Anda di halaman 1dari 13

BAB 5.

SYARIAT ISLAM : IBADAH DAN MUAMALAH

“Kenalilah Allah dalam suka, maka Ia akan mengenalimu dalam duka” “Allah tidak memerintahkan
kewajiban dengan beribadah kepada manusia demi keuntunganNya, karena Ia (Allah) benar-benar Kaya,
namun Ia memerintahkan kewajiban ini pada manusia dengan tujuan membersihkan ketidak-sucian dan
penyakitpenyakit jiwa manusia, yang dengannya manusia akan mampu mencapai kehidupan abadi dan
sejahtera di kemudian hari”. (Risalah Makarim Al Syariah: Imam Ar Raghib Al Isfahani rh.)

Pengertian Syariah Islam Kosa kata syariah dalam bahasa arab memiliki arti jalan yang ditempuh.
Dari segi terminologi bermakna pokok-pokok aturan hukum yang digariskan oleh Allah SWT untuk
dipatuhi oleh seorang muslim dalam menjalani segala aktifitas hidupnya di dunia. Semua aktifitas
hidupnya seperti belajar, bekerja, makan, tidur, berdagang, sholat dan sebagainya, adalah merupakan
ibadah sepanjang diniatkan untuk mencapai ridho Allah SWT.

Ketentuan syariah.

Komprehensif berarti mencakup seluruh aspek kehidupan baik mengenai hubungan antara
manusia dengan Allah (ibadah Mahdloh) seperti sholat, puasa, zakat, haji, dan mengenai hubungan
antara sesama manusia serta antara manusia dengan mahluk atau ciptaan Allah lainnya termasuk alam
semesta (muamalah) dan dengan dirinya sendiri. Hukum asal ibadah mahdloh; segala sesuatu dilarang
untuk dikerjakan, kecuali yang diperintahkan dalam Al Qur’an dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad
saw atau sunnah. Sebaliknya hukum asal muamalah; segala sesuatu dibolehkan kecuali ada larangan
dalam AlQur’an dan Sunnah.

Universal bermakna dapat diterapkan bagi semua manusia dalam setiap waktu dan keadaan.
Definisi untuk universal akan terlihat jelas dalam aturan mengenai muamalah, karena dalam muamalah
tidak dibedakan antara muslim dan non muslim, kecuali pada hukum-hukum tertentu, seperti hukum
keluarga atau aturan halal dan haram pada pada aspek makanan. Contoh ketika Allah mengharamkan
daging babi dan riba, maka haram untuk seluruh manusia sejak zaman Nabi Muhammad saw hingga
akhir zaman.

Islam bukan agama sejarah, maka Islam tidak tunduk oleh perkembangan zaman. Dalam bidang
syariah, hukum-hukum Islam bersifat final. Sholat adalah kewajiban. Nikah adalah sunah Nabi. Bagi
orang-orang yang sudah mampu dan khawatir terjatuh dalam kemaksiatan jika tidak menikah, maka
hukum menikah menjadi wajib.

Konsep Ibadah

Ibadah berasal dari bahasa Arab ‘abada ya budu-‘ibadatan,’ubudatan dan ‘ubudiyatan. Secara
etimologi ibadah ialah pendekatan diri kepada Allah dengan mentaati segala perintahNya, menjauhi
laranganNya dan mengerjakan segala sesatu yang diizinkanNya Allah. Sedangkan makna ibadah yang
khusus ialah perbuatan yang telah ditetapkan Allah perincian-perinciannya, tingkat, dan cara-cara yang
tertentu). Konsep ibadah di dalam Al Qur’an disebutkan sebanyak 278 kali, kondisi ini dapat dimaknai
bahwa ibadah menempati posisi strategis dalam konteks relasi mahluk terhadap penciptaNya.
Kata ibadah terklasifikasi ke dalam tiga pengertian:

1. kata ibadah atau al abd berarti seorang budak, atau memperhamba diri kepada sesuatu yang
dianggap lebih tinggi (Q.S. As Syuaro (26):22)

2. kata ibadah dalam bentuknya yang lain yaitu al ibadatu berarti tunduk, taat. (Q.S. Al Baqoroh (2):172)

3. kata ibadah dalam bentuk masdar (kata jadian) yaitu “abdahu, ma’badatan” berarti butuh dan
berlindung padaNya.

Ibadah adalah tata-cara pengabdian hamba kepada Allah secara langsung. Aturan dalam ibadah
telah ditetapkan Allah secara rinci melalui petunjuk RasulNya. Kaidah ibadah adalah “Al Ashlu fi al
ibadah al buthlan, hatta yaquma dalilun ‘ala’ al amri (prinsip ibadah adalah tidak sah hingga ada
ketentuan yang memerintahkannya). Karena itu yang menjadi inti dari ibadah adalah ketaatan,
kepatuhan dan penyerahan diri secara total kepada Allah.

Kedudukan ibadah di dalam Islam menempati posisi yang paling utama dan menjadi titik sentral
dari seluruh aktifitas muslim. Seluruh kegiatan muslim pada dasarnya merupakan bentuk ibadah kepada
Allah, sehingga apa yang dilakukan memiliki nilai ganda, yaitu nilai material dan nilai spiritual. Nilai
material berupa imbalan yang diterima di dunia, sedangkan nilai spiritual adalah ibadah yang hasilnya
akan diterima di akhirat.

Macam Ibadah terdiri dari:

(1) ibadah mahdloh. Ibadah mahdlhoh adalah bentuk ibadah langsung kepada Allah yang tata cara
pelaksanaanya telah diatur oleh Allah atau dicontohkan oleh Rasul SAW, karena itu pelaksanaan ibadah
ini sangat ketat. Bingkai ibadah mahdloh ini terurai dalam 5 (lima) pilar agama yang disebut Rukun Islam;
syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji.

(2) Ibadah Ghairu mahdloh. Ibadah ghairu mahdlhoh adalah bentuk hubungan antar manusia, atau
manusia dengan alam yang memiliki makna ibadah (kedekatan kepada Allah). Seperti menghargai
pendapat terhadap orang yang berbeda dengan kita dan sebagainya.

Wudhu’

Wudhu’ Menurut bahasa wudhu berasal dari kata wadha’ ah yang berarti kebersihan dan baik.
Sedangkan menurut syara (terminologi) adalah menggunakan air yang suci dan mensucikan pada
anggota tubuh yang empat (yaitu wajah, kedua tangan, kepala, dan kedua kaki) dengan cara yang
khusus menurut syariat. Bahwa perintah berwudhu datang bersamaan dengan perintah kewajiban
sholat lima waktu, satu tahun setengah sebelum tahun Hijriah.

Wudhu dapat dikatakan sebagai pintu masuk dalam beribadah, terutama ibadah mahldhoh.
Hampir semua ibadah akan bernilai jika diawali dengan wudhu, meskipun berbeda hukumnya. Wudhu
menjadi suatu aktifitas utama dan penting ketika seseorang hendak mendirikan sholat, thowaf, i’tikaf
dan membaca dan meyentuh Al Qur’an. Wudhu hukumnya sunnah apabila hendak berkumpul dengan
istri, hendak tidur dan dalam semua kesempatan kebaikan. Sah dan keutamaan ibadah seseorang sangat
bergantung kepada wudhunya.

Fardhu wudhu;

1. Niat; hendaklah berniat (menyengaja) mengangkatan hadats atau menyengaja berwudhu’.

2. Membasuh muka; Berlandaskan surah Al Maidah ayat 6 batas muka yang wajib dibasuh ialah dari
tempat tumbuh rambut kepala atas sampai kedua tulang dagu sebelah bawah; lintangnnya, dari telinga
ke telinga; seluruh bagian muka yang tersebut wajib dibasuh, tidak boleh ketinggalan sedikitpun, bahkan
wajib dilebihkan sedikit agar kita yakin terbasuh semuanya.

3. Membasuh dua tangan sampai siku.

4. Menyapu sebagian kepala; sebaiknya tidak kurang dari selebar ubun-ubun, baik yang disapu itu kulit
kepala atau rambut.

5. Membasuh dua telapak kaki sampai kedua mata kaki.

6. Mentertibkan rukun-rukun di atas. Selain dari niat dan membasuh muka, keduanya wajib dilakukan
bersama-sama dan didahulukan dari yang lain.

Sunnah Wudhu’

1. Membaca bismilah.

2. Membasuh dua telapak tangan sampai pergelangan, sebelum berkumurkumur. karena telapak tangan
adalah tempat memindahkan air ke anggota-angota wudhu. Jadi kesuciannya harus diutamakan terlebih
dahulu.

3. Memulai dengan berkumur dan menghisap air dengan hidung (istinsyaq) sebelum membasuh wajah
dengan bersungguh-sungguh, ketika sedang tidak berpuasa. Makna bersungguh-sungguh dalam
berkumur adalah mengelilingkan air pada seluruh mulutnya dan bersungguh-sungguh dalam
beristinsyaq adalah menghirup air hingga pangkal hidung.

4. Menyapu seluruh kepala. Berdasarkan perbuatan Rasul saw yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori
Muslim ra.

5. Menyapu kedua telinga luar dan dalam. Berdasarkan perbuatan Rasul SAW yang diriwayatkan oleh
Imam Tirmizi ra.

6. Menyilang-nyilangi jari kedua tangan dengan cara berpanca dan menyilang-nyilangi jari kaki dengan
kelingking tangan kiri.

7. Mendahulukan anggota kanan daripada kiri.


8. Membasuh tiap-tiap anggota tiga kali, berarti membasuh muka tiga kali, tangan tiga kali, dan
seterusnya.

9. Berturut-turut antara anggota. Yang dimaksud dengan berturut-turut di sini adalah sebelum kering
anggota pertama, anggota kedua sudah dibasuh, dan sebelum kering anggota kedua, anggota ketiga
sudah dibasuh, dan seterusnya.

10. Jangan meminta pertolongan orang lain, kecuali terpaksan karena uzur sakit.

11. Tidak diseka, terkecuali apabila ada hajat seperti sangat dingin.

12. Mengosok anggota wudhu’ agar lebih bersih.

13. Menjaga supaya percikan air itu jangan kembali ke badan.

14. Jangan bercakap-cakap sewaktu berwudhu’.

15. Bersiwak bersugi atau menggosok gigi, selain bagi orang yang berpuasa sesudah tergelincir matahari.

16. Membaca dua kalimat syahadat dan menghadap kiblat ketika berwudhu’.

17. Berdo’a sesudah selesai berwudhu’. 18. Membaca dua kalimat syahadat sesudah selesai berwudhu’.

Perkara Yang Membatalkan Wudhu

Dalam kitab matan al-Ghoyah wat Taqrib karya Imam Al Qodhi Abu Syuja bin Al Husen Al
Asfahani diterangkan bahwa perkara yang dapat membatalkan wudhu ada enam, yaitu : pertama,
Sesuatu yang keluar dari kedua jalan (kemaluan depan maupun belakang), kedua Tidur tidak dalam
keadaan duduk, ketiga, Hilangnya akal sebab mabuk atau sakit, keempat Bersentuhan (kulit) pria dan
wanita yang bukan mahram tanpa penghalang, kelima, Menyentuh kemaluan manusia dengan telapak
tangan, Keenam, Menyentuh lubang dubur manusia.

Keterangannya rinci enam hal tersebut.; Pertama keluarnya sesuatu yang dari kedua jalan
kemaluan depan (qubul) maupun belakang (dubur), baik itu sesuatu yang suci seperti mani ataupun
yang tidak suci seperti darah dan kentut. Kedua tidur. Tidur dapat membatalkan wudhu kecuali tidur
dalam posisi duduk yang menetap (pantat yang rapat) seperti duduknya orang bersila. Ketiga;
Bersentuhan (kulit) pria dan wanita yang bukan mahram tanpa penghalang (untuk keterangan lebih
lengkap lihat rubrik syariah yang telah berlalu dengan tema (menyentuh istri membatalkan wudhu).
Keempat: menyentuh kemaluan manusia dengan telapak tangan. Kelima; menyentuh lubang dubur.

Keistimewaan Wudhu

Daerah yang dibasuh dalam air wudhu, seperti tangan, daerah muka dan kaki memang paling
banyak bersentuhan dengan benda-benda asing termasuk kotoran. Karena itu wajar jika daerah itu yang
harus dibasuh. Sedangkan ulama tasawuf menjelaskan hikmah wudlu dari sudut pandang esoteris
dengan menjelaskan bahwa daerah-daerah yang dibasuh air wudlu memang daerah yang paling sering
berdosa (rentan terhadap pelanggaran agama). Kita tidak tahu apa yang pernah diraba, dipegang, dan
dilakukan tangan kita. Berapa orang yang jadi korban setiap hari dari mulut kita, berapa kali berbohong,
memaki, dan membicarakan aib orang lain.

Kedudukan Sholat dan Makna Sholat dalam Kehidupan

Menurut bahasa kata sholat berasal dari kata shollaa, yusholli, tashliyatan, sholatun, yang
berarti rahmat dan doa. Makna shalat dalam syariat adalah peribadatan kepada Allah SWT dengan
ucapan dan perbuatan yang telah diketahui, diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, disertai
syarat-syarat yang khusus dan dengan niat.

Sholat merupakan pilar agama yang menduduki peringkat kedua setelah syahadat. Shalat
merupakan pondasi terbaik bagi setiap amal kebaikan di dunia serta rahmat dan kemulian bagi
kehidupan mendatang. Sholat adalah salah satu ibadah mahdloh yang pertama kali diwajibkan oleh
Allah.

Sholat setidaknya mengandung dua pengertian. Pertama, sholat berarti ikatan sebagaimana
yang ditemukan dalam kata silaturahmi, yaitu saling bertemu untuk mengikat tali kasih sayang. Kedua.
Sholat bermakna do’a. Berdo’a artinya berbisik, menyeru dan meminta kepada Allah.

Hakikat sholat adalah hubungan mahluk dan Khaliq (Tuhan), dan berdialog dengan Allah, yang
tidak mungkin dilaksanakan dengan kelalaian. Sholat sebuah sarana untuk mengalahkan kekuatan hawa
nafsu yang begitu dasyat menggoda jiwa manusia. Jika kita melaksanakan sholat dengan benar maka
manusia mampu melakukan pembicaraan (komunikasi) dengan baik terhadap Khaliqnya, sebaliknya jika
dilakukan dengan kelalaian yang terjadi adalah ketidaksempurnaan.

Dalam struktur syariat Islam, sholat merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh kaum
mukmin. Sebagai kewajiban yang bersifat sentral, sholat tidak cukup dikerjakan sekal-kali, tetapi
bersistem sepanjang hidup manusia. Oleh karena itu perintah sholat bukan untuk mengerjakan, tetapi
mendirian sholat (’aqim al-sholat), yakni mengerjakan dengan mengikuti sistemnya. Sholat lima waktu
merupakan kewajiban, tugas wajib atau modal dasar, oleh karena itu sholat lima waktu tidak dimaksud
untuk apa-apa selain mematuhi kewajiban atau tugas

Ibadah yang satu ini memiliki banyak faedah yang tak terbatas, baik dari sisi agama maupun
dunia. Ibadah ini sangat bermanfaat bagi kesehatan, memberi dampak positif dalam hubungan
kemasyarakatan dan keteraturan hidup. Di dalamnya pun tercakup banyak macam ibadah. Selain doa, di
dalamnya terdapat dzikrullah, ada tilawah Al-Qur`an, berdiri di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala,
ruku’, sujud, tasbih dan takbir. Karenanya, shalat merupakan induk ibadah badaniyyah (ibadah yang
dilakukan oleh tubuh).

Sholat Sebagai Media Komunikasi

Komunikasi antara seorang manusia dengan Tuhan, bisa berupa permintaan (do’a), pengaduan,
konsultasi, bisa juga sebagai pelepas kerinduan. Sholat sunnah istikhoroh, misalnya adalah bentuk
permintaaan seorang manusia kepada Tuhan agar diberi kemampuan memilih (dipilihkan yang terbaik)
dari pilihan-pilihan yang sulit. Jawaban sholat istikhoroh dapat diketahui melalui tiga jalan.
(1) melalui isyarat mimpi, yang melambangkan apa yang sebaiknya dipilih,

(2) jawaban itu disampaikan melalui nasihat dan saran banyak orang yang terasa masuk akal dan
menyejukkan, dan

(3) melalui ketajaman nurani, dimana hati menjadi sangat yakin atas pilihannya meski boleh jadi
ditentang oleh seluruh penduduk bumi. Adapun jika seorang muslim mempunyai permintaan khusus
kepada Allah, maka kepadanya dianjurkan untuk mengerjakan sholat sunnah hajat. Dalam Al Qur’an
diisyaratkan bahwa permohonan pertolongan kepada Tuhan bisa dilakukan dengan sabar dan sholat
( Q.S Al Baqoroh, 2:45.)

Makna setiap Gerakan Sholat Bahwa setiap gerakan sholat yang dilaksanakan seorang mushollin
(pelaku sholat) memiliki ragam arti dan keutamaan yang telah diteliti oleh para ilmuwan terutama
secara ilmiah. Di bawah ini diuraikan beberapa di antara keutamaan tersebut yaitu:

1. Takbiratul ihrom; gerakan ini mengnadung arti dan manfaat, misalnya untuk melancarkan aliran
darah, getah bening (limfe) dan kekuatan otot lengan, dapat menghindarkan dari gangguan persendian,
khususnya pada tubuh bagian atas.

2. Rukuk Gerakan; menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai
penyanggah tubuh dan pusat syaraf dan juga merupakan latihan kemih untuk mencegah gangguan
prostat.

3. I’tidal; bermanfaat sebagai latihan yang baik bagi organ-organ pencernaan. Karena pada saat I’tidal
oragn-organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Hal
ini ternyata memberi efek melancarkan pencernaan.

4. Sujud; berguna untuk memompa getah bening ke bagian laher dan ketiak dan menghindarkan
seseorang dari gangguan wasir.

5. Duduk di atara dua sujud; mampu menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering meyebabkan
penderita tak mampu berjalan. Sedangkan duduk tawaruk sangat baik bagi pria sebab mampu
mencegah impotensi.

6. Salam; bermanfaat untuk merelaksasikan otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah
di kepala, sehingga mencegah sakit kepala serta menjaga kekencangan kulit wajah.

ZAKAT

Makna zakat menurut bahasa ialah menambah. Sedangkan menurut syara ialah nama bagi suatu
harta tertentu menurut cara-cara yang tertentu kemudian diberikan kepada sekelompok orang yang
tertentu pula.
Zakat adalah memberikan sebahagian sesuatu (harta) yang telah diupayakan kepada yang
berhak menerimanya setahun sekali setelah mencapai nishab. Zakat sebagai ibadah yang berusaha
mengatasi kemiskinan sangat erat hubungannya dengan masalah-masalah sosial. Menurut ajaran Islam,
zakat merupakan pengikat solidaritas dalam masyarakat dan mendidik jiwa untuk mengalahkan
kelemahan dan mempraktekkan pengorbanan diri serta kemurahan hati.

Dilihat dari sudut bahasa, kata zakat berasal dari kata ”zaka” yang berati berkah, tumbuh, bersih
dan baik. Pendapat lain mengatakan bahwa kata dasar ”zaka” berarti bertambah dan tumbuh,
sedangkan segala sesuatu yang bertambah disebut zakat.

Hubungan Antara Zakat, Infaq dan Shodaqoh Menurut bahasa, infaq adalah membelanjakan,
sedangkan menurut terminologi artinya mengeluarkan harta karena taat dan patuh kepada Allah SWT
dan menurut kebiasaan yaitu untuk memenuhi kebutuhan. Pengeluaran infaq dapat dilakukan oleh
seorang muslim sebagai rasa syukur ketika menerima rezeki dari Allah dengan jumlah sesuai kerelaan
dan kehendak muslim tersebut.

Jenis infaq

1. Infaq wajib, terdiri atas zakat dan nazar, yang bentuk dan jumlah pemberiannya telah ditentukan.
Nazar adalah sumpah atau janji melakukan sesuatu di mana yang akan datang.

2. Infaq sunnah. Infaq yang dilakukan seorang muslim unutk mencari ridho Allah, bisa dilakukan dengan
berbagai cara dan bentuk. Misalnya memberi makanan bagi korban musibah alam.

Shodaqoh adalah segala pemberian/kegiatan untuk mengharapkan pahala Allah. Shodaqoh


memiliki dimensi yang lebih luas dari infaq, karena shodaqoh memiliki 3 (tiga) pengertian utama.

1. Shodaqoh merupakan pemberian kepada fakir, miskin yang membutuhkan tanpa mengharapkan
imbalan, bersifat sunnah.

2. Shodaqoh dapat berupa zakat, karena dalam beberapa teks Al Qur’an dan sunnah ada yang tertulis
dengan sodaqoh yang dimaksud dengan zakat.

3. Shodaqoh adalah sesuatu yang makruf (benar dalam pandangan Syariah).

Tujuan Zakat

Zakat yang mengandung pengertian bersih, suci, berkembang dan bertambah mempunyai
makna yang penting dalam kehidupan manusia baik sebagai individu maupun masyarakat. Dengan
demikian ibadah zakat itu diwajibkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang yang diinginkan. Yang
dimaksud dengan tujuan dalam hubungan ini adalah sasaran praktisnya. Tujuan tersebut, antara lain
adalah sebagai berikut:

a. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup dan penderitaan;

b. Membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh para ibnu sabil dan mustahiq lainnya.
c. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam, manusia pada umumnya.

d. Membersihkan diri dari sifat dengki dan iri hati orang-orang miskin.

e. Menjembatani jurang pemisah antara orang kaya dan orang miskin.

f. Mengembangkan rasa tanggungjawab sosial pada diri seseorang terutama pada mereka yang
mempunyai harta kekayaan.

g. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada
padanya.

h. Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan.

Syarat-Syarat Harta yang Wajib Dikeluarkan Zakatnya

Syarat-syarat harta yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah sebagai berikut:

a. pemilikan sempurna; Yang dimaksud pemilikan yang sempurna adalah kekayaan yang berada di
bawah kontrol atau dibawah kekayaan pemiliknya sendiri tidak tersangkut hak orang lain.

b. Berkembang; Kekayaan yang wajib dizakati adalah kekayaan yang dikembangkan atau mempunyai
potensi untuk berkembang.

Macam-Macam Zakat

Ada dua macam zakat, yaitu zakat fitrah (zakat badan) dan zakat maal (harta)

a) zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan pada akhir bulan Ramadhan. Hukumnya wajib atas setiap
muslim, kecil atau dewasa, laki-laki atau perempuan, budak atau merdeka. Zakat fitrah diwajibkan pada
tahun kedua hijriah yaitu tahun diwajibkan puasa bulan Ramadhan, untuk mensucikan orang yang
berpuasa dari ucapan kotor dan perbuatan yang tidak berguna, untuk memberikan makan pada orang-
orang miskin dan mencukupi kebutuhan mereka agar tidak meminta-minta pada hari Idul Fitri. Zakat
fitrah menjadi penyempurna ibadah puasa ramadhan. Zakat fitrah ini merupakan zakat pribadi-pribadi.

b) Zakat Maal; Zakat Maal adalah zakat yang meliputi seluruh harta kekayaan, termasuk uang, emas
perak, hasil perdagangan, pertanian, perkebunan, binatang ternak, barang tambang, dan barang temuan
(rikaz).

Zakat Profesi dan Penghasilan

Pekerjaan yang menghasilkan uang ada 2 (dua) jenis.

Pertama adalah pekerjaan yang dikerjakan sendiri tanpa tergantung kepada orang lain. Penghasilan yang
diperoleh dengan cara ini merupakan penghasilan profesional, seperti penghasilan seorang dokter,
insinyur, akuntan, advokat, seniman, penjahit dan lain-lain.
Kedua adalah pekerjaan yang dikerjakan seseorang buat pihak lain untuk memperoleh upah atau gaji,
baik pada pemerintah, swasta atau pemberi kerja lainnya. Penghasilan dari pekerjaan ini berupa gaji,
upah, honorarium atau pun hadiah. Sebagian ulama berpendapat bahwa harta pendapatan (profesi)
wajib dikeluarkan zakatnya apabila mencapai batas nishab.

Zakat dan Pajak Zakat merupakan salah bentuk distribusi kekayaan di kalangan umat Islam
sendiri, dari golongan yang kaya kepada golongan tidak mampu.

Puasa

Arti Puasa menurut bahasa Arab adalah ashaum yang artinya menahan diri dari segala sesuatu
perbuatan yang diinginkan. Sedangkan menurut syariat puasa adalah menahan diri dari makan, minum
dan hubungan seksual mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat menjalankan
perintah Allah dengan beberapa syarat. Sedangkan puasa secara thoriqoh (tasauf) puasa dimaknai
menahan segala anggota tubuh dari perbuatan-perbuatan tercela, baik secara lahir maupun bathin.
Karena puasa adalah ibadah yang bersifat sangat rahasia antara hamba dengan sang kholik.

Ada dua kewajiban yang harus diperhatikan dalam melaksanakan ibadah puasa, yaitu kewajiban yang
bersifat lahiriah dan kewajiban yang bersifat bathiniah.

Adapun kewajiban yang bersifat lahiriah adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui datangnya
permulaan datangnya bulan Ramadhan dengan melihat bulan, dengan mendapat keterangan dari orang
yang adil dalam hal ini tokoh-tokoh agama. 2. Harus menetapkan niat untuk mengerjakan puasa pada
malam harinya 3. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa; makan, minum dan bersetubuh
dari terbit fajar hingga terbenam matahari. 4. Menahan diri dari istima yaitu sengaja mengeluarkan air
mani baik melalui bersetubuh atau lainnya.

Adapun kewajiban yang bersifat bathiniah adalah sebagai berikut: 1. Menahan pandangan,
artinya menjaga pandangan mata dari segala sesuatu yang bersifat tercela dan dibenci sehingga dapat
menyebabkan kelalaian hati dari berzikir kepada Allah. 2. Menahan pendengaran dari mendengar
sesuatu yang dibenci atau diharamkan. 3. Menjaga lidah dari senda gurau yang tidak berguna, berdusta,
mengumpat, mengadu domba, perkataan kotor dan sebagainya. 4. Menahan semua anggota badan dari
perbuatan dosa. 5. Tidak terlalu kenyang dalam berbuka karena dapat melalaikan diri untuk ibadah pada
malam harinya. 6. Semata-mata puasa karena Allah dengan penuh harapan agar mendapat ridho
AllahSWT.

Dengan melihat kewajiban-kewajiban tersebut di atas, maka puasa mempunyai tiga tingkatan.
Sebagai berikut:

1. Puasa awam/umum.

2. Puasa khusus.

3. Puasa khusus
Manfaat Puasa

Dengan puasa mampu mencegah dari berbagai jenis penyakit, baik fisik maupun psikis.
Seseorang yang berpuasa secara tidak langsung ia telah meredam gejolak hawa nafsunya untuk
bertindak sesuai aturan syariat. Bagi kalangan muda puasa merupakan alternatif terbaik dalam
mengontrol segala keinginannya, gaya hidup hedonis dan seks bebas. Hawa nafsu adalah musuh
tersembunyi yang berresiko fatal bagi perjalanan hidup dan kehidupan manusia.

Manfaat puasa dari sudut pandang kesehatan fisik.

a. Puasa dapat meningkatkan kemampuan mekanisme pencernaan dan penyerapan pada sistem
pencernaan dalam melakukan fungsinya dengan baik,

b. Puasa dapat mengaktifkan mekanisme metabolisme asimilasi dalam rangka pembentukan dan
pemusnahan glukosa, lemak dan protein pada sel agar dapat menjalankan fungsinya dengan sempurna.

c. Puasa dapat mencegah terjadinya penimbunan makanan di dalam tubuh.

d. Puasa dapat memperbaiki tingkat kesuburan, baik pada laki-laki maupun perempuan.

e. Rasa dahaga yang diperoleh selama puasa dapat menyuplai energi pada tubuh dalam upaya
kemampuan belajar dan memperoleh daya ingat.

f. Puasa adalah salah satu bentuk ketaatan kepada Allah dengan harapan akan ganjaran dan pahala SWT.

Secara kejiwaan puasa menimbulkan rasa tenang dalam jiwa yang berpengaruh positif terhadap
metabolisme sehingga berjalan dengan mudah dan baik yang hasilnya dapat dirasakan tubuh.

Muamalah

Kajian muamalah adalah kajian yang begitu luas, mengingat kompleknya masalah yang di hadapi
manusia seiring perperkembangan zaman. Prinsip dalam melaksanakan muamalah adalah sebagai
berikut:

a. Segala pemikiran, perbuatan dan kegiatan dalam muamalah harus dilandasi dengan iman dan ikhlas,
diwujudkan menurut jalan yang dibenarkan Allah untuk mencari ridhonya.

b. Komunikasi antara sesama manusia bertujuan membentuk masyarakat yang serasi, mewujudkan
kedaimaian dan mempertinggi martabat sebagai khalifah (wakil Tuhan) di bumi.

c. Keluasan yang diberikan Allah kepada manusia tetap harus bersandar kepada Al Qur’an dan Sunnah
Rasul saw.

Ditinjau dari aspek hukum, Muamalah terdiri dari atas hal-hal berikut ini:

a. Alqununul Khas atau hukum perdata, meiputi: 1. Al ba’i atau perdagangan 2. Munakaha atau
perkawinan 3. Mawarits atau harta waris 4. Wakaf 5. Bank 6. Salam atau pesanan 7. Syirkah atau
perseroan 8. Qirodh atau atau pemberian modal usaha 9. Musyaqqoh atau muzaro’ah atau paroan
kebun 10. Wahanah atau sewa menyewa 11. Utang piutang 12. Rohnun atau jaminan 13. Hiwalah atau
pemindahan hutang 14. Dhoman atau menjamin hutang 15. Ariyah atau pinjam meminjam 16. Hibah
atau pemberian, dan lain-lain

b. Al Qonunul ’Am atau Hukum Publik meliputi: 1. Jinayah atau hukum pidana 2. Khilafah atau hukum
kenegaraan 3. Jihad atau hukum perang 4. Hukum tata usaha negara, dan sebagainya

c. Hubungan antar Manusia dengan kehidupan, yaitu: 1. Makanan 2. Minuman 3. Pakaian 4. Kasab atau
mata pencarian 5. Rezeki

d. Hubungan antar Manusia dengan Alam Sekitar atau Alam Semesta, terdiri dari: 1. Perintah untuk
mengadakan penelitian dan pemikiran tentang keadaan alam sekitar. 2. Seruan untuk pemanfaatan
kekayaan alam semesta untuk kesejahteraan hidup. 3. Larangan menganggu, merusak, membinasakan
alam semesta, tanpa alasan yang dibenarkan agama.

Pernikahan

Secara bahasa nikah pada awalnya dimaknai ”berhimpun”. Sedangkan secara istilah pernikahan
adalah suatu akad atau perikatan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dan
perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan hidup berkeluarga, yang diliputi ketentraman, kasih
sayang dengan cara yang diridhoi Allah SWT. Pernikahan merupakan sesuatu aturan yang sangat sakral,
yang mengatur hidup dan kehidupan manusia di dunia ini.

Pernikahan adalah untuk memenuhi hajat naluri manusia sesuai petunjuk agama dalam rangka
mewujudkan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia lahir dan bathin berdasarkan kasih sayang.
Nikah adalah salah satu asas pokok yang terutama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna.
Pernikahan merupakan salah satu jalan menuju pintu perkenalan antara satu kelompok masyarakat
dengan yang lain, sehingga menjadi saran terbukanya kesempatan saling menolong antar kelompok
masyarakat tersebut.

Dalam hukum perkawinan Islam dijelaskan bahwa sebelum pelaksanaan perkawinan terlebih
dahulu dilaksanakan peminangan atau khitbah. Yang dimaksud peminangan adalah seorang lelaki
meminta seorang perempuan untuk menjadi istrinya dengan cara yang sudah berlaku umum di
masyarakat.

Anjuran Rasul saw untuk menikahi calon istri karena empat hal, yaitu karena kecantikannya,
keturunannya, hartanya atau agamanya. Pilihlah yang beragama (taat beragama), supaya selamat
(bahagia) dirinya (H.R Mutafaq alaih).

Hukum Pernikahan

Berdasarkan perintah nikah dari beberapa ayat-ayat Al Qur’an dan Hadis Nabi, para Ulama
berbeda pendapat dalam menetapkan hukum nikah. Menurut Jumhur Ulama nikah itu sunnah dan bisa
menjadi wajib atau haram. Pernikahan merupakan bagian dari muamalah. Kaidah muamalah adalah
mubah. Oleh karena itu dilihat dari tujuan pernikahan, maka hukumnya dapat menjadi sunah, wajib,
makruh dan bahkan haram.

1. Sunah, bagi mereka yang telah mampu secara lahiriyah dan bathiniah, namun masih mampu
menahan nafsu seksualitasnya dari perbuatan zina.

2. Wajib, bagi orang yang cukup kemampuan, telah ingin menikah dan kalau tidak menikah adanya
kekhawatiran terjerumus pada perbuatan zina.

3. Haram, bagi mereka yang tidak mampu memenuhi nafkah lahir bathin istrinya serta nafsunya pun
tidak mendesak.

4. Makruh, bagi mereka yang belum mampu untuk menikah. Seseorang yang lemah syahwat dan tidak
mampu memberi belanja istrinya, meskipun tidak merugikan istrinya.

5. Mubah, bagi laki-laki yang tidak terdesak oleh alasan-alasan yang mewajibkan segera menikah atau
karena alasan-alasan yang mengharamkan untuk menikah.

Rukun Nikah dan Syarat Pernikahan

1. Rukun Nikah Pernikahan dapat dilaksanakan apabila memenuhi unsur-unsur berikut: a. calon
pengantin laki-laki dan wanita b. wali pihak calon pengantin wanita c. dua orang saksi d. akad nikah (ijab
qobul) e. di satu tempat (satu ruangan)

2. Syarat Nikah

a. Calon pengantin pria syaratnya: 1. beragama Islam 2. laki-laki 3. orangnya diketahui 4. tidak ada
larangan nikah dengan calon pengantin wanita 5. mengenal dan mengetahui calon istrinya 6. rela 7.
tidak sedang ihram 8. tidak mempunyai istri yang dilarang dimadu dengan calon istrinya 9. tidak ada
larangan lain

b. calon pengantin wanita 1. beragama Islam 2. wanita 3. orangnya diketahui jelas 4. rela

c. wali (wali dari pihak calon suami tidak diperlukan, tetapi wali dari pihak calon istri dinilai mutlaq
diperlukan. Wali hakim adalah wali bagi wanita yang tidak mempunyai wali, atau walinya menolak
menikahi anaknya. Wali hakim adalah laki-laki yang sholeh, adil dan sempurna panca inderanya, yang
diangkat, diminta atau ditunjuk oleh calon pengantin laki-laki dan wanita

d. Saksi Menurut pendapat para ulama bahwa keberadaan saksi-saksi dalam rangka mengikuti anjuran
Nabi saw agar pernikahan disebar-luaskan. Syarat saksi: 1. dua orang laki-laki, atau satu oarng laki-laki
dan dua orang wanita. 2. muslim 3. baligh 4. berakal 5. mendengar dan mengerti maksud nikah

e. Mahar. Firman Allah Mahar atau mas kawin adalah lambang kesiapan dan kesediaan suami untuk
memberi nafkah lahir kepada istri dan anak-anaknya

3. Ucapan (sighot ) akad atau ijab qobul nikah ijab atau perkataan dari wali
Tujuan pernikahan adalah sebagai berikut: 1. Untuk kelangsungan keturunan 2. Memenuhi hajat
naluri manusia untuk mendapatkan ketenangan dan ketentraman serta mendapatkan cinta dan kasih
sayang. 3. Memenuhi perintah dan ajaran agama yaitu memelihara dari tindakan keji (fahisy/kejahatan
seksualitas) 4. Menumbuhkan rasa tanggung jawab, menerima hak dan kewajiban dan bersungguh-
sungguh untuk mendapatkan harta halal dan thoyib. 5. Membangun rumah tangga bahagia, masyarakat
muslim yang damai, tenteram lahir dan bathin.

Pernikahan antar Pemeluk Agama yang Berbeda

Dalam upaya menciptakan kebaikan dari sebuah pernikahan, Islam secara tegas memberikan
batasan bahwa pernikahan seharusnya dilandasi oleh persamaan keyakinan (agama). Karena pernikahan
memiliki dampak jangka panjang bagi kelanjutan generasi berikutnya. Sehingga Agama melarang
terjadinya pernikahan atas perbedaan keyakinan. Hal ini terbingkai dalam syarat yang harus dipenuhi
oleh kedua calon mempelai, baik lelaki maupun perempuannya. Artinya pernikahan seorang lelaki
muslim dengan wanita ( non muslim) atau sebaliknya akan merusak rukun sebuah pernikahan, atau
pernikahan tersebut menjadi batal (tidak halal).

Beberapa kemudharatan yang banyak terjadi dalam perkawinan antara seorang muslim dengan wanita
non muslimah,diantaranya adalah:

1. Terjadinya perkawinan dengan wanita non muslimah akan mempengaruhi perimbangan antara
muslimah dan muslim. Para muslimah yang tidak kawin akan jauh lebih banyak, sementara poligami
diperketat.

2. Perkawinan dengan non muslimah akan menimbulkan kesulitan bagi hubungan suami istri dan
pendidikan anak-anak. Apalagi jika terjadi perbedaan tanah air. Musibah ini biasanya akan menimpa
anak-anak mereka yang memiliki perbedaan budaya, tradisi orang tua mereka masing-masing. Namun
terlepas dari pandangan di atas, larangan perkawinan antar pemeluk agama yang berbeda itu agaknya
dilatarbelakangi oleh harapan akan lahirnya sakinah (ketenangan) dalam keluarga. Perkawinan baru
akan langgeng dan tentram jika terdapat kesesuaian pandangan hidup antar suami dan istri, karena
jangankan perbedaan agama, perbedaan budaya, atau bahkan perbedaan tingkat pendidikan antara
suami istri pun tak jarang mengakibatkan kegagalan perkawinan.

Anda mungkin juga menyukai