PENGUSUL :
PEMBIMBING :
1. Judul Penelitian : Uji Sintesis Gelatin Dari Tulang Sapi Berdasarkan Konsentrasi
CaCO3 Dan Waktu Ekstraksi
2. Pengusul
3. Dosen Pembimbing
NIDN : 0026028206
Menyetujui,
Pembimbing Pengusul
ii
DAFTAR ISI
PROPOSAL PENELITIAN.................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
2.2. Gelatin...................................................................................................................3
2.3. Kolagen..................................................................................................................5
3.3.1. Bahan............................................................................................................7
3.3.2. Alat...............................................................................................................7
iii
3.4. Cara Kerja...............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................14
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
keasaman larutan perendaman, waktu perendaman dan dipercaya bahwa suhu ekstraksi
juga mempengaruhi sifat gelatin (Tazwir, Ayudiarti and Peranginangin, 2014).
1.3. Tujuan
1.
Untuk mengetahui uji sintesis gelatin dari tulang sapi berdasarkan konsentrasi
CH3COOH
2.
Untuk mengetahui uji sintesis gelatin dari tulang sapi berdasarkan waktu ekstraksi
1.4. Manfaat
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang kualitas
gelatin tulang sapi dengan perendaman yang berbeda menggunakan CH3COOH,
terhadap kualitas kimia (kadar air, kadar abu, viskositas, indeks pengembangan, uji
mikroba).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Gelatin
Gelatin merupakan protein sederhana hasil hidrolisis kologen (komponen tulang dan
kulit, terutama pada jaringan penghubung yang diperoleh dengan cara hidrolisis asam. Istilah
gelatin mulai populer kira-kira tahun 1700 dan berasal dari bahasa latin “gelatus” yang
berarti
3
kuat/kokoh atau dibuat beku secara fisik gelatin membeku atau dibuat beku. Secara fisik
gelatin berbentuk padat, kering, tidak berasa, dan transparan. Walaupun istilah gelatin
kadang- kadang digunakan mengacu pada pembentuk-pembentuk gel lain, ini secara tepat
hanya digunakan untuk bahan-bahan protein yang diperoleh dari kolagen.. Menurut ada tiga
sifat- sifat gelatin yang paling menonjol, yaitu (Perwitasari, 2008) :
1. Kemampuan untuk membentuk gel-gel atau viskositas
2. Kekenyalan
3. Kekuatan lapisan tinggi
Gelatin memiliki banyak sifat yang lazim terdapat pada getah-getah tanaman,
walaupun ini adalah sebuah protein. Ini adalah sebuah polimer tinggi alami yang memiliki
berat melekular (untuk gelatin komersial) dari 20.000 sampai 70.000. Gelatin dipersiapkan
dari bahan yang mengandung kolagen (termasuk kulit, tulang dan tendon) dengan
pemecahan hidrolis melalui pendidihan dengan air atau dengan pengerjaan menggunakan
uap yang sangat dipanaskan. Dalam hal ini gelatin, sebuah produk yang dibutuhkan harus
murni dan tanpa bau dan yang menjadi setengah padat seperti agar –agar dalam larutan
berair. Gelatin mempunyai komposisi yang dapat dilihat pada table berikut ini (Perwitasari,
2008) :
Tabel 1. Komposisi gelatin
Komponen Jumlah (%)
Protein 85-90
Humadity 8-13
Abu 0,5-2
Gelatin merupakan protein sederhana dari hasil hidrolisis kolagen. Gelatin memiliki
sifat yang khas, diantaranya berubah dari bentuk sol ke bentuk gel secara reversible, dapat
membentuk film, mengembang dalam air dingin, mempengaruhi viskositas suatu bahan,
serta dapat melindungi sistem koloid. Penggunaan gelatin sangat luas khususnya dalam
bidang industri, baik industri pangan maupun non pangan. Gelatin dalam industri makanan
digunakan sebagai penstabil, pengental, dan pengemulsi. Sedangkan dalam industri farmasi
dan medis digunakan sebagai bahan pembuatan kapsul. Kebutuhan gelatin semakin
meningkat dari tahun ke tahun ( Fasya et al., 2016).
4
2.3. Kolagen
Kolagen adalah protein dengan struktur berserat yang merupakan komponen
utama matriks ekstraseluler suatu organisme hidup yang berjumlah 25-30% dari total
protein dan berperan penting dalam menjaga integritas struktur biologis beberapa jaringan
( Romadhon et al., 2016).
Kolagen (C102H149N31O38) merupakan protein fibrilar, terdiri dari tiga rantai
polipeptida (triple helix) sebagai komponen utama penyusun kulit dan tulang yang
mewakili sekitar 25% dari total berat kering mamalia dan sangat dibutuhkan pada industri
makanan, kosmetik, biomedis dan farmasi. Produksi kolagen komersial biasanya
bersumber dari kulit dan tulang sapi, babi serta unggas (Gadi, Trilaksani and Nurhayati,
2017).
Kolagen memegang peranan penting dalam industri biomedis, farmasi, makanan,
dan kosmetik. Kolagen memiliki fungsi biologis dalam pembentukan jaringan dan organ
serta terlibat dalam pembelahan, pertahanan, dan differensiasi sel. Fungsi biologis
tersebut yang menyebabkan penggunaan kolagen dalam industri. Kolagen memiliki
karakteristik yang mudah diserap dalam tubuh, memiliki sifat antigenesis rendah, afinitas
dengan air tinggi, tidak beracun, biocompatible dan biodegradable, relatif stabil, dapat
disiapkan dalam berbagai bentuk sesuai kebutuhan, dan mudah dilarutkan dalam air
maupun asam sehingga pemanfaatannya dalam bidang industri berkembang pesat
( Astiana et al., 2016)
5
2.5. Waktu Perendaman
Perendaman dalam larutan asam asetat dilakukan untuk membengkakan tulang
lebih cepat, sehingga pada saat ekstraksi stuktur kolagen lebih mudah terurai. Kolagen
yang dihidrolisis oleh larutan asam lebih banyak dari pada larutan basa dengan
mengunakan waktu yang sama, karena itu perendaman dalam larutan basa
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menghidrolisis kolagen ( Astiana et al.,
2016)
Asam mampu mengubah serat kolagen triple heliks menjadi rantai tunggal,
sedangkan larutan perendam basa hanya mampu menghasilkan rantai ganda. Hal ini
menyebabkan pada waktu yang sama jumlah kolagen yang dihidrolisis oleh larutanasam
lebih banyak dari pada larutan basa (Tazwir, Ayudiarti and Peranginangin, 2014)
6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober – November 2021 di
Laboratorium Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3.2 Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat 3 variabel, yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan
variabel kontrol.
3.2.1. Variabel bebas
1. Konsentrasi CH3COOH
2. Waktu perendaman dan ekstraksi
3.2.2. Variabel terikat
1. Uji kuat tarik
2. Kekuatan gel
3. pH
4. Rendemen
5. Uji anti mikroba
3.2.3. Variabel kontrol
1. Suhu
7
3. Hot plate
4. Kertas saring
5. Magnetic stirrer
6. Neraca analitik
7. Oven
8. pH meter
9. Pisau
10. Tabung sokhlet
11. Termometer
12. Waterbath
8
dilakukan penyaringan menggunakan kertas saring. Filtrat yang diperoleh,
dimasukkan kedalam nampan yang berukuran 20 cm × 30 cm. Selanjutnya
dilakukan pengeringan dalam oven pada suhu 60oC selama ±48 jam. Hasil
lembaran gelatin yang diperoleh, dilakukan pemotongan kecil-kecil, kemudian
dilakukan penghalusan dengan blender hingga dihasilkan tepung gelatin.
3.4.4. Tahap Analisa
Setelah proses ekstraksi selesai produk gelatin ini di analisa uji kuat tarik,
kekuatan gel, pH, randemen dan uji antimikroba.
A1+A2+A3+A4+A5
(1)
1.5.1.3 Pengujian KuatEdible
Ketebalan Tarik Film
Edible
= Film Gelatin
5
Sampel lembaran gelatin dijepit dengan aksesoris penarik pada alat
Universal Testing Machine instrumen lalu diaktifkan displacement untuk
merenggangkan sampel dan dihentikan ketika sampel terputus.
9
Nilai kuat tarik/tensile strength dapat ditentukan dengan rumus
berikut.
N Gaya (N)
Tensile Strength ( 2 ) = (2)
2
cm Satuan Luas (mm )
1.5.3 Uji pH
Penentuan nilai pH dapat dilakukan dengan melarutkan 6,67% gelatin
pada suhu 55-60˚C atau sample gelatin sebanyak 7.5 gram dimasukkan
kedalam beaker glass dan dilarutkan dengan 105 ml air deionisasi
(aquadest) lalu aduk rata. Beaker glass ditutup dengan karet penutup atau
kaca arloji dan biarkan pada suhu ruangan selama 1-4 jam. Beaker glass
yang sudah berisi sample lalu dipanaskan pada suhu 65˚C selama 20
menit guna untuk melarutkan sample hingga homogen. Tentukan pH
larutan gelatin sesuai petunjuk pH meter. Aduk larutan dengan baik agar
mengenai batang elektroda dan bilang dengan air aquades hangat sesudah
pengujian. (Gelatine Manufacturers of Europe (GME), 2020).
10
1.5.4 Uji Rendemen
Rendemen yang dihasilkan dipengaruhi oleh proses penirisan air
yang mengakibatkan kandungan air pada tulang semakin tinggi. Untuk
mengetahui rendemen gelatin dari tulang sapi, maka dapat dilakukan
perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑔𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑛
Randemen (%) = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 × 100 % (3)
11
3.6 Diagram proses
Uji analisa kuat tarik, kekuatan gel, pH, randemen dan uji
antimikroba.
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. Kekuatan Gel
Nilai kekuatan gel gelatin dari tulang sapi dengan perbedaan konsentrasi dan lama
perendaman dalam larutan asam asetat ditampilkan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Rataan kekuatan gel (g/Bloom) gelatin tulang sapi.
Rataan
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi asam asetat dan lama
perendaman memberikan pengaruh yang berbeda. Konsentrasi asam asetat memberikan
pengaruh yang sangat nyata, sedangkan lama perendaman tidak terlalu berpengaruh
terhadap kekuatan gel gelatin tulang sapi.
Hasil uji untuk konsentrasi asam asetat menunjukkan bahwa gelatin tulang sapi
yang diproduksi dengan menggunakan larutan asam asetat 5% lebih tinggi disbanding
konsentrasi asam asetat 10%, 15%, 20%, dan 25%. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan
gel cenderung menurun dengan meningkatnya konsentrasi asam asetat yang sesuai
dengan pernyataan Arnesen and Gildberg (2002) yang menyatakan bahwa kandungan
hidroksiprolin yang rendah menyebabkan rendahnya kekuatan gel gelatin. Kekuatan gel
berhubungan dengan kemampuan mengubah cairan menjadi padatan.
13
5. Kuat Tarik
Nilai kuar tarik gelatin dari tulang sapi dengan perbedaan konsentrasi dan lama
perendaman dalam larutan asam asetat ditampilkan dalam Tabel 3.
6. Nilai pH
Nilai pH merupakan salah satu sifat kimia gelatin yang penting. Rataan nilai pH gelatin tulang
sapi ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan nilai pH gelatin tulang sapi.
Rataan 5 4,87
Hasil uji nilai pH konsentrasi asam asetat menunjukkan bahwa nilai pH gelatin yang
menggunakan konsentrasi 25% dengan konsentrasi lainnya lebih rendah dari konsentrasi asam
asetat lainnya. Artinya semakin meningkat konsentrasi asam asetat, nilai pH semakin rendah.
Rendahnya pH disebabkan karena masih terdapat larutan asam asetat yang terperangkap tidak
hilang pada waktu pencucian tulang. Untuk faktor lama perendaman menunjukkan bahwa nilai
pH gelatin yang menggunakan lama perendaman 4 hari dan 8 hari memiliki nilai pH yang tidak
jauh berbeda dengan nilai pH gelatin komersil yakni 5,77 dan masih termasuk dalam standar
gelatin industri.
7. Rendemen
14
JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian ditampilkan sebagai berikut
Tabel 2. Jadwal Penelitian
No Kegiatan Mei Juni Juli Agustus
1. Penelitian
Pendahuluan
2. Pembuatan
Gelatin (variasi
konsentrasi
CaCO3 4%, 5%
6%)
3. Pembuatan Gelatin
(variasi
konsenstrasi
CaCO3 7%, 8%)
4. Pembuatan
Laporan
Penelitian
5. Pembuatan Naskah
Publikasi ke Jurnal
15
DAFTAR PUSTAKA
Alhana, A., Suptijah, P. and Tarman, K. (2015) ‘Extraction and Characterization of Collagen
from Sea Cucumber Flesh’, Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 18(2), pp.
150–161. doi: 10.17844/jphpi.2015.18.2.150.
Astiana, I., Nurjanah, N. and Nurhayati, T. (2016) ‘Characterization of Acid Soluble Collagen
from Redbelly Yellowtail Fusilier Fish Skin (Caesio cuning)’, Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia, 19(1), pp. 79–93. doi: 10.17844/jphpi.2016.19.1.79.
Gadi, D. S., Trilaksani, W. and Nurhayati, T. (2017) ‘Histologi, Ekstraksi dan Karakterisasi
Kolagen Gelembung Renang Ikan Cunang (Muarenesox talabon)’, Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis, 9(2), pp. 665–683.
Gelatine Manufacturers of Europe (GME) (2020) Standardised methods for the testing of edible
gelatine Gelatine Monograph.
Grundy, H. H. et al. (2016) ‘A mass spectrometry method for the determination of the species of
origin of gelatine in foods and pharmaceutical products’, Food Chemistry, 190, pp. 276–
284. doi: 10.1016/j.foodchem.2015.05.054.
Muflih, A. (2014) ‘Gelatin ikan dan pemanfaatannya’, Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 5(2), pp.
105–107.
Perwitasari, D. S. (2008) ‘Hidrolisis Tulang Sapi Menggunakan HCl untuk Pembuatan Gelatin’,
Makalah Seminar Nasional Soebardjo Brotohardjono ‘Pengolahan Sumber Daya Alam
dan Energi Terbarukan’, pp. 1–9. Available at:
https://core.ac.uk/download/pdf/12218210.pdf.
Tazwir, T., Ayudiarti, D. L. and Peranginangin, R. (2014) ‘Optimasi Pembuatan Gelatin dari
Tulang Ikan Kaci-Kaci (Plectorhynchus chaetodonoides Lac.) Menggunakan Berbagai
Konsentrasi Asam dan Waktu Ekstraksi’, Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan
dan Perikanan, 2(1), p. 35. doi: 10.15578/jpbkp.v2i1.26.
Wijayani, K. D., Darmanto, Y. S. and Susanto, E. (2021) ‘KARAKTERISTIK EDIBLE FILM
DARI GELATIN KULIT IKAN YANG BERBEDA’, Jurnal Ilmu dan Teknologi
Perikanan, 43(1), pp. 59–64.
Yuliana, R., Rahim, E. A. and Hardi, J. (2017) ‘Sintesis Hidroksiapatit Dari Tulang Sapi Dengan
Metode Basah Pada Berbagai Waktu Pengadukan Dan Suhu Sintering’, Kovalen, 3(3), p.
201. doi: 10.22487/j24775398.2017.v3.i3.9329.
Yusnita, N., Anita, S. and Itnawita (2012) ‘Kemampuan serapan abu tulang sapi terhadap variasi
konsentrasi ion nitrat’, 3(2008), pp. 1–4.
16