“PENGOLAHAN UMBI-UMBIAN”
Mie Basah Berbasis Tepung Porang
dengan Substitusi Mocaf (Modified Cassava Flour)
Disusun Oleh :
Adizza Vanisa Raja 202010220311006
Basanty Pramesthi Sanjaya 202010220311007
Nurul Hidayati 202010220311009
Febi Melindasari 202010220311013
Khoirun Nisa’ 202010220311015
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Ir. Noor Harini, M.S.
Penulis
DAFTAR ISI
PRAKATA............................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
BAB II DASAR TEORI.........................................................................................6
BAB III METODE..............................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................12
BAB V PENUTUP...............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang
Tujuan
Umbi Porang
Tanaman porang merupakan tanaman umbi-umbian yang termasuk
dalam Famili Araceae (talas-talasan) serta masih satu famili dengan
suweg, walur, dan iles-iles (Purwanto, 2014 dalam Rahayuningsih, 2020).
Umbi porang merupakan umbi tunggal karena setiap satu pohon porang
hanya menghasilkan satu umbi. Diameter umbi porang bisa mencapai 28
cm dengan berat 3 kg, permukaan luar umbi berwarna coklat tua dan
bagian dalam berwarna kuning kecoklatan. Bentuk bulat agak lonjong,
serabut akar. Porang umumnya terdapat di lahan kering pada ketinggian
hingga 800 mdpl, namun yang baik adalah daerah dengan tinggi 100
sampai 600 mdpl. Pertumbuhan tanaman porang memerlukan suhu 25
sampai 35°C, dan curah hujan 1.000 sampai 1.500 mm/tahun yang tersebar
rata sepanjang tahun. Tanaman porang akan tumbuh dan menghasilkan
umbi yang baik pada tanah bertekstur ringan hingga sedang, gembur,
subur, dan kandungan bahan organiknya cukup tinggi karena tanaman
porang menghendaki tanah dengan aerasi udara yang baik. Umbi porang
mengandung karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin dan serat
pangan. Karbohidrat merupakan komponen penting pada umbi porang
yang terdiri atas pati, glukomanan, serat kasar dan gula reduksi. Porang
kuning (A. oncophyllus) dilaporkan mengandung glukomanan sekitar 55%
dalam basis kering, sementara porang putih (A. variabilis) sedikit di
bawahnya, yakni 44% (Koswara, 2013). Kandungan gizi umbi porang
segar dalam 100 gram dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut:
Bahan
Proses pembuatan mie basah tepung porang terdapat bahan yang
digunakan dalam pembuatannya yaitu Umbi porang berat 3 kg dengan kadar
glukomanan 80,17%, tepung mocaf, tepung terigu (cakra kembar), minyak goreng
(sunco), garam dapur dan juga telur. Dalam pembuatan mie basah terdapat dua
tahapan yaitu pembuatan gel porang dan juga pembuatan mie. Prosedur
pembuatannya yakni sebagai berikut
Pemindahan tepung
Pengadukan
Menurut Prastini & Simon (2015), metode pembuatan gel porang g yaitu
dilakukan penyortiran umbi porang dengan berat 3 kg kemudian dimasukkan ke
dalam gelas ukur ukuran 100 mL. Setelah itu ditambahkan air sebanyak 100 mL
dengan suhu 45 derajat celcius. setelah itu dilakukan pemindahan tepung porang
ke erlenmeyer ukuran 250 mL dan diaduk menggunakan shaker sampai
membentuk gel porang.
Pembuatan Mie
Pembuatan mie
Pencampuran
(75:25)
Pencampuran bahan
Pengadukan
Homogenisasi
Pembentukan
Perebusan
Daya Putus
Data pada Tabel 1. menunjukkan daya putus terendah pada perlakuan
penambahan porang 6% dan air 30%, yaitu sebesar 0.0533 N. Sedangkan
perlakuan dengan penambahan tepung porang 2% dan air 35% memiliki rerata
daya putus dengan nilai yang tertinggi, yaitu 0.1433 N. Silva et al. (2013)
melaporkan bahwa penambahan 0.5% dan 1% konjak glukomanan dalam
pembuatan mi semakin meningkatkan nilai daya putus mi yang berbahan 4%
brokoli, namun pada mi yang berbahan 20% brokoli, penambahan 0.5% konjak
glukomanan menurunkan nilai daya putus mi. Selain ukuran partikel tepung
porang diduga komposisi tepung porang dan air berpengaruh terhadap daya putus
mi. Tepung porang dapat menyerap air 200 x lebih banyak dari berat awalnya, jika
konsentrasi air kurang, maka masih banyak tepung porang yang tidak larut dan
membuat mi menjadi mudah putus dan permukaan kasar (mi dengan tepung
porang 6% + air 30%).
Volume pengembangan
Rerata volume pengembangan mi basah pada kombinasi perlakuan
penambahan tepung porang dan air adalah 102.29– 104.75%. Pengaruh
penambahan tepung porang pada volume pengembangan mi basah dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh penambahan tepung porang terhadap volume pengembangan,
kadar air, dan kecerahan warna mie
Kadar air
Rerata kadar air mi pada kombinasi perlakuan penambahan tepung porang
dan air adalah 24.64–31.86%. Tabel 2. Menyajikan banyak penambahan tepung
porang, maka kadar air mi basah semakin meningkat. Menurut BSN, 1992 kadar
air yang boleh terdapat dalam mi adalah 20–35%, hasil penelitian mi basah ini
masih dalam range standar tersebut. Rerata kadar air terendah pada perlakuan
penambahan porang sebanyak 4% dan air 35%, yaitu sebesar 24.64%, sedangkan
rerata kadar air terbesar, yaitu 31.86% diperoleh pada perlakuan penambahan
porang 6% dan air 40%.
Kecerahan Warna
Rerata nilai kecerahan warna mi berkisar 50.77–53.00. Tingkat kecerahan
warna mi cenderung menurun dengan semakin banyaknya penambahan tepung
porang (Tabel 2). Kecerahan warna produk makanan dipengaruhi oleh bahan
baku. Mi dengan penambahan tepung porang cendrung lebih gelap karena warna
tepung porang yang digunakan berwarna kekuning-kuningan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Johnson (2007) bahwa tepung porang berwarna krem hingga
coklat terang. Secara keseluruhan penambahan tepung porang dan air berpengaruh
terhadap sifat fisik mi, yaitu waktu pemasakan lebih cepat, KPAP, daya serap air,
kadar air dan volume pengembangan lebih tinggi, sedangkan daya putus dan
kecerahan warna lebih rendah.
BAB V PENUTUP
Kesimpulan
Porang dimanfaatkan dalam pembuatan mie karena tepung porang
memiliki kandungan kalori yang rendah dan viskositas tinggi. Tepung porang
berfungsi sebagai bahan pengembang, pengental dan mampu mengikat air,
sehingga molekul-molekul air terperangkap dalam struktur gel yang dibentuk
dengan penambahan tepung porang, dengan demikian bahan-bahan padatan juga
akan saling berikatan. Kandungan gizi porang per 100-gram yaitu kadar abu
81,50%; abu 1,15%; pati 6,95%; glukomanan 0,25%; kalsium oksalat 7,17%,
lemak 1,22% dan serar 2,6%. Mie dengan substitusi porang menunjukkan
memiliki daya serap air dan daya putus yang baik, begitupun dengan volume
pengembanngannya menunjukkan hasil yang baik pula. Pada uji kadar air
semakin banyak penambahan tepung porang, maka kadar air pada mie basah
semakin meningkat. Mi dengan penambahan tepung porang cendrung lebih gelap
karena warna tepung porang yang digunakan berwarna kekuning-kuningan. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Johnson (2007) bahwa tepung porang berwarna
krem hingga coklat terang. Secara keseluruhan penambahan tepung porang dan air
berpengaruh terhadap sifat fisik mi, yaitu waktu pemasakan lebih cepat, KPAP,
daya serap air, kadar air dan volume pengembangan lebih tinggi, sedangkan daya
putus dan kecerahan warna lebih rendah.
Saran
Perlu adanya pengkajian lebih lanjut seperti studi jurnal lainnya dari
berbagai penelitian lainnya untuk dibandingkan dengan studi jurnal yang sudah
kami lakukan. Penulis mengharapkan kritikan yang membangun agar penyusunan
penulisan di waktu yang akan datang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Rasmito dan Widari 2018. Penurunan Kadar Kalsium Oksalat Pada Umbi Porang
(Amorphopallus Oncophillus) Dengan Proses Pemanasan Di Dalam
Larutan Nacl. Jurnal Teknik Kimia, 13 (1): 1.