Pendahuluan
Tradisi yang mengakar di masyarakat menjadi bagian dari tindak pendidikan Islam
setelah mengalami asimilasi perpaduan antara nilai-nilai pokok ajaran Islam dan tradisi
yang sudah menjadi budaya. Di dalam asimilasi itu terjadi take and give antara ajaran
agama Islam dan kebudayaan setempat. Tradisi masyarakat apapun tetap berlaku sehingga
mereka merasa nyaman dalam menerima Islam sebagai agama. Perpaduan Islam dan
tradisi masyarakat itu menjadi kekayaan khazanah keislaman di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini terfokus pada tiga rumusan masalah, yaitu :
A. Manajemen Pembelajaran
Dari sudut etimologi, istilah manajemen berasal dari bahasa Latin, yaitu manus atau
mano atau mantis yang berarti tangan dan agere berarti melakukan. Selanjutnya dua istilah
(manus dan agere) kemudian digabungkan menjadi satu istilah yang mengandung kata
kerja, managere, yang berarti menangani, mengurus, mengelola. Istilah managere
selanjutnya diterjemahkan kedalam bahasa Inggris berbentuk kata kerja menjadi “to
manage“ dengan kata benda “ management “ dan manager untuk orang yang melakukan
kegiatan manajemen (Usman, 2009; Karwati & Priansa, 2014)
Ujang Andi Yusuf (2020) memaknai manajemen sebagai sebuah sistem yang
digunakan untuk mencapai sebuah target organisasi sehingga bisa tercapai secara maksimal
dan komprehensif melalui pengelolaan fungsi-fungsi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia (staffing), pengarahan dan
kepemimpinan (leading), dan yang terakhir adalah pengawasan (controlling). Sedangkan
Ricky W. Griffin yang dikutip oleh Ahmad Munir Saifulloh & Mohammad Darwis
(2020) juga memberikan pernyataan yang tidak jauh beda yaitu bahwa manajemen adalah
suatu tindakan atau aksi perencanaan, dan pengambilan keputusan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian yang membidik pada
komponen organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi) dengan tujuan untuk
meraih target organisasi secara maksimal. Definisi yang sama juga di nyatakan oleh
Wagner & Hollenbeck (1992) bahwa “ management is thus a process of planning,
organizing, directing, and controlling organizational behaviors in order to accomplish a
mission through the division of labor “ yang berarti manajemen merupakan sebuah proses
dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan
evaluasi (evaluating) untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Efektif bisa
dimaknai tujuan tercapai sesuai yang sudah direncanakan, sedangkan efisien bisa
dimaknai tugas dapat diselesaikan secara tertib, terorganisir, dan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Pembelajaran adalah suatu pola interaksi dan komunikasi antara guru dan siswa
yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, keterampilan, dan memperdalam
apa yang telah dipelajarinya. Dalam manajemen pembelajaran, sebagai manajer, guru
melakukan berbagai langkah kegiatan, mulai dari merencanakan, mengorganisasikan,
menerapkan, dan menilai pembelajaran yang dilakukan. Berdasarkan konsep manajemen
dan pembelajaran, maka konsep manajemen pembelajaran dapat dipahami sebagai proses
manajemen yang melibatkan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, dan evaluasi
proses pembelajaran dalam kaitannya dengan semua komponen yang terlibat dalam
pencapaian tujuan. Sedangkan menurut Ibrahim Bafadhal, manajemen pembelajaran adalah
segala cara untuk terjadinya proses belajar mengajar yang edukatif, efektif dan efisien.
Dapat disimpulkan bahwa manajemen pembelajaran adalah koordinasi seluruh kegiatan
pembelajaran yang dimulai dengan proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan evaluasi, termasuk kurikulum inti dan kurikulum pendukung berdasarkan Kementerian
Agama atau kurikulum yang ditetapkan oleh Kementerian Agama dan Kementerian
Pendidikan dan budaya.
Oleh sebab itu, dalam pembelajaran diperlukan tiga langkah penting manajemen
pembelajaran,yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan sistem evaluasi hal tersebut dijelaskan
secara rinci dalam KMA No. 165 Tahun 2014, sebagai berikut :
1) Perencanaan pembelajaran
Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara mandiri dan atau secara
bersama-sama melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di dalam suatu sekolah
tertentu difasilitasi dan disupervisi kepala sekolah atau guru senior yang ditunjuk oleh
kepala sekolah. Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara berkelompok melalui
MGMP antarsekolah atau antar wilayah dikoordinasikan dan disupervisi oleh pengawas
atau dinas pendidikan
a) RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan
silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke dalam bentuk rancangan proses
pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran.
g) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut dari keseluruhan proses dan
pengalaman pembelajaran selama menjalani proses pembelajaran.
1) Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru: menyiapkan peserta didik secara psikis dan
fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang
materi yang sudah dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari; mengantarkan
peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk
mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan
dicapai; dan menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan
yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas.
2) Kegiatan Inti
Dalam setiap kegiatan guru harus memerhatikan kompetensi yang terkait dengan
sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat
orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP. Cara pengumpulan data sedapat
mungkin relevan dengan jenis data yang dieksplorasi, misalnya di laboratorium,
studio, lapangan, per-pustakaan, museum, dan sebagainya. Sebelum menggunakan-nya peserta
didik harus tahu dan terlatih dilanjutkan dengan menerapkannya.
Berikutnya adalah contoh aplikasi dari kelima kegiatan belajar (learning event) yang
diuraikan dalam tabel di atas.
i. Mengamati, dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi
kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat,
menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk
melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memerhatikan (melihat, membaca,
men-dengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
ii. Menanya, dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada
peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau
dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan:
pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang
abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih
abstrak.Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat
hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari
guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke
tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari
kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya
dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka
rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar
untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan
guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber
yang beragam.
iii. Mengumpulkan dan mengasosiasikan, tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan
mengumpulkan informasi dari berbagaisumber melalui berbagai cara. Untuk itu
peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memerhatikan fenomena atau
objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut
terkumpul sejumlah informasi. Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan
berikutnya yaitu memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi
dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan
mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.
4) Kegiatan Penutup
1. Pengertian Dasar
b. Penilaian diri (self assessment) merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh
peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria
yang telah ditetapkan.
e. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk menilai
kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau lebih
sesuai perencanaan yang dibuat antara pendidik dan peserta didik.
f. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8–9 minggu
kegiatan pem-belajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator
yang merepresentasikan seluruh kompetensi dasar pada periode tersebut.
g. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan
meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua kompetensi dasar pada
semester yang sudah berjalan.
i. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan kegiatan
pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui pencapaian tingkat
kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang
merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar penilaian dan tidak dipengaruhi faktor
subjektivitas penilai.
b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara berkesinambungan.
c. Ekonomis, berarti penilaian yang dilakukan efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporannya.
f. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan pendidik. Untuk
menjamin kelancaran pelaksanaan penilaian, maka direkomendasikan menggunakan
pendekatan penilaian acuan kriteria (PAK). penilaian acuan kriteria merupakan
penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal
(KKM). Kriteria ketuntasan minimal merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal
yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik
kompetensi dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik.
Kriteria ketuntasan minimal memiliki konsekuensi ganda yaitu, bagi pendidik dituntut
untuk sungguh-sungguh dalam jmelaksanakan tugas mengajar dan bagi peserta didik
dituntut untuk bersungguh- sunggguh dan optimal dalam menjalani proses
pembelajaran.
d) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik
yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.
a. Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan oleh
pendidik, satuan pendidikan, pemerintah dan/atau lembaga mandiri.
b. Penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk penilaian otentik, penilaian diri,
penilaian projek, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,
ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian madrasah, dan ujian
nasional. Penjelasan lebih rinci masing-masing bentuk penilaian sebagai berikut:
2) Penilaian diri dilakukan oleh peserta didik untuk tiap kali sebelum ulangan
harian.
3) Penilaian projek dilakukan oleh pendidik untuk tiap akhir bab atau tema
pelajaran.
5) Ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester, dilakukan oleh pendidik di
bawah koordinasi satuan pendidikan.
6) Ujian tingkat kompetensi dilakukan oleh satuan pendidikan pada akhir kelas II
(tingkat 1), kelas IV (tingkat 2), kelas VIII (tingkat 4), dan kelas XI (tingkat 5),
dengan menggunakan kisi-kisi yang disusun oleh Pemerintah. Ujian tingkat
kompetensi pada akhir kelas VI (tingkat 3), kelas IX (tingkat 4A), dan kelas XII
(tingkat 6) dilakukan melalui UN.
10) Perencanaan ulangan harian dan pemberian projek oleh pendidik sesuai dengan
silabus dan dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
12) Ujian nasional dilaksanakan sesuai langkah-langkah yang diatur dalam Prosedur
Operasi Standar (POS).
13) Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan
ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus
mengikuti pembelajaran remedial. 7. Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan
pendidikan dilaporkan dalam bentuk nilai dan deskripsi pencapaian kompetensi
kepada orangtua dan pemerintah.
a. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Pendidik Penilaian hasil belajar oleh
pendidik yang dilakukan secara berkesinambungan bertujuan untuk memantau proses
dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Proses penilaian diawali dengan mengkaji silabus sebagai acuan dalam membuat
rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester. Setelah menetapkan kriteria
penilaian, pendidik memilih teknik penilaian sesuai dengan indikator dan
mengembangkan instrumen serta pedoman penyekoran sesuai dengan teknik
penilaian yang dipilih.
4) Hasil penilaian oleh pendidik dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui kemajuan
dan kesulitan belajar, dikembalikan kepada peserta didik disertai balikan
(feedback) berupa komentar yang mendidik (penguatan) yang dilaporkan kepada
pihak terkait dan dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran.
6) Laporan hasil penilaian oleh pendidik disampaikan kepada kepala madrasah dan
pihak lain yang terkait (waka. kurikulum, wali kelas, pendidik Bimbingan dan
Konseling, dan orangtua/wali) pada periode yang ditentukan.
7) Penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial dilakukan oleh semua pendidik
selama satu semester, hasilnya diakumulasi dan dinyatakan dalam bentuk
deskripsi kompetensi oleh wali kelas/pendidik kelas.
b. Pelaksanaan dan pelaporan penilaian oleh satuan pendidikan penilaian
hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian
kompetensi lulusan peserta didik yang meliputi kegiatan berikut:
18
sosial) termasuk kategori baik dan kompetensi pengetahuan dan
keterampilan minimal sama dengan KKM yang telah ditetapkan; c)
lulus ujian madrasah dan ujian madrasah berstandar nasional; dan d)
lulus Ujian Nasional.
10) Menerbitkan ijazah untuk setiap peserta didik yang lulus dari satuan
pendidikan bagi satuan pendidikan yang telah terakreditasi.
1. Perencanaan Pembelajaran
Menurut Aunurrahman, pembelajaran ini merupakan suatu sistem yang
ditujukan untuk mendukung proses belajar siswa, termasuk rangkaian
peristiwa yang dirancang dan disusun untuk mendukung dan
mempengaruhi perkembangan proses belajar internal siswa. (Haerana,
2016: 38). Senada dengan pendapat di atas, Hakim mengatakan, “Rencana
pembelajaran dikembangkan dan dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.” (Haerana, 2016: 39).
Pada dasarnya perencanaan adalah proses mempersiapkan kegiatan secara
sistematis untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sebagai salah satu fungsi
manajemen, perencanaan memegang peranan yang sangat penting dan
penting. Ini adalah peran pertama di antara fungsi manajemen lainnya.
Perencanaan sangat penting sehingga dikatakan bahwa "ketika rencana
dilakukan dengan benar dan dilakukan dengan baik, sebagian besar
pekerjaan benar-benar selesai". (Kurniadin & Machali, 2016: 139). 2)
2. Pengorganisasian Pembelajaran
19
Pengorganisasian adalah salah satu fungsi manajemen yang erat
kaitannya dengan perencanaan, suatu proses yang dinamis, sedangkan
organisasi adalah alat atau wadah yang statis. Pengorganisasian berarti
memutuskan pekerjaan apa yang harus dilakukan, mengelompokkan tugas
dan mendistribusikan pekerjaan di antara setiap karyawan, menetapkan
departemen (subsistem), dan menentukan hubungan. (Badrudin, 2013:
111)
3. Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam KBBI menurut Poewadarminta, “Pelaksana adalah orang yang
mengerjakan dan mengimplementasikan rencana yang telah disusun. Ini
tentang implementasi (tindakan, upaya), tetapi tentang pelaksanaan desain.
Itu saja” (Haerana, 2016: 45). Pelaksanaan pembelajaran mempengaruhi
rancangan apa yang dijalankan dan direncanakan dalam program.
Pelaksanaan di sini adalah pendidik membuat desain atau program,
mengimplementasikannya sesuai dengan konten yang direncanakan, dan
mendapatkan hasil dari program yang diterapkan siswa dari pelaksanaan
itu.
4. Pengawasan Pembelajaran
Pengawasan adalah kegiatan untuk memperoleh kepastian tentang kinerja
suatu program atau pekerjaan/kegiatan yang sedang dilakukan atau
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang diberikan. Kegiatan pengawasan
pada dasarnya membantu membandingkan kondisi yang ada dengan yang
seharusnya terjadi (Kurniadin & Machali, 2016: 367). Pengawasan sering
disebut dengan pengendalian. Dengan kata lain, pelaksanaan pengawasan
dan amandemen yang memungkinkan bawahan dapat melaksanakan
tugasnya dengan benar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
(Badrudin, 2013: 17).
20
a. Mendidik peserta didik untuk menjadi lebih tanggung
jawab terhadap dirinya sendiri atas perilaku dan tindakannya.
b. Menyadarkan peserta didik bahwa setiap arahan dan instruksi
pendidik kepada peserta didik untuk bertingkah laku
sesuai dengan tata tertib kelas merupakan bentuk kasih sayang dan
bukan sebuah emosi atau arogansi pendidik.
c. Menggugah sikap tanggung jawab dan disiplin peserta didik
akan tugas dan kewajibannya .
Point - point di atas memberikan pemahaman agar setiap
anak disaat kegiatan pembelajaran dapat tanggung jawab dan
disiplin dalam rangkan meraih target pembelajaran secara
komprehensif.
2. Tujuan untuk pendidik:
a. Memberikan pemahaman dalam pelaksanaan pelajaran
dengan baik dan tepat.
b. Memberikan pemahaman akan hak siswa dan
mempunyai kompetensi dalam mengarahkan secara tepat
terhadap peserta didik.
c. Memahami langkah - langkah yang mesti diterapkan
untuk melayani peserta didik yang bertingkah laku mengganggu.
d. Memiliki keahlian dan kompetensi dalam meremidi dan
memperbaiki sikap dan tingkah laku peserta didik
yang menyimpang ketika proses pembelajaran
Belajar merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan.
Memfasilitasi belajar siswa merupakan tugas mulia bagi guru. Untuk itu,
guru tidak hanya perlu menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan
menarik, tetapi juga memahami dan memperoleh pengetahuan tentang
manajemen pembelajaran di dalam dan di luar kelas. Guru harus dapat
memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan
kompleksitas materi dan kepribadian setiap siswa. Karena siswa adalah
subjek, bukan objek kegiatan belajar mengajar, maka metode dan
21
pendekatan yang digunakan benar-benar sejalan dengan pengembangan
diri siswa. Oleh karena itu, guru harus mampu menggunakan metode dan
pendekatan, serta sarana dan prasarana yang memadai, sehingga proses
belajar mengajar menjadi menarik dan menyenangkan. Memberikan ruang
seluas-luasnya kepada siswa untuk berpartisipasi secara kreatif dan aktif
selama proses pembelajaran, memungkinkan mereka untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal secara simultan di ranah kognitif, emosional,
dan psikomotorik mereka.
Beberapa komponen, seperti siswa, guru, kepala sekolah, kurikulum,
fasilitas sekolah (perpustakaan), miriu, dan beberapa fasilitas lain yang
mendukung kualitas pembelajaran, berdampak signifikan terhadap
interaksi belajar. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran dapat membuat
perbedaan pada diri siswa, baik dalam pengetahuan, perilaku maupun
keterampilan. Perubahan ini melatih siswa untuk secara alami
memecahkan masalah kehidupan dan beradaptasi dengan lingkungan
mereka.( Ahmad Munir Saifulloh dan Mohammad Darwis, 2020)
22
dan tanggung jawab kepada stafnya, perlu memperhatikan kemampuan
dan sifat responsibility dari staf yang bersangkutan.Termasuk disini
adalah menenal karakter dan kepribadian.
d. Revitalisasi nilai-nilai; orgasasi selalu melibatkan sejumlah orang. Setiap
anggota organisasi itu memiliki nilai, pandangan hidup dan cita-cita
tertentu. Juga system niliai yang dianutnya. Tugas dan tanggung jawab
manajemen adalah menjaga, memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
psitif yang mendukung kebehasilan kerja dan pencapaian tujuan
organisasi. Sedangkan sistem nilai yang menghambat individu untuk
berkembang, perlu diperhatikan untuk dieliminir.
B. Prinsip-Prinsip Manajemen Pembelajaran
1. Perhatian
Proses pembelajaran tidak boleh mengabaikan masalah perhatian siswa.
Pendidik harus mampu memenangkan dan memenangkan hati siswa agar
siswa tetap fokus dan tertarik dengan materi yang diajarkan. Guru juga
perlu berpenampilan menarik dan menyenangkan untuk dijadikan
panutan.
2. Motivasi
Peserta didik membutuhkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Peserta
didik membutuhkan motivasi intrinsik karena kegiatan belajar
mengajarnya kurang efektif jika tidak dipersiapkan untuk aspek fisiologis
dan biologis. Motivasi ekstrinsik berasal dari luar/pendidik. Memusatkan
perhatian siswa dapat memotivasi guru. Pendidik harus mampu
memotivasi dan menguatkan peserta didik selama kegiatan belajar
mengajar.
3. Keaktifan peserta didik
23
Kegiatan pembelajaran memiliki makna ketika siswa terlibat aktif dalam
kegiatan belajar mengajar. Sebagai subjek, siswa tidak hanya menerima
bahan ajar, tetapi juga aktif bekerja. Dalam kasus khusus ini, sedapat
mungkin, pendidik merancang situasi dan kondisi yang mendorong
aktivitas siswa yang kreatif..
4. Keterlibatan Langsung.
Penting bagi pendidik untuk memahami bahwa siswa perlu terlibat
langsung dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, pendidik perlu
menciptakan situasi dan kondisi yang sesuai dengan tujuan
pembelajarannya.
5. Pengulangan pembelajaran.
Karena setiap siswa memiliki minat dan bakat yang berbeda, membaca,
mempelajari, memahami, dan menganalisis apa yang telah dialaminya
tidak dapat dilakukan secara instan dan cepat dan harus diulang.
Pengulangan digunakan untuk memberikan penguatan untuk
mengingatkan siswa tentang apa yang telah mereka pelajari. Oleh karena
itu, pendidik perlu memberikan waktu khusus kepada siswa untuk
meningkatkan pembelajarannya, baik secara teori maupun praktik..
6. Materi pembelajaran yang menarik dan bermanfaat
Untuk menghindari kelelahan dan kebosanan siswa selama kegiatan
belajar mengajar, pendidik menggunakan metode dan strategi yang
berbeda sebanyak mungkin, tergantung pada sifat materi. Materi
disiapkan dan ditata ulang oleh guru. Hal ini bertujuan untuk memberikan
insentif dan tantangan bagi siswa untuk memahami dan mempelajari
kembali materi yang diajarkan.
7. Reinforcement atau penguatan bagi siswa.
Reinforcement memiliki dampak sosial yang tidak boleh dipandang
sebelah mata ketika disampaikan kepada siswa. Sekecil apapun prestasi
siswa, harus dirayakan dan dihargai sesuai prestasinya.
C. Unsur Unsur Manajemen Pembelajaran
24
Unsur-unsur manajemen, pada umumnya meliputi tujuh unsur
manajemen yang di singkat 6 M + I, diantaranya man, money, material,
machine, method, market dan information.
1. Manusia/ Man
Sumber daya manusia adalah salah satu faktor produksi selain tanah,
modal, dan life skill di dalam pendekatan ekonomi,. Manusia
merupakan unsur manajemen yang sangat penting keberadaannya
dalam rangka meraih target. Oleh karana itu, seorang pendidik
memiliki peranan yang sangat urgen dalam pembelajaran.
2. Uang/ Money
Sebuah perusahaan sangat penting untuk memiliki stabilitas keuangan
yang kuat, karena berbagai kegiatan perusahaan membutuhkan dan
memerlukan biaya operasinal yang besar. Mulai dari perizinan,
pembuatan gedung kantor, mesin produksi dan perlengkapannya,
upah buruh, pengadaan bahan baku, dan biaya akomodasi. Owner
perusahaan menyiapkan pendanaan yang besar untuk modal produksi.
Begitu juga halnya didalam dunia pendidikan, keuangan yang dimiliki
oleh lembaga pendidikan juga akan memberikan dampak dan
pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan untuk meningkatkan
mutu pembelajaran.
3. Bahan Baku/ Material
Point ini merupakan gambaran input (peserta didik) yang akan
mendapatkan proses pembinaan, pembimbingan dan pendidikan
selama proses belajar mengajar berlangsung baik teori maupun
praktek.
4. Mesin/ Machine
Perwujudan mesin ini adalah sarana dan prasaran yang disiapkan oleh
sekolah sebagai salah satu faktor penunjang dalam rangkan
mempermudah dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu,
penciptaan atau setting suasana lingkungan yang baik dan kondusif
juga menjadi motor penggerak dalam rangka untuk mencapai hasil
25
pembelajaran yang maksimal sesuai dengan tujuan manajemen
pembelajaran
5. Metode/ Methode
Metode kerja sangat dibutuhkan agar mekanisme kerja berjalan
efektif dan efisien. Begitu juga dalam pembelajaran, Terdapat
bermacam-macam metode pembelajaran. Setiap metode memiliki
kelebihan dan kekurangan, sehingga pendidik harus pintar dan kreatif
dalam memilih metode pembelajaran. Penggunaan dan penerapan
metode oleh guru harus sesuai dengan karakter materi dan karekter
peserta didik dalam rangka memenuhi target pembelajaran.
6. Pasar/ Market
Pasar merupakan masyarakat (pelanggan). Saat ini pasar sudah
berkali-kali mengalami perubahan dan pergeseran. Pengaruh
globalisasi menjadi tantangan yang harus di hadapi, mulai dari
bidang keuangan, kebudayaan, etika dan moral. Sehingga manajemen
pembelajaran sudah harus mengarah dan menjawab tantangan
tersebut.
7. Informasi/ Information
informasi (serap aspirasi) harus selalu up to date di sebuah
perusahaan. Informasi tentang kecenderungan dan sesuatu yang
sedang popular di masyarakat. Menggali, mengumpulkan dan
mengelola informasi sangat urgen juga dalam menganalis produk
yang telah dan akan dipasarkan. Sehingga informasi menjadi salah
satu pertimbagan dalam rangka pemutakhiran proses pembelajaran.
1. Tradisi keislaman
Berbicara tentang konsep Islam vis a vis tradisi dalam disiplin antropologi
ada dua konsep penting yaitu “tradisi besar” (grand tradition) dengan
tradisi kecil (little tradition). Konsep ini dikenalkan oleh Jacques
26
Duchesne Guillemin yang menyatakan bahwa akan selalu terjadi dialog
antara tatanan nilai agama yang menjadi cita-cita religius dari agama
dengan tata nilai budaya lokal. Pertautan dialektis yang kreatif antara nilai
universal dari agama dengan budaya lokal telah menghadirkan corak
ajaran Islam dalam kesatuan spiritual dengan corak budaya yang beragam
yaitu unity and diversity (Arifin, dkk, 1996)
27
Jawa, semasa zaman Hinduisme dan Budhisme. Dalam perkembangannya,
penyebaran Islam di Jawa juga dibungkus oleh ajaran-ajaran terdahulu,
bahkan terkadang melibatkan aspek kejawen sebagai jalur penyerata yang
baik bagi penyebarannya. Walisongo memiliki andil besar dalam
penyebaran Islam di tanah Jawa. Unsur-unsur dalam Islam berusaha
ditanamkan dalam budaya-budaya Jawa semacam pertunjukan wayang
kulit, dendangan lagu-lagu Jawa, ular-ular (dalam budaya Jawa sangat
sarat dengan filsafat hidup), ceritacerita kuno, hingga upacara-upacara
tradisi yang dikembangkan (Simuh, 1995)
28
juga akan menemukan satu sisi penting dari awal proses transformasi
intelektual Islam yang bertolak dari nilai-nilai universalisme Islam yang
dikategorikan sebagai tradisi besar dengan tata nilai setting cultural dan
struktural tertentu yang sudah terpola sebelumnya (Arifin, 2004:50-51)
29
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
30
sebuah tradisi, sejalan dengan adanya penyebaran agama, tradisi yang ada
di masyarakat dipengaruhi oleh ajaran agama yang berkembang (Syahri,
1985:12). Tradisi merupakan proses situasi kemasyarakatan yang di
dalamnya terdapat unsur-unsur dari warisan kebudayaan dan dipindahkan
dari generasi ke generasi (Elliot, 1975:322). Sebelum Islam datang dan
berkembang di pulau Jawa, masyarakat Jawa telah lama menggemari
kesenian, baik seni pertunjukan wayang dengan gamelannya maupun seni
tarik suara. Oleh karena itu, para ulama (Walisanga) mengambil siasat
menjadikan kesenian itu sebagai alat dakwahnya, guna mengenalkan dan
memasukkkan ajaran Islam kepada masyarakat lewat apa yang selama ini
menjadi kegemarannya. Hal itu, misalnya terjadi pada masyarakat Jawa
yang jika memulai pekerjaan senantiasa diawali dengan doa dan
mengingat kepada Tuhan Yang Maha Esa serta meyakini adanya hal-hal
yang bersifat ghaib (Koentjaraningrat, 1995:322). Ketika Islam datang di
Indonesia, khususnya di Jawa yang disebarkan oleh para ulama dengan
cara mentransformasikan ajaran-ajaran Islam ke dalam praktik-praktik
yang telah ada di masyarakat. Dengan kondisi seperti itu maka yang terjadi
banyak kebudayaan yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Dalam sejarahnya, perkembangan kebudayaan masyarakat Jawa
mengalami akulturasi dengan berbagai bentuk kultur yang ada. Oleh
karena itu corak dan bentuknya diwarnai oleh berbagai unsur budaya yang
bermacam-macam. Setiap masyarakat Jawa memiliki kebudayaan yang
berbeda. Hal ini dikarenakan oleh kondisi sosial budaya masyarakat antara
yang satu dengan yang lain berbeda. Kebudayaan sebagai cara merasa dan
cara berpikir yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan
kelompok manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang
dan waktu. Salah satu unsur budaya Jawa yang menonjol adalah adat
istiadat atau tradisi kejawen (Syahri, 1985:2).
31
generasi ke generasi berikutnya. disebabkan orang Jawa pada masa itu
belum terbiasa berfikir abstrak, maka segala ide diungkapkan dalam
bentuk simbol yang konkrit. Dengan demikian segalanya menjadi teka-
teki. Simbol dapat ditafsirkan secara berganda. Juga berkaitan dengan
ajaran mistik yang memang sangat sulit untuk diterangkan secara lugas,
maka diungkapkan secara simbolis atau ungkapan yang “bersayap”
(bermakna ganda) (Simuh, 1999:30). Di kalangan masyarakat Jawa
terdapat kepercayaan adanya hubungan yang sangat baik antara manusia
dan yang ghaib. Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai ritual sakral.
Geertz menuturkan bahwa hubungan manusia dengan yang ghaib dalam
dimensi kehidupan termasuk cabang kebudayaan (Geertz, 1995:8).
32
3. Akulturasi Islam dengan Budaya Jawa
33
1. Aspek kepercayaan dan ritual
2. Aspek pendidikan
34
Pesantren, sebuah institusi pendidikan Islam tradisional, adalah
wujud kesinambungan budaya Hindu Budha yang diislamkan secara
damai. Sistem pendidikan yang ada pada masa Hindu-Budha kemudian
berlanjut pada masa Islam. Sistem pendidikan pada masa Islam
merupakan bentuk akulturasi antarsistem pendidikan Hindu- Budha
dengan pendidikan Islam. Akulturasi tersebut tampak pada sistem
pendidikan yang mengikuti kaum agamawan Hindu-Budha, yaitu
pada saat guru dan murid berada dalam satu lingkungan pemukiman.
Pada masa Islam sistem pendidikan itu disebut dengan pesantren atau
pondok pesantren. Pesantren merupakan system pendidikan Islam yang
memiliki kesamaan dengan sistem pendidikan pada masa Hindu-Budha
yang disebut dengan Mandala. Mandala merupakan tempat suci yang
menjadi pusat segala kegiatan keagamaan.
35
Pendekatan dan kebijakan Walisanga terlembaga dalam satu esensi
budaya pesantren dengan kesinambungan ideologis dan
kesejahteraannya. Kesinambungan ini tercermin dalam hubungan
filosofis dan keagamaan antara taqlid dan modelling bagi masyarakat
santri, melalui konsep keteladanan nabi Muhammad saw. Di dunia
Islam, Rasulullah adalah pemimpin dan panutan sentral yang tidak
perlu diragukan lagi, maka dalam masyarakat Jawa kepemimpinan
Rasulullah diterjemahkan dan diteruskan oleh para Walisanga. Bagi
Walisanga, mendidik adalah tugas dan panggilan agama pendidikan
Islam yang memiliki kesamaan dengan sistem pendidikan pada masa
Hindu-Budha yang disebut dengan Mandala. Mandala merupakan
tempat suci yang menjadi pusat segala kegiatan keagamaan.
3. AspekPolitik
Kebudayaan umumnya dikatakan sebagai proses atau hasil
karya, cipta, rasa dan karsa manusia dalam upaya menjawab tantangan
36
kehidupan yang berasal dari alam sekelilingnya. Orang yang
mengutamakan nilai ekonomi, akan selalu mengedepankan nilai
ekonomi serta keuntungan materi. Sedangkan yang lebih
mengutamakan nilai politik, perilakunya diwarnai oleh nilai politik.
Ia akan menerapkan moral politik seperti yang diajarkan oleh Nicolo
Machravelli yang menghalalkan segala cara. Ini terlihat jelas dalam
sejarah perilaku golongan priyayi Jawa dalam kerajaan- kerajaan
Jawa hingga zaman Mataram. Artinya apabila kekuasaan politik yang
mereka pandang sebagai sumber kejayaan ini diganggu, mereka akan
membela mati-matian seperti ungkapan: “pecahing dhadha wutahe
ludiro”. Penyebaran agama Islam yang pada mulanya terpusatkan daerah-
daerah pesisir, akhirnya mendapat sambutan baik dari para kepala daerah
atau bupati. Dukungan umat Islam pun memperluas kekuasaan para
bupati itu hingga berhasil membentuk kesultanan-kesultanan lokal. Di
antara kesultanan Jawa Islam yang kemudian meluas kekuasaan
politiknya adalah kesultanan Demak. Karena itu, sejak abad ke- 15 dan
abad ke-16 M, penyebaran agama Islam telah didukung berbagai
kesultanan di daerah pesisiran.
4. Aspek Sastra
Salah satu elemen lain yang penting adalah Islam sebagai
agama yang berkembang di Jawa memperoleh banyak pengikut
semenjak di perkenalkan oleh para pendatang melalui kawasan pesisiran
dan kemudian masuk ke pedalaman berinteraksi dengan elemen lama.
Pertemuan antara etika Jawa ( warisan Hindu- Budha) yang telah ada
sebelumnya dengan ajaran Islam sering dipandang menyalahi
syari'at Islam. Lepas dari persoalan tentang kapan masuknya Islam ke
Jawa, masalah lain yang tak kalah penting adalah proses inkulturasi
antara elemen-elemen Islam yang sangat menonjol dalam kebudayaan
lokal. Sastra pesisiran sebagai bagian dari sastra Jawa memiliki kaitan
erat dengan proses perkembangan kehidupan keagamaan karena pada
dasarnya kehidupan sehari-hari masyarakat tak dapat dilepaskan dari
37
kerangka agama, biasanya diidentifikasi sebagai karya sastra yang
berkaitan dengan proses Islamisasi Jawa yang memakan waktu lama
dan berlangsung damai. Karya-karya yang muncul dari kalangan
penulis, memperhatikan warna agama yang begitu dominan, bahkan
ada kecenderungan ke arah mempertahankan unsur legalistik dalam
agama dari kemungkinan masuknya elemen-elemen yang dianggap
mengandung unsur menyesatkan.
38
Setelah Islam masuk ke Indonesia, secara otomatis nilai-nilai Islam
dihadapkan pada kondisi masyarakat lokal Indonesia terutama Jawa
yang memiliki berbagai kebudayaan dengan corak yang berbeda- beda.
Dalam bidang ini, Islam memiliki keterkaitan dengan karya sastra Jawa
dalam artian imperative moral atau dengan kata lain bahwa karya
sastra Jawa dalam perkembangannya mengalami perpaduan dengan
nilai-nilai keIslaman sehingga karya-karya sastra yang lahir baik itu
dalam bentuk puisi maupun yang lainnya telah diwarnai oleh nilai-nilai
Islam.
39
yang berlapis pada masa tersebut diambil dari konsep ‘meru’ dari masa
pra Islam (Hindu-Budha) yang terdiri dari sembilan susun. Namun,
perpaduan Islam dan budaya lokal dalam bidang seni tidak hanya
dalam bentuk masjid atau makam, namun juga dalam ruang lingkup
yang besar, misalnya bentuk kraton, taman sari yang mencerminkan
unsur-unsur budaya Jawa dan unsur-unsur keislaman yang besar,
misalnya bentuk kraton, taman sari yang mencerminkan unsur-unsur
budaya Jawa dan unsur-unsur keislaman (Jamil, 2000:175)
40
Kesenian yang berkembang seiring dengan tradisi peringatan maulid
nabi Muhammad saw ini mengartikulasikan syair atau syiiran sholawat
kepada nabi Muhammad saw dengan medium bahasa Jawa, bahkan
juga dengan melodi-melodi Jawa (Jamil, 2000:175)
Terdapat delapan draf buku teks berciri khas Islam yang diseminarkan
pada tahun 1997 oleh Departeman Agama. Kedelapan draf tersebut adalah
Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, sejarah, ekonomi, biologi, matematika,
geografi, dan fisika (Subhan 2012: 258). Tema-tema ini harus mendapat
perhatian dari kajian ilmiah untuk terus dikembangkan sesuai dengan visi
moderasi keberagamaan.
41
mata pelajaran, yaitu pelajaran agama islam, pelajaran sains, pelajaran sosial,
dan pelajaran bahasa dengan wawasan moderasi beragama.
E. Konsep atau Teori Relevan
42
Penggunaan media online secara virtual dan media offline sebagai
sarana pendidikan juga digunakan oleh sekolah dan madrasah untuk
mengajarkan nilai-nilai tradisi dan kebudayaan Islam. Youtube channel, TV
channel, bahkan live streaming sekarang dengan mudah dipergunakan untuk
pendidikan.
Ziyarah juga menjadi tradisi mendoakan wali, ulama, guru, orang tua
yang sudah meninggal. Tradisi ziyarah biasa dilaksanakan oleh para pelajar
ke makam Walisongo yang tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa
Barat. Walisongo yang terkenal sebagai pendakwah Islam di pulai Jawa
43
terdiri dari Sunan Ampel, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Gresik, Sunan
Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunungjati.
Mereka juga mentradisikan ziyarah ke wali dan ulama di luar Walisongo,
misalnya Syeh Abu Syamsuddin Batuampar Madura, Syeh Kholil Bangkalan
Madura, Syeh Maulana Maghribi, Sultan Raden Fatah Demak, dan juga Syeh
Abdul Muhyi Pamijahan Tasikmalaya serta Sayid Ali bin Muhammad bin
Umar Panjalu Ciamis Jawa Barat.
Santunan anak yatim dan fakir miskin sebagai tradisi kepedulian sosial
juga mendapat perhatian yang besar di sekolah dan madrasah. Khususnya
pada hari Asyuro 10 Muharram, para pelajar dengan dipandu oleh gurunya
selalu mengumpulkan infak dan sedekah untuk anak yatim dan fakir miskin.
44
Bab III
Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif multikasus, seahingga
dimaksudkan untuk menggali data secara detail sampai titik jenuh untuk
kemudian dianalisis (McMillan 2001:29). Pengumpulan data melalui berbagai
metode sebagaimana Nasution (1996:58), Miles (1992:59), Bogdan
(1990:107), yaitu wawancara, observasi, dokumentasi, dan focus group
discussion (FGD). Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif
model studi multikasus pada beberapa lokus lembaga pendidikan yang
menjadikan tradisi keislaman sebagai bagian dari pembelajaran dan
pendidikan.
Wawancara dilakukan untuk mendapat data dari pelaku pembelajaran,
baik guru, peserta didik, teman sejawat, maupun kepala dan wakil kepala
madrasah. Guru dimaksud adalah pengajar rumpun mata pelajaran agama
Islam, pengajar rumpun mata pelajaran sains, pengajar rumpun mata pelajaran
sosial, dan pengajar rumpun mata pelajaran bahasa, baik bahasa Indonesia,
bahasa Arab, maupun bahasa Inggris.
Observasi juga dilakukan dengan pengamatan langsung ke lapangan
untuk mendapat data otentik tentang pembelajaran berbasis digital untuk
empat rumpun mata pelajaran tersebut.
Adapun dokumentasi berupa data arsip, administrasi, foto, video,
rekaman, dan semacamnya menjadi penguat data keseluruhannya sehingga
pembelajaran berbasis digital itu benar-benar terbukti nyata adanya.
Focus group discussion (FGD) merupakan pengumpulan data melalui
forum diskusi, sekaligus untuk tahap verifikasi data (Marshall 2006:114).
Pengecekan keabsahan data menggunakan empat kriteria sebagaimana
Moleong (2001:78), yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan
(transferablity), kebergantungan (dependability) dan kepastian
(confirmability). Data yang terkumpul dan teruji keabsahannya kemudian
dianalisis. Selanjutnya data-data diuji validasinya kemudian dianalisis dengan
menggunakan analisis domain, analisis taksonomi, dan analisis komponensial
(Sugiyono 2007: 348).
45
B. Rencana Pembahasan
46
Bab IV
Data dan Pembahasan
Pelajaran agama Islam tentu saja memuat dasar-dasar dan konten agama
Islam meliputi al-Quran, Hadits, Ulumul Quran, Ulumul Hadits, Aqidah,
Akhlak, Tasawuf, Ushul Fiqh, Fiqih, Tarikh, Sejarah Kebudayaan Islam, dan
Peradaban Islam beserta rumpunnya. Kurikulum resmi dari pemerintah
melalui kebijakan Kementerian Agama sudah sangat jelas berwawasan
moderat karena memang kementerian mengarusutamakan moderasi
beragama. Pada aspek pelaksanaannya di lembaga pendidikan, ditentukan
oleh pendekatan moderat dalam menyusun kurikulum yang menjadi konten
pembelajaran maupun pendekatan dan metode moderat dalam mengajarkan
agama Islam.
47
menyisipkan dan menginternalisasikan sika-sikap moderat, misalnya moderat
dalam mensikapi gejala alam dan kejadian-kejadiannya.
48
menurut Zudi (2014: 411-424) merupakan doa untuk Indonesia Raya.
Contohnya Madrasah NU Banat Kudus setiap ada forum dimulai dengan
membaca syi’ir shalawat Asnawiyah secara lengkap, dan madrasah yang
lain juga begitu.
3. Pembacaan al-Barjanji setiap malam Jumuat dan malam Senin di masjid,
musholla, pondok pesantren, dan berbagai kegiatan lainnya.
4. Amalan Dalail al-Khairat, yaitu membaca shalawat sebanyak tujuh paket
kodifikasi setiap harinya dengan disertai puasa selama tiga tahun berturut-
turut.
5. Syubbanul Wathan sebagai lagu mars kecintaan pada tanah air, bangsa dan
Negara Indonesia dilantunkan di setiap kegiatan pelajar dan santri.
6. Hari Santri 22 Oktober sebagai peringatan Resolusi Jihad Syeh
Muhammad Hasyim Asy’ari dan peringatan hari besar Islam lainnya,
misalnya Tahun Baru 1 Muharram, Santunan Yatim dai hari Asyuro 10
Muharram, Maulid Nabi Muhammad SAW 12 Rabiul Awal, Isra dan
Mi’raj 27 Rajab, dan Nuzulul Qur’an 17 Ramadan.
7. Ziyarah Walisongo, para wali dan ulama yang sudah wafat sebagai doa
dan tabarukan atas kebaikan dan jasa mereka dalam berdakwah dan
mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada masyarakat.
8. Haul pendiri (muassis) madrasah dan pesantren dilaksanakan setiap tahun
sebagai doa untuk para pendiri.
9. Kunjungan halal bi halal ke rumah guru dan kiai pada hari Raya Idul Fitri
pada minggu pertama Syawal karena ditradisikan sejak lama oleh pihak
madrasah dan pesantren.
10. Slametan sebagai doa dan sedekah dalam berbagai acara, misalnya
khataman al-Quran, memulai suatu kegiatan pembangunan gedung atau
mengawali kegiatan besar, manaqib Syeh Abdul Qodir al-Jailani, dan doa
Rasulullah SAW.
49
sumber belajar dengan cara menjadikan materi ajar yang ditulis di buku
pelajaran, buku bacaan, modul, dan lembar kerja siswa. Pengelolaan tradisi-
tradisi sebagai media belajar berarti bahwa tradisi tertentu menjadi sarana
pembelajaran yang memudahkan murid memahami dengan baik, misalnya
pengenalan tentang perjuangan Walisongo dengan menyaksikan langsung
artefak, bangunan, prasasti, sejarah, dan tradisi warisan yang masih berlaku di
masyarakat. Tradisi keislaman yang berlaku dan berkembang di masyarakat
merupakan media besar bagi pelajar untuk memahami dan meneladani
dengan baik amalan ajaran Islam. Selain itu, tradisi keislaman juga menjadi
pendekatan dalam belajar. Tradisi menjadi pendekatan belajar secara
intelektual untuk menguatkan pemahaman tentang tradisi keislaman, secara
ritual untuk menguatkan peribadatan yang sudah mentradisi di masyarakat,
dan secara seremonial untuk menguatkan semangat perjuangan Islam dengan
meneladani para tokoh pendahulu yang gigih berjuang untuk agama, bangsa,
dan negara.
Sumber Belajar
50
termasuk di dalamnya dijelaskan amalan dan tradisi keislaman yang
berkembang dari pesantren secara turun temurun. Amalan-amalan itu pada
akhirnya menjadi tradisi di kalangan pesantren, madrasah, dan sekolah serta
masyarakat. Misalnya, dalil dan pelajaran tentang aqaid limapuluh yang
biasanya dilafalkan dengan syi’ir aqidatul awam, dalil berdoa bersama yang
dikemas dalam tradisi tahlilan dan istightsah.
Lembar kerja siswa (LKS) merupakan buku ringkas yang berisi bacaan
dan latihan soal-soal ujian harian. Kenyataannya, LKS itu berisi pula
ringkasan tentang kebudayaan Islam di daerah, misalnya tentang upacara
wiwit yaitu slametan yang berisi doa dan sedekah makanan ketika memulai
panen, upacara ngapati yaitu slametan berisi doa ketika seorang hamil empat
bulan, mitoni yaitu slametan berisi doa ketika seorang hamil tujuh bulan, dan
walimatutasmiyah yaitu slametan berupa doa dan aqiqah untuk memberi
nama seorang bayi yang lahir.
Diktat atau modul juga disusun oleh tim guru yang biasanya disertai
latihan soal atau tes harian. Diktat atau modul itu biasanya berisi tentang
muatan kearifan lokal, misalnya tradisi tentang dandangan dan nyadran.
Tradisi dandangan adalah perayaan menyambut datangnya bulan suci
Ramadan. Beberapa tahun terakhir ini, ada juga peringatan ta’sis atau
pendirian masjid Menara. Tanggal 10 Muharram juga diadakan peringatan
kirim doa keberkahan untuk Sunan Kudus, dan tanggal 15 Muharram untuk
Sunan Muria. Pada bulan syawal juga ada perayaan seribu ketupat di Colo
dekat makam Sunan Muria.
Internet yang memuat banyak informasi online juga menjadi salah satu
sumber belajar, terutama yang terkait dengan sejarah, kebudayaan, dan tradisi
yang belum tertulis di buku. Misalnya tentang keberadaan tradisi keislaman di
desa-desa dan dukuh-dukuh, komunitas kecil masyarakat, dan juga amalan
yang bersifat lokal. Contoh praktiknya, kebiasaan sedekah sarapan pagi
sesudah pengajian bakda subuh di masjid, sedekah makanan untuk jamaah
51
shalat Jumu’at, membaca Qur’an Surat al-Waqiah setelah shalat ashar oleh
para pelajar dan santri.
Media Belajar
52
Selain property kebudayaan berupa bangunan dan benda, keberadaan
para wali, ulama, dan orang-orang sholihin dan sholihat yang sudah wafat dan
dimakamkan di daerah terdekat merupakan daya tarik tersendiri. Keberadaan
mereka yang kemudian dihormati oleh masyarakat dengan melestarikan
semua ajarannya, baik yang bersifat dogma keimanan, aturan syari’at,
tauladan akhlak, hingga tradisi seperti menyembelih kerbau bukan sapi oleh
Sunan Kudus. Toleransi yang diajarkan oleh Sunan Kudus kepada umat
Hindu itu masih lestari sampai sekarang. Karena itu, mayoritas Masyarakat
Kudus berkorban dengan menyembelih kambing atau kerbau dan bukan sapi.
Ziyarah juga menjadi tradisi mendoakan wali, ulama, guru, orang tua
yang sudah meninggal. Tradisi ziyarah biasa dilaksanakan oleh para pelajar
ke makam Walisongo yang tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa
Barat. Walisongo yang terkenal sebagai pendakwah Islam di pulai Jawa
terdiri dari Sunan Ampel, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Gresik, Sunan
Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunungjati.
Mereka juga mentradisikan ziyarah ke wali dan ulama di luar Walisongo,
misalnya Syeh Abu Syamsuddin Batuampar Madura, Syeh Kholil Bangkalan
Madura, Syeh Maulana Maghribi, Sultan Raden Fatah Demak, dan juga Syeh
Abdul Muhyi Pamijahan Tasikmalaya serta Sayid Ali bin Muhammad bin
Umar Panjalu Ciamis Jawa Barat.
Santunan anak yatim dan fakir miskin sebagai tradisi kepedulian sosial
juga mendapat perhatian yang besar di sekolah dan madrasah. Khususnya
pada hari Asyuro 10 Muharram, para pelajar dengan dipandu oleh gurunya
selalu mengumpulkan infak dan sedekah untuk anak yatim dan fakir miskin.
53
Pendekatan Belajar
54
lembaga pendidikan baik pesantren, madrasah, maupun sekolah. Misalnya,
setiap tahun para siswa dan guru di Madrasah Qudsiyyah di Kota Kudus
menggelar doa bersama untuk KH. Raden Asnawi sebagai pendiri Qudsiyyah.
Demikian juga para santri dan alumni berkumpul setiap tahun untuk
menggelar doa haul untuk KH. Makmun di Pondok Pesantren Tasywiqut
Thullab Salafiyah di utara Menara Kudus, serta KH. Ahmad Basyir sebagai
pendiri Pondok Pesantren Darul Falah di Jekulo Kudus.
55
guru tentang tradisi keislaman
Tradisi ICT based Penggunaan media computer dan
Keislaman ICT lainnya untuk pendidikan di
sebagai Media madrasah/sekolah Islam
Belajar Penggunaan media online secara
virtual dan media offline sebagai
sarana pendidikan
Property Benda baik berupa bangunan,
based barang, manuskrip, prasasti atau
bentuk lainnya sebagai media
belajar tentang sejarah Islam dan
peribadatan
Keberadaan para wali, ulama, dan
orang-orang sholihin dan sholihat
yang sudah wafat dan pesareannya
56
Muhammad 12 Rabiul Awwal, Isra
Mi’raj 27 Rajab, Dandangan dan
Nyadran Akhir Sya’ban, Nuzulul
Qur’an 17 Ramadan, Halal Bi
Halal 1 Syawwal, Penyembelihan
dan Pembagian Daging Kurban 10
Dzulhijjah.
57
Bab V
Penutup
5.1 Simpulan
5.2 Saran
58
Daftar Pustaka
.
Abdullah, M. Amin. 1 9 9 6 . Studi Agama, Normativitas atau
Historisitas. Yogyakarta
Al-Jazuli, Abu Abdillah Muhammad Sulaiman. 2011. Dalail al-
Khairat. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
Ali, As’ad Said. 2010. Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa
(Cetatakan Ketiga). Jakarta: LP3ES.
Arifin, Syamsul, dkk. 1996. Spiritualisasi dan Peradaban
Masa Depan. Yogyakarta: SIPRESS
Bogdan, Robert C dan Biklen, S Knopp. 1990. Riset Kualitatif untuk
Pendidikan : Pengantar Teori dan Metode. Terjemahan Munandir.
Jakarta:Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan
Pengembangan Aktifitas Instruksional Universitas Terbuka.
Denzin, Norman, K and Lincold, Yvonna S. 2000. Handbook of Qualitative
Research (Second Edition). California:Sage Publication, Inc.
Geertz, Clifford. 1983. Abangan, Santri dan Priyayi Dalam Masyarakat
Jawa, Terj. Aswab Mahasin. Jakarta: Pustaka Jawa
Haedari, Amin dkk. 2004. Masa Depan Pesantren. Jakarta: Indo Press
Herusatoto, Budiono. 1 9 8 7 . Simbolisme Dalam Budaya Jawa.
Yogyakarta: Hanindita
Hill, Winfred F. 2014. Theories of Learning (terjemahan M. Khozim dari
Learning : A Survey of Psychological Interpretations.
Bandung:Penerbit Nusa Media.
Jamil, Abdul dkk. 2000. Islam dan Budaya Jawa. Yogyakarta: Gama
Media
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka
Koentjaraningrat. 1995. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:
Jambatan
Marshall, Catherine and Gretchen B. Rossman. 2006. Designing Qualitative
Research. California:Sage Publication, Inc.
McMillan, James H. and Sally Schumacher. 2001. Reseach In Education : A
Conceptual Introduction, San Francisco, Longman.
Miles, Matthew B, dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.
Terjemahan Tjetjep Rohendi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake
Sarasin.
59
Prio Prabowo, Dhanu. 2003. Pengaruh Islam dalam Karya-Karya
R. Ng. Ranggawarsita. Yogyakarta: Narasi
Rogers, Everett M. 1995. Diffusion of Innovations. New York: The Free
Press.
Simuh. 2003. Islam Dan Pergumulan Budaya Jawa. Yogyakarta: Teraju
Simuh. 1999. Sufisme Jawa. Yogyakarta: Bentang Budaya
Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik. Bandung:Tarsito.
Sadiman, S Arif dan Rahardjo, Anung Haryono, Rahardjito. 2012. Media
Pengajaran : Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya.
Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Setiawan, Zudi. 2014. “Implementasi dan Internalisasi Nasionalisme dalam
Tradisi Masyarakat” dalam Jurnal Ilmu Politik dan
Pemerintahan edisi Vol. 1, No. 4, Januari 2014.Sugiyono. 2008.
Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R & D. Bandung:Alfabeta.
Subhan, Arief. 2012. Lembaga Pendidikan Islam Indoensia Abad Ke-
20. Jakarta: Kencana.
Spradley, James. 1980. Participant Observation. Rinchart and Winston:Holt.
Syahri, A. 1985. Implementasi Agama Islam pada Masyarakat Jawa. Jakarta:
Depag
Thomas Dawes Elliot, dalam Henry Pratt Fair Child (ed.). 1975.
Dictionary of Sociology and Related Sciences. New Jersey:
Little Field, Adam & Co.
Umar, A. 2015. Madrasah Transformatif – Best Praktices Pengelolaan
Madrasah di Kota Santri. Semarang: Fatawa Publishing.
Woodward, Mark R. 2004. Islam Jawa, Kesalahan Normatif Versus
Kebatinan.Yogyakarta: LKIS
60