“RUANG KEMUNING”
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Manajemen Keperawatan
Dosen Pengampu : Ns. Muadi, M.Kep
Disusun Oleh :
Nursari 422J0013
Iim Muslimah 422J0096
Nuraena 422J0031
Evi Febrianti 422J0012
Neneng Sumiasih 422J0104
Akmal Jamaludin 422J0010
Mira Silviana 422J0017
Tedi Khoirul R 422J0016
Kurniah 422J0035
Reinal Dwityas 422J0108
Risca Meliana Saefani 422J0109
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.1 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................4
1.3 Manfaat Penulisan.....................................................................................5
BAB II......................................................................................................................7
TINJAUAN TEORITIS...........................................................................................7
2.1 Konsep Manajemen Keperawatan.................................................................7
2.1.2 Proses Manajemen Keperawatan...........................................................8
2.1.3 Komponen Sistem Manajemen Keperawatan......................................11
2.1.5.3 . Peran dan Fungsi Perawat..................................................................17
1. Kepala Ruangan..........................................................................................17
2. Perawat Primer (PP)/Ketua Tim.................................................................18
3. Perawat Asosiet (PA)/Perawat Pelaksana......................................................20
2.2 Konsep Perencanaan................................................................................22
BAB III..................................................................................................................25
KAJIAN SITUASIONAL MANAJEMEN KEPERAWATAN............................25
3.1 Analisa Situasi Ruangan..........................................................................25
3.2 Analisa SWOT........................................................................................27
3.3 Perumusan dan Prioritas Masalah...........................................................29
3.4 POA (Plan of Action)..............................................................................29
BAB IV..................................................................................................................30
PEMBAHASAN....................................................................................................30
BAB V....................................................................................................................32
SIMPULAN DAN SARAN...................................................................................32
5.1 SIMPULAN.............................................................................................32
5.2 SARAN...................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
ii
LAMPIRAN...........................................................................................................34
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Manaje
men
keperawatan
adalah suatu
proses
menyelesaik
an suatu
pekerjaan
melalui
perencanaan,
pengorganisa
sian,
pengarahan
dan
pengawasan
dengan
menggunaka
n sumber
daya secara
efektif,
efisien dan
rasional
dalam
memberikan
pelayanan
bio-psiko-
1
sosial-
spiritual
yang
komprehensi
f pada
individu,
keluarga,
dan
masyarakat,
baik yang
sakit maupun
yang sehat
melalui
proses
keperawatan
untuk
mencapai
tujuan yang
telah
ditetapkan
(Asmuji,
2015).
Profesi
onalisasi
keperawatan
merupakan
proses
dinamis
dimana
profesi
2
keperawatan
yang telah
terbentuk
mengalami
perubahan
dan
perkembang
an
karakteristik
sesuai
dengan
tuntutan
profesi dan
kebutuhan
masyarakat.
Profesionalis
asi
merupakan
proses
pengakuan
terhadap
sesuatu yang
dirasakan,
dinilai, dan
diterima
secara
spontan oleh
masyarakat.
Keperawatan
Indonesia
sampai saat
3
ini masih
berada dalam
proses
mewujudkan
keperawatan
sebagai
profesi.
Sebagai
profesi,
keperawatan
dituntut
untuk
memiliki
kemampuan
intelektual,
interpersonal
,
kemampuan
teknis, dan
moral.
Keperawatan
sebagai
pelayanan/as
uhan
profesional
bersifat
humanistis,
menggunaka
n pendekatan
holistis,
dilakukan
4
berdasarkan
ilmu dan kiat
keperawatan,
berorientasi
pada
kebutuhan
objektif
klien,
mengacu
pada standar
profesional
keperawatan
dan
menggunaka
n etika
keperawatan
sebagai
tuntutan
utama.
Perawat
dituntut
untuk selalu
melaksanaka
n asuhan
keperawatan
dengan benar
atau rasional
dan baik atau
etis
(Nursalam,
2015).
5
Pelaya
nan asuhan
keperawatan
yang optimal
akan terus
menjadi
tuntutan bagi
organisasi
pelayanan
kesehatan.
Proses
registrasi dan
legislasi
keperawatan
mulai terjadi
sejak
diakuinya
keperawatan
sebagai
profesi, sejak
tumbuhnya
pendidikan
tinggi
keperawatan
(S1
Keperawatan
dan Ners),
serta sejak
berlakunya
Undang-
Undang No.
6
23 Tahun
1992 tentang
Kesehatan
dan
Permenkes
No.
1239/2001
tentang
Registrasi
dan Praktek
Perawat.
Namun
pelaksanaan
Permenkes
No.
1239/2001
tersebut
masih perlu
mendapatkan
persiapan-
persiapan
yang optimal
oleh profesi
keperawatan.
Hal ini
disebabkan
adanya
beberapa
kendala yang
dihadapi,
meliputi:
7
belum ada
pengalaman
dalam
memberikan
pengakuan
terhadap
praktik
keperawatan;
belum ada
pemahaman
tentang
wujud dan
batasan dari
praktik
keperawatan
sebagai
praktik
keperawatan
profesional;
dan jenis
serta sifat
praktik
keperawatan
profesional
yang harus
dikembangk
an. Menurut
Grant dan
Massey
(1997) dan
Marquis dan
8
Huston
(1998), jenis
metode
pemberian
asuhan
keperawatan
yang
profesional
ada 4
metode,
yaitu metode
fungsional,
metode
kasus,
metode tim,
dan metode
primer.
Keempat
metode
tersebut
dikenal
dengan
Model
Praktik
Keperawatan
Profesional
(Nursalam,
2015).
Upaya
penyelengga
9
raan menjaga
dan
meningkatka
n kualitas
pelayanan
kesehatan di
rumah sakit
tidak terlepas
dari peran
penting
profesi
keperawatan,
dimana
perawat
sebagai
pemberi
asuhan
keperawatan
harus
mampu
melaksanaka
n proses
keperawatan
sesuai
standar.
Indonesia
berupaya
mengemban
gkan Model
Praktik
Keperawatan
10
Profesional
(MPKP)
untuk
mewujudkan
pelayanan
kesehatan
yang
berkualitas
dan
profesional.
Kemajuan
jaman
menuntut
perawat
sebagai salah
satu tenaga
kesehatan
untuk
bersikap
profesional
yang
diwujudkan
di bidang
pelayanan
kesehatan
rumah sakit.
Pengembang
an Model
Praktik
Keperawatan
Profesional
11
(MPKP)
memungkink
an perawat
profesional
mengatur
pemberian
asuhan
keperawatan
termasuk
lingkungan
untuk
menopang
pemberian
asuhan
tersebut.
Penge
mbangan
MPKP
merupakan
upaya
banyak
negara untuk
meningkatka
n mutu
asuhan
keperawatan
dan
lingkungan
kerja
perawat. Di
12
berbagai
negara,
pengembang
an ini
mendapat
dukungan
yang besar
dari
Departemen
Kesehatan
dan dari
organisasi
profesi
(Hoffart dan
Woods,
1996;
Pearson,
1997).
Pengembang
an MPKP
juga menjadi
strategi
berbagai
rumah sakit
untuk
membuat
perawat
betah bekerja
di suatu
rumah sakit
yang sering
13
dikenal
dengan
istilah
magnet
hospital.
(Scott,
Sochalski,
dan Aiken,
1999 dikutip
oleh Sitorus,
2013).
Rumah
Sakit Umum
Daerah
Waled
Cirebon
adalah salah
satu rumah
sakit yang
menerapkan
Model
Praktik
Keperawatan
Professional
(MPKP)
termasuk di
dalamnya
adalah
ruangan
kemuning.
14
Sistem
penugasan di
ruangan
kemuning
sendiri
menggunaka
n metode
Tim.
Struktur
organisasi
terdiri dari:
Kepala
Ruangan,
Ketua Tim
Pasien Laki-
Laki, Ketua
Tim Pasien
Perempuan
dan Perawat
Pelaksana/Pe
rawat
Asosiet,
yang
menjalankan
peran dan
fungsi
masing –
masing
berdasarkan
tugas dan
tangung
15
jawab
sebagaimana
terlampir
dalam buku
standar
model
praktik
keperawatan
profesional
yang
ditetapkan
oleh Komite
Keperawatan
Rumah
Sakit.
Metode
perawatan
tim di Ruang
Kemuning
telah
berjalan
dengan baik.
Namun
tingkat
keberhasilan
metode
tersebut
tentunya
dipengaruhi
oleh kinerja
dari perawat
16
yang ada,
mulai dari
Kepala
Ruangan,
Ketua Tim
dan Perawat
Pelaksana.
Sehingga
diperlukan
kerja sama
yang baik,
kekompakan
dan saling
percaya satu
dengan yang
lainnya.
Dengan
demikian,
Model
Praktik
Keperawatan
Profesional
benar-benar
akan
terlaksana
dengan baik.
Kinerja
perawat
merupakan
salah satu
17
indikator
penting
dalam
penilaian
mutu
pelayanan
Rumah
Sakit, salah
satunya
adalah
kinerja dari
Perawat
Pelaksana.
Sebagai
perawat
pelaksana
tentunya
mempunyai
peran dan
fungsi
tersendiri,
hal tersebut
sudah
dilaksanakan
oleh perawat
pelaksana
yang ada di
ruangan
Kemuning.
salah satu
tugas dari
18
Perawat
Pelaksana
yaitu
membuat
rencana
kegiatan
harian.
Penerapan
manajemen
keperawatan
di ruangan
dan
dilaksanakan
dalam empat
tahapan
proses
manajemen
antara lain:
perencanaan,
pengorganisa
sian,
pengarahan
dan
pengendalian
.
Perencanaan
merupakan
bagian dari
fungsi
manajemen
mendasar
19
dan paling
awal yang
akan
menyeleksi
prioritas,
hasil dan
metode
untuk
memperoleh
hasil yang
diinginkan.
Berdas
arkan
pengumpula
n data yang
telah
dilakukan
oleh
kelompok
mengenaiper
encanaan
dari Perawat
Pelaksana,
Ketua Tim
dan Kepala
Ruangan
telah
mempunyai
buku laporan
masing-
20
masing tim
untuk
mendokume
ntasikan
perkembang
an pasien
kelolaan
masing-
masing.
Namun
catatan
harian
Perawat
Pelaksana
tidak ada
keseragaman
antara satu
dengan yang
lainnya dan
pencatatanny
a belum
terarah. Di
samping itu,
Perawat
Pelaksana
juga tidak
memiliki
format
rencana
harian untuk
dilaksanakan
21
pada shift-
nya.
Sehingga
berdasarkan
data tersebut,
maka
kelompok
mengangkat
masalah
mengenai
belum
optimalnya
catatan
perencanaan
harian
Perawat
Pelaksana
yang
mempengaru
hi efektifitas
dan efisiensi
kerja harian
perawat.
Oleh karena
itu untuk
mengatasi
masalah
tersebut
dipandang
perlu untuk
dibuat
22
sebuah
format
rencana
kegiatan
harian
Perawat
Pelaksana.
25
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
31
b. Mengetahui intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan
doagnosa.
c. Menerima akontabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan
oleh perawat .
d. Menerima akuntabilitas hasil kegiatan keperawatan.
Menurut Suyanto, 2013 keperawatan terdiri dari:
a. Manajemen Pelayanan Keperawatan
Pelayanan keperawatan di Rumah Sakit dikelola oleh bidang
perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1) Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan)
2) Manajemen menengah (kepala unit pelayanan / supervisor)
3) Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)
32
keperawatan yang dibutuhkan. Klasifikasi tingkat
ketergantungan pasien menurut Douglas (1984), adalah :
1. Minimal Care
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24
jam/dengan kriteria :
a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b) Makan dan minum dilakukan sendiri
c) Ambulasi dengan pengawasan.
d) Observasi tanda- tanda vital dilakukan tiap shiff
e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
f) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
2. Parsial Care
Memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria :
a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
c) Ambulasi dibantu, Pengobatan lebih dan sekali
d) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur.
3. Perawatan Intensif
Perawatan total care memerlukan waktu 5-6/24 jam dengan
kriteria :
a) Segalanya diberikan atau dibantu
b) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
c) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena
d) Pemakaian suction
e) Gelisah atau disorientasi
2.1.5.2 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Sejalan dengan perkembangan dan perubahan pelayanan kesehatan
yang terjadi di Indonesia, maka model sistem asuhan keperawatan
berubah mengarah pada suatu praktik keperawatan profesional. Model
33
sistem asuhan keperawatan yang dapat dikembangkan adalah tim,
primer, dan kasus (Nursalam, 2015).
Kasus Berdasarkan pendekatan holistis dari filosofi Manajer
keperawatan. Perawat bertanggungjawab terhadap keperawatan
asuhan dan observasi pasien tertentu dengan rasio
pasien : perawat = 1 : 1. Setiap pasien ditugaskan
kepada semua perawat yang melayani
kebutuhannya pada saat dia dinas. Pasien akan
dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap
shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan
dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode ini umumnya dilakukan untuk
perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti
isolasi atau perawatan intensif.
Tim Enam sampai tujuh perawat profesional dan Ketua tim
perawat pelaksana bekerja sebagai suatu tim,
disupervisi oleh ketua tim. Metode ini
menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap sekelompok pasien, perawat
ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim yang terdiri dari
tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam
satu tim kecil yang saling membantu.
Primer Berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dan Perawat
filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab primer (PP)
terhadap semua aspek asuhan keperawatan dari
hasil pengkajian kondisi pasien untuk
mengkoordinasikan asuhan keperawatan. Rasio 1 :
4 atau 1 : 5 (perawat : pasien). Metode penugasan
dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan
34
pasien mulai dari pasien masuk hingga keluar
rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian
perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana
asuhan dan pelaksana. Metode ini ditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara
perawat dan pasien yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan, dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
1) Identifikasi masalah.
2) Menyusun alternatif penyelesaikan masalah.
3) Pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan
melaksanakannya.
4) Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian
masalah.
Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada
langkah- langkah proses keperawatan yaitu :
1) Pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi
lebih holistic.
2) Diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari
masalah masalah keperawatan.
3) Rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah.
4) Implementasi rencana, dan
35
5) Evaluasi hasil tindakan.
6) Dokumentasi Keperawatan
40
2.2 Konsep Perencanaan
2.2.1 Pengertian
Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen. Perencanaan
adalah pandangan ke depan dan merupakan fungsi yang paling penting
tentang suatu rencana kegiatan yang berisi tujuan apa yang harus
dicapai, bagaimana cara mencapainya, tempat kegiatan tersebut
dilaksanakan, bagaimana indikator/tolak ukur untuk mencapai tujuan
serta kegiatan apa yang harus dilakukan selanjutnya atau berkelanjutan.
Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam
meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu
pelayanan keperawatan dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan.
Dengan melihat pentingnya fungsi perencanaan, dibutuhkan
perencanaan yang baik dan profesional. Perencanaan yang baik harus
berdasarkan sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standar,
fleksibel, seimbang, dan menggunakan sumber-sumber yang tersedia
terlebih dahulu secara efektif dan efisienn (Swansburg, 1993).
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 2014).
Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan
tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu
dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan.
2.2.2 Jenis Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan
Dalam manajemen keperawatan kegiatan perencanaan adalah
membuat perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka
pendek. Perencanaan jangka pendek atau disebut juga “Perencanaan
operasional” adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu jam
sampai dengan satu tahun, perencanaan jangka menengah adalah
perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu hingga lima tahun
(Marquis & Huston, 1998), sedangkan perencanaan jangka panjang
41
atau sering disebut “perencanaan strategis” adalah perencanaan yang
dibuat untuk kegiatan tiga samapai dengan dua puluh tahun
(Swansburg, 1993).
Dalam ruang perawatan, perencanaan biasanya hanya dibuat
untuk jangka pendek. Menurut Keliat, dkk (2016), rencana jangka yang
dapat diterapkan di ruang di ruang perawatan adalah rencana harian,
rencana bulanan dan rencana tahunan.
a. Rencana Harian
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-
masing perawat yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencan
harian ini dibuat oleh kepala ruang, ketua tim/perawat primer, dan
perawat pelaksana.
b. Rencana Bulanan
Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu
bulan. Rencana bulanan ini harus disinkronkan dengan rencana
harian. Rencana bulanan dibuat oleh kepala ruang dan ketua
tim/perawat primer.
c. Rencana Tahunan
Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali.
Rencana tahunan disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun
sebelumnya. Rencana tahunan dibuat oleh kepala ruang.
2.2.3 Rencana Harian Perawat Pelaksana
Rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan
untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana
harian dari perawat pelaksana ini harus terorganisir, terarah, benar-
benar dipahami dan dilaksanakan karena tindakan dari perawat
pelaksana langusng berhubungan dengan pelayanan keperawatan
kepada pasien.
Rencana harian perawat pelaksana meliputi kegiatan : operan,
pre conference dan post conference, melaksanakan tindakan asuhan
keperawatan, dan mendokumentasikan asuhan keperawatan. Penilaian
42
rencana harian perawat berguna untuk menilai keberhasilan dari
perencanaan harian dilakukan melalui observasi menggunakan
instrumen dan mengisinya setiap hari oleh setiap ketua tim.
43
BAB III
KAJIAN SITUASIONAL
MANAJEMEN KEPERAWATAN
Perawat Perawat
Pelaksana Pelaksana
Pasien Pasien
44
Ruang kemuning dipimpin oleh kepala ruangan yang terdiri dari 2
ketua tim dan 13 perawat pelaksana.
3.1.3 Sarana Fisik dan Fasilitas Ruang Perawatan
Ruang kemuning terdiri dari ruang nurse station, kamar mandi
khusus peralatan dan 6 kamar perawatan pasien dan 1 kamar
perawatan isolasi lengkap dengan AC, Toilet meja dan kursi masing-
masing kamar perawatan.
Kapasitas ruangan kemuning adalah 28 tempat tidur dengan
klasifikasi kamar menggunakan abjad A,B untuk pasien laki-laki,
C,D untuk pasien perempuan, E,F untuk pasien laki-laki atau
perempuan sedangkan kamar isolasi dikhususkan untuk pasien-
pasien yang mendapatkan perawatan khusus.
45
18. Tromol Besar 1 Baik
19. Tromol Kecil 1 Baik
20. Timbangan 2 1 Baik, 1 rusak
21. Lampu Tindakan 1 Baik
22. Troli 5 Baik
23. Troli Obat 1 Baik
24. Rak Obat 1 Baik
25. Loker Pegawai 1 Baik
26. Lemari Pendingin 1 Baik
27. Telepon 2 Baik
28. Handphone 1 Baik
29. Komputer 2 Baik
30. Printer 1 Baik
31. Troli Emergency 2 Baik
32. Sofa 2 Set Baik
33. LED Film Viewer 1 Baik
34. Lemari Obat 1 Baik
3.1.4 Ketenagaan
Ruangan kemuning dikelola oleh tenaga keperawatan yang
berjumlah 16 perawat dengan tingkat pendidikan D3 keperawatan
11 orang dan S1 Ners 5 Orang.
3.2 Analisa SWOT
1. Strenght (Kekuatan)
a. Ruang Kemuning adalah ruangan perawatan bedah kelas 3 dengan
menerima semua jaminan kesehatan baik dari pemerintah, instansti
swasta maupun pribadi.
b. Ruang kemuning memiliki kapasitas 28 tempat tidur dengan
jumlah perawat sebanyak 16 Seluruhnya dapat memudahkan
pelayanan asuhan keperawatan
46
c. Terdapat SOP dan SAK diruangan
d. Memberikan edukasi tidak hanya kepada pasien melainkan kepada
keluarga juga yang dilakukan setiap pagi
e. Pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan meliputi
pengkajian serta diagnosa keperawatan sampai dengan evaluasi
menggunakan SOAP dan SBAR.
f. Memberikan keperawatan terbaik dengan menerapkan standar
pelayanan keperawatan yang profesional.
2. Weaknes (Kelemahan)
a. Jadwal masuk dinas tidak sesuai dengan jam yang sudah ditentukan.
b. Alat dan bahan seperti oksimeter, tensimeter, suhu, termogan tidak
berfungsi dengan baik.
c. Untuk pasien yang akan dilakukan operasi tidak hanya dilakukan
penandaan saja melainkan harus mencantumkan lokasi serta ukuran
yang akan dilakukan tindakan operasi.
d. Tidak adanya penandaan pasien dengan resiko jatuh
e. Pada pendokumentasian asuhan keperawatan perawat masih belum
optimal dalam melakukan pengkajian pada penerimaan pasien baru
secara optimal
f. Pada pendokumentasian laporan keperawatan belum tertulis tentang
tingkat ketergantungan pasien
3. Oportunity (Peluang)
a. Ruang kemuning digunakan sebagai lahan praktek S1 atau Profesi
keperawatan sehingga memungkinkan adanya pemaparan berbagai
informasi baru dunia keperawatan.
b. Adanya kolaborasi antara mahasiswa dengan perawat.
c. Adanya kesempatan perawat untuk mengikuti pelatihan, seminar,
serta melanjutkan pendidikan kejenjang selanjutnya.
4. Threat (Ancaman)
a. Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Diruangan Masih
Rendah.
47
b. Adanya Tuntutan Dari Masyarakat Untuk Mendapatkan Pelayanan
Yang Lebih Profesional
c. Meningkatnya Kesadaran Masarakat Tentang Tangung Jawab Dan
Tanggung Gugat Perawat Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan.
48
BAB IV
PEMBAHASAN
49
2. Ketua tim lebih mudah mengevaluasi rencana keperawatan yang telah
dilaksana oleh perawat pelaksana
3. Serah terima : setelah dilakukan keseragaman dalam penulisan catatan
perencanaan harian perawat pelaksana melakukan operan sesuai dengan
waktunya.
50
BAB V
5.1 SIMPULAN
5.2 SARAN
5.2.1 Diharapkan penggunaan format catatan perencanaan kerja harian
perawat pelaksanaan, dapat menjadi acuan/perbandingan dalam
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan Rumah Sakit.
5.2.2 Diharapkan dapat menjadi kelengkapan dalam pengisian
dokumentasi keperawatan, sehingga perawat mengisi dokumentasi
keperawatan secara lengkap. Hal tersebut agar informasi asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien terlihat jelas.
51
DAFTAR PUSTAKA
52
LAMPIRAN
53
54
Nama perawat
Ruangan Kemuning
Tanggal 5 Januari 2023
Nama Pasien Tn. X
Diagnosa Medis Appendicitis
Waktu Rencana Tindakan
Operan
07.30
Pre Conference
08.00 Tindakan 1
09.00 Tindakan 2
10.00 Tindakan 3
11.00 Tindakan 4
12.00 Istirahat
13.00 Tindakan 5
13.30 Pre Conference
14.00 Operan
Format catatan perencanaan perawat pelaksana setiap shift
55