Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“PENGEMBANGAN MODUL AJAR”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Perencanaan Pembelajaran MI
Dosen Pembimbing:
Nida Mauizdati, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 12
Juhairina (21.86232.00839)
Siti Aisyah (21.86232.00908)

SEKOLAH TINGGI ILMU ALQURAN (STIQ) AMUNTAI


PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt, shalawat dan salam semoga selalu
tercurah keharibaan junjungan Nabi besar Muhammad saw. Beserta seluruh
keluarganya, sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Alhamdulillah, dengan segala rahmat dan inayah-Nya makalah yang
berjudul “Pengembangan Modul Ajar” sebagai salah satu tugas pada mata kuliah
Perencanaan Pembelajaran MI program studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran (STIQ) Amuntai dapat diselesaikan.
Penulis sangat menyadari, dalam penulisan makalah ini banyak sekali
menerima bantuan, baik tenaga maupun pikiran. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan tersebut, terutama kepada
Ibu Nida Mauizdati, M.Pd yang telah banyak memberikan bimbingan dan
petunjuk serta koreksi dalam penulisan makalah ini serta semua pihak yang telah
memberi bantuan, fasilitas, informasi, meminjamkan buku-buku dan literatur-
literatur yang penulis perlukan, sehingga makalah ini bisa diselesaikan.
Atas bantuan dan dukungan yang tak ternilai harganya tersebut penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-
tingginya teriring do’a yang tulus semoga Allah swt membari ganjaran yang
berlipat ganda. Amin.
Akhirnya penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua dan
mendapat taufik serta inayah dari Allah swt.

Amuntai, 17 September 2022

Kelompok 12

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3


A. Pengertian Modul Ajar .............................................................. 3
B. Komponen-komponen Modul ................................................... 4
C. Karakteristik Pengembangan Modul Ajar……………………. 9
D. Prinsip Pengembangan Modul Ajar…………………………..
11
E. Teknik Pengembangan Modul…………………………………
12

BAB III PENUTUP....................................................................................... 14


A. Simpulan.................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….
15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini modul ajar kerap menjadi bahan perbincangan guru di sekolah
seluruh jenjang, baik tingkat dasar, menengah dan atas. Pada dasarnya modul ajar
merupakan materi pembelajaran yang disusun secara ekstensif dan sistematis
dengan acuan prinsip pembelajaran yang diterapkan guru kepada siswa. Sistematis
dapat diartikan secara urut mulai dari pembukaan, isi materi, dan penutup
sehingga memudahkan siswa belajar dan memudahkan guru dalam
menyampaikan materi. Selain itu, menurut sungkono modul ajar bersifat unik dan
spesifik, yang berarti ditujukan untuk sasaran tertentu dalam proses pembelajaran
yang sesuai dengan sasarannya. Sementara spesifik dapat diartikan bahwa modul
ajar didesain secara maksimal untuk mencapai indikator keberhasilan.
Modul ajar sangat dipentingkan dalam proses pembelajaran bagi guru dan
siswa. Sejatinya, guru akan mengalami kesulitan untuk meng-upgrade efektivitas
mengajar jika tidak disandingkan dengan modul ajar yang lengkap. Hal ini
berlaku untuk siswa, karena yang disampaikan oleh guru tidak sistematis.
Kemungkinan penyampaian materi tidak sesuai dengan kurikulum yang
seharusnya diterapkan, oleh karena itu modul ajar adalah media utama untuk
meningkatkan kualitas dalam pembelajaran yang mana berperan baik bagi guru,
siswa dan proses pembelajaran.1

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu modul ajar?
2. Apa saja komponen-komponen dalam modul?
3. Bagaimana karakteristik pengembangan modul ajar?
4. Bagaimana prinsip pengembangan modul ajar?
5. Bagaimana teknik pengembangan modul?

1
Utami Maulida, “Pengembangan Modul Ajar Berbasis Kurikulum Merdeka,” Tarbawi :
Jurnal Ilmu Pendidikan 5, no. 2 (2022): h. 132.

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian modul ajar.
2. Untuk menjelaskan komponen-komponen dalam modul.
3. Untuk menjelaskan karakteristik pengembangan modul ajar.
4. Untuk menjelaskan prinsip pengembangan modul ajar.
5. Untuk menjelaskan teknik pengembangan modul.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Modul Ajar


Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar berbasis cetakan dan
tulisan yang dirancang untuk belajar secara mandiri oleh peserta pembelajaran
karena modul dilengkapi dengan petunjuk penggunaan untuk belajar sendiri
secara mandiri. Dalam hal ini, peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar
sendiri tanpa kehadiran pengajar secara langsung.
Pendapat lain tentang modul yaitu, bahwa modul dapat diartikan sebagai
materi pelajaran yang disusun dan disajikan secara tertulis sedemikian rupa
sehingga pembacanya diharapkan dapat menyerap sendiri materi tersebut. Dengan
kata lain sebuah modul adalah sebagai bahan belajar dimana pembacanya dapat
belajar mandiri. Dengan diberikannya modul, diharapkan dapat memotivasi siswa
untuk belajar mandiri tanpa harus selalu dengan bantuan guru.
Sedangkan menurut Prastowo “modul merupakan seperangkat bahan ajar
yang ditulis secara sistematis, sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau
tanpa seorang guru.” Dengan demikian, sebuah modul harus dapat dijadikan
bahan ajar sebagai pengganti fungsi pendidik. Jika pendidik mempunyai fungsi
dapat menjelaskan sesuatu, maka modul juga harus mampu menjelaskan sesuatu
dengan bahasa yang mudah diterima oleh peserta didik sesuai dengan tingkat
pengetahuan dan usianya.
Dari beberapa pendapat dan teori yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara utuh,
sistematis dan menarik dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik
sesuai dengan tingkat kemampuannya, agar peserta didik tersebut dapat lebih
mendalami materi pembelajaran serta indikator pencapaian hasil belajar yang
spesifik. 2
Jadi, modul ajar merupakan salah satu jenis perangkat ajar atau rancangan
2
Sitti Fatimah S.Sirate dan Risky Ramadhana, “Pengembangan Modul Pembelajaran
Berbasis Keterampilan Literasi,” Inspiratif Pendidikan 6, no. 2 (1 Juli 2017): h. 319,
https://doi.org/10.24252/ip.v6i2.5763.

3
pembelajaran yang memuat rencana pelaksanaan pembelajaran, untuk membantu
mengarahkan proses pembelajaran mencapai Capaian Pembelajaran (CP).

B. Komponen-komponen Modul
Komponen-komponen utama yang perlu tersedia di dalam modul, yaitu
tinjauan mata pelajaran, pendahuluan, kegiatan belajar, latihan; rambu-rambu
jawaban latihan, rangkuman, tes formatif, dan kunci jawaban tes formatif
Kedelapan komponen tersebut akan dijelaskan satu persatu dalam bagian
selanjutnya.3

1. Tinjauan Mata Pelajaran


Tinjauan mata pelajaran adalah paparan umum mengenai keseluruhan
pokok-pokok isi mata pelajaran yang mencakup:

a. Deskripsi mata pelajaran


b. Kegunaaan mata pelajaran
c. Kompetensi dasar
d. Bahan pendukung lainnya (kaset, kit, dll)
e. Petunjuk Belajar
Petunjuk memuat antara lain penjelasan tentang berbagai macam kegiatan
yang harus dilakukan, alat-alat yang perlu disediakan, dan prosedur yang
dilakukan. Perlu dipahami bahwa letak atau posisi tinjauan mata pelajaran di
dalam modul sangat tergantung kepada pembagian pokok bahasan dalam mata
pelajaran. Mungkin saja satu mata pelajaran terdiri atas beberapa pokok bahasan,
sehingga tinjauan mata pelajaran terletak pada modul pertama saja. Contohnya,
pada modul 1 terdapat tinjauan mata pelajaran, sementara modul 2, dan 3 dst
tidak terdapat tinjauan mata pelajaran karena sudah terletak pada modul 1.
Tetapi tidak menutup kemungkinan pada setiap modul disertakan tinjauan mata
pelajaran untuk menuntun siswa dalam memahami kegunaan mata pelajaran.
2. Pendahuluan
Pendahuluan suatu modul merupakan pembukaan pembelajaran suatu modul.

3
Rio Septora, “Pengembangan Modul Dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik Pada
Kelas X Sekolah Menengah Atas,” Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO 2
(Juni 2017): h. 89.

4
Oleh karena itu, dalam pendahuluan seyogyanya memuat hal-hal sebagai
berikut:
a. Cakupan isi modul dalam bentuk deskripsi singkat
b. Indikator yang ingin dicapai melalui sajian materi dan kegiatan modul
c. Deskripsi perilaku awal (entry behaviour) yang memuat pengetahuan dan
keterampilan yang sebelumnya sudah diperoleh atau seyogyanya sudah
dimiliki sebagai pijakan (anchoring) dari pembahasan modal itu.
d. Relevansi, yang terdiri atas:
1) Keterkaitan pembahasan materi dan kegiatan dalam modul itu dengan
mateni dan kegiatan dalam modul lain dalarn satu mata pelajaran atau
dalam mata pelajaran (cross reference)
2) Pentingnya mempelajari materi modul itu dalam pengembangan dan
pelaksanaan tugas guru secara profesional
e. Urutan butir sajian modul (kegiatan belajar) secara logis
f. Petunjuk belajar berisi panduan teknis mempelajari modul itu agar berhasil
dikuasai dengan baik.
Pendahuluan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Memenuhi dan merangsang rasa ingin tahu
b. Urutan sajian yang logis
c. Mudah dicerna dan enak dibaca. 4
3. Kegiatan Belajar
Bagian ini merupakan “daging” atau inti dalam pemaparan materi
pelajaran. Bagian ini terbagi menjadi beberapa sub bagian yang disebut Kegiatan
Belajar. Bagian ini memuat materi pelajaran yang harus dikuasai siswa. Materi
tersebut disusun sedemikian rupa, sehingga dengan mempelajari materi tersebu,
tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. Agar materi pelajaran mudah
diterima siswa, maka perlu disusun secara sisternatis.

Di dalam kegiatan belajar terdapat uraian atau penjelasan secara rinci


tentang isi pelajaran yang diikuti dengan contoh-contoh konkrit dan non contoh.
Sedapat mungkin uraian ini diikuti gambar, bagan atau grafik. Urutan penyajian
seperti ini yang dimulai dengan penjelasan kemudian diikuti dengan contoh.
4
Slamet Triyono, Dinamika Penyusunan E-Modul (Penerbit Adab, 2021), h. 63.

5
Urutan penyajian dapat pula dimulai dengan contoh dan non contoh, atau kasus-
kasus kemudian diikuti dengan penjelasan tentang konsep yang dimaksud.

Sajian materi modul memperhatikan elemen uraian dan contoh yang dirancang
untuk menumbuhkan proses belajar dalarn diri pembaca. Berikut akan dijelaskan
kedua elemen dasar yang ada dalarn sajian materi modul.

a. Uraian
Uraian dalarn sajian materi modul adalah paparan materi-materi
pelajaran berupa: fakta/data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil, teori, nilai,
prosedur/metode, keterampilan, hukum, dan masalah.
Paparan tersebut disajikan secara naratif atau piktorial yang
berfungsi untuk merangsang dan mengkondisikan tumbuhnya pengalaman
belajar (learning experiences). Pengalaman belajar diupayakan
menampilkan variasi proses yang memungkinkan siswa memperoleh
pengalaman konkret, observasi reflektif, konseptualisasi abstrak, dan
ekperimentasi aktif Jenis pengalaman pelajaran disesuaikan dengan
kekhususan setiap mata pelajaran, misalnya untuk mata pelajaran yang
bersifat keterampilan berbeda dengan yang bersifat pengetahuan. Prinsip
dalam penyajian uraian harus memenuhi syarat-syarat:
1) materi harus relevan dengan esensi kompetensi.
2) Materi berada dalam cakupan topik inti
3) Penyajiannya bersifat logis, sistematis, komunikatif/interaktif, dan tidak
kaku
4) Memperhatikan latar/setting kondisi siswa
5) Menggunakan teknik, metode penyajian yang menarik dan menantang.5

b. Contoh
Contoh adalah benda, ilustrasi, angka, gambar dan lain-lain yang
mewakili/mendukung konsep yang disajikan. Contoh bertujuan untuk
memantapkan pemahaman pembaca tentang fakta/data, konsep, prinsip,
generalisasi/dalil, hukum, teori, nilai, prosedur/metode, keterampilan dan

5
Slamet Triyono, h. 64.

6
masalah.
Prinsip dalam penyajian contoh hendaknya:
1) Relevan dengan isi uraian
2) Konsistensi istilah, konsep, dalil, dan peran
3) Jumlah dan jenisnya memadai
4) Logis (masuk akal)
5) Sesuai dengan realitas
6) Bermakna
4. Latihan

Latihan adalah berbagai bentuk kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh
siswa setelah membaca uraian sebelumnya. Gunanya untuk memantapkan
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap tentang fakta/data, konsep, prinsip,
generalisasi/dalil, teori, prosedur, dan metode. Tujuan latihan ini agar siswa
benar-benar belajar secara aktif dan akhirnya menguasai konsep yang sedang
dibahas dalam kegiatan belajar tersebut. Latihan disajikan secara kreatif sesuai
dengan karakteristik setiap mata pelajaran. Latihan dapat ditempatkan di sela-sela
uraian atau di akhir uraian.

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan latihan:

a. Relevan dengan materi yang disajikan

b. Sesuai dengan kemampuan siswa

c. Bentuknya bervariasi, misalnya tes, tugas, eksperimen, dsb

d. Bermakna (bermanfaat)

e. Menantang siswa untuk berpikir dan bersikap kritis

f. Penyajiannya sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran.6

5. Rambu-rambu jawaban latihan

Rambu-rambu jawaban latihan merupakan hal-hal yang harus diperhatikan


oleh siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan. Kegunaan rambu-rambu jawaban
6
Muhammad Arifin dkk., Modul Kurikulum dan Pembelajaran (umsu press, 2020), h. 76.

7
ini adalah untuk mengarahkan pemahaman siswa tentang jawaban yang
diharapkan dari pertanyaan atau tugas dalam latihan dalam mendukung
tercapainya kompetensi pembelajaran.

6. Rangkuman
Rangkuman adalah inti dari uraian materi yang disajikan pada kegiatan
belajar dari suatu modul, yang berfungsi menyimpulkan dan memantapkan
pengalaman belajar (isi dan proses) yang dapat mengkondisikan tumbuhnya
konsep atau skemata baru dalam pikiran siswa. Rangkuman hendaknya memenuhi
ketentuan:

a. Berisi ide pokok yang telah disajikan


b. Disajikan secara berurutan
c. Disajikan secara ringkas
d. Bersifat menyimpulkan
e. Dapat dipahami dengan mudah (komunikatif)
f. Memantapkan pemahaman pembaca
g. Rangkuman diletakkan sebelum tes fonnatif pada setiap kegiatan belajar
h. Menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan tidak menggunakan kata-
kata yang sulit dipahami.7
7. Tes Formatif
Pada setiap modul selalu disertai lembar evaluasi (evaluasi formatif) yang
biasanya berupa tes. Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur apakah tujuan yang
dirumuskan telah tercapai atau belum. Tes formatif merupakan tes untuk
mengukur penguasaan siswa setelah suatu pokok bahasan selesai dipaparkan
dalam satu kegiatan belajar berakhir. Tes formatif ini bertujuan untuk mengukur
tingkat penguasaan siswa terhadap materi sesuai dengan indikator yang telah
ditetapkan. Hasil tes formatif digunakan sebagai dasar untuk melanjutkan ke
pokok bahasan selanjutnya. Tes formatif secara prinsip harus memenuhi syarat-
syarat:

a. Mengukur kompetensi dan indikator yang sudah dirumuskan


b. Materi tes benar dan logis, baik dari segi pokok masalah yang
7
Arifin dkk., h. 77.

8
dikemukakan maupun dart pilihan jawaban yang ditawarkan
c. Pokok masalah yang ditanyakan cukup penting
d. Butir tes harus memenuhi syarat-syarat penulisan butir soal
8. Kunci Jawaban Tes Formatif dan Tindak Lanjut
Kunci jawaban tes formatif pada umumnya diletakkan di bagian paling
akhir suatu modul. Jika kegiatan belajar berjumlah 2 buah, maka kunci jawaban
tes formatif terletak setelah tes formatif kegiatan belajar 2, dengan halaman
tersendiri. Tujuannya agar siswa benar-benar berusaha mengerjakan tes tanpa
melihat kunci jawaban terlebih dahulu. Lembar ini berisi jawaban dari soal-soal
yang telah diberikan. Jawaban siswa terhadap tes yang ada diketahui benar atau
salah dapat dilakukan dengan cara mencocokkannya dengan kunci jawaban yang
ada pada lembar ini. Tujuannya adalah agar siswa mengetahui tingkat
penguasaannya terhadap isi kegiatan belajar tersebut. Di samping itu, pada bagian
ini berisi petunjuk tentang cara siswa memberi nilai sendiri pada hasil
jawabannya.

Di dalam kunci jawaban tes formatif, terdapat bagian tindak lanjut yang
berisi kegiatan yang harus dilakukan siswa atas dasar tes formatifnya. Siswa
diberi petunjuk untuk melakukan kegiatan lanjutan, seperti: Terus mempelajari
kegiatan belajar berikutnya bila ia berhasil dengan baik yaitu mencapai tingkat
penguasaan 80 % dalam tes formatif yang lalu, atau mengulang kembali
mempelajari kegiatan belajar tersebut bila hasilnya masih di bawah 80 % dari skor
maksimum.8

C. Karakteristik Pengembangan Modul ajar


Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi belajar,
pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai
modul, yaitu:

1. Self Instruction

8
Nurul Huda Panggabean dan Amir Danis, Desain Pengembangan Bahan Ajar Berbasis
Sains (Yayasan Kita Menulis, 2020), h. 26.

9
Merupakan karakteristik penting dalam modul, dengan karakter tersebut
memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak
lain. Untuk memenuhi karakter self instruction, maka modul harus:

a. Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat menggambarkan


pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
b. Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan
yang kecil/spesifik, sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas;
c. Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan
materi pembelajaran;
d. Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan
untuk mengukur penguasaan peserta didik;
e. Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas
atau konteks kegiatan dan lingkungan peserta didik;
f. Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif,
g. Terdapat rangkuman materi pembelajaran;
h. Terdapat instrumen penilaian, yang memungkinkan peserta didik
melakukan penilaian mandiri (self assessment);
i. Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta didik
mengetahui tingkat penguasaan materi;
j. Terdapat informasi tentang rujukan/ pengayaan/referensi yang
mendukung materi pembelajaran dimaksud. 9
2. Self Contained

Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang


dibutuhkan termuat dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah
memberikan kesempatan peserta didik mempelajari materi pembelajaran secara
tuntas, karena materi belajar dikemas kedalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus
dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu standar
kompetensi/kompetensi dasar, harus dilakukan dengan hati-hati dan
memperhatikan keluasan standar kompetensi/kompetensi dasar yang harus
dikuasai oleh peserta didik.

9
E. Kosasih, Pengembangan Bahan Ajar (Bumi Aksara, 2021), h. 20.

10
3. Berdiri Sendiri (Stand Alone)

Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak
tergantung pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama
dengan bahan ajar/media lain. Dengan menggunakan modul, peserta didik tidak
perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada
modul tersebut. Jika peserta didik masih menggunakan dan bergantung pada
bahan ajar lain selain modul yang digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak
dikategorikan sebagai modul yang berdiri sendiri.

4. Adaptif

Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap


perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat
menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
fleksibel/luwes digunakan di berbagai perangkat keras (hardware).10

5. Bersahabat/Akrab (User Friendly)

Modul hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly atau


bersahabat/akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang
tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk
kemudahan pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan.
Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah
yang umum digunakan, merupakan salah satu bentuk user friendly.

D. Prinsip Pengembangan Modul Ajar


Di dalam pengembangan modul, terdapat sejumlah prinsip yang perlu
diperhatikan. Modul harus dikembangkan atas dasar hasil analisis kebutuhan dan
kondisi. Perlu diketahui dengan pasti materi belajar apa saja yang perlu disusun
menjadi suatu modul, berapa jumlah modul yang diperlukan, siapa yang akan
menggunakan, sumberdaya apa saja yang diperlukan dan telah tersedia untuk
mendukung penggunaan modul, dan hal-hal lain yang dinilai perlu. Selanjutnya,

10
E. Kosasih, h. 21.

11
dikembangkan desain modul yang dinilai paling sesuai dengan berbagai data dan
informasi objektif yang diperoleh dari analisis kebutuhan dan kondisi. Bentuk,
struktur dan komponen modul seperti apa yang dapat memenuhi berbagai
kebutuhan dan kondisi yang ada.

Berdasarkan desain yang telah dikembangkan, disusun modul per modul


yang dibutuhkan. Proses penyusunan modul terdiri dari tiga tahapan pokok.

Pertama, menetapkan strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang


sesuai. Pada tahap ini, perlu diperhatikan berbagai karakteristik dari kompetensi
yang akan dipelajari, karakteristik peserta didik, dan karakteristik konteks dan
situasi dimana modul akan digunakan.

Kedua, memproduksi atau mewujudkan fisik modul. Komponen isi modul


antara lain meliputi: tujuan belajar, prasyarat pembelajar yang diperlukan,
substansi atau materi belajar, bentuk-bentuk kegiatan belajar dan komponen
pendukungnya.

Ketiga, mengembangkan perangkat penilaian. Dalam hal ini, perlu


diperhatikan agar semua aspek kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap
terkait) dapat dinilai berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan. 11

E. Teknik Pengembangan Modul


Mengembangkan modul berarti mengajarkan suatu mata pelajaran melalui
tulisan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip yang digunakan dalam mengembangkan
modul sama dengan yang digunakan dalam pembelajaran biasa. Bedanya adalah,
bahasa yang digunakan bersifat setengah formal dan setengah lisan, bukan bahasa
buku teks yang bersifat sangat formal.

Ada tiga teknik yang dapat dipilih dalam menyusun modul. Ketiga teknik
tersebut menurut Sungkono, dkk, yaitu menuulis sendiri, pengemasan kembali
informasi, dan penataan informasi:

11
Rudy Gunawan, Modul Pelatihan Pengembangan Bahan Ajar /Modul Pembelajaran
(Feniks Muda Sejahtera, 2022), h. 5.

12
1. Menulis Sendiri (Starting from Scratch)
Penulis/guru dapat menulis sendiri modul yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran. Asumsi yang mendasari cara ini adalah bahwa guru
adalah pakar yang berkompeten dalam bidang ilmunya, mempunyai
kemampuan menulis, dan mengetahui kebutuhan siswa dalam bidang ilmu
tersebut. Untuk menulis modul sendiri, di samping penguasaan bidang ilmu,
juga diperlukan kemampuan menulis modul sesuai dengan prinsip-prinsip
pembelajaran, yaitu selalu berlandaskan kebutuhan peserta belajar, yang
meliputi pengetahuan, keterampilan, bimbingan, latihan, dan umpan balik.
Pengetahuan itu dapat diperoleh melalui analisis pembelajaran, dan silabus.
Jadi, materi yang disajikan dalam modul adalah pokok bahasan dan sub
pokok bahasan yang tercantum dalam silabus.
2. Pengemasan Kembali Informasi (Information Repackaging)
Penulis/guru tidak menulis modul sendiri, tetapi memanfaatkan buku-
buku teks dan informasi yang telah ada di pasaran untuk dikemas kembali
menjadi modul yang memenuhi karakteristik modul yang baik. Modul atau
informasi yang sudah ada dikumpulkan berdasarkan kebutuhan (sesuai
dengan kompetensi, silabus dan RPP/SAP), kemudian disusun kembali
dengan gaya bahasa yang sesuai. Selain itu juga diberi tambahan
keterampilan atau kompetensi yang akan dicapai, latihan, tes formatif, dan
umpan balik.
3. Penataan Informasi (Compilation)
Cara ini mirip dengan cara kedua, tetapi dalam penataan informasi
tidak ada perubahan yang dilakukan terhadap modul yang diambil dari buku
teks, jurnal ilmiah, artikel, dan lain-lain. Dengan kata lain, materi-materi
tersebut dikumpulkan, digandakan dan digunakan secara langsung. Materi-
materi tersebut dipilih, dipilah dan disusun berdasarkan kompetensi yang
akan dicapai dan silabus yang hendak digunakan. 12
BAB III

PENUTUP

12
Chilmiyah Izzatul Mufidah, “Pengembangan Modul Pembelajaran Pada Kompetensi
Dasar Hubungan Masyarakat Kelas X APK 2 Di SMKN 10 Surabaya,” UNESA, h. 15.

13
A. Simpulan
Modul ajar merupakan salah satu jenis perangkat ajar atau rancangan
pembelajaran yang memuat rencana pelaksanaan pembelajaran, untuk membantu
mengarahkan proses pembelajaran mencapai Capaian Pembelajaran (CP).

Komponen-komponen utama yang perlu tersedia di dalam modul, yaitu


tinjauan mata pelajaran, pendahuluan, kegiatan belajar, latihan; rambu-rambu
jawaban latihan, rangkuman, tes formatif, dan kunci jawaban tes formatif

Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi belajar,


pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai
modul, yaitu: a) Self instructional, b) Self Contained, c) Stand alone (berdiri
sendiri), d) Adaptif dan e) User friendly.

Proses penyusunan modul terdiri dari tiga tahapan pokok. Pertama,


menetapkan strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang sesuai. Kedua,
memproduksi atau mewujudkan fisik modul. Ketiga, mengembangkan perangkat
penilaian.

Ada tiga teknik yang dapat dipilih dalam menyusun modul. Ketiga teknik
tersebut menurut Sungkono, dkk, yaitu menuulis sendiri, pengemasan kembali
informasi, dan penataan informasi.

DAFTAR PUSTAKA

14
Arifin, Muhammad, Ismael Saleh Nasution, Sri Wahyuni, Uun Saehu, Enny
Rahayu, Surya Wisada Dachi, Ryan Taufika, Samidi, dan Tepu Sitepu.
Modul Kurikulum dan Pembelajaran. umsu press, 2020.
E. Kosasih. Pengembangan Bahan Ajar. Bumi Aksara, 2021.
Gunawan, Rudy. Modul Pelatihan Pengembangan Bahan Ajar /Modul
Pembelajaran. Feniks Muda Sejahtera, 2022.
Maulida, Utami. “Pengembangan Modul Ajar Berbasis Kurikulum Merdeka.”
Tarbawi : Jurnal Ilmu Pendidikan 5, no. 2 (2022): 9.
Mufidah, Chilmiyah Izzatul. “Pengembangan Modul Pembelajaran Pada
Kompetensi Dasar Hubungan Masyarakat Kelas X APK 2 Di SMKN 10
Surabaya.” UNESA, t.t., 17.
Panggabean, Nurul Huda, dan Amir Danis. Desain Pengembangan Bahan Ajar
Berbasis Sains. Yayasan Kita Menulis, 2020.
Rio Septora. “Pengembangan Modul Dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik
Pada Kelas X Sekolah Menengah Atas.” Lentera Pendidikan Pusat
Penelitian LPPM UM METRO 2 (Juni 2017).
S.Sirate, Sitti Fatimah, dan Risky Ramadhana. “Pengembangan Modul
Pembelajaran Berbasis Keterampilan Literasi.” Inspiratif Pendidikan 6,
no. 2 (1 Juli 2017): 316. https://doi.org/10.24252/ip.v6i2.5763.
Triyono, Slamet. Dinamika Penyusunan E-Modul. Penerbit Adab, 2021.

15

Anda mungkin juga menyukai