Dosen Pengampu :
DISUSUN OLEH :
NIM. 202008039
MADIUN
2022
PENDAHULUAN
A. Pengertian Diabetes Melitus
DM merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia
karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Keadaan hiperglikemia kronis
dari diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, gangguan fungsi dan kegagalan
berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (ADA, 2012). DM
merupakan kondisi kronis yang meningkatnya kadar glukosa dalam darah karena tubuh tidak
mampu memproduksi banyak hormone insulin atau kurangnya efektivitas fungsi insulin (IDF,
2017)
Hiperglikemia adalah kadar gula darah yang tinggi dengan nilai lebih dari normal
dikarenakan tubuh tidak memproduksi insulin atau insulin tidak bekerja dengan baik (Hess-
Fischl, 2016). Insulin dikenal sebagai hormon yang berperan penting untuk mengatur
keseimbangan glukosa darah dalam sirkulasi darah. Dengan demikian ketidakseimbangan
antara transportasi glukosa ke dalam sel dengan produksi insulin oleh pankreas menyebabkan
terjadinya diabetes melitus (Tandra 2008).
Dampak dari hiperglikemi yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan kerusakan
berbagai sistem tubuh terutama syaraf dan pembuluh darah. Komplikasi DM yang sering terjadi
antara lain penyebab utama gagal ginjal, retinopati diabetacum, neuropati (kerusakan syaraf)
dikaki yang meningkatkan kejadian ulkus kaki, infeksi bahkan keharusan untuk amputasi kaki.
Meningkatnya risiko penyakit jantung dan stroke dan risiko kematian penderita diabetes secara
umum adalah dua kali lipat dibandingkan bukan penderita diabetes mellitus (Departemen
Kesehatan RI, 2014).
B. Farmakologi Hiperglikemi
Terapi farmakologis pada DM Hiperglikemi diberikan beriringan dengan pengaturan pola
makan, latihan fisik, dan gaya hidup sehat. Terapi farmakologis terdiri atas obat yang diminum
oral dan bentuk suntikan. Berikut adalah obat antidiabetes non-insulin umum antara lain
golongan biguanida. Biguanida adalah salah satu kelas utama obat antidiabetes, di antaranya
metformin. Metformin merupakan obat paling umum dan menjadi lini pertama untuk penderita
DM dan telah terbukti bermanfaat dalam mengurangi angka kematian akibat DM Hiperglikemi
karena dapat meningkatkan sensitivitas insulin, menurunkan glukosa darah, menekan risiko
hipoglikemia dan kardiovaskuler serta merupakan satusatunya agen hipoglikemik untuk
meningkatkan hasil makrovaskular (Sanchez-Rangel E, Inzucchi SE,2017).
Thiazolidinediones atau TZDs adalah kelas sensitizer insulin, termasuk zona troglita,
rosiglitazone, dan pioglitazone. Mereka merupakan ligan peroxisome proliferator-activated
receptor (PPAR-γ) yang mengontrol otot rangka normal dan sensitivitas insulin hati.
Glucosidase inhibitors (AGIs), termasuk acarbose, voglibose dan miglitol, sangat efektif untuk
hiperglikemia postprandial. Mereka dapat menghambat enzim mukosa usus (α-glucosidase)
yang mengubah kompleks polisakarida menjadi monosakarida, sehingga dapat mengurangi
penyerapan karbohidrat. Terapi berbasis inkretin, Inkretin adalah hormon yang merangsang
sekresi insulin dan menekan sekresi glukagon postprandial dengan cara yang bergantung pada
glukosa. Agonis reseptor GLP-1, termasuk exenatide dan liraglutide, dapat menurunkan kadar
hemoglobin A1c (HbA1c) sebesar 0,8% menjadi 1,5 (Isnaini N, Ratnasari R.. 2018)
C. Patofisiologi
Penyerapan glukosa ke dalam sel diawali dengan penangkapan insulin oleh insulin receptor
substrat-1 (IRS-1) yang kemudian memberikan sinyal pada GLUT 4 untuk memindahkan
glukosa dari luar ke dalam sel. Keadaan hiperglikemia kronis menyebabkan terjadinya glucose
toxicity yang berakibat pada penurunan ambilan glukosa di membrane sel otot oleh karena
terjadinya gangguan translokasi pada GLUT 4, penurunan aktifitas IRS-1 sehingga terjadi
resistensi pada insulin. Hal ini menyebabkan glukosa plasma akan meningkat. Resistensi insulin
awalnya dapat ditoleransi dengan peningkatan sekresi insulin yang apabila terjadi terus menerus
akan menyebabkan kelelahan pada sel beta pancreas yang mengakibatkan destruksinya sel beta
sehingga berdampak pada penurunan sekresi insulin (Campos, 2012).
D. Farmakoterapi
Klasifikasi saat ini diabetes mellitus mengakui adanya sekelompok pasien yang sama sekali
tidak memperlihatkan sekresi insulin dan yang kelangsungan hidupnya bergantung pada
pemberian insulin eksogen. Kelompok dependen insulin ini (tioe 1) membentuk 5-10% populasi
diabetes di AS. Sebagian besar pengidap diabetes tipe 2 tidak memerlukan suplemen oksigen
agar memperoleh kesehatan yang optimal.
ANALISIS KASUS
Tn. E 46th, 65 kg, 162 cm, MRS dengan keluhan mual, pusing, muntah, lemas. Menurut pengakuan
keluarga pasien memiliki riwayat DM sekitar 5 tahun. Obat terakhir sebelum MRS adalah insulatard
0-0-10U S.C., Glucodex 1-0-0, neurodex 2x1 tab, namun tidak digunakan selama 1 bulan karena
pasien berobat alternative. Hasil pemeriksaan lab sbb : GDA 421 mg/dl, Cr 2,3 mg/dl. BUN 21
mg/dl, SGOT/SGPT (N), Na 123 meq/l. K 3,9 meq/l. hasil observasi : TD 150/90 mmHg,
temperature 37,8C. pasien didiagnosa DM Hiperglikemi.
1. Patient’s Database
Nomor registrasi / tgl masuk rumah sakit :
Tanggal Review :
Nama : Tn. E
Usia : 46 Thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Tinggi badan : 162 cm
Berat badan : 65 kg
Past Medical History :pengakuan keluarga pasien memiliki riwayat
DM sekitar 5 tahun. Obat terakhir sebelum
MRS adalah insulatard 0-0-10U s.c.,glucodex
1-0-0 , neurodex 2x1 tab, namun tidak
digunakan selama 1 bulan karena pasien
berobat alternative
Family History :-
Social History :-
So
M
Glucodex 1-0-0 p.o P
Si
So
M
Neurodex 2x1 p.o P
Si
So
M
2. SOAP Notes
Objective :
- Physical Examination
Temperatur o
C 36 oC 37,8
Pernafasan x/min 12-20 /min
- Laboratory Test
Assessment :
KESIMPULAN
DM merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia
karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Hiperglikemia adalah kadar gula
darah yang tinggi dengan nilai lebih dari normal dikarenakan tubuh tidak memproduksi insulin atau
insulin tidak bekerja dengan baik. Dampak dari hiperglikemi yang terjadi dari waktu ke waktu dapat
menyebabkan kerusakan berbagai sistem tubuh terutama syaraf dan pembuluh darah. Komplikasi
DM yang sering terjadi antara lain penyebab utama gagal ginjal, retinopati diabetacum, neuropati
(kerusakan syaraf) dikaki yang meningkatkan kejadian ulkus kaki, infeksi bahkan keharusan untuk
amputasi kaki.
Terapi farmakologis pada DM Hiperglikemi diberikan beriringan dengan pengaturan pola
makan, latihan fisik, dan gaya hidup sehat. Terapi farmakologis terdiri atas obat yang diminum oral
dan bentuk suntikan.
DAFTAR PUSTAKA
ADA.2012. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Journals. Vol 35 (1) : s67
Sukandar, E., Andrajati, R., 2008, ISO Farmakoterapi, Penerbit. PT. Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia, Jakarta.
IDF. (2017). International Diabetes Federation (IDF) Diabetes Atlas Eighth edition : International
Diabetes Federation.