Machine Translated by Google

Artikel ini diunduh oleh: [Perpustakaan Universitas Kuil]

Pada: 16 November 2014, Pukul: 00:16
Penerbit: Routledge
Informa Ltd Terdaftar di Inggris dan Wales Nomor Terdaftar: 1072954 Kantor terdaftar:
Rumah Mortimer, 37-41 Mortimer Street, London W1T 3JH, Inggris

Geografi Sosial & Budaya

Detail publikasi, termasuk petunjuk untuk penulis dan informasi berlangganan:

http://www.tandfonline.com/loi/rscg20

Merasa tidak aman: akun pribadi dengan suara

psikoanalitik
Liz Petinju
sebuah

Konseling dan Psikoterapi, The University of Edinburgh, Edinburgh, UK, Diterbitkan

online: 14 Jan 2014.

Mengutip artikel ini: Liz Bondi (2014) Merasa tidak aman: akun pribadi dengan suara psikoanalitik, Geografi Sosial & Budaya, 15:3,
332-350, DOI: 10.1080/14649365.2013.864783

Untuk menautkan ke artikel ini: http://dx.doi.org/10.1080/14649365.2013.864783

SILAKAN SCROLL KE BAWAH UNTUK ARTIKEL

Taylor & Francis melakukan segala upaya untuk memastikan keakuratan semua informasi ("Konten") yang terkandung dalam publikasi
di platform kami. Namun, Taylor & Francis, agen kami, dan pemberi lisensi kami tidak membuat pernyataan atau jaminan apa pun
mengenai keakuratan, kelengkapan, atau kesesuaian untuk tujuan Konten apa pun. Setiap pendapat dan pandangan yang diungkapkan
dalam publikasi ini adalah pendapat dan pandangan penulis, dan bukan merupakan pandangan atau didukung oleh Taylor & Francis.
Keakuratan Konten tidak boleh diandalkan dan harus diverifikasi secara independen dengan sumber informasi utama. Taylor dan Francis
tidak akan bertanggung jawab atas kerugian, tindakan, klaim, proses, tuntutan, biaya, pengeluaran, kerusakan, dan kewajiban lain apa
pun atau bagaimanapun penyebabnya yang timbul secara langsung atau tidak langsung sehubungan dengan, sehubungan dengan atau
timbul dari penggunaan Konten.

Artikel ini dapat digunakan untuk tujuan penelitian, pengajaran, dan studi pribadi. Setiap reproduksi substansial atau sistematis,
redistribusi, penjualan kembali, pinjaman, sub-lisensi, pasokan sistematis, atau distribusi dalam bentuk apapun kepada siapa pun
secara tegas dilarang. Syarat & Ketentuan akses dan penggunaan dapat ditemukan di http://www.tandfonline.com/page/terms-and-
conditions
 Machine Translated by Google

Geografi Sosial & Budaya, 2014 Vol. 15, No.

3, 332–350, http://dx.doi.org/10.1080/14649365.2013.864783

Merasa tidak aman: akun pribadi

dengan suara psikoanalitik

Konseling dan
Psikoterapi Liz Bondi , Universitas Edinburgh, Edinburgh, Inggris,
liz.bondi@ed.ac.uk

Konsep keamanan ontologis telah diambil dalam geografi manusia terutama melalui formulasi
Giddens ' (1990, 1991) , tetapi idenya berasal dari tulisan-tulisan psikoanalis eksistensial RD
Laing. Kembali ke konsep dasar psikoanalitik, saya menggunakan sketsa otobiografi untuk
membangkitkan dan mengeksplorasi apa artinya merasa tidak aman. Dengan menggunakan
ilustrasi melankolis yang diinformasikan secara psikoanalitik, kecemasan akut biasa, dan
pemisahan yang tidak disadari, saya mengembangkan geografi emosional pribadi yang subjektif
tentang rasa tidak aman, dan saya berhati-hati agar tidak membingungkan kepastian dengan keamanan ontologis.

Kata kunci: ketidakamanan, perasaan, psikoanalisis, keamanan ontologis, otobiografi, geografi

emosional.
[Perpustakaan
November
Universitas
Diunduh
00:16
2014
pada
Kuil]
oleh
16

pengantar gagasan kepercayaan, adalah dasar perasaan keamanan

Memperdebatkan pentingnya konsep 'keamanan' di seluruh
disiplin geografi, Philo (2012: 2-3, penekanan asli) menarik
gagasan 'keamanan ontologis', dengan kebangkitannya
tentang 'manusia terdekat' geografi' dari pengalaman yang
diwujudkan, untuk membuat kasus relevansi pertanyaan
keamanan untuk geografi 'yang ingin tetap dekat dengan
apa yang mereka anggap sebagai atribut skala manusia
yang khas dari geografi manusia'. Penggunaan geografis
dari konsep 'keamanan ontologis' paling sering mengutip
formulasi Giddens' (1990: 92):
ontologis; karenanya keduanya terkait erat secara
psikologis
Bagi Giddens, rasa aman ontologis adalah pencapaian
psikologis yang memungkinkan kebanyakan orang,
sebagian besar waktu, untuk menerima begitu saja—untuk
memercayai—bahwa dunia kita sehari-hari yang biasa
dapat diandalkan dan dapat diandalkan. Untuk berteori
pencapaian psikologis ini, ia menggunakan ide-ide
perkembangan dari beberapa psikoanalis, termasuk
terutama Winnicott (1971) dan Erikson (1950) serta Laing
([1959] 1965), yang, seperti yang dicatat oleh Philo (2012:
3), menciptakan frase 'keamanan ontologis'.

Ungkapan tersebut mengacu pada keyakinan yang
dimiliki sebagian besar manusia dalam kesinambungan
identitas diri mereka dan dalam keteguhan lingkungan
sosial dan material di sekitarnya. Sebuah rasa
keandalan orang dan benda, yang sangat penting untuk
Catatan Giddens tentang keamanan ontologis telah
diambil oleh ahli geografi di dua bidang utama.
Pertama, dan yang paling menonjol, telah digunakan dalam
studi tentang dampak psiko-sosial perumahan, di mana
perdebatan telah difokuskan pada apakah, dan jika demikian.

q 2014 Taylor & Francis

 Machine Translated by Google
bagaimana, perumahan memberikan rasa aman pada
penghuninya (lihat, misalnya, Colic-Peisker dan
Johnson 2010; Dupuis dan Thorns 1998; Hiscock,
Kearns, MacIntyre dan Ellaway 2001; Kearns, Hiscock,
Ellaway dan MacIntyre 2000). Studi-studi ini berfokus
terutama pada apa yang orang katakan tentang makna
rumah mereka dan tidak berusaha untuk menggali
secara mendalam perasaan subjektif kepercayaan
atau keamanan mereka di lingkungan mereka.
Memang, kadang-kadang, formulasi Giddens
digambarkan sebagai 'terlalu psikologis' (Dupuis dan
Thorns 1998: 30). Dalam literatur ini, oleh karena itu,
ada sedikit minat dalam dasar-dasar psikoanalitik
konsep.
Area kedua di mana konsep tersebut telah diambil
oleh ahli geografi, meskipun hanya sesekali, adalah
dalam eksplorasi pengalaman stres dan kesusahan
(Davidson 2000; Valen tine 1998; Waite, Valentine dan
Lewis 2014).
Contoh mencolok dari relevansi khusus untuk makalah
ini diberikan oleh akun otobiografi Valentine (1998)
yang sangat mengejutkan karena menjadi sasaran
[Perpustakaan
November
Universitas
Diunduh
00:16
2014
pada
Kuil]
oleh
16
kampanye pelecehan yang sangat pribadi. Dia
menelusuri dampak panggilan telepon anonim dan
surat kebencian pada perasaan ruang di mana dia
tinggal dan bekerja pada saat itu, menulis rasa
pelanggaran yang datang karena tidak mampu
'mengamankan batas' ruang sehari-harinya. rumah dan
pekerjaan (Valentine 1998: 323). Dia memberikan
penjelasan yang jelas tentang hancurnya
kepercayaannya yang biasa dan diterima begitu saja
pada 'geografi pribadinya', yang, sebelum pelecehan
dimulai, sebagian besar tidak terlihat olehnya.
Menggunakan formulasi Giddens, Valentine (1998)
dengan kuat membangkitkan bagaimana rasanya
mengalami keamanan ontologis seseorang yang
berada di bawah tekanan ekstrem karena fitur-fitur
utama kehidupan sehari-hari telah kehilangan
keandalannya. Para pengungsi dan pencari suaka
yang dikutip oleh Waite, Valentine dan Lewis (2014),
bersama dengan narasi suaka fiktif yang dieksplorasi oleh Noxolo
Merasa tidak aman 333
(2014), juga menyuarakan kehidupan yang hidup
dalam kondisi yang sangat menegangkan, di mana
dunia luar tidak dapat diandalkan. Seperti yang
dijelaskan oleh teks-teks ini dan lainnya, para pengungsi
dan pencari suaka menderita banyak kehilangan
keamanan: setelah melarikan diri keadaan yang dirasa
sangat merugikan jika tidak mengancam jiwa, mereka
mungkin menemukan bahwa keamanan yang
seharusnya di negara-negara suaka membuat mereka
terpapar, dan menjebak mereka. dalam, keadaan yang
sangat genting, termasuk kerja paksa dan bentuk-
bentuk pemiskinan yang berpotensi merendahkan.
Kesaksian dari mereka yang hidup dalam kondisi
genting seperti itu membangkitkan dalam diri pembaca
perasaan tentang bagaimana rasanya kehilangan
sumber keamanan eksternal yang sudah dianggap
biasa. Pada saat yang sama, akun yang disajikan oleh
Waite, Valentine dan Lewis (2014) bergema dengan
rasa marah pada eksploitasi, penindasan dan
prasangka. Para pengungsi dan pencari suaka ini tahu
bahwa mereka pantas mendapatkan yang lebih baik
dan hal yang sama berlaku untuk akun Valentine
(1998) . Oleh karena itu saya berpendapat bahwa,
meskipun ada perpecahan signifikan dalam 'kekekalan
lingkungan sosial dan material di sekitarnya', Waite,
Valentine, dan orang yang diwawancarai Lewis,
bersama dengan Valentine, tampaknya telah
mempertahankan setidaknya tingkat 'kepercayaan diri
[ . ..] dalam identitas diri mereka' (Giddens 1990: 92).
Hal ini menunjukkan bahwa, dalam hal formulasi
Giddens (1990) , meskipun di bawah tekanan kuat,
keamanan ontologis mereka telah bertahan,
memberikan perlindungan terhadap rasa harga diri dan
keyakinan mereka pada kemungkinan lingkungan yang
menguntungkan bahkan sebagai realitas eksternal.
ulangi edly mengecewakan mereka.
Dalam tulisan ini, saya berusaha untuk melengkapi
akun keamanan ontologis ini di bawah tekanan kuat
dengan membangkitkan dan mengeksplorasi perasaan
tidak aman yang biasa dan tidak biasa yang mungkin
secara wajar disebut ontologis, dialami dalam kondisi
keamanan material dan hak istimewa. Ini bukan
tanggapan untuk
 Machine Translated by Google
334 Liz Bondi
tekanan eksternal yang ekstrem seperti orang yang
tiba-tiba menjadi sasaran penguntitan, atau anggota
keluarga yang melarikan diri dari penganiayaan dan
kemudian terjebak dalam kemiskinan, atau bahkan
mereka yang didiagnosis menderita penyakit mental.
Sebaliknya, saya berpendapat bahwa pengalaman
ketidakamanan yang biasa ini adalah bagian biasa dari
kehidupan sehari-hari biasa, yang sebagian besar dari
kita rasakan setidaknya beberapa waktu tetapi yang
biasanya cukup cepat dan yang mungkin hampir tidak
diperhatikan apalagi diakui. Tujuan saya dalam
mengeksplorasi perasaan tidak aman yang biasa ini
ada dua. Pertama, saya berusaha untuk mengambil,
mengedepankan dan menghidupkan pemikiran
psikoanalitik yang merupakan bagian integral dari akun
Laing dan Giddens tentang keamanan ontologis
(dalam). Dengan demikian, saya berharap untuk
membuat versi konsep yang lebih kaya tersedia, yang
mengakui interaksi dinamis antara perasaan aman dan
tidak aman, yang, saya sarankan, bersama-sama
biasanya mengilhami perasaan kita tentang siapa dan
bagaimana kita berada di dunia. Kedua, maksud saya
[Perpustakaan
November
Universitas
Diunduh
00:16
2014
pada
Kuil]
oleh
16
adalah untuk menyampaikan ide-ide ini melalui
pembangkitan perasaan secara performatif serta
melalui argumen konseptual. Lebih khusus lagi, dengan
membangkitkan pengalaman biasa dari perasaan tidak
sembuh, saya bertujuan untuk menerangi pemahaman
tentang keamanan ontologis dan ketidakamanan
ontologis sebagai sebuah kontinum di mana kita semua
harus bergerak, kadang-kadang dengan kecepatan
tinggi, bukan sebagai perbedaan biner yang
menempatkan dan memperbaiki masing-masing. dari kita dalam
judulsalah satu saya
Untuk mencapai tujuan ini, di bagian berikutnya saya
menawarkan diskusi singkat tentang keputusan
metodologis saya untuk menarik pengalaman saya
sendiri melalui sketsa otobiografi untuk menguraikan
argumen saya. Saya kemudian beralih ke akun asli
Laing tentang keamanan ontologis dan ketidakamanan,
menarik dua poin kunci tentang formulasinya. Setelah
ini, saya menyajikan dan membahas tiga sketsa
otobiografi pendek yang menceritakan momen yang
diambil dari periode paruh kedua tahun 2011 ketika
saya bekerja
pada—atau setidaknya menuju—persiapan makalah
akademis untuk publikasi. Dalam diskusi ini, saya
menarik beberapa kontribusi untuk apa yang
berkembang menjadi tradisi hubungan objek Inggris
psikoanalisis (untuk gambaran umum, lihat Gomez
1997) di mana Laing ([1959] 1965) dan Giddens (1990,
1991) diandalkan untuk teori mereka tentang keamanan
ontologis.2 Di bagian akhir makalah ini, saya
mengembangkan analisis lebih lanjut, dengan
menggunakan akun Klein ([1946] 1991) tentang proses
pemisahan yang tidak disadari untuk menawarkan apa
yang mungkin disebut geografi emosional pribadi dari
perasaan tidak aman. Dengan melakukan itu, saya
berhati-hati agar tidak membingungkan kepastian
dengan keamanan ontologis.
Menjelajahi perasaan (saya)
Tulisan ini berawal dari sebuah undangan untuk
berbicara di sebuah konferensi dengan judul 'insecure
self/ feeling insecurities'. Undangan semacam itu dapat
dipahami sebagai panggilan untuk mengambil posisi
keahlian dalam kaitannya dengan orang lain yang
sedang atau merasa tidak aman, mungkin terutama
karena saya, antara lain, seorang dokter paruh waktu
di bidang konseling dan psikoterapi. Oleh karena itu,
saya mungkin dianggap tahu tentang perasaan tidak
aman yang membawa orang ke pengaturan klinis
sebagai klien, pasien, atau pengguna layanan.3 Ketika
saya bertanya-tanya tentang bagaimana menanggapi
tersebut, dari dua kategori
khawatir diskrit.
tentang bahaya dan
perangkap mengambil posisi seperti itu. posisi, mungkin
yang paling jelas dari 'lain' diri dan perasaan yang saya
mungkin, sebagai ahli diduga, berbicara. Daripada
berbicara tentang orang lain, saya memilih untuk
mengambil risiko solipsisme dan narsisme dengan
menggunakan diri saya untuk menggambarkan dan
mempermasalahkan apa yang mungkin dimaksud
dengan perasaan tidak aman. Demikian juga dalam
versi tertulis ini, saya menggunakan diri saya untuk menawarkan eksplorasi
Geografer telah beralih ke diri mereka sendiri untuk
bahan sumber karena berbagai alasan dan dalam
 Machine Translated by Google
berbagai cara (Moss 2001; Purcell 2009).
Yang paling umum, bahkan terkadang rutin, adalah
komentar refleksif tentang interaksi antara dunia
subjektif peneliti dan partisipan penelitian mereka.
Komentar semacam itu digunakan untuk
mengkontekstualisasikan materi empiris, untuk
menunjukkan bagaimana situasional dan konstruksi
bersama, dan kadang-kadang untuk menekankan
keraguan dan batasan interpretatif (Finlay 2002; Rose
1997). Namun, mereka biasanya tidak memusatkan
pengalaman peneliti sendiri sebagai fokus utama
mereka, yang, dalam geografi, merupakan langkah
yang lebih jarang dilakukan. Ketika gerakan otobiografi
yang lebih eksplisit dibuat, itu mungkin memerlukan
penyajian narasi diri untuk tujuan tertentu, seperti
menawarkan perspektif seseorang tentang peristiwa
tertentu (lihat, misalnya, Billinge, Gregory dan Martin
1984), atau berbicara tentang dan bertentangan
dengan asumsi normatif disiplin geografi dan praktik
rutin lembaga pendidikan tinggi (misalnya, Domosh
2000; Pulido 2002; Purcell 2007), atau menghidupkan
konsekuensi manusia dari proses geopolitik (Sidaway
[Perpustakaan
November
Universitas
Diunduh
00:16
2014
pada
Kuil]
oleh
16
2008). Terkadang materi pribadi digunakan secara
analitis untuk mengilustrasikan sebuah tema, seperti
dalam akun Gill Valentine (1998) tentang dampak
geografis pelecehan dan diskusi Longhurst (2012)
tentang ruang dan politik penurunan berat badan.
Dalam makalah ini, saya menggunakan diri saya dalam
cara yang hampir sama, berusaha menyampaikan ide-
ide psikoanalitik tentang apa artinya merasa tidak
aman dengan menggambar pada sketsa otobiografi
yang dibangun untuk berbicara tentang momen-momen
dalam kehidupan kerja saya (juga lihat Bondi 1999).
Tantangan metodologis berlimpah dalam setiap
eksplorasi perasaan, karena banyak kontribusi untuk
bidang afektif dan emosional
geografi membuktikan (untuk pilihan kecil, lihat Bennett
2009; Bondi 2005, 2014; Evans 2012; Harrison 2007;
Pile 2010). Beralih ke pengalaman sendiri dapat
menghindari beberapa jebakan berbicara tentang,
dengan dan melalui suara-suara
Merasa tidak aman 335
lain, tetapi menimbulkan kesulitan metodologis
sebanyak itu diselesaikan. Rose (1997: 311) telah
mengkritik upaya para peneliti (feminis) untuk membuat
diri mereka 'transparan' kepada peserta penelitian
mereka dan kepada pembaca mereka sebagai 'trik-
dewa' (atau 'trik-dewi') yang lain, sebaliknya bersikeras
pada kekeliruan dari semua pengetahuan yang kami
hasilkan. Klaim pengetahuan berdasarkan introspeksi
dan kesaksian orang pertama tidak berbeda dengan
yang didasarkan lebih eksternal. Kontributor geografi
non-perwakilan telah mengajukan argumen terkait
tentang 'kompleksitas dan ketidakpastian yang
tersembunyi di balik kesaksian yang tampaknya
lugas' (Carter-White 2012: 287; juga lihat Dewsbury
2003; Harrison 2007). Juga dalam nada ini, Noxolo
(2014) mengeksplorasi praktik keamanan tubuh melalui
sebuah novel yang diriwayatkan oleh narator yang
sangat ambigu yang 'kesaksiannya' berulang kali
menimbulkan ketidakpastian pada pembaca tentang
apa yang harus dipercaya dan dengan siapa harus
diidentifikasi.
Dalam daftar psikoanalitik, sentralitas ketidaksadaran
berarti bahwa apa yang mungkin kita katakan tentang
diri kita sendiri selalu merupakan cerita sampul yang
menyembunyikan, mungkin berusaha menyembunyikan
kebenaran lain yang berpotensi lebih signifikan (Callard
2003; Phillips 1995). Sketsa otobiografi dalam makalah
ini tidak berbeda. Dengan menjadikan diri saya sebagai
sumber, oleh karena itu, saya tidak mengklaim
mengetahui diri saya sendiri atau merasa aman dalam
pengetahuan saya, jika tidak dalam keberadaan saya.
Sebaliknya, niat saya adalah untuk menarik diri saya sendiri
untuk mengeksplorasi bagaimana saya merasakan,
menceritakan, dan berefleksi dengan berbagai cara yang
mengekspresikan, membingungkan, mengejutkan, khawatir,
dan menentang perasaan saya yang berubah tentang siapa
saya di dunia.4 Tersirat dalam pembingkaian ini adalah idenya.
bahwa suara orang pertama tunggal yang saya andalkan adalah
konstruksi atau sesuatu yang saya lakukan, tepi berjumbai yang
ingin saya bangkitkan. Dalam hal ini saya secara implisit
menggemakan Butler (2005), yang, mengacu pada Cavarero
(2000), berpendapat bahwa untuk memberikan penjelasan tentang diri sendiri tid
 Machine Translated by Google

336 Liz Bondi

keterlibatan intim orang lain. Tradisi psikoanalisis konferensi abstrak) tetapi hanya ditulis pada bulan
hubungan objek, yang menginformasikan akun yang Maret 2012. Ekstrak yang disertakan dalam makalah
saya tawarkan di sini, memahami kepribadian sebagai ini dipilih dari teks yang lebih panjang dan diedit ringan
relasional inheren, dibangun melalui kebutuhan bawah untuk presentasi konferensi dari mana makalah ini
sadar kita dan interaksi dengan orang lain, terutama telah berkembang. Saya menggunakan hadiah
tetapi tidak hanya pengasuh utama kita. bersejarah untuk sketsa otobiografi itu sendiri (seperti
yang saya lakukan dalam teks asli) di mana saya
Menulis itu sendiri merupakan proses relasional berusaha untuk membangkitkan pengalaman diri saya
yang bergantung pada pembaca aktual atau imajinasi seolah-olah dalam waktu nyata. Setelah menyajikan
untuk menghasilkan saya sebagai penulis. Dalam setiap sketsa, saya menawarkan pengamatan reflektif
upaya untuk membangkitkan perasaan yang saya untuk menghubungkan konsep-konsep psikoanalitik
tulis, saya secara eksplisit mengundang pembaca utama dan di mana saya sesekali menggunakan
untuk mengidentifikasi elemen-elemen dari akun saya. alamat orang kedua. Di bagian utama teks (termasuk
Proses identifikasi ini mengacu pada pengalaman sketsa dan komentar reflektif), saya bertujuan untuk
mengenali aspek orang lain dari diri sendiri dan pengalamannya
tetap sendiri.
dekat dengan pengalaman yang digambarkan,
Mengenali diri sendiri dalam diri orang lain bisa sangat dengan catatan kaki yang memberikan koneksi
bermasalah, terutama jika itu bersandar pada, atau tambahan dengan literatur yang menjadi sandaran
mengarah pada, asumsi bahwa pengalaman orang cerita saya.
lain sama seperti pengalamannya sendiri, atau
sebaliknya. Ini berisiko menghilangkan atau menjajah
pengalaman orang lain, menyangkal perbedaan
Bergantung pada ontologis (dalam) keamanan
mereka dan dengan demikian tentu salah mengenali
[Perpustakaan
November
Universitas
Diunduh
00:16
2014
pada
Kuil]
oleh
16

mereka.5 Meskipun proses identifikasi membawa

risiko ini, terutama jika diberlakukan dengan mudah
dan tanpa rasa disonansi, ketika tentatif dan parsial,
mereka juga tetap membuka kemungkinan bentuk
pengakuan yang tidak menyangkal atau menghapus
perbedaan, dan yang mendukung rasa kemanusiaan
bersama.6 Dalam konteks perangkap dan kemungkinan
identifikasi, satu keuntungan dari memanfaatkan
pengalaman saya sendiri adalah bahwa, sebagai
penulis dan subjek penelitian , risiko yang saya ambil
adalah risiko yang, pada tingkat sadar, saya pilih untuk
diambil, termasuk pemahaman saya bahwa saya tidak
tahu motivasi bawah sadar apa yang mungkin bekerja,
berlaku dalam pembicaraan dan tulisan saya.7 Sketsa
otobiografi yang terdiri Temukan bahan empiris yang
disajikan dan dikerjakan makalah ini dengan
mengacu pada periode antara Agustus dan Oktober
2011. Mereka muncul sebagai bagian dari banyak
teks nger pertama kali dikonseptualisasikan pada
November 2011 (via a
Dalam kata-kata Laing ([1959] 1965: 39 –42):
Seorang pria [dan untuk memperbarui penggunaan bahasa
Laing, seorang wanita juga] mungkin memiliki rasa
kehadirannya di dunia sebagai orang yang nyata, hidup,
utuh, dan, dalam arti temporal, orang yang berkelanjutan.
Dengan demikian, dia [atau dia] dapat hidup di dunia dan
bertemu orang lain: dunia dan orang lain yang dialami
sama nyata, hidup, utuh, dan berkelanjutan.
Orang yang pada dasarnya aman secara ontologis seperti
itu akan menghadapi semua bahaya kehidupan, sosial,
etika, spiritual, biologis, dari perasaan yang kuat secara
terpusat tentang realitas dan identitas dirinya dan orang
lain. [ ... ]
Ini [rasa keamanan ontologis], bagaimanapun, mungkin
tidak demikian. Individu dalam keadaan hidup yang biasa
mungkin merasa lebih tidak nyata daripada nyata; dalam
arti harfiah, lebih banyak mati daripada hidup; sangat
berbeda dari yang lain
 Machine Translated by Google
dunia, sehingga identitas dan otonominya selalu
dipertanyakan. [ ... ]
Tentu saja, tidak dapat dielakkan bahwa seorang individu yang
pengalaman dirinya [atau dirinya] dalam tatanan ini tidak dapat
lebih hidup di dunia yang 'aman' daripada dia [atau dia] dapat
merasa aman 'dalam dirinya sendiri' [atau dirinya sendiri].
Dua aspek dari kutipan ini memiliki relevansi khusus
untuk argumen saya. Pertama, Laing
mempresentasikan orang tersebut sebagai orang
yang tidak dapat dipisahkan dari dunianya. Dia tidak
menganggap pikiran seseorang terisolasi atau
diabstraksikan dari dunia di mana dia tinggal.
Kalimat terakhir dari perikop di atas menunjukkan
bahwa dia memikirkan keamanan ontologis dan
ketidakamanan ontologis sebagai properti yang
dimiliki secara bersamaan oleh orang dan dunianya,
pada pengalaman interior dan lingkungan eksternal,
pada dunia seperti yang dirasakan dan realitas yang
dihadapi.8 Dengan kata lain, Laing berpendapat
bahwa pengalaman kita tentang dunia luar yang
kita huni sebagai aman atau tidak aman dapat
[Perpustakaan
November
Universitas
Diunduh
00:16
2014
pada
Kuil]
oleh
16
dipahami sebagai setidaknya sebagian yang
dihasilkan oleh kualitas dunia interior kita.
Ini bukan untuk menyangkal kebalikannya—bahwa
kondisi di dunia luar mempengaruhi bagaimana
kita merasa di dalam. Namun, poin Laing adalah
bahwa 'bahaya [atau kemalangan] biasa dalam
kehidupan, sosial, etika, spiritual, biologis' tidak
dengan sendirinya menentukan pengertian
menyeluruh kita tentang bagaimana kita berada di
dunia, oleh karena itu pengamatan saya di atas
tentang kisah-kisah di mana kemarahan pecah di
lingkungan sehari-hari berfungsi untuk
menggambarkan kelangsungan hidup keamanan
ontologis di bawah tekanan. Sebaliknya, keadaan
ke dalam ketidakamanan logis dapat dialami bahkan
dalam 'keadaan biasa', ketika penderita menjadi
'sangat berbeda dari dunia', yang menjadi fokus saya dalam
Oleh karena itu, menurut Laing, pemahaman
geografi keamanan dan ketidakamanan memerlukan
pertimbangan fenomenologis.
Merasa tidak aman 337
antarmuka antara dunia interior dan eksterior.
Rumusan Laing berasal dari perpaduan antara
pemikiran psikoanalitik dan eksistensial. Berikut ini,
saya mengilustrasikan relevansinya dan beberapa
bacaan psikoanalisis terkait dengan cara kita berpikir
tentang perasaan tidak aman.
Inti dari pemikiran saya adalah gagasan tentang
lalu lintas yang berkelanjutan antara interior dan
eksterior, diri sendiri dan orang lain, yang
pergerakannya menghasilkan perasaan, diri, dan
dunia yang kita huni (Bondi 2005).
Kedua, dalam kutipan yang saya kutip, Laing
dapat dibaca sebagai pengaturan perbedaan biner
antara orang-orang yang secara ontologis aman
dan mereka yang tidak. Namun, dia juga
menyarankan lebih banyak gradasi pengalaman
ketika dia menggambarkan orang yang secara
ontologis tidak aman memiliki 'ambang keamanan
yang rendah' (Laing [1959] 1965: 42, penekanan
asli). Dalam mengilustrasikan bentuk kecemasan
yang terkait dengan ketidakamanan ontologis,
contoh pertama yang digunakan Laing adalah
seorang pria muda yang menunjukkan dalam
perilaku dan ucapannya gejala penyakit psikotik
yang jelas. Tapi Laing ([1959] 1965: 43-44) secara
eksplisit menentang saran bahwa pasien yang
bersangkutan dapat secara wajar digambarkan
sebagai 'gila', sehingga mempertanyakan oposisi
biner antara kewarasan dan kegilaan. Secara lebih
umum, karya Laing dalam usaha seperti
pengembangan komunitas terapeutik Kingsley Hall
secara eksplisit menangguhkan demarkasi antara
normal dan abnormal, waras dan gila (McGeachan
2010; Miller 2004). Mungkin beberapa fitur
bermasalah dan kacau yang menyertai
kecemerlangan kreatifnya sendiri dapat dipahami
dengan cara yang sama untuk mempertanyakan
gagasan bahwa sebagian dari kita waras, baik dan
normal, sementara yang lain tidak, bahwa sebagian
darimakalah ini.secara ontologis sementara yang lain
kita aman
aman. bukan. Dalam sketsa otobiografi dan diskusi
berikutnya, saya mengikuti Laingin yang menolak
korespondensi antara kegilaan dan ketidakamanan ontologis.
 Machine Translated by Google
338 Liz Bondi
Menyerah (Agustus 2011)
Pada tanggal 1 Agustus 2011, setelah 43 bulan yang melelahkan
saya dibebaskan dari peran manajemen jangka tetap di Universitas
saya. Saya segera menambahkan bahwa peran ini tidak ada
hubungannya dengan Geografi, di mana saya sebelumnya dan
jauh lebih senang melakukan tugas sebagai Kepala. Tapi sekarang
saya merasa sangat lelah dan punggung saya sakit sekali.9 Orang-
orang mengatakan kepada saya bahwa saya harus merasa bangga
dengan apa yang telah saya capai selama waktu saya dalam peran
ini, tetapi pada saat ini saya terlalu sakit, terlalu lelah, terlalu
demoralisasi dan terlalu sengsara untuk merasakan kesenangan
dalam pekerjaan yang telah saya lakukan. Apa yang disiapkan
untuk saya selama beberapa bulan mendatang adalah transisi
kembali menjadi akademisi biasa tetapi saya meragukan
perhatian
kemampuan saya untuk memulihkan apa yang saya butuhkan untuk kembali
ke beasiswa saya. sayang—juga terasa nyata.
Saat Agustus berlalu, saya merasa semakin buruk. Beberapa kali
saya menampilkan penampilan luar yang berfungsi, memberikan
umpan balik kepada mahasiswa tentang draf disertasi, menanggapi
rekan kerja. Tapi semuanya memakan waktu lama dan saya
merasa bahwa saya melakukan gerakan secara robotik. Saya
[Perpustakaan
November
Universitas
Diunduh
00:16
2014
pada
Kuil]
oleh
16
bertanya-tanya bagaimana saya akan menemukan energi untuk
menyiapkan makalah konferensi untuk awal September, yang pasti
harus saya selesaikan sebelum kembali ke makalah yang telah
saya janjikan untuk disampaikan untuk jurnal edisi khusus tentang
penelitian dan terapi.
Kehidupan di luar pekerjaan direduksi menjadi fungsi kosong.
Perbedaan antara terjaga dan tertidur menjadi semakin kabur.10
Segera setelah memulai peran manajemen saya menangguhkan
praktik konseling kecil saya, menyadari bahwa sumber daya pribadi
saya berada di bawah terlalu banyak tekanan dalam peran
universitas saya sehingga saya cukup tersedia secara emosional
untuk bekerja dengan klien. Saya malah berusaha untuk menghidupi
diri sendiri dengan menjadi konsumen terapi lagi, tetapi bahkan
dalam psikoterapi saya sendiri, saya merasa seperti zombie.11
Saya bisa menulis kali ini hanya dalam retrospeksi. Saya
ingat merasa hampir tidak bisa berpikir
dan sama-sama tidak dapat menerima kata-kata,
perhatian, atau kebaikan orang lain.
Saya harap Anda mengenali dalam narasi ini gema
dari akun Laing tentang karakteristik kematian dan
ketidaknyataan dari ketidakamanan ontologis. Dalam
kata-kata Laing ([1959] 1965: 42), saya merasa 'lebih
tidak penting daripada substansial, dan tidak dapat
berasumsi bahwa hal-hal [ ... Saya]
terbuat dari [ ... adalah] asli, bagus dan berharga'.
Keterlibatan saya dengan orang-orang di sekitar saya
dan dengan dunia luar secara lebih umum, pada saat
itu, tidak membantu saya mendapatkan kembali rasa
realitas saya sendiri karena kualitas mematikan yang
saya bawa ke dalam interaksi saya dengan orang lain,
tidak ada yang berhubungan dengan saya— bahkan
dan kasih
Beberapa dekade sebelum Laing menulis tentang
ontologis (dalam) keamanan, Freud ([1917] 2005)
menggambarkan melankolis dengan membedakannya
dari berkabung. Keduanya, menurutnya, sering kali
berasal dari 'pengaruh lingkungan' seperti 'kehilangan
orang yang dicintai' (Freud ([1917]
2005: 203)). Keduanya berarti 'hilangnya minat pada
dunia luar, hilangnya kemampuan untuk mencintai'.
Tetapi hanya dalam melankolis penderita mengalami
apa yang disebut Freud 'pengurangan harga diri yang
luar biasa, pemiskinan besar ego' (Freud ([1917] 2005:
205)).
Dia menyebut perbedaan antara dunia dan jiwa untuk
mengarahkan titik pulang, sedangkan 'Dalam berkabung,
dunia telah menjadi miskin dan kosong, dalam melankolis
itu adalah ego yang telah menjadi begitu' (Freud [1917]
2005: 205-206 ). Dalam kasus saya sendiri, dunia luar
saya tidak secara intrinsik dimiskinkan tetapi penipisan
psikis saya membuat pengalaman saya tentang diri saya
dan lingkungan saya 'lebih mati daripada hidup' (Laing
[1959] 1965: 42).
Betapapun jujur dan otentiknya, akun saya, tentu
saja, bukanlah narasi yang polos. Saya telah mengakui
bahwa saya hanya dapat menulisnya dalam retrospeksi
dan, oleh karena itu, berdasarkan ingatan yang tetap
jelas bagi saya saat saya
 Machine Translated by Google
mulai pulih. (Pengalaman untuk bangkit dari rasa kematian
dan memulihkan keaktifan saya adalah inti dari keinginan
saya untuk menulis ini.) Narasi saya sama sekali tidak
mendahului keterlibatan saya dengan tulisan-tulisan Laing,
Freud, dan lainnya, tetapi menggunakan mereka untuk
melakukan pekerjaannya. Deskripsi saya tentang
pengalaman yang saya hadirkan secara retrospektif sangat
kurang vitalitasnya sehingga, pada saat itu, saya bahkan
tidak dapat mencoba untuk menyampaikannya kepada
orang lain, tentu mengacu pada leksikon yang tersedia,
diinformasikan oleh kisah klasik melankolis dan
ketidakamanan ontologis serta oleh narasi dan kritik
kontemporer tentang apa yang kemudian disebut depresi.12
Saya sangat tidak nyaman dengan medikalisasi depresi,
yang membingkainya sebagai penyakit yang menimpa
individu yang menerima perawatan. Saya tidak menyangkal
bahwa pengobatan ini—farmakologis dan psikologis—dapat
memberikan banyak kelegaan bagi banyak penderita.
(Memang saya bisa menceritakan kisah jalan saya sendiri
[Perpustakaan
November
Universitas
Diunduh
00:16
2014
pada
Kuil]
oleh
16
ke bidang konseling dan psikoterapi yang berasal dari
pengalaman psikoterapi saya selama periode yang jauh
lebih awal di mana saya menderita melankolia/depresi.)
Namun, ketika panggilan untuk diagnosis dan pengobatan
(psikologis) bertumpu terutama pada argumen ekonomi
(The Center for Econ omic Performance 2006), dan
infrastruktur pengobatan berikutnya mengindustrialisasi
'terapi bicara' dalam model Taylor (Chapman 2012),
pemikiran kritis sangat penting. Tampaknya bagi saya
penting untuk mempertimbangkan munculnya depresi dan
medisisasinya sebagai gejala proses budaya yang mungkin
merusak kapasitas kolektif kita untuk berkabung (Leader
2009), dan karena itu mengurangi daripada memperluas
praktik penyembuhan (Taylor 2007). Saya berpendapat
bahwa munculnya apa yang kemudian disebut depresi perlu
dipahami dalam konteks ini. Apakah kita mengidentifikasi
diri kita sebagai penderita atau tidak, itu telah memperoleh
Merasa tidak aman 339
kehadiran yang meresap yang berdampak pada kita semua.
Dilihat sebagai manifestasi dari ketidakamanan ontologis
Laingian, depresi mempengaruhi diri kita dan dunia kita
secara bersamaan.
Kecemasan (September 2011)
Pada awal September, entah bagaimana saya menemukan energi
untuk menyusun presentasi konferensi saya. Saya telah memesan
tiket saya untuk perjalanan kereta api antar kota selama empat jam.
Pertama saya harus melakukan perjalanan ke Edinburgh dengan
layanan komuter lokal yang biasanya memakan waktu sekitar 20 menit.
Menunggu kereta komuter lokal saya, saya mendaftar bahwa saya
telah memotongnya sedikit baik. Naik kereta yang sudah telat
beberapa menit, kegelisahanku memuncak. Itu terus meningkat.
Kereta melambat, dipercepat, melambat lagi.
Jantungku berdegup kencang, perutku melilit dan mengerut, telapak
tanganku berkeringat, mulutku kering. Aku terus melihat arlojiku,
mencoba menghitung yang tak terhitung. Ketinggalan kereta antar
kota itu tampak seperti malapetaka, yang secara mental akan saya
lawan. Itu tidak boleh terjadi, pasti tidak akan terjadi, jika aku
berkonsentrasi entah bagaimana kereta ini akan melaju lebih cepat!
Saya mulai merasa bahwa kecemasan saya akan menghancurkan
saya dan bahwa saya akan larut menjadi genangan air di lantai.
Tapi, tanpa terasa, suara lain masuk, membayangkan apa yang
akan 'benar-benar' terjadi jika saya benar-benar kehilangan koneksi.
Bagaimana itu tidak akan menjadi akhir dunia, bagaimana,
kemungkinan besar, akan ada kereta lain yang akan membawa saya
ke konferensi tepat waktu untuk mempresentasikan makalah saya.
Dan bagaimana harga tiket baru akan membuat saya marah tetapi
akan tertahankan. Dengan cara ini, saya mulai menenangkan diri.
Ketika perjalanan kereta api 30 menit saya mendekati
penyelesaiannya, hati saya tidak lagi berpacu, saya tidak lagi takut
akan kehancuran.13 Kereta komuter saya melaju ke stasiun pusat
kota yang saya kenal dengan baik, dan saya melihat ke seberang
kereta saya berada dimaksudkan untuk berada tepat saat ia memulai
akselerasinya yang lamban menjauh dari platform lain. Beberapa
detik kemudian, saya turun dari kereta lokal saya dan berjalan
seperti seorang musafir yang keren, tenang, dan membosankan
melintasi halaman depan stasiun untuk mencari tahu.
 Machine Translated by Google
340 Liz Bondi
ketika kereta berikutnya ke tujuan yang saya tuju
berangkat.14
Saya tidak sendirian dalam kadang-kadang gagal
menavigasi jalan saya melintasi koordinat waktu – ruang15
seperti yang saya rencanakan atau maksudkan, baik karena
peristiwa yang benar-benar tidak terduga, kecerobohan,
salah perhitungan, atau beberapa kombinasi faktor.
Bagaimana kegagalan tersebut dialami sangat bervariasi,
tetapi saya membayangkan bahwa setidaknya beberapa
dari Anda mungkin mengenali akun saya pada tingkat
emosional, baik dalam kaitannya dengan kereta, bus, atau
pesawat yang hilang,16 atau serangkaian peristiwa lain
yang biasanya menimbulkan kecemasan dari setiap orang.
kehidupan sehari-hari. Jika Anda melakukannya, maka kita
sama-sama merasakan risiko merasa tidak aman di kulit
kita sendiri. Ketika kita terjerumus ke dalam perasaan tidak
aman seperti itu, kita berhenti memiliki kepercayaan pada
koherensi dan kontinuitas bentuk tubuh kita dan pada
kapasitas kita untuk 'menghidupi dunia' (Laing [1959] 1965:
39).
Seperti sketsa pertama saya, narasi saya mungkin tulus
[Perpustakaan
November
Universitas
Diunduh
00:16
2014
pada
Kuil]
oleh
16
dan otentik, tetapi pada saat yang sama bergantung pada
penjelasan normatif budaya tentang kecemasan akut biasa
yang dipicu oleh kecelakaan kecil dalam kehidupan sehari-
hari . ' dengan cepat, menyusun ulang diri saya sendiri
tanpa dukungan atau bantuan terbuka dari orang lain. Tidak
ada yang tak terelakkan tentang ini; seandainya saya tetap
dalam cengkeraman kecemasan akut lebih lama, sesama
penumpang dan staf stasiun mungkin akan berhadapan
dengan penumpang yang tampak tertekan, membutuhkan
semacam bantuan. Di antara banyak faktor yang tidak
diragukan lagi membantu saya untuk menenangkan diri
adalah bahwa saya tahu bahwa saya dapat membeli tiket
lain: keamanan ekonomi membuat dunia saya kurang
menakutkan daripada yang seharusnya, membantu saya
menahan atau mengatur pengalaman kecemasan akut saya
dan berkontribusi pada kapasitas saya untuk bepergian.
Kecemasan kronis, bukan akut, adalah pusat dari akun
Laing ([1959] 1965: 43)
ketidakamanan ontologis di mana ia menggambarkan
kehidupan bawah sadar penderita sebagai terus-menerus
diliputi oleh ancaman pembubaran melalui menelan,
ledakan atau membatu yang dapat mengakibatkan dunia
menjadi tempat yang tidak bisa lagi berbagi dengan orang
lain. rakyat'. Tetapi Laing juga menyarankan bahwa
kerentanan terhadap versi yang lebih cepat dari perasaan
seperti itu sangat luas, menulis bahwa 'kita semua hanya
dua atau tiga derajat Fahrenheit' dari keadaan kecemasan
mendalam yang terkait dengan ketidakamanan ontologis
sehingga '[bahkan] sedikit demam, dan seluruh dunia dapat
mulai mengambil aspek penganiayaan dan
pelanggaran' (Laing's ([1959] 1965: 46)). Ilustrasi saya
menunjukkan bahwa bahkan tanpa demam seperti yang
dirujuk Laing, kecemasan tetap bisa mencapai 'tingkat
demam', yang menimbulkan ketakutan akan kehancuran.
Dalam keadaan biasa, kecemasan yang intens seperti itu
mereda dengan cukup cepat, dan, seperti dalam catatan
saya, diingat sebagai gangguan singkat pada mode
keberadaan yang lebih normatif. Namun, banyak penderita
kronis hidup dalam ketakutan terus-menerus akan kualitas
serangan kecemasan yang berlebihan (Davidson 2003).
Dalam kisah saya tentang ketinggalan kereta itu, saya
menggambarkan perasaan diri saya yang meluncur menuju
keruntuhan di mana kecemasan akan menghancurkan saya.
Tetapi ketika gejala fisik kecemasan meningkat, saya juga
menenangkan diri, mengumpulkan diri saya sendiri.18 Pada
saat yang sama merasakan jenis kecemasan eksistensial
yang dijelaskan oleh Laing, saya terhubung kembali dengan
kapasitas saya untuk bertindak sebagai manusia yang
kompeten dan berfungsi normal. Dengan melakukan itu,
saya menempatkan diri saya sebagai narator dari hidup
saya sendiri. Akulah yang ketinggalan kereta; Akulah yang
dapat menjelaskan periode tiga puluh menit pembubaran
dan komposisi ulang itu; Saya adalah master (atau mungkin
nyonya) dari alam semesta kecil saya sendiri. 'Saya' yang
tampaknya agen dan tunggal ini adalah salah satu aspek
dari siapa saya, tetapi bukan satu-satunya. Saya tidak ingin
 Machine Translated by Google
terkecoh dengan membayangkan dia menjadi diri saya,
tetapi saya juga tidak ingin hidup tanpa kapasitas untuk
sepenuhnya menghuni kompetensi menghadap ke luar
yang dia sediakan untuk saya.19 Kecemasan akut yang
biasa, saya sarankan, berfungsi untuk mengingatkan
kita semua bahwa kapasitas kita untuk mendekati akun
Laing ([1959] 1965) atau Giddens ' (1990) tentang rasa
aman secara ontologis secara paradoks rapuh. Dengan
kata lain, deskripsi keamanan ontologis ini menghadirkan
tipe ideal yang secara intrinsik tidak dapat dicapai.
Mereka bergantung pada rasa batasan yang jelas dan
stabil yang membedakan diri kita dari dunia yang kita
huni. Saya berpendapat bahwa kejelasan dan stabilitas
seperti itu adalah fiksi normatif yang disangkal oleh
pengalaman kecemasan biasa
Kata-kata dan tanpa kata-kata (Oktober 2011)
Sepulang dari konferensi, saya membuka kertas yang telah saya
[Perpustakaan
November
Universitas
Diunduh
00:16
2014
pada
Kuil]
oleh
16
janjikan untuk edisi khusus jurnal. Saya berjuang untuk menulis.
Saya mungkin merasa lebih baik daripada yang saya lakukan
pada bulan Agustus, tetapi saya belum pulih dari pukulan
beberapa tahun terakhir. Setiap hari saya mengerjakan kertas
yang sepertinya saya hapus sebanyak yang saya tulis. Keraguan
menyelimuti setiap kata. Saya tidak percaya pada kemampuan
saya untuk menulis sesuatu yang layak untuk ditulis. Aku bahkan
tidak bisa menahan rasa dari apa yang aku coba katakan. Saya
memarahi diri sendiri karena meninggalkannya begitu terlambat,
dan karena merasa begitu sulit. Aku berjalan tanpa harapan hari
demi hari, minggu demi minggu. Ini terasa seperti api penyucian;
waktu berdiri diam dalam rasa sakit yang menyiksa.
Namun, entah bagaimana, dan saya tidak pernah mengerti
bagaimana, kertas untuk edisi khusus mulai terbentuk. Tiga
minggu setelah tanggal jatuh tempo dan tepat sebelum beban
mengajar saya meningkat, saya mengirimkan hasilnya ke editor
tamu jurnal.21 Saya sangat lega.
Saya diam-diam sangat senang dengan usaha saya, akhirnya
merasakan kreativitas saya sendiri sekali lagi. Bahkan saya
merasa gembira; di dunia fantasi saya, saya hampir menulis
setengah lusin buku! aku mungkin benci
Merasa tidak aman 341
proses menulis tetapi saya sangat menyukai pancaran tulisan.
Ada absurditas dalam mencoba menyampaikan dengan
kata-kata tertulis pengalaman tidak bisa menulis. Saya
mungkin ingin mengomunikasikan perasaan tanpa kata-
kata yang tidak pernah berakhir tetapi kata-kata saya
harus menutupi alih-alih menyampaikan pengalaman
ini.22 Dan apa yang saya gambarkan sebagai tidak
menulis, secara paradoks, disertai dengan kertas yang
sedang ditulis. Jika menulis dipahami sebagai proses
bawah sadar serta proses sadar, dan jika, seperti yang
dikatakan Freud ([1901] 2002: 265, catatan kaki 16)
dahulu kala, 'ketidaksadaran itu abadi', dalam kehidupan
bawah sadar saya tidak ada perbedaan antara momen
dan keabadian.
Ketika saya menulis mungkin saya merasakan keabadian
pemrosesan bawah sadar bahkan ketika saya secara
sadar berjuang untuk menemukan, menghapus,
mengganti, dan menyusun ulang kata dan kalimat.
Deskripsi saya tentang keputusasaan dan kesedihan
kembali menggemakan kisah Laing tentang konsekuensi
ketidakamanan ontologis, yang membuat dunia penderita
menjadi sangat bermusuhan dan mengancam. Tetapi
dalam pemulihan saya dari perasaan seperti itu,
kegembiraan yang telah saya gambarkan pasti sama
tidak realistisnya, bergema dengan rasa kemahakuasaan
yang sekuat dan berlebihan seperti impotensi tak
berdaya sebelumnya.
Polaritas ini juga terbukti dalam kisah saya menyadari
bahwa saya mungkin ketinggalan kereta antar kota: saya
merasa diri saya menyerah pada — atas belas kasihan
— manifestasi kecemasan yang semakin intensif, dan
saya berfantasi bahwa dengan kekuatan kemauan saya
dapat membuat kereta yang saya tumpangi melaju lebih
cepat. Pergerakan saya di antara ekstrem-ekstrem ini
tidak terpikirkan dan tidak reflektif: saya sepertinya
'berbalik' dari satu ke yang lain, tidak menyadari
kontradiksi di antara mereka, hampir seolah-olah saya
menghuni dua dunia yang kontras secara bersamaan.
Perasaan yang tampaknya tidak proporsional, fantastik,
dan mungkin keterlaluan ini, yang tentunya
memanifestasikan hilangnya rasa aman
 Machine Translated by Google
342 Liz Bondi
koneksi ke realitas bersama, adalah yang saya pelajari
sejak lama untuk tidak dibicarakan dan melakukan yang
terbaik untuk mengabaikannya. Tetapi jika tanggapan
terhadap presentasi konferensi saya adalah sesuatu yang
harus dilakukan, saya tentu bukan satu-satunya orang
yang hampir ditulis, saya telah memisahkan diri dari dan
yang biasanya sangat berfungsi yang menjadi mangsa mereka.23
Pergantian antara keadaan ketidakberdayaan dan
kemahakuasaan adalah gejala dari apa yang oleh
psikoanalis dari Freud dan seterusnya disebut
pemisahan.24 Secara umum, pemisahan adalah
pertahanan bawah sadar di mana berbagai aspek
pengalaman, tipikal apa yang baik dan apa yang buruk,
dipisahkan untuk mengerahkan rasa kontrol dalam tak
terkendali
dunia. Ini adalah strategi psiko-spasial di mana kita
menemukan apa yang dirasa tidak dapat dibandingkan
perasaan di tempat yang berbeda. Klein ([1946] 1991)
berpendapat bahwa pemisahan memungkinkan
perkembangan, memungkinkan jenis kepercayaan yang
diperlukan untuk realisasi sesuatu yang mirip dengan
keamanan ontologis Laing di dunia yang secara intrinsik
tidak dapat diprediksi dan berbahaya. Dengan kata lain,
[Perpustakaan
November
Universitas
Diunduh
00:16
2014
pada
Kuil]
oleh
16
untuk memercayai dan mengalami keamanan ontologis,
kita sebenarnya perlu menyangga diri kita sendiri dari
kecemasan eksistensial yang berpotensi berlebihan karena
hidup di dunia yang tidak terduga dan berpotensi brutal di
mana realitas mentahnya adalah bahwa kita, atau mereka
yang kita andalkan. , bisa mati mendadak dan tak terduga.
Bagi Klein ([1935] 1991), saat kita menjadi lebih mampu
memahami dunia di sekitar kita dan memahami tempat
kita dalam hubungannya dengan orang lain, kita juga
menjadi lebih mampu menanggung ketidakpastian dan
mengakomodasi perasaan campur aduk.
Pada akun ini, kegigihan fungsi sadar didominasi oleh
pemisahan di luar kebutuhan perkembangan normatif
mengungkapkan rasa sangat genting berada di dunia
secara luas konsisten dengan ketidakamanan ontologis
Laingian. Klein, bagaimanapun, bersikeras bahwa kita
tidak pernah sepenuhnya melepaskan kapasitas kita untuk
membelah dan terus menggunakannya secara rutin untuk
mengelola rasa sakit sadar dan tidak sadar kita.
dan kecemasan. Misalnya, ketika saya mencaci diri sendiri
karena tidak bisa menulis, saya membagi diri saya menjadi
seorang penunda yang buruk dan tidak kompeten yang
menghalangi saya untuk menjadi baik.
Dalam fantasi gembira saya memiliki setengah lusin buku
tidak mengakui saya yang berjuang untuk menulis. Saya
tidak melakukan ini secara sadar atau sengaja dan hanya
dapat mengenali bukti pemisahan ketika saya melihat
kesaksian saya dari sudut pandang yang lebih jauh,
menjadi, seolah-olah, orang asing bagi diri saya sendiri.
Ironisnya, kemampuan saya untuk menulis untuk publikasi
itu sendiri mungkin bergantung pada penolakan saya
untuk menghadapi kontradiksi perasaan saya, sehingga
memungkinkan saya untuk menempati tempat mahakuasa
untuk jangka waktu yang cukup untuk memungkinkan
saya untuk percaya diri mampu menulis sesuatu yang
orisinal. Pemisahan dengan demikian mengganggu
perbedaan kategoris antara keamanan ontologis dan
ketidakamanan ontologis.
Menuju geografi emosional
ketidakamanan biasa
Dalam akun Klein ([1946] 1991) , pemisahan adalah
ekspresi dari proses proyeksi dan introjeksi yang tidak
disadari di mana apa yang tidak dapat ditoleransi di dalam
dipisahkan dan diproyeksikan ke (seharusnya) dunia luar,
sementara sebaliknya, apa yang tidak dapat ditoleransi di
luar. atau hidup tanpa diambil.
Proses tak sadar ini secara paradoks bergantung pada
dan menghilangkan rasa terkurung dan dibedakan dari
dunia sekitarnya: proses tidak hanya bergantung pada
perbedaan antara interior dan eksterior, tetapi juga
memerlukan lalu lintas terus menerus melintasi
batas, dengan demikian terus-menerus membentuk
kembali apa yang dianggap sebagai internal dan eksternal
serta batas di antara mereka. Pemikiran psikoanalitik Klein
yang sangat spa tergambarkan sebagai
 Machine Translated by Google
geografi emosional bawah sadar dinamis yang diekspresikan
dalam cara kita berada di dunia, atau apa yang disebut Bollas
(1989) sebagai idiom pribadi kita.
Dalam menjelaskan bagaimana apa yang ada di dalam
keluar dan apa yang di luar masuk ke dalam, proyeksi dan
introjeksi telah digunakan untuk membantu memahami
berbagai proses sosial, budaya dan organisasi. Sebuah studi
mani dalam nada ini dilakukan oleh Menzies (1960) ke dalam
organisasi keperawatan di rumah sakit umum, yang
menurutnya, didukung oleh upaya mengalahkan diri sendiri
untuk mengelola kecemasan tak sadar dan eksistensial intens
yang pasti dialami oleh mereka yang dekat. kontak dengan
realitas serius
penyakit dan kematian. Analisis klasiknya memiliki relevansi
besar dengan perdebatan saat ini tentang kasih sayang (atau
ketidakhadirannya) dalam perawatan kesehatan kontemporer.
Dalam geografi, Sibley (1995) telah menggunakan ide yang
sama untuk mengeksplorasi geografi pengecualian,
memperhatikan penggerak bawah sadar yang mendukung
ekspresi spasial penolakan, permusuhan, dan kebencian.25
[Perpustakaan
November
Universitas
Diunduh
00:16
2014
pada
Kuil]
oleh
16
Di domain lain, Stein (2011) telah menerapkan ide yang sama
untuk menawarkan wawasan tentang budaya lembaga
keuangan di mana krisis kredit 2008 'diinkubasi'. Catatannya
menunjuk pada penanaman rasa kemahakuasaan yang tidak
realistis (tidak berbeda dari apa yang telah saya gambarkan
dalam diri saya dalam konteks yang berbeda) di lingkungan
di mana kecenderungan penyeimbang ditolak dan
diproyeksikan di tempat lain.
Dalam hal ini, cenderung orang lain yang pikiran dan
tindakannya dibentuk oleh proses bawah sadar ini dan yang,
pada gilirannya, mempengaruhi wacana politik dan budaya
organisasi. Analisis ini menarik, namun tanggapan saya
terhadapnya sering membuat saya khawatir. Apa yang
mengganggu saya adalah kemudahan yang saya temukan
sendiri dis-identifikasi dengan dan dengan demikian
menempatkan diri saya di luar proses yang mereka
gambarkan. Ini terjadi ketika saya berpikir 'saya'
Merasa tidak aman 343
tidak seperti itu' atau 'pasti saya tidak akan terjebak dalam
hal itu' dalam menanggapi impuls eksklusi rasis yang
berpotensi dijelaskan oleh Sibley (1995) atau optimisme yang
berlebihan dan tidak realistis yang dijelaskan oleh Stein
(2011). Ketika saya mendapati diri saya merespons seperti
ini, bagi saya tampaknya saya mengklaim kekebalan dari
dinamika yang dijelaskan dalam akun-akun ini. Paradoksnya,
dengan melakukan itu saya pasti meniru mereka karena,
dengan mengatakan pada diri sendiri 'Saya tidak seperti itu'
atau 'Saya tidak akan terjebak dalam hal itu', saya menyangkal
kerentanan saya terhadap proses proyektif yang dipertaruhkan.
Dalam konteks ini, saya ingin mengejar tema perpecahan
sedikit lebih jauh, menguraikan apa yang mungkin dianggap
sebagai geografi emosional pribadi dari perpecahan yang
dibentuk oleh lokasi kesalahan. Dengan melakukan itu, saya
menarik perhatian pada perbedaan antara kepastian dan
keamanan ontologis. Untuk tujuan ini saya kembali secara
singkat ke dua sketsa otobiografi pertama yang disajikan di
atas.
Di bawah judul 'Menyerah (Agustus 2011)', saya
menggambarkan diri saya menderita kelelahan, deplesi, dan
demoralisasi melankolis. Dengan membedakan pengalaman
ini dari periode sebelumnya, lebih bahagia, dalam peran
manajemen, saya memberi isyarat pada kemungkinan bahwa
pekerjaan itu telah 'menyelesaikan saya' dan oleh karena itu
saya adalah korban dari lingkungan eksternal saya, yang
harus disalahkan atas keadaan batin saya. . Tetapi giliran
saya ke akun Freud tentang melankolis bergerak ke arah
yang berlawanan, yaitu ke penyebab batin, di mana 'orang
melankolis ditakdirkan untuk mengalami rasa tidak bernyawa
yang datang sebagai konsekuensi dari memutuskan diri dari
sebagian besar realitas eksternal' (Ogden 2012: 20). Dalam
hal ini, saya bertanggung jawab atas keadaan buruk saya dan
kesalahan ada di dalam diri saya.26 Di bawah judul
'Kecemasan (September 2011)', saya menggambarkan
respons mendalam saya untuk menyadari bahwa saya
berisiko kehilangan koneksi perjalanan. Dalam akun ini, jika
identitas saya terikat dengan rasa dunia luar sebagai
 Machine Translated by Google
344 Liz Bondi
buruk dan bermusuhan, saya menyalahkan kereta yang
terlambat berjalan dan menganggap diri saya sebagai
korban yang tidak bersalah, mencari kesalahan di luar
siapa saya. Namun, jika berpegang pada rasa hak pilihan
saya sebagai individu yang mengatur diri sendiri sangat
penting bagi saya, saya harus membuat diri saya
bertanggung jawab karena kehilangan koneksi saya, dan
oleh karena itu, saya menemukan kesalahan atas
kegagalan waktu-ruang co penahbisan dalam diriku.
Konseptualisasi ketidakamanan ontologis Laing ([1959]
1965) menyampaikan cara mengalami dunia luar—
termasuk orang lain—sebagai ancaman yang mendalam.
Ini mungkin dibaca sebagai beresonansi dengan lokasi
kesalahan secara eksternal daripada internal. Tapi, seperti
yang saya kemukakan di atas, bagi Laing, interaksi dinamis
antara di dalam dan di luar sedemikian rupa sehingga
ketidakamanan ontologis tentu merupakan milik keduanya.
Akibatnya:
bahaya yang paling ditakuti dapat dengan sendirinya dicakup
untuk mencegah terjadinya mereka yang sebenarnya.
[Perpustakaan
November
Universitas
Diunduh
00:16
2014
pada
Kuil]
oleh
16
Dengan demikian, melepaskan otonomi seseorang menjadi
sarana untuk menjaganya secara diam-diam; bermain posum,
berpura-pura mati, menjadi sarana untuk menjaga kelangsungan
hidup seseorang. (Laing [1959] 1965: 51)
Dalam hal ini, mencari kesalahan secara internal, dan
mengasumsikan rasa tanggung jawab internal—dan
mungkin berlebihan—untuk setiap hal yang salah mungkin
sama ekspresifnya dengan ketidakamanan ontologis
seperti menemukan kesalahan di dunia yang tidak
bersahabat di luar saya.
Pemisahan membuat saya sebagai korban tak berdaya
di bawah belas kasihan, dan dikurangi oleh, eksterior
tercela, atau sebagai penulis mahakuasa kemalangan
saya sendiri, efektif diinokulasi terhadap realitas eksternal.
Ini mungkin terdengar seperti alternatif yang tidak menarik
tetapi mereka menghasilkan apa yang sering dirasakan
sebagai kepastian yang sangat menghibur, terutama di
dunia yang cepat berubah dan seringkali tidak dapat
diprediksi. Mengetahui siapa atau apa yang harus
disalahkan, dan bahkan menyalahkan diri sendiri,
mungkin muncul untuk memberikan bantuan dari
kecemasan ambiguitas, ketidakpastian dan keraguan yang
tak terpecahkan. Contoh-contoh yang saya ambil dari
kehidupan kerja saya sendiri menggambarkan osilasi biasa
antara ekstrem ketidakberdayaan dan kemahakuasaan.
Osilasi ini seringkali hampir tidak terlihat. Memang ketika
saya pertama kali menulis sketsa otobiografi ini, saya tidak
menyadarinya dan hanya ketika merenungkan materi yang
saya buat, saya menjadi sadar bahwa narasi diri saya
memberikan begitu banyak ilustrasi sehari-hari tentang
pemisahan. Ketika fungsi saya didominasi oleh pemisahan,
ambiguitas asli dan keraguan dengan tegas disingkirkan
dari pengalaman diri saya, bahkan ketika saya beralih
antara ketidakberdayaan dan kemahakuasaan. Saya tidak
dapat merenungkan dan dengan demikian mendapatkan
perspektif tentang perasaan saya. Akibatnya, tidak ada
kontradiksi antara posisi-posisi ekstrem. Kepastian (baik
atau buruk) berlaku di dunia internal saya, dan saya
menghasilkan kepastian yang sesuai (sama baik atau
buruk) di dunia luar saya.
Seperti yang telah saya tunjukkan, kepastian psikis
semacam ini terkait erat dengan perasaan tidak aman,
yang pada gilirannya dapat dikenali dalam deskripsi Laing
([1959] 1965) tentang ketidakamanan ontologis. Bagi Laing
([1959] 1965: 39), ketidakamanan ontologis mengganggu
kapasitas kita untuk merasa 'nyata, hidup, utuh, dan
berkelanjutan'. Selain itu, produksi kepastian melalui
pemisahan melindungi kita dari kontak langsung dengan
dilema dan tantangan dalam menegosiasikan realitas
eksternal kita dengan orang lain; itu melindungi kita dari
kekacauan dunia yang benar-benar intersubjektif, dan oleh
karena itu, dalam kata-kata Laing ([1959] 1965: 39),
membuat kita tidak dapat 'hidup di dunia dan bertemu
orang lain'.
Dinamika ini menawarkan lensa psikoanalitik untuk
memahami upaya untuk memastikan, mengkategorikan,
dan memisahkan 'kita' dari 'mereka', diterangi, misalnya,
dalam studi tentang sikap terhadap imigrasi, suaka, dan
identitas nasional (lihat, misalnya, Skey 2010 ; Waite,
Valentine dan Lewis 2014). Tetapi
 Machine Translated by Google
mereka sama-sama relevan dalam kaitannya dengan
desakan saya sendiri bahwa 'saya tidak seperti itu' ketika
saya membaca tentang mereka yang saya nilai
menstigmatisasi orang lain. Kepastian tentang siapa 'kita'
dan 'mereka' hampir selalu menyiratkan bahwa 'kita'
menderita atau dirugikan karena 'mereka', dan bahwa 'kita'
dengan kuat menuntut hak atau kejujuran 'kita'. Secara
dangkal, kepastian seperti itu mungkin terdengar seperti
ekspresi (terlalu banyak) keamanan ontologis, tetapi argumen
saya adalah bahwa hal itu dilatarbelakangi oleh fondasi
rapuh dan rapuh di mana pemisahan berfungsi sebagai
pertahanan terhadap kecemasan eksistensial dan tidak
sadar.
Penggunaan konsep keamanan ontologis yang kehilangan
koneksi dengan dinamika psiko yang mendasari ini berisiko
membingungkannya dengan kepastian yang menghibur.
Sebaliknya, memperhatikan dinamika ini, baik melalui teks
fiksi (Noxolo 2014) atau data wawancara (Waite, Valentine,
dan Lewis 2014) mungkin merupakan prasyarat untuk sikap
welas asih terhadap orang lain.
Dasar-dasar psikoanalitik dari konsep ontologis
[Perpustakaan
November
Universitas
Diunduh
00:16
2014
pada
Kuil]
oleh
16
(dalam)keamanan mengungkapkan ide-ide yang lebih kaya
dan lebih kompleks daripada yang secara umum diakui oleh
para ahli geografi. Perhatian Laing dengan antarmuka
fenomenologis antara dunia interior dan eksterior
menunjukkan kemungkinan pembacaan geografis dari ide-
ide ini. Saya telah menawarkan catatan pribadi tentang
perasaan tidak aman, terjalin dengan catatan psikoanalitik,
untuk menunjukkan bahwa unsur-unsur ketidakamanan
ontologis adalah bagian biasa dari semua kehidupan kita,
membuat rapuhnya rasa keberadaan kita di dunia. Saya
telah menggunakan pengalaman saya sendiri dengan
harapan bahwa orang lain akan mengenali dalam sketsa
otobiografi saya aspek kerentanan mereka sendiri terhadap
perasaan tidak aman yang biasa. Dalam upaya untuk
membangkitkan atau menunjukkan, sebanyak untuk
memberitahu atau menjelaskan, bagaimana ide-ide
psikoanalitik dapat digunakan untuk berpikir tentang geografi
emosional pribadi dan subjektif, saya telah memperingatkan
agar tidak membingungkan kepastian dengan keamanan
ontologis dan saya
Merasa tidak aman 345
telah berusaha menahan godaan—kadang-kadang sangat
halus—menempatkan perasaan tidak aman pada orang lain
sebagai cara untuk tidak mengakuinya dalam diri kita sendiri.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih saya kepada Chris Philo untuk undangan yang
mengarah ke makalah ini dan untuk umpan baliknya pada
draf sebelumnya. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada anggota audiens konferensi RGS-IBG 2012 atas
tanggapan mereka yang menggembirakan terhadap versi
lisan, dan juga kepada Siobhan Canavan, Judith Fewell,
Hilary Geoghegan, Paul Kings bury, Seamus Prior, Alette
Willis, bersama dengan dua orang anonim pengulas, untuk
komentar mereka pada draf tertulis. Biasa
penafian berlaku. Saya juga sangat berterima kasih kepada
mereka yang mendukung saya melalui masa-masa sulit yang
saya isyaratkan dalam makalah ini.
Catatan
1. Sebagian atau seluruh kutipan ini telah dikutip oleh, misalnya,
Colic-Peisker dan Johnson (2010: 353);Halfacree (1996:
49); Hiscock, Kearns, MacIntyre dan Ellaway (2001: 50);
Kearns, Hiscock, Ellaway dan MacIntyre (2000); Skey (2010:
716); andWaite, Valentine and Lewis (2014) dengan kutipan-
kutipan yang berkaitan erat dari tulisan-tulisan lain oleh
Giddens yang digunakan oleh Davidson (2000: 38, catatan
kaki 4) dan Valentine (1998: 321).
2. Beberapa tradisi psikoanalisis yang berbeda telah
dikembangkan sejak karya dasar Freud, terkadang
bertentangan satu sama lain dan terkadang tumpang tindih.
Keterlibatan geografis dengan analisis psiko telah sangat
dipengaruhi oleh tradisi Prancis di mana karya Lacan
memegang posisi sentral. Tradisi-tradisi lain, termasuk relasi-
relasi objek, juga digunakan tetapi kurang menonjol.
Keputusan saya untuk menggambar secara eksklusif pada
tradisi objek-hubungan mencerminkan pencelupan saya
sendiri di dalamnya sebagai praktisi dan juga penulis. Lensa
Lacanian, tidak diragukan lagi, dapat diterapkan pada banyak
hal yang saya diskusikan di sini, tetapi saya tidak mencoba
memasukkan perspektif itu dalam makalah ini.
 Machine Translated by Google

346 Liz Bondi

3. Proliferasi istilah bagi mereka yang berkonsultasi dengan
dokter setidaknya sebagian merupakan manifestasi dari
dinamika kekuatan yang diperebutkan dari pengaturan klinis
(Proctor 2002; Smail 2005). Praktik klinis saya sendiri selalu
berada dalam sektor sukarela dalam pengaturan yang terbuka
untuk rujukan sendiri dan yang tidak memerlukan atau
memerlukan diagnosis formal.
paling akut terwujud dalam 'ketidakmampuan psikotik untuk
membedakan pengalaman sadar dan tidak sadar' (Ogden
2003: 20).
11. Sosok zombie mengaburkan perbedaan antara yang hidup dan
yang mati. Resonansi budaya zombie dapat dipahami sebagai
ekspresi perjuangan untuk berduka, yang, seperti yang
dikatakan Leader (2009) , memerlukan pemisahan simbolis

4. Menulis pengalaman sendiri dapat menjadi terapi, membantu antara yang mati dari yang hidup. Untuk penjelasan geografis

kita memahami siapa dan bagaimana kita berada di dunia. film zombie, lihat Mei (2010).

Dalam tulisan ini, saya tidak berkutat pada apa yang mungkin
kuratif bagi saya. Namun, saya mau tidak mau memanfaatkan 12. Leader (2009) baru-baru ini memberikan laporan psikoanalitik

bentuk refleksi diri yang telah menjadi bagian integral dari tentang depresi yang mengacu langsung pada teks klasik

pelatihan dan praktik konselor dan psikoterapis (Bolton 2004; Freud. Leader's menggambarkan pekerjaan berkabung

Wright dan Bolton 2012). menggunakan empat spasialisasi (lihat juga Bondi yang akan

5. Penghapusan orang lain ini terkadang juga dikaitkan dengan datang).

13. Seperti yang dicatat oleh Ahmed (2004: 64) 'Perbedaan antara
empati (misalnya, Watson 2009).
ketakutan dan kecemasan paling sering direpresentasikan
Di tempat lain (Bondi 2003), saya berpendapat bahwa empati
dalam hal status objek': sedangkan ketakutan mengacu pada
mengacu pada identifikasi tetapi berbeda dari itu, karena itu
juga memerlukan kesadaran berkelanjutan bahwa orang lain suatu objek, kecemasan biasanya dipahami sebagai rasa
ancaman yang kurang objek atau fokus tertentu. Penggunaan
pengalaman tidak sama dengan pengalaman sendiri.
ini dapat dilacak ke Freud ([1920] 1955: 12) dan saya
Identifikasi cenderung kurang 'berpikir' dan kurang usaha,
mengikutinya di sini, menggunakan kecemasan sebagai cara
sedangkan empati melibatkan banyak pekerjaan dan disertai
untuk mengalami diri sendiri secara eksistensial dan ketakutan
dengan rasa falibilitas yang konstan (lihat juga Bondi 2014).
sebagai yang lebih terfokus, misalnya, pada konsekuensi
Saya berpendapat bahwa belas kasih, yang didukung oleh
tubuh yang dibayangkan dari kecemasan. Menggambarkan
Waite, Valentine dan Lewis (2014) , terkait erat dengan
spatio-temporalitas ketakutan dan kecemasan, Ahmed (2004:
[Perpustakaan
November
Universitas
Diunduh
00:16
2014
pada
Kuil]
oleh
16
pemahaman empati ini.
66, penekanan pada aslinya) berpendapat bahwa 'Kecemasan
6. Penggunaan saya atas orang pertama jamak dalam makalah
menjadi pendekatan terhadap objek daripada, seperti rasa
ini dimaksudkan sebagai isyarat terhadap rasa kemanusiaan
takut, yang dihasilkan oleh pendekatan objek'.
bersama ini.
14. Saya tidak hanya ketinggalan kereta tetapi saya juga terdampar
7. Bahwa narsisme bawah sadar mungkin berperan sudah jelas.
seorang rekan dengan siapa saya akan mempresentasikan
Secara psikoanalitik, narsisme biasanya dipahami sebagai
makalah yang ditulis bersama kami, dan yang telah saya
keasyikan dengan diri sendiri yang terluka dan citra diri.
janjikan untuk bertemu di kereta yang saya lewatkan. Kami
Symington (1993) telah menawarkan sebuah akun yang
tidak bertukar nomor ponsel, jadi saya tidak bisa memberi
membingkai narsisme sebagai penolakan untuk mengetahui,
tahu dia apa yang terjadi saat kami berdua dalam perjalanan.
yang mungkin dipahami sebagai tercakup dalam tindakan
Selain itu, kolega saya baru saja mengambil pos penelitian
mengalihkan pandangan saya pada diri saya sendiri.
tentang proyek yang menjadi dasar makalah kami. Kegagalan
8. Untuk penjelasan mendalam tentang 'Geografi Laing', lihat saya untuk naik kereta seperti yang direncanakan, oleh karena
McGeachan (2010). itu, juga menimbulkan keadaan yang sangat memprovokasi
9. Sepanjang makalah ini, saya menolak gagasan bahwa jiwa kecemasan baginya. Memang, sementara saya tahu persis
terpisah dari soma: apa yang bisa disebut keadaan pikiran apa yang terjadi, dia dibiarkan dalam kegelapan selama
selalu diwujudkan. beberapa jam, tidak tahu apakah saya akan muncul di
10. Menjelajahi fenomena tidak bisa bermimpi, Ogden (2003: 19, konferensi sama sekali.
penekanan pada aslinya) mengacu pada catatan Bion (1962) 15. Saya mengacu pada geografi ruang-waktu Ha¨gerstrand
bahwa bermimpi 'menciptakan kesadaran dan ketidaksadaran (1982) . Menavigasi jalur melintasi ruang-waktu harus
dan mempertahankan perbedaan diwujudkan dan sangat bervariasi. Misalnya, beberapa dari
antara keduanya'. Karena itu, kaburnya kesadaran dan tidur kita mungkin memerlukan bantuan untuk naik dan turun kereta
menunjukkan erosi kapasitas kerja psikologis bawah sadar. Ini dan yang lain mungkin menganggap remeh kemampuan
adalah berlari untuk membuat koneksi yang ketat.
 Machine Translated by Google
16. Bagi banyak orang, bepergian secara intrinsik menimbulkan
kecemasan. Untuk diskusi terbaru yang juga menggunakan ide
psikoanalitik, lihat Kingsbury et al. (2012).
17. Untuk akun fenomenologis dari geografi diwujudkan kecemasan,
lihat Davidson (2003). Seperti depresi, dan sering bersamaan
dengan depresi, kecemasan tunduk pada medisisasi, kategori
diagnostik terkait biasanya diatur di sekitar sumber kecemasan
yang tampak (seperti pada fobia spesifik) atau respons perilaku
yang menyertainya (seperti penghindaran agorafobia) bersama
dengan 'besar' kategori 'ember' dari 'gangguan kecemasan
umum'.
18. Rasa kapasitas untuk mengumpulkan diri sendiri dari potongan-
potongan berasal dari ([1945] 1958) akun Winnicott tentang
unintegrasi dan integrasi.
19. Memahami subjek sebagai terfragmentasi dan terdesentralisasi
telah menjadi hal biasa dalam geografi selama bertahun-tahun.
Sementara teori-teori semacam itu telah membantu dalam
meresahkan 'fiksi normatif' dari subjek rasional yang bersatu,
catatan postmodern tentang subjek meremehkan apa yang
telah saya jelaskan di sini dalam hal kapasitas saya untuk
mengumpulkan diri saya bersama dan mempertahankan
koherensi dan kontinuitas tanpa juga menyangkal kerentanan
saya terhadap perasaan. dari fragmentasi dan pembubaran.
Pada perdebatan antara akun psikoanalitik dan postmodern
subjek, lihat Layton (1998).
[Perpustakaan
November
Universitas
Diunduh
00:16
2014
pada
Kuil]
oleh
16
20. Fiksi normatif itu membawa di dalamnya keistimewaan normatif
dari kulit putih, laki-laki, Barat, kelas menengah, tidak cacat,
perwujudan dewasa.
21. Makalah ini telah diterbitkan: Bondi (2013).
22. Ketidakterwakilan intrinsik kehidupan sehari-hari dan geografi
sehari-hari adalah kekuatan pendorong untuk karya teori non-
representasional (Anderson dan Harrison 2010; Hemat 2007).
23. Pelatihan dan praktik saya sebagai konselor juga memberikan
banyak bukti untuk efek itu, dan telah berkontribusi pada
apresiasi positif atas kerentanan saya sendiri daripada
menafsirkan perasaan ini sebagai sesuatu yang memalukan.
24. Pemisahan ego secara tidak sadar menjadi sangat penting
dalam esai Freud ([1917] 2005) 'Mourning and Melancholia'
dan merupakan inti dari ide Fairbairn (1952) tentang struktur
endopsik serta konsep Klein (1975) tentang 'paranoid. posisi
-schizoid', yang saya gambarkan dalam makalah ini.
25. Untuk eksplorasi psikoanalisis lainnya tentang geografi
emosional kebencian, lihat Pardy (2011).
26. Wacana moral subjek telah mendapat perhatian khusus dalam
konteks penyakit yang dieksplorasi, antara lain, oleh Frank
(1997), Lupton (2003) dan Sontag (1989).
Merasa tidak aman 347
Referensi
Ahmed, S. (2004) Politik Budaya Emosi.
Edinburgh: Pers Universitas Edinburgh.
Anderson, B. dan Harrison, P. (2010) Tempat: Teori dan Geografi
Non Representasional. Farnham: Ashgate.
Bennett, K. (2009) Menantang emosi, Area 41:
244 –251.
Billinge, M., Gregory, D. dan Martin, R. (eds) (1984)
Kenangan Revolusi: Geografi sebagai Ilmu Tata Ruang. London:
Macmillan.
Bion, W. (1962) Pikiran Kedua. New York: Aronson.
Bollas, C. (1989) Forces of Destiny: Psikoanalisis dan Idiom
Manusia. London: Buku Asosiasi Gratis.
Bolton, G. (2004) Menulis Cures: Sebuah Buku Pegangan Pengantar
Menulis dalam Konseling dan Psikoterapi. London: Brunner-
Routledge.
Bondi, L. (1999) Tahapan dalam perjalanan: beberapa komentar
tentang geografi manusia dan praktik psikoterapi, The Professional
Geographer 51(1): 11–24.
Bondi, L. (2003) Empati dan identifikasi: sumber
konseptual untuk kerja lapangan feminis, ACME: An
Inter national Journal of Critical Geography 2(1): 64–
76. www.acme-journal.org/vol2/Bondi.pdf
Bondi, L. (2005) Membuat koneksi dan berpikir melalui emosi:
antara geografi dan psikoterapi, Transaksi Institut Geografi
Inggris 30: 433-448.
Bondi, L. (2013) Penelitian dan terapi: menghasilkan kesenjangan
makna dan perasaan, Penyelidikan Kualitatif 19(1):
9 –19.
Bondi, L. (2014) Memahami perasaan: terlibat dengan komunikasi
bawah sadar dan pengetahuan yang terkandung, Emosi, Ruang
dan Masyarakat. http://dx.doi.org/10.1016/ j.emospa.2013.03.009
Bondi, L. (akan datang) Latihan liminal? Membuat ruang
interdisipliner untuk psikoanalisis, dalam Cullen, K., Bondi, L.,
Fewell, J., Francis, E. dan Ludlam, M. (eds)
Membuat Ruang: Mewujudkan Pemikiran Psikoanalitik. London:
Karnac.
Butler, J. (2005) Memberikan Akun Diri. New York: Pers Universitas
Fordham.
Callard, F. (2003) Penjinakan psikoanalisis dalam geografi, Geografi
Sosial dan Budaya 4: 295–312.
Carter-White, R. (2012) Primo Levi dan genre kesaksian, Transaksi
Institut Geografi Inggris 37: 287–300.
Cavarero, A. (2000) Berkaitan Narasi. Diterjemahkan oleh Paul A
Kottman. London/New York: Routledge.
 Machine Translated by Google
348 Liz Bondi
Chapman, L. (2012) Praktek berbasis bukti, terapi bicara dan
Taylorisme, Psikoterapi dan Politik Internasional baru 10(1): 33–
44.
Colic-Peisker, V. dan Johnson, G. (2010) Keamanan dan kecemasan
kepemilikan rumah: persepsi kelas menengah Australia di
berbagai tahap karir perumahan mereka, Perumahan, Teori dan
Masyarakat 27 (4): 351-371.
Davidson, J. (2000) '... dunia semakin kecil': wanita, agorafobia,
dan batasan tubuh, Area 32 (1): 31–40.
Davidson, J. (2003) Geografi Fobik. Aldershot:
gerbang asbak.
Dewsbury, J.-D. (2003) Ruang saksi: 'pengetahuan tanpa
kontemplasi', Lingkungan dan Perencanaan A 35: 1907–1932.
Domosh, M. (2000) Pelanggaran yang tidak disengaja dan refleksi
lain pada proses pencarian kerja, The Professional Geographer
52(4): 703–708.
Dupuis, A. dan Thorns, D. (1998) Rumah, kepemilikan rumah dan
pencarian keamanan ontologis, The Sociological Review 46(1):
24-47.
Erikson, E. (1950) Masa Kecil dan Masyarakat. New York:
Norton.
Evans, M. (2012) Feeling my way: emosi dan empati dalam
penelitian geografis dengan ayah di Valparaÿ´so, Chili, Area 44:
503–509.
[Perpustakaan
November
Universitas
Diunduh
00:16
2014
pada
Kuil]
oleh
16
Fairbairn, WRD (1952) Studi Psiko-analitik Kepribadian. London:
Routledge dan Kegan Paul.
Finlay, L. (2002) Negosiasi rawa: peluang dan tantangan refleksivitas
dalam praktek penelitian, Penelitian Kualitatif 2 (2): 209-230.
Frank, A. (1997) Pendongeng yang Terluka: Tubuh, Penyakit, Etika.
Chicago, IL: Universitas Chicago.
Freud, S. ([1901] 2002) Psikopatologi Kehidupan Sehari-hari. (The
New Penguin Freud, diterjemahkan oleh Anthea Bell). London:
Pinguin.
Freud, S. (ed.) ([1917] 2005) Berkabung dan melankolis, Tentang
Pembunuhan, Berkabung dan Melankolis. (The New Penguin
Freud, diterjemahkan oleh Shaun Whiteside).
London: Penguin, hlm. 203–218.
Freud, S. (ed.) ([1920] 1955) Di luar prinsip kesenangan, Edisi
Standar Karya Psikologis Lengkap Sigmund Freud, Vol. 18.
London: Hogarth Press, hlm. 1–64.
Giddens, A. (1990) Konsekuensi Modernitas.
Cambridge: Pers Politik.
Giddens, A. (1991) Modernitas dan Identitas Diri. kamera
jembatan: Polity Press.
Gomez, L. (1997) Sebuah Pengantar Obyek Hubungan.
London: Buku Asosiasi Gratis.
Ha¨gerstrand, T. (1982) Diorama, jalan, proyek, Jurnal Geografi
Ekonomi dan Sosial 73(6): 323–339.
Halfacree, K. (1996) Tidak pada tempatnya di negara ini: pelancong
dan 'pedesaan yang indah', Antipode 28(1): 42–72.
Harrison, P. (2007) 'Bagaimana saya harus mengatakannya ...?'
Kaitan Nonrelasional, Lingkungan dan Perencanaan A 39:
590–608.
Hiscock, R., Kearns, A., MacIntyre, S. dan Ellaway, A.
(2001) Keamanan ontologis dan manfaat psiko-sosial dari rumah:
bukti kualitatif tentang masalah kepemilikan, Perumahan, Teori
dan Masyarakat 18(1–2): 50–66.
Kearns, A., Hiscock, R., Ellaway, A. dan MacIntyre, S.
(2000) 'Di luar empat dinding'. Manfaat psiko-sosial dari rumah:
bukti dari West Central Scotland, Studi Perumahan 15(3): 387 –
410.
Kingsbury, P., Crooks, V., Snyder, J., Johnston, R. dan Adams, K.
(2012) Narasi emosi dan kecemasan dalam pariwisata medis:
pada keadaan jantung dan ginjal Larry, Geografi Sosial dan
Budaya 13 (4): 361–378.
Klein, M. (ed.) ([1935] 1991) Sebuah kontribusi untuk psikogenesis
negara manik-depresi, The Selected Melanie Klein.
Harmondsworth: Penguin, hlm. 115–145.
Klein, M. (ed.) ([1946] 1991) Catatan tentang beberapa mekanisme
skizoid, The Selected Melanie Klein. Harmonds worth: Penguin,
hlm. 175–200.
Klein, M. (1975) Iri dan Syukur dan Karya Lainnya.
London: Hogarth.
Laing, RD ([1959] 1965) Diri yang Terbagi. Harmonds worth:
Penguin Books.
Layton, L. (1998) Siapa Gadis Itu? Siapa Anak Laki-Laki Itu?
Praktek Klinis Memenuhi Teori Postmodern. Hillsdale, NJ: Pers
Analitik.
Pemimpin, D. (2009) Hitam Baru. London: Penguin
Buku.
Longhurst, R. (2012) Menjadi lebih kecil: ruang otobiografi
penurunan berat badan, Antipode 44(3): 871–888.
Lupton, D. (2003) Kedokteran sebagai Budaya: Penyakit, Penyakit
dan Tubuh di Masyarakat Barat. London: Bijak.
May, J. (2010) Geografi zombie dan kota mayat hidup, Geografi
Sosial dan Budaya 11(3): 285 –298.
McGeachan, C. (2010) Memikat hantu untuk hidup: menjelajahi
geografi sejarah dan budaya RD Laing, tesis PhD, University of
Glasgow.
Menzies, I. (1960) Sebuah studi kasus dalam fungsi sistem sosial
sebagai pertahanan terhadap kecemasan: laporan studi tentang
pelayanan keperawatan rumah sakit umum, Hubungan Manusia
13 (2): 95-121.
Miller, G. (2004) RD Laing. Edinburgh: Edinburgh Review/Edinburgh
University Press.
 Machine Translated by Google

Merasa tidak aman 349

Moss, P. (ed.) (2001) Menempatkan Autobiografi di Geogra phy.
Syracuse, NY: Pers Universitas Syracuse.
Noxolo, P. (2014) Menuju keamanan yang diwujudkan: Harare
North karya Brian Chikwava dan badan pencari suaka sebagai
situs artikulasi, Geografi Sosial dan Budaya 15(3): 291–312.
Ogden, T. (2003) Tentang tidak bisa bermimpi, International
Journal of Psychoanalysis 86(1): 15–29.
Ogden, T. (2012) Bacaan Kreatif. London/New York: Routledge.
Symington, N. (1993) Narsisme: Sebuah Teori Baru.
London: Karnac.
Taylor, C. (2007) Sebuah Zaman Sekuler. Cambridge, MA/
London: Harvard University Press.
Pusat Kinerja Ekonomi (2006) Laporan Depresi: Kesepakatan
Baru untuk Gangguan Depresi dan Kecemasan. London:
London School of Economics and Political Science.
www.cep.lse.ac.uk/pubs/download/special/depressionreport.pdf
_ (diakses 5 Januari 2013).

Pardy, M. (2011) Hate and otherness: mengeksplorasi emosi Hemat, N. (2007) Teori Non-Representasional: Ruang, Politik,
melalui kerusuhan ras, Emotion, Space and Society 4: Pengaruh. London: Routledge.
51–60. Valentine, G. (1998) 'Tongkat dan batu dapat mematahkan
Phillips, A. (1995) Teror dan Ahli. London: Faber tulang saya': geografi pelecehan pribadi, Antipode 30(4): 305–
dan Faber. 331.
Philo, C. (2012) Keamanan geografi/geografi keamanan, Waite, L., Valentine, G. and Lewis, H. (2014) Lipat gandakan
Transaksi Institut Geografi Inggris 37(1): 1–7. populasi rentan: ciptakan politik simpati dari 'kapasitas untuk
menyakiti', Geografi Sosial dan Budaya 15(3): 313–331.
Pile, S. (2010) Emosi dan pengaruh dalam geografi manusia
baru-baru ini, Transaksi Institut Geografi Inggris 35: 5-20. Watson, C. (2009) The 'mustahil kesombongan': penggunaan
dan penyalahgunaan empati dalam penyelidikan kualitatif,
Proctor, G. (2002) Dinamika Kekuasaan dalam Konseling dan Penelitian Kualitatif 9: 105-117.
Psikoterapi: Etika, Politik dan Praktek. Ross on-Wye: Buku Winnicott, DW (ed.) ([1945] 1958) Perkembangan emosional
PCCS. primitif, Makalah yang Dikumpulkan: Melalui Pediatri ke Psiko-
Pulido, L. (2002) Refleksi pada disiplin kulit putih, Ahli Geografi Analisis. New York: Buku Dasar, hlm. 145– 156.
Profesional 54(1): 42–49.
[Perpustakaan
November
Universitas
Diunduh
00:16
2014
pada
Kuil]
oleh
16

Purcell, M. (2007) Terampil, murah dan putus asa: fakultas non Winnicott, DW (1971) Bermain dan Realitas. London:
tenurial-track dan delusi meritokrasi, Antipode 39 (1): 121-143. Tavistock.
Wright, J. dan Bolton, G. (2012) Reflektif Menulis di Konseling
Purcell, M. (2009) Autobiography, dalam Kitchin, R. dan Thrift, dan Psikoterapi. Bijak: London.
N. (eds) International Encyclopedia of Human Geography,
Vol. 1. Oxford: Elsevier, hlm. 234–239.
Rose, G. (1997) Menempatkan pengetahuan: positionality,
Terjemahan abstrak
refleksivitas dan taktik lainnya, Kemajuan dalam Geografi
Manusia 21: 305-320.
Merasa Genting: Akun Pribadi dengan Suara
Sibley, D. (1995) Geografi Pengecualian. London/New York:
Psikoanalitik
Routledge.
Sidaway, J. (2008) Penyebaran geopolitik dangkal: jaring
Geografi manusia mulai menggunakan konsep
ekstremisme dan ketidakamanan, Antipode 40(1): 2 –8.
keamanan ontologis terutama dari perumusan
Skey, M. (2010) 'Rasa di mana Anda berada di dunia':
Giddens (1990, 1991), tetapi asal usul gagasan
kepemilikan nasional, keamanan ontologis dan status
tersebut terletak pada karya psikoanalis
mayoritas etnis di Inggris, Bangsa dan Nasionalisme 16(4):
eksistensial RD Laing. Kembali ke dasar
715–733.
psikoanalitik dari konsep tersebut, saya
Smail, D. (2005) Kekuasaan, Bunga dan Psikologi. Ross-on
menggunakan sketsa otobiografi untuk
Wye: Buku PCCS.
membangkitkan dan memeriksa apa artinya
Sontag, S. (1989) AIDS dan Metaforanya. London: Allen
merasa genting. Saya mengembangkan geografi
Jalur. kerawanan pribadi dan subjektif dengan
Stein, M. (2011) Budaya mania: pandangan psikoanalitik inkubasi
memanfaatkan ilustrasi dengan
krisis kredit 2008, Organisasi 18: 173-187.
mempertimbangkan psikoanalisis melankolis,
kegugupan akut biasa, dan pemisahan ego yang tidak disad
 Machine Translated by Google

350 Liz Bondi

dan saya memperingatkan terhadap kecenderungan untuk
mengacaukan kepastian dengan keamanan ontologis.
Kata kunci: kegentingan, perasaan, psikoanalisis,
keamanan ontologis, otobiografi, geografi emosional.
Merasa tidak aman: kisah pribadi dengan suara
psikoanalitik
eksistensial R. D. Laing. Kembali ke konsep dasar
psikoanalitik, saya menggunakan anekdot otobiografi
untuk membangkitkan dan mengeksplorasi apa artinya
merasa tidak aman. Dengan menggunakan ilustrasi yang
diinformasikan secara psikoanalitik tentang melankolis,
kecemasan biasa dan akut, dan ketidaksadaran yang
terbuka, saya mengembangkan geografi emosional
ketidakamanan pribadi dan subjektif, dan kehati-hatian
terhadap kepastian yang membingungkan dengan keamanan ontologis.

Konsep keamanan ontologis telah diterima dalam

geografi manusia terutama oleh rumusan Giddens (1990, Kata kunci: ketidakamanan, perasaan, psikoanalisis,
1991), tetapi ide tersebut berasal dari tulisan-tulisan keamanan ontologis, otobiografi, geografi emosional.
psikoanalitik.

[Perpustakaan
November
Universitas
Diunduh
00:16
2014
pada
Kuil]
oleh
16