Anda di halaman 1dari 3

SKENARIO

Seorang perempuan usia 42 tahun, menikah dan hamil 3 bulan G2P1A0 datang ke puskesmas
karena panas 4 hari disertai batuk dan pilek. Pasien mengeluhkan gusinya membesar di bagian
kiri bawah walaupun tidak terasa sakit. Oleh petugas di sana diberikan pengobatan tetrasiklin
500 mgx4 dan obat flu. Saat pemeriksaan kehamilan 4 bulan, hasil USG menunjukkan adanya
kecacatan dalam janin yang dikandungnya. Suami menginginkan janin digugurkan sementara
istri ingin mempertahankan.
1. Perkembangan janin dari trimester 1-3
 Usia kehamilan trimester I (0-3 bulan/ 1-13 minggu). Dalam masa kehamilan
trimester pertama terjadi pertumbuhan dan perkembangan pada sel telur yang
telah dibuahi dan terbagi dalam 3 fase yaitu fase ovum, fase embrio dan fase
janin. Fase ovum sejak proses pembuahan sampai proses implamasi pada dinding
uterus, fase ini di tandai dengan proses pembelahan sel yang kemudian disebut
dengan zigot. Fase ovum memerlukan waktu 10 – 14 hari setelah proses
pembuahan. Fase embrio ditandai dengan pembentukan organ organ utama,Fase
ini berlangsung 2 sampai 8 minggu. Fase janin berlangsung dari 8 minggu sampai
tibanya waktu kelahiran, pada fase ini tidak ada lagi pembentukan melainkan
proses pertumbuhan dan perkembangan.
 Usia kehamilan trimester II (4-6 bulan / 14 – 26 minggu) Masa kehamilan
trimester II merupakan suatu periode pertumbuhan yang cepat. Pada periode ini
bunyi jantung janin sudah dapat didengar, gerakan janin jelas, panjang janin
kurang lebih 30 cm dan beratnya kurang lebih 600 gr. Pada periode ini, dokter dan
bidan biasanya mengadakan pemeriksaan terhadap berat dan tekanan darah,
pemeriksaan urin, detak jantung baik ibu maupun janin serta kaki dan tangan
untuk melihat adanya pembekakan (odema) dan gejaja gejala yang umum terjadi.
Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk mengetahui kemungkinan timbulnya suatu
penyakit yang membahayakan proses pertumbuhan dan perkembangan janin pada
akhir masa kehamilan.
 Usia kehamilan trimester III (7-9 bulan/ 27 -40 minggu). Trimester III kehamilan
adalah periode penyempurnaan bentuk dan organ organ tumbuh janin untuk siap
dilahirkan. Berat janin pada usia kehamilan trimester ini mencapai 2,5 Kg. Semua
fungsi organ organ tubuh yang mengatur kehidupan sudah berjalan dengan
sempurna. Oleh karena adanya perubahan tersebut, pemeriksaan rutin lebih sering
dilakukan biasanya 2 kali seminggu. Hal ini dimaksudkan untuk memantau lebih
teliti setiap perkembangan dan pertumbuhan janin, kondisi fisik maupun psikis
calon ibu, kemungkinan yang akan terjadi pada calon ibu maupun janin selama
sisa proses kehamilan serta dalam menghadapi proses persalinan.( Helen Varney,
2000)

2. Pemberian tetrasiklin di kontraindikasi untuk ibu hamil


 Tetrasiklin merupakan kontraindikasi pada kehamilan karena risiko
hepatotoksisitas pada ibu, potensi perubahan warna gigi permanen pada janin
(tampak kuning atau coklat), serta gangguan pertumbuhan tulang panjang janin.
Penggunaan tetrasiklin juga dikaitkan dengan perubahan warna gigi pada anak di
bawah usia delapan tahun. Oleh karena itu sebaiknya dihindari pada pasien anak
di bawah usia tersebut. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK549905/)

3. Apakah penggunaan tetrasiklin dalam kehamilan dapat menyebabkan bayi saya lahir
dengan cacat lahir?
 Tubuh bayi dan sebagian besar organ dalam terbentuk selama 12 minggu pertama
kehamilan. Terutama selama waktu inilah beberapa obat diketahui menyebabkan
cacat lahir.

4. Masalah apa yang dapat disebabkan oleh penggunaan tetrasiklin pada trimester kedua
atau ketiga pada bayi saya?
 Perubahan warna gigi
Telah diketahui bahwa penggunaan tetrasiklin selama trimester kedua atau ketiga
kehamilan dapat mengubah warna gigi susu bayi yang belum lahir dan mencegah
pembentukan enamel dengan benar. Ini berarti bahwa ketika gigi susu bayi
tumbuh, mungkin terdapat noda abu-abu, coklat atau kuning. Set kedua 'gigi
permanen' bayi tidak akan terpengaruh.
 Efek pada pertumbuhan tulang
Tetrasiklin yang dikonsumsi selama kehamilan terakumulasi di tulang bayi yang
sedang berkembang dan ada kekhawatiran bahwa hal ini dapat memengaruhi
pertumbuhan tulang bayi. Meskipun ada satu atau dua laporan tentang bayi yang
terpapar tetrasiklin di dalam rahim yang dilahirkan dengan masalah tulang, tidak
jelas apakah tetrasiklin yang menyebabkannya. Telah terbukti bahwa tetrasiklin
yang diberikan kepada bayi baru lahir untuk sementara waktu mengubah
pertumbuhan tulang mereka, tetapi ini kembali normal setelah tetrasiklin
dihentikan. Sampai lebih banyak wanita hamil yang memakai tetrasiklin
dipelajari, kami tidak dapat mengatakan apakah penggunaan tetrasiklin selama
kehamilan cenderung memiliki efek jangka panjang pada pertumbuhan tulang
bayi

5. Tetrasiklin
 Tetrasiklin telah dimasukkan ke dalam kategori kehamilan D oleh FDA.
Penelitian pada hewan telah mengungkapkan bukti embriotoksisitas dan
teratogenisitas (menyebabkan sekitar 7% cacat bawaan), termasuk efek toksik
pada pembentukan kerangka. Tidak ada data terkontrol pada kehamilan manusia,
namun, cacat bawaan dan hepatotoksisitas ibu telah dilaporkan. Ketika digunakan
selama perkembangan gigi (paruh kedua kehamilan) tetrasiklin dapat
menyebabkan perubahan warna kuning-abu-abu-coklat permanen pada gigi dan
hipoplasia email gigi. Penggunaan tetrasiklin selama kehamilan umumnya tidak
dianjurkan, terutama selama paruh terakhir kehamilan.
 Kategori D
Digunakan jika darurat. Terbukti menimbulkan risiko terhadap janin, tetapi
besarnya manfaat yang diperoleh jika digunakan pada wanita hamil dapat
dipertimbangkan seperti situasi yang mengancam jiwa atau kritis.
 Tetrasiklin diekskresikan ke dalam ASI dalam jumlah kecil. Risiko teoritis dari
pewarnaan gigi dan penghambatan pertumbuhan tulang ada, meskipun kecil
kemungkinannya. Dalam sebuah penelitian, kadar tetrasiklin tidak terdeteksi pada
bayi yang sedang menyusui. Tetrasiklin dianggap kompatibel dengan menyusui
oleh American Academy of Pediatrics. Namun, pabrikan merekomendasikan
bahwa karena risiko potensi reaksi merugikan yang serius pada bayi yang sedang
menyusui, keputusan harus dibuat apakah akan melanjutkan menyusui atau
menghentikan obat, dengan mempertimbangkan pentingnya obat bagi ibu.
 Kontraindikasi: Tetrasiklin dideposit di jaringan tulang dan gigi yang sedang
tumbuh (terikat pada kalsium) sehingga menyebabkan pewarnaan dan kadang-
kadang hipoplasia pada gigi. Obat ini tidak boleh diberikan pada anak-anak di
bawah 12 tahun, ibu hamil (lampiran 4) dan menyusui (lampiran 5). Tetrasiklin
tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal karena dapat
menyebabkan eksaserbasi penyakit ginjal, kecuali doksisiklin dan minosiklin.
 Efek samping: Efek samping dari tetrasiklin adalah mual, muntah, diare (kolitis
akibat antibiotik jarang dilaporkan), disfagia dan iritasi esofagus. Efek samping
lain yang jarang terjadi adalah hepatotoksisitas, pankreatitis, gangguan darah,
fotosensitivitas (terutama dengan demeklosiklin) dan reaksi hipersensitivitas
(ruam, dermatitis eksfoliatif, sindrom Steven-Johnsons, urtikaria, angioedema,
anafilaksis, perikarditis). Sakit kepala dan gangguan penglihatan dapat sebagai
pertanda adanya benign intracranial hypertension (terapi dihentikan). Bulging
fontanelles pada bayi telah dilaporkan.
 Mekanisme kerja : Tetrasiklin memasuki dinding sel bakteri dengan dua cara:
difusi pasif dan sistem transpor aktif yang bergantung pada energi, yang mungkin
dimediasi dengan cara yang bergantung pada pH. Begitu berada di dalam sel,
tetrasiklin mengikat secara reversibel ke subunit ribosom 30S pada posisi yang
menghalangi pengikatan aminoasil-tRNA ke situs akseptor pada kompleks
mRNA-ribosom. Sintesis protein pada akhirnya dihambat, yang mengarah ke efek
bakteriostatik.

Anda mungkin juga menyukai