari evaluasi formatif yang perlu dilakukan. Pilih sekitar
30 orang peserta didik dengan berbagai karakteristik (tingkat kepandaian, kelas, latar
belakang, jenis kelamin, usia, kemajuan belajar, dan sebagainya) sesuai dengan karakteristik
populasi sasaran. langkah akhir dari pelaksanaan evaluasi formatif terhadap bahan ajar adalah
melakukan uji coba lapangan. Dalam Langkah akhir ini bahan ajar yang telah disempurnakan
pada sesi evaluasi kelompok kecil diuji coba dalam situasi atau konteks pembelajaran yang
mirip dengan situasi atau konteks pembelajaran sesungguhnya.
DAFTAR PUSTAKA

Pribadi, Benny Agus dan Putri, Dewi A Padmo.2019. Pengembangan Baan Ajar. Tangerang
Selatan Universitas Terbuka
Sukiman. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia
Suparman, A (2004). Desain Instruksional. Proyek pengembangan Universitas Terbuka Ditjen
Dikti Departemen Pendidikan Nasional Jakarta: PAU-PPAI

Anda mungkin juga menyukai