Anda di halaman 1dari 201

MedStar Emergency Page 1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penyusun
dapat menyelesaikan buku ini.
Indonesia sebagai negara berkembang terus menerus melakukan pembangunan fisik di
segala bidang. Hal ini kerap menimbulkan kecelakaan kerja mulai dari near accident sampai
dengan fatal accident. Bertambahnya jumlah kendaraan bermotor dan semakin
berkembangnya fasilitas transportasi telah meningkatkan angka incident kegawatdaruratan
karena kecelakaan lalu lintas. Sehubungan dengan permasalahan tersebut setiap petugas gawat
darurat (emergency nurses) harus mampu melakukan pertolongan secara cepat dan tepat
terhadap penderita kegawatdaruratan, Hal tersebut untuk mencegah terjadinya kematian dan
kecacatan.
Untuk itu MedStar sebagai Lembaga Pelatihan yang didalamnya terhimpun sumber daya
manusia yang expert dan kompeten di bidang kegawatdaruratan dengan ini
mempersembahkan pelatihan Basic Trauma and Cardiac Life Support.
Buku ini disusun dengan tujuan untuk membantu rekan sejawat tenaga kesehatan yang
mengikuti pelatihan Basic Trauma and Cardiac Life Support sehingga mudah dalam
memahami materi – materi yang disampaikan, dan juga dapat digunakan sebagai panduan dan
acuan dalam menangani kasus – kasus Gawat Darurat yang dijumpai di tempat kerja. Suatu
konsep yang simple dan aman serta bahasa yang sama dengan para dokter dalam penanganan
kasus – kasus gawat darurat, dengan demikian pasien diuntungkan dan dapat diselamatkan
dari kematian dan kecacatan.
Akhir kata semoga buku ini berguna bagi rekan sejawat tenaga kesehatan di seluruh
penjuru tanah air Indonesia, dan kami sangat berharap saran maupun kritik demi
kesempurnaan buku ini.

Penyusun
MedStar Emergency and Team

DAFTAR ISI
MedStar Emergency Page 2
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BAB I MATERIAL OVERVIEW............................................................................4

BAB II ASPEK LEGAL ETIK KEPERAWATAN GAWAT DARURAT...............7

BAB III BASIC LIFE SUPPORT.............................................................................13

BAB IV AIRWAY BREATHING MANAGEMENT...............................................28

BAB V SYOK MANAGEMENT.............................................................................44

BAB VI KEGAWATAN TRAUMA.........................................................................54

TRAUMA KEPALA...................................................................................54

TRAUMA SPINAL.....................................................................................62

TRAUMA THORAX..................................................................................65

TRAUMA ABDOMEN...............................................................................70

TRAUMA MUSCULUSKELETAL............................................................75

TRAUMA THERMAL................................................................................81

BAB VII MEKANISME OF TRAUMA....................................................................87

BAB VIII INITIAL ASSESMENT..............................................................................92

BAB IX TRIAGE.....................................................................................................105

BAB X SPGDT.......................................................................................................110

BAB XI EKG NORMAL & ARITMIA...................................................................121

BAB XII ACUTE CORONARY SYNDROME.........................................................131

BAB XIII DEFIBRILASI DAN MEGACODE...........................................................135

BAB XIV EVAKUASI & RUJUKAN........................................................................144

DAFTAR PUSTAKA

BAB IMaterial Overview

MedStar Emergency Page 3


IKHTISAR  Melakukan tindakan penyelamatan jiwa (life
Basic Trauma Life Support merupakan saving) pada pasien trauma berdasarkan
pelatihan yang ditujukan untuk petugas yang prioritas
bekerja di Rumah Sakit maupun Pra Rumah  Menerapkan konsep penilaian dan
Sakit, agar tercipta suatu standar yang baku pengelolaan awal pada pasien trauma dan
dalam melakukan penanganan pasien kardiovaskuler
kegawatdaruratan trauma.
 Menilai tingkat kesadaran / status neurologis.
Basic Cardiovascular Life Support (BCLS)
 Mengenali dan menangani kegawat
merupakan pelatihan yang ditujukan untuk
daruratan pada jalan napas (Airway) dan
petugas kesehatan khususnya perawat dan
pernapasan (Breathing)
mahasiswa keperawatan yang dilatih tentang
intreprestasi ekg dan kegawatdaruratan jantung.  Mengenali dan menangani trauma-trauma
Dalam Pelatihan ini menekankan bagaimana padaa system tubuh pasien.
peserta dapat mengenal secara dini serangan  Melakukan evakuasi, stabilisasi dan
Jantung dan mengaplikasikan pemeriksaan EKG transportasi pasien dengan cepat dan tepat
serta dapat menangani bila pasien menjadi tidak  Mengenali dan menangani bila pasien
sadar ataupun dalam Gambaran EKG terjadi mengalami tanda awal syok karena
Aritmia. Perdarahan.
Menurut WHO tahun 2015, kematian karena  Mampu menginterprestasi EKG
jatung atau penyakit kardiovaskular merupakan  Mampu melakukan penanganan pasien
penyebab kematian nomer 1 (satu), sedangkan dengan Aritmia
kematian karena kecelakaan merupakan  Mendemonstrasikan komunikasi yang
penyebab kematian nomor 3 (tiga). Pelatihan efektif sebagai leader dan anggota tim
Basic Trauma Cardiac Life Support ini dalam menangani pasien
membahas masalah
penanggulangan pasien METODE PELATIHAN
kegawatdaruratan trauma maupun Pelatihan ini di desain dengan metode
kardiovaskuler secara cepat dan tepat ceramah, tanya jawab, simulasi dan praktikum.
berdasarkan prioritas masalah yang bertujuan Selama pelatihan ini diharapkan peserta
untuk mengurangi angka kematian dan
berpartisipasi aktif selama pelatihan terutama
kecacatan. Disamping itu Pelatihan BTCLS juga
termasuk sarana untuk mendukung Progam dalam sesi tanya jawab dan praktikum.
Sustainable Development Goals (SPDGs) Pelatihan ini didesain agar materi pelatihan bisa
sebagai indikator pembangunan global saat ini. langsung diaplikasikan sekembalinya peserta
Pada progam tersebut, isu kesehatan di indonesia pelatihan ke tempat kerja masing-masing. Pada
yang menjadi perhatian diantaranya adalah akhirpelatihan peserta diwajibkan untuk
kematian kecelakaan lalu lintas dan penanganan memenuhi standar kelulusan evaluasi sebagai
kristis serta kegawatdauratan.
syarat untuk mendapatkan sertifikat pelatihan.
Melalui Pelatihan BTCLS diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan untuk meningkatkan EVALUASI DAN KRITERIA KELULUSAN
profesionalisme perawat dalam memberikan Peserta berhak mendapatkan sertifikat
pelayanan bagi masyarakat yang berbaik.
kelulusan apabila mengikuti seluruh materi teori
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM dan praktik yang dijadwalkan, serta dinyatakan
Setelah menyelesaikan pelatihan ini peserta lulus dalam evaluasi tulis dan praktik. Untuk
dapat mengaplikasikan konsep penanggulangan mengevaluasi keberhasilan proses pelatihan
pasien gawat darurat trauma maupu peserta diwajibkan untuk melakukan pre-test
kardiovaskuler secara cepat dan tepat tertulis di awal pelatihan dan post-test tertulis di
berdasarkan prioritas masalah. akhir pelatihan, serta mengikuti ujian praktik.
Nilai evaluasi akhir (tulis dan praktik) minimal
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta 80 poin atau 80% dari checklist penilaian.
diharapkan mampu untuk : Apabila peserta tidak memenuhi syarat
kelulusan maka peserta diharuskan untuk
 Melakukan pengkajian secara cepat dan mengulang kegiatan teori, praktik atau evaluasi,
tepat keadaan yang mengancam nyawa tergantung dimana posisi kegagalannya. Course

MedStar Page 4
director, lead instruktor dan instruktor berhak kepala. Serta
menahan sertifikat peserta pelatihan yang
bersangkutan apabila belum memenuhi kriteria
kelulusan tersebut.

MATERI TEORI
Materi pelatihan BTCLS terdiri dari teori
dan praktik yang harus diikuti oleh semua
peserta. Materi praktik merupakan aplikasi dari
teori yang telah dipelajari sebelumnya dan
merupakan intisari dari pelatihan ini. Hal ini
karena pelatihan BTLS merupakan pelatihan
yang aplikatif dan harus bisa diterapkan dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari ditempat kerja
masing-masing. Materi teori pelatihan BTLS
adalah sebagai berikut :
1. Etik dan Aspek Legal Keperawatan Gawat
Darurat
Materi ini berisi tentang Etik yaitu
prinsip yang menyangkut baik dan buruk
dalam hubungan dengan orang lain,
sedangkan hukum menyangkut prinsip benar
dan salah.
2. Bantuan Hidup Dasar (Cardio Pulmonary
Resuscitation)
Materi ini membahas tentang resusitasi
jantung paru (RJP) berdasarkan guideline
terbaru dan American Heart Association
(AHA) yang di rilis pada tahun 2020 lalu.
Materi ini berisi tentang RJP pada orang
dewasa, anak dan neonates baik tanpa alat
maupun dengan alat termasuk penggunaan
Automatic External Defibrilator (AED).
3. Airway and Breathing Management
Materi ini tentang penilaian dan
pengelolaan jalan napas dan pernapasan baik
tanpa menggunakan alat, dengan alat
sederhana maupun dengan alat definitive.
Pengelolaan jalan napas dan pernapasan
merupakan prioritas pertama dalam
pernapasan merupakan prioritas pertama
dalam penanganan gawat darurat trauma
walaupun dalam praktiknya bisa dilakukan
secara simultan dengan tindakan-tindakan
lainnya.
4. Syok Management
Materi ini menguraikan tentang
macam/jenis syok dengan berbagai macam
penyebab terutama syok yang diakibatkan
oleh trauma. Materi ini juga berisi tentang
cara penilaian secara cepat dan pengelolaan
syok yang diakibatkan oleh trauma.
5. Trauma Kepala& Spinal
Materi ini berisi tentang trauma kepala
yang meliputi anatomi, jenis trauma,
penilaian status neurologis dan kesadaran
serta cara penanganan spesifik pada trauma

MedStar Page 5
trauma tulang belakang dan kecelakaan dari mulai sebelum, saat dan
cara stabilisasi tulang belakang setelah kejadian berlangsung sehingga bisa
agar tidak terjadi cedera memprediksi luka atau cedera yang
sekunder yang diakibatkan oleh diakibatkan oleh kejadian tersebut.
kesalahan dalam melakukan 10. Penilaian Awal (Initial Assessment
pertolongan. Management)
6. Trauma Thorax& Abdomen Materi ini berisi tentang penilaian awal
Materi ini berisi tentang dan resusitasi pasien trauma berdasarkan
trauma pada dada baik trauma prioritas dan dalam rangka penyelamatan
tumpul maupun trauma tembus jiwa pasien. materi ini merupakan materi ini
serta permasalahan yang pelatihan yang merupakan rangkuman dari
diakibatkan oleh trauma semua materi yang diberikan pada pelatihan.
tersebut. Materi ini juga berisi 11. Triage
tentang pemeriksaan fisik dan Materi ini berisi tentang pemilahan
penilaian secara cepat terhadap pasien berdasarkan prioritas masalah baik
masalah yang mengancam pada saat kejadian bencana/musibah masal
nyawa pasien dan penanganan maupun pada saat pasien masuk ke unit
yang efektif dan efisien gawat darurat (UGD) rumah sakit.
terhadap permasalahan yang
dihadapi serta penanganan
trauma pada abdomen (perut)
baik trauma tumpul maupun
trauma tembus. Materi ini juga
berisi tentang penilaian melalui
pemeriksaan fisik dan
penanganan secara cepat
terutama pada trauma tembus
pada abdomen atau benda
menancap.
7. Trauma Musculoskeletal
Materi ini berisi tentang
trauma pada ektremitas baik
patah tulang, luka robek
maupun luka amputasi. Materi
ini secara perdarahan dan
pembalutan. Selain itu dibahas
tentang teknik
stabilisasi/pembidaian patah
tulang, baik patah tulang
tertutup maupun terbuka.
8. Trauma Luka Bakar
Materi ini membahas
tentang trauma yang
diakibatkan oleh suhu panas
atau dingin yang
mengakibatkan kerusakan
jaringan tubuh pasien. penilaian
luas dan kedalaman luka bakar
serta cara penanganan luka
bakar pada fase gawat darurat.
Pada materi ini juga dibahas
tentang trauma yang
diakibatkan oleh bahan kimia
serta cara penanganannya.
9. Mechanism of Trauma
Materi ini membahas
tentang proses kejadian

MedStar Page 6
12. SPGDT (System Penanggulangan Gawat Peserta harus mampu melakukan
Darurat Terpadu) penilaian dan penanganan pasien dari mulai
Materi ini berisi tentang pengenalan proteksi diri, meminta bantuan, penilaian
system penanggulangan gawat darurat secara cepat dan penanganan secara cepat
terpadu (SPGDT) yang meliputi penanganan berdasarkan prioritasmasalah. Peserta harus
pasien pada fase pra rumah sakit, fase rumah mampu menguasai fase survey primer dan
sakit, fase antar rumah sakit dan fase paska survey sekunder.
rumah sakit. Keberhasilan penanganan pasien d. Stabilization Trauma, Evakuasi &
di rumah sakit akan sangat bergantung pada Transportasi
keberhasilan penanganan pada fase pra Pada sesi ini peserta harus mampu
rumah sakit, oleh karena itu perlu adanya Praktik untuk menghentikan perdarahan
upayauntuk menciptakan suatu penanganan secara cepat dan melakukan pembalutan pada
yang terintegrasi antara penanganan fase pra luka robek dan amputasi sebagai upaya untuk
rumah sakit dan fase rumah sakit dengan mempertahankan sirkulasi. Selain itu sesi ini
standar dan bahasa yang sama. mempraktikan cara pembidaian pada patah
13. EKG Normal dan Aritmia tulang dan dislokasi berdasarkan prinsip-
Materi ini tentang cara membaca prinsip yang benar.
interprestasi EKG dari gambaran yang Disamping itu peserta harus mampu
normal sampai dengan Aritmia. membedakan pemindahan pasien pada situasi
14. Acute Coronary Syndrome. darurat dan non-darurat baik dengan alat atau
Materi ini berisi tentang pertolongan tanpa peralatan. Peserta juga mempraktikan
pada pasien dengan Sindrom Koroner Akut teknik ekstrikasi pasien dengan tetapi
(SKA) atau Acute Coronary Syndrome. memperhatikan cedera pasien. Selain itu
15. Terapi Elektrik dan Management Team peserta juga harus mampu melakukan
Materi ini berisi tentang pertolongan setabilisasi sebelum melakukan transportasi
pada pasien dengan menggunakan alat kejut pasien, terutama stabilisasi pada kecurigaan
listrik dan obat-obatan. cedera tulang belakang.
16. Evakuasi& Rujukan e. Interprestasi EKG
Materi ini berisi tentang pengeluaran Praktik dan tips cara membaca
pasien dari jepitan atau ruang sempit serta gambaran EKG dan cara menangani pasien
stabilisasi pasien sebelum melakukan dengan gambaran EKG dengan Aritmia.
transportasi. Pada materi ini juga dibahas f. Terapi Elektrik dan Management Team
tentang pemindahan pasien pada situasi Pada sesi ini peserta harus mampu
aman maupun berbahaya. Praktik menangani pasien dengan gambaran
EKG aritmia dengan menggunakan alat
MATERI PRAKTIK kejut listrik dan obat-obatan.
Materi praktik pelatihan BTCLS adalah sebagai
berikut :
a. Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR)
Praktik resusitas jantung paru (RJP) pada
orang dewasa, anak dan neonatus berdasarkan
standar dari American Heart Association.
Peserta juga harus mampu melakukan CPR
dengan bantuan Automatic External
Defibrilator (AED).
b. Airway and Breathing Management
Peserta harus bisa melakukan
penanganan sumbatan total dan sumbatan
parsial jalan napas dari mulai tanpa alat, BAB II
penggunaan alat sederhana sampai dengan TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
penggunaan alat definitive. Peserta juga harus Keperawata
bisa memberikan napas buatan dan n
oksigenisasi dengan berbagai peralatan.
Selain itu peserta juga harus mampu
memonitor saturasi oksigen pasien.
c. Initial Assessment Management

MedStar Page 7
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu berprilaku setiap warga masyarakat. Bentuk
memahami etik dan aspek legal keperawatan pengaturan prilaku yangdimaksud banyak
gawat darurat. macamnya, untuk masyarakat profesi kesehatan
antara lain tercantum dalam:
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS  Kode etik profesi kesehatan.
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu: Kode etik profesi kesehatan mencakup aturan
1. Menjelaskan peran dan fungsi perawat gawat dan etika yang dipakai dalam dunia
darurat. kesehatan. Aturan ini juga mencakup tatanan
2. Menjelaskan etik keperawatan gawat darurat. perilaku sebaiknya seorang perawat baik
3. Menjelaskan aspek legal keperawatan gawat ditempat kerja maupun didalam masyarakat.
darurat.  Hukum kesehatan.
I. PENDAHULUAN Hukum kesehatan mencakup aturan – aturan
Etik merupakan prinsip yang dalam bidang medis yang mencakup cara
menyangkut baik dan buruk dalam hubungan melakukan suatu tindakan kepada korban.
dengan orang lain, sedangkan hukum Hukum kesehatan ini diberlakukan baik
menyangkut prinsip benar dan salah. Etik kepada dokter maupun perawat.
merupakan studi tentang perilaku, karakter
dan motif yang baik serta ditekankan pada II. KODE ETIK PROFESI KESEHATAN
penetapan apa yang baik dan berharga bagi
Etik berasal dari kata “ethics” yang
semua orang.
berarti prinsip moral (moraleprinciples) atau
Secara umum, terminologi etik dan
aturan berprilaku (rules of conduct). Prinsip
moral adalah sama. Etik memiliki
moral dan/ atau aturan berprilaku tersebut
terminologi yang berbeda dengan moral bila
dihimpun dalam suatu pedoman (code) yang
istilah etik mengarahkan terminologinya
disebut kode etik (code of ethics).
untuk penyelidikan filosofis atau kajian
Kode etik adalah suatu pedoman yang
tentang masalah atau dilema tertentu. Moral
mengandung norma – norma dalam
mendeskripsikan perilaku aktual, kebiasaan
berprilaku. Kode etik yang berlaku untuk
dan kepercayaan sekelompok orang atau
warga profesi disebut kode etik profesi.
kelompok tertentu. Etik juga dapat
Setiap profesi mempunyai kode etik profesi.
digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola
Kode etik profesi disusun oleh warga profesi.
atau cara hidup, sehingga etik merefleksikan
Sanksi pelanggaran kode etik profesi
sifat, prinsip dan standar seseorang yang
ditegakkan oleh warga profesi sendiri.
mempengaruhi perilaku profesional. Etik
Kode etik profesi kesehatan adalah
merupakan istilah yang digunakan untuk
kode etik yang ditemukan dan berlaku bagi
merefleksikan apa yang seharusnya manusia
kalangan profesi kesehatan. Pelayanan
berperilaku terhadap orang lain.
kesehatan yang baik adalah yang dapat
Manusia sebagai mahluk sosial tidak
memenuhi kebutuhan masyarakat, bermutu
dapat hidup sendiri, melainkan
dan terjangkau. Untuk dapat memberi
membutuhkan hidup bersama dalam
pelayanan kesehatan paripurna diperlukan
masyarakat. Dalam melaksanakan hidup
kerjasama yang harmonis anatara tenaga
beermasyarakat tersebut, berlangsung
kesehatan. Namun, keberhasilan team
interaksi yang intensif antar anggota
kesehatan dalam melaksanakan tugas yang
masyarakat. Agar interaksi berlangsung
kompleks itu bukan saja ditentukan oleh
tanpa benturan dan dapat mendatangkan
pengetahuan dan keterampilan mereka,
manfaat optimal, diperlukan adanya aturan
melainkan juga perilaku, etika dan moral,
berikut landasan-landasan etik/moral tenaga
kesehatan:
A. Landasan-landasan Etik atau Moral
Praktik:
Terdapat beberapa landasan etik/moral
yang harus dicermati oleh tenaga kesehatan
saat melakukan intervensi, diantaranya:
1. Otonomi (Autonomy)
Disebut juga dengan istilah
menghormati martabat manusia (respect
for person). Prinsip otonomi didasarkan

MedStar Page 8
pada keyakinan bahwa individu mampu Informasi harus
berfikir logis dan mampu membuat
keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih, dan
memiliki berbagai keputusan atau pilihan
yang harus dihargai oleh orang lain.
Prinsip otonomi merupakan bentuk
respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak
memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian
dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak – hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan
dirinya.
2. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti hanya
melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan
memerlukan pencegahan dan kesalahan
atau kejahatan, penghapusan kesalahan
atau kejahatan dan peningkatan kebaikan
oleh diri dan orang lain. Terkadang,
dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi
konflik antara prinsip ini dengan
otonomi.
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk
terapi yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip – prinsip
moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam praktek profesional
ketika perawat bekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan.
4. Tidak Merugikan (Non-malficience)
Prinsip ini berarti tidakmenimbulkan
bahaya/ cedera fisik danpsikologis pada
klien. Prinsip ini mengajarkan kepada kita
memilihtindakan yang paling sedikit
bahayanyauntuk korban atau yang paling
kecil efek sampingnya.

5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan
kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setiap
klien dan untuk meyakinkan bahwa klien
sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan
seseorang untuk mengatakan kebenaran.

MedStar Page 9
ada agar menjadi akurat, perawat. Segala sesuatu yang terdapat
komprehensif, dan objektif dalam dokumen catatan kesehatan klien
untuk memfasilitasi hanya boleh dibaca dalam rangka
pemahaman dan penerimaan pengobatan klien. Tidak adaseorangpun
materi yang ada dan dapat memperoleh informasi tersebut
mengatakan yang kecuali jika diijinkan oleh klien dengan
sebenarnya kepada klien bukti persetujuan. Diskusi tentang klien
tentang segala sesuatu yang diluar area pelayanan, menyampaikan pada
berhubungan dengan teman atau keluarga
keadaan dirinya selama tentang klien dengan tenaga
menjalani perawatan. kesehatanlain harus dihindari.
Walaupun demikian, 8. Akuntabilitas (Accountability)
terdapat beberapa argument Akuntabilitas merupakan standar
mengatakan adanya batasan yang pasti bahwa tindakan seorang
untuk kejujuran seperti jika profesional dapat dinilai dalam situasi
kebenaran akan kesalahan yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
prognosis klien untuk Penerapan prinsip etik ini tergantung
pemulihan atau adanya pada kondisi tertentu yang harus menjadi
hubungan paternalistik pertimbangan. Satu prinsip menjadi lebih
bahwa “doctors knows best” penting dan sah untuk digunakan dengan
sebab individu memiliki
otonomi, mereka memiliki
hak untuk mendapatkan
informasi penuh tentang
kondisinya. Kebenaran
merupakan dasar dalam
membangun hubungan
saling percaya.
6. Menepati Janji (Fidelity)
Prinsip fidelity
dibutuhkan individu untuk
menghargai janji dan
komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia
pada komitmennya dan
menepati janji serta
menyimpan rahasia klien.
Ketaatan, kesetiaan, adalah
kewajiban seseorang untuk
mempertahankan
komitmennya yang
dibuatnya. Kesetiaan,
menggambarkan kepatuhan
perawat terhadap kode etik
yang menyatakan bahwa
tanggung jawab dasar dari
perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit,
memulihkan kesehatan dan
meminimalkan korban
gawat darurat
7. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip
kerahasiaan adalah
informasi tentang klien
harus dijaga privasinya oleh

MedStar Page
mengorbankan prinsip yang lain d. Perawat wajib merahasiakan segala
(primafacie). sesuatu yg diketahui sehubungan dng
tugas yg dipercayakan kepadanya,
B. Kode Etik Keperawatan Indonesia kecuali jika diperlukan oleh yg
Keperawatan gawat darurat adalah berwewenang sesuai dng ketentuan
bagian dari asuhan keperawatan yang hukum yg berlaku
berhadapan dengan korban yang berada 2. Perawat dan praktik
dalam keadaan gawat darurat (emergensi, a. Perawat memelihara dan
kritis). Asuhan keperawatan gawat darurat meningkatkan kompetensi di bidang
atau emergensi saat ini diselenggarakan di keperawatan melalui belajar terus
Unit Gawat Darurat (Emergency Care menerus
Unit) dan atau di ruang rawat pada korban b. Perawat senantiasa memelihara mutu
yang mengalami kondisi gawat darurat. pelayanan keperawatan yg tinggi
Namun bila kita cermati rentang praktik disertai kejujuran professional dalam
gawat darurat, maka kondisi gawat darurat menerapkan pengetahuan serta
dapat terjadi di luar rumah sakit atau di ketrampilan keperawatan sesuai
komunitas (pra hospital dan post hospital) dengan kebutuhan klien
serta di rumah sakit sendiri (in c. Perawat dalam membuat keputusan
hospital).Karena asuhan keperawatan didasarkan pada informasi yg adekuat
gawat darurat merupakan bagian dari dan mempertimbangkan kemampuan
asuhan keperawatan yang terkait dengan serta kualifikasi seseorang bila
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, melakukan konsultasi, menerima
baik di masyarakat maupun di rumah delegasi dan memberikan delegasi
sakit. Maka secara keseluruhan pada kepada orang lain.
asuhan keperawatan gawat darurat juga d. Perawat senantiasa menjunjung tinggi
berlaku: aspek etik (kode etik nama baik profesi keperawatan dengan
keperawatan) dan aspek hukuum (hukum selalu menunjukkan perilaku
kesehatan). professional.
Aspek etik keperawatan gawat darurat 3. Perawat dan masyarakat
terkait kondisi gawat darurat otonomy Perawat mengemban tanggung jawab
korban dan keluarga menempati posisi bersama masyarakat untuk
yang menentukan. Khususnya bila korban memprakarsai dan mendukung
sadar atau keluarga mendampingi korban. berbagai kegiatan dalam memenuhi
Tetapi disisi lain bila korban tidak sadar kebutuhan kesehatan masyarakat.
dan tidak ada keluarga yang 4. Perawat dan teman sejawat
mendampingi, maka prinsip memilih a. Perawat senantiasa memelihara
tindakan yang paling menguntungkan hubungan baik dengan sesama perawat
korban dapat menjadi suatu prioritas maupun dengan tenaga kesehatan
secara etik.kode etik keperawatan lainnya, dan dalam memelihara
indonesia adalah sebagai berikut: keserasian suasana lingkungan kerja
1. Perawat dan klien maupun dalam mencapai tujuan
a. Perawat dlm memberikan pelkep pelayanan kesehatan secara
menghargai harkat & martabat menyeluruh.
manusia, keunikan klien & tdk b. Perawat bertindak melindungi klien
terpengaruh oleh pertimbangan dari tenaga kesehatan yang
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, memberikan pelayanan kesehatan
umur, jenis kelamin, aliran politik dan secara tidak kompeten, tidak etis dan
agama yg dianut serta kedudukan illegal.
b. Perawat dlm memberikan pelkep 5. Perawat dan profesi
senantiasa memelihara suasana a. Perawat mempunyai peran utama
lingkungan yg menghormati nilai2 dalam menentukan standar pendidikan
budaya, adat istiadat dan kelangsungan dan pelayanan keperawatan serta
hidup beragama dari klien menerapkannya dalam kegiatan
c. Tanggung jawab utama perawat pelayanan dan pendidikan keperawatan
adalah kepada mereka yang b. Perawat berperan aktif dalam berbagai
membutuhkan asuhan keperawatan kegiatan pengembangan profesi
keperawatan

MedStar Page
c. Perawat berpartisipasi aktif dalam 4. Perikatan Hukum
upaya profesi untuk membangun dan 5. Pendidikan dan pelatihan tenaga
memelihara kondisi kerja yang kesehatan
kondusif demi terwujudnya askep 6. Pengobatan Tradisional
yang bermutu tinggi 7. Masalah Kesehatan Khusus
8. Lembaga Peradilan
III. HUKUM KESEHATAN D. Upaya Mencegah MalPraktik dalam
Hukum adalah suatu aturan yang Pelayanan Gawat Darurat
mengatur prilaku setiap anggota masyarakat Untuk mencegah terjadinya malpraktik
yang bersifat memaksa yang ditetapkan oleh dalam pelayanan pelayanan gawat darurat
pemerintah. Jenis – jenis hukum diantaranya: maka, ada tiga hal pokok yang harus
1. Hukum administrasi: izin sarana dilakukan, yakni:
pelayanan kesehatan (Surat Tanda 1. Melaksanakan inform consent: pada
Registrasi), izin menyelenggarakan korban yang gawat darurat (emergensi,
praktik kesehatan (Surat Izin Praktik kritis) sering terlupakan
Perawat). 2. Melaksanakan semua tindakan sesuai
2. Hukum pidana: perbuatan yang dengan standar yang telah ditetapkan
bertentangan dan atau membahayakan 3. Mengisi catatan keperawatan (client
kepentingan umum record) yang lengkap
3. Hukum perdata: perbuatan yang Baik atau tidaknya pelayanan gawat
merugikan orang lain darurat ditentukan antara lain oleh baik
A. Hukum Kesehatan atau tidaknya perilaku perawat pada
Hukum kesehatan adalah bagian waktu menyelenggarakan pelayanan
dari hukum umum yang mengatur prilaku gawat darurat.Pengaturan perilaku
anggota masyarakat, utamanya anggota perawat, antara lain tercantum dalam
masyarakat kesehatan, yang terkait dengan Kode Etik Keperawatan serta hukum
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kesehatan.
mencakup: Untuk asuhan keperawatan gawat
1. Aspek administrasi darurat, pengaturan aspek etis tercantum
2. Aspek pidana dalam pasal – pasal kode etik
3. Aspek perdata keperawatan. Sedangkan untuk aspek
B. Manfaat Hukum Kesehatan hukum tercantum dalam pasal – pasal
Dalam pelayanan kesehatan dan yang mengatur perilaku hukum. Apabila
perkembangan ilmu kesehatan, hukum kedua pengaturan ini dapatditerapkan
kesehatan bermanfaat untuk: dengan sebaik – baiknya, akan dapat
1. Memberikan kepastian dan dicegah terjadinya keadaan yang tidak
perlindungan hukum kepada diinginkan oleh tenaga kesehatan dan
penyelenggara pelayanan kesehatan. korban.
2. Memberikan kepastian dan
perlindungan hukum kepada pemakai
jasa pelayanan kesehatan.
3. Meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan. E. Aspek legal Kegawatdaruratan
4. Memantapkan penyelenggaraan Dalam pelayanan kesehatan baik
pendidikan tenaga kesehatan. dirumah sakit maupun diluar rumah sakit
5. Mendorong perkembangan ilmu dan tidak tertutup kemungkinan timbul konflik
teknologi kesehatan. konflikantara tenaga kesehatan dengan
C. Ruang Lingkup Hukum Kesehatan pasien dan antara sesama tenaga kesehatan
Terkait dengan macam, jumlah, dan (baik satu profesi maupun antar profesi).
perkembanganpenyelenggaraan pelayanan Hal yang lebih khusus adalah dalam
kesehatan di suatu negara, untuk penanganan gawat darurat pada fase pra
Indonesia, secara umum dapat rumah sakit terlibat juga unsur-unsur
dikelompokkan atas 8 macam lingkup masyarakat non-tenaga kesehatan. Untuk
hukum kesehatan yaitu mencakup: mencegah dan mengatasi konflik
1. Sarana Pelayanan Kesehatan digunakanlah etika dan norma hukum.
2. Tenaga Kesehatan Oleh karena itu dalam praktik harus
3. Komoditi Kesehatan diterapkan dalam dimensi yang berbeda,

MedStar Page
artinya pada saat kita berbicara masalah berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu
hukum, tolak ukur norma hukumlah yang keperawatan atau cara lain yang dapat
diberlakukan. Diataranya peraturan dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan
perundang-undangan yang berkaitan keamanannya.
dengan pelayanan gawat darurat yaitu: Ayat 4: pelaksanaan dan atau perawatan
1. UU RI No.36 tahun 2009 tentang berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu
kesehatan keperawatan hanya dapat dilakukan oleh
 Pasal 1 ayat 6: tenaga kesehatan tenaga kesehatan yang mempunyai
adalah setiap orang yang keahlian dan kewenangan untuk itu.
mengabdikan diri dalam bidang  Pasal 85
kesehatanserta memiliki  Pasal 190 mengenai ketentuan pidana
pengetahuan dan atauketrampilan Ayat 1: Pimpinan fasilitas pelayanan
melalui pendidikan dibidang kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang
kesehatan yang untuk jenis tertentu melakukan praktik atau pekerjaan pada
memerlukankewenangan untuk fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan
melakukan upaya kesehatan sengaja tidak memberikan pertolongan
 Pasal 23 ayat 1: tenaga kesehatan pertama terhadap pasien yang dalam
berwenang untuk keadaan gawat darurat sebagaimana
menyelenggarakan pelayanan dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) atau
kesehatan Pasal 85 ayat (2) dipidana dengan pidana
Ayat 2: Kewenangan untuk penjara paling lama 2 (dua) tahun dan
menyelenggarakan pelayanan denda paling banyak Rp200.000.000,00
kesehatan dilakukan sesuai dengan (dua ratus juta rupiah).
bidang keahlian yang dimiliki. Ayat 2: Dalam hal perbuatan sebagaimana
Ayat 3: Dalam menyelenggarakan dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
pelayanan kesehatan, wajib terjadinya kecacatan atau kematian,
memiliki izin dari pemerintah. pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
Ayat 4: Selama Pelayanan dilarang dan/atau tenaga kesehatan tersebut
mengutamakan kepentingan yang dipidana dengan pidana penjara paling
bernilai materi lama 10 (sepuluh) tahun dan
 Pasal 24 ayat 1: tenaga kesehatan dendapalingbanyak Rp1.000.000.000,00
yang dimaksut dalam pasal 23 (satu miliar rupiah)
harus memenuhi ketentuankodeetik, 2. UU RI No.44 tahun 2009 Tentang rumah
standar profesi,hak pengguna sakit
pelayanan kesehatan, standar Pasal 12 ayat 1: persyaratan sumber daya
pelayanan, dan standar prosedur manusia yaitu rumah sakit harus memiliki
operasional. tenaga tetap yang meliputi tenaga medis,
Ayat 2: ketentuan mengenai kode penunjang medis, tenaga keperawatan,
etik dan standar profesi tenaga kefarmasian, tenaga managemen
sebagaimana yang dimaksut pada rumah sakit dan tenaga non kesehatan.
Pasal 29 mengenai kewajiban Rumah
Ayat (1)diatur oleh Organisasi Profesi sakit
 Pasal 27 ayat 1:Tenaga kesehatan berhak Pasal 46 mengenai tanggung jawab
mendapatkan imbalan danpelindungan rumah sakit terhadap tenaga kesehatan
hukum dalam melaksanakan tugas sesuai 3. UU RI No.36 tahun 2014 tentang
dengan profesinya. tenaga Kesehatan
Ayat 2: Tenaga kesehatan dalam Pasal 11: tenaga kesehatan
melaksanakan tugasnyaberkewajiban dikelompokan ke dalam: tenaga medis,
mengembangkan dan tenaga psikolog klinis, tenaga
meningkatkanpengetahuan dan keperawatan, tenaga kebidanan,
keterampilan yang dimiliki. tenaga kefarmasian, tenaga kesehtaan
 Pasal 29 masyarakat,...
 Pasal 32 4. UU RI No.29 tahun 2004 tentang
 Pasal 58 praktik kedokteran
 Pasal 63 ayat 3: pengendalian, pengobatan, Pasal 73 ayat 1: setiap orang dilarang
dan atau pearwatan dapat dilakukan menggunakan identitas berupa gelar
atau bentuk lain yang menimbulkan
MedStar Page
kesan bagi masyarakat seolah-olah persetujuan tindakan medik
yang bersangkutan adalah dokter atau
dokter gigi yang memliki surat tanda
registrasi dan atau surat izin praktik
Pasal 2: setiap orang dilarang
menggunakan alat, metode atau cara
lain dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat yang menimbulkan
kesan seolah-olah yang bersangkutan
adalah dokter dan ...
Pasal 3: ketentuan sebagaimana yang
dimaksut ayat (1) dan ayat (2) tidak
berlaku bagi tenaga kesehatan yang
diberi wewenang oleh perundang-
undangan
Penjelasan pasal tersebut: tenaga
kesehatan yang dimaksut antara lain
perawat dan bidan yang diberi
kewenangan untuk melakukan tindakan
medis sesuai dengan perundang-
undangan.
5. UU RI No.38 tahun 2014 tentang
keperawatan
Pasal 18 mengenai registrasi
Pasal 19 mengenai izin
praktik
Pasal 28 mengenai praktik
keperawatan Pasal 29 mengenai tugas
dan wewenang praktik keperawatan.
Pasal 30 ayat 1 point g: memberikan
tindakan pada keadaan gawat darurat
sesuai kompetensi.
Pasal 35 ayat 1: dalam keadaan gawat
darurat untuk memberikan
pertolongan peratama, perawat dapat
melakukan tindakan medis dan
pemberian obat sesuai kompetensi
Pasal 36 mengenai hak dan kewajiban
perawat
Pasal 38 mengenai hak dan kewajiban
klien
6. Permenkes No.46 tahun 2013 tentang
registrasi tenaga kesehatan
7. Permenkes No.512 tahun 2007 tentang izin
praktik & pelaksanaan praktik kedokteran
Pasal 15 pasal 1: dokter dan dokter gigi
dapat memberikan pelimpahan suatu
tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
kepada perawat, bidan atau tenaga
kesehatan tertentu lainnya secara tertulis
dalam melaksanakann...
8. Permenkes No.148 tahun 2010 & No.17
tahun 2013 tentang izin dan
penyelenggaran praktik perawat
9. Permenkes No.47 tahun 2018 tentang
pelayanan kegawatdaruratan.
10.Permenkes No.585 tahun 1989 tentang

MedStar Page
11.Permenkes No.290 tahun
2008 tentang persetujuan
tindakan kedokteran

Gambar : Buku Etik Keperawatan Indonesia

BAB III Basic


TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti materi ini peserta
mampu melakukan Basic Life
Support (BLS)

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep Basic Life
Support (D- R-C-A-B)
2. Mengidentifikasi faktor
penyebab henti napas dan henti
jantung.
3. Mengidentifikasi tanda dan
gejala henti napas dan henti
jantung.

MedStar Page
4. Mengatasi masalah henti napas dan henti sistemik, beserta ventilasi dan oksigenasi
jantung dengan teknik Cardio Pulmunary tubuh secara efektif dan optimal sampai
Resucitation (CPR) didapatkan kembali sirkulasi sistemik
5. Melakukan Basic Life Support (BLS) spontan atau telah tiba bantuan dengan

Gambar : Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR)

I. KONSEP BASIC LIFE SUPPORT peralatan yang lebih lengkap


(BLS) untukmelaksanakan tindakan bantuan
A. Pengertian dan Tujuan BLS
hidup jantung lanjutan.
Basic Life Support (BLS) adalah
dasar untuk menyelamatkan nyawa ketika B. Indikasi Dilakukan Resusitasi Jantung
terjadi henti jantung. Aspek dasar dari Paru (RJP)
BLS meliputi pengenalan langsung Tindakan Resusitasi Jantung Paru
terhadap henti jantung mendadak dan (RJP) yang terkandung didalam bantuan
aktivasi system tanggap darurat, hidup dasar sangat penting terutama pada
cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau pasien dengan cardiac arrest karena
resusitasi jantung paru (RJP) dini, dan fibrilasi ventrikel yang terjadi di luar
defibrilasi cepat dengan defibrillator rumah sakit, pasien di rumah sakit dengan
eksternal otomatis/ automated external fibrilasi ventrikel primer dan penyakit
defibrillator (AED). Pengenalan dini dan jantung iskemi, pasien dengan
respon terhadap serangan jantung dan hipotermi,overdosis, obstruksi jalan napas
stroke juga dianggap sebagai bagian dari atau primary respiratory arrest:

a. Henti Jantung (Cardiac Arest)


Henti jantung adalah berhentinya
sirkulasi peredaran darah karena
kegagalan jantung untuk melakukan
kontraksi secara efektif, keadaan
tersebut bias disebabkan oleh penyakit
BHD. Resusitasi jantung paru (RJP) primer dari jantung atau penyakit
sendiri adalah suatu tindakan darurat, sekunder non jantung. Henti jantung
sebagai usaha untuk mengembalikan adalah bila terjadi henti jantung primer,
keadaan henti napas dan atau henti jantung oksigen tidak beredar dan oksigen tersisa
(yang dikenal dengan kematian klinis) ke dalam organ vital akan habis dalam
fungsi optimal, guna mencegah kematian beberapa detik.
biologis. Henti jantung dapat disebabkan
Tujuan utama dari BLS adalah oleh faktor intrinsik atau ekstrinsik.
suatu tindakan oksigenasi darurat untuk Faktor intrinsik berupa penyakit
mempertahankan ventilasi paru dan kardiovaskular seperti asistol, fibrilasi
mendistribusikan darah-oksigenasi ke ventrikel dan disosiasi elektromekanik.
jaringan tubuh. Selain itu, ini merupakan Faktor ekstrinsik adalah kekurangan
usahapemberian bantuan sirkulasi oksigen akut (henti nafas sentral/perifer,

MedStar Page
sumbatan jalan nafas dan
inhalasi asap);

MedStar Page
kelebihan dosis obat (digitas, kuinidin, akan mampu bertahan jika ada asupan
antidepresan trisiklik, propoksifen, gula/ glukosa dan oksigen. Jika dalam
adrenalin dan isoprenalin); gangguan waktu lebih dari 6 menit otak tidak
asam basa/elektrolit (hipo/hiperkalemia, mendapat asupan oksigen dan glukosa
hipo/hipermagnesia, hiperkalsemia dan maka otak akan mengalami kematian
asidosis); kecelakaan (syok listrik, secara permanen. Kematian otak berarti
tenggelam dan cedera kilat petir); refleks pula kematian si korban. Oleh karena itu,
vagal; anestesi dan pembedahan. Golden Periode (waktu emas) pada
Henti jantung ditandai oleh denyut korban yang mengalami henti napas dan
nadi besar tidak teraba (nadi karotis, henti jantung adalah dibawah 6 menit.
nadi femoralis, nadi radialas), disertai Artinya dalam waktu kurang dari 6
kebiruan (sianosis) atau pucat sekali menit penderita yang mengalami henti
pernapasan berhenti atau satu-satu napas dan henti jantung harus sudah
(gasping, apnea), dilatasi pupil tidak mulai mendapatkan pertolongan. Jika
bereaksi dengan rangsang cahaya dan tidak, maka harapan hidup si korban
pasien dalam keadaan tidak sadar. sangat kecil. Kematian dibedakan
b. Henti Napas (Respiratory Arrest) menjadi dua jenis yaitu:
Henti napas adalah berhentinya 1. Mati klinis
pernafasaan spontan disebabkan karena Penderita dinyatakan mati secara
gangguan jalan nafas persial maupun klinis apabila berhenti berdenyut.
total atau karena gangguan dipusat Kematian klinis mungkin masih dapat
pernafasaan. Tanda dan gejala henti diubah menjadi hidup kembali apabila
napas berupa hiperkarbia yaitu dilakukan RJP.
penurunan kesadaran, hipoksemia yaitu 2. Mati biologis
takikardia, gelisah, berkeringat atau Kerusakan sel otak dimulai 6
sianosis. menit setelah berhentinya pernafasan
Henti nafas primer (respiratory dan sirkulasi. Setelah 6 menit bisanya
arrest) dapat disebabkan oleh banyak sudah terjadi kematian biologis
hal,misalnya serangan stroke, keracunan (manusia mulai “membusuk”) dan
obat, tenggelam, inhalasi asap/uap/gas, penderita ini tidak dapat dihidupkan
obstruksi jalan napas oleh benda asing, kembali.
tersengat listrik, tersambar petir, Dengan demikian dalam
serangan infark jantung, radang keadaan mati klinis perlu dilakukan
epiglottis, tercekik (suffocation), trauma tindakan cepat agar tidak menjadi
dan lain-lain. biologis. Tindakan yang dilakukan
Pada awal henti nafas, jantung secara umum disebut Bantuan Hidup
masih berdenyut, masih teraba nadi, Dasar yaitu segala hal yang
pemberian O2 ke otak dan organ vital bersangkutan dengan Airway,
lainnya masih cukup sampai beberapa Breathing dan Circulation. Secara
menit. Jika henti napas mendapat khusus tindakan yang dilakukan pada
pertolongan dengan segera maka pasien mati klinis adalah Resusitasi Jantung
akan terselamatkan hidupnya dan Paru (RJP), Batas waktu 6 menit untuk
sebaliknya jika terlambat akan berakibat terjadinya mati biologis jangan
henti jantung yang mungkin menjadi dijadikan patokan untuk tidak
fatal. melakukan RJP.
c. Tidak sadarkan diri Tanda Kematian pasti :
C. Golden Periode Walaupun penderita belum
Pada kondisi napas dan denyut menunjukkan tanda-tanda pembusukan,
jantung berhenti maka sirkulasi darah namun ada beberapa tanda yang
dan transportasi oksigen berhenti, menunjukkan bahwa penderita sudah
sehingga dalam waktu singkat organ – mati biologis yakni :
organ tubuh terutama organ vital akan 1) Kebiruan (livor mortis)
mengalami kekurangan oksigen yang Tanda merah tua sampai kebiruan
berakibat fatal bagi korban dan pada bagian tubuh yang terbawa
mengalami kerusakan. Organ yang (kalau penderita dalam keadaan
paling cepat mengalami kerusakan terlentang, pada pinggang bagian
adalah otak, karena otak hanya terbawah

MedStar Page
2) Kekakuan (rigor mortis) mengalami serangan jantung berada di
Anggota tubuh dan batang tubuh rumah sakit, maka team dari petugas
kaku, mulai 4 jam, menghilang kesehatan yang meliputi dokter, perawat,
setelah 10 jam. ahli terapi pernafasan dapat langsung
3) Pembusukan yang nyata, terutama memberikan pertolongan.
bau busuk Sistem gawat darurat yang secara
4) Cedera yang tidak memungkinkan efektif menerapkan jalur ini dapat
penderita hidup seperti putusan meningkatkan harapan hidup pasien
kepala dll. dengan henti jantung. Semua tindakan
5) Dalam keadaan darurat, jarang yang dilakukan harus dilaksanakan secara
terjadi bahwa penderita sudah berkesinambungan, saling berkaitan satu
menunjukkan tanda-tanda sama lain seperti satu mata rantai/ Chain of
kematian pasti. Dalam keasaan ini Survival. Semakin cepat penolong masuk
tetap dilakukan RJP. kedalam suatu mata rantai dan kemudian
dapat beralih pada mata rantai berikutnya,
II. CHAIN OF SURVIVAL semakin tinggi tingkat keberhasilan dari
The Chain of Survival/ rantai pertolongan tersebut.
kelangsungan kehidupan adalah sebuah
protokol yang membantu responden
pertama, penyedia layanan gawat darurat
medis dan orang awam bersertifikat
menyediakan pelayanan penting untuk
korban tersedak atau serangan jantung dan
pernafasan.tujuan dari rantai kelangsungan
hidup adalah untuk meningkatkan
kesempatan pasien untuk pemulihan
melalui tindakan dini. Rangkaian tindakan
yang dilaksanakan pada awal dari setiap
kasus kegawatan medik untuk memberikan Gambar : Chain Of Survival For Adult
bantuan/ pertolongan dengan tujuan
mempertahankan kelangsungan hidup.
Rekomendasi terbaru AHA2020,
rantai kelangsungan hidup dipisahkan
antara perawatan pasien yang mengalami PEDIATRIC CHAIN OF SURVIVAL
serangan jantung diluar rumah sakit/ Out
of Hospital Cardiac Arrest (OHCA) Henti jantung pada anak seringkali
dengan pasien yang mengalami serangan merupakan lanjutan dari gagal nafas dan syok.
jantung di rumah sakit/ Intra Hospital Mengenali anak dengan masalah ini sangat
Cardiac Arrest (IHCA). Pasien yang penting untuk mencegak terjadinya henti jantung
mengalami serangan jantung diluar rumah dan memaksimalkan keselamatan dan
sakit lebih banyak ditemukan oleh orang pemulihan. Oleh karena itu, elemen
awam, namun penemu pertama tersebut “pencegahan” ditambah pada children chain of
harus mengenali adanya serangan jantung, survival:
meminta bantuan dan memberikan 1. Prevention of arrest (Cegah terjadinya henti
pertolongan pertama dengan segera jantung)
memulai Resusitasi Jantung Paru (RJP) 2. Early high-quality by stander CPR
pada pasien tersebut. Apabila di tempat 3. Rapid activation of the EMS (Segera
kejadian tersebut terdapat fasilitas aktifkan SPGDT/minta pertolongan)
Automated External Defibrilator (AED), 4. Effective advance life support (including
maka penolong tersebut harus dapat fapid stabilitation and transport to definitive
menggunakan alat tersebut untuk care and rehabilitation
membantu menyelamatkan pasien tersebut, 5. Intregrated post-cardiac arrest care
sampai pada akhirnya petugas kesehatan 6. Recovery
yang terlatih tiba di tempat dan mengambil
alih penyelamatannya. Kemudian
membawa pasien tersebut ke fasilitas
kesehatan. Sebaliknya jika pasien yang

MedStar Emergency Page 15


 Aman Lingkungan(Pastikan lingkungan
aman (tempat datar, tidak berarir dan
keras), bila didalam kerumunan banyak
orang, instruksikan keluar ruangan (IHCA)
atau menjauh (OHCA)dan instruksikan
Gambar : Chain Of Survival For Pediatrik satu orang untuk tinggal atau
mendampingi sebagai saksi (OHCA).
KLASIFIKASI USIA  Aman Korban(kunci brankar dan pasang
handrail (IHCA)
Dewasa>> mulai dari adanya tanda-tanda Langkah 2
pubertas Response (Cek Respon)
Anak >>12bulan/1 tahun sampai tanda-tanda Untuk memeriksa respon korban, berikan
pubertas (+) rangsangan untuk membangunkan korban,
Bayi >><12bulan/1 tahun (kecuali bayi baru diantaranya:
lahir)  Panggil korban
 Tepuk pundak korban
2020 AHA GUIDELINES FOR CPR
Ketika berhadapan dengan penderita
seringkali kita kebingunan untuk melakukan
pertolongan meskipun sebelumnya telah
mendapatkan pelatihan pertolongan. Untuk
memudahkan mengingat sistematika pertolongan
diperkenalkan oleh AHA 2020 tentang suatu
konsep pertolongan yang disebut dengan  Jika korban tidak ada respon, segera minta
DRCAB yang merupakan singkatan dari Danger, bantuan dancari orang sebagai saksisaat
Response, Circulation, Airway, Breathing menolong (Help).
 Pra rumah sakit/ Perkantoran/area
kerjaTelpon pusat komando bantuan
kegawatdaruratan untuk mengirim
D : Danger (Identifikasi Bahaya)  Pra rumah sakit/ Perkantoran/area kerja
R : Respon (Cek Respon)  Telpon pusat komando bantuan
kegawatdaruratan untuk mengirim
Call For Help
ambulans dan atau petugas medis
Cek Nadi dan Cek Nafas (Secara Simultan)  Rumah sakit
Aktifkan kode blue/team cepat
C : Chest Compression (Kompresi dada)
tanggapBila penolong sendirian Segera
A : Airway (Jalan Nafas) ambil AED (OHCA) atau trolly
emergency (IHCA). Bila terdapat orang
B : Breathing (Pernafasan)
lain, minta orang tersebut untuk aktivasi
emergency dan ambil AED (OHCA) serta
RJP DEWASA 1 PENOLONG mendampingi penolong sebagai saksi.
Langkah 3
Circulation (Cek Nadi Dan Cek Nafas)
Periksa nadi dan pernafasan secara bersamaan,
Waktu pemeriksaan nadi kurang dari 10 detik
Langkah 1
Danger (Bahaya >>Amankan) Raba nadi karotis dengan cara:
 Aman Diri Sendiri(memakai APD)  Arahkan lengan ke bagian trakhea (sisi
terdekat dari penolong) mengguanakn 2
atau 3 jari.
 Rasakan denyut nadi dalam waktu <10 detik
 Dan lihat sekilas pada pengembangan dada
korban

MedStar Emergency Page 16


 Kecepatan sekurang-
kurangnya 100-120x/menit
 Perbangdingan kompresi
30:2 (cara hitung:
1,2,3...29,30 >> dst)
6 Pastikan recoil dada (dada ke
posisi awal kembali)
7 Minimalkan interupsi antar
Perhatian : kompresi (tidak lebih dari 10
 Bernapas nomal dan nadi teraba detik)
Monitor pasien/ROSC (IHCA), posisi
pemulihan (Recovery position) (OHCA).
Posisi pemulihan dilakukan untuk
mencegah terjadinya aspirasi karena cairan
air liur dan muntah
 Tidak bernpas normal namun nadi teraba
Lakukan rescue breathing /pemberian
bantuan napas 10x/menit (tiap 6 detik) dan
chek nadi tiap 2 menit. Lakukan high
quality CPR bila nadi dirasa tidak teraba.
 Tidak bernapas normal/agonal gasping dan
nadi tidak teraba segera lakukan high
quality CPR.
Napas agonal gasping adalah pernapasan
tidak normal dan menjadi tanda terjadinya
henti jantung, dan atau muncul dlam menit Gambar : Tehnik CPR
pertama setelah henti jantung. Korban dengan
napas agonal gasping tampak bernapas cepat
atau lemah, mulut terbuka, rahang kepala atau
leher bergerak mengikuti irama gasping. Suara
ini dapat terdengar mendengkur, mendengus Langkah 5
ataupun mengerang.
Airway (Buka Jalan Napas)
Teknik pembebasan jalan nafas :
Langkah 4
 Head tilt- chin lift (angka dagu-
Compression (Teknik Kompresi)
tengadahkan kepala)
Buka baju sampai bagian dada terlihat jelas,
Dilakukan pada korban yang tidak
dan untuk memungkinkan pemasangan pad
dicurigai terdapat cedera servikal/spinal
jika bantuan yang membawa AED datang.

Langkah Tindakan
1 Posisikan diri penolong disebelah
badan korban
2 Pastikan korban di posisi
terlentang, di atas alas keras dan
rata. Jika telungkup, balikan badan
Gambar : Posisi Head Tilt Chin-Lift
korban dengan hati-hati. Jika
dicurigai cedera spinal lakukan
logroll untuk membalikan badan.  Jaw Trust (Dorong rahang bawah) dan
3 Tempatkan Tumit tangan pada mid Chin Lift (Angkat Dagu)
tulang sternum Jika korban dicurigai cedera servikal
4 Posisi tangan tegak lurus, dorong (patah tulang leher), lakukan jaw trust atau
ke bawah dengan bahu chin lift (angkat dagu)
5 Tekan cepat dan keras
 Tekan sedalam 2 inch
(6 cm)

MedStar Emergency Page 17


 Melakukan kompresi dada
 Kompresi dada sedalam 2 inchi
(6 cm)
 Kompresi dengan kecepatan
Gambar : Posisi Jaw Thrust sekurang- kurangnya 100-
120x/menit
Langkah 6

Di samping korban
 Perhatikan recoil
BREATHING (PERNAFASAN)
Penolong setiap kompresi
Perbandingan Saat CPR, setelah 30 kompresi
1  Kurangi interupsi saat kompresi
berikan 2 kali nafas
Berikan Nafas bantuan dengan cara :  Gunakan rasio
kompresi pernapasan
 Mouth to Mouth (Mulut ke mulut) (tidak
30:2
dianjurkan kontak langsung untuk
menghindari resiko infeksi.  Hitung kompresi dengan suara
 Gunakan Bag Valve Mask untuk pemberian keras (cara hitung: 1,2,3...29,30
>> dst)
Breathing.
 Ganti tugas dengan penolong 2
setiap 2 menit
 Buka jalan nafas menggunakan
tehnik :
 Head tilt-chin lift
 Jaw Thrust (curiga
trauma servikal/spinal)

korban
 Berikan nafas dengan teknik
Penolong Doble EC-Clamp, lihat kenaikan
dada dan hindari ventilasi
2 AT(TPeEmNbTerIiOanNnafas)
Di
Gambar : Posisi Memegang BVM (C-Clamp)
yang
Bila tida k terdap berlebihan
bantuan, maat
(ha BPVaMstikuanntupkenmoleomngb
e ri k a n n a f a s
1 m e l ak u k a n ka
lkaokmukpraensiHdaenngdaOn
RJP DEWASA 2 PENOLONG
RJP ANAK & BAYI 2 PENOLONG
CPR dengan 2 orang penolong, masing-
masing penolong memiliki tugas spesifik Langkah 1
masing-masing, diantaranya: Danger (Bahaya >> Amankan)
 Segera gunakan AED (OHCA)/defribilator  Aman Diri Sendiri (memakai APD)
(IHCA)  Aman Lingkungan (Pastikan lingkungan
Saat penolong kedua datang membawa aman (tempat datar, tidak berarir dan keras),
AED (paska aktivasi emergency), penolong bila didalam kerumunan banyak orang,
kedua sesegera mungkin memberikan AED instruksikan keluar ruangan (IHCA) atau
kepada penolong pertama untuk menjauh (OHCA) dan instruksikan satu
mengoperasikan AED, sementara orang untuk tinggal atau mendampingi
penolong kedua sebagai saksi (OHCA).
menggantikan RJP.  Aman Korban (pastikan korban dalam
 Segera lakukan high quality CPR atau ikuti kondisi aman)
sesuai intruksi AED hingga team advance
datang
 Penolong harus bergantian dalam
melakukan kompresi tiap 2 menit, bila
memakai AED, pergantiankompresi
dilakukan mengikuti instruksi AED.
 Bila AED tidak tersedia namun terdapat Langkah 2
BVM: Response (Cek Respon)
Penolong Posisi Tugas

MedStar Page
MedStar Page
Untuk memeriksa respon korban, berikan tidak teraba.
rangsangan untuk membangunkan korban,
diantaranya:
 Panggil korban
 Tepuk bahu korban (anak)
Atau tepuk telapak kaki
(bayi)
 Jika korban tidak ada respon (Call for
Help),segera minta bantuan atauaktifkan
emergency dg telp.bila memngkinkan

Langkah 3
Circulation (Cek Nadi + Chek Nafas)
Periksa nadi dan pernafasan secara bersamaan,
Waktu pemeriksaan nadi maksimal <10 detik

 Chek nadi anak:Palpasi nadi karotis dan


Chek Nafas

 Chek nadi Bayi: Palpasi pada Nadi


brachialis dan Chek Nafas, Tempatkan 2/3
jari penolong di bagian dalam lengan atas
bayi, ditengah antara siku dan bahu.
 Rasakan denyut nadi dalam <10 detik.

Perhatian :
1. Bernapas nomal dan nadi teraba
Monitor pasien/ROSC atau aktifkan
emergency jika belum dilakukan.
2. Tidak bernpas normal namun nadi teraba
Lakukan rescue breathing /pemberian
bantuan napas 20-30 x/menit (tiap 2-3
detik) dan chek nadi tiap 2 menit.
Lakukan high quality CPR bila nadi dirasa

MedStar Page
3. Tidak bernapas Tekan cepat dan keras
normal/agonal gasping dan  Tekan sedalam 2 inch (5
nadi tidak teraba cm)atau minimal 1/3
 Bila penolong diameter posterior (AP)
sendirian dan dinding dada >>anak
menyaksikan kejadian Tekan sedalam 1,5 inch
henti jantung tinggalkan (4 cm)>> bayi
korban dan 3
 Kecepatan sekurang-
aktifkan emergency kurangnya 100-
(telp.ambulans 120x/menit
(OHCA)/telp. Kode  Perbangdingan
blue (IHCA), Segera kompresi 30:2 (cara
ambil AED (OHCA) hitung: 1,2,3...29,30 >>
atau trolly Emergency dst)
(IHCA), Bila terdapat Pastikan recoil dada (dada ke
orang lain, minta orang 4
posisi awal kembali)
tersebut untuk aktivasi 5 Minimalkan interupsi
emergency dan ambil AED
mendampingi penolong Langkah 5
sebagai saksi (OHCA).
 Bila penolong sendirian
dan tidak menyaksikan
kejadian henti jantung
langsung mulai CPR
selama 2 men
Langkah 4
Compression (Teknik Kompresi)
Buka baju sampai bagian dada
terlihat jelas, dan untuk
memungkinkan pemasangan pad
jika bantuan yang membawa AED
datang.

Langkah Tindakan
1 Posisikan diri penolong
Anak: 2 telapak tangan seperti
pada korban dewasa atau
dengan satu tangan
Bayi: teknik 2 jari (1 penolong)
– teknik 2 ibu jari melingkar
dada (2 penolong)
2

Gambar: Gambar:
compressi pada compressi pada
bayi anak

MedStar Page
Airway (Buka Jalan Napas) CPR dengan 2 orang penolong, masing-masing
Teknik pembebasan jalan nafas : penolong memiliki tugas spesifik masing-
 Head tilt- chin lift (angkat dagu- masing, diantaranya:
tengadahkan kepala)  Segera gunakan AED (OHCA)/defribilator
Dilakukan pada korban yang tidak (IHCA)
dicurigai terdapat cedera servikal/spinal Saat penolong kedua datang membawa
 Jaw Trust (Dorong rahang bawah) AED (paska aktivasi emergency),
Jika korban dicurigai cedera servikal penolong kedua sesegera mungkin
(patah tulang leher), lakukan jaw trust atau mengoperasikan AED
chin lift (angkat dagu)  Segera lakukan high quality CPR atau
 Maksimalkan patensi jalan napas dengan ikuti sesuai intruksi AED hingga team
memposisikan leher bayi pada posisi advance datang
sniffing hingga ear canal sejajar dengan Teknik kompresi pada anak dengan teknik 2
bahu bayi (AHA 2020). hati-hati saat telapak tangan sama dengan kompresi dewasa
menengadahkan kepala. Untuk bayi, tidak atau 1 tangan (sama seperti pada CPR 1
boleh terlalu tengadah karena ini akan penolong).
menutup jalan nafas korban. Teknik kompresi pada bayi dengan teknik 2
Pembebasan jalan napas pada bayi dilakukan ibu jari melingkar dada.
dengan cara memberikan sedikit ganjaran pada  Perbandingan Kompresi ventilasi pada
punggung penderita. Hal ini untuk anak dan bayi dengan 2 penolong
menyeimbangkan dengan bentuk kepala bayi menggunakan perbandingan 15:2
yang secara proporsi lebih besar dibandingkan  Penolong harus bergantian dalam
tubuhnya. melakukan kompresi tiap 2 menit, bila
memakai AED, pergantian kompresi
dilakukan mengikuti instruksi AED.
 Bila AED tidak tersedia namun terdapat
BVM:
Penolong pertama disamping korban
melakukan kompresi – penolong kedua diatas
kepala korban untuk memberikan ventilasi –
pergantian posisi tiap 2 menit atau jika
penolong kelelahan
Langkah 6
VENTILASI
BREATHING (PERNAFASAN)
Perbandingan Saat CPR, setelah 30 kompresi A. Perbandingan compressi dan ventilasi
berikan 2 kali nafas Pemberian ventilasi pada pasien henti
Berikan Nafas bantuan dengan cara : jantung tanpa alat bantu napas lanjut
 Mouth to Mouth (Mulut ke mulut) (tidak berbeda dengan pasien henti jantung yang
dianjurkan kontak langsung untuk sudah terpasang alat bantu napas lanjut,
menghindari resiko infeksi. berikut perbedaannya:
 Gunakan Bag Valve Mask (BVM) untuk 1. Teknik ventilasi tanpa alat bantuan
pemberian Breathing napas lanjut (Bag ValveMask)
 Segera lanjutkan kompresi setelah  Dewasa:
pemberian 2 kali ventilasi. kecepatan kompressi 100-
Setelah 2 menit CPR bila bantuan masih belum 120x/menit
datang dan belum aktifasi emergency (tidak Perbandingan kompressi 30:2
membawa hanphone), tinggalkan korban dan  Anak/bayi:
aktivasi emergency serta ambil AED kecepatan kompressi 100 -
(Gunakanlah AED dengan segera (OHCA) 120x/menit
(jika ada) Perbandingan kompressi 30:2 (1
penolong)
Perbandingan kompressi 15:2 (2
RJP ANAK & BAYI 2 PENOLONG penolong)
2. Teknik ventilasi yang telah terpasang
alat bantu napas lanjut (laryngeal mask
airway dan endotraceal intubation)

MedStar Page
 Kecepatan kompressi 100- tidak langsung terpasang).
120x/menit
 Pemberian ventilasi
tiap 6detik/10x/menit
 Kompressi dan ventilasi dilakukan
masing masing tanpa
perbandingan
B. Resque Breathing
Resque breathing/bantuan napas yang
diberikan pada korban henti jantung yang
teraba nadi namun tidak ada napas/napas
agonal gasping, caranya sebagai berikut:
Dewasa: diberikan tiap 6 detik (10x/menit)
Anak/bayi: diberikan tiap 2-3 detik (20-
30x/menit)
Catatan:
 Tiap pemberian 1x ventilasi dalam
waktu lebih dari 1 detik
 perhatikan pengembangan dada saat
memberikan ventilasi
 saat memberikan ventilasi teknik EC Grip
(1 penolong)/ VEGrip (2 penolong) harus
selalu diperhatikan
 chek nadi tiap 2 menit

III. AED (AUTOMATED EXTERNAL


DEFRIBILATOR)
Adalah alat portable yang dapat
menganalisa seacara otomatis irama yang
memerlukan kejut listrik. Defribilasi segera
merupakan salah satu bagian dari rantai
kelangsungan hidup korban henti jantung
dengan irama ventrikel fibrilasi/ventrikel
takikardi tanpa nadi. Oleh kareta itu, sarana
publik sekarang ini sudah banyak yang
menyediakan AED, diantaranya bandara,
mall-mall besar, pabrik, perkantoran, fasilitas
pendidikan dan fasilitas kesehatan.
Untuk model ataupun tipe AED sangat
bervariatif tergantung merk dagang masing-
masing, namun langkah-langkah penggunaan
AED secara umum sama. Berikut Langkah-
langkah penggunaan AED:
1. Nyalakan AED atau tekan “Power On”
Ada beberapa AED yang menyala
otomatis tanpa tekan tombol on jika
penutup AED dibuka
2. Ikuti instruksi selanjutnya:
a. Tempelkan Pad pada dada korban
(tanpa menghentikan kompresi)
 Pilih pad yang sesuai (dewasa
/ anak)
 Jangan lupa lepas
perekat/pelindung pad
AED
 Pasang kabel konektor AED (ada
beberapa AED kabel konektor
MedStar Page
nadi/ventrikel fibrilasi saat analisa 2

b. Saat AED
menginstruksikan
“don’t touch patient”
atau “clear” saat itu menit setelah compressi ventilasi
juga AED akan
menganalisa irama, Penggunaan AED pada korban KHUSUS
pastikan tidak ada yang 1. Korban dengan dada berbulu:
menyentuh korban agar  Cukur area dada yang akan dipasang pad
penilaian AED lebih (beberapa tas AED ada yang mempunyai
akurat(penolong kedua tempat khusus untuk penempatan alat
dalam posisi siap cukur)
menggantikan  Bila didalam tas AED ada pad AED 2
penolong pertama set, tempelkan 1 set pad AED pertama
untuk melakukan serekat mungkin untuk
compressi). Beberapa menarik/mengangakat bulu dada dengan
AED ada juga yang cepat, kemudian tempelkan kembali 1
menginstruksikan tekan set pad yang kedua.
tombol untuk analisa 2. Korban dengan dada basah/berkeringat
irama terlebih dahulu  Jika dada berkeringat, keringkan dada
(analisa irama tidak terlebih dahulu sebelum menempelkan
langsung secara pad AED
otomatis)
c. Bila AED
mengistruksikan
“Shock”, maka AED
akan mengatakan
“clear the victim dan
delive shock”
 Pastikan ulang tidak
ada seorangpun
yang menyentuh
korban dengan
mengatakan “every
body clear” atau
“clear”
 Kemudian baru
tekan tombol
“shock”
d. Perhatikan jikatidakada
instruksishock atau
setelah pemberian
shock segera lanjutkan
kompresi dada
e. Setelah 2 menit
compressi ventilasi,
AED akan
menginstruksikan
untuk mengulang point
2a-2c atau AED akan
langsung memberi
instruksi “don’t touch
patient”ketika muncul
irama ventrikel
takikardi tanpa

MedStar Page
 Jika masih dekat peraian (pasca
tenggelam), keluarkan/jauhkan korban VI. PENGHENTIAN CPR
dari perairan CPR dihentikan apabila:
3. Korban dengan terpasang 1. Jantung sudah berdetak ditandai adanya
pacemaker/implanted defribilator yang nadi dan nafas spontan atau batuk
kehabisan batrai 2. Setelah 30 menit tidak ada hasil
 Korban yang berisiko tinggi terkena 3. Penolong sudah kelelahan
serangan henti jantung, lebih seringnya 4. Ada penolong yang lebih ahli/ bantuan
langsung melakukan operasi datang
pemasangan pacemaker yang dapat 5. Sudah ada tanda-tanda kematian:
memberikan shock secara otomatis kebiruan, kekakuan, bau busuk, trauma
 Hindari pemasangan pad AED diatasnya yang memungkinkan tidak bisa
pacemaker tertolong seperti kepala putus
 Langkah-langkahnya sama yaitu dengan 6. Kebijakan SOP rumah sakit
mengikuti instruksi AED 7. Intruksi dokter
8. DNR

IV. RECOVERY POSITION


Korban non traumadiluar rumah sakit Alogaritma tatalaksana henti jantu
(OHCA) yang sudah pulih kembali denyut pembaharuan AHA 2020
jantung dan pernapasannya (nadi dan napas
ada) setelah dilakukan CPR, maka dilakukan
posisi recovery(dimiringkan) agar Amankan lokasi kejadian
mencegahterjadi aspirasi pada korban yang
tidak sadar, posisi tersebut dilakukan sampai
bantuan yang lebih ahli datang. Korban tidak menunjukan reaksi, te
untuk mendapatkan pertolongan te
Aktifkan system emergency melal

Bernapas normal,
ada denyut
Perhatikan apakah
napas terhenti atau
Pantau hingga tenaga tersengal dan periksa
medis datang denyut (secara
bersamaan). Apakah
V. KOMPLIKASI CPR denyut benar-benar
Selain manfaat yang didapat dari
tindakan Bantuan Hidup Dasar(CPR), ada
pula komplikasi yang kemungkinan bisa Napas terhenti atau tersengal,
tidak ada denyut
terjadi, antara lain:
1. Komplikasi ventilasi
a. Regurgitasi, aspirasi isi lambung
b. Gastric insuflasi (Penumpukan CPR
udara dilambung) Mulai siklus 30 kompressi dan 2 napa
c. Peningkatan tekanan intrathoraks gunakan AED segera setelah ters
(menurunkan cardiac output)
2. Komplikasi compressi
a. Fraktur sternum/ costae/iga AED tersedia
b. Pneumothoraks,
hemotoraks, kontusio Periksa ritme detak jantung,
c. Flail chest ritme dapat terkejut?
d. Emboli udara
e. Ruptur aorta Ya, ritme dapat
f. Luka organ lain seperti dikejut
Laserasi/ruptur hati, limpa
dll
Terapkan 1 kejut, segera lanjutkan CPR S
kurang lebih 2 menit (hingga AED
MedStar Emergency Page
membolehkan pemeriksaan ritme). Lanjutkan pe
hingga team advance datang atau korban ad
Alogaritma tatalaksana henti jantung ped
pembaharuan AHA 202

Amankan lokasi kejadian

Korban tidak menunjukan reaksi, te


untuk mendapatkan pertolongan ter
Aktifkan system emergency melalu
(jika tersedia)

Bernapas normal,
ada denyut Perhatikan apakah
napas terhenti atau
Aktifkan system tersengal dan periksa
emergency (jika belum denyut (secara
dilakukan). Kembali bersamaan). Apakah
pada korban dan denyut benar-benar
Pantau hingga tenaga ada dalam 10 detik?
medis datang

Napas terhenti atau tersengal,


tidak ada denyut

Korban
terlihat jatuh
mendadak?

TIDAK

CPR
1 penolong Mulai siklus 30 kompressi d
buatan, (jika penolong kedua datang, gun
15:2). gunakan AED segera setelah t

Jika penolong masih sendiri kurang lebih setelah 2 menit, akt


ambil AED (jika belum dilakuka

AED Menganalisa ritme,


MedStar Emergency Pagerit2m3e dapat
terkejut?
Ya, ritme dapat
dikejut
Alogaritma tatalaksana henti jantung pedi
pembaharuan AHA 202

Amankan lokasi kejadian

Korban tidak menunjukan reaksi, ter


untuk mendapatkan pertolongan terd
Penolong pertama tetap mendampi
korban, penolong kedua Aktifkan sy
emergency serta ambil AED & pera
gadar

Bernapas normal,
ada denyut Perhatikan apakah
napas terhenti atau
Pantau hingga tenaga tersengal dan periksa
medis datang denyut (secara
bersamaan). Apakah
denyut benar-benar
ada dalam 10 detik?

Napas terhenti atau tersengal,


tidak ada denyut

CPR
Penolong pertama Mulai siklus 30 kompr
napas buatan, setelah penolong kedua k
gunakan rasio 15:2. gunakan AED seger
tersedia

MedStar Emergency PPaergikesa2r4itme detak


jantung,
ritme dapat terkejut?
Ya, ritme dapat
MedStar Page
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
Resusitasi jantung Paru Dewasa
No Tindakan Teknik
Danger Menggunakan APD
(pastikan aman diri, Perhatikan posisi korban dan lingkungan, apakah ada yang dapat
1 membahayakan korban/penolong
aman lingkungan
dan aman pasien) Pastikan korban berbaring dipermukaan yang datar dan keras
Response
2 (pastikan tidak Tepuk bahu korban dan panggil: “pak... atau buk.. . .bangun”
berespon)
Call for help 3 T (Tunjuk, Teriak, Telfon)
3 (aktifkan system Ambil AED dan peralatan gawat darurat atau minta seseorang untuk
emergency) mengambilnya
Pastikan tidak ada Perhatikan napas berhenti atau tersengal (agonal gasping) dan periksa denyut
4
nadi dan napas nadi carotis secara bersamaan (<10 detik (cara hitung: 1,2,3...10)
Tidak ada napas atau agonal gasping dan nadi tidak teraba
Atur posisi penolong
Buka pakaian yang menutupi dada
Letakan tumit telapak tangan di tengah dada korban (mid sternum), Letakan
Compression telapak tangan lainnya diatas tangan yang pertama
5 (beri kompresi Posisi lengan penolong lurus dan posisi bahu tepat diatas lengan
dada) Kompresi dengan perbandingan 30:2 dan kecepatan 100-120/ menit
Kedalaman kompresi 2,5 inch (6 cm)
Full chest recoil
Minimal interupsi antar pergantian penolong tidak lebih dari 10 detik
Airway
6 korban trauma: jaw trust/chin lift, korban non-trauma: head tilt chin lift
(buka jalan napas)
Gunakan barrierdevice mask (pocket mask/face shield), bila tidak ada hanya
Breathing lakukan kompresi dada sampai bantuan datang kecuali korban memiliki
7 (memberi bantuan kedekatan dengan penolong seperti suami/istri/orang tua/anak
napas/ventilasi) Terapkan teknik EC-Grip pada pocket mask saat memberikan 2 kali napas,
sambil melihat pengembangan dada korban
Segera lanjutkan Segera lanjutkan kompresi setelah memberikan 2 kali bantuan napas
melakukan
8 RJP dilakukan sampai ada kriteria untuk menghentikan RJP (ada tanda
kompresi dada bernapas, batuk dll) atau sampai team advance sudah datang
kembali
Hentikan RJP, segera chek nadi karotis setiap 2 menit, Bila nadi teraba segera
chek napas dengan melihat pengembangan dada
9 Evaluasi Bila tidak ada napas, berikan ventilasi (rescue breathing) 10x/menit (1 kali
napas
setiap 6 detik) selama 2 menit menggunakan BVM jika tersedia, selalu chek
nadi napas setiap 2 menit
Posisi pemulihan Bila nadi karotis teraba dan napas sudah ada, lakukan posisi pemulihan/recovery
10
(OHCA/IHCA) position (OHCA) atau tatalaksana ROSC (IHCA)
Catatan:
 Bila penolong kedua datang membawa AED dan BVM: penolong pertama segera menyalakan AED
dan mengambil alih AED serta ikuti instruksi selanjutnya, penolong 1 dan penolong 2 bertukar posisi
setiap evaluasi 2 menit
 Bila penolong 2 hanya membawa BVM: penolong kedua menggantikan kompresi setelah penolong
pertama melakukan pemberian kompresi 30x dan ventilasi 2x atau jika penolong pertama melakukan
hand only CPR, segera gantikan posisi kompresi dan penolong pertama pindah posisi diatas kepala
korban untuk memberikan 2 ventilasi setelah 30 kompresi diberikan

MedStar Page
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
Resusitasi jantung Paru Anak & Bayi
No Tindakan Teknik
Danger (pastikan Menggunakan APD
aman diri, aman Perhatikan posisi korban dan lingkungan, apakah ada yang dapat membahayakan
1 korban/penolong
lingkungan dan
aman pasien) Pastikan korban berbaring dipermukaan yang datar dan keras
Response
Anak: panggil dan tepuk bahu
2 (pastikan tidak
Bayi : panggil dan tepuk-tepuk bagian telapak kaki bayi
berespon)
3 T (Tunjuk. Teriak, Telfon)
Minta pertolongan
Perhatikan napas berhenti atau tersengal (agonal gasping) dan periksa denyut
terdekat&Pastikan
3 nadi secara bersamaan (<10 detik (cara hitung: 1,2,3...10)
tidak ada nadi dan
Chek nadi anak: nadi karotis
napas
Chek nadi bayi: nadi brachialis
Bila korban terlihat tiba-tiba tidak sadarkan diri (disaksikan), lakukan point No.4
Call for help aktifkan system emergencyAmbil AED serta peralatan gawat darurat atau minta
4 (aktifkan system seseorang untuk mengambilnya
emergency) Anda segera lakukan RJP
Bila korban tidak diketahui kapan terjadi tidak sadarkan diri (tidak disaksikan), lakukan point No.5
Atur posisi penolong
Buka pakaian yang menutupi dada
Anak: Letakan kedua telapak tangan di tengah dada korban (seperti RJP pada
dewasa) atau satu telapak tangan
Compression Bayi: letakan 2 jari di tengah dada bayi (setengah tulang dada bagian bawah)
5 (beri kompresi Kompresi dengan kecepatan 100-120/ menit
dada)
Anak: Kedalaman kompresi 1/3 dinding anteroposterior dada atau 2 inch (5cm)
Bayi: Kedalaman kompresi 1,5 inch (4cm)
Full chest recoil
Minimal interupsi antar kompresi tidak lebih dari 10 detik
Airway (buka
6 jalan napas) korban trauma: jaw trust/chin lift, korban non-trauma: head tilt chin lift
Gunakan barrierdevice mask (pocket mask/face shield), bila tidak ada hanya
Breathing lakukan kompresi dada sampai bantuan datang kecuali korban memiliki
7 (memberi bantuan kedekatan
napas/ventilasi) dengan penolong seperti suami/istri/orang tua/anak
Terapkan teknik EC-Klem pada pocket mask saat memberikan 2 kali napas,
sambil melihat pengembangan dada korban
Segera lanjutkan Segera lanjutkan kompresi setelah memberikan 2 kali bantuan napas
melakukan
8 RJP dilakukan sampai ada kriteria untuk menghentikan RJP (ada tanda bernapas,
kompresi dada batuk dll) atau sampai team advance sudah datang
kembali
Hentikan RJP, segera chek nadi setiap 2 menit, Bila nadi teraba segera chek
napas dengan melihat pengembangan dada
9 Evaluasi Bila tidak ada napas, berikan ventilasi (rescue breathing) 20-30x/menit (1 kali
napas setiap 2-3 detik) selama 2 menit menggunakan BVM jika tersedia, selalu
chek nadi napas setiap 2 menit
Posisi pemulihan Bila nadi teraba dan napas sudah ada, lakukan posisi pemulihan/recovery position
10 (OHCA/IHCA) (OHCA) atau tatalaksana ROSC (IHCA)
Catatan:
 Bila penolong kedua datang membawa AED dan BVM: penolong kedua segera menyalakan AED dan
ikuti instruksi selanjutnya, penolong 1 dan penolong 2 bertukar posisi setiap AED menginstruksikan
untuk analisa irama, lakukan perbandingan RJP 15:2 dengan kecepatan 100-120x/mnt, dan pada bayi
teknik kompresi menjadi 2 jari melingkar dada bayi
 Bila penolong 2 hanya membawa BVM: penolong kedua menggantikan kompresi setelah penolong
pertama melakukan pemberian kompresi 30x dan ventilasi 2x atau jika penolong pertama melakukan
hand only CPR, segera gantikan posisi kompresi dan penolong pertama pindah posisi diatas kepala
korban untuk memberikan 2 ventilasi setelah 30 kompresi diberikan, penolong kedua melakukan
kompresi dengan perbandingan 15:2

MedStar Page
BAB IVAirway Breathing Managemenet

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM merupakan keadaan lain yang memerlukan


perhatian segera. Mekanisme perlukaan
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu
biasanya adalah penumpang mobil yang tanpa
mengelola jalan napas dan pernapasan pada
sabuk pengaman dan kemudian terlempar ke
kondisi gawat darurat.
kaca depan saat tabrakan. Trauma pada
bagian tengah wajah (mid – face) dapat
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS menyebabkan fraktur / dislokasi yang
beresiko mengganggu oro atau naso – faring.
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:
Fraktur tulang wajah dapat
1. Mengidentifikasi masalah-masalah yang
menyebabkan perdarahan, sekresi yang
terjadi pada pernapasan
meningkat serta avulasi gigi yang menambah
2. Mengidentifikasi kepatenan jalan napas
masalah pada jalan nafas. Fraktur ramus
3. Melakukan pembersihan jalan napas
mandibula, terutama bilateral, dapat
4. Membuka jalan napas
menyebabkan lidah jatuh ke belakang dan
5. Melakukan bantuan napas
gangguan jalan nafas pada posisi terlentang.
6. Melakukan manuver pembebasan jalan
Korban gawat darurat yang menolak untuk
napas akibat tersedak
berbaring mungkin ada gangguan jalan nafas.
7. Memposisikan sesuai kondisi pasien
Perlukaan daerah leher beresiko adanya
8. Melakukan pemberian terapi oksigen
gangguan jalan nafas karena rusaknya laring,
aliran rendah
trakhea, atau karena adanya perdarahan dalam
I. PENDAHULUAN
jaringan lunak yang menekan jalan nafas.
Terganggunya jalan nafas dapat terjdai
Berkurangnya pasokan darah yang
secara cepat dan tiba – tiba, atau perlahan dan
mengadung oksigen ke otak merupakan
parsial. Peristiwanya dapat progresif atau
penyebab kematian pada kasus trauma. Saat
rekuren. Takipnea walaupun dapat
pertama kali napas berhenti, maka jantung
disebabkan oleh nyeri dan ketakutan, namun
akan ikut berhenti dalam beberapa menit
harus selalu diingat kemungkinan gangguan
kemudian. Hal tersebut dikarenakan jantung
jalan nafas yang dini. Karena itu penilaian
membutuhkan suplay oksigen yang terus
jalan nafas (airway) dan pernafasan
menerus untuk dapat berfungsi. Saat suplay
(breathing) sangat penting.
oksigen di berhenti, sel sel otak memulai
Korban gawat darurat dengan
mengalami kematian dalam 4-6 menit
kesadaran menurun mempunyai resiko tinggi
pertama yang disebut mati klinis. Mati klinis
untuk gangguan jalan nafas, dan kerap kali
merupakan kondisi dimana jantung dan
memerlukan jalan nafas definitif. Korban
pernafasan terhenti. Waktu tersebut
gawat darurat tidak sadar, intoksikasi alkohol
merupakan waktu emas (golden time) untuk
atau perlukaan intrathoraks beresiko
melakukan resusitasi jantung paru (RJP). Jika
terganggunya pernafasan (breathing). Pada
sel-sel tubuh tidak menerima oksigen dalam
korban gawat darurat seperti ini jalan nafas
waktu 6-8 menit sejak suplay oksigen
definitif ditujukan untuk : memberikan jalan
berhenti, maka akan terjadi kerusakan sel
nafas yang adekuat, memberikan oksigen
irreversible (mati biologis). Kondisi tersebut
tambahan, membantu ventilasi dan mencegah
terjadi karena terlalu banyak sel-sel otak yang
aspirasi. Menjaga oksigenasi serta mencegah
mati. Pada kasus kematian klinis memiliki
hiperkarbia sangat penting pada trauma
peluang kemungkinan untuk hidup kembali,
kapitis.
bila segera dilakukan RJP dengan cepat dan
Petugas kesehatan harus
tepat.
mengantisipasi kemungkinan muntah pada
Pada saat penilaian awal (initial
semua korban gawat darurat trauma. Adanya
assessment), bila ditemukan korban gawat
cairan lambung di orofaring menandakan
darurat sadar yang dapat berbicara biasa,
kemungkinan aspirasi yang dapat terjadi
keadaan ini untuk sementara menjamin
secara mendadak. Trauma pada wajah
adanya

MedStar Page
airway yang baik. Karena itu, tindakan hipofaring (bagian akhir dari faring) dan
pertama adalah berusaha berbicara kepada selanjutnya bagian laring.
korban gawat darurat. Jawaban yang adekuat Di bawah faring terdapat esofagus dan
menjamin airway yang baik, pernafasan yang laring yang merupakan permulaan jalan nafas
baik serta perfusi ke otak yang baik. bawah. Di dalam laring terdapat pita suara
Gangguan dalam menjawab pertanyaan dan otot-otot yang dapat membuatnya
menunjukkan gangguan kesadaran, gangguan bekerja, serta terdiri dari tulang rawan yang
jalan nafas (airway) atau gangguan kuat. Pita suara merupakan suatu lipatan
pernafasan (breathing). jaringan yang mendekat di garis tengah.
Hal yang penting dan harus selalu Tepat diatas laring, terdapat struktur
diperhatikan khususnya pada pasien yang yang berbentuk daun yang disebut epiglotis.
mengalami multiple trauma selain Epiglotis berfungsi sebagai pintu gerbang
penangana.n airway harus pula selalu yang akan mengantarkan udara yang menuju
memperhatikan untuk melakukan imobilisasi trakea, sedangkan benda padat dan cair akan
pada tulang leher / servikal sebab pasien yang dihantarkan menuju esofagus.
mengalami multiple trauma kemungkinan Pada kondisi pasien yang tidak
besar mengalami patah tulang servikal. sadarkan diri, lidah dapat jatuh menutupi
II. ANATOMI jalan napas. Sehingga dengan teknik
Pernapasan terdiri dari trakea dan mengangkat mandibula (teknik jaw trust/chin
cabang-cabangnya serta paru-paru. Pada saat lift/head tilt chin lift) akan menyebabkan
inspirasi, dimana 21% oksigen yang tulang hyoid dan epiglotis terangkat, sehingga
terkandung dalam udara berjalan melalui jalan napas dapat terbuka. Disamping itu
jalan napas atas menuju jalan napas bawah teeknik tersebut juga dapat mempertahankan
sebelum mencapai paru-paru, yaitu tempat epiglotis agar tetap elevasi dan tidak
dimana pertukaran gas sebenarnya terjadi. menutupi dinding faring posterior.
Trakea terbagi lagi menjadi 2 cabang, yaitu Pada laring terdapat pita suara yang
bronkus utama kanan dan bronkus utama kiri. dilindungi oleh kartilago tiroid, yaitu struktur
Masing- masing bronkus primer dan berbentuk Huruf C. Pada umumnya, kartilago
kemudian terbagi lagi menjadi bronkiolus. tiroid dapat terlihat jelas pada permukaan
Bronkiolus (cabang bronkus yang sangat leher bagian anterior yang disebut laryngeal.
kecil) ini akan berakhir di alveoli, dimana Penekanan pada kartilago tiroid dapat
terdapat kantung-kantung udara kecil yang menyebabkan pita suara lebih mudah terlihat
dikelilingi oleh kapiler- kapiler. Di alveoli saat intubasi endotracheal yang disebut
inilah system respiratorik bertemu dengan dengan teknik external laryngeal
system sirkulatorik (system pembuluh darah) manipulation (ELM).
dan disini pulalah terjadi pertukaran gas. Kartilago tiroid di bagian inferior
Sistem pernafasan manusia terdiri dari disebut cricoid, yaitu kartilago yang
jalan napas atas dan jalan napas bawah. berbentuk seperti cicin dibagian depan dan
Setiap bagian dari system ini memainkan stempel diabgian belakang. Cricoid dapat
peranan yang penting dalam menjamin dipalpasi pada permukaan leher di laring
terjadinya pertukaran gas, yaitu suatu proses inferior dan akan teraba seperti benjolan kecil
dimana oksigen dapat masuk ke aliran darah dibawah tiroid. Penekanan pada krikoid
dan karbondioksida dapat dilepaskan. dipermukaan leher anterior dapat menutup
a. Jalan Napas Atas (Upper Airway) esofagus yang disebut dengan teknik sellick
Upper airway terdiri dari rongga maneuver, teknik ini bertujuan untuk
hidung hingga ke laring. Udara yang masuk mengurangi resiko regurgitasi gastric selama
melalui rongga hidung akan mengalami intubasi dan mencegah masuknya udara ke
proses penghangatan atau humidifikasi, dan dalam lambung selama pemberian ventilasi
penyaringan dari segala kotoran. Setelah agar tidak terjadi aspirasi. Bila ada
rongga hidung, dapat dijumpai daerah faring, kecurigaan cedera servical, maka imobilisasi
yaitu mulai dari bagian belakang palatum harus tetap dilkukan selama teknik Sellick
mole (langit-langit lunak) sampai ujung maneuver.
bagian atas dari esofagus. Faring terdiri dari Jaringan penghubung antara kartilago
lapisan otot dan membran mukosa. Faring tiroid inferior dengan krikoid superior disebut
terbagi menjadi 3, yaitu nasofaring (bagian membran krikotiroid, membran tersebutlah
atas), orofaring (bagian tengah), dan sebagai tempat akses menuju jalan napas
langsung dibawah pita suara.

MedStar Page
b. Jalan Napas Bawah (Lower Airway) darah, melintas membrane alveokar-kapiler,
Lawer airway terdiri dari trakea,
masuk ke dalam alveoli dan dikeluarkan
percabangan (Carina) dan bronchus hingga
bronkhiolus. Pada saat inspirasi, udara selama ekspirasi. Hal yang sangat penting
berjalan melalui jalan napas atas menuju jalan dalam proses ini adalah bahwa alveoli harus
napas bawah sebelum mencapai paru-paru, terus menerus mengalami pengisian udara
yaitu tempat dimana pertukaran gas segar yang mengandung oksigen dalam
sebenarnya terjadi. Trakea terbagi lagi jumlah adekuat. Proses pernafasansendiri ada
menjadi 2 cabang, yaitu bronkus utama kanan dua yaitu inspirasi (menghirup) dan ekspirasi
dan bronkus utama kiri. Masing-masing
(mengeluarkan nafas).
bronkus terbagi lagi menjadi bronkiolus.
Bronkiolus (cabang bronkus yang sangat Inspirasi dilakukan oleh dua jenis otot:
kecil) ini akan berakhir di alveoli, dimana 1. Otot interkostal, antara iga-iga.
terdapat kantung-kantung udara kecil yang Pernafasan ini dikenal sebagai
dikelilingi oleh kapiler-kapiler. Di alveoli pernafasan torakal. Otot dipersarafi oleh
inilah sistem respiratorik bertemu dengan nervus interkostalis (torakal 1 – 12)
sistem sirkulatorik (sistem pembuluh darah) 2. Otot diafragma, bila berkontraksi
dan disini pulalah terjadi pertukaran gas.
diafragma akan menurun. Hal ini dikenal
III. FISIOLOGI
Sistem respiratorik memiliki 2 fungsi sebagai pernafasan abdominal, dan
utama. Pertama sistem ini berfungsi persarafan melalui nerfus frenikus yang
menyediakan oksigen bagi sel darah merah, berasal dari cervikal 3-4-5.
yang kemudian akan membawa oksigen Pernafasan Terdiri Dari beberapa Proses,
tersebut ke seluruh sel tubuh. Dalam proses diantaranya:
metabolisme aerobik, tubuh menggunakan  Ventilasi: pertukaran udara
oksigen sebagai bahan bakar dan akan
keluar masuk paru-paru.
memproduksi karbondioksida sebagai hasil
sampingan. Pelepasan karbondioksida dari  Respirasi : pertukaran gas antara
tubuh ini merupakan tugas kedua bagi sistem oksigen dengan karbondioksida pada
respiratorik. Kegagalan dalam mengenal tingkat sel
airway yang tersumbat sebagian atau  Distribusi : pembagian udara ke
ketidakmampuan pasien untuk melakukan cabang-cabang bronchus
ventilasi dengan cukup. Gabungan obstruksi
airway dengan ketidak cukupan ventilasi  Diffusi : peresapan masuknya
dapat menyebabkan hipoksia sehingga akan oksigen dari alveoli ke darah
mengancam nyawa. Keadaan seperti ini danpengeluaran CO2 dari darah ke
mungkin terlupakan bila ditemukan perlukaan alveoli
yang nampaknya lebih serius.  Perfusi : aliran darah yang membawa
Setiap kali bernapas, udara akan O2 ke jaringan
mengalir ke system respiratorik. Ketika udara Pusat pernafasan ada di batang otak,
atmosfer mencapai alveoli, oksigen akan yang mendapat rangsangan melalui baro
bergerak dari alveoli, melintas membran reseptor yang terdapat di aorta dan arteri
alveoli kapiler dan menuju sel darah merah. karotis. Melalui nervus frenikus dan nervus
Sistem sirkulatorik kemudian akan membawa interkostalis akan menjadi pernafasan
oksigen yang telah berikatan dengan sel darah abdomino-torakal (pada bayi disebut torako-
merah ini menuju jaringan tubuh, yang mana abdominal).
oksigen akan digunakan sebagai bahan bakar Dalam keadaan normal volume
dalam proses metabolisme. Jika oksigen udara yang kita hirup saat bernafas dikenal
mengalami pemindahan dari alveoli ke sel sebagai tidal volume. Bila membutuhkan
darah merah, maka sebaliknya dengan oksigen lebih banyak maka akan dilakukan
karbondioksida yang mengalami pemindahan penambahan volume pernafasan melalui
dari plasma ke alveoli. Karbondioksida pemakaian otot-otot pernafasan tambahan.
diangkut oleh plasma, bukan oleh sel darah IV. PATOFIOLOGI
merah. Karbondioksida bergerak dari aliran

MedStar Page
Gangguan pernapasan dapat terjadi Hal yang penting dan harus selalu
karena kegagalan dalam mengenal airway diperhatikan khususnya pada pasien yang
yang tersumbat sebagian atau mengalami multiple trauma selain
ketidakmampuan pasien untuk melakukan penangana.n airway harus pula selalu
ventilasi dengan cukup. Terjadinya obstruksi memperhatikan untuk melakukan imobilisasi
airway bersamaan dengan ketidakcukupan pada
tulang leher / servikal sebab pasien yang
ventilasi dapat menyebabkan hipoxia mengalami multiple trauma kemungkinan
sehingga dapat mengancam nyawa, keadaan besar mengalami patah tulang servikal.
seperti ini mungkin bisa saja terlupakan bila Pasien yang memakai helm dan
ditemukan perlukaan yang nampak lebih memerlukan penanganan airway memerlukan
serius. imobilisasi tulang belakang, leher pada posisi
Terganggunya system respiratorik yang netral sementara helm dibuka. Prosedur ini
akan mempengaruhi dalam penyediaan memerlukan 2 orang: orang pertama
oksigen yang adekuat dan pelepasan melakukan inline imobilisasi dari bawah,
karbondioksida diantaranya melalui : sementara orang kedua melepas helm dari
1. Hipoventilasi akibat hilangnya sebelah aatas. Setelah helm dibuka inline
penggerak usaha bernapas (ventilator imobilasasi tulang belakang dan leher harus
drive), yang biasanya disebabkan tetap dilakukan untuk patensi jalan napas.
oleh penurunan fungsi neurologis. Pada saat penilaian awal (initial
2. Hipoventilasi akibat adanya obstruksi assessment), hindari pergerakan pada area
aliran udara pada jalan napas ayas cervical dan spinal, kecurigaan cedera
dan bawah cervical didasarkan pada mekanisme trauma
3. Hipoventilasi akibat penurunan yang terjadi atau mendukung. Berdasarkan
kemampuan pari untuk mengembang. mekanisme yang mendukung aggaplah pasien
4. Hipoksia akibat penurunan absorbsi mengalami cedera sevical, segera lakukan
oksigen melalui membrane alveolar fiksasi cervical dengan memasang neck
kapiler. collar. Bila pasien belum berada diatas papan
5. Hipoksia akibat penurunan aliran darah keras, segera pindahkan menggunakan long
ke alveoli spine board lengkap dengan head emobilizer .
6. Hipoksia akibat penurunan aliran darah Langkah utama penilaian dan
udara untuk mencapai alveolus, biasanya tatalaksana jalan napas yang mengancam
karena terisi oleh air atau debris. nyawa adalah menentukan tanda objektif
7. Hipoksia pada tingkat seluler akibat adanya obstruksi jalan napas dan
penurunan aliran darah ke sel mengidentifikasi adanya trauma atau luka
jaringan. bakar di area wajah dan leher. Pada penilaian
Tiga gangguan pertama di atas ini dengan cara menstimulus melalui
merupakan keadaan hipoventilasi akibat berbicara. Kegagalan dalm merespon
penurunan volume per menit, jika tidak rangsangan suara atau respon yang tidak
ditangani segera maka hipoventilasi akan sesuai menunjukan adanya gangguan
mengakibatkan penumpukan karbondioksida, Masalah pada airway/jalan nafas yaitu
asidosis, metabolism anaerobic, dan sumbatan. Sumbatan/obstruksi dapat terjadi
seringkali kematian. baik totol maupun parsial.
A. Sumbatan Total
V. AIRWAY MANAGEMENT
Sumbatan total terjadi karena benda
Gangguan yang terjadi pada airway dapat
asing yang menutup airway secara tiba-tiba
berupa sumabatan secara total maupun
yang dikenal dengan istilah tersedak
sebagian (parsial). Airway dinyatakan tidak
(Chocking). Diantaranya Tanda yang
mengalami sumbatan ketika penderita masih
mudah dikenali pada pasien yang
bisa berbicara dengan baik tanpa adanya
mengalami sumbatan jalan napas total
suara tambahan.
adalah :
Adanya masalah gangguan pada jalan
1. Mendadak tidak bisa berbicara, batuk
napas dan pernapasan yang tidak segera
dan bernapas
diatasi dapat mengakibatkan kematian, maka
2. Berontak sambil memegangi leher
pentingnya mengenali tanda dan gejala
3. Sianosis (Kebiruan)
sangatlah mempengaruhi dari kecepatan dan
4. Mendadak tidak sadar
ketanggapan dalam mengatasi masalah pada
5. Kesulitan bernapas
airway atau jalan nafas.

MedStar Page
Pada pasien dewasa dan anak yang Sumbatan parsial dibedakan menjadi tiga
sadar dapat dilakukan Heimlich Maneuver bagian yaitu:
atau abdominal thrust,Pada wanita 1. Sumbatan karena cairan (gurgling)
hamil/obesitas maka lalukan chest thrust. Setiap pasien trauma
Sedangkan pada bayi, yang dapat dilakukan mempunyai resiko mengalami
adalah dengan teknik chest thrust and back sumbatan airway karena cairan yang
blow. disebabkan oleh darah, secret, air
Finger sweep boleh dilakukan jika liur atau karena muntah. Sumbatan
benda terlihat, jika tidak terlihat maka tidak karena cairan dapat mengakibatkan
disarankan untuk melakukan finger sweep, aspirasi yaitu masuknya cairan
karena dapat mendorong benda asing asing kedalam paru-paru pasien.
semakin menyumbat jalan napas. Sumbatan jalan napas karena cairan
dapat didefinisikan dengan adanya
suara gurgling yaitu suara seperti
berkumur-kumur dari mulut pasien.
Upaya penanganan sumbatan
airway karena cairan adalah dengan
cara manual atau menggunakan alat
penghisapan / suction sesegera
Gambar : Finger Sweep Gambar : Heimlich Manuver
mungkin.
Suctioning dapat dilakukan
dengan kateter suction (suction
canule) baik yang kaku (rigid tip)
maupun yang lembut (soft/flexible
tip). Soft tip digunakan untuk
penghisapan cairan (darah, secret
dsb) sedangkan untuk darah yang
Gambar : Chest Thrust Gambar : Back Blow menggumpal atau sisa makanan
(muntah) menggunakan rigid tip.
2. Sumbatan karena lidah (snoring)
Pada pasien yang mengalami
penurunan kesadaran, maka
mungkin pangkal lidah jatuh ke
belakang dan menyumbat
hipofaring. Hal ini karena otot-otot
lidah lemas atau mengalami
kelumpuhan. Cara mengatasi
sumbatan airway karena sumbatan
pangkal lidah pada prinsipnya
adalah mengangkat pangkal lidah
agar tidak menyumbat jalan napas.
Tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi sumbatan ini dibagi 2,
Gambar : Heimlich Manuver dan Abdominal Thrust secara manual atau dengan
menggunakan alat. Tindakan
manual yaitu dengan melakukan
jaw trust atau chin lift (pada pasien
Pada pasien dewasa dan anak yang
trauma), atau dengan head tilt chin
mengalami tidak sadarkan diri, lakukan
lift (pada pasien non trauma). Jika
teknik RJP tanpa pengecekan nadi
alat sudah tersedia segera pasang
terlebih dahulu. Jika pada bayi, lakukan
Oroparingeal airwaay (bila tidak
seperti pasien dewasa dengan teknik RJP
ada gangguan reflek) atau
bayi. Selalu chek adanya benda asing
Nasoparingeal Airway (bila ada
sebelum memberikan ventilasi, jika
gangguan reflek).
terlihat benda asing segera ambil.
3. Sumbatan anatomis (crowing)
B. Sumbatan Parsial

MedStar Page
Sumbatan ini disebabkan oleh INGAT !!! Pada pasien dengan dugaan
penyakit salura pernapasan atau karena cedera leher (trauma cervikal) dan
adanya trauma yang mengakibatkan kepala, lakukantindakan ini dengan hati
pembengkakan pada airway (trauma – hati dan mencegah gerakan leher.
inhalasi pada kebakaran atau trauma o Heat tilt chin lift
tumpul leher) ataupun desakan Head titl chin lift manuver
neoplasma. Sehingga Timbul suara adalah metode yang dipilih pada
"crowing" atau stridor respirotoir. pasien yang tidak dicurigai
Keadaan ini hanya dapat diatasi mengalami fraktur servikal.
dengan perbaikan airway pada bagian Tindakan ini dilakukan
distal dari sumbatan, misalnyaairways pertama kali pasien non trauma
definitife atau dengan penanganan yang tidak sadar. Head titl lift
secara surgical dengan membuat adalah tindakan mengangkat dagu
airway alternatif tanpa melalui mulut dengan menengadahkan kepala.
atau hidung pasien. Pada pasien trauma hanya
C. Teknik Menjaga Jalan Napas dianjurkan chin lift, sedangkan
Teknik membuka jalan napas dapt headtitl (menengadahkan kepala)
dilakukan dengan berbagai cara, tidak doperbolehkan karena dapat
tergantung dari masalah yang muncul. memanipulasi servikal pasien.
Pemilihan teknik yang tepat akan sangat Tindakan chin lift dilakukan
efektif dalam mengatasi gangguan jalan dengan cara jemari satu tangan
napas, selalu perhatikan indikasi serta diletakkan di bawah rahang, yang
kontra indikasi dalam pemilihan alat. kemudian secara hati-hati diangkat
Pada kasus trauma juga harus selalu ke atas untuk membawa dagu
diingat untuk melakukan kontrol kearah depan. Ibu jari tangan yang
servikal, berikut teknik-teknik yang sama, dengan ringan menekan
dapat dilakukan untuk membuka jalan bibir bawah untuk membuka
napas: mulut Ibu jari dapat juga
1.Basic Airway diletakkan dibelakang gigi seri
a. Membuka jalan napas secara bawah dan secara bersamaan, dagu
manual dengan hati-hati diangkat.
o Chin lift atau jaw trust b. Membuka jalan napas dengan
Tindakan chin lift tidak alat
boleh menyebabkan  Suction
hiperekstensi leher. Tindakan Soft tip dapat dipakai
ini berguna pada pasien untuk melakukan suction
trauma karena tidak daerah hidung atau naso
membahayakan pasien yang faring serta dapat dimasukan
dicurigai patah tulang leher kedalam endotrachealtube
atau mengubah patah tulang (ETT). Bila memakai softtip
leher tanpa cedera sumsum masuk kearah nasofaring
tulang belakang menjadi harus selalu diukur, jangan
cedera sumsum tulang sampai terlalu jauh. Pada
belakang. fraktur basis kranii soft tip
Jaw Thrust adalah yang dimasukkan lewat
tindakan mendorong rahang hidung selalu ada
ke arah atas dengan cara kemungkinan masuk rongga
memegang sudut rahang tengkorak.
bawah (angulus mandibulae) Rigid tip dapat
kiri dan kanan, lalu menyebabkan timbulnya
mendorong rahang bawah refleks muntah bila
kearah atas, dengan bersinggungan dengan
terdorongnya rahang ke atas dinding farong atau bahkan
maka airway yang sebelumnya tertutup menimbulkan Perlukaan. Walaupun
oleh pangkal lidah dapat terdorong ke demikian rigidtip lebih disukai karena
atas sehingga membebaskan saluran manipulasi alat lebih mudah dan
pernafasan.

MedStar Page
suction lebih efektif. Tindakan karena dapat merusak mulut, faring dan
suctioning dapat menghisap oksigen lidah.
yang ada dalam jalan napas, oleh Yang perlu diperhatikan saat
karena itu lamanya suctioning pemasangan Oro Pharyngeal Airway
maksimal 15 detik pada orang (OPA) adalah sebagai berikut :
dewasa, maksimal 5 detik pada anak- o Selalu menjaga imobilisasi servical
anak dan maksimal 3 detik pada bayi. pada pasien yang dicurigai
mengalami fraktur servikal.
o Pilih ukuran OPA yang cocok,
dengan cara mengukur sesuai dengan
jarak sudut mulut ke auditivus
eksterna pasien (OPA yang terlalu
besar dapat menyebabkan obstruksi
laryng atau mneyebabkan trauma
pada jaringan laringeal, sedangkan
OPA terlalu kecil dapat mendorong
lidah bagian posterior sehingga
menyebabkan obstruksi jalan napas)
Sebelum dan sesudah melakukan o Buka mulut pasien dengan manuver
suctioning, pasien harus diberikan chin lift atau teknik cross finger
oksigenasi untuk mencegah terjadinya (scissors technique)
hipoksia. Bila pasien muntah dalam o Sisipkan tounge spatel diatas lidah
jumlah banyak dan tindakan pasien, cukup jauh untuk menekan
suctioning tidak menolong, maka lidah
kepala pasien harus dimiringkan untuk o Masukan OPA ke posterior dengan
mencegah terjadinya aspirasi. lembut meluncur diatas tounge spatel
Hati-hati pada pasien trauma yang sampai sayap penahan berhenti pada
dicurigai patah tulang leher (fraktur bibir pasien.
servikal), jangan hanya memiringkan o OPA tidak boleh mendorong lidah
kepalanya saja, tetapi seluruh badan sehingga menyumbat airway.
pasien harus dimiringkan dengan o Tarik tounge spatel.
tindakan “logroll” o OPA jangan diplester untuk
 Oropharingeal Airway (OPA) mencegah rangsangan muntah pada
Tindakan ini adalah untuk pasien yang mengalami peningkatan
membebaskan sumbatan jalan status kesadaran.
napas dengan menyisipkan alat
kedalam mulut (dibalik lidah)
dengan cara menahan lidah pasien
agar tidak menyumbat jalan napas.
Teknik ini digunakan untuk
ventilasi sementara pada pasien
yang tidak sadar sementara intubasi
sedang disiapkan, dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu dengan
menyisipkan OPA secara terbalik
dan dengan bantuan tounge spatel.  Nasopharingeal Airway (NPA)
Teknik pertama dilakukan Tindakan ini dilakukan dengan
dengan cara menyisipkan OPA cara menyisipkan alat pada salah satu
secara terbalik (up side down), lubang hidung dan dilewatkan dengan
sehingga bagian yang cekung hati-hati ke orofaring posterior. Pada
mengarah ke- kranial, sampai di pasien yang masih berespon
daerah palatummolle. Pada titik ini, pemasangan NPA lebih tepat
alat diputar 1800 bagian cekung dibandingkan dengan memasang OPA
mengarah ke kaudal, OPA diselipkan karena lebih kecil kemungkinan
diatas lidah. Cara ini tidak boleh menimbulkan rangsangan muntah.
dilakukan pada anak-anak dan bayi

MedStar Emergency Page 34


NPA digunakan untuk menjaga
lidah agar tidak menyumbat jalan napas
pada pasien yang mengalami penurunan
kesadaran tetapi masih memiliki gag
reflex, NPA juga digunakan pada
pasien yang tidak bisa dipasang OPA
atau karena giginya yang mengunci dan
tidak bisa dibuka Secara umum teknik
pemasangan Naso Pharyngeal Airway
(NPA) adalah sebagai berikut :
o Pilih ukuran NPA yang sesuai :
Pajang NPA diukur dari lubang
hidung sampai dengan cuping
telinga dan diameter Npa diukur
dengan membandingkan Npa
dengan jari kelingking pasien.
o Lumasi NPA dengan Jelly agar
mudah memasukkannya, selanjutnya
NPA dimasukkan ke lubang hidung 2. Advance airways management
sebelah kanan, dengan menyusur
Advance airway management sering
septum sampai dengan canalis
diartikan sebagai tindakan pemasangan
auditipus external atau cuping
airway definitif (alat bantu lanjut) yaitu
telinga, apakah ada tahanan NPA
ditarik kembali dan dicoba dengan cara pemasangan pipa kedalam
dimasukkan kembali. Bila tidak trakhea. Indikasi pemasangan
berhasil bisa dicoba di lubang airwaydefinitif adalah klinis sebagai
hidung sebelah kiri, dan jangan berikut:
memaksa memasukkan NPA apabila a. Apnea
terdapat tahanan. b. Ketidakmampuan mempertahankan
Hati-hati pemasangan NPA pada airway yang bebas dengan cara lain.
kecurigaan fraktur basis kranii, karena c. Kebutuhan untuk melindungi airway
ada kemungkinan masuk ke rongga bagian bawah dari aspirasi darah
tengkorak, jadi tidak disarankan untuk atau vomitus
dilakukan pemasangan NPA. d. Ancaman segera atau bahaya
 Laringeal mask airway potensial sumbatan airway, seperti
Laryngeal Mask Airway (LMA) akibat lanjut dari cedera
sangat bermanfaat pada pertolongan inhalasipatah tulang wajah,
pasien dengan airway yang sulit, hematoma retri faringeal, atau
terutama bila intubasi endothrakeal atau kejang-kejang yang berkepanjangan.
bag mask (sungkup muka) gagal. Akan e. Adanya cedera kepala tertutup yang
tetapi LMA bukan airway definitive. memerlukan bantuan napas (GCS 8).
Bila seorang pasien terpasang f. Ketidakmampuan mempertahankan
LMA,maka setibanya di rumah sakit oksigenasi yang adekuat dengan
dokter harus menggantinya dengan pemberian oksigen melalui bag
airway definitif. valve mask (BVM). Ada tiga jenis
airway definitif, yaitu pipa oro trakheal,
pipa naso trakheal, dan airway surgical
(krikotiroidotomi).

MedStar Emergency Page 35


Indikasi untuk pemasangan airway definitif dengan kecurigaan fraktur servikal hal ini
dapat dilihat pada Tabel dibawah ini: tidak boleh dilakukan. Servikal harus tetap
di imobilisasi pada posisi segaris, oleh
Tidak sadar atau penilaian karena itu sebaiknya intubasi dilakukan
GCS kurang dari 8 oleh dua orang.
Fraktur Maksilofasial Pemasangan endotracheal tube (ETT)
Berat, sebaiknya dilakukan oleh orang yang
Bahaya aspirasi: terlatih, hal ini karena pemasangan harus
Perdarahan dilakukan dalam waktu singkat agar pasien
Muntah-muntah tidak mengalami kekurangan oksigen
KEBUTUHAN Trauma leher: akibat pemasangan yang terlalu lama.
UNTUK Hematoma leher  Intubasi Nasotrakheal
PERLINDUNG Cedera laring Intubasi nasotrakheal adalah
AN AIRWAY Cedera trakhea memasukan pipa ETT kedalam trachea
Stridor melalui hidung pasien. pemasangan
Cedera inhalasi pipa nasotrakheal tanpa menggunakan
alat bantu laringoskop, tetapi
Trauma Kepala dimasukan secara manual dengan
Tidak sadar mengikuti irama napas pasien. oleh
Gelisah karena itu pipa naso tracheal hanya
dipasang pada pasien yang masing
Apnea bernapas spontan.
Peralisis Pemasangan naso tracheal tidak
neuromuskular dianjurkan pada pasien dengan apnea,
Tidak sadar Fraktur mid face, dan Fraktur basis
Usaha napas yang tidak cranii karena beresiko untuk masuk ke
KEBUTUHAN dalam rongga tengkorak.Pemasangan
adekuat
UNTUK nasotrakheal pada prinsipnya sama
Takhipnea
VENTILASI dengan pemasangan nasofaringeal
Hipoksia
Hiperkarbia airway.
Cianosis  Pemasangan : persiapkan STATICS
Perburukan neurologi akut S= Scope :Laringoscope,
atau herniasi stetoscope
Airway Definitifterdiri dari sebagai berikut: T=Tub : ETT, NTT
a) intubasi endotraceal (oro-traceal serta
A=Airways : OPA, Nasofaringeal
naso- traceal)
Pemasangan intubasi endotrakheal airway, mouth gage
harus memperhatikan adanya kecurigaan T=Tape : Plester
fraktur servikal. Sebaiknya dilakukan oleh I=Introducer : Mandrin/stylet, Magil
dua orang untuk melakukan imobilisasi C=Conector : Penghubung ETT ke
segaris pada servikal. Pasien yang BVM/Resusitator
mempunyai skor GCS 8 atau lebih rendah S=Suction : Multi Fungsi Suction
harus segera dilakukan intubasi, karena
Intubasi orotraceal dan nasotraceal
pasien tersebut tidak bisa menjaga patensi
merupakan teknik yang aman dan
jalan napasnya dan memerlukan
efektif bila dilakukan dengan tepat,
oksigenasi yang adekuat.
walauoun pada kenyataannya intubasi
Ada dua cara untuk melakukan
orotraceal lebih sering digunakan dan
tindakan Intubasi Endotrakheal:
memiliki komplikasi yang lebih sedikit
 Intubasi Orotrakheal di ruang Intersive Care Unit.
Intubasi orotrakheal adalah b) PenyulitPadaAirway
memasukan pipa kedalam trachea Penyulit pada intubasi kemungkinan
melalui mulut pasien. Pada pasien non sering terjadi yang disebabkan oleh
trauma memasukan pipa trachea bisa beberapa faktor seperti cedera ruas tulang
dilakukan dengan cara menengadahkan leher, arthritis berat pada cervical, trauma
kepala pasien. tetapi pada pasien trauma maksila atau mandibular yang berat,
keterbatasan membuka mulut atau anatomi

MedStar Page
yang bervariasi seperti dagu yang terlalu menengadah melihat langit-langit
panjang, gigi “overbite” dan otot leher kamar. Pasien yang memakai alat
yang pendek. Oleh karena itu pada kasus imobilisasi kepala benar- benar tidak
tersebut diperlukan keahlian yang sangat boleh banyak bergerak untuk
terampil untuk menilai. mencegah sulitnya intubasi.
Singkatan LEMON dapat digunakan The 3-3-2 Rule
untuk menilai airway yang sulit (mulut 1. Jarak antara gigi seri atas dan
atau dagu yang kecil oerbile yang besar bawah harus minimal 3 jari
atau trauma fasial). Penilaian LEMON 2. Jarak antara tulang krikoid dan
untuk intubasi yang sulit: dagu minimal 3 jari
L >> Look externally (dari luar) 3. Jarak antara kartilago tiroid dan
Lihat karakteristik tertentu yang dagu minimal 2 jari
dapat menimbulkan kesulitan pada c) Airway Surgical
intubasi atau ventilasi. Ketidakmampuanintubasitrach
E >> Evaluatie the 3-3-2 rule ea adalah indikasijelas
Untuk menilai kesegarisan antara untuk surgical airway. Bila oedema
faring, laring dari rongga mulut glotis, fraktur laring atau
untuk melakukan intubasi sederhana, perdarahanoropharyngeal airway yang
oleh karena itu harus diperhatikan berat menghambat intubasi trachea
hubungan dibawah ini: dapat dipertimbangkan surgical airway.
1. Jarak antara gigi seri pasien Pemasangan jarum(needle
sedikitnya harus selebar 3 jari. cricothyroidotomy) merupakan cara
2. Jarak tulang tiroid dan dagu sementara dalam keadaan
sedikitnya harus selebar 3 jari. emergensi memberikan oksigen
3. Jarak tonjolan tiroid dan dasar sampai dapat dipasang surgical
mulut sedikitnya harus selebar airway.
2 jari Apabila pemasangan intubasi
M >> Mallampati gagal atau tidak bisa dilakukan
Hifoparing harus dapat dilihat (misalnya pada fraktur mid face) maka
dengan baik, Hal ini sudah tindakan alternatif yang dapat
dilakukan secara tradisional dengan dilakukan adalah tindakan surgical.
menilai Klasifikasi Mallampati. Tindakan surgical yang dapat dilakukan
1. Klasifikasi Mallampati adalah dengan cricotiroidotomi.
digunakan untuk melihat
Hifoparing, ada 4 tingkatan
antara lain:
2. Palatum molle, Uvula, Fauces
pillar dapat dilihat
3. Palatum molle, Uvula, Fauces
dapat dilihat
4. Palatum molle, dasar Uvula
dapat dilihat
5. Hanya palatum durum yang
terlihat
O >> Obstruction Tindakan cricotiroidotomi bagi
Setiap kondisi yang dapat perawat hanya diperkenankan needle
menyebabkan obstruksi airway akan cricotiroidotomi yaitu penusukan jarum
membuat laryngoskop dan ventilasi besar (IV catheter no. 14) ke membrana
menjadi sulit. Termasuk dalam krikotiroidea untuk membuat jalan
kondisi ini adalah: epiglottis, abces napas,jarum kemudian
peritonsilar dan trauma. dihubungkanke oksigen 15L/menit
dengan memakai y-conector, atau
dengan tube yang telah dilubangi pada
N >> Neck Immobility sisinya.Kemudian dilakukan
Minta pasien untuk meletakkan tindakaninsufflation, 1detik tutup, 4
dagunya kedada, kemudian detik buka denganmemakai ibu jari

MedStar Page
atau buka/tutup Y-  Anak: 15-35x/menit – abnormal:
conectornya.Tindakan ini merupakan <15 dan > 35x/menit
tindakan sementara (maksimal 45 menit)  Bayi: 25-50x/menit – abnormal <25
sebelum pemasangan tube dan > 60x/menit
cricotirodotomi oleh dokter,Karena CO2 B. Menilai saturasi oksigen
akan terakumulasi secara perlahan Nilai saturasi oksigen dengan
(yang akanberbahaya terutama menggunakan alat Pulse oximetry, yaitu
pada penderita trauma kapitis). suatu alat non invasif yang dapat
Pemasangan jet insufflationharus mengukur saturasi oksigen sehingga
berhati-hati bila ada obstruksi total dapat membantu penolong untuk
glotis oleh benda asing. Walaupun mendeteksi dini terjadinya perburukan
ada kemungkinan benda asing akan sistem pulmoner atau kardiovaskular
terdorong keluar oleh tekanan sebelum munculnya gejala klinis yang
oksigen, namun ada kemungkinan lain nyata.
yakni ruptur paru dan pneumotoroks.
d) Tracheostomy
Indikasi:Tracheostomi dilakukan
apabila pemasangan alat Airway di atas
tidak berhasil di lakukan. Dilakukan
oleh dokter bedah

VI. BREATHING MANAGEMENT


Airways yang paten tidak menjamin Pulse oximetry sangat berguna
ventilasi yang adekuat. Bila tidak ada untuk dipakai pada fase pra rumah sakit
gangguan airway maupun gangguan airway karena tingkat akurasi data yang
sudah teratasi tatalaksana selanjutnya adalah dihasilkan cukup tinggi, mudah dibawa,
mempertahankan oksigenasi/ventilasi yang mudah dalam penggunaan dan dapat
adekuat. Otak dan jantung sangat sensitife digunakan untuk semua jenis umur.
terhadap suplay oksigen yang tidak adekuat. Pulse oximetry dapat mengukur saturasi
Sel-sel akan mengalami kematian hanya oksihemoglobin (SpO2) arterial sesaat
beberapa menit tanpa suplay oksigen. dan frekuensi denyut jantung SpO2
Perhatikan usaha pasien untuk bernapas ditetapkan berdasarkan ratio absorpsi
mulai dari pergerakan naik-turun dada dan sinar merah dan inframerah melalui
otot otot bantu pernapasan. Pada pasien jaringan. Perubahan absorpsi sinar ini
sadar, dapat dinilai dengan kemampuan dikarenakan pulsasi darah melalui
berbiacara, jika pasien dapat berbicara pembuluh darah dihubungkan dengan
dengan lancar dan jelas dapat diartikan salah microprocessor kecil, untuk menetapkan
satu tanda bahwa frekuensi pernapasan baik, saturasi arteri dan frekuensi denyut
sedangkan pada pasien dengan penurunan jantung. SpO2 normal adalah > 95%.
kesadaran, selalu chek respon pasien jika Apabila SpO2 turun sampai di bawah
tidak berespon lakukan alogaritma bantuan 90%, kemungkinan besar telah terjadi
hidup dasar. perburukan pengiriman oksigen ke
Penilaian awal yang harus dilakukan jaringan dan harus segera melakukan
setelah melihat kondisi pasca tatalaksana intervensi untuk mempertahankan
airway atau bila tidak ada gangguan airway oksigenasi jaringan yang adekuat.
adalah melihat keadaan pasien secara umum Beberapa hal yang bisa
dengan melakukan tindakan sebagai berikut: menyebabkan hasil Pulse oximetrytidak
A. Menilai frekuensi napas sesuai dengan kondisi oksigenasi
Perhatikan keadaan umum pasien pasien, diantaranya:
apakah tampak sesak, bernapas cepat 1. Perfusi perifer yang buruk
atau lambat. syok, vasokontriksi dan hipotensi
Disamping itu juga harus dihitung atau hindari pemasangan pada
frekuensi napasnya, berikut Frekwensi ekstermitas yang terpasang
pernapasan normal adalah : tensimeter atau ekstermitas yang
 Dewasa: 12-20 x/menit – abnormal: mengalami cidera.
<8 dan > 24x/menit

MedStar Page
2. Anemia berat atau haemoragic Cyanosis adalah warna kebiru-
(<5g/dl) biruan pada kulit dan membran
3. Hipotermi (<300c) mukosa. Hal ini terlihat jelas pada
4. Keracunan karbonmonoksida kuku, bibir, hidung dan telinga
5. Keracunan sianida pasien. sianosis menandakan bahwa
jaringan tubuh mengalami kekurangan
C. Pemeriksaan fisik oksigen.
1. Inspeksi 4. Penurunan kesadaran
Perhatikan rate, ritme dan bentuk Perlu diingat bahwa status mental/
pernapasan, perhatikan juga kesadaran pasien seringkali berhubungan
peranjakan dada apakah simetris dengan setatus jalan napas dan
atau tidak, lihat juga adanya dispnu / pernapasan pasien. Pasien yang
kesulitan bernafas. mengalami disorientasi, kebingungan,
2. Auskultasi dan tidak sadar bukan tidak mungkin
Dengarkan bising napas, apakah mengalami pernapasan yang tidak
vesikuler atau ada ronchi. Tempat adekuat.
pemeriksaan utama dibawah 5. Usaha bernapas yang berlebihan/sesak
klavikula pada garis aksilaris Ketika melihat pasien yang bernapas
anterior. Bising napas harusnya dengan menggunakan otot perut, pasien
simetris kiri dan kanan (bandingkan menggunakan kekuatan diafragma untuk
kiri dan kanan) mendorong udara keluar dari paru-paru.
3. Perkusi Pada anak-anak pernapasan dapat terjadi
Pada keadaan normal akan selalu “chain saw” dimana pernapasan
sonor. Pada keaan hipersonor menggunakan pergerakan dada dan perut.
menandakan adanya penumpukan Selain itu juga perhatikan adanya
udara pada rongga dada (tension retraksi/tarikan otot diantara tulang rusuk,
pneumothorak) dan otot sekitar leher. Semua menunjukan
4. Palpasi pernapasan yang tidak adekuat.
Identifikasi adakah suara krepitasi 6. Sesak dan ngorok
dan rasa nyeri pada saat dilakukan Suara tersebut menandakan pasien
palpasi. Kemungkinan terjadinya kesulitan untuk melakukan pernapasan.
patah tulang pada iga sangatlah Waspadai dengan suara napas abnormal
mungkin pada kondisi trauma thorak. lain seperti snoring, gurgling, crowing
Pada kasus multiple trauma yang dan stridor. Napas agonal gasping, yaitu
terdapan trauma thorax, pemberian pernapasan tidak normal dan menjadi
oksigen akan sangat tidak efektif jika tanda terjadinya henti jantung, dan atau
trauma tersebut belum diatasi. muncul dlam menit pertama setelah henti
D. Tanda-Tanda Pernapasan Tidak jantung. Korban dengan napas agonal
Adekuat gasping tampak bernapas cepat atau
1. Pernapasan yang sangat cepat atau lemah, mulut terbuka, rahang kepala atau
sangat lambat leher bergerak mengikuti irama gasping.
Pernapasan yang lebih cepat atau Suara ini dapat terdengar mendengkur,
lebih lambat dari frekwensi di atas mendengus ataupun mengerang.
menandakan adanya gangguan 7. Denyut nadi yang lambat diikuti oleh
pernapasan. frekuensi
2. Pergerakan dinding dada yang tidak Pada tahap lanjut, pernapasan yang tidak
adekuat adekuat ditandai dengan denyut nadi yang
Pernapasan yang adekuat adalah lemah dan lambat, frekwensi pernapasan
pernapasan normal yang diikuti yang tadinya cepat menjadi lambat.
oleh pergerakan turun naik dari E. Management oksigenasi
dada. Jika tidak ada pergerakan Tujuan utama dari oksigenasi dan
turun naik dada atau hanya salah ventilasi adalah tercukupi kebutuhan
satu dinding dada yang bergerak
turun naik menandakan bahwa oksigen sel dan jaringan dengan
pernapasan tidak adekuat. memberikan oksigen dan ventilasi yang
3. Cyanosis cukup. Pada pasien yang bernapas nomal
dan mengalami pernapasan yang tidak

MedStar Page
adekuat perlu mendapatkan
yang

MedStar Page
suplementasi oksigen yang disebut
ventilasi.
Pada pasien trauma, berkurangnya
oksigen seringkali disebabkan oleh shock
haemoregic/hipovelemic, terutama pada
pasien dengan cidera kepala seringkali
3. Rebreathing mask
mengalami hipoxia dan penurunan
kesadaran. Oleh karena itu pemberian Untuk pemakaian alat ini akan lebih
oksigenasi sangat direkomendasikan untuk baik bila dibandingkan dengan face
mask walaupun akan ada percampuran
mempertahankan oksigenasi yang optimal.
antara udara yang bersih dan udara
Pada pasien yang mengalami nyeri hasil ekspirasi, karena di alat
dada iskemic atau mempunyai gangguan rebreathing mask ini ada kantong untuk
cardiovaskular, terapi oksigen yang menampung udara untuk inspirasi dan
diberikan cenderung lebih sedikit konsentrasi rebreathing mask ini lebih
dibandingkan pada pasien trauma. Terapi tinggi dibandingkan dengan face mask.
oksigenasi hanya diberikan pada pasien
yang mengalami dispnea, hipoxemia
(SPO2
<90%) atau jika da tanda-tanda gagal
jantung berikan oksigen dengan nasal
kanule saturasi 4L/menit, titrasi hingga
mencapai target atau >90%.
4. Non Rebreathing Mask
Berikut alat-alat yang digunakan dalam
oksigenasi sebagai berikut: Ini adalah alat yang paling tinggi
1. Nasal kanule konsentrasi oksigen yang dihasilkannya
dibandingkan dengan nasal kanul, face
Kanul hidung lebih dapat ditolelir mask dan rebreathing mask. Alat ini
oleh anak-anak face mask akan ditolak hampir sama dengan rebreathing mask
karena merasa “dicekik”. Orang dewasa tapi yang membedakannya adalah alat
juga kadang menolak karena merasa ini dilengkapi dengan klep agar udara
tidak nyaman. Kekurangan kanul inspirasi dan ekspirasi tidak tercampur.
hidung adalah konsentrasi yang Selain itu alat ini dilengkapi dengan
dihasilkan kecil. Selain itu pemberian resepoir (kantung udara) untuk
oksigen. menampung udara untuk inspirasi.
Apabila menginginkan pemberian
dengan konsentrasi tinggi, maka
pemakaian alat ini merupakan pilihan
paling baik.
Berikut ini adalah indikasi untuk
menentukan penambahan oksigen
berdasarkan pengukuran oxymetri pa :
2. Simple mask/Face mask
Pemakaian face mask dalam
pemberian oksigen lebih baik dari pada
nasal kanul, karena konsentrasi oksigen
yang dihasilkan lebih tinggi.
Kekurangannya pemakaian mask ini
udara bersih dengan udara ekspirasi
masih tercampur, sehingga konsentrasi
oksigen masih belum maksimal.
MedStar Emergency Page 40
Alat Flow Rate Delivery O2
Saturasi n 1 Liter / Menit 21% - 24%
Interve
oksige 2 Liter / Menit 25% - 28%
(oxymeter 3 Liter /Nor
Menit g
nasal29%
canule 1-6
- 32%
) 95% - Hypoxia
2 Liter / Menit –
ringan Simple
25% - 28% Liter /
Mask 5-8 t
Nasal100%
Canule 3 Liter / Menit rebreathing
29% mask
- 32%8–12
Hypoxia sedang –
90% - < 4 Liter / Menit atau N-RM 12-15
33% - 36%
95% Hipoxia
5 Liter / Menit 37% - 40%
Assisted
mengancam
6 Liter / Menit 41% - 44%
5-6 Liter / Menit 40%
Simple Mask 6-7 Liter / Menit 50%
7-8 Liter / Menit 60%
8-9 Liter / Menit 60%
Rebreathing Mask 10-11 Liter / Menit 70%
12 Liter/Menit 80%
12 Liter / Menit 60%
Non Rebreathing 13 Liter / Menit 70%
Mask 14 Liter / Menit 80%
15 Liter / Menit 90%
Alat Flow Rate Delivery O2
1 Liter / Menit 21% - 24%
2 Liter / Menit 25% - 28%
3 Liter / Menit 29% - 32%
2 Liter / Menit 25% - 28%
Nasal Canule 3 Liter / Menit 29% - 32%
4 Liter / Menit 33% - 36%
5 Liter / Menit 37% - 40%
6 Liter / Menit 41% - 44%
5-6 Liter / Menit 40%
Simple Mask 6-7 Liter / Menit 50%
7-8 Liter / Menit 60%
8-9 Liter / Menit 60%
Rebreathing Mask 10-11 Liter / Menit 70%
12 Liter/Menit 80%
12 Liter / Menit 60%
Non Rebreathing 13 Liter / Menit 70%
Mask 14 Liter / Menit 80%
15 Liter / Menit 90%

F. Macam-macam ventilasi
1. Mouth to Mouth ventilation
Dalam memberikan napas
buatan mouth to mouth penting
sekali untuk menggunakan
filter/“barrier device” untuk
menghindari kontak langsung agar
mencegah terjadinya resiko infeksi.
Filter yang ideal adalah yang
memiliki filter sehingga

MedStar Page
udara ekspirasi pasien tidak terhirup O : Obesitas
oleh penolong. O: Older Patient (lansia)
Pemberian ventilasi dengan T : Toothlessness (gigi sedikit/ompong)
teknik ini sudah tidak S: Snoring/stridor
direkomendasikan jika/“barrier
device”tidak tersedia, kecuali pasien
adalah istri/suami, orang tua, atau
anak.

3. AssistedVentilation
Jika pasien bernapas tetapi tidak
adekuat maka harus diberikan bantuan
pernapasan (assisted ventilation).
Apabila frekwensi pernapasannya
2. Bag Valve Mask (BVM) kurang maka harus dilakukan upaya
Alat bag valve terdiri dari untuk penambahan diantara inspirasi
kantong udara dan non rebreathing pasien. sedangkan apabila napas
valve, yang dapat disambungkan terlalu dangkal maka harus dibantu
dengan masker, ETT atau alat dengan dorongan bagging. Pemberian
airway definitif lainnya. Tindakan napas bantuan harus mengikuti irama
ini lebih baik apabila dilakukan pernapasan pasien, jangan sampai
berdua, seorang bertugas memompa terjadi tabrakan antara inspirasi dan
dan satu orang lagi bertugas ekspirasi.
memegang masker sambil
melakukan fiksasi kepala. Apabila KESIMPULAN
disambung ke tabung oksigen dan
dipasang resepoir tindakan ventilasi Pengelolaan airway menempati urutan
menggunakan bag valve bisa terpenting dalam pengelolaan pasien
menghasilkan konsentrasi sampai trauma. Menjaga airway yang adekuat
dengan 100%. Sedangkan bila tanpa merupakan prioritas utama dalam
aliran oksigen bag valse mask menangani pasien trauma. Sering kali
mampu menghasilkan 21% oksigen kematian terjadi karena ketidakmampuan
dari udara bebas. Pemompaan mengenali dan menangani gangguan pada
dilakukan sampai dengan terlihat airway pasien. Airway merupakan saluran
pengembangan dinding dada. yang berfungsi untuk pertukaran udara
Pemakaian bag valve mask yang (oksigen dan karbondioksida) saat
terlalu lama pada pasien tidak sadar bernafas. Penanganan sumbatan jalan
akan mengakibatkan penumpukan napas memerlukan respons time <10
udara pada lambung yang beresiko menit, Kecepatan dan ketepatan petugas
terjadinya muntah, oleh karena itu sangatlah mempengaruhi kelangsungan
sebaiknya segera dilakukan hidup pasien dengan sumbatan jalan napas.
pemasangan ETT. Pembebasan jalan napas adalah
Saat memberikan ventilasi dengan prioritas pertama dalam melakukan
bag valse mask perhatikan jumlah volume pertolongan pada penderita gawat darurat.
udara yang akan diberikan. Volume yang Kemampuan petugas untuk mengenali
diberikan sesuai tidal volume pasien, adanya sumbatan jalan napas dan
jangan lupa face mask harus menempel membebaskannya akan mempertinggi
sempurna pada hidung hingga dagu pasien harapan hidup pasien. Oksigen adalah obat
agar tidak terjadi kebocoran (terapkan yang paling aman buat semua orang. Oleh
teknik E-C clamp). Penyulit pada bag karena itu sebaiknya setiap pasien trauma
mask ventilation sering disebut BOOTS, mendapatkan oksigenasi sesuai dengan
yaitu: B : Beard (jenggot) kebutuhan. Penilaian kebutuhan oksigen

MedStar Page
dapat dilakukan dengan cara mengenali
tanda-tanda pernapasan abnormal/tidak
adekuat secara visual maupun
menggunakan alat.

BAB V Syok
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah Mengikuti Materi ini Peserta Mampu
Memberikan Asuhan Keperawatan Dasar Gawat
Darurat Syok

MedStar Page
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS dengan volume darah yang rendah bukan
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu: karena perdarahan.
1. Menjelaskan konsep Syok
2. Melakukan pengkajian Syok
3. Mengidentifikasi faktor penyebab masalah II. PENILAIAN AWAL
pada sistem sirkulasi dan Syok 1. Pengenalan Syok
4. Mengidentifikasi tanda dan gejala adanya Syok adalah keadaan klinis dengan
gangguan pada sistem sirkulasi Syok tanda dan gejala yang muncul ketika
5. Mengidentifikasi macam-macam Syok terjadi ketidakseimbangan antara
6. Mengatasi masalah gangguan pada sistem kebutuhan dan suplai oksigen, hal ini
sirkulasi dan Syok
menyebabkan terjadinya hipoksia
7. Melakukan pemberian cairan berdasarkan
kebutuhan pada kasus gawat darurat jaringan. Bila hipoksia tidak segera
8. Melakukan monitoring selama dan sesudah diatasi maka akan mengakibatkan
pemberian cairan pada kasus gawat darurat terjadinya kegagalan organ akibat tidak
adekuatnya perfusi jaringan.
I. PENDAHULUAN Syok lanjutan yang ditandai oleh
Sistem kardiovaskular terdiri dari pompa perfusi yang kurang ke kulit, ginjal dan
(jantung), pipa (sistem vaskular) dan cairan susunan saraf pusat (SSP) mudah dikenal.
(darah). Malfungsi atau defisiensi salah satu Namun setelah masalah airway dan
dari ketiga komponen tersebut akan breathing teratasi, penilaian yang teliti
menyebabkan penurunan atau bahkan dari keadaan sirkulasi penting untuk
kegagalan perfungsi jaringan, walaupun mengenal syok secara dini.
oksigenisasi sel darah merah di paru-paru Ketergantungan pada tekanan darah
telah adekuat. Dalam bab ini cenderung akan sebagai satu – satunya indikator syok
membahas syok yang dikarenakan perdarahan akan menyebabkan terlambatnya
yang artinya pada umumnya terjadi pada diagnosis syok. INGAT mekanisme
pasien-pasien trauma, tetapi tidak boleh kompensasi tubuh dapat menjaga tekanan
dilupakan juga bahwa syok merupakan tanda darah sampai pasien kehilangan 30%
klinis yang kadang datang bersamaan dengan volume darah. Perhatian harus diarahkan
penyakit lainnya (masalah medis). pada nadi, laju pernafasan, sirkulasi kulit
Yang perlu digaris dibawahi adalah dan tekanan nadi, perbedaan antara
walaupun syok merupakan suatu keadaan tekanan sistolik dan diastolik.
dimana perfusi ke jaringan rendah dan ada Gejala paling dini adalah takikardia
persamaan reaksi tubuh terhadap jenis syok dan vasokontriksi perifer. Dengan
yang berbeda, tetapi ternyata disamping ada demikian, tiap pasien yang mengalami
persamaan perbedaannya pula. Contoh pasien perdarahan dengan nadi lemah dan cepat
serta akral dingin dianggap dalam
keadaan syok. Kecepatan denyut jantung
tergantung pada usia. Dikatakan
takikardia, bila denyut jantung lebih dari
160 pada bayi, lebih dari 140 pada balita,
lebih dari 120 pada anak usia sekolah,
dan lebih dari 100 pada usia dewasa.
Orang tua dengan syok mungkin tidak
menunjukkan takikardia.
dengan luka tusuk yang mengakibatkan syok Pemeriksaan Hematokrit dan
karena perdarahan banyak sering menunjukan Haemoglobin tidak dapat dipercaya
tanda yang sama dengan pasien dengan luka karena tidak dapat dipakai untuk
bakar atau sama dengan pasien dehidrasi mengukur kehilangan darah ataupun
untuk diagnosis syok. Kadar
Hematokrit yang
MedStar Page
rendah menunjukkan kehilangan darah tekanan diastolik. Istilah yang digunakan
dalam jumlah yang cukup besar atau untuk menggambarkan perbedaan ini
anemia sebelum trauma sudah ada. adalah pulse pressure (tekanan nadi),
Sedangkan hematokrit normal dapat karena ditimbulkan oleh denyut
terjadi walaupun sudah kehilangan darah (kontraksi) ventrikel jantung. Jadi
tekanan sistolik sebenarnya adalah
cukup banyak.
penjumlahan dari tekanan diastolik
2. Membedakan Sebab Syok (resting pressure) dan pulse pressure.
Hampir semua penderita multi- 2. PembuluhDarah
trauma mengalami syok dan biasanya Pembuluh darah berisi darah dan
disebabkan oleh perdarahan. Keadaan mengarahkannya ke berbagai tempat dan
bukan perdarahan yang dapat sel dalam tubuh. Mereka merupakan
menyebabkan syok adalah antara lain: jalan raya dari proses sirkulasi. Sebuah
pembuluh darah besar yang keluar dari
a. Tension pneumotoraks
jantung (aorta).Tidak dapat
b. Tamponade jantung
mengarahkan darah ke tiap tubuh. Aorta
c. syokNeurogenik
akan terbagi- bagi dalam banyak arteri
d. syokSeptik
yang semakin di distal akan semakin
e. Syok kardiogenik
kecil penampangnya sampai akhirnya
menjadi kapiler. Cairan interstisial
III.ANATOMI
berada di antara membran sel dan
dinding kapiler. Jumlah cairan
1. Pompa (Jantung) bervariasi. Jika jumlahnya sedikit, maka
membran sel dan dinding kapiler akan
merapat, sehingga oksigen akan lebih
mudah berdifusi melalui keduanya.
Seperti halnya jantung, pembuluh darah
merupakan organ yang penting, dimana
fungsinya untuk menghantarkan oksigen
keseluruh organ, beberapa jenis
pembuluh darah diantaranya:
a. Pembuluh darah arteri
Pembuluh darah ini mengandung
kaya akan oksigen, berwarna merah
terang, jika terjadi perdarahan maka
darahnya akan memancar.
b. Pembuluh darah kapiler
Tempat pertukaran antara oksigen
dan karbondioksida, tempat
pertukaran zat makanan dan sisa-sisa
metabolisme dan darahnya berwarna
Jantung terdiri dari dua ruang serambi
gelap dan jika terluka akan merembes
(atrium) dan dua bilik (ventrikel). Fungsi
alirannya
atrium adalah untuk akumulasi dan
c. Pembuluh darah balik/vena
penyimpanan darah sehingga pengisian
 Mengandung karbondioksida
ventrikel dapat dilakukan dengan cepat
dan mengurangi penundaan siklus.  Berwarna merah gelap
Setiap kontraksi ventrikel kanan, darah  Jika terluka maka aliran darah
di pompa ke paru-paru melalui vena akan tampak seperti aliran air
pulmonalis untuk dioksigenisasi. Darah 3. Cairan(Darah)
dari paru-paru, masuk kembali ke atrium Volume cairan di dalam sistem
kiri. Darah yang teroksigenisasi dipompa vaskular harus sebanding dengan
oleh ventrikel kiri ke seluruh tubuh kapasitas pembuluh darah. Perubahan
melalui sistem vaskular sistemik. Aliran nilai perbandingan ini akan berpengaruh
darah yang keluar dari jantung tidaklah terhadap aliran darah baik secara positif
membentuk seluruh tekanan sistolik, maupun negatif. Sebanyak 60% berat
tetapi hanya untuk tekanan di atas tubuh manusia adalah air. Air adalah
basis seluruh cairan tubuh. Air di dalam
MedStar Page
tubuh dibagi dalam dua
kompartemen

MedStar Page
yaitu intraselular dan ekstraselular (yang IV. KELAS SYOK
terdiri dari cairan interstisial dan Setiap pasien dengan perdarahan
intravaskular). Tiap jenis cairan yang datang ke fasilitas pelayanan
mempunyai fungsi yang penting dan kesehatan tentuunya tidak sama jumlah
spesifik. Cairan intraselular atau cairan kehilangan darahnya, sehingga derajat
di dalam sel sekitar 45% berat tubuh. syoknya juga berbeda. Untuk itu ada suatu
Cairan ekstraselular atau cairan di luar standar penilaian yang simple dan mudah
sel dibagi dalam cairan interstisial dan untuk menentukan derajat atau kelas syok
intravaskular. Cairan interstisial berada yang dibuat oleh American College of
di sekeliling sel, yang termasuk jenis ini Surgeon (ACS). Klasifikasi ini dapat
adalah cairan serebrospinal (pada otak) menunjukan perdarahan yang sedang terjadi
dan cairan sinovial (pada sendi). Jumlah dan sebagai pedoman terapi awal, berikut
cairan interstisial terbesar 15% berat ACS membagi kelas syok menjadi 4, dilihat
tubuh. Cairan intravaskular membentuk dari tanda dan gejalanya:
komponen darah di dalam pembuluh
darah dan banyak sekitar 7% berat
tubuh.
 Sel darah merah (eritrosit), yang
berfungsi mengangkut oksigen dan
zat makan.
 Sel darah putih (leukosit), yang
berfungsi untuk melawan kuman
 Keping darah (trombosit), yang
berfungsi untuk membuat sumbatan
jika ada luka
Perdarahan yang cukup banyak
sering mengakibatkan syok jika tidak
segera ditangani. Penanganan
perdarahan untuk mencegah terjadinya
syok adalah hanya dengan membalut dan
menekan luka. Hal ini dapat menahan
keluarnya darah dari area luka, sehingga
kemungkinan darah untuk hilang banyak
dapat sedikit diantisipasi.
Oksigenasi dibutuhkan oleh sel-
sel tubuh dalam melakukan fungsinya,
sel akan mengambil dan melakukan
metabolisme melalui proses fisiologis
hingga menghasilkan energi.
Metabolisme oksigen sendiri
membutuhkan energi yang
menggunakan glukosa sebagai bahan
bakarnya, Campuran dari oksigen dan
glukosa akan menghasilkan energi dan
karbondiogksida.
Kondisi miokardium (otot jantung)
yang mengalami kekurangan alirah darah
dari oksigen, beberapa sel akan mati yang
menyebabkan menurunnya curah jantung
(cardiac output). Perubahan ini
menyebabkan sel hidup yang tersisa tidak
cukup menjalankan fungsi jantung. Tanpa
adanya perbaikan dalam curah jantung
menyebabkan gagl jantung dan agngguan
oksigenasi seluruh tubuh sehingga
peninggal dapat meninggal.

MedStar Page
Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4
Kehilangan darah (ml) Sampai 750 750 – 1500 1500 – 2000 >2000

Kehilangan darah (%
Sampai 15% 15% - 30% 30% - 40% >40%
volume darah)
Denyut nadi <100 >100 >120 >140
Tekanan darah Normal Normal Menurun Menurun
Normal atau
Tekanan nadi Menurun Menurun Menurun
naik
Frekuensi nafas 14 – 20 20 – 30 30 – 40 >35
Urin output >30 20 – 30 5 – 15 Tdk berarti
Sangat
SSP mental Sedikit gelisah Cukup gelisah Bingung
gelisah
Kristaloid Kristaloid dan
Resusitasi cairan Kristaloid Kristaloid
dan darah darah segera

Sumber: ATLS – American College of Surgeon Keterangan


Jumlah cairan : jumlah cairan infuse
EBV : Estimated Blood Volume 3 atau 4 : adalah factor
(perkiraan jumlah tetesan
darah) Dewasa laki-laki : 70 cc x infuse, 3 jika 1 cc sama
KgBB Dewasa Wanita : 65 cc dengan 20 tpm, 4 jika
x KgBB Anak : 70 cc x KgBB 1cc sama dengan 15 tpm
Bayi : 80 cc x KgBB (liat pada infuse set)
Prematur : 95 cc x KgBB W : waktu dalam jam
EBL (Estimated Blood Loss) Contoh : seseorang umur 35 diopname di
EBL= Presentasi x EBV RS karena sakit diare, dokter
memberikan cairan infuse RL
Contoh kasus: seorang laki-laki usia 500 c, dijadwalkan akan habis
58 th dengan BB 50 kg mengalami pada 8 jam dengan kecepatan
kecelakaan lalu lintas dan dibawa ke IGD, 20tpm. Berapakah jumlah tetes
setelah dilakukan pengkajian tampak permenitnya..?
deformitas pada femur dextra, tekanan TPM = 500 : 3x8
darah 90/65 mmHg, Frekuensi Nadi 500:24
124x/menit, frekuensi napas 32x/menit, 20,8 >>> 21tetes/menit
CRT >2 detik, produksi urin 10 ml/jam,
ekstermitas pucat, sangat gelisah dan Cara menghitung lama pemberian
kesadaran menurun. Micro : Jumlah cairan = W x jumlah tetes
Macro: Jumlah cairan = 3 W atau 4 W x
Answer: jumlah tetes
EBV :70 cc x 50 = 3500 cc Keterangan
Kelas syok : kelas IV (40%) Jumlah cairan : jumlah cairan infuse
EBL :40 x 3500 = 1.400 ML 3 atau 4 : adalah factor tetesan infuse,
Kebutuhan resusitasi dengan kristaloid 3 jika 1 cc sama dengan 20
sebanyak 1.400 ml x 4=5.600 ML tpm, 4 jika 1 cc sama dengan
(Diberikan 1 L loading terlebih dahulu, 15 tpm (liat pada infuse set)
kemudian evaluasi respons pasien). W : waktu dalam jam
Jumlah tetes : jumlah program infuse
Cara Mengitung Tetesan Infuse per menitnya
Macro : TPM = jumlah Cairan : 3 atau contoh :berapa jamkah cairan infuse RL
4xW 500 cc akan habis jika
Micro : TPM= Jumlah cairan : W diprogam 20 tpm?

MedStar Page
Answer:

MedStar Page
 500 = 3W x 20 multiple ada kemungkinan hipovolemia.
500 = 60W Syok selain hipovolemia memberikan
W = 500 : 60 respon sedikit atau singkat, maka dari itu
W = 8 jam 20 menit bila terdapat tanda-tanda syok maka
syok dianggap disebabkan karena
 500 = 4W x 20
hipovolemia. Namun harus tetap
500 = 80W mempertimbangakan kemungkinan
W = 500 : 80 penyebab lain.
W = 6 jam 15 menit
2. Syok non hemoragic
Ingat! : Setiap Penderita Trauma Yang Nadi Syok non hemoragic meliputi syok
Cepat dan Akral Dingin Dianggap Dalam cardiogenik, syok neurogenik, syok
Syok.Kecolongan diagnosis syok paling septic, tanponade jantung dan tension
sering terjadi pada kelompok ini, karena pneumothorax
a. Syok Septic
hanya mendasarkan pada tekanan darah Syok karena infeksi yang
sistolik, yang belum turun secara signifikan. terjadi sesaat setelah trauma jarang
Kondisi fisik pasien sangat beragam, terjadi. Namun bila pasien terlembat
mulai dari sangat dramatis seperti hipotensi sampai IGD hingga beberapa jam,
berat akibat perdarahan. Gejala klinis yang hal ini dapat terjadi. Syok septic
tampak tergantung dari derajat syok yang dapat terjadi pada pasien-pasien
terjadi: dengan luka tembus abdomen dan
1. Suhu : hipertermia atau hipotermia kontaminaisi pada rongga
2. Laju jantung : biasanya meningkat periotoneal oleh isi usus. Penderita
3. Tekanan darah sistol: meningkat pada dengan syok septik yang dini
awal syok, selanjutnya menurun mungkin mempunyai peredaran
4. Tekanan darah diastolik : meningkat volume yang normal, takikardia
pada awal, menurun ketika yang sedang, kulit berwarna merah
kompensasi gagal jambu yang hangat, tekanan sistolik
5. Sistem saraf pusat : delirium, mendekati normal dan tekanan urat
gelisah, disorientasi, koma nadi yang lebar.
6. Kulit: pucat, dingin, sianosis, berkeringat b. Syok Cardiogenik
7. Respirasi : takipnea Disfungsi miokardiac dapat
8. Kardiovaskuler : takikardia terjadi dari trauma tumpul jantung,
9. Organ splannik : ileus, perdarahan tamponade jantung, emboli udara
gastrointestinal atau yang agak jarang infark
10. Ginjal : penurunan produksi urin. miokard yang berhubungan dengan
cedera penderita. Semua penderita
Untuk perdarahan internal harus dengan trauma torak harus dilakukan
diperhatikan dnegan seksama karena sulit pemeriksaan EKG untuk mengetahui
untuk dilihat, dimana kondisi perdarahan pola cedera yang disritmia. Cedera
internal dapat menyebabkan syok dan harus tumpul jantung mungkin merupakan
segera persiapan untuk rujukan ke kamar suatu indikasi pemasangan tekanan
operasi, yang biasa terjadi perdarahan internal vena sentral (CVP) secara dini agar
adalah sebagai berikut: rongga thorax, rongga dapat memandu resusitasi cairan
abdomen, rongga pelvis, femur/tulang dalam situasi ini.
panjang dan retroperitonial. c. Syok Neurogenik
Cedera intrakranial yang
V. JENIS-JENIS SYOK berdiri sendiri tidak menyebabkan
syok. Adanya syok pada penderita
Syok pada pasien trauma dapat dibagi dengan cedera kepala harus dicari
menjadi haemoragic dan non kemungkinan penyebab syok lain.
haemoragic. Cedera syaraf tulang belakang
1. Syok Hemoragic mungkin mengakibatkan hipotensi
Perdarahan adalah penyebab syok karena hilangnya tonus simpatis
yang paling untuk dan sering terjadi, dan kapiler. Ingat, kehilangan tonus
hampir semua penderita dengan trauma simpatis pada kapiler memperberat

MedStar Page
efek fisiologis dari hipovolemia, dan vital terutama otak, jantung, dan ginjal tidak
hipovolemia memperberat efek-efek cukup sehingga untuk mempertahankan organ
fisiologis denervasi sympatis. ini tubuh akan mengimbangi dengan menutup
Gambaran yang dapat dilihat dari nadi pada organ yang kurang vital seperti
syok neurogenik adalah hipotensi kulit, usus.
tanpa takikardia atau vasokontriksi Penyebab terjadinya syok hipovolemia
kulit. Setiap penderita dengan syok adalah tersering karena kehilangan darah
neurogenik pada awalnya harus akibat perdarahan, kehilangan plasma misal
dirawat untuk hipovolemia, karena pada luka bakar, dan kehilangan cairan akibat
kemungkinan terjadinya syok muntah diare yang berkepanjangan.Tanda dan
hipovolemia dapat terjadi. gejala syok hipovolemia:
 Denyut nadi cepat dan lemah
d. Tamponade jantung  Akral dingin
Adalah hal yang paling sering
 Sianosis/kebiruan/pucat
ditemukan pada trauma tembus
 Sesak napas
thorax, tetapi bisa merupakan akibat
cedera tumpul di thorax. Takikardi,  Kesadaran menurun karena otak kurang
suara jantung yang menjauh dan suplai oksigen
pelebaran vena leher dengan  Jika penderita sadar: rasa haus karena
hipotensi yang tidak membaik cairan dari darah berkurang
setelah pemberian cairan mengarah Syok hipovolemia yang diakibatkan
ke tanda tanponade jantung. Namun karena perdarahan adalah penyebab terbesar
tension pneumothorax juga dapat yang sering terjadi pada kasus trauma.
menyerupai tanponade jantung yaitu
pada tension pneumothorax suara “Perdarahan atau syok hemoragic merupakan penyebab syok yang p
napas menjauh atau tidak terdengar
dan saat diperkusi hipersonor,
sedangkan pada tamponade jantung
tidak.
VI. PENGELOLAAN SYOK
e. Tension pneumothorax
Adalah benar-benar Pasien dengan Cedera diatas diagfragma
kegawatdaruratan bedah yang bisa mengalami perfusi jaringan yang tidak
membutuhkan diagnosis dan adekuat karena gangguan kerja jantung akibat
intervensi segera. Tension kerja jantung akibat cedera tumpul
pnemothorax berkembang ketika miokardium, tanponade jnatung, tension
udara memasuki pleura, tetapi pneumothorax yang menyebabkan venous
mekanisme katup menutup dan return (preload) yang tidak adekuat.
mencegah keluar. Adapun atnda dan Penatalaksanaan awal dari syok
gejalanya yaitu: distress pernapasan diarahkan kepada pemulihan perfusi seluler
akut, emfisema subkutan, suara dan organ dengan darah yang dioksigenasi
napas menjauh, hasil perkusi dengan adekuat. Perlu dilakukan monitoring
hipersonor, dan trakea yang bergeser teratur dari indikator-indikator perfusi
ke arah yang sehat. Jika menemukan penderita agar dapat dilakukan evaluasi
tanda gejala diatas segera lakukan respon terhadap terapi dan untuk mengetahui
dekompresi thorax tanpa harus sedini mungkin kalau keadaannya memburuk.
menunggu diagnosis dan hasil x-ray. Kebanyakan penderita trauma dengan syok
Hal yang paling sering terjadi pada hipovolemik memerlukan intervensi
penderita trauma adalah terjadinya syok pembedahan untuk mengatasi keadaan syok.
hipovolemia. Syok ini disebabkan karena Karena itu, adanya syok pada penderita
pergeseran cairan diantara kompartemen trauma menuntut keterlibatan ahli bedah
cairan di dalam tubuh akibat dari kehilangan dengan segera.Resusitasi pada pasien syok
darah. Syok hipovolemik adalah keadaan meliputi:
tidak cukup cairan dalam pembuluh darah 1. Pemeriksaan fisik
atau keluaran jantung tidak cukup tinggi Pemeriksaan fisik ditujukan terhadap
untuk mempertahankan peredarah darah, diagnosis kelainan yang mengancam
sehingga pasokan oksigen dan bahan bakar nyawa dan meliputi penilaian terhadap
ke organ ABC. Pencatatan data penting untuk

MedStar Page
monitoring lebih lanjut.
Tanda vital,

MedStar Page
jumlah urine dan tingkat kesadaran kemampuannya terbatas untuk tetap berada
penting untuk dicatat. dalam ruang intravaskular.
2. Menjaga Patensi Jalan Nafas (Airway)
Kontrol jalan nafas yang paling ideal (1) Kristaloid
adalah dengan melalui intubasi Cairan kristaloid yang paling banyak
endotrakhea yang bertujuan untuk proteksi digunakan adalah normal saline dan ringer
jalan nafas, oksigenasi melalui pemberian laktat. Cairan kristaloid memiliki komposisi
tekanan positif (baging), menjaga patensi yang mirip cairan ekstraselular. Karena
dan pembersihan jalan nafas. perbedaan sifat antara kristaloid dan koloid,
3. Mengontrol Usaha Nafas dimana kristaloid akan lebih banyak menyebar
Adanya usaha nafas pada pasien syok ke ruang interstitial dibandingkan dengan
akan meningkatkan konsumsi oksigen, koloid maka kristaloid sebaiknya dipilih untuk
untuk itu usaha nafas harus dikendalikan resusitasi defisit cairan di ruang intersisial.
melalui penggunaan ventilasi mekanik Penggunaan cairan normal salin dalam
dengan ventilator dan pemberian obat jumlah yang besar dapat menyebabkan
sedasi. Kadar saturasi oksigen timbulnya asidosis hiperkloremik, sedangkan
dipertahankan diatas 93% dengan PaCO2 penggunaan cairan ringer laktat dengan jumlah
dipertahankan pada kisaran 35 – 40 besar dapat menyebabkan alkalosis metabolik
mmHg. yang disebabkan adanya peningkatan produksi
4. Stabilisasi Sirkulasi dan kontrol bikarbonat akibat metabolisme laktat.
perdarahan Contoh cairan kristaloit adalah Infuse
Stabilisasi sirkulasi atau hemodinamik Ringer laktat, NaCL 0,9% dan Ringer Asesat.
dimulai dengan kecukupan jumlah akses (2) Koloid
intravena atau jalur infus. Untuk dapat Cairan koloid disebut juga sebagai
melakukan resusitasi cairan jalur infus cairan pengganti plasma atau biasa disebut
dengan ukuran yang paling besar yang “plasma expander”. Di dalam cairan koloid
dapat dipasang mutlak diperlukan. Jika terdapat zat/bahan yang mempunyai berat
volume intravaskuler sangat diperlukan, molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang
maka posisi trendelenburg (menaikkan menyebabkan cairan ini cenderung bertahan
kaki diatas level jantung) dapat menolong agak lama dalam ruang intravaskuler.
memberikan tambahan cairan kedalam Koloid dapat mengembalikan volume
jantung. plasma secara lebih efektif dan efisien daripada
Resusitasi cairan dimulai dengan cairan kristaloid, karena larutan koloid
kristaloid yang isotonic. Jumlah cairan dan mengekspansikan volume vaskuler dengan
kecepatan pemberian disesuaikan dengan lebih sedikit cairan dari pada larutan kristaloid.
gangguan hemodinamik yang terjadi. Sedangkan larutan kristaloid akan keluar dari
Semakin berat gangguan hemodinamik pembuluh darah dan hanya 1/4 bagian tetap
yang terjadi, semakin cepat dan besar tinggal dalam plasma pada akhir infus. Koloid
volume yang diberikan. Sebagian besar adalah cairan yang mengandung partikel
pasien yang dalam kondisi syok onkotik dan karenanya menghasilkan tekanan
mengalami defisit cairan baik absolute onkotik. Bila diberikan intravena, sebagian
maupun relative. Cairan diberikan secara besar akan menetap dalam ruang
cepat sebanyak 1000 ml s/d 2000 ml, intravaskular.Contoh cairan koloit adalah Hess
dengan dilakukan penilaian ulang selesai 6%, gelofusin, voluvent, albumin 5% dll.
memberikan cairan. Penanganan kasus (3) Pendekatan asam basa
syok haemoragik/ hipovolemia Penentuan tingkat keasaman (pH)
diantararanya : dalam tubuh manusia ditantukan oleh
a. Penggantian Cairan Intravena konsentrasi ion H⁺. Notasi pH diciptakan oleh
Cairan intravena diklasifikasikan seorang ahli kimia dari Denmark yaitu Soren
menjadi kristaloid dan koloid. Kristaloid Peter Sorensen pada tahun 1909, yang berarti
merupakan larutan dimana molekul organik log negatif dari konsentrasi ion hidrogen.
kecil dan inorganik dilarutkan dalam air. Dalam bahasa Jerman
Larutan ini ada yang bersifat isotonik,
hipotonik, maupun hipertonik. Cairan kristaloid disebut Wasserstoffionenexponent (eksponen
memiliki keuntungan antara lain : aman, ion hidrogen) dan diberi simbol pH yang
nontoksik, bebas reaksi, dan murah. Adapun berarti: ‘potenz’ (power) of Hydrogen.
kerugian dari cairan kristaloid yang hipotonik
dan isotonik adalah

MedStar Emergency Page 50


Rentang konsentrasi normal: Monitor volume urin yang keluar untuk
Normal: 7,40 (7,35 – 7,45)
menganalisa jumlah keseimbangan cairan yang
Viable Range: 6,80 – 7,80
Pemberian cairan kristaloid untuk terapi cairan masuk dan cairan yang keluar, sehingga
awal diberikan dalam kondisi hangat dengan “Prinsip pengelolaan dasar yang
suhu berkisar 380C (102.20F) sebelum harus dipegang ialah menghentikan
digunakan. Hal ini untuk mencegah hipotermia perdarahan dan mengganti
yang dapat memperburuk prognosis penderita. kehilangan volume”
diperlukan pemasnagan kateter urin (faley
Pemberian cairan yang hangat dapat catheter). Perlu diingat bahwa sebelum
dicapaidengan menyimpan cairan pemasangan kateter urin harus diperhatikan
kristaloid di dalam penghangat atau dengan dan dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui
menggunakan oven microwafere. Cairan adakah kontra indikasi pemasangan kateter
kristaloid dapat melewati membran semi urin. Kontra indikasi pemasangan kateter urin
permiabel pembuluh, tetapi tidak dengan adalah :
membran sel dan dapat mencapai equilibrium
 Adanya perdarahan pada orifisium uretra
dalam 2-3 jam. Untuk waktu singkat kristaloid
externa (OUE).
akan memperbaiki preload dan cardiac output.
 Hematom pada skrotum
b.Akses vena
 Posisi prostat tidak teraba/ melayang pada
Akses vaskular harus segera clan
saat rectal touche/ colok dubur.
sebaiknya memakai 2 kateter intro-vena yang
Volume output urin normal adalah:
besar. Tempat untuk akses vena adalah:
 Dewasa :0.5 cc/ kgBB/ jam
(1) vena perifer
 Anak : 1 cc/ kgBB/ jam
(2)seksi vena (venous cut down, venoclysis)
 Bayi : 2 cc/ kgBB/ jam
dan
(3) vena sentral.
e. Imobilisasi Fraktur
Pada anak kecil usia kurang dari 6 tahun, cars
intra-osseus dapat dicoba sebelum vena sentral. Adanya fraktur baik terbuka ataupun
Tempat yang baik untuk jalur intravena tertutup harus di imobilisasi untuk mengurangi
bagi orang dewasa adalah lengan bawah atau perdarahan yang terjadi serta mengurangi rasa
pembuluh darah lengan bawah. Kalau keadaan nyeri. Jika jumlah penolong memadai,
tidak memungkinkan penggunaan pembuluh lakukanlah pembidaian di primary survey,
darah perifer, maka digunakan akses pembuluh sedangkan jika jumlah penolong terbatas,
sentral (vena-vena femoralis, jugularis atau vena maka pembidaian dilakukan secondary survey.
subdovio dengan kateter besar). Seringkali akses Catatan: jika terjadi fraktur pada pelvis atau
vena sentral didalam situasi gawat darurat tidak femur maka pembidaian harus dilakukan di
dapat dilaksanakan dengan sempurna, karena itu primary survey walau jumlah penolong
bila keadaan penderita sudah memungkinkan, terbatas, karena perdarahan di area tersebut
maka jalur vena sentral ini harus diubah atau menyebabkan syok cepat.
diperbailki.
c.Transfusi darah f. Target Akhir Resusitasi
Pemberian darah tergantung respon Resusitasi dikatakan berhasil jika mampu
memenuhi kriteria sebagai berikut:
korban gawat darurat terhadap pemberian
 Tekanan darah, laju nadi, produksi urin
cairan seperti diterangkan sebelumnya. Pada
kembali ke batas normal
fase pra – rumah sakit jarang dilakukan
 Volume sirkulasi tercukupi
pemberian tranfusi darah. Transfusi darah
 Volume cairan di tiap kompartmen
lazimnya diberikan di pelayanan kesehatan,
tercukupi
namun demikian apabila memang dibutuhkan
 Parameter hemodinamik kembali normal
dapat diberikan di rumah sakit lapangan
 Hantaran oksigen maksimal

d. Monitor Volume Urine


MedStar Page 51
 Asidosis jaringan teratasi, metabolisme pelumpuh otot, anksiolisis sangat
tubuh kembali ke aerob, kekurangan diperlukan.
oksigen tergantikan.
Karena jumlah cairan dan darah yang
diperlukan untuk resusitasi sukar diramalkan
pada evaluasi awal penderita. Evaluasi cairan
yang masuk dengan menghitung jumlah urin
yang keluar. Respon terhadap pemberian
penggantian cairan atau darah ada tiga
kemungkinan yaitu :
 Respon cepat
 Respon sementara
 Tanpa respon
5. Disability- pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan neurologic singkat yang
dilakukan adalah menentukan tingkat
kesadaran dan tanda lateralisasi.

6. Exposure
Pemeriksaan menyeluruh setelah
menentukan prioritas terhadap keadaan yang
mengancam nyawa, penderita dilepas
seluruh pakaian untuk mendapatkan
gambaran menyeluruh mengenai kelainan
yang mengancam nyawa, tetapi harus
dicegah hipotermi.

7. Dilatasi gaster – dekompresi


Dilatasi gaster kerap kali terjadi pada
penderita trauma khususnya pada anak-anak
dan mungkin menyebabkan gangguan
pernafasan. Syok, walaupun jarang, juga
dapat terjadi akibat dilatasi gaster akut.
Keadaan ini mempersulit terapi syok dan
bisa menyebabkan aspirasi isi lambung dan
ini merupakan suatu komplikasi yang fatal.
NGT harus terpasang dengan baik dan
tersambung pada alat suction yang
berfungsidengan baik. Namun, penempatan
tube yang baik tidak serta merta
menghilangkan resiko aspirasi.

8. Mengontrol Konsumsi Oksigen


Penggunaan oksigen yang berlebihan
harus dikurangi, seperti kondisi kesakitan,
stress, gelisah, dan menggigil. Untuk itu
upaya pemberian analgetik,
MedStar Page 52
KESIMPULAN

Diagnosis syok ditegakkan


atas adanya takikardia, takipnea,
memanjangnya masa pengisian
kapiler, turunnya tingkat
kesadaran, dan turunnya tekanan
darah yang semuanya merupakan
tanda hipoperfusi organ &
kebutuhan tubuh adalah oksigen
yang lebih banyak.
Syok adalah terjadinya
metabolime anaerobik selular.
Survival penderita bergantung
pada hantaran oksigen ke tingkat
sel. Prioritas dalam pengelolaan
syok adalah mengusahakan
sampainya oksigen ke paru-
paru. Korban membutuhkan
transport cepat ke fasilitas
dimana dapat dilakukan kendali
perdarahan, penggantian darah
yang hilang, oksigenisasi dan
ventilasi yang adekuat.
Penggantian cairan merupakan
komponen penting dalam
pengelolaan syok. Kristaloid
bukan cairan pengganti yang
ideal karena hanya berfungsi
sebagai volume expander tanpa
kapabilitas mengikat oksigen.
Cairan pengganti yang ideal
adalah darah.

MedStar Page 53
Respon Cepat Respon Sementara Tanpa Respon
Perbaikan
Kembali ke
Tanda vital sementara tensi dan Tetap abnormal
normal
nadi
kembali turun
Dugaan kehilangan Minimal (10%- Sedang, masih ada
darah 20%) (20%-40%) Berat (40%)
Kebutuhan Rendah sampai Sedang sebagai
kristaloid Rendah sedang tanda tranfusi
Kebutuhan darah Rendah Sedang – tinggi Segera
Type spesific dan
Persiapan darah Type spesific Emergency
crossmatch
Perlu Operasi Mungkin Sangat mungkin Perlu
Kehadiran dini ahli
Perlu Perlu Perlu
bedah

MedStar Page 54
BAB VI Kegawatan
Trauma

TRAUMA KEPALA Pertimbangan untuk rujukan pada


korban cidera kepala, perlu dicatantumkan
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM informasi penting sebagai berikut ini:
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu  Umur
memberikan asuhan keperawatan gawat
 Usia
darurat dasar pada trauma.
 Jenis kelaamin
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS  waktu dan Mekanisme cedera (MOI)
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:  Status Respiratorik dan Kardiovaskular
1. Melakukan asuhan keperawatan gawat  Pemeriksaan Neurologis (GCS) dan
darurat dasar pada cedera kepala tanda lateralisasi.
2. Melakukan asuhan keperawatan gawat  Adanya cedera penyerta
darurat dasar pada trauma spinal  Hasil pemeriksaan penunjang
3. Melakukan asuhan keperawatan gawat diagnostik seperti CT Scan atau Foto
darurat dasar pada sistem rontgen schaedel, apabila dirumah sakit
muskuloskeletal tidak ada fasilitas tersebut segera
4. Melakukan asuhan keperawatan gawat pertimbangakan untuk rujukan setelah
darurat dasar pada trauma thorak keadaaan pasien stabil.
5. Melakukan asuhan keperawatan gawat
darurat dasar pada trauma abdomen
6. Melakukan asuhan keperawatan gawat
darurat dasar pada trauma thermal. TRAUMA KEPALA
Tingginya angka kematian pada
korban kecelakaan. Justru, yang harus
menjadi perhatian adalah banyaknya kasus
kecacatan dari korban kecelakaan.
Khususnya, korban kecelakaan yang
menderita cedera kepala.
Cedera kepala adalah proses
patologis pada jaringanotak yang bersifat
non
– degenerative, non – congenital, dilihat dari A. PENGERTIAN
keselamatan mekanis dari luar, yang
mungkin menyebabkan gangguan fungsi Trauma kepala atau kapitis merupakan
kognitif, fisik, dan psikososial yang sifatnya penyebab utama kematian akibat trauma.
menetap maupun sementara dan disertai Trauma kepala drsebabkan benturan pada
hilangnya atau berubahnya tingkat kepala baik langsung maupun tidak
kesadaran. langsung. Secara klinis dapat dilihat adanya
Dari definisi itu saja, kita sudah tahu gangguan kesadaran. Tindakan pertahanan
bahwa cedera kepala sangat berbahaya dan Jalan nafas, pemberian oksigen yang adekuat
membutuhkan penanganan segera demi dan mempertahankan tekanan darah yang
keselamatan penderita. Sayangnya, kendati cukup untuk perfusi otak dan
kasus terus meningkat, namun masih banyak menghindarkan terjadinya cedera otak
pihak yang belumsadar pentingnya sekunder merupakan pokok-pokok tindakan
kecepatan menolong penderita. Disamping yang sangat penting untuk keberhasilan
penanganan di lokasi kejadian dan selama kesembuhan penderita.
transportasi korban kerumah sakit, penilaian Cidera kepala merupakan salah satu
dan tindakan awal di ruang gawat darurat penyebab kematian utama pada kelompok
sangat menentukan penatalaksanaan dan umur produktif dan sebagian besar
prognosis selanjutnya.
MedStar Page 55
terjadiakibat kecelakaan lalulintas. Tidak (NGT) sebab kemungkinan mencederai
hanya berakibat pada jaringan otak terpapar. Pasien dicurigai fraktur
basis cranium ditandai oleh :
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI a. Hematoma periorbrta atau brill
hematoma
b. Hematoma Retroaurikular atau
Battlesign.
c. Cairan otak dari hidung atau telinga.
Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3
fosa yaitu : fosa anterior, fosa media dan fosa
posterior. Fosa anterior adalah tempat lobus
frontalis, fosa media adalah tempat lobus
ternporahs dan fosa posterior adalah ruang bagi
batang otak bawah dan serebelum.
Pada Patah tulang kalvaria dapat
berbentuk ganis (lineair) yang bisa non impressi
(tidak masuk/menekan ke dalam) atau impressi
(masuk ke dalam). Bila patah terbuka (ada
hubungan dengan dunia luar), maka diperlukan
Gambar lapisan kepala operasi segera.

1. Kulit kepala 3. Isi tengkorak Terdiri dari, diantaranya:


Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan a. Lapisan pelindung otak (meningen)
 dikenal dengan istilah SCALP,yaitu: Terdiri dari:
a. Skin/ kulit 1) Durameter
b. Connective tissue/ jaringan Duramater adalah lapisan terluar adalah
penyambung lapisan yang paling tebal diantara semua
c. Aponeurosis/ jaringan ikat yang lapisan. Duramatert erdiri dari 2 lapisan
berhubungan langsung dengan yaitu:
tengkorak  Lapisanperiosteal luar padaduramater
d. Looseareolar tissue/jaringan melekat di permukaan dalam kranium
penunjang longgar dan berperan sebagai periosteum dalam
e. Perikranium pada tulang tengkorak.
Kulit kepala memiliki banyak  Lapisan meningeal dalam pada dura
pembuluh darah sehingga bila terjadi mater tertanam sampai ke dalam fisura
perdarahan akibat laserasi kulit kepala otak dan terlipat kembali ke arahnya
akan menyebabkan banyak kehilangan untuk membentuk bagian-bagian Falks
darah terutama pada anak-anak atau serebrum, Falks serebelum dan
penderita dewasa yang cukup lama Tentonium serebelum yang memisahkan
terperangkap sehingga membutuhkan serebrum dari serebelum.
waktu lama untuk mengeluarkannya.
2) Subdur & Epidural
2. Tulang Kepala (Kranium) Sela diafragma memanjang di atas sela
a. Kalvaria (atap tengkorak) dan tursika, tulang yang membungkus kelenjar
b. Basiskranium (dasartengkorak). hipofisis Pada beberapa regia, kedua sinus
Bila terjadi patah tulang terbuka vena yang mengalirkan darah keluar dari
pada tulang kepala, maka diperlukan otak. Ruang subdural memisahkan dura
operasi segera untuk mencegah mater dari arakhnoid pada regia kranial dan
terjadinya komplikasi selanjutnya medula spinalis. Ruang epidural adalah
seperti infeksi otak dan kejang. ruang potelapisan ini dipisahkan oleh
Fraktur basis cranium harus menjadi pembuluh darah besar, nsial antara periosteal
perhatian khusus karena pada luar dan lapisan meningeal dalam pada dura
kecurigaan hal tersebut mater diregia medula spinalis.
dikontraindikasikan pemasangan Naso
Pharingeal Airway (NPA), Suction lewat 3) Piameter
hidung dan pemasangan NasoGastricTube Piamater adalah lapisan terdalam yang
halus dan tipis, serta melekat erat pada otak.
MedStar Page 56
Lapisan ini mengandung banyak pembuluh akan menimbulkan peninggian tekanan dalam
darah untuk mensuplai jaringan saraf. rongga tengkorak (peninggion tekanan intra-
kranial).
4) Arachnoid Secara patologisapapun yang mengenai
Arachnoid (antara lapisan duramater dan otak dapat mempengaruhi tekanan
piamater) yang terletak diantara kedua intracranial yang selanjutnya akan
lapisan tadi dan mengandung sedikit mengganggu fungsi otak yang akhirnya
pembuluh darah. Ruang subaraknoid berdampak buruk terhadap penderita. TIK
memisahkan lapisan araknoid dari pia mater yang tinggi dapat menimbulkan konsekuensi
dan mengandung cairan serebrospinal, yang mengganngu fungsi otak dan tentunya
pembuluh darah, serta jaringan penghubung mempengaruhi pula kesembuhan penderita.
seperti selaput yang mempertahankan posisi Kenaikan TIK tidak hanya merupakan
araknoid terhadap pia mater di bawahnya. indikasi adanya masalah serius dalam otak
Berkas kecil jaringan araknoid, vili araknoid, tetapi justru sering merupakan masalah
menonjol ke dalam sinus vena (dural) dura utamanya.
mater.  Nilai TIK normal : 10 mmHg (136
Rongga tengkorak tidak besar, dan mmH2O)
tertutup oleh tengkorak yang keras.  Tidak normal : >20 mmHg
Perdarahan yang terjadi didalam rongga  TIK berat : 40 mmHg
tengkorak sebanyak 100cc mungkin sudah Semakin tinggi TIK semakin buruk
dapat menimbulkan kematian. Dengan
prognosisnya.Jika terjadi trauma capitis
demikian sering dikatakan perdarahan pada
penderita cedera kepala tidak dapat cenderung terjadi peningkatan intra
menyebabkan syok karena terbatasnya ruang cranial sehingga harus mempertahankan
kosong yang dapat menyimpan darah pada volume intra cranial tetap konstan sesuai
tulang tengkorak kepala lebih dari 100 cc, hipotesa Monroe Kelli. Berikut Tanda
apabila mendapatkan penderita trauma PTIK :
kapitis yang dalam keadaan syok, maka syok Nyeri Kepala Hebat
tersebut biasanya bukan berasal dari
 MuntahProyektil
perdarahan di kepala akan tetapi berasal dari
tempat lain (rongga toraks, abdomen, tulang  Penurunankesadaran
pelvis atau tulang panjang). Tatalaksana :
 Chek Analisa gas darah
5) Otak Chek Cairanelektrolit
Jika terjadi trauma kapitis cenderung PosisiKepala 15-30 derajat
terjadi peningkatan tekanan intra kranial Batang otak, terdiri dari mesencefalon,
(TIK). TIK terdapat dalam keadaan konstan. pons dan medula oblongata. Mesencefalon
Jika terjadi peningkatan yang cukup tinggi, dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi
hal ini dapat mengakibatkan turunnya batang retikulasi yang berfungsi mengatur fungsi
otak (herniasi batang otak) yang akan kesadaran dan kewaspadaan. Pada medula
berakibat kematian Trauma ataukerusakandi oblongata terdapat pusat vital
kepaladapatkarena cederalangsung(primer)dan kardiorespiratorik sampai medula spinalis
cederayangterjadi kemudian(sekunder). dibawahnya (kauda inguina).
Cedera otak sekunder dapat disebabkan Lesi yang kecil saja pada batang otak
oleh keadaan hipovolemia, hipoksia, sudah dapat menyebabkan defisit neurologis
hiperkarbia,dan hipokarbia. Kerusakan otak yang berat, namun pada pemeriksaan CT
sekunder harus dihindari karenaakibat dari Scan kepala lesi dibatang otak Sering tidak
diatas dapat mengakibatkan Edema otak, tampak terlihat.
Iskemia otak,dan Infark otak. Cerebelum berfungsi mengatur fungsi
Otak dapat mengalami pembengkakan koordinasi dan keseimbangan dan terletak
(edema), baik karena trauma langsung dalam fosa posterior, berhubungan dengan
(primer) ataupun setelah trauma (Sekunder). medula spinalis batang otak dan kedua
hemisfer serebri.
Pembengkakan otak ini dikenal sebagai Cairan serespinal (CSS) dihasilkan oleh
edema cerebri dan karena tengkorak pleksus khoroideus dengan kemampuan
merupakan ruangan yang tertutup rapat, produksi sebanyak 30ml/jam. Pleksus
maka edema ini

MedStar Page 57
khoroideus terletak pada ventrikel lateralis
baik sebelah kanan maupun sebelah kiri,
mengalir melalui foramen Monroe ke
ventrikel ketiga. Selanjutnya pada di
ventrikel kedua mengalir melalui akuaduktus
dari sylvius menuju ventrikel ke empat.
Selanjutnya keluar melalui ventrikel dan
masuk ke dalam ruang subaraknoid yang
berada diseluruh permukaan otak dan
medulla spinalis. Cairan serebrospinal akan
diserap kedalam sirkulasi vena melalui
granulasio araknoid yang teradapat pada
sinus sagitalis superior. Adanya darah dalam Gambar mekanisme trauma
CSS dapat menyumbat granulasio araknoid
sehingga mengganggu penyerapan CSS dan
dapat menyebabkan kenaikan Tekanan Intara Cedera keapala diklasifikasikan menjadi 3
Kranial (Hidrosefalus komunikan) hal, yaitu:
Tentorium serebeli membagi rongga 1. Berdasarkan mekanisme cedera kepala
tengkorak menjadiruang supratentorial (fosa Cedera kepala dibagi menjadi cedera
kronii anterior dan fosa kranii medio) dan kepala tumpul dan cedera kepala tembus /
ruang infratentorial (foso kraniiposterior). tajam. Cedera kepala tumpul biasanya
Mesensefalon (midbrain) menghubungkan berkaitan dengan kecelakaan kendaraan
hemisfer serebri dan batang otak ( pons dan bermotor, jatuh dari ketinggian atau
medulla oblongota) dan berjalan melalui pukulan akibat benda tumpul. Sedangkan
celah insisura tentorial. Nervus cedera kepala luka tembus disebabkan oleh
okulomotorius (saraf orak ketiga) berada luka tembak atau luka tusuk.
disepanjang tentorium, dan saraf ini dapat
tertekan pada keadaan herniasi otak yang 2. Berdasarkan penilaian GCS
disebabkan adanya masa supratentorial atau Secara umum untuk menetapkan berat
edema otak. ringannya cedera kepala digunakan metode
Serabut-serabut parasimpatik berfungsi penilaian Glasgow Coma Scale (GCS),
melakukan konstriksi pada pupil mata yaitu menilai respon Buka Mata pasien,
berada pada permukaan nervus Respon Bicara/Verbal pasien dan respon
okulomotorius. Paralisis serabut-serabut Motorik, penilaian ini akan menentukan
parasimpatis ini dapat menyebabkan dilatasi penatalaksanaan selanjutnya.
pupil karena adanya penekanan akibat  GCS 14-15: cedera kepala ringan (CKR)
aktivitas serabut tersebut tidak dihambat.  GCS 9-13: cedera keapala sedang (CKS)
 GCS 3-8 : cedera kepala berat (CKB)
C. TEKANANAN INTRAKRANIAL
3. Berdasarkan marfologi cedera kepala
Terjadi nyeri kepala hebat yang disertai Berdasarkan morfologi, cedera kepala
muntah proyektil dan penurunan kesadaran. dibagi menjadi fraktur kranium dan lesi

Klasifikasi Nilai
D. KLASIFIKASI
Normal 10 mmHg (136 mmH2O)

Tidak > 20 mmHg


Normal
TIK Berat 40 mmHg

intrakanial :
a. Fraktur kranial
Fraktur kranial dapat terjadi pada
bagian atas atau dasar tengkorak, dapat

MedStar Page 58
berbentuk garis / linear, atau bintang atau
terbuka maupun tertutup. Adanya tanda klinis
fraktur dasar tengkorak merupakan petunjuk
kecurigaan untuk melakukan pemeriksaan
lebih rinci.
Tanda -tanda tersebut antara lain
adaya ekomosis periorbital (Rocoon eyes),
ekomosis retroaurikuler (Battle Sign),
kebocoran Cairan Cerebrospinal (CSS)
seperti Rhinorrhea dan Otorrhea, paresis
nervus facialis dan kehilangan pendengaran,
yang dapat timbul segera atau beberap hari Gambar perdarahan epidural
setelah mengalami trauma.
Fraktur kranial terbuka dapat
mengakibatkan adanya hubungan antara Perdarahan epidural relatif jarang
laserasi kulit kepala dengan permukaan otak ditemukan (0,5%) dari semua penderita
karena robeknya selaput duramater. Adanya cedera kepala, dan yang mengalami koma
fraktur tengkorak tidak dapat diremehkan, hanya 9% dari semua penderita cedera
karena menunjukan adanya benturan yang kepala. Perdarahan epidual terjadi di luar
cukup hebat / keras. duramater tetapi masih berada didalam rongga
tengkorak, dengan ciri berbentuk Bikonveks
b. Lesi intrakanial atau menyerupai lensa cembung. Sering
terletak di area temporal atau tempoparietal
yang biasanya disebabkan oleh robeknya
arteri meningea media, akibat terjadinya
fraktur tulang tengkorak namun dapat juga
terjadi akibat robekan vena besar.
 Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural lebih sering
terjadi dari pada perdarahan epidural (30%
pada cedera otak berat). Perdarahan ini terjadi
akibat robeknya vena-vena kecil dipermukaan
kortek serebri. Perdarahan subdural biasanya
Gambar perdarah lesi intrakanial menutupi seluruh permukaan hemisfer otak
dan kerusakan otak dibawahnya lebih berat
Lesi intrakranial diklasifikasikan dan prognosisnyapun jauh lebih buruk bila
sebagai lesi fokal atau lesi difus, walaupun dibandingkan dengan perdarahan epidural.
kedua jenis lesi ini sering terjadi secara  Kontusio dan Perdarahan lntraserebral
bersamaan. Yang termasuk lesi fokal adalah Kontusio dan Perdarahan
perdarahan epidural, perdarahan subdural dan lntraserebral
perdarahan intra serebral. sering terjadi (20%- 30% pada cedera otak
 Cedera Otak Difus. berat). Sebagian besar terjadi area lobus
Pada konkusi ringan penderita frontal dan lobus temporal, walaupun
biasanya kehilangan kesadaran dan mungkin demikian dapat juga terjadi pada setiap
mengalami amnesia retro / anterograd.Cedera bagian dari otak. Kontusio serebri didapat
otak difus biasanya disebabkan oleh hipoksia, dalam waktu beberapa jam atau beberapa hari
iskemia dari bagian otak karena syok yang setelah trauma, kemudian berubah menjadi
berkepanjangan atau periode apneu yang perdarahan intraserebral yang membutuhkan
segera setelah mengalami trauma. Selama ini tindakan operasi segera.
dikenal dengan istilah Cedera Aksonal Difus
(CAD/DAI) untuk mendefinisikan trauma E. PEMERIKSAAN FISIK
otak berat dengan prognosis yang buruk, yang Setiap korban harus diperiksa secara cepat
menunjukan adanya kerusakan pada akson dan tepat entah berat atau ringannya cidera
yang terlihat pada manifestasi klinisnya. kepala yang dialami, karena hal ini menetukan
 Perdarahan Epidural. penatalaksanaan yang akan dilakukan
selanjutnya. Ada 2 penilaian yang dapat
dilakukan dengan cepat yaitu penilaian tingkat

MedStar Page 59
kesadaran dengan GCS dan tanda
lateralisasi.

MedStar Page 60
1. Pemeriksaan tingkat kesadaran Pupil normal
Terdapat 3 aspek yang dinalai yaitu
menilai respon Buka Mata pasien, Respon
Bicara/Verbal pasien dan respon Motorik.

Kategori Respon Nilai


Respon
Spontan 4
Respon Perintah verbal 3
Buka Mata Nyeri 2
Tidak ada respon 1
Mengikuti 6 Gambar tanda lateralisasi
perintah
Mengetahui letak 5
nyeri
Flexi terhadap 4
Respon nyeri
Motorik
Fleksi abnormal 3
(dekortikasi)
Ekstensi 2
(deserebrasi)
Tidak ada respon 1
Orientasi baik dan 5
bicara
Disorientasi dan 4
berbicara
Respon
Kata-kata yang 3
Verbal
tidak tepat
Suara yang tidak 2
berarti
Tidak ada respon 1

2. Lateralisasi
Tanda lateralisasi disebabkan karena
adanya suatu proses pada satu sisi otak, seperti
misalnya perdarahan intrakranial.
Kedua pupil mata harus selalu diperiksa.
Biasanya sama lebar dan reaksi sama cepat.
Apabila salah satu lebih lebar (lebih dari1-
2mm), maka keadaan ini disebut sebagai
anisokoria.
Dilakukan perangsangan pada kedua
lengan dan tungkai. Apabila salah satu lengan
atau dan tungkai kurang atau sama-sekali tidak
bereaksi, maka disebut sebagai adanya tanda
lateralisasi.
Pupil dilatasi

Pupil konstriksi

An isokor

MedStar Page 61
intracranial tidak dapat menyebabkan
syok Haemoragik pada cedera kepala
F. PENGELOLAAN berat, pada penderita dengan hipotensi
Padafaseprarumahsakit harus segera dilakukan
tidak banyak yang dapat
dilakukan, hanyasajapadahal
penting yangharus
diperhatikan, yaitu:

1. Primary Survey
Lakukan Pemeriksaan dan penanganan:
a. Airway dan breathing
Terhentinya
pernafasan sementra dapat
terjadi pada penderita
cedera kepala berat dan
dapat mengakibatkan
gangguan sekunder.
lntubasi Endotrakeal
(ETT) / Laryngeal Mask
Airway (LMA) harus
segera dipasang pada
penderita cedera kepala
berat yang koma,
dilakukan ventilasi dan
oksigenisasi 100%
danpemasangan pulse
oksimetri / monitor
saturasi oksigen. Tindakan
hiperventilasi harus
dilakukan secara hati-hati
pada penderita cedera
kepala berat yang
menunjukan perburukan
neurologis akut.
Gangguan airway dan
breathing sangat
berhahaya pada trauma
kapitis karena akan dapat
menimbulkan hipoksia
atau hiperkarbia yang
kemudian akan
menyebabkan kerusakan
otak sekunder. Oksigen
selalu diberikan, dan bila
perafasan meragukan,
lebih baik memulai
ventilasi tambahan.

b. Circulation
Hipotensi biasanya
disebabkan oleh cedera
otak itu sendiri, kecuali
pada stadium terminal
yaitu bila medulla
oblongata mengalami
gangguan. Perdarahan

MedStar Page 62
stabilisasi dan resusuitasi untuk mencapai dengan sempurna, walaupun mungkin ada
euvolemia. gejala sisa yang sangat kecil.
Hipotensi merupakan tanda klinis Pemeriksaan CT Scan idealnya harus
kehilangan darah yang cukup hebat, walaupun dilakukan pada semua cedera kepala ringan
tidak selalu tampak jelas. Harus juga di curigai yang disertai dengan kehilangan kesadaran
kemugkinan penyebab syok lain seperti Syok lebih dari 5 menit, amnesia, sakit kepala hebat,
Neurologis (Trauma Medula Spinalis), GCS < dari 15 atau adanya deficit neurologis
kontusio jantung atau Tamponade" Jantung fokal, foto servical juga harus dibuat bila
dan Tension Pneumothoraks. terdapat nyeri pada palpasi leher. Pemeriksaan
Penderita hipotensi yang tidak dapat foto polos dilakukan untuk mencari Fraktur
bereaksi terhadap stimulus apapun dapat Linear atau depresi pada servical, fraktur
member respon normal segera setelah tekanan tulang wajah ataupun adanya benda asing di
darah normal. daerah kepala, akan tetapi harus diingat bahwa
Gangguan circulation (syok) akan pemeriksaan foto polos tidak boleh menunda
meyebabkan gangguan perfusi darah ke otak transfer penderita / Medevac ke RSyang lebih
yang akan menyebabkan kerusakan otak memadai. Apalagi bila ditemukan adanya
sekunder. Dengan demikian syok dengan gejala neurologis yang abnormal, harus segera
trauma kapitis harus dilakukan penanganan dikonsulkan kepada ahli bedah syaraf.
dengan agresif. Bila penderita cedera kepala mengalami
asimtomatis, sadar, neurologis normal,
c. Disability, Exposure. observasi diteruskan selama beberapa jam dan
Pada setiap cedera kepala harus selalu dilakukan pemeriksaan ulang. Bila kondisi
diwaspadai adanya fraktur servikal. Cedera penderita tetap normal maka dapat dianggap
otak sering diperburuk akibat cedera sekunder. penderita aman. Akan tetapi bila penderita
Penderita cedera kepala berat dengan hipotensi tidak sadar penuh atau berorientasi kurang
mempunyai status mortalitas 2 kali lebih besar terhadap rangsang verbal maupun tulisan,
dibandingkan dengan penderita cedera kepala keputusan untuk memulangkan pendrita harus
berat tanpa hipotensi, adanya hipotensi akan ditinjau ulang.
menyebabkan kematian yang cepat. Oleh  Cedera Kepala Sedang (GCS=9-13)
karena itu tindakan stabilisasi dan resusitasi
Dari seluruh penderita cedera kepala
kardiopulmoner harus segera dilakukan.
yang masuk ke UGD RS hanya 10% yang
mengalami cedera kepala sedang. Mereka pada
2. SecondarySurvey
umumnya masih mampu menuruti perintah
a. Inspeksi keseluruhan kepala, termasuk
sederhana, namun biasanya tampak bingung
wajah  laserasi, adanya darah bercampur atau terlihat mengantuk dan disertai dengan
cairan otak dari lubang hidung dan telinga defisit neurologis fokal seperti hemiparese.
b. Palpasi keseluruhan kepala, termasuk Sebanyak 10% - 20% dari penderita cedera
wajah  fraktur, laserasi dengan fraktur kepala sedang mengalami perburukan dan
dibawahnya jatuh dala keadaan koma, pada saat di akukan
c. Inspeksi semua laserasi kulit kepala pemeriksaan di UGD dilakukan anamnesa
jaringan otak, fraktur tengkorak singkat dan stabilisasi kardiopulmoner
depresi, kotoran. sebelum pemeriksaan neurologis dilakukan.
d. Pemeriksaan minineurologis danmenilai Penderita harus dirawat diruang perawatan
GCS intensif tau yang setara, dilakukan observasi
 GCS Ringan (GCS=14-15) ketat dan pemeriksaan neurologis serial selama
Penderita dengan cedera kepala yang 12-24jam pertama.
dibawa ke Unit Gawat Darurat (UGD) RS  Cedera Kepala Berat (GCS 3-8).
kurang lebih 80% dikategorika dengan cedera Penderita denga cedera kepala berat
kepala ringan, penderita tersebut masih sadar tidak mampu melakukan perintah sederhana
namun dapat mengalami amnesia berkaitan walaupun status kardiopulmonernya telah
dengan cedera kepala yang dialaminya. Dapat stabil, memiliki resiko morbiditas dan
disertai dengan riwayat hilangnya kesadaran mortalitas cukup besar. " Tunggu dan Lihat "
yang singkat namun sulit untuk dibuktikan penderita dengan cedera kepala berat adalah
terutama pada kasus pasien dengan pengaruh sangat berbahaya, karena diagnosis serta terapi
alcohol atau obat-obatan. Sebagian besar yang sangatlah penting. Jangan menunda
penderita cedera kepala ringan dapat sembuh

MedStar Page 63
transfer / Medevac karena menunggu 6. Kejang Pasca Trauma
pemeriksaan penunjang seperti CT Scan. Dapat segera terjadi (dalam 24 jam
e. Pemeriksaan vertebra servikalis, palpasi pertama), dini (minggu pertama), atau
adanya rasapegal/nyeridanpakaikan lanjut (setelah satu minggu).
kolarcuriga terjadi fraktur servikal,
pemenksaan foto ronsenvertebra servikalis Defisit Neurologis & Psikologis
proyeksi lateral bilaperlu Tanda awal penurunan fungsi neurologis:
f. Penilaian luasnya cedera Perubahan tingkat kesadaran, nyeri kepala
g. Re-evaluasi secara kontinyu -observasi hebat, mual/muntah proyektil (tanda dari
tanda- tanda perburukan peningkatan TIK).

G. KOMPLIKASI H. PENCEGAHAN

1. Epilepsi Pasca Trauma 1. atuh merupakan penyebab utama cedera


Suatu kelainan dimana kejang terjadi kepala, terutama pada anak – anak dan
beberapa waktu setelah otak mengalami lansia. Meminimalisir kejadian jatuh
cidera karena benturan dikepala. Kejang dapat dilakukan dengan cara memastikan
bisa terjadi setelah beberapa tahun lantai tidak licin, menggunakan alat
kemudian setelah terjadinya cidera. bantu jalan, dan melakukan pengawasan
2. Afasia pada saat anak atau lansia berada di
Hilangnya kemampuan untuk kamar mandi atau berjalan di tangga.
menggunakan bahasa karena terjadinya 2. Menggunakan helm, baik pada saat
cedera pada area bahasa di otak. Penderita mengendarai sepeda atau sepeda motor,
tidak mampu memahami/mengekspresikan maupun saat melakukan aktivitas yang
kata – kata. berisiko seperti mengendarai skateboard
Bagian otak yang mengendalikan fungsi atau olahraga extreme.
bahasa adalah lobus temporalis sebelah 3. Mengendarai mobil dengan aman, yaitu
kiri & bagian lobus frontalis disebelahnya. dengan mengenakan sabuk pengaman
3. Apraksia dan menghindari aktivitas lain seperti
Ketidakmampuan untuk melakukan tugas menggunakan handphone pada saat
yang sedang mengemudi. Jangan
memerlukaningatan/serangkaiangerakan. mengemudikan mobil atau kendaraan
Bagian otak yang mengalami kerusakan apapun dalam keadaan tidak sadar
adalah lobus parietalis/ lobus frontalis. penuh, baik karena pengaruh alkohol
4. Agnosis maupun obat – obatan.
Suatu kelainan dimana penderita tidak
mampu mengenali wajah yang dulu
dikenalnya dengan baik atau benda –
benda umum (sendok,pensil). Bagian
otak yang mengalami kerusakan adalah
lobus parietalis & temporalis.
5. Amnesia
Hilangnyasebagianatauseluruhkemampuan
untukmengingatperistiwa yang barus aja
terjadi/ peristiwa yang sudah lama berlalu.
Amnesia hanya berlangsung beberapa
menit sampai beberapa jam dan akan
menghilang dengan sendirinya. Pada
cedera otak yang hebat, amnesia
bisabersifat menetap. Bagian otak yang
mengalami kerusakan adalah
lobusoksipitalis, lobus parietalis, lobus
temporalis.

MedStar Page 64
Pada orang dewasa, medula spinalis
lebih pendek daripada kolumna spinalis.
TRAUMA SPINAL Medula spinalis berakhir kira- kira pada
tingkat diskus intervertebralis antara vertebra
lumbalis pertama dan kedua. Sebelum usia 3
bulan, segmen medula spinalis, ditunjukkan
A. PENGERTIAN
oleh radiksnya, langsung menghadap ke
vertebra yang bersangkutan. Setelah itu,
Trauma spinal atau cedera pada tulang
kolumna tumbuh lebih cepat daripada
belakang adalah cedera yang mengenai
medula. Radiks tetap melekat pada foramina
servikalis, vertebralis dan lumbalis akibat dari
intervertebralis asalnya dan menjadi
suatu trauma yang mengenai tulang belakang.
bertambah panjang ke arah akhir medula
Trauma pada tulang belakang dapat mengenai
(conus terminalis), akhirnya terletak pada
jaringan lunak pada tulang belakang yaitu
tingkat vertebra lumbalis ke-2. Di bawah
ligamen dan diskus, tulang belakang sendiri dan
tingkat ini, spasium subarakhnoid yang
susmsum tulang belakang atau spinal kord.
seperti kantong, hanya mengandung, radiks
Merupakan keadaan patologiakut pada
posterior dan antenor yang membentuk cauda
medula spinalis yang diakibatkan terputusnya
equina. Kadang- kadang, conus terminalis
komunikasi sensori dan motorik dengan susunan
dapat mencapai sampai tingkat vertebra
saraf pusat dan saraf perifer. Tingkat kerusakan
lumbalis ke-3.
pada medula spinalis tergantung dari keadaan
komplet atau inkomple. Radiks dari segmen Cl. sampai C7,
meninggalkan kanalis spinalis melalui
foramina intervertebralis yang terletak pad a
sisi supenor atau rostral setiap vertebra.
Karena bagian servikalis mernpunyai satu
segmen lebih daripada vertebra servikalis,
radiks segmen ke-8 meninggalkan kanalis
melalui foramina yang terletak antara
vertebra servikalis ke-7 dan torasikus ke-1.
Dari sini ke bawah, radiks saraf
meninggalkan kanalis melalui foramina yang
lebih bawah.
Antara C4 dan Ta, dan Juga antara L2
Gambar vertebra servikal dan S3, diameter medula spinalis membesar.
Inturnesensra servikal dan lumbalis ini terjadi
B. ANATOMI karena radiks dari separuh bawah bagian
Spinal Cord atau Medulla Spinalis servikalis naik ke pleksus brakhialis,
merupakan bagian dari Susunan Syaraf Pusat. mempersarafi ekstnrnitas atas, dan yang dari
Terbentang dari foramen magnum sampa regio lumbo- sakral membentuk pleksus
idengan La, di L1 melonjong dan agak melebar lumbosakralls, mempesarafi ekstrimitas
yang disebut conus terminalis atau bawah
conusmedullaris. Terbentang dibawah conus .
terminalis serabut- serabut bukan syaraf yang C. ETIOLOGI
disebut filum terminale yang merupakan jaringan
ikat.Terdapat 31 pasang syaraf spinal: Penyebab utama cidera spinal pada
orang dewasa berdasarkan angka kejadian
1. 7 pasang syaraf servikal
yang tersering adalah sebagai:
2. 12 Pasang syaraf Torakal
3. 5 Pasang syaraf Lumbal a. Tabrakan mobil
4. 5 Pasang syaraf Sakral b. Kecelakaan penyelaman pada perairan
5. 3-4 pasang syaraf koksigeal dangkal
Akar syaraf lumbal dan sakral terkumpul c. Tabrakan sepeda motor
yang disebut dengan Cauda Equina. Setiap d. Jatuh dan cidera lain.
pasangan syaraf keluar melalui Intervertebral Penyebab utama cidera spinal pada anak-
foramina. SyarafSpinal dilindungi oleh tulang anak adalah:
vertebra dan ligamen dan juga oleh meningen a. Jatuh dari ketinggian (2-3x tinggi badan
spinal dan CSF. penderita)

MedStar Page 65
b. Jatuh dari sepeda
c. Tertabrak kendaraan bermotor

MedStar Page 66
daerah cedera. Keadaan tersebut lebih lanjut
mengakibatkan edema sel dan jaringan menjadi
nekrosis. Sirkulasi dalam white matter akan
kembali menjadi normal kurang lenih 24 jam.
Perubahan kimia dan metabolisme yang terjadi
adalah meningkatnya asam laktat dalam jaringan
dan menurunnya kadar oksigen secara cepat 30
menit setelah trauma, meningkatnya konsentrasi
norephineprine. Meningkatnya norephineprine
disebabkan karena efek sikemia, ruptur vaskuler
atau nekrosis jaringan saraf.
Trauma medula spinalis dapat
D. PATOFISIOLOGI menimbulkan renjatan spinal (spinal shock) yaitu
terjadi jika kerusakan secara tranversal sehingga
mengakibatkan pemotongan komplit rangsangan.
Pemotongan komplit rangsangan menimbulkan
Columna vertebralis berfungsi
semua fungsi reflektorik pada semua segmen di
menyokong tulang belakang dan melindungi
bawah garis kerusakan akan hilang.
medula spinalis dan saraf – sarafnya. Cedera
Fase renjatan ini berlangsung beberapa minggu
medula spinalis dapat terjadi akibat trauma
sampai beberapa bulan (3 – 6 minggu).
columna vertebra atau ligamen. Umumnya
INGAT!!! Setiap cedera tulang belakang, curiga
tempat terjadinya cedera adalah pada segmen C1
fraktur cervikal = pasang neck collar + Long
– 2, C4
Spine Board (LSB).
– 6 dan T11 – L2, karena segmen ini paling
mobile sehingga mudah terjadi cedera. Cedera
medula spinalis mengakibatkan perdarahan pada E. JENIS-JENIS TRAUMA SPINAL
gray matter medula, edema pada jam – jam
pertama paska trauma.
Mekanisme utama terjadinya cedera
vertebra adalah karena hiperekstensi, hiperfleksi,
trauma kompresi vertikal dan rotasi, bisa sendiri
atau kombinasi. Cedera karena hiperekstensi
paling umum terjadi pada area cervikal dan
kerusakan terjadi akibat kekuatan akselerasi –
deselerasi. Cedera akibat hiperfleksi terjadi
akibat regangan atau tarikan yang berlebihan,
kompresi dan perubahan bentuk dari medula
spinalis secara tiba – tiba.

1. Flexion injury
Cedera fleksi menyebabkan beban
regangan pada ligamentum posterior, dan
selanjutnya dapat menimbulkan kompresi pada
bagian anterior korpus vertebra dan
mengakibatkan wedge fracture (teardrop
fracture). Cedera semacam ini dikategorikan
sebagai cedera yang stabil.

Compression injury
Kerusakan medula spinalis terjadi akibat Cedera kompresi vertical mengakibatkan
kompresi tulang, herniasi disk, hematoma, pembebanan pada korpus vertebra dan dapat
edema, regangan jaringa saraf dan gangguan menimbulkan burst fracture.
sirkulasi pada spinal. Adanya perdarahan akibat
trauma dari gray sampai white matter
2. Hyperextension injury
menurunkan perfusi vaskuler dan menurunkan
kadar oksigen dan menyebabkan iskemia pada

MedStar Page 67
. Gangguan spame otot terutama terjadi
pada trauma komplit transversal, dimana
pasien trejadi ketidakmampuan melakukan
pergerakan.
d. Spinal shock
Tanda dan gejala spinal shock meliputi
flacid paralisis di bawah garis kerusakan,
hilangnya sensasi, hilangnya refleks –
refleks spinal, hilangnya tonus vasomotor
yang mengakibatkan tidak stabilnya
tekanan darah, tidak adanya keringat di
bawah garis kerusakan dan inkontinensia
urine dan retensi feses.
Cedera ekstensi biasanya merusak liga e. Autonomik dysrefleksia
mentum longitudinalis anterior dan Terjadi pada cedera T6 keatas, dimana
menimbulkan herniasidiskus. Biasanya terjadi pasien mengalami gangguan refleksa
pada daerah leher. Selama kolum vertebra dalam utonom seperti terjadinya bradikardia,
posisifleksi, maka cederaini masih tergolong hipertensi paroksismal, distensi bladder.
stabil f. Gangguan fungsi seksual.
Banyak kasus memperlihatkan pada
3. Flexion-rotation injury
laki – laki adanya impotensi, menurunnya
sensai dan kesulitan ejakulasi. Pasien dapat
ereksi tetapi tidak dapat ejakulasi.
Tanda dan gejala yang menjadi indikasi
pengelolaan trauma spinal:
 Nyeri leher atau punggung
 Nyeri gerak leher atau punggung
 Nyeri tekan leher posterior atau midline
punggung
Beban fleksi-rotasi akan menimbulkan  Deformitas kolumna spinalis
cedera pada ligamentum posterior dan kadang  Paralisis, paresis, baal atau
juga proses usartikularis,selanjutnya akan kesemutan pada ekstremitas pasca
mengakibatkan terjadinyadislokasi fraktur kejadian
rotasional yang dihubungkan dengan slice  Tanda dan gejala syok neurogenik
fracture korpus vertebra. Cedera ini merupakan  Penurunan fungsi pernafasan
cedera yang paling tidak stabil.  Priapismus

B. PENATALAKSANAAN
A. TANDA DAN GEJALA
Perhatian utama pada penderita
a. Tergantung tingkat dan lokasi kerusakan cedera tulang belakang ditujukan pada
Tanda dan gejala cedera medula usaha mencegah terjadinya kerusakan yang
spinalis tergantung dari tingkat kerusakan lebih parah atau cedera sekunder. Untuk
dan lokasi kerusakan. Dibawah garis maksud tersebut dilakukan immobilisasi
kerusakan terjadi misalnya hilangnya ditempat kejadian dengan memanfaatkan
gerakan volunter, hilangnya sensasi nyeri, alas yang keras. Pengangkatan penderita
temperature, tekanan dan proprioseption, tidak dibenarkan tanpa menggunakan tanda
hilangnya fungsi bowel dan bladder dan atau sarana apapun yang beralas keras.
hilangnya fungsi spinal dan refleks Selalu harus diperhatikan jalan nafas
autonom. pernapasan dan sirkulasi. Bila dicurigai
b. Perubahan refleks cedera didaerah servikal harus diusahakan
Setelah terjadi cedera medula spinalis agar kepala tidak menunduk dan tetap
terjadi edema medula spinalis sehingga ditengah dengan menggunakan penyanggah
stimulus refleks juga terganggu misalnya leher yaitu neck collar untuk menyangga Ieher
rfeleks pada blader, refleks ejakulasi dan pada saat pengangkatan.
aktivitas viseral.
c. Spasme otot

MedStar Page 68
Primary Survey: Airway, Breathing, trauma thorax ini dapat di atasi dengan tindakan
Circulation, Disablitiy, Exposure, Foley yang sederhana oleh dokter di Rumah Sakit atau
Catheter, Gastric tube, Heart monitor. paramedis di lapangan, sehingga kemungkingan
Secondary Survey: Anamnesis dan hidup penderita lebih besar.
mekanisme trauma, riwayat medis, identifikasi
dan mencatat obat yang diberikan kepada B. PENGERTIAN
penderita sewaktu datang dan selama Trauma adalah luka atau cedera fisik
pemeriksaan dan piñata laksanaa. Penilaian lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan
ulang tingkat kesadaran dan pupil, penilaian emosional yang hebat.
ulang GCS, penilaian tulang belakang (palpasi, Trauma dada adalah abnormalitas rangka
nyeri, paralisis, parastesia, sensasi, fungsi dada yang disebabkan oleh benturan pada
motorik, reflekstendon dalam, pencatatan dan dinding dada yang mengenai tulang rangka dada,
pemeriksaan ulang), evaluasi ulang akan adanya pleura paru – paru, diafragma ataupun isi
cedera penyerta/ cedera yang tersembunyi. mediastinal baik oleh benda tajam maupun
Lakukan log roll untuk evaluasi bagian belakang tumpul yang dapat menyebabkan gangguan
serta Gunakan Long Spine Board (LSB) untuk system pernapasan.
immobilisasi dan transportasi. Trauma thoraks adalah luka atau cedera
yang mengenai rongga thorax yang dapat
C. KOMPLIKASI menyebabkan kerusakan pada dinding thorax
1. Neurogenic shock ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan
2. Hipoksia oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
3. Gangguanparu – paru menyebabkan keadaan gawat thorax akut.
4. Instabilitas spinal Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul
5. Orthostatic hipotensi dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka
6. Ileus paralitik atau cedera yang mengenai rongga thorax yang
7. ISK (InfeksiSaluranKemih) disebabkan oleh benda tumpul yang sulit
8. Batu salurankemih diidentifikasi keluasan kerusakannya karena
9. Kontraktur gejala – gejala umum dan rancu.
10. Dekubitus Kesimpulan : Dari ketiga pengertian
11. Inkontinensia blader diatas, makadapat disimpulkan bahwa Trauma
12. Konstipasi dada thorax merupakan suatu kondisi dimana
terjadinya benturan baik tumpul maupun tajam
pada dada atau dinding thorax, yang
TRAUMA THORAX menyebabkan abnormalitas (bentuk) pada rangka
thorax. Perubahan bentuk pada thorax akibat
A. LATAR BELAKANG trauma dapat menyebabkan gangguan fungsi
Trauma thoraks merupakan luka atau atau cedera pada organ bagian dalam rongga
cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat thorax seperti jantung dan paru – paru, sehingga
dapat terjadi beberapa kondisi patologis
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax
traumatic seperti haematothorax, pneumothorax,
ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan tamponade jantung, dan sebagainya.
oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabka thorax akut. Trauma thoraks
diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus.
Trauma tumpul merupakan luka atau cedera
yang mengenai rongga thorax yang disebabkan
oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi
keluasan kerusakannya karena gejala – gejala
umum dan rancu.
Trauma dada menyebabkan hampir 25%
dari semua kematian yang berhubungan dengan
trauma di amerika serikat setelah masalah
airways dan berkaitan dengan 50% kematian
yang berhubungan dengan multiple trauma. C. ANATOMI
Pertolongan pertama pada penderita dengan

MedStar Page 69
Pada dasarnya proses pernafasan
bertujuan untuk memasukkan oksigen ke dalam
tubuh, yang kemudian akan berdifusi dalam
darah. Gangguan pernafasan akan mengakibatkan
gangguan oksigenasi (kadar 02 rendah) yang
dikenal sebagai hipoksia. Apabila gangguan
pernafasan disertai dengan penimbunan C02
dalam darah, maka akan timbul juga keadaan
hiperkarbia.

Gambar anatomi thorax

Penilaian yang tepat, cepat dan akurat


sangat menentukan tingkat keberhasilan
penolong. Keterlambatan dalam identivikasi
masalah pada trauma thorax akan menyebabkan Gambar trauma thorax
keadaan hipoxia (kekukranfan oksigen), Trauma thorax dapat diakibatkan luka
hiperkarbia (peningkatan kadar CO2 darah), dan tumpul atau luka tembus. Luka tembus meliputi
asidosis (akumulasi asam dan penurunan PH luka tembak, tertusuk dan atau terjatuh pada
darah). benda yang tajam, pada luka tumpul harus
1. Dinding dada dicurigai adanya peneumothorax, tanponade
Thoraks adalah silinder berongga jantung, flailt chest, kontusio paru ataupun ruptur
dengan 12 pasang iga, Dinding dada aorta.
merupakan bungkus untuk organ di Bila ada hubungan antara udara luar
dalamnya, yang terbesar adalah jantung dan dengan ronggapleura, misalnya karena luka
paru-paru. Bagian bawah tiap iga dilalui tusuk, maka tekanan positif akan memasuki
sebuah arteri, vena dan saraf. Otot rongga pleura, sehingga terjadi open pneumo-
interkostal thorox. Tentu saja paru (bersama pleura
menghubungkan antar iga. Otot ini dan viseralis) akan kuncup (collaps). Sedangkan bila
diafragma merupakan otot pernafasan yang karena suatu sebab, permukaan pleura pariltalis
utama. robek, dan ada hubungan antara bronchus
2. Pleura dan paru
Pleura merupakan membran tipis yang Cavum Pleura
terdiri dari dua lapisan yang terpisah. Pleura
parietal melapisi sisi dalam rongga thoraks dan
pleura viseral melapisi permukaan luar tiap
paru.Terdapat sedikit cairan diantara kedua
permukaan pleura tersebut selanjutnya keluar
kembali. Respires: adalah proses biologis
pertukaran oksigen dan karbondioksida di antara
udara luar dan sel-sel tubuh.
Respirasi meliputi ventilasi, setiap
individu memerlukan kedua proses tersebut
untuk tetap hidup. Saat inspirasi, diafragma dan
otot interkostal berkontraksi sehingga Gambar paru
diafragma bergerak ke bawah, dada dengan rongga pleura, sedangkan pleura
mengembang dan terangakat. Gerakan ini viserolis tetap utuh, maka udara akan masuk
meningkatkan volume rongga toraks. Sebaliknya rongga pleuro sehingga dapat terjadi
tekanan intra toraks akan turun (volume dan pneumothorax. Dan pada kasus trauma tertutup
tekanan berbanding terbalik) hingga mencapai seperti pada trauma tumpul ini disebut closed
tekanan yang lebih rendah daripada tekanan pneumo-thorax (simple pneumothorox). Apabila
udara luar tubuh. Hal ini akan menyebabkan ada suatu mekanisme "ventielasi" sehingga udara
udara mengalir masuk ke dalam tubuh melalui dari bronchus masuk rongga pleura, tetapi tidak
jalan napas. dapat keluar kembali, maka akan terjadi

MedStar Page 70
peumothorax yang semakin

MedStar Page 71
berat yang pada akhirnya akan mendorong paru D. GEJALA UMUM
sebelahnya. Keadaan ini dikenal sebagai "tension Gejala umum yang menyertai trauma
pneumothorox." Bila terdapat perdarahan dalam thoraks diantaranya:
rongga pleuro, maka keadaan ini dikenal sebagai 1. Sesak napas (dispnea)
hemathorax. 2. Napas paradoksal (terdapat bagian
trauma thorax tersebut dapat dari dinding dada yang tidak bergerak
menyebabkan kematian segera (immediate atau bergerak berlawanan arah
deatg) atau dalam hitungan jam (early death), dengan dinding dada yang lain)
karena pada trauma thorax masalah yang 3. Napas cepat dan dangkal (takipnea)
mungkin timbul pada airway, breathing dan 4. Kesulitas bernapas dan
circulation seperti pada kasus trauma thorax pengembangan dada tidak simetris
yang disertai trauma laring, dapat menyebabkan 5. Retraksi dinding dada
obstruksi saluran napas sehingga dapat 6. nyeri dada
mengancam nyawa jika tidak dilakukan 7. krepitasi dan memar
pemeriksaan yang cepat dan tepat.Untuk 8. batuk berdarah
mengetahui tanda tersebut, harus dilakukan 9. saturasi oksigen rendah
pemeriksaan dengan cara sebagai berikut:
1. Inspeksi E. KLASIFIKASI
Inspeksi leher dan dinding dada dapat Berikut macam-macam Trauma thoraks,
menemukan, deviasi trakhea, distensi vena, yaitu
memar, luka dada terbuka dan pergerakan 1. Open pneumothorax
dinding dada.
2. Auskultasi
Paru-paru harus dilakukan pemeriksaan
auskultasi untuk mencari ada tidaknya suara
nafas. Suara normal paru-paru adalah vesikuler
normal. Auskultasi dilakukan pada 4 tempat
yakni dibawah kedua klavikula, (pada garis mid-
klavikularis), dan pada kedua mid-aksila
anterior. Bunyi nafas harus sama antara kiri dan
kanan.
3. Perkusi
Dengan mengetuk-kan jari tengah
terhadap jari tengah yang lain yang diletakkan
mendatar di atas dada. Pada daerah paru Gambar open pneumothorax
berbunyi sonor, pada daerah jantung berbunyi
redup (dull), sedangkan di atas lambung (dan Timbul karena trauma tajam, ada hubungan
usus) berbunyi timpani. Pada keadaan dengan rongga pleura sehingga paru menjadi
pneumothorox akan berbunyi hipersonor, kuncup. Sering kali terlihat sebagail uka pada
berbeda dengan bagian paru yang lain. Pada dinding dada yang menghisap pada setiap
keadaan hemothorax, akan berbunyi redup inspirasi (sucking chest wound). Apabila lubang
(dull). ini lebih besar dari pada 2/3 diameter trachea,
4. Palpasi maka pada inspirasi udara lebih mudah melewati
Palpasi pada leher dan thoraks lubang dada dibandingkan melewati muluts
dilakukan untuk , menemukan nyeri tekan, ehingga terjadi sesaknafas yang hebat. Akibatnya
krepitasi tulang dan emfisema subkutis ventilasi terganggu sehingga menyebabkan
hipoksia dan hiperkapnia.
Tanda dan gejala: Gejala pada
pneumotoraks terbuka (open pneumothorax)
adalah nyeri pada lokasi yang cidera, napas
pendek,dan terlihat ada bubble (gelembung
udara bercampur darah) dan terdapat "sucking
chestwound"(hisapan basah saat udarab ergerak
keluar masuk rongga pleura melalui defek pada
dinding dada).

Gambar Oklusive Dressing


MedStar Page 72
Penanganan Pada pneumothoraks frekuensi pernafasan, nyeri dada, terdapat jejas
terbuka, dilakukan pengelolaan dengan menutup di daerah thorax, ekspansi dada tidak simetris,
lubang pada dinding dada yang dilanjutkan JVP meningkat, takikardi, hipotensi terdapat
dengan ventilasi tekanan positif. Penutupan deviasi trakhea ke arah yang sehat dan sianosis.
luka dilakukan dengan memakai oklusive Pada saat auskultasi, suara nafas tidak terdengar
dressing (kedap udara) di plester 3 sisi. pada sisi yang sakit, dan saat perkusi terdengar
diplestertiga sisi agar terjadi efek dekompresi hipersonor ada sisi yang sakit.
spontan dan mencegah timbulnya tension Penanganan tension pneumothoraks
meliputi pengurangan tekanan rongga pleura
dengan cara NeedleThorakosintesis/needle
dekompresi. Tentukan garis axila anterior,
jarum besar ditusukan pada intercosta 4 atau 5.
Sesaat setelah insersi, udara akan mendadak
keluar dan tekanan dada akan berkurang. Katup
satu arah dapat dipasangkan pada kateter jarum
untuk mencegah masuknya udara atau Katup
dapat dibuat dengan mudah dan sederhana
dengan menggunakan potongan jari sarung
tangan steril, lalu lubangi pada ujungnya.
Gambar hemathorax 3. Hematothorak masife
pneumothoraks. Sebagaimana penderita trauma Pada keadaan init erjad iperdarahan
lainnya, prioritas pertama pertolongan adalah hebat dalam rongga dada. Ruang pleura dewasa
bantuan ventilasi, oksigen konsentrasi tinggi tiap sisinya dapat menampung 2.500 - 3.000 cc
dan koreksi hipovolemia. darah yang berasala dari pembuluh darah
Oklusif dressing sementara yang dapat interkostal, paru-paru atau pembuluh darahnya.
digunakan adalah Plastic Wrap alau Petroleum Hemotoraks dapat menimbulkan hipovolemia
Gauze. Apabila dilakukan cara ini maka harus yang merupakan keadaan kritis (syok).
sering dilakukan evaluasi paru. Pada luka yang Tanda gejala yang biasanya muncul adalah:
sangat besar, maka dapat dipakai plastik infus Gejala Gejala yang dapat dinilai adalah
yang digunting sesuai ukuran. Ekspansi dada tidak simetris, napas pendek,
2. Tensionpneumothoraks takipneasuara napas menghilang (menjauh) pada
Adanya udara didalam cavum pleura
mengakibatkan tension pneumothorak. Apabila
ada mekanisme ventilasi karena lubang pada
paru maka udaraakan semakin banyak pada sisi
rongga pleura, sehingg amengakibatkan:
 Parus ebelahnya akan tertekan dan
mengakibatkan sesak yang berat
 Mediastinum akan terdorong dengan akibat
timbul syok
 Pada perkusi terdengarhipersonor pada
daerah yang cedera, sedangkan Pada
auskultasi bunyi vesikuler menurun.
 Penurunan cardiac output yang biasa
Gambar tension pneumothorax
dikelompokan ke dalam syok obstruktif.
Penyebab tersering dari tension
sisi yang sakit perkusi redup (dullness) pada sisi
pneumothorox adalah komplikasi penggunaan
yang sakit terdapat tanda klinis syok.
ventilasi mekanik (ventilator) dengan ventilasi
Penanganan hemotoraks adalah
tekanan positif pada penderita yang ada
koreksimasalah ventilasi dan sirkulasi. Oksigen
kerusakan pada pleura viseral.Tension
konsentrasi tinggi serta pemberian cairan
pneumothorox juga dapat timbul akibat cidera
elektrolit prosedur penderita syok dan
toraks, misalnya cidera tulang belakang toraks
segerakolaborasikan ke dokter untuk persiapan
yang mengalami pergeseran.
pembedahan atau pemasangan chest tube untuk
Tanda dan gejala: Tanda dan gejala
mengeluarkan adarah pada pleura.
yang biasanya ditemukan pada tension
pneumothoraks adalah terjadinya peningkatan

MedStar Page 73
4. Flail dokter dalam pemberian analgesik
Chest kuat.,Tindakan ini akan mengurangi gerakan
segmen dan nyeri kemudian berikan bantuan
ventilasi tekanan positif dengan Bag Valve
Mask.Dan dilakukan airway definitif jika
oksigen yang diberikan tidak adekuat.
a. Tamponadejantung
Luka tembus/ tusuk jantung adalah
penyebab kematian utama pada daerah
perkotaan.Tamponade jarang terjadi akibat
trauma tumpul.
Tanda gejala yang sering muncul
padatamponade jantungadalah TRIAS
Gambar flail chest BECK,yaitu:
Terjadinya flail chest dikarenakan mengurangi rasa nyeri atau kolaborasi dengan
fraktur iga multiple pada dua atau lebih tulang
dengan dua atau lebih garis fraktur. Adanya
segmen flail chest (segmen mengambang)
menyebabkan gangguan pada pergerakan
dinding dada. Pada ekspirasi segmen akan
menonjol keluar, pada inspirasi justru masuk
kedalam yang dikenal dengan pernafasan
paradoksal.
Kelainan ini akan mengganggu ventilasi,
namun yang lebih diwaspadai adalah adanya
kontusio paru yang terjadi. Sesak berat yang
mungkin terjadi harus dibantu dengan oksigenasi
dan mungkin diperlukan ventilasi tambahan.
Tanda & Gejala: Gerakan ujung-ujung
tulang iga yang patah akan menimbulkan nyeri
yang menyebabkan penderita mengurangi
gerakan untuk bernafas sehingga udara tidak
masuk secara adekuat ke paru-paru. Saat
ekspirasi diafragma bergerak ke atas, sela iga
menyempit dan tekanan intratoraks meningkat
segmen flail akan bergerak ke luar dan bukanya
ke dalam. Gerak seperti ini disebut gerakan
paradoksal. Akibat gerakan paradoks dinding
dada adalah berkurangnya ventilasi yang
keadaan ini bisa menyebabkan hipoksia dan
hiperkarbia. Penekanan pada paru-paru akan
menyebabkan robekan jaringan dan
menimbulkan kontusio paru. Tanda dan gejala
flail chest:
 Gerakan dinding dada paradoksal terlihat
 Hipoksernia berhubungan dengan
kontusio paru.
 Peningkatan usahabernapas.
 Terhalangnya ekspansi atau
pengembangan rangka
torakskarenanyeri.
 Timbulnya kontusio paru padadaerah
dibawah segmen.
Penanganan Untuk mengatasi
respiratorydistress adalah dengan tindakan
oksigenisasi adekuat dan relaksasi atau

MedStar Page 74
 Distensi venajugularis
 Auskultasi:
bunyijantung
redup danjauh
 Adanya tanda-tanda syok
 gelisah
pada tamponade jantung,
walaupun penderita datang tidak
dalam keadaan sesak namun
dalam keadaan syok (syok non
hemoragik). Terjadi paling sering
karena luka tajam jantung,
ataupun trauma tumpul juga dapat
menyebabkannya, Karena darah
terkumpul dalam rongga
perkardium, maka kontraksi
jantung terganggu sehingga timbul
syok yang berat (syok
kardiogenik). Biasanya ada
pelebaran pembuluh darah vena
leher, disertai bunyi jantung yang
jauh dan nadi yang kecil.
Penanganan Tindakan
pertolongan korban dengan
tamponade perikard yaitu
perikardiosintesis yang dilakukan
oleh dokter.
Trauma thoraks lainnya
seperti fraktur costa, faktur
sternum, kontusio paru, dan
pneumotoraks sederhana lainnya,
yaitu ruptur aorta, ruptur
diafragma, perforasi esofagus dsb.
Trauma tersebut sering kali Tidak
mungkin dapat dikenali pada
fasepra-Rs, karena memerlukan
pemeriksaan lanjutan dapat
dikenali melalui pemeriksaan
radiologi (USG, x-Ray, CT-Scan,
dll).

A. PENDAHULUAN TRAUMA ABDOMEN


Salah satu kasus gawat
darurat yang memerlukan
tindakan segera dimana pasien
berada dalam ancaman
kematian karena adanya
gangguan hemodinamik adalah
trauma abdomen di mana
secara anatomi organ – organ
yang berada di rongga
abdomen adalah organ-organ
pencernaan. Selain trauma
abdomen kasus – kasus
kegawatdaruratan

MedStar Page 75
pada system pencernaan salah satunya sering beru tindakan beda, misalnya pada
perdarahan saluran cerna baik saluran cerna obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi,
bagian atas ataupun saluran cerna bagian obstruksi atau strangulasi jalan cerna dapat
bawah bila hal ini dibiarkan tentu akan menyebabkan perforasi yang mengakibatkan
berakibat fatal bagi korban atau pasien kontaminasi rongga perut oleh isi saluran
bahkan bisa menimbulkan kematian. cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Oleh karena itu, kita perlu memahami Keputusan untuk melakukan tindakan
penanganan kegawatdaruratan pada system beda harus segara diambil karena setiap
pencernaan secara cepat, cermat dan tepat kelambatan akan menyebabkan penyulit yang
sehingga hal – hal tersebut dapat kita hindari. berakibat meningkatkan morbiditas dan
Insiden trauma abdomen meningkat dari mortalitas ketepatan diagnosis dan
tahun ke tahun. Mortalitas biasanya lebih penanggulangannya tergantung dari
tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada kemampuan melakukan analisis pada data
trauma tusuk. Walaupun tehnik diagnostik anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
baru sudah banyak dipakai, misalnya pemeriksaan penunjang. Penegtahuan
Computed Tomografi, namun trauma tumpul mengenai anatomi dan faal abdomen beserta
abdomen masih merupakan tantangan bagi isinya sangat menentukan dalam
ahli klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk menyingkirkan satu demi satu sekian banyak
pengelolaan secara optimal. kemungkinan penyebab trauma abdomen.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi Trauma abdomen akan ditemukan pada 25%
terkadang cukup sulit karena adanya jejas penderita multi – trauma, gejala dan tanda
yang tidak jelas pada area lain yang terkait. yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat
Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh sehingga memerlukan tingkat kewaspadaan
trauma tumpul atau trauma tajam. Pada yang tinggi untuk dapat menetapkan
trauma tumpul dengan velisitas rendah diagnosis.
(misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan Pada fase pra-RS keterlambatan
kerusakan satu organ. Sedangkan trauma
diagnostik cedera abdomen tidak terlalu
tumpul velositas tinggi sering menimbulkan
kerusakan organ multipel. penting, namun selalu harus diwaspadai
Perforasi adalah kemungkinan yang adanya syok karena haemoragic yang
bisa terjadi pada trauma abdomen. Gejala menyertai cedera abdomen. Adanya trauma
perangsangan peritonium yang terjadi dapat abdomen yang tidak terdeteksi tetap menjadi
disebabkan oleh zat kimia atau salah satu penyebab kematian yang
mikroorganisme. Bila perforasi terjadi sebenarnya dapat dicegah, selain trauma
dibagian atas, misalnya lambung, maka
spinal. Sebaiknya jangan menganggap bahwa
terjadi perangsangan oleh zat kimia segera
sesudah trauma dan timbul gejala peritonitis ruptur organ berongga maupaun perdarahan
hebat. Bila perforasi terjadi di bagian bawah dari organ padat merupakan hal yang mudah
seperti kolon, mula-mula timbul gejala karena untuk dikenali. Seringkali pemeriksaan kita
mikroorganisme membutuhkan waktu untuk dipengaruhi oleh penggunaan obat-obat
berkembang biak. Baru setelah 24 jam timbul tertentu atau adanya trauma otak yang
gejala – gejala akut abdomen karena menyertai.
perangsangan peritoneum. Mengingat kolon
tempat bakteri dan hasil akhirnya adalah
feses, maka jika kolon terluka dan mengalami
perforasi perlu segera dilakukan pembedahan.
Jika tidak segera dilakukan pembedahan,
peritonium akan terkontaminasi oleh bakteri
dan faeses. Hal ini dapat menimbulkan
peritonitis yang berakibat lebih berat.
Istilah trauma abdomen atau gawat
abdomen menggambarkan keadaan klinik
akibat kegawatan dirongga abdomen yang
biasanya timbul mendadak dengan nyeri
sebagian keluhan utama. Keadaan ini
memerlukan penanggulangan segera yang Gambar trauma abdomen

MedStar Page 76
B. PENGERTIAN sternal. Organ yang paling sering terjadi
Trauma abdomen adalah cedera pada cidera adalah han dan limpa.
abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan Hepar dan limpa merupakan organ
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak padat tidak mempunyai lumen, dan trauma
disengaja. pada kedua organ ini akan menimbulkan
Trauma perut merupakan luka pada isi kedalam yang akan terkumpul dalam rongga
rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa peritoneum. Keadaan ini dikenal sebagai
hemoperitoneum, dekatnya perdarahan di
dalam hepar atau limpa (intra hepatik)
robekan usus juga dapat menimbulkan
perdarahan intra-peritoneal. Gaster, usus
halus dan usus besar mempunyai lumen.
Dengan demikian bila terjadi perforasi,
isinya akan tumpah dalam rongga
peritoneum dan menimbulkan peritonitis.
Bagian bawah (kaudal) abdomen
terlindungi oleh pelvis. Daerah ini berisi
rectum dan usus, kandung kemih dan
ureter, serta organ reproduksi wanita.
Gambar kuadran abdomen Perdarahan ekstra peritoneal akibat fraktur
tembusnya dinding perut dimana pada
pelvis merupakan masalah berat .
penanganan/ penatalaksanaan lebih bersifat
Untuk mempermudah pemahaman fisiologis
kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan
organ-organ abdomen terbagi menjadi organ
laparatomi.
berongga, solid dan vaskular. Jika terjadi cidera
Trauma tumpul abdomen adalah pukulan/
maka organ vaskular dan solid akan berdarah,
benturan langsung pada rongga abdomen yang
sedangkan untuk organ berongga akan
mengakibatkan cidera tekanan/ tindasan pada isi
menumpahkan kandungannya ke dalam rongga
rongga abdomen, terutama organ padat (hati,
peritoneal atau ekstraperitoneal.Tumpahan ini
pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung,
mengakibatkan perdarahan intraabdomen,
usus halus, usus besar, pembuluh–pembuluh
peritonitis (peradangan intraperitoneum) dan
darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur
sepsis (infeksi luas Pertolongan fase pra rumah
abdomen.
sakit rneliputi pengelolaan syok dan kontrol
perdarahan.
C. ANATOMI
Abdomen terbagi menjadi empat kuadran.
Abdomen berisi rongga-rongga
pencernaan, endokrin dan sistem urogenital
serta pembuluh-pembuluh darah besar.
Rongga abdomen terletak dibawah
diafragma, dibatasi oleh dinding abdomen
anterior, tulang pelvis, kolumna vertebra
danoto abdomen. Rongga ini dibagi menjadi
dua,yaitu:
1. Rongga peritoneal (rongga abdomen
sebenarnya) berisi usus besar dan halus,
limpa, hepar, lambung, kandung empedu
dan organ reproduksi wanita. Gambar anatomi abdomen
2. Ruang retropenneal (ruang potensial Kuadran ini dibentuk oleh dua garis. Gans
dibelakang rongga peritoneal): berisi ginjal, pertama adalah garis sumbu tubuh (midline),
ureter, kandung kemih,organ reproduksi, dan ujung procesus xipoideus sampai simfisis
venacava inferior, aorta abdomen, pankreas, pelvis. Garis kedua tegak lurus pada garis
sebagian duodenum, kolon dan rektum. pertama setinggi umbilikus.
Bagian atas (krarual) abdomen
terllndungi oleh iga di bagian depan dan oleh D. PATOFISIOLOGI
kolumna vertebra. Daerah ini berisi hepar, Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan
lirnpa, lambung dan diafragma. Organ-organ pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalu
ini juga dapat cidera akibat fraktur iga atau lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan
terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma

MedStar Page 77
merupakan hasil dari interaksi antara faktor – cedera
faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan
jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi
berhubungan dengan kemampuan obyek statis
(yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada
tempat benturan karena terjadinya perbedaan
pergerakan dari jaringan tubuh yang akan
menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga
karakteristik dari permukaan yang menghentikan
tubuh juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastisitas dan
viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah
kemampuan jaringan untuk kembali pada
keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah
kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk
aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh
menahan benturan tergantung pada kedua
keadaan tersebut. Beratnya trauma yang terjadi
tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada
akan dapat melewati ketahanan jaringan.
Komponen lain yang harus dipertimbangkan
dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh
relatif terhadap permukaan benturan. Hal
tersebut dapat terjadi cidera organ intra
abdominal yang disebabkan beberapa
mekanisme:
1) Meningkatnya tekanan intra abdominal yang
mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari
luar seperti benturan setir atau sabuk
pengaman yang letaknya tidak benar dapat
mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ
padat maupun organ berongga.
2) Terjepitnya organ intra abdominal antara
dinding abdomen anterior dan vertebrae atau
struktur tulang dinding thoraks.
3) Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara
mendadak dapat menyebabkan gaya robek
pada organ dan pedikel vaskuler.

E. TANDA DAN GEJALA TRAUMA


ABDOMEN
Pada trauma tajam abdomen seharusnya
kita mampumendeteksi cedera yang potensial
pada organ-organ intraabdomen.Biasanya
cedera yang potensial ini mudahdideteksi dari
lokasi luka yang ada pada dinding
abdomen.Namum demikian kita harus hati-
hati bila lokasi luka padadaerah thoroco
abdominol.Pada pemeriksaan sekunder kita
harus memeriksa secara teliti kemungkinan
adanya luka-luka yang lain, tanda-
tandaadanya trauma tumpul selain adanya
trauma tajam, dankhusus pada luka tembak
harus ditentukan atau dicari lukamasuk dan
luka keluar.
Bila ditemukan tanda-tanda iritasi
peritonial biasanya ini menunjukan ada

MedStar Page 78
pada organ intra peritonial. adanya perkusi redup bila ada
Pemeriksaan colok dubur hemoperitoneum. Perkusi mengakibatkan
sangat penting pada trauma pergerakan peritonuim dan mencetuskan
tajam abdomen, dan bila tanda peritonitis. Shifting dullness (adanya
ditemukan adanya darah pada darah dalam abdomen) terjadi kalau pasien
sarung tangan berarti ada dimiringkan.
cedera pada usus. Bila pada 4. Palpasi
pemeriksaan tidak ditemukan Tujuan palpasi adalah untuk
gejala klinis yang positif kita mendapatkan adanya nyeri lepas yang
harus hati-hati dan tetap kadang-kadang dalam. Dengan palpasi juga
waspada. Atau team harus kita dapat menentukan besarnya uterus dan
melakukan resusitasi dan usiake hamilan.Dengan pemeriksaan fisik,
stabilisasi secepat mungkin. diagnostik trauma abdomen masih sangat
Ada beberapa indikasi untuk sulit. Walaupun dilakukan oleh orang yang
melakukan pemeriksaan secara
teliti pada kasus yang kita
curigai adanya trauma tumpul
abdomen antara lain:
a. Perdarahan yang tidak diketahui
b. Riwayat syok
c. Adanya trauma dada mayor
d. Adanya fraktur pelvis
e. Penderita dengan penurunan kesadaran
f. Adanya hematuri
g. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan jejas di
abdomen (luka lecet,
kontusio, dan perut
distensi)
h. Mekanisme trauma yang besar

Pemeriksaan fisik
abdomen harus dilakukan
dengan teliti dan sistematis
dengan cara, sebagai berikut:
1. Inspeksi
Semua pakaian harus
dilepas. Abdomen bagian
depan dan belakang diteliti
apakah mengalami ekskoriasi
atau memar, adakah laserasi,
tusukan dan sebagainya
dengan cara log roll.

2. Auskultasi
Lakukan auskultasi untuk
mendengarkan bising usus
terdengar atau tidak. Darah
intra peritoneum yang bebas
dapat menyebabkan hilangnya
bunyi usus.
3. Perkusi
Dengan perkusi bisa kita
ketahui adanya nada timpani
karena dilatasi lambung akut
di kwadran kiri atas ataupun

MedStar Page 79
berpengalaman derajat akurasi hanya 65% halus atau kolon). Keadaan ini dikenal
karena banyak faktor yang mempengaruhi sebagai eviserasi.
misalnya ; nyeri, penurunan kesadaran, Trauma ginjal akan menyebabkan
minum alkohol, trauma kepala, dan cedera perdarahan yang tidak masuk rongga
lain yang mengacaukan. peritoneum (organ retroperitoneal).
Pada hakekatnya gejala dan tanda Perdarahan dari ginjal dapat menyebabkan
yang timbul dapat karena 2 hal: syok haemoragic. Gejala lain pada trauma
1. Pecahnya organ solid (padat) ginjal adalah bahwa kebanyakan penderita
Hepar dan lien (limpa) yang pecah ini akan kencing kemerahan atau kencing
akan menyebabkan perdarahan yang darah (hematuria).
dapat bervariasi dari ringan sampai sangat
berat, bahkan kematian.Gejala dan F. MEKASNISME CIDERA
tandanya adalah: Berdasarkan mekanisme terjadinya
a) Gejala perdarahan secoro umum cidera pada abdomen dapat dikategorikan
Penderita tampak anemis (pucat). Bila menjadi:
perdarahan berat akan timbul gejala dan
tanda syok hemoragik. 1. Trauma tumpul
b) Gejala adonyo darah intra-peritoneol
Penderita akan merasa nyeri abdomen,
yang dapat bervariasi dan ringan
sampai nyeri hebat. Pada auskultasi
biasanya bising usus
menurun, yang bukan
merupakan tanda yang dapat dipercaya,
karena bising usus akan menurun pada
banyak keadaan lain.
Pada pemeriksaan akan teraba bahwa
abdomen nyeri tekan, kadang-kadang ada
nyeri lepas dan defans muskular (kekakuan Gambar Trauma Tumpul
otot) seperti pada peritonitis. Perut yang
semakin membuncit hanya akan ditemukan Suatu tabrakan langsung seperti kontak
apabila perdarahan hebat dan penderita tidak dengan kemudi mobil atau terhimpit pintu
gemuk. Pada perkusi akan dapat ditemukan mobil pada waktu kecelakaan, dapat
pekak sisi yang meninggi. menyebabkan kompresi dan cidera crushing
terhadap organ abdomen dan pelvis.
2. Pecahnya organ berlumen Tabrakan tersebut dapat menyebabkan ruptur
Trauma yang mengenai struktur
peritoneal angka mortalitasnya tinggi dan
sering tidak terdiagnosis maupun salah organ solid dengan perdarah sekunder,
diagnosa. Pecahnya gaster, usus halus atau kontaminasi isi organ disertai peritoitis.
kolon akan menimbulkan peritonitis yang Shearing injury adalah suatu bentuk
dapat timbul cepat sekali atau lebih lambat. crushing injury yang dapat disebabkan oleh
Pada pemeriksaan penderita akan sabuk pengaman yang tidak dipasang dengan
mengeluh nyeri seluruh abdomen, Pada
benar. Kecelakaan lalu lintas atau Tabrakan
auskultasi bising usus akan menurun. Pada
palpasi akan ditemukan defans muskular, kendaraan bermotor juga dapat menyebabkan
nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada perkusi deceleration injuries, dimana terdapat perbedaan
juga dapat menimbulkan nyeri (nyeri ketok). gerakan organ yang dpat bergerak dan tidak bisa
Biasanya peritonitis bukan merupakan bergerak contohnya termasuk laserasi liver dan
keadaan yang memerlukan penanganan limfa. Keduanya organ yang dapat bergerak pada
sangat segera, (berbeda dengan perdarahan ligamen jaringan pendukung. Termasuk luka
intra-peritoneal) sehingga jarang menjadi
tikam juga bisa menyebabkan luka-luka serius
masalah pada fase pra-RS. Apabila trauma
tajam, kadang-kadang akan ditemukan bahkan mengancam nyawa, karena organ-organ
bahwa ada organ intra-abdomen yang dan pembuluh darah utama yang terletak jauh
menonjol keluar (paling sering omentum, didalam bisa pecah atau robek.
bisa juga usus

MedStar Page 80
Pada trauma abdomen, organ yang paling organ
sering terkena adalah limfa (40-55%), hati (35-
45%), dan usus halus (5-10%) serta insiden
hematom retroperineal (15%).

2. Trauma penetrating

Gambar Trauma Penetrating

Luka tusuk atau luka tembak pada


abdomen dapat disebabkan tembakan senjata api
atau sentaja tajam yang menimbulkan laserasi
dan sayatan pada jaringan. Pada kasus luka
tembak di abdomen dapat dipengaruhi mengenai
arah tembakan, jenis misil yang digunakan,
kecepatan tembak, jarak tembak dan
kemungkinan peluru pecah di abdomen. Yang
sering terjadi pada luka tembak mengenai usus
halus (50%), kolon (40%), liver (30%) dan
struktur pembuluh darah (25%).
Pada luka tusuk yang melintang dapat
mengenai struktur organ abdomen yang paling
sering yaitu liver (40%), usus halus (30%),
diafragma (20%) dan kolon (15%).

3. Taruma Ledakan

Ledakan dapat menyebabkan cedera


melalui berbagai cara, termasuk penetrasi
fragmen dan trauma tumpul karena terlempar
atau tertabrak atau terkena benda benda yang
terlempar saat terjadi ledakan, serta bisa terjadi
trauma tusuk karena terkena pecahan material
ledakan. Kombinasi meknisme tersebut harus
diperhatikan oleh petugas medis yang
menolong. Pasien yang dekat dengan sumber
ledakan dapat juga mengalami cidera paru dan
MedStar Page 81
beronggakarena daya ledak tinggi uretra eksterna/OUE (lubang kencing), dan atau
dan geajala dapat timbul secara adanya hematoma di skrotum / supra- simfisis,
lambat. dan pada rectal tosue/RT prostat melayang.
Untuk lebih mudah Di fase pra-RS tidak dilakukan apa-apa
memahami fisiologi abdomen,
kita bagi organ-organ abdomen
kedalam kelompok organ Gambar Trauma Ledakan
berongga, solid dan vaskuler. terhadap ruptur uretra. Pada saat mentransport
Jika mengalami cedera organ jangan memasang kateter uretra, karena dengan
vaskuler dan solid akan berdarah pemasangan kateter urine akan lebih mencederai
sedangkan organ berongga akan uretra. Pengenalan tanda-tanda perfusi harus
menumpahkan kandungannya ke dilakukan dengan cara lain, selain jumlah urin.
dalam rongga peritoneal atau Bila Pasien ingin kencing, sebaiknya dianjurkan
ekstraperitoneal. Tumpahan ini untuk menahan kencing terlebih dahulu.
mengakibatkan perdarahan
intraabdomen, peritonitis G. PENATALAKSANAAN
dan sepsis. Pertolongan meliputi Pada dasarnya semua trauma abdomen
pengelolaan syok dan control tumpul dan tajam, penanganan awal tindakan
perdarahan. Oleh sebab itu, perlu
juga dilakukan pengenalan
fraktur pelvis untuk
mengantisipasi ruptur uretra
kerusakan organ lain seperti
rektum, vagina dan lebih
khususnya agar mengetahui
terjadinya syok.
Pengenalan fraktur pelvis
kadang dapat dikenal dengan
sebutan Look-feel-move:
1) Penderita mengeluh
tungkainya sakit bila
digerakan
2) Adanya jejas daerah pelvis
3) Terabanya "gap" (cekungan)
pada daerah simfisis pubis
(open look)
4) Bila dilakukan tekanan pada
tulang pelvis akan teraba
krepitasi tulang (tes
kompresi). Lakukan tes
kompresi dengan halus, dan
hanya boleh satu kali.
Kadang-kadang diagnosis
sulit karena penderita
kesadarannya menurun, dan tidak
terabanya krepitasi tulang. Dapat
pula terjadi bahwa penderita
sedemikian dalam syok, sehingga
membingungkan akan sumber
perdarahannya (1 dari 5 sumber
perdarahan yang bisa
menyebabkan syok, selalu
curigai). Bila suspek fraktur pelvis
maka dilakukan pemasangan
gurita sekitar pelvis (atau PASG
bila ada). Ruptur uretra dicurigai
bila keluar darah dari orifisium

MedStar Page 82
penyelamatan selalu didahulukan dan mengacu Seperti jaringan lain, tulang akan berdarah dan
prosedur ABCDE, Di sini penolong atau tim sakit ketika cedera. Tulang disatukan melalui
harus melakukan resusitasi dan stabilisasi sendi, dan diikat oleh ligamen. Ada sendi yang
secepat mungkin. Namun pada pasien dengan bisa bergerak banyak, dan ada sendi memiliki
abnormalitas hemodinamik, diperlukan evaluasi pergerakan minimal.
secara cepat atau dapat dilakukan dengan Kartilago memiliki permukaan yang halus
FAST/DPL. Sebelum melangkah prosedur dan memberikan bantalan untuk tulang agar
ABCDE terlebih dahulu proteksi diri, dapat bergerak atau berporos satu sama lain.
lingkungan dan pasien. Cairan synovial berada di dalam kapsul jaringan
AB= Airway dan Breathing ini diatasi ligament untuk melubrikasi permukaan tulang.
terlebih dahulu, Selalu ingat bahwa cedera bisa Tendon berfungsi untuk menyatukan otot dengan
lebih dari satu area tubuh, dan apapun yang tulang.
ditemukan, ingat untuk memprioritaskan airway
dan breathing terlebih dahulu. Curiga fraktur B. JENIS TRAMA MUSKULOSKELETAL
servilkal, lakukan fiksasi kepala dan pasang neck 1. Perdarahan
collar dilanjutkan pemasangan log spine board. Perdarahan dilihat dari sumber perdarahan:
C= Kebanyakan trauma abdomen tidak  Perdarahan arteri
dapat dilakukan tindakan apa-apa pada fase pra- Mengandung oksigen, merahmuda,
RS, namun terhadap syok yang menyertainya tekanan sesuai dengan pompa jantung.
perlu penanganan yang agresif.Seharusnya Perdaraha nmemancar
monitoring urine dilakukan dengan pemasangan  Perdarahan Vena
DC, namun umumnya tidak dilakukan pada fase Sedikit oksigen, merah gelap,
pra-RS karena masa transportasi yang pendek. tekanannya lebih kecil dari tekanan
D= Tidak jarang trauma abdomen disertai arteri, dindingnya elastis, bisa
dengan trauma kapitis. Selalu periksa tingkat mengakibatkan perdarahan hebat. Sifat
kesadaran (dengan GCS) dan adanya lateralisasi perdarahan mengalir seperti keran air.
(pupil anisokor dan motorik yang lebih lemah
 PerdarahanKapiler
satu sisi).
Sifat perdarahan merembes.
E= Apabila ditemukan usus yang menonjol
Jenis perdarahan ada dua, diantaranya:
keluar (eviserasi), cukup dengan menutupnya
dengan kasa steril yang lembab supaya usus 1. Perdarahan dalam (internal bleeding),
tidak kering dan hindari menyentuh secara adalah perdarahan yang tidak dapat
langsung atau memasukannya kembali ke dalam. dilihat pada bagian luar tubuh.
Sedangkan Apabila ada benda menancap, jangan Perdarahan internal lebih sulit untuk
dicabut, tetapi dilakukan fiksasi benda tersebut diidentifikasi
terhadap dinding abdomen, karena jika benda 2. Perdarahan luar (external bleeding) sangat
tersebut dicabut bisa menyebabkan perdarahan mudah dikenali, jika kulit rusak oleh
yang cukup hebat dan jaringan disekitar akan pencabikan, tusukan, atau luka lecet,
menjadi rusak lebih parah.Serta hindari darah dapat disaksikan ketika mengalir
pemberian makan atau minum untuk keluar dari tubuh.
smentara/pasang NGT untuk mencegah aspirasi

TRAUMA MUSKULOSKELETAL

A. ANATOMI
Sistem musculoskeletal terdiri dari tulang,
kartilago, tendon, ligament, otot dan cairan
sinovial. Seluruh komponen ini berfungsi
sebagai penyokong, pelindung, dan pergerakan.
Tulang berperan sebagai penyokong dan
pelindung untuk jaringan halus dan membantu Penanganan perdarahan luar:
pergerakan. Tulang diselimuti oleh jaringan yang  Penekananlangsung dengan prinsip 4T
kaya akan darah dan diselimuti membran yang (Tutup, Tekan, Tinggikan, dan
disebut dengan periosteum, yang memiliki Tourniquet (Pada luka amputatum) )
banyak saraf sensoris.  Point pressure/ titik tekan pada nadi-nadi
MedStar Page 83
besar b. Fraktur terbuka (compound fraktur)
 Haemostatik diikuti dengan kerusakan kulit/ tulang
 Imobilisasi alat gerak/ ekstremitas untuk menembus jaringan kulit, ada luka
mengurangi rasa nyeri dan mengurangi terbuka dimana potensial untuk terjadi
perdarahan yang terjadi infeksi.
 Awasi tanda-tanda syok (nadi cepat, Tanda dan Gejala Patah Tulang
gelisah, pernapasan cepat dan akral  Nyeri
dingin)  Pembekakan
 Evakuasi segera  Deformitas (perubahan bentuk)
 Nyeri tekan
2. Patah Tulang  Krepitasi (bunyi derik tulang)
Fraktur didefinisikan sebagai  Terlihatnya tulang dan jaringan (pada
rusaknya/terputusnya kontinuitas tulang. patah tulang terbuka)
Putusnya tulang dapat disebabkan oleh Penanganan patah tulang:
tindakan yang berulang pada tulang atau a. Pembidaian: benda kerasyang
kekuatan yang signifikan pada tulang, atau ditempatkan di daerah
mungkin akibat dari tekanan yang berulang sekelilingtulang.
tiap hari pada sebuah tulang yang mengalami b. Pemasangan gips:merupakan bahan
kelemahan akibat proses patologis(fraktur kuatyang dibungkuskan disekitar
patologis). Fraktur dapat diklasifikasikan tulang yang patah
menjadi fraktur terbuka dan tertutup. Trauma c. Penarikan (traksi) :menggunakan
merupakan faktor utama penyebab fraktur. beban untuk menahan sebuahanggota
Mekanisme injury meliputi kecelakaan lalu gerakpadatempatnya. Sekarang sudah
lintas, pejalan kaki tertabrak kendaraan, jarang digunakan, tetapi dulu pernah
tabrakan motor, jatuh dan olah raga. Fraktur menjadi pengobatan utama untuk patah
terbuka memungkinkan pasien menghadapi tulang pinggul.
masalah kontaminasi luka, infeksi yang d. Fiksasi internal: dilakukan
menyebabkan kerusakan pada vaskulerisasi pembedahan untuk menempatkan
tulang. Injury yang hancur menjadi perhatian piringan ataubatang logam pada
khusus karena terdapat kerusakan yang hebat pecahan-pecahan tulang. Merupakan
pada sekitar jaringan lunak. Anak – anak pengobatan terbaik untuk patah tulang
mempunyai resiko fraktur yang sedikit karena pinggul dan patah tulang disertai
elastisitas dari struktur tulang mereka. Lansia komplikasi.
lebih beresiko terhadap fraktur karena struktur
tulang berubah berkaitan dengan proses
penuaan dan penyakit metabolik. Tujuan dari
pengobatan fraktur adalah untuk memperbaiki PEMBIDAIAN
kelurusan tulang dan fungsi serta mengurangi Mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung
kecacatan. tulang yang patah
Pertimbangan Umum Bagaimana Melakukan Pembidaian Yang baik
1) Tampak adanya kerusakan pada atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat
pada pemeriksaan radiologi atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang
 Transverse
digunakan untuk menahan atau menjaga agar
 Linear
bagian tulang yang patah tidak bergerak
 Oblique non – displaced
(immobilisasi).
 Oblique diplaced
1.) Tujuan Pembidaian
 Spiral
 Mencegah pergerakan / pergeseran dari
 Greenstick
ujung tulang yang patah
 Comminuted
 Mengurangi terjadinya cedera baru
disekitar bagian tulang yang patah
 Memberi istirahat pada anggota badan
2.) Kerusakan jaringan lunak yang patah
a. Fraktur tertutup (simple fraktur) tidak  Mengurangi rasa nyeri
menyebabkan kerusak kulit, tidak ada  Mempercepat penyembuhan Bagaimana
hubungan patah tulang dengan dunia melakukan pembidaian yang baik?
luar. Kasus traumatologi seiring dengan

MedStar Page 84
kemajuan

MedStar Page 85
jaman akan cenderung semakin  Kalau memungkinkan anggota gerak
meningkat, sehingga seorang dokter tersebut ditinggikan setelah dibidai.
umum dituntut mampu memberikan
pertolongan pertama pada kasus 5.) Prosedur Pembidaian
kecelakaan yang menimpa pasien.  Persiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
2.) Alat alat pokok yang dibutuhkan
 Lepas sepatu, jam atau asesoris pasien
untuk pembidaian
sebelum memasang bidai.
 Bidai atau spalk terbuat dari kayu atau
 Pembidaian melalui dua sendi,
bahan lain yang kuat tetapi ringan.
sebelumnya ukur panjang bidai pada sisi
 Pembalut segitiga. kontralateral pasien yang tidak
 Kasa steril. mengalami kelainan.
3.) Prinsip Pembidaian  Pastikan bidai tidak terlalu ketat ataupun
 Pembidaian menggunakan pendekatan longgar
atau prinsip melalui dua sendi, sendi di  Bungkus bidai dengan pembalut
sebelah proksimal dan distal fraktur. sebelum digunakan
 Pakaian yang menutupi anggota gerak  Ikat bidai pada pasien dengan pembalut
yang dicurigai cedera dilepas, periksa di sebelah proksimal dan distal dari
adanya luka terbuka atau tanda-tanda tulang yang patah
patah dan dislokasi.
 Setelah penggunaan bidai cobalah
 Periksa dan catat ada tidaknya gangguan mengangkat bagian tubuh yang dibidai.
vaskuler dan neurologis (status vaskuler 6.) Contoh penggunaan bidai
dan neurologis) pada bagian distal yang
 Fraktur humerus (patah tulang lengan
mengalami cedera sebelum dan sesudah
atas).
pembidaian.
 Tutup luka terbuka dengan kassa steril.
 Pembidaian dilakukan pada bagian
proximal dan distal daerah trauma
(dicurigai patah atau dislokasi).
 Jangan memindahkan penderita sebelum
dilakukan pembidaian kecuali ada di
tempat bahaya.
 Beri bantalan yang lembut pada
pemakaian bidai yang kaku.
 Periksa hasil pembidaian supaya tidak
terlalu longgar ataupun terlalu ketat Pertolongan : Letakkan lengan bawah di
sehingga menjamin pemakaian bidai dada dengan telapak tangan menghadap ke
yang baik dalam. Pasang bidai dari siku sampai ke atas
 Perhatikan respons fisik dan psikis bahu. Ikat pada daerah di atas dan di bawah
pasien. tulang yang patah. Lengan bawah digendong.
4.) Syarat-syarat Pembidaian Jika siku juga patah dan tangan tak dapat dilipat,
 Siapkan alat alat selengkapnya. pasang spalk ke lengan bawah dan biarkan
 Sepatu dan seluruh aksesoris korban tangan tergantung tidak usah digendong. Bawa
yang mengikat harus dilepas. korban ke rumah sakit. Gambar Pemasangan
 Bidai meliputi dua sendi tulang yang bidai pada fraktur humerus, atas : hanya fraktur
patah, sebelumnya bidai diukur dulu humerus, siku bisa dilipat, bawah : siku tidak
pada anggota badan kontralateral korban bisa dilipat, juga fraktur antebrachii.
yang sehat.  Fraktur Antebrachii (patah tulang lengan
 Ikatan jangan terlalu keras atau terlalu bawah).
longgar.
 Sebelum dipasang, bidai dibalut dengan
kain pembalut.
 Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai
dari sebelah atas dan bawah tulang yang
patah.

MedStar Page 86
 Ketiak sampai sedikit melewati mata
kaki.
 Lipat paha sampai sedikit melewati mata
kaki. Beri bantalan kapas atau kain antara
bidai dengan tungkai yang patah. Bila
perlu ikat kedua kaki di atas lutut dengan
pembalut untuk mengurangi pergerakan.
Bawa korban ke rumah sakit.
 Fraktur Cruris (patah tulang tungkai
bawah).
Pertolongan: Letakkan tangan pada dada
pasang bidai dari siku sampai punggung tangan.
Ikat pada daerah di atas dan di bawah tulang
yang patah. Lengan digendong. Bawa korban ke
rumah sakit. Gambar Pemasangan bidai pada
fraktur antebrachii Gambar Pemasangan sling
untuk menggendong lengan yang cedera.
 Fraktur clavicula (patah tulang selangka).

Pasang 2 bidai sebelah dalam dan


sebelah luar tungkai kaki yang patah. Di antara
bidai dan tungkai beri kapas atau kain sebagai
alas. Bidai dipasang di antara mata kaki sampai
beberapa cm di atas lutut. Bawa korban ke
rumah sakit. OBSERVASI SETELAH
TINDAKAN
Tanyakan kepada pasien apakah sudah merasa
nyaman dengan bebat dan bidai yang dipasang,
Tanda-tanda patah tulang selangka : Korban apakah nyeri sudah berkurang, apakah terlalu
tidak dapat mengangkat tangan sampai ke atas ketat atau terlalu longgar. Bila pasien masih
bahu. Nyeri tekan daerah yang patah. merasakan bidai terlalu keras, tambahkan kapas
Pertolongan di bawah bidai. Longgarkan bebat jika dirasakan
: Dipasang ransel verban,bagian yang patah terlalu kencang. Lakukan re-evaluasi terhadap
diberi alas lebih dahulu, Pembalut dipasang dari ekstremitas di sebelah distal segera setelah
pundak kiri disilangkan melalui punggung ke memasang bebat dan bidai, meliputi : PMS
ketiak kanan. Dari ketiak kanan ke depan dan (Pulsasi, Motorik, Sensorik).
atas pundak kanan, dari pundak kanan
disilangkan ke ketiak kiri, lalu ke pundak 7.) Komplikasi Pemasangan
kanan,akhirnya diberi peniti/ diikat. Bawa Dalam 1-2 hari pasien kemungkinan
korban ke rumah sakit. akan merasakan bebatnya menjadi lebih kencang
karena berkembangnya oedema jaringan.
Berikan instruksi secara jelas kepada pasien
untuk datang kembali ke dokter bila muncul
 Fraktur Femur (patah tulang paha) gejala atau tanda gangguan neurovaskuler atau
Pasang 2 bidai dari : compartment syndrome, seperti bertambahnya
pembengkakan atau rasa nyeri, kesulitan
menggerakkan jari, dan gangguan fungsi
sensorik. REPOSISI FRAKTUR TERTUTUP
DAN DISLOKASI Penatalaksanaan fraktur
terdiri dari manipulasi untuk memperbaiki posisi
fragmen dan splintage untuk menahan fragmen
sampai menyatu. Penyembuhan fraktur didukung
oleh pemadatan tulang secara fisiologis, sehingga
aktivitas otot dan pemberian beban awal penting
untuk dilakukan. Tujuan ini didukung oleh 3
proses yaitu reduksi, imobilisasi dan latihan. Dua
masalah yang penting yaitu bagaimana
MedStar Page 87
mengimobilisasi fraktur namun
tetap

MedStar Page 88
memungkinkan pasien menggunakan anggota mungkin
gerak dengan cukup; hal ini adalah dua hal yang
berlawanan (menahan versus menggerakkan)
yang dinginkan ahli bedah untuk mempercepat
kesembuhan (misalnya dengan fiksasi internal).
Akan tetapi, ahli bedah juga ingin menghindari
resiko yang tidak diinginkan; ini adalah konflik
kedua ( kecepatan versus keamanan). Faktor
yang paling penting dalam menentukan
kecenderungan untuk sembuh secara alami
adalah kondisi jaringan lunak sekitar dan suplai
darah lokal. Fraktur energi rendah ( atau
velositas rendah) hanya menyebabkan kerusakan
jaringan lunak yang parah, walaupun fraktur
terbuka ataupun tertutup.
8.) Mengklasifikasikan luka tertutup sebagai
berikut :
 Grade 0 : Fraktur simple dengan sedikit
atau tidak ada luka jaringan lunak
 Grade 1: Fraktur dengan abrasi
superficial atau memar pada jaringan
kulit dan jaringan subkutan.
 Grade 2 : Fraktur yang lebih parah
dengan tanda kerusakan jaringan lunak
dan ancaman sindrom compartment.
 Grade 3 : Luka berat dengan kerusakan
jaringan halus yang jelas.
Semakin parah tingkatan luka makan
semakin besar kemungkinan membutuhkan
beberapa bentuk fiksasi mekanis; stabilitas
tulang yang baik membantu penyembuhan
jaringan lunak. REDUKSI Walaupun
penatalaksanaan umum dan resusitasi harus
didahulukan, namun penanganan fraktur
diharapkan tidak terlambat; pembengkakan
bagian lunak selama 12 jam pertama
menyebabkan reduksi semakin sulit. Walaupun
demikian, terdapat beberapa kondisi di mana
reduksi tidak dibutuhkan yaitu :
 Saat hanya sedikit atau tidak ada
dislokasi;
 Saat dislokasi bukan suatu masalah (
contoh: fraktur clavicula) dan
 Saat reduksi tidak mungkin berhasil (
contoh: fraktur kompresi pada vertebra)
Reduksi harus ditujukan untuk fragmen
tulang dengan apposisi yang cukup dan
garis fraktur yang normal.
Semakin besar area permukaan kontak
antarfragmen semakin besar kemungkinan
terjadinya penyembuhan. Adanya jarak antara
ujung fragmen merupakan penyebab sering
union yang terlambat atau nonunion. Di sisi lain,
selama ada kontak dan fragmen segaris
(alignment) sedikit overlap pada permukaan
fraktur masih diperbolehkan. Pada fraktur yang
meliputi pemukaan sendi, reduksi harus sedekat
MedStar Page 89
mendekati sempurna karena menyebabkan waktu penyembuhan
adanya irreguleritas akan lebih lambat. Traksi yg mereduksi fragmen
menyebabkan distribusi muatan fraktur melalui ligamentotaxis (tarikan
yang abnormal antarpermukaan ligament) biasanya dapat diaplikasikan
yang akan berpredispoisisi pada menggunakan fracture table atau bone distraktor.
perubahan degenaratif pada Reduksi Terbuka Indikasi reduksi
kartilago sendi. operatif yaitu :
Terdapat 2 metode  Reduksi tertutup gagal, baik karena
reduksi yaitu tertutup dan terbuka. kesulitan mengontrol fragmen atau
Reduksi Tertutup Di bawah karena jaringan lunak berada
anestesi dan relaksasi otot, fraktur diantaranya,
direduksi dengan 3 maneuver:  Terdapat fragmen sendi yang
 Bagian distal anggota membutuhkan pengaturan posisi yang
gerak ditarik pada garis akurat
tulang;  Untuk traksi (avulsi) fraktur dengan
 Karena fragment terpisah, fragmen yang terpisah.
maka direduksi dengan
melawan arah gaya awal 3. Amputasi
 Garis fraktur yang lurus
diusahakan pada setiap
bidang.
Hal ini lebih efektif
dilakukan ketika periosteum dan
otot pada satu sisi fraktur tetap
utuh karena ikatan jaringan lunak
mencegah over- reduction dan
menstabilkan fraktur setelah
direduksi. Beberapa fraktur sulit
untuk direduksi dengan
manipulasi karena tarikan otot yg
terlalu kuat sehingga
membutuhkan traksi yg lama.
Traksi tulang atau kulit selama
beberapa hari menyebabkan
tegangan jaringan lunak menurun
dan memudahkan tejadinya
alingment yg lebih baik; sebagai
contoh hal dapat dilakukan untuk
fraktur femur, fraktur shaft tibia
dan fraktur humerus
supracondylus pada anak. Pada
umumnya reduksi tertutup
digunakan untuk semua fraktur
dislokasi minimal, untuk sebagian
besar fraktur pada anak, untuk
fraktur yg tidak stabil setelah
reduksi dan dapat digunakan
untuk beberapa bidai dan gips.
Fraktur tidak stabil dapat
direduksi juga dengan metode
tertutup sebelum dengan fiksasi
internal atau eksternal. Hal ini
dilakukan untuk menghindari
manipulasi langsung sisi fraktur
oleh reduksi terbuka yang
merusak suplai darah lokal dan
mungkin

MedStar Page 90
Penghilangan sebagian atau keseluruhan menahan beban berat, bengkak pada daerah yang
ekstremitas karena trauma atau pembedahan. terkena. Strain dan sprain biasanya jarang terjadi
Kondisi amputasi dikarenakan demi pada bayi/ anak. Atlit dan pasien obesitas yang
menyelamatkan bagian tubuh yang sudah melakukan latihan fisik beresiko terhadap jenis
rusak dan tidak memungkinkan untuk injuri ini.
dipertahankan.  Tingkat pertama : robekan minor pada
serabut, bengkak minimal,
Penanganan Cedera Amputasi ketidaknyamanan minimal, tidak ada/
 Segera ikat(tourniquet) disekitar daerah minor echymosis
yang cidera, bila tidakbisa disambung  Tingkat kedua : robekan sebagian, sendi
kembali. Jika ada kemungkinan masih intack, bengkak lebih berat,
untukdisambung kembali, tutup luka tampak echymosis
dengan kain bersih/ steril jika ada  Tingkat ketiga : kerusakan sempurna
 Baringkan pasien dengan posisi kaki pada ligament, sendi mungkin terbuka,
lebih tinggi dari kepala bengkak minimal sampai berat,
 Selimuti pasien untuk mengurangi terpisahnya otot dengan otot, otot
kemungkinan terjadinya hipotermi dengan tendon, tendon dengan tulang.
 Bagian tubuh yang teramputasi Tindakan awal:
masukkan kedalam kantong plastik dan 1. RICE : Rest, Ice, Compression,
masukkan kedalam wadah yang bensi es Elevation a.) Istirahatkan sendi yang
batu untuk mendinginkan tetapi tidak terkena
boleh beku. Beri tanda seperti waktu b.) Lakukan kompres es sekitar 20 menit
dibungkus dan identitas pasien. c.) Gunakan balutan elastis verban
 Bawa pasien dan bagian tubuh yang untuk
teramputasi ke rumah sakit yang sama. mengurangi bengkak
d.) Tinggikan daerah yang terkena untuk
4. Sprain & mengurangi bengkak
Strain Sprain e.) Pengobatan sesuai indikasi :
Bentuk cedera berupa pengukuran analgetik, antiinflamasi
atau kerobekan pada ligamen (jaringan yang 2. Bantu dengan tongkat atau truk
menghubungkan tulang dengan tulang) atau 3. Mulai aktivitas dengan hati-hati
kapsul sendi yang memberikan stabilitas seeara bertahap
sendi. Gejala sprain vattu nyeri, bengkak,
peradangan, memar, ketidakmampuan
menggerakkan tungkai. Penyebab sprain
adalah terpeleset, gerakan yang salah
sehingga sendi terenggang melampaui
gerakan normal.

Strain (kram otot)


Bentuk cidera berupa penguluran atau
kerobekan pada struktur musculo-tendinous (otot 5. Dislokasi
dan tendon). Gejala strain yaitu nyeri, spasme
otot, kehilangan kekuatan, keterbatasan gerak
lingkup sendi. Penyebab strain adalah terjadi
karena pembebanan seeara tiba-tiba pada otot
tertentu
Injuri pada struktur di sekitar sendi
biasanya karena regangan yang berlebih atau
adanya kekuatan yang tiba – tiba. Hal ini
mengakibatkan penarikan terhadap struktur yang Dislokasi terjadi ketika
menyebabkan robeknya otot atau tendon. Sprain bagian permukaan artikular tulang yang
merupakan regangan, lepasnya, atau robeknya membentuk sendi tidak lagi tersambung dan
ligament pelindung, strain merupakan lepasnya kehilangan posisi anatomisnya. Ujung tulang
atau robeknya otot/ tendon dari tulang. Injuri dapat bergerak karena kelemahan secara
dapat menimbulkan nyeri, ketidakmampuan kongenital, penyakit yang mempengaruhi
struktur

MedStar Page 91
artikular dan periartikular, dan berkaitan dengan menjaga cairan di dalam tubuh, mencegah
trauma. Dislokasi berkaitan dengan kondisi masuknya bakteri dan mikroorgnisme lain yang
emergensi karena bahaya injury terhadap akan masuk ke dalam tubuh. rangsangan yang
kerusakan saraf dan pembuluh darah dalam akandsampaikankeotak, khususnya pengaturan
bentuk kompresi, peregangan dan iskemia. suhutubuh. Jikaterdapat kerusakan pada kulit,
Dislokasi digambarkan dalam istilah segment maka seluruh fungsi tersebut tidak mampu
distal dalam kaitannya dengan segment berfungsi dan membuat tubuh mengalami
proximal. Subluksasi sendi terjadi ketika masalah yang berbahaya.
beberapa permukaan artikular masih menempel Luka bakar pada kulit muncul ketika panas
tapi tidak sempurna. Seseorang yang di duga atau bahan kimia kontak atau mengenai kulit dan
atau diketahui adanya injury ortopedik sebaiknya merusak komponen sel-sel kulit. Selain respon
dikaji dengan hati-hati apakah fraktur atau actual dari kerusakan jaringan, tubuh juga
dislokasi. Jika seseorang diduga maka tungkai mengalami reaksi inflamasi yang dapat
sebaiknya dibelat, pengkajian neurovasuler meningkatkan tingkat keparahan luka bakar.
dilakukan, radiografik, dan injuri di kurangi Bagian dari kulit yang mengalami nekrosis
sesegera mungkin. karena luka bakar disebut zona koagulasi yang
Tindakan awal: bersifat irreversible. Areadisekitar zonakoagulasi
a. Tentukan fungsi neruvaskuler bagian distal disebut zona stasis(aliran darah sedikit,jaringan
b. Immobilisasi sendi untuk mencegah injury akan nekrotik jika keadaanini berlangsung lama).
lebih lanjut Kondisi inidapat terlihat padaarea yang lebih
c. Tinggikan sendi dalam pada luka bakar partial-thickness dan
d. Berikan kompres es untuk mengurangi dapat diatasi dengan perawatan luka bakar yang
bengkak baik danresusitasi cairan.
e. e.Persiapkan untuk reduksi
6. Luka Tusuk
B. JENIS-JENIS LUKA BAKAR
Trauma yang diakibatkan oleh benda 1. Luka bakar kimia
tajam (trauma tajarn). Lebar luka yang
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan
ditimbulkan pada kulit jarang sekali
oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau
memberikan gambaran dari kedalaman luka
basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya
tusuk. Luka tusuk diakibatkan oleh suatu
kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar
gerakan aktif maju yang eepat atau suatu
menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini.
dorongan pada tubuh dengan sebuah alat yang
Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena
ujungnya tajam.
kontak dengan zat-zat pembersih yang sering
Penanganan LukaTusuk
dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan
 DRABC berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang
 Jangan cabut benda yang menaneap industri, pertanian dan militer.
 Fiksasi bendadengan tehnik balutan Lukabakarkimiaterjadiapabila kulit mengalami
seperti donat pada benda tajam yang kontak dengan berbagai zatkimia.
menancap agar tidak banyak bergerak. Prosedur luka bakar kimia
a. Gunakan alat pelindung diri seperti
TRAUMA THERMAL kaca mata, sarung tangan, masker
khusus. Pada kondisi tertentu, perlu
A. PENDAHULUAN untuk menggunakan pakaian
Kulit merupakan organ yang paling luas pelindung bahan kimia
di tubuh manusia, terdiri dari 2 lapisan. Lapisan b. Lepaksan semua pakaian pasien.
luar yang terlihat di permukaan disebut dengan Simpan di kantong plastic untuk
epidermis. Epidermis merupakan batasan antara meminimalisir kontak
tubuh dengan lingkungan. Di bawah lapisan c. Siram bahan kimia dari tubuh
tipis epidermis terdapat lapisan jaringan ikat pasien dengan menggunakanair
kolagen yang disebut dengan dermis Lapisan ini yangmengalir. Jikabahankimia
terdiri dari susunan saraf dan juga mendukung kering (serbuk), harus dibersihkan
struktur seperti folikel bulu-bulu, kelenjar dengan cara disikat terlebih dahulu
keringat, dan kelenjar minyak. sebelum dilakukan irigasi.
Kulit memiliki fungsi yang sangat d. Lepaskan seluruh benda yang
penting, salah satunya adalah sebagai pelindung menempel pada tubuh
antara tubuh dengan lingkungan luar tubuh, pasiendengan memeriksa seluruh

MedStar Page 92
bag tubuhpasien. b. Frostbite
2. Luka bakar listrik Frostbite, yaitu pembekuan jaringan
Luka bakar listrik disebabkanoleh yang diakibatkan oleh pembentukan
panas yang digerakan dari energi hstnk kristal es intraseluler dan bendungan
yang dihantarkan melalui tubuh. Berat mikrovaskuler sehingga terjadi anoksia
ringannya luka dipengeruhi oleh lamanya jaringan. Derajat kedalaman:
kontak, tingginya voltage dan cara  Derajat 1: Hiperemia dan edema
gelombang elektrik itu sampai mengenai tanpa nekrosis jaringan
tubuh. Derajat kerusakan jaringan pada luka  Derajat 2: Pembentukan
bakar listrik tergantung pada aliran yang vesikel/bulla disertai dengan
terlibat dan lamanya paparan. Luka bakar hiperemi dan edema dengan
listrik dapat menyebabkan henti jantung, nekrosis
dan untuk menanganinya mungkin
 Derajat 3: Nekrosis seluruh lapisan
diperlukan tindakan resusitasi jantung paru
kulit dan jaringan subkutan,
(RJP).
biasanya juga disertai dengan
Ada tiga tipe terjadinya cidera listrik:
pembentukan vesikel hemoragik
a. Luka bakar listrik akibat kontak
 Derajat 4: Nekrosis seluruh
langsung. Arus listrik mengalir
lapisan kulit dan gangrene otot
melalui jaringan menyebabkan
serta tulang.
nekrosis yang luas di sepanjang
c. Non freezing injury
jaringan yang dilalui arus tersebut.
Non Freezing Injury, disebabkan oleh
Kulit seringkali terlihat gosong
terkena udara basah/dingin secara terus
bahkan pada beberapa kasus dapat
menerus yang suhunya masih di atas
menjadi tercerai berai. Pada luka
titik beku, yaitu antara 1,6°C sampai
bakar jenis ini, dapatdijumpai
adanyalukamasukdanlukakeluaryang 100C (35°F sampai 50°F)
berupalukakecil dipermukaan kulit. Penanganan trauma dingin
b. Luka bakar akibat Penanganan harus segera
percikan/loncatan bunga api listrik. dilakukan untuk memperpendek
Dalam hal ini akan menimbulkan berlangsungnya pem-bekuan jaringan.
luka bakar yang nyata pada kulit. a. Lepaskan baju yang basah,
c. Luka bakar tersambar listrik. Hal ini ganti dengan menggunakan selimut
dapat terjadi apabila pasien terlalu hangat
dekat dengan sumber listrikyang b. Berikan minum hangat jika pasien
terbuka, sehingga menyebabkan bisa minum
terjadinyaluka bakar akibat suhu c. Rendam bagian cedera di dalam air
panas. Umumnya terjadi pada pasien hangat 400C (104°C) yang berputar,
yang berada di dekat sampai warna kulit rnenjadi merah
sumber listrik tersebut dan tidak melindungi dan perfusinya kembali normal
kulitnya dengan pakaian khusus. (biasanya 20-30 menit)
3. Luka bakar radiasi d. Hindari penggunaan udara kering
Luka bakar radiasi disebabkan oleh yang panas
e. Jangan digosok atau diurut.
terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injuri ini seringkali berhubungan dengan f. Berikan analgetik karena tindakan
penggunaan radiasi ion pada industri atau pemanase dapat menimbulkan
dari sumber radiasi untuk keperluan nyen hebat
g. Pasang monitor jantung.
terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar
oleh sinar matahari akibat terpapar yang
terlalu lama juga merupakan salah satu tipe C. FAKTOR-FAKTOR YANG
luka bakar radiasi. MEMPENGARUHI KEPARAHAN
LUKA BAKAR
4. Trauma Suhu Dingin
1. Kedalaman LukaBakar
a. Frostnip
Luka bakar dikategorikan
Frostnip, yaitu bentuk paling ringan
berdasarkan dalamnya kerusakan luka
trauma dingin, ditandai dengan nyeri,
bakar dan respon, sebagai superficial
pucat, dan kesemutan pada area yang
(derajat I), partial thickness(derajat II),
terkena.
full thickness (derajat III)

MedStar Page 93
a. Superficial (derajat 1) dengan ciri-  Memerlukan skin graft.
ciri sebagai berikut:  Dapat terjadi scar hipertropik dan
 Hanya mengenai kontraktur jka tidak dilakukan
lapisan epidermis. tindakan preventif.
 Luka tampak pink
cerahsampai merah (eritema 2. Luas Luka Bakar
ringan sampai berat).
 Kulit memucat bila ditekan.
 Edema minimal.
 Tidak ada blister.
 Kulit hangat/kering.
 Nyeri / hyperethetic
 Nyeri berkurang dengan
pendinginan.
 Discomfort berakhir kira-kira
dalam waktu 48jam.
 Dapat sembuh spontan dalam
3-7 hari
b. Partical thickness (derajat II)
dengan ciri sebagai berikut:
 Partial thickness dikelompokan
menjadi 2, yaitu superpicial
partial thickness dan deep
partial thickness.
 Mengenai epidermis dan
dermis. Terdapat beberapa metode untuk
 Luka tampak merah sampai menentukan luas luka bakar meliputi (1)
pink
rule of nine, (2) Lund and Browder, dan (3)
 Terbentuk blister
 Edema, edema hand palm. Ukuran luka bakar dapat
 Sensitif terhadap udara dingin ditentukan dengan menggunakan salah satu
 Penyembuhan luka :Superficial dari metode tersebut. Ukuran luka bakar
partial thickness:14 - 21 hart. ditentukan dengan prosentase dari
Deep partial thickness: 21-28 permukaan tubuh yang terkena luka bakar.
hari. Namun demikian Akurasi dari perhitungan bervariasi
penyembuhannya bervariasi tergantung menurut metode yang digunakan dan
dari kedalaman dan ada
pengalaman seseorang dalam menentukan luas
tidaknyainfeksi.
c. Fullthickness (derajat III) luka bakar. Metode rule of nine mulai
 Mengenai semua lapisan kulit, diperkenalkan sejak tahun 194o-an sebagai suatu
lemak subcutan dan dapat juga alat pengkajian yang cepat untuk menentukan
mengenai permukaan otot, dan perkiraan ukuran /Iuas luka bakar. Dasar
persarafan dan pembuluh darimetode ini adalah bahwa tubuh di bagi
darah. kedalam bagian-bagian anatomic, dimana setiap
 Luka tampak bervariasi dari bagian mewakili 9 % kecuali daerah genitalia
berwarna putih, merah sampai
1%.
dengan coklat atau hitam.
 Tanpa ada blister. 3. Lokasi yangt terkena
Berat ringannya luka bakar dipengaruhi pula
 Permukaan luka kering
oleh lokasi luka bakar. Luka bakar yang
dengan tektur kasar/keras.
mengenai kepala, leher dan dada seringkali
 Edema.
berkaitan dengan komplikasi pulmoner. Luka
 Sedikit nyeri atau bahkan bakar yang menganai wajah seringkali
tidak ada rasa nyeri. menyebabkan abrasi kornea. Luka bakar yang
 Tidak mungkin terjadi mengenai lengan dan persendian seringkali
penyembuhan luka membutuhkan terapi fisik dan occupasi dan
secara spontan.
MedStar Page 94
dapat menimbulkan implikasi
terhadap kehilangan waktu bekerja
dan

MedStar Page 95
atau ketidakmampuan untuk bekerja secara Disamping
permanen. Luka bakar yang mengenai daerah
perineal dapat terkontaminasi oleh urine atau
feces. Sedangkan luka bakar yang mengenai
daerah torak dapat menyebabkan tidak
adekuatnya ekspansi dinding dada dan terjadinya
insufisiensi pulmoner.

1. Kondisi kesehatan pasien


Adanya kelemahan jantung, penyakit
pulmoner, endocrin dan penyakit-penyakit
ginjal, khususnya diabetes, insufisiensi
kardiopulmoner, alkoholisme dan gagaI ginjal,
harus diobservasi karena semua itu akan
mempengaruhi respon klien terhadap injuri dan
penanganannya. Angka kematian pada klien
yang memiliki penyakit jantung adalah 3,5-4 kali
lebih tinggi dibandingkan klien luka bakar yang
tidak menderita penyakit jantung. Demikian pula
klien luka bakar yang juga alkolism 3 kali lebih
tinggi angka kematiannya dibandingkan klien
luka bakar yang nonalkoholism. Disamping itu
juga klien alkoholism yang terkena luka bakar
masa hidupnya akan lebih lama berada di rumah
sakit, artinya pasien luka bakar yang juga
alkoholism akan lebih lama hari rawatnya di
rumah sakit.
2. Mekanisme Injury
Mekanisme injury merupakan faktor lain
yang digunakan untuk menentukan berat
ringannya luka bakar. Secara umum luka bakar
yang juga mengalami injuri inhalasi memerlukan
perhatian khusus. Pada luka bakar elektrik,
panas yang dihantarkan melalui tubuh,
mengakibatkan kerusakan jaringan internal.
Injury pada kulit mungkin tidak begitu berarti
akan tetapi kerusakan otot dan jaringan lunak
lainnya dapat terjadi lebih luas, khususnya bila
injury elektrik dengan voltage tinggi. Oleh
karena itu voltage, tipe arus (direct atau
alternating), tempat kontak, dan lamanya kontak
adalah sangat penting untuk diketahui dan
diperhatikan karena dapat mempengaruhi
morbiditi.
3. Usia
Usia klien mempengaruhi berat ringannya
luka bakar. Angka kematiannya (Mortality rate)
cukup tinggi pada anak yang berusia kurang
dari 4 tahun, terutama pada kelompok usia 0-1
tahun dan klien yang berusia di atas 65 th
Tingginya statistik mortalitas dan morbiditas
pada orang tua yang terkena luka bakar
merupakan akibat kombinasi dari berbagai
gangguan fungsional (seperti lambatnya
bereaksi, gangguan dalam menilai, dan
menurunnya kemampuan mobilitas), hidup
sendiri, dan bahaya-bahaya lingkungan lainnya.

MedStar Page 96
itu juga mereka lebih rentan trauma termal, kemungkinan terjadinya
terhadap injury luka bakar karena oksigenasi yang tidak adekuat dan sirkulasi yang
kulitnya menjadi lebih tipis, dan buruk sangat tinggi. Untuk itulah pasien baik
terjadi athropi pada bagian- dalam keadaan sadar ataupun tidak sadar harus
bagian kulit lain. Sehingga situasi diberikan terapi oksigen dengan fraksi tinggi
seperti ketika mandi dan memasak serta dilakukan pemantauan terhadap jalan napas
dapat menyebabkan terjadinya (airway) dan pernapasan (breathing) secara terus
luka bakar. menerus. Respon CO dan sianida terhadap
oksigen dengan fraksi tinggi hamper mencapai
D. PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR 100%. Pasien dalam keadaan stabil dengan
Penilaian awal harus reflek muntah yang baik serta airway yang
dilakukan terutama di tempat: bebas, harus tetap diberikan oksigen dan harus
kejadian yaitu situasi kemanan tetap dimonitor. Tindakan definitive airway
penolong. Hal-hal yang dapat dilakukan jika dibutuhkan berdasarkan
mengancam pasien dan penolong indikasinya.
harus teidentifikasi segera. Pada pasien dengan penampakan hangus
Penolong tidak boleh memberikan
pertolongan apabila petugas
pemadam kebakaran belum
menyatakan aman untuk
melakukan pertolongan. Apabila
pasien sudah berhasil dibawa ke
tempat yang aman,
proses pembakaran
harus segera dihentikan
untuk rnencegah terjadinya
cidera lebih lanjut dan
untuk mengurangi terjadinya
kerusakan jaringan (Stop The
Burning Process). Pada penilaian
primary, perhatian terbesar
ditujukan pada saluran napas
(airway), termasuk mendeteksi
adanya tanda-tanda cidera
inhalasi,
seperti:
 Luka bakar yang mengenai
wajah dan atau leher
 Alis mata dan bulu Hidung hangus
 Adanya timbunan karbon dan tanda
peradangan akut orofaring
 Sputum yang mengandung karbon/arang
 Suara serak/stridor
 Riwayat gangguan
mengunyah dan atau
terkurung dalam api
 Luka bakar kepala dan badan akibat ledakan
 Kadar karboksi hemoglobin
lebih dari 10% setelah
terbakar
Kemungkinan terjadinya
keracunan asap, keracunan CO,
dan cedera trkatur respiratorik
harus dipikirkan apabila insiden
ini terjadi pada ruang yang
tertutup.
Pada pasien dengan

MedStar Page 97
di seluruh bagian dada, kemampuan untuk
mengembangkan dinding toraks mungkin sangat Otak tersimpan di dalam craniurn yang
terbatas. Keterbatasan ini mungkin disebabkan kaku. Cidera kepala apapun yang menyebabkan
oleh berkurangnya elastisitas jaringan yang pembengkakan atau perdarahan di dalam
terbakar, yang mengakibatkan volume tidak dan cranium akan mengakibatkan kompresi otak,
volume pernapasan semenit menjadi tidak yang dapat mengakibatkan kerusakan
adekuat. Sebagian kecil pasien yang neurologis yang permanen bahkan kematian.
mengalami ini dibutuhkan insisi (escharotomy) Penilaian terhadap penderita trauma kepala
yang dilakukan oleh petugas yang terlatih, jika dimulai dengan tingkat kesadarannya. Petugas
petugas tidak terlatih untuk melakukan tindakan harus mencurigai adanya cidera intracranial jika
ini, maka pemberian oksigen dengan konsentrasi menemukan penurunan tingkat kesadaran dan
tinggi harus dilakukan. Setelah itu segera mengambil langkah-Iangkah intervensi. Trauma
lakukan resusitasi cairan. kepala akan dapat mengakibatkan cidera mulai
Pemberian Cairan Intravena dari konkusio sampai perdarahan intracranial
Pasien luka bakar yang disertai cidera, yang mengancam jiwa. Perdarahan pada wajah
dapat terjadi penurunan transport oksigen ke dan scalp serta fraktur akan berhubungan
jaringan disebabkan oleh penurunan volume dengan potensi cidera otak. Transportasi harus
darah di sirkulasi. Penurunan volume darah yang dilakukan dengan cepat dengan posisi kepala
langsung diakibatkan oleh luka bakar tidak akan ditinggikan. Fasilitas yang tepat adalah rumah
terjadi segera setelah peristiwa, tetapi akan sakit yang dapat memberikan pertolongan
muncul dalam 6-8 jam setelah kejadian. Syok definitive terhadap cidera kepala dan otak.
yang terjadi segera setelah kejadian biasanya
Kolumna vertebra terdiri dari 33
disebabkan oleh cidera lain. Pengelolaan
vertebra yang terpisah dan bertumpuk satu sama
terhadap keadaan hipovolerrua ini meliputi
lain. Fungsi Kolumna vertebra adalah menahan
terapi cairan dengan pemberian RL/ normal
berat badan dan memudahkan gerak.Korda
saline. Penggantian cairan yang diberikan
spinalis yang berada didalam kolumna sangat
banyak formulanya, yang lazirn digunakan
rentan terhadap gerak atau posisi abnormal.
dengan penggunaan Rumus Baxter..
Struktur penuh saraf ini dilindungi oleh tulang-
tulang vertebra. Korda dapat cidera jika tulang,
otot dan ligamen yang melindunginya
DEWASA :
cidera.Tidak dapatnya korda beregenerasi akan
= 4 cc / kgBB / %lukabakar / 24 jam
memungkinkan cidera permanen. Mekanisme
ANAK :
cidera dapat menjadi indikasi trauma spinal dan
= 2 cc / KgBB/% Luka Bakar/24 Jam +
pengelolaannya. Imobilisasi fraktur tulang
Maintenance
belakang harus meliputi imobilisasi kepala,
Maintanance :
leher, torso dan pelviss. Alat yang digunakan
10 Kg BB Pertama x100
untuk imobilisasi harus membuat tulang
10 Kg BB Kedua x50
belakang tidak bergerak sedikitpun. Harus ada
10 Kg BB Ketiga x10
metode dan alat pelindung tulang belakang
sampai dipastikan bahwa penderita tidak
Resusitasi pada luka bakar Separuhnya
mengalami cidera spinal atau sampai dilakukan
diberikan dalam 8 jam pertama setelah
penanganan bedah ebih lanjut.
kejadian, separuhnya lagi dalam 16 jam
Toraks merupakan daerah yang mengandung
berikut.
organ-organ vital kedua setelah otak. Toraks
juga mengandung pembuluh-pembuluh besar
Penanganan rasa sakit terhadap pasien
aorta, vena cava serta arteri/vena pulmonalis.
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
Cidera dada sering terjadi pada penderita trauma
analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri.
multi system dan biasanya berhubungan dengan
Kompres pada luka dengan menggunakan kain
trauma yang mengancam nyawa. Cidera toraks
yang lembab dan steril secara psikologis
yang serius dapat dengan mudah menganggu
membuat pasien merasakan kenyamanan.
ventilasi dan sirkulasi. Trauma dada akan
Perawatan luka bertujuan untuk mencegah
menghasilkan penurunan ventilasi Karena
kerusakan lebih lanjut dan mencegah infeksi.
kurangnya pergerakan rangka dada atau
hilangnya kontinuitas dinding toraks, tidak
adekuatnya oksigenasi darah yang melewati
KESIMPULAN

MedStar Page 98
membrane alveoli kapiler akIbat kontusio
paru.
Cedera abdomen sangat potensial
mengancam jiwa. Perdarahan hebat abdomen
tidak selalu menampakkan gejala yang jelas.
Keadaan penderita cidera abdomen dapat
memburuk dengan cepat. Identifikasi organ yang
cidera sulit dilakukan di lingkungan fase pra
rumah sakit harus dilakukan penilaian cepat,
stabilisasi esensial dan transport cepat.
Pertolongan fase awal meliputi pengelolaan
airway, oksigenasi adekuat dan control
perdarahan. Tindakan bedah pada umumnya
harus segera dilakukan. Fasilitas rumah sakit
dengan tim trauma yang siap sedia sangatlah
menentukan keberhasilan
penyelamatan jiwa penderita.
Prinsip dalam penanganan luka bakar :
 Stop the burning process (Hentikan Proses
Luka Bakar)
 Bebaskan jalan nafas (Airway)
 Stabilkan pemafasan (Breathing)
 Lakukan resusitasi cairan
Lakukan perawatan luka

BAB VII

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Peserta dapat mengetahui,


mengidentifikasi, kemungkinan perlukaan
ditinjau dari proses kejadian/ biomekanik
trauma.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti pelatihan ini peserta di-
harapkan mampu untuk :
1. Mengetahui proses kejadian suatu trauma.
2. Mengetahui jenis perlukaan ditinjau dari
proses kejadian trauma
3. Mengidentifikasi kemungkinan perlukaan
yang terjadi
4. Melakukan tindakan pertolongan yang tepat
didasari dari proses kejadian trauma.

PENDAHULUAN

MedStar Page 99
Biomekanik trauma adalah proses/ berlaku untuk semua jenis gelombang seperti
mekanisme kejadian kecelakaan pada saat gelombang suara, gelombang tekanan arterial,
sebelum, saat dan sesudah kejadian. Keuntungan seperti contoh shockwave yang dihasilkan pada
mempelajari biomekanik trauma adalah dapat hati atau korteks tulang pada saat terjadi
mengetahui bagaimana proses kejadian dan benturan dengan suatu objek yang
memprediksi kemungkinan bag ian tubuh atau menghasilkan pemindahan energi. Apabila
organ yang terkena cedera. Pengetahuan akan energi yang dihasilkan melebihi batas toleransi
biomekanik trauma penting karena akan jaringan, maka akan terjadi disfungsi jaringan
membantu dalam mengerti akibat yang dan terjadisuatu trauma.
ditimbulkan trauma dan waspada terhadap jenis
perlukaan tertentu. B. RIWAYAT TRAUMA
Oleh karena itu penting sekali bagi Informasi yang didapatkan dari tempat
setiap petugas penanganan gawat darurat untuk kejadian mengenai kerusakan interior maupun
mengetahui :
eksterior dari kendaraan, sering kali dapat
1. Hal yang terjadi
memberikan petunjuk tentang jenis trauma yang
2. Cedera yang diderita pasien terjadi pada penumpang atau pejalan kaki.
Tanpa mengetahui mekanisme Petugas pra rumah sakit perlu untuk menguasai
kejadiannya kita tidak dapat meramalkan cedera
halini untuk mencari petunjuk yang
apa yang terjadi dan hal ini akan menimbulkan
bahaya bagi pasien. Biomekanik juga merupakan mencurigakan dan mencari bukti adanya trauma
sarana penting untuk melakukan triage dan harus yang tersembunyi. Sebagai contoh, setir yang
disampaikan ke dokter gawat darurat atau ahli bengkok menunjukan adanya trauma thorak.
bedah. Sebagai contoh beratnya kerusakan Keterangan ini harus merangsang untuk
kendaraan pada kejadian kecelakaan merupakan memeriksa pasien untuk mencurigai adanya
sarana pemeriksaan triage non fisiologi pataht ulang dada, organ-organ mediastinal, dan
Informasi yang rinci mengenai trauma pada parenkhim paru. Informasi adanya
biomekanik dari suatu kecelakaan dapat
kaca depan mobil yang pecah dengan tanda
membantu identifikasi sampai dengan 90 % dan
trauma yang diderita pasien. Informasi yang rinci Bull's Eye menunjukan bahwa telah terjadi
benturan kepala dengan kaca dan harus
dicurigaia danya fraktur servikal. Lekukan pada
bagian bawah dash board menunjukan bahwa
terjadinva benturan antara lutut dan dash board
dan memungkinkan terjadinya dislokasisen
dilutut, panggul atau fraktur lutut dan femur.
Kerusakan bagian samping kendaraan
dan biomekanik trauma ini dimulai dengan menunjukan adanya trauma bagian lateral dan
keterangan dari keadaan / kejadian pada fase dada, abdomen, panggul dan leher pasien. Selain
sebelum terjadinya kecelakaan seperti minum itu keterangan mengenai kejadian yang
alkohol, pemakaian obat, kejang, sakit dada, menyebabkan trauma dapat memperkuat
kehilangan kesadaran sebelum tabrakan dan indikasi tindakan bedah. Luka tembus pada
sebagainya.
tubuh dan tekanan darah yang menurun
menunjukan adanya trauma pembuluh darah
A. KLASIFIKASI MEKANISM OF
TRAUMA besar yang harus dilakukan tindakan bedah
Tumpul, tembus, thermal dan ledakan segera. Pasien dengan trauma kepala yang bukan
(Blast Injury). Pada semua kasus diatas terjadi karena kecelakaan lalu lintas dan pada
pemindahan energi (Transfer energy) pemeriksaan neurologis didapatkan
kejaringan, atau dalam kasus trauma thermal abnormalitas, kemungkinan besar harus
terjadi perpindahan energi (panas/ dingin)
dilakukan tindakan bedah eksplorasi. Sedangkan
kejaringan. Pemindahan energi (transfer energy)
digambarkan sebagai suatu gelombang kejut luka bakar karena kebakaran besar didalam
yang bergerak dengan kecepatan yang bervariasi ruangan tertutup biasanya disertai oleh
melalui media yang berbeda-beda. Teori ini cederainhalasi dan keracunan karbon
monoksida. Contoh-contoh ini menunjukan

MedStar Page
pentingnya

MedStar Page
amformasi mengenai kejadian yang secara tiba-tiba kecepatannya
menyebabkan trauma. berkurang.
Penyebab terbanyak adalah trauma tumpul Pada suatu tabrakan frontal dengan
dengan kecelakaan lalulintas. Pada suatu pasien tanpa sabuk pengaman, pasien akan
kecelakaan lalulintas, misalnya tabrakan mobil, mengalami beberapa fase sebagai berikut:
maka pasien yang berada didalam mobil akan  Fase 1
mengalami beberapa benturan. (collision) Bagian bawah pasien tergeser kedepan,
berturut-turut sebagai berikut : biasanya lutut akan menghantam dash
a. Primary collision board dengan keras yang menimbulkan
Masih berada pada posisi masing-masing. bekas benturan pada dashboard
Tabrakan dapat terjadi dengan cara : tersebut.
 Tabrakan depan (frontal) Kemungkinan cedera yang akan terjadi :
 Tabrakan sampmg (T-Bone)  Patah tulang paha karena menahan
 Tabrakan dan belakang beban berlebihan
 Terbalik (roll over)  Dislokasi sendi panggul karena
b. Secondary Collision terdorong kedepan sehingga lepas
Setelah terjadi tabrakan pasien dari mangkuknya.
menabrak bagian dalam mobil (atau sabuk  Dislokasi lutut atau bahkan Patah
pengaman). Perlukaan yang mungkin timbul tulang lutut karena benturan yang
akibat benturan akan sangat tergantung dari keras pada dashboard
arah tabrakan.  Fase 2
c. Tertiary collision Bagian atas dada atau perut akan
Setelah pasien menabrak bagian dalam menghantam setir.
mobil, organ yang berada dalam ronggat Kemungkinan cedera yang akan terjadi :
ubuh akan melaju kearah depan dan  Cedera abdomen sampai terjadinya
mungkin akan mengalami perlukaan perdarahan dalam. Karena terjadinya
langsung ataupun terlepas (robek) dari alat perlukaan /ruptur pada organ seperti
pengikatnya dalam rongga tubuh tersebut. hati, limpa, lambung dan usus.

d. Subsidary collision  Cedera dada seperti patah tulang


Kejadian berikutnya adalah rusuk dan tulang dada. Selain itu
kemungkinan penumpang mobil yang ancaman terhadap organ dalam
mengalami tabrakan terpental kedepan atau rongga dada seperti paru-paru,
keluar dari mobil. Selain itu barang-barang jantung, dan aorta
yang berada dalam mobil turut terpental  Fase 3
dan menambah cedera pada pasien. Tubuh pasien akan naik, lalu kepala
Pengkajian pada fase ini: membentur kaca mobil bagian depan atau
 Tipe kejadian trauma, misalnya : bagian samping. Kemungkinan cedera yang
tabrakan kendaraan bermotor, jatuh akan terjadi :
atau trauma / Iuk tembus.  Cedera kepala (berat, sedang, ringan)
 Perkiraan intensitas energi yang  Patah tulang leher (fraktur servikal)
terjadi misalnya : kecepatan  Fase 4
kendaraan, ketinggian dari tempat Setelah muka membentur kaca, pasien
jatuh, kaliber atau ukuran senjata. kembali tepental ketempat duduk. Perlu
 Jenis tabrakan atau benturan yang mendapat perhatian khusus apabila kursi
terjadi pada pasien : mobil, pohon, mobil tidak tersedia karena kepala akan
pisau dan lain-lain melenting dibagian atas sandaran kursi.
Kondisi akan semakin parah, apabila pasien
C. BIOMEKANIKTABRAKAN terpental keluar dari kendaraan.
1. Tabrakan Mobil Kemungkinan cedera yang akan terjadi :
a. Tabrakan dari depan/frontal  Patah tulang belakang (servikal-
Benturan frontal adalah tabrakan / koksigis) karena roses duduk yang
benturan dengan benda di depan begitu cepat dan sehingga menimbulkan
kendaraan, yang secara tiba-tiba beban berlebih pada tulang belakang.
mengurangi kecepatannya, sehingga  Patah tulang leher karena tidak ada head
rest

MedStar Page
 Multiple trauma apabila pasien terpental

MedStar Page
keluar dari kendaraan. penumpangnya dapat mengenai / terbentur pada semua
b. TabrakanDari Belakang(Rear Collition) bagian dari kompartemen
Tabrakan dari belakang mempunyai
biomekanik tersendiri. Biasanya tabrakan
seperti ini terjadi ketika kendaraan berhenti
atau pada kendaraan yang kecepatannya
lebih lambat. Kendaraan tersebut berikut
penumpangnya mengalami percepatan
(akselerasi) kedepan oleh perpindahan
energy dari benturannya. Badan penumpang
akan terakselerasi kedepan sedangkan
kepalanya sering kali tidak terakselerasi
sehingga akan mengakibatkan hiperekstensi
leher. Hal ini akan diperparah apabila
sandaran kursi kendaraan tidak rnerniliki
head rest sehingga struktur penunjang leher
mengalami peregangan yang berlebihan dan
menyebabkan terjadinya whiplash injury
(gayapecut). Kemungkinan cedera yang akan
terjadi : Fraktur Servical.

c. Tabrakan dari samping (Lateral Collision)


Tabrakan samping seringkali terjadi
diperempatan yang tidak memiliki rambu-
rambu lalulintas. Benturan lateral adalah
tabrakan / benturan pada bagian samping
kendaraan, yang mengakselerasi penumpang
menjauhi titik benturan. Benturan seperti ini
adalah penyebab kematian kedua setelah
benturan frontal. 31 % dari kematian karena
tabrakan kendaraan terjadi sebagai akibat
dari tabrakan / benturan lateral.
Banyak tipe trauma yang terjadi pada
tabrakan lateral sama dengan yang terjadi
pada tabrakan frontal. Selainitu trauma
kompresi pada tubuh dan felvis juga sering
terjadi. Trauma internal terjadi pada sisi
yang sama dimana lokasi yangtertabrak,
seberapa dalamposisi melesaknya
kabin penumpang
posisipenumpang / pengemudi, dan lamanya.
Pengemudi yang tertabrak pada posisi
pengemudi kemungkinan terbesa
rmengalami trauma pada sisi kanan
tubuhnya demikian
juga sebaliknya pada pnumpang.
Kemungkinan cedera yang akan terjadi
:
 Fraktur servical
 Fraktur iga
 Trauma paru
 Trauma hati /limpa
 Trauma pelvis
 Trauma skeletal

d. Terbalik(Roll Over)
Pada kendaraan yang terbalik,

MedStar Page
penumpang. Jenis trauma Ketika terjadi benturan / tabrakan
dapat diprediksi dengan organ-organ tersebut dapat mengalami
mempelajari titik benturan perlukaan. Perlukaan organ dalam dapat
pada kulit pasien. Sebagai terjadi rnelalui rnekanisme :
hukum yang umum, dalam a. Benturan langsung
kejadian terbaliknya Trauma organ dalam terjadi ketika
kendaraan maka terjadi terjadi benturan langsung terhadap
beberapa gerakan yang pelindung organ tersebut. Misalnya
dahsyat, samping dapat benturan terhadap kepala dapat
menyebabkan trauma yang mengakibatkan perlukaan pada otak berupa
serius. Ini lebih berat bagi memar atau robekan. Pada kasus lain otak
penumpang yang tidak menghantam dinding / tulang tengkorak
memakai sabuk pengaman. yang mengakibatkan terjadinya perdarahan
Dalam menangani kasus pada otak.
seperti ini harus lebih berhati-
hati karena semua bagian bisa
mengalami cedera baik yang
kelihatan atau tidak kelihatan.
Kemungkinan cedera yang akan terjadi :
 Multiple trauma
 Waspadai kemungkinan
cedera tulang belakang
belakang. dan fraktur
servikal
e. Terlempar keluar (ejection)
Trauma yang dialarru
penumpang dapat lebih berat
bila terlempar keluar dari
kendaraan. Kemungkinan
terjadinya trauma meningkat
300 % kalau penumpang
terlempar keluar. Petugas
gawat darurat yang memeriksa
pasien yang terlempar keluar
harus lebih teliti dalam
mencari trauma yang
tidaktampak.
Kemungkinan cedera yang akan terjadi :
 Multiple trauma
 Trauma kepala
 Trauma organ dalam
 Fraktur servikal
2. Benturan Organ
Ketika terjadi tabrakan
/ benturan selain tubuh yang
membentur / menabrak,
organ bagian dalam pun turut
menabrak dinding tubuh dan
sebagian mengalami
kompresi. Organ dalam tubuh
dibagi menjadi dua bagian
yaitu:
 Organ solid, seperti :
Otak, han, limpa, jantunq
dan paru-paru
 Organ berongga, seperti :
usus dan lambung

MedStar Page
Decceleration dan acceleration
injury, Pada decceleration injury ketika 3. Trauma pejalan kaki
terjadi benturan organ dalam melaju Di Amerika Serikat lebih dan 7000
kedepan (pada tabrakan frontal) dan robek pejalan kaki terbunuh setiap tahun setelah
pada ikatan yang mengikatnya. Sebagai tertabrak kendaraan bermotor, pasien lainnya
contoh jantun akan terlepas dari ikatannya mengalami trauma serius setelah tabrakan
dan terjadi ruptur aorta. Sedangkan pada tersebut.Trauma yang dialami pejalan kaki
acceleration injury contohnya adalah pada umumnya meliputi kepala, thorak, dan
wiplash injury pada benturan / tabrakan dari ekstremitas bawah. Terdapat 3 fase benturan
belakang. yang dialami pada saat pejalan kaki tertabrak:
b. Trauma kompresi 4. Trauma tembus (penetrating injury)
Trauma Kompresi terjadi bila bagian a. Senjata dengan energi rendah (low
depan dari badan berhenti bergerak, energy) Contoh senjata dengan energy
sedangkan bag Ian dalam tetap bergerak rendah adalah pisau dan alat pemecah es.
kedepan. Organ-organ terjepit dari belakang Alat ini menyebabkan kerusakan hanya
oleh bagian belakang dinding torakoab karena ujung tajamnya. Karena energy
dominal dan kolumna vetrebralis, dan rendah, biasanya hanya sedikit
didepan oleh struktur yang terjepit. Pada menyebabkan cidera sekunder. Cedera
organ yang berongga dapat terjadi apa yang pada pasien dapat diperkirakan dengan
disebut dengan efek kantong kertas (paper mengikuti alur senjata pada tubuh. Pada
bag effect) yaitu seperti mainan anak-anak luka tusuk, wanita mempunyai kebiasaan
dimana kantong kertas ditiup dan ditutup menusuk kebawah, sedangkan pria
lalu dipukul untuk mendapat efek ledakan. menusuk keatas karena kebiasaan
Organ berongga tersebut usus dan lambung. mengepal.
Trauma karena sabuk pengaman, Saat menilai pasien dengan luka
Sabuk pengaman sudah terbukti dalam tusuk, jangan diabaikan kemungkinan luka
memberikan pertolongan menyelamatkan tusuk multipel. Inspeksi dapat dilakukan
penumpang. Jika digunakan dengan benar dilokasi, dalam perjalanan kerumah sakit
sabuk pengaman mengurangi kematian sampai atau saat tiba di rumah sakit, tergantung
65-75 % dan mengurangi trauma berat sampai pada keadaan disekitar lokasi dan kondisi
dengan sepuluh kali. Tekanan safety belt pada pasien.
perut bisa rnengakibatkan rupture organ dalam
perut. Oleh karena itu dalam melepas sabuk b. Senjata dengan energi menengah & tinggi
pengaman harus hati- hati, jangan melepas (medium and high energy)
secara mendadak. Karena sabuk pengaman bisa
berfungsi sebagai tampon. Apabila dibuka secara Senjata dengan energy menengah
mendadak artinya tampon dibuka sehingga akan contohnya adalah pistol, sedangkan senjata
terjadi perdarahan hebat. dengan energy tinggi seperti senjata militer dan
Benturan dengan bemper, Tinggi senjata untuk berburu. Semakin banyak jumlah
bemper versus ketinggian pasien merupakan mesiu, maka akan semakin meningkat kecepatan
factor kritis dalam trauma yang terjadi. Pada peluru dan energy kinetiknya. Kerusakan
orang dewasa dengan posisi berdiri, benturan jaringan tidak hanya daerah yang dilalui peluru
awal dengan bemper biasanya mengenai tungkai, tetapi juga pada daerah disekitar alurnya akibat
lutut dan pelvis. Anak – anak lebih mungkin tekanan dan regangan jaringan yang dilalui
terkena pada bagian abdomen dan dada. peluru. Peluru akbiat senjata energy tinggi dan
Benturan dengan kaca depan dan menengah Juga menyebabkan kavitasi / rongga
tutup mesin, Pada fase ini pejalan kaki yang lebih besar dan lubang masuknya. Untuk
melayang diatas mobil dan kemudian membentur senjata dengan energy menengah biasanya
tutup mesin dan kaca depan kendaraan. Kejadian menyebabkan kavitasi 3-6 kali dan ukuran
ini mengakibatkan trauma dada dan kepala frontal peluru, sedangkan untuk energy tinggi
dengan tingkat keparahan sesuai dengan akan lebih besar lagi, demikian juga kerusakan
kerasnya benturan. jaringan yang ditimbulkannya akan lebih besar
Benturan dengan tanah / ground, lagi.
Benturan dengan tanah mengakibatkan beberapa Hal-hal lain yang mempengaruhi
truma yaitu fraktur servikal dan tulang belakang, keparahan cidera adalah hambatan udara dan
trauma kepala dan kompresi organ. jarak. Tahanan udara akan memperlambat
kecepatan peluru. Semakin jauh jarak tembak,

MedStar Page
akan semakin mengurangi
kecepatan peluru sehingga
kerusakan yang ditimbulkannya
akan

MedStar Page
berkurang. Sebagian kasus penembakan organ - organ yang berisi gas. Membrana
dilakukan dari jarak dekat dengan pistol, timpani adalah yang paling peka terhadap
sehingga memungkinkan cedera serius cukup efek
besar. primer ledak dan mungkin i
ruptur mengalam bila tekanan melampaui .
Jaring 2 atmosfir an paru akan u
kontu menunjukan suat sio, edema t
meng dan rupture yang dapa hasilkan i
dan pneumothoraks. Ruptur alveol vena n
embo pulmonaris dapat menyebabka li n
mend udara dan kemudian n
ablasi kematia adak. Pendarahan r
yang intraokuler da o retina r
intesti merupakan manifestasi okule biasa
b. Trau terjadi, demikian juga ruptu
Merupakan hasil dari objek-objek
yang melayang dan kemudian membentur
orang disekitarnya
c. Trauma ledak tersier
Terjadi bila orang disekitar ledakan
terlempar dan kemudian membentur suatu
objek atau tanah. Trauma ledak sekuder dan
tertier dapat mengakibatkan trauma baik
tembus maupun tumpul secara bersamaan.

5. Trauma ledakan (blast injury)


BAB VIII

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu
melakukan penilaian awal (initial assessment)
korban trauma dengan cepat dan tepat.
terhadap

Ledakan terjadi sebagai hasil perubahan


yang sangat cepat dari suatu bahan dengan
volume yang relative kecil, baik padat, cairan
atau gas, menjadi produk-produk gas. Produk
gas ini yang secara cepat berkembang dan
menempati suatu volume yang jauh lebih
besar dari pada volume bahan aslinya.
Bilamana tidak ada rintangan, pengembangan
gas yang cepat ini akan menghasilkan sesuatu
gelombang tekanan (shock wave). Trauma
Ledakan dapat diklasifikasikan dalam 3
mekanisme kejadian trauma yaitu primer,
sukender dan tersier.
a. Trauma ledak primer
Merupakan hasil dari efek langsung
gelombang tekanan dan paling peka

MedStar Page
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:
1. Menjelaskan Pengertian initial assesment
2. Mengetahui masalah
yang mengancam pada
korban trauma dengan
cepat tepat Serta cara
penanganan secara
simultan.
3. Melakukan pengkajian
primer (primary survey)
4. Melakukan pengkajian
sekunder (secondary survey)
5. Menentukan rujukan rumah
Sakit yang tepat untuk penanganan definitive

A. PENDAHULUAN
Penilaian awal korban
cedera kritis akibat cedera
multipel merupakan tugas yang
menantang, dan tiap menit bisa
berarti hidup atau mati. Sistem
Pelayanan Tanggap Darurat

MedStar Page
ditujukan untuk mencegah kematian dini Langkah-langkah penilaian dilakukan
karena trauma yang bisa terjadi dalam beberapa dengan sistematis, terarah dan berorientasi pada
menit hingga beberapa jam sejak cedera penanganan masalah yang ada pada pasien
(kematian segera karena trauma, immediate, secara simultan. Persiapan korban trauma dapat
terjadi saat trauma. Perawatan kritis, intensif, terjadi di dua tempat, diantaranya:
ditujukan untuk menghambat kematian karena  Fase Pra Rumah Sakit
trauma yang terjadi dalam beberapa hari hingga Kordinasi yang baik antara petuga lapangan
beberapa minggu setelah trauma). dengan team kedehatan dirumah sakit akan
Kematian dini diakibatkan gagalnya sangat bermanfaat terhadap keberhasilan
oksigenasi adekuat pada organ vital (ventilasi penanganan. Pada fase pra rumah sakit,
tidak adekuat, gangguan oksigenisasi, gangguan fokus penanganan pada airways dan
sirkulasi, dan perfusi organ tidak memadai),
cedera SSP masif (mengakibatkan ventilasi yang breathing, kontrol shock dan perdarahan
tidak adekuat dan/ atau rusaknya pusat regulasi serta imobilisasi korban untuk segera rujuk
batang otak), atau keduanya. Cedera penyebab ke tempat yang memadai setelah ABCDE
kematian dini mempunyai pola yang dapat stabil. Berikut hal hal yang harus
diprediksi (mekanisme cedera, usia, jenis diperhatikan pada fase ini:
kelamin, bentuk tubuh, atau kondisi lingkungan).  Pengamanan diri, lingkungan dan
Tujuan penilaian awal adalah untuk korban
menstabilkan pasien, mengidentifikasi cedera/  Koordinasi dan komunikasi dengan
kelainan pengancam jiwa dan untuk memulai rumah sakit untuk persiapan
tindakan yang sesuai, serta untuk mengatur
 Pertahankan airway (jalan napas),
kecepatan dan efisiensi tindakan definitif atau
breathing (pernapasan)
transfer ke fasilitas kesehatan yang sesuai
 Atasi shock, kontrol perdarahan luar
dengan keadaan korban melalui protokol yang
 Jaga imobilisasi korban
disebut “ advanced trauma life support”.
 Informasikan tentang kejadian: waktu,
proses kejadian, riwayat pasien, dan
biomekanik trauma
 Prinsip utama adalah bahwa tidak boleh
membuat keadaan lebih parah “Do no
further harm”
Penilaian awal ini intinya mencakup beberapa  Fase Rumah Sakit
elemen, yaitu: Perencanaan yang tepat oleh team petugas
1. Triage rumah sakit untuk menerima korban trauma
2. Primary Survey, yaitu penanganan adalah hal yang sangat penting. Proses serah
ABCDE+FG dan resusitasi. Disini terima atara petugas lapangan dengan team
rumah sakit harus dilakukan dengan sebaik
dicarikeadaan yang mengancam nyawa, dan mungkin. Penerima informasi harus
apabila menemukan harus dilakukan memastikan informasi terkait korban trauma
resusitasi. ke team petugas rumah sakit yang
3. Secondary Survey, yaitu head to toe / melakukan penanganan tersebut. Berikut
pemeriksaan yang teliti dari Ujung kepala hal-hal yang harus diperhatikan pada fase
sampai kaki. ini:
4. Monitoring pasca resusitasi dan re-evaluasi Koordinasi dan komunikasi dengan tim
yang bertugas di Rumah Sakit
5. Penanganan lanjutan (definitive care)
Tersedianya area resusitasi untuk
6. Pertimbangan untuk rujukan korban trauma
Survey primer maupun sekunder harus Memastikan Persiapan peralatan
selalu diulang-ulang untuk menentukanadanya emergency dapat berfungsi dengan
keadaan penurunan penderita, dan memberikan baik
resusitasi dimana diperlukan. Melakukan Penanganan Primary
Survey
B. TAHAPAN PENGELOLAAN KORBAN Melakukan Penanganan Sekundary
Survey
Triage

MedStar Page
adalah cara pemilahan penderitaC. PENANGANAN KORBAN TRAUMA
berdasarkan kebutuhanterapi dan Tahapan dalam pengelolaan atau
sumber daya yang tersedia. Pada penanganan pasien trauma pada kasus
umumnya kita akan melakukan triage, kegawatdaruratan secara umum terdiri dari:
tidak peduli apakah korban hanya satu
1. Primary Survey
ataubanyak.
Bila satu korban, akan mencari masalah 2. Secondary survey
penderita (selection ofproblems).Sedangkan Bila 3. Re-evaluasi
banyak korban, akan mencari penderita yang 4. Penanganan lanjutan (definitive care)
paling bermasalah.Pemilahan akan didasarkan 5. Pertimbangan untuk rujukan
pada keadaan ABC (Airway, Breathing,
danCirculation). PRIMARY SURVEY
Dua jenis keadaan triase dapat terjadi: Primary survey terdiri dari penilaian
 Jumlah korban dan beratnya perlukaan secara cepat tepat akurat berdasarkan prioritas
tidak melampaui kemampuan petugas. yang mengancam nyawa. tetapi sebelum
Dalam keadaan ini penderita memegang penderita trauma selalu harus
denganmasalah gawatdarurat dan multi- proteksi diri terlebih dahulu untuk menghindari
trauma akan dilayani terlebih tertular penyakit seperti Hepatitis dan AIDS.
dahulu,sesuai prinsip ABC. Bila proteksi diri telah dilakukan dan informasi
 Jumlah korban dan beratnya perlukaan mengenai korban telah terkumpul, langkah
melampaui kemampuan petugas. selanjutnya adalah penilaian dan pengelolaan
Dalam keadaan ini yang akan berdasarkan prioritas masalah yang mencakup
dilayaniterlebih dahulu adalah penderita “ABCDE”.
dengan kemungkinan survival A: Airway dengan kontrol servikal (gangguan
yangterbesar dan membutuhkan waktu, airway adalah pembunuh tercepat)
perlengkapan,dan tenagapaling sedikit. B: Breathing dengankontrol ventilasi
Dokumentasi C: Circulation dengan kontrol perdarahan
Pertimbangkan mediko-legal, termasuk D: Disability (penilaian status neurologis dan
catatan medis, persetujuan tindandakan dan GCS)
bukti forensik selama tindakan initial
E: Exposure tetapi cegah hipotermia
assesment. Catatan medis selama tindakan
harus seluruhnya didokumentasikan, Penanganan primary survey dilakukan
dengan catatan medis yang baik persoalan secara simultan tidak lebih dari 2 menit melalui
mediko-legal selama ini yang sering timbul pendekatan teamwork, konsep tersebut sangat
dapat diselesaikan. penting untuk mencegah interupsi dan dapat
Jika memungkinkan persetujuan untuk dapat dilakukan secara simultan.
pengobatan harus ditandatangani sebelum
tindakan, akan tetapi pada kondisi keadaan Danger
darurat, terapi/tindakan harus
segeradilakukan dan persetujuan dapat Perhatikan bahaya yang mengancam di sekitar
dilakukan selanjutnya. Bila ada masalah lokasi kejadian. Pastikan aman/ safety dalam
pidana pada pasien, maka petugas harus melakukan tindakan pertolongan. Adapun
memelihara dengan baik semua bukti yang
keamanan yang harus diperhatikan adalah :
ada termasuk peluru, pakaian, pemeriksaan
alkhohol dan obat-obatan karena sangat Keamanan diri / Penolong
berguna dan mempunyai nilai hukum. Kemanan lokasi kejadian
Beberapa penyakit menular seperti Keamanan pasien/korban
Hepatitis, AIDS, HIV dll sangat mungkin Evaluasi dan waspadai semua potensi
terjadi, oleh karena itu proteksi diri (sarung bahaya agar tidak membahayakan
tangan, masker, kacamata, dan approun) penolong dan penderita.
harus selalu diperhatikan dan dijalankan Respon
baik di pra rumah sakit maupun di rumah
sakit. Menilai kesadaran di awal penilaian
dilakukan dengan cepat dan tepat, dimana hal

MedStar Page
ini untuk segera melakukan rencana tindakan kemungkinan fraktur servikal jika terdapat
pertolongan bagi korban. Cek kesadaran di tanda-tanda:
awal penilaian hanya mengukur apakah korban 1) Trauma kapitis, terutama jika korban
sadar atau tidak. Adapun penggunaan cek mengalami penurunan kesadaran
kesadaran dengan menggunakan AVU: 2) Trauma tumpul di atas kranial dari klavikula
A = Alert/sadar 3) Setiap kasus multitrauma (trauma pada 2
Pasien dikatakan alert/sadar apabila pasien regio tubuh atau lebih)
dapat berorientasi terhadap tempat, waktu 4) Proses kejadian yang mendukung
dan orang. (biomekanik trauma mendukung misal
V = Verbal/respon terhadap suara ditabrak dari belakang)
Pasien berespon terhadap rangsangan Airways harus diperiksa secara cepat harus
suara (mengikuti perintah melalui verbal diperiksa secara cepat untuk memastikan bebas
dengan teriak “pak/buk!” Atau “buka mata dan patennya serta tidak adanya potensi bahaya
pak/buk!” Dan tepuk bahu) atau obstruksi.Jika airway terganggu maka
U = Unresponsive/tidak sadar diperlukan pembebasan sesuai dari gangguan
Kegagalan dalam merespon hal tersebut jalan napas yang ditemukan. Dan jika
menunjukan adanya gangguan ABCD, ditemukan pasien tidak sadar dengan adanya
sehingga memerlukan penilaian dan suara napas seperti:
penanganan segera.  Gurgling: lakukan logroll jika alat
suction belum siap atau jika darah/mutah
terlalu banyak, segera lakukan suction

Call For Help  Snoring:


manual: chin lift/jaw thrust, dilakukan
Segera aktifkan sistem emergency dan minta sementara jika alat belum siap/belum
pertolongan. tersedia
dengan alat: OPA (tanpa gangguan
Airways Dengan Kontrol Servikal reflek), NPA (jika ada ganggungan
WASPADA : Fraktur Servikal reflek) Harus diingat bahwa pemasangan
pipa melalui hidung merupakan
Pada setiap penderita trauma dengan
kontraindikasi apabila penderita
mekanisme cidera berat, harus dicurigai adanya adakecurigaan fraktur basis kranii bagian
cidera korda spinalis sampai terbukti tidak depan, karena pipa
adanya hal tersebut. Untuk melakukan dapat masuk ke rongga kranium.
pemastian bebasnya airway, petugas harus  Crowing: definitif airway: intubasi
ingat bahwa adanya kemungkinan cidera tulang endotracheal/needle cryco-thyroidotomy.
servikal. Gerakan berlebihan pada daerah korda
Perhatikan selalu indikasi dan kontra
spinalis dapat menyebabkan kerusakan
indikasi dari masing masing alat bantu jalan
neurologik atau menambah kerusakan napas. Apabila ada pasien dengan penurunan
neurologik akibat kompresi tulang yang terjadi kesadaran atau pasien pasca henti jnatung
pada fraktur tulang belakang. Solusinya adalah beresiko terjadi obstruksi oleh lidah jatuh,
memastikan leher tetap dalam posisi netral maka segera dilakukan pemasangan LMA
(bagi penderita) selama pembebasan jalan atau pasien dengan GCS <8 menjadi salah
napas dan pemberian ventilasi yang satu indikasi dilakukan pemasangan intubasi,
jika kesulitan intubasi menjadi indikasi
dibutuhkan.
dilakukan needle cryco-thyroidotomy.
Korban utama pasti gelisah sehingga harus Untuk menyangga tulang belakang yang
difiksasi bagian leher dengan menggunakan dicurigai trauma servical, segera pasang Long
neck collar atau penyanggah leher agar tidak spine board dengan teknik logroll serta
terjadi masalah pada nervus phrenicus yang lakukan fiksasi kepala menggunakan head
beresiko menyebabkan depresi napas. emobilizer.
Pemasangan ini diindikasikan untuk Menjaga jalan nafas pada penderita
trauma dapat sangat sulit. sebagai contoh

MedStar Page
adalah penderita dengan
trauma kapitis

MedStar Page
dengan mulut yang penuh darah karena raktur dengan hasil 95-100% menandakan
basis kranii ataupun karena fraktur tulang oksigenasi ke perifer adekuat.
wajah. Contoh lain adalah penderita Akan tetapi jika hasilnya Abnormal dapat
kesadaran menurun yang gelisah dan gigi menandakan hipoksia, asidosis atau
terkatup. Betapapun sulitnya, tetapi
hipoperfusi (atau ketiganya). Evaluasi dan
merupakan tugas team rumah sakit yang lakukan pemeriksaan fisik diantaranya:
menerima penderita itu untuk dapat menjaga Inspeksi, Auskultasi, Perkusi, dan Palpasi
jalan nafas dengan baik dan dalam waktu untuk mengetahui penyebab kemungkinan
yang secepat mungkin. Selama memeriksa terjadinya masalah pada breathing diakibatkan
dan memperbaiki jalan nafas, harus karena adanya trauma thoraks (pada
diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan pembahasan trauma thoraks) seperti:
ekstensi, fleksi, ataupun rotasi dari leher.  Tension penumothoraks: needle
decompresi dan selanjutnya pemasangan
ATTENTION! chest tube oleh dokter
selalu ingat gangguan airway adalah pembunuh tercepat.  Open Pneumothoraks: occlusife dressing
dan selanjutnya pemasangan chest tube
oleh dokter
 Flail chest: posisi nyaman serta
Breathing Dengan Kontrol Ventilasi
pemberian oksigen dan kolaborasi
pemberian anelgetik/torakotomi oleh
Oksigen harus terdistribusi secara efektif ke dokter
paru-paru. Hipoksia dapat terjadi akibat ventilasi  Hemothoraks: pemberian oksigen &
yang tidak adekuat dan kurangnya oksigen di selanjutnya pemasangan chest tube oleh
jaringan. Setelah airway bebas maka kualitas dokter
dan kuantitas ventilasi penderita harus  Tamponade Jantung: perikardiosintesis
dievaluasi. Evaluasi pernapasan: dengan lihat, oleh dokter.
dengar dan rasakan. Jika tidak bernapas maka Kelainan-kelainan di atas harus segera
penilaian dihentikan dan petugas harus segera ditangani, untuk menghindarikematian.
memberikan ventilasi buatan. Jika penderita
napasnya untuk menentukan kecukupan udara Ventilasi tambahan
bagi penderita. Perhatikan gerakan napas dada Apabila sudah terpasang rebreathing atau
dan dengarkan suara napas penderita jika tidak non-rebreathing mask atau kanule tetapi
sadar atau lakukan pemeriksaan dengan cara: pernafasan tidak adekuat harus
dipertimbangkan dilakukan bantuan
 Lihat dada penderita dengan membuka pernafasan (assisted ventilation) segera. Di
untuk melihat pernafasanyang baik. Lihat UGD sebaiknya membantu pernafasan dengan
apakah ada jejas, luka terbuka, dan ekpansi memakai Bag-Valve Mask, ataupun memakai
kedua paru ventilator.
 Auskultasi dilakukan untuk memastikan
masuknya udara kedalam kedua paru Circulation Dengan Kontrol Perdarahan
dengan mendengarkan bising nafas
Kenali masalah yang akan timbul dari
(janganlupa sekaligus memeriksa jantung)
sistem sirkulasi akibat perdarahan luar maupun
 Perkusi dilakukan untuk menilai adanya dalam yang dapat menimbulkan terjadinya
udara (hipersonor) atau darah(dull) dalam syok, Periksa sirkulasi dengan memeriksa kulit
rongga pleura. akral dan nadi. Bila ada tanda syok: Atasi!
Frekuensi napas/ respiratory rate manusia Perdarahan merupakan sebab utama
sebagai berikut : kematianpasca-bedah yang mungkin dapat
 Dewasa: normal: 12-20 x/menit – diatasi dengan terapi yang cepat dantepat di
abnormal: <8 dan > 24x/menit rumah sakit.
 Anak: normal: 15-35x/menit – syok pada korban trauma harus dianggap
abnormal: disebabkan oleh hipovolemia, sampai terbukti
<15 dan > 35x/menit sebaliknya. Dengan demikian maka diperlukan
 Bayi: normal: 25-50x/menit – abnormal penilaian yang cepat dari status hemodinamik
<25 dan > 60x/menit penderita. Berikut ini masalah yang dapat
 Atau nilai saturasi oksigen (spo 2) dengan terjadi dan penanganannya :
menggunakan pulse oximetri, jika 1. Kontrol Perdarahan

MedStar Page
Perdarahan dapat secara eksternal (terlihat) yang harus segera dilakukan. Hipotermi
dan internal (tidak terlihat). pada penderita trauma merupakan salah satu
a. Perdarahan External akibat dari kehilangan volume darah yang
Apabila terjadi perlukaan atau terjadi mengakibatkan penurunan cardiac output,
perdarahan eksternal langsung di jika sudah dikenali adanya tanda shock
lakukan direct pressure (penakanan tersebut, anggaplah sebagai shock
langsung) pada daerah luka dapat hemoragic dan segera lakukan
mengkontrol hampir semua perdarahan penalataksanaan untuk perbaikan volume
besar, sampai penderita dapat darah.
dipindahkan ke ruang operasi.tourniquet Ada dua pemeriksaan yang dalam
jangan dipakai, karena apabila dipasang hitungan detik dapat memberikan informasi
secara tidak benar (diatas tekanan mengenai keadaan hemodinamik, yakni
sistolik) justru akan merusakjaringan keadaan kulit akral dan nadi.
karena menyebabkan iskemia distal dan a. Keadaan kulit akral
dapat merusak jaringan sekitar seperti Warna kulit dapat membantu diagnosis
syaraf dan pembuluh darah. hipovolemia. Korban trauma yang
b. Perdarahan Internal kulitnya kemerahan, terutama pada
Apabila dicurigai adanya perdarahan wajah dan ekstremitas, jarang yang
internal, petugas harus dengan jeli dalam keadaan hipovolemia.
melakukan pemeriksaan fisik dengan sebaliknya,wajah pucat keabu - abuan
cepat dapat melakukan pemeriksaan dan kulit ekstremitas yang pucat
inspeksi, Auskultasi dan palpasi pada daerah sertadingin, merupakan tanda syok.
yang dicurigai perdarahan. Cedera pada b. Nadi
daerah yang menampung cairan darah banyak Nadi yang besar seperti arteri femoralis
atau di daerah yang bisa mengakibatkan syok, atau arteri carotis harusdiperiksa
segera lakukan stabilisasi dengan pemasangan bilateral, untuk kekuatan nadi,
spalk atau bidai dan lakukan penanganan kecepatan dan irama. Padasyok nadi
resusitasi cairan.Pneumatic anti shock akan kecil dan cepat.
garment adalah suatu alat untuk menekan
pada keadaan fraktur pelvis, namun alat ini
mahal dan sulit didapat, Sebagai gantinya Bila nadi kecil dan cepat, kulit
dapat dipakaikan gurita sekitar pelvis. pucat, dan akral dingin — syok!
Perdarahanintra-abdominal atau intra-torakal Catatan mengenai tekanan darah,
yang masif, dan tidak dapat diatasidengan Pada fase awal jangan terlalu
pemberian cairan intravena yang adekuat, percaya kepada tekanan darah
menuntutdiadakannya operasi segera untuk dalam
menghentikan perdarahan.
3. Penatalaksanaan (perbaikan volume darah)
Adapun kondisi perdarahan yang bisa Kehilangan darah sebaiknya diganti
mengakibatkan syok adalah pada daerah:
dengan darah, namun penyediaan darah
 Rongga Thoraks
memerlukan waktu, karena itu pada
 Rongga Abdomen
 Fraktur Pelvis awalnya akan diberikan cairan kristaloid 1-2
 Fraktur tulang panjang liter pada dewasa atau 20ml/kg pada anak
 perdarahan retro-peritoneal karena yang sudah dihangatkan untuk mengatasi
robekan vena kava/aorta syok hemoragik melalui 2 jalurdengan
atauperdarahan massif dari ginjal. jarum intravena yang besar diguyur. Saat
Pada face pra-RS biasanya tidak pemasangan intravena sekalian lakukan
banyak yang dapat dilakukan. PASG ( pengambilan sample darah untuk cross
Pneumatic Anti Shock Garment) dan gurita
macthing, mengecek golongan darah dan tes
dapat dipakai untuk mengontrol perdarahan
pelvis dan ekstremitas inferior, tetapi alat ini kehamilan pada penderita wanita dalam
tidak boleh mengganggu pemasangan infus. masa subur serta lakukan pemeriksaan
analisa gas darah untuk mengetahui derajat
2. Pengenalan Syok shock.
Identifikasi, kontrol perdarahan dan
resusitasi cairan merupakan langkah krusial

MedStar Page
Lakukan evaluasi pemberian resusitasi penderita.Penurunan
cairan dengan menilai kembali tanda-tanda
shock dan nilai tekanan darah, bila tidak
efektif, maka lakukan kolaborasi pemberian
transfusi darah. Kemungkinan pasca
evaluasi resusitasi cairan adalah:
a. Respon baik: setelah diguyur, tetesan
diperlahan, tanda-tanda perfusi
baik(kulit menjadi hangat, nadi
menjadi besar dan melambat, tensi naik
dsb). Inipertanda perdarahan sudah
berhenti.
b. Respon sementara: setelah tetesan
dipelankan, ternyata penderita
masuksyok lagi. Ini mungkin
disebabkan: resusitasi cairan masih
kurang, atau perdarahan berlanjut.
c. Respon tidak ada: Apabila sama sekali
tidak ada respon terhadap pemberian
cairan, maka harus dipikirkan perdarahan
yang hebat atausyok non-hemoragik(
paling sering kardiogenik).

Disability
Perdarahan intra-kranial dapat
menyebabkan kematian dengan sangat cepat
(the patient who talks and dies), sehingga
diperlukan evaluasi keadaan neurologis secara
cepat.Setelah Airway, Breathing, and
Circulation pemeriksaan status neurologi harus
dilakukan yang meliputi:Tingkat kesadaran
dengan menggunakan Glasgow Coma Scale
(GCS). Penilaian tanda lateralisasi: Pupil
(ukuran, simetris dan reaksi terhadap cahaya),
kekuatan tonus otot (motorik)
1. Glasgow Coma Scale (GCS)
merupakan skala yang penting untuk
evaluasi pengelolaan jangka pendek dan
panjang penderita trauma. GCS adalah
sistem skoring yang sederhana dan dapat
meramal kesudahan (outcome) penderita.
Penurunan kesadaran dapatdisebabkan
penurunan oksigenasi atau/dan penurunan
perfusi ke otak,atau disebabkan perlukaan
pada otak sendiri. Perubahan kesadaran
akan dapat mengganggu mengganggu
airway Berta breathing yang seharusnya
sudah diatasi terlebih dahulu. Jangan lupa
bahwa alkohol dan obat-obatan dapat
mengganggu tingkat kesadaran
MedStar Page
tingkat GCS yang lebih dari bundar dan bereaksi normal terhadap
satu (2 atau lebih) harus sangat cahaya. Dan salah satu keadaan pupil yg
diwaspadai. tidak normal yakni Pupil yang tidak sama
besar (anisokor), kemungkinan
menandakan

Kategori Respon Nilai


Respon
Spontan 4
Respon Perintah verbal 3
Buka Nyeri 2
Mata Tidak ada respon 1
Mengikuti perintah 6
Mengetahui letak 5
nyeri
Respon Flexi terhadap nyeri 4
Motorik Fleksi abnormal 3
(dekortikasi)
Ekstensi (deserebrasi) 2
Tidak ada respon 1
Orientasi baik dan 5
bicara
Disorientasi dan 4
berbicara
Respon
Kata-kata yang tidak 3
Verbal
tepat
Suara yang tidak 2
berarti
Tidak ada respon 1

“Ingat, pemberian oksigen,


ventilasi, perfusi, obat,
alchohol dan hipoglikemia
dapat mempengaruhi
tingkat kesadaran”

2. Pemeriksaan pupil
Pemeriksaan pupil
berperan dalam evaluasi
fungsi cerebral pada tahap
ini. Keadaan pupil yang
normal digambarkan dalam
PEARL (Pupils Equal and
Round Reactive to Light),
yaitu pupil harus simetris,
MedStar Page
adanya suatu lesi masa intra-kranial  Pada saat RT (Rectal Touche) posisi
(perdarahan),Tapi perlu diingat bahwa lesi prostat melayang/ tidak teraba/ high
biasanya (tidak selalu) akanterjadi pada sisi riding
pupil yang melebar.  Fraktur pelvis
Buang urin residu pemasangan urin pertama
Eksposure kali, dan mulai tampung urin berikutnya
untuk evaluasi urin output.
Eksposisi dan perlindungan terhadap Gastric Tube/Kateter Lambung
lingkungan adalah hal yang harus diperhatikan Pemasangan gastric tube dapat melalui
dalam tahapan eksposure. Petugas tidak bisa mulut (Orogastric Tube/ OGT) atau hidung
melihat secara detail jika penderita masih (NasoGastric Tube/ NGT). Indikasi
berpakaian lengkap. Untuk proses penilaian, pemasangan gastric Tube adalah sebagai
pakaian penderita perlu dibuka. Tindakan ini berikut:
terhadap penderita trauma adalah penting untuk 1. Mengurangi distensi lambung
menentukan semua cidera atauevaluasi kelainan 2. Mencegah aspirasi, Isi lambung yang
secara cepatagar tidak melewatkan memeriksa pekat akan mengakibatkan NGT tidak
seluruh bagian tubuh terlebih yang tidak terlihat berfungsi.
secara sepintas, karena luka dapat luput dari 3. Mempermudah pemberian obat dan
pemeriksaan karena darah dapat terserap oleh makanan
kain. Jika seluruh tubuh telah diperiksa, 4. Mengetahui adanya hemoragic pada
penderita harus ditutup untuk mencegah gastrointestinal bagian atas
terjadinya hipotermi. Kontrainidikasi NGT (Naso Gastric Tube)
Walaupun penting untuk membuka pakaian adalah untuk pasien yang mengalami trauma
penderita trauma untuk melakukan penilaian di wajah, fraktur basis cranii (fraktur
yang efektif, namun hipotermia tidak boleh cribiformis/lamina kribrosa patah) atau
dilupakan dalam pengelolaan penderita diduga ada obstruksi yang terlihat (fraktur os
trauma. Eksposisi (buka pakaian) hanya yang nasal, polips), berikut Tanda-tanda fraktur
diperlukan saja jika berada di luar unit. Setelah tersebut:
berada di dalam unit yang hangat sempurnakan 1. Racoon eyes (Braille Hematom)
pemeriksaan dan tutup kembali tubuh 2. Perdarahan dari hidung (Rhinorhea)
penderita sesegera mungkin. Apabila pada 3. Perdarahan dari telinga (Othorhea)
primary survey dicurigai ada perdarahan 4. Echymosis/kemerahan dibelakang
daribelakang tubuh maka dilakukan “logroll” telinga (Battle Sign)
untuk mengetahui sumber perdarahan atau ada 5. Fraktur nasal
kemungkinan luka/jejas. Pada kondisi tersebut direkomendasikan
pemasangan selang lewat mulut (orogastric
Tambahan Pada Primary Survey tube) untuk mencegah masuknya NGT ke
Folley Catheter dalam rongga intrakranial.
Fungsi pemasangan folley catheter adalah
untuk evaluasi cairan yang masuk. Input Pertimbangakan Kebutuhan Rujukan
cairan harus dievaluasi dari hasil output Selalu lakukan re-evaluasi pada setiap tahapan
cairan urin. Output urin normal: primary surveydan Nilai adanya pertimbangan
 Dewasa : 0,5 cc/kg BB/ jam kebutuhan rujukan (ke ruang ICU/ICCU/OK/RS
 Anak : 1 cc/kg BB/ jam lain)
Bayi : 2 cc/kg BB/ jam
Pemasangan foley catheter sebaiknya SECONDARY SURVEY
harus Tahapan Survey sekunder dilakukan setelah
memperhatikan kontra indikasi sebelum melakukan primary survey (ABCDE) selesai
dilakukan pemasangan kateter. Adapun dilakukan dan telah terbukti adanya peningkatan
kontra indikasi pemasangan folley catheter vital sign atau keadaan penddderita sudah
adalah sebagai berikut: stabil,pemeriksaan ini dilakukan dengan teliti
 Ruptur uretra (Adanya hematom scrotum dari Ujung rambut sampai Ujung kaki, dari
pada pria, ekimosis pada perineum, depan sampai belakang dan setiaplubang
Perdarahanlubang uretra bagian luar dimasukkan jari (tube finger in every orifice).
(OUE/Orifisium Uretra Externa) Sedikit mengenai pengertian stabil: penderita
stabil berarti bahwa keadaan penderita sudah
tidak menurun. Mungkin masih ada tanda syok,
MedStar Page
namun tidak bertambah berat. Ini berbeda tidak, pupil mengenai isokor serta refleks
dengan keadaan normal, dimana penderita
kembali ke keadaan normal. adapun
pemeriksaannya sebagai berikut:
Anamnesa
Anamnesis harus lengkap karena akan
memberikan gambaranmengenai cedera yang
mungkin diderita. Beberapa contoh:
1. Tabrakan frontal seorang pengemudi
mobil tanpa sabuk pengaman:cedera
wajah, maksilo fasial, servikal,
toraks, abdomen dan tungkaibawah.
2. Jatuh dari pohon setinggi 6 meter:
perdarahan intra-kranial,fraktur
servikal atau vertebra lain, fraktur
ekstremitas.
3. Terbakar dalam ruangan tertutup:
cedera inhalasi dan keracunan CO2

KOMPAK
K: Keluhan saat ini
O: Obat yang sedang dikonsumsi
M: Makanan terakhir
(Jenis & waktu terakhir makan)
P: Penyakit
A: Alergi
K: Kejadian

Head To Toe Examination


Pada saat melakukan pemeriksaan
fisik perhatikan:
B = bentuk
T = tumor
L = luka
S = sakit
kelainan bentuk, tumor, luka, sakit pada saat
inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi
pada seluruh pemeriksaan area tubuh (head
to toe examination) :
 Kepala
Pemeriksaan secara visual bertujuan
untuk mencari perdarahan, abrasi, laserasi,
kontusio, asimetris tulang, wajah dan
kepala. Pemeriksaan secara palpasi
bertujuan untuk mengenali adanya
krepitasi, deviasi, depresi pada kepala dan
wajah.
Ingat prinsip “look— listen — feel”
Apabila cedera sekitar mata janganlalai
memeriksamata, karena pembengkakan di
mata akanmenyebabkan pemeriksaan mata
menjadi sulit.
Mata: periksa cornea ada cedera atau

MedStar Page
cahaya, acies visus dan acies jantung juga.
campus serta jika penderita Perkusi untuk mengetahui adanya
memakai lepas kontak bunyi hipersonor/dullnes serta palpasi
lensa/soft lens segera lepaskan dilakukan mulai dari klavikula, tulang iga
sebelum terjadi edema. hingga sternum. Jika hasil pemeriksaan
Maksilofasial: periksa inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi
seluruh tulang wajah dari didapati kelainan seperti diatas lakukan
periorbita, os nasal, penanganan sesuai dengan masalah yang
zygomaticum hingga ditemukan.
mandibular. Penderita dengan  Abdomen
fraktur midface beresiko Periksa pada keempat kuadran
terjadinya fraktur cribiformis abdomen untuk mengetahui adanya
yang merupakan kontra indikasi perdarahan dalam.Cedera intra-abdomen
pemasangan NGT/NPA. kadang-kadang luput terdiagnosis,
 Vertebra servikalis dan Leher misalnya pada keadaan cedera kepala
Penderita dengan fraktur dengan penurunan kesadaran, fraktur
maksilofasial dan cedera vertebradengan kelumpuhan (penderita
kepala harus diasumsikan
mengalami cedera
servikal-spinal.
Pertahankan imobilisasi
sampai hasil
rontgen menyatakan tidak ada
fraktur servikal-spinal.
Periksa
leher
meliputi inspeksi
hematoma, palpasi luka atau
edema dan auskultasi adanya
arterial bruit.
Pada daerah leher terdapat
arteri besar dan tulang servikal.
Periksalah dengan seksama dan
hati-hati menggunakan teknik
logroll terutama pada pasien
yang dicurigai mengalami
fraktur tulang leher, kesalahan
pada pemeriksaan servikal
dapat menyebabkan kematian
dan kecacatan.
 Thorax
Inspeksi dada anterior dan
posterior untuk lihat adanya
jejas tambahan, open
pneumothorax dan flail chest.
inspeksi adanya distensi vena
jugularis mrnunjukan
kemungkinan terjadi tension
pneumothorax atau tanponade
jantung.
Auskultasi dinding dada
anterior untuk mengetahui
pneumothorax dan bagian
posterior untuk menilai
hemthorax. Bunyi jantung
menjauh dan nadi lemah dapat
mengidentifikasikan tanponade

MedStar Page
tidak sadar akan nyeri perutnya dangejala jantung. PEA mengidentifikasikan terjadinya
defans otot dan nyeri tekan/lepas tidak tanponade jantung/ hipovolemia, sedangkan
ada). inspeksi abdomen bagian depan dan bradikardi menandakan gangguan hantaran
belakang untuk adanya trauma tajam, kelistrikan dan munculnya prematur beat
tumpul, dan adanya perdarahan menunjukan kemungkinan terjadinya
internal.Auskultasi bising usus, perkusi hipoksia/hiperfusi.
abdomen untuk mendapatkannyeri lepas Vital Sign
(ringan).Palpasi abdomen untuk nyeri Periksa kembali tanda-tanda vital sebagai
tekan, defans muskuler, nyeri lepas data untuk mengetahui status pernapasan dan
yangjelas, atau uterus yang hamil.
Bila ragu-ragu akan adanya sirkulasi, yakni: Tekanan Darah, Nadi,
perdarahan intraabdominal Pernapasan, Suhu, dan SPO2
dapatdilakukan Tambahan pada Secondary Survey
pemeriksaan DPL (diagnostic peritoneal Pertimbangkan perlunya diadakan
lovage), ataupunUSG (ultra- pemeriksaan tambahan: seperti foto tambahan
sonography).Ingat bahwa pada perforasi (x-ray spinal dan ekstermitas), CT Scan, USG,
organ ber-lumen misalnya usus halusgejala
endoskopi, dsb.
mungkin tidak akan nampak dengan
segera, karena itumemerlukan re-evaluasi
berulang-kali.
 Pelvis Analisa Gas Darah
Usahakan hanya sekali pemeriksaan Pemeriksaan ini sangat penting untuk menilai
pada pelvis untuk mengurangi cedera lebih pernapasan penderita yang adekuat. AGD dapat
lanjut, jika dicurigai adalah perlukaan atau menunjukan informasi asam basa. Pada
fraktur pelvis (amati adakah suara krepitasi penderita trauma, PH yang rendah & basa yang
sebagai salah satu tanda fraktur pelvis, rasa tinggi dapatmengindikasikan terjadinya shock.
nyeri saat palpasi lingkar pelvis) dan Pemeriksaan Diagnostik Lainnya
identifikasi tanda lain dari fraktur pelvis Pemeriksaan penunjang sesuai dengan
yakni adanya ekimosis pada iliac, pubis, kondisi penderita, contoh pada penderita trauma
labia atau scrotum, apabila ditemukan tumpul, lakukan pemeriksaan x-ray thorax dan
tanda-tanda fraktur pelvis segera pasang AP pelvis dan lateral daerah servikal. Rontgen
PASG / gurita untuk kontrol perdarahan thorax dapat menunjukan kemungkinan cedera
dari fraktur pelvis. yang potensial mengancam nyawa, sedangkan
 Ekstremitas rontgen pelvis dapat menunjukan fraktur pelvis
Periksa adanya deformitas, luka sehingga dapat diindikasikan transfusi darah.
terbuka, perdarahan, dan kontusio pada Focused Assesment with sonografy for
bagian depan dan belakang ekstremitas. trauma (FAST), extended focused assesment
Lakukan pemasangan bidai jika dicurigai with sonograpy for trauma (e-FAST), dan
adanya fraktur pada ekstremitas. diagnostic peritoneal lavage (DPL) sangat
Kemudian Periksa PMS (Pulsasi Motorik bermanfaat dalam mendeteksi adanya
dan Sensorik) semua ekstremitas dan perdarahan intraabdomen, pneumothorax, dan
tanda- tanda sindrom kompartemen. hemathorax.
 System neurologis
Re-evaluasi Kesadaran dengan GCS
dan lateralisasi pupil, bila terjadi
perburukan tingkat kesadaran, lakukanlah
penilaian ulang terhadap oksigenasi dan
perfusi jaringan ke otak.
Heart Monitor / ECG Monitor
Monitoring sangat penting dilakukan
untuk seluruh penderita multiple trauma, atau
usia penderita diatas 40 tahunatau pada
penderitayang tersengat arus listrik ataupun
dipasang untuk penderita yang memiliki
riwayat penyakit jantung seperti takikardi,
atrial fibrilasi, perubahan segmen ST bisa
menandakan adanya trauma tumpul pada

MedStar Page
STANDART OPERASIONAL PROSE
Initial Assesment Management
RE-EVALUASI No Tindakan Teknik
Persiapan
Penderita trauma harus selalu dilakukan re- Penggalian informasi mengenai korban, bio
evaluasi secara berkala. Penilaian ulang 1 Danger/Standart Proteksi diri (Menggunakan APD)
Precaution
penderita dengan mencatat, melaporkan Perhatikan posisi korban dan lingku
setiapperubahan pada kondisi penderita dan membahayakan korban/penolong
respon. Monitorig
berkelanjutan terhadap ABCDE, dari tanda vital Pastikan korban berbaring dipermukaan yan
sign, SPO2, dan urin output. Tepuk bahu korban dan panggil: “pak... a
RUJUK 2 Chek Response yang terjadi
 Ada respon verbal/motorik: lakukan ta
Rujuk pasien di pertimbangkan sesuai  Tidak berespon: lakukan tatalaksana B
dengan tingkat keparahan, fasilitas Rumah Sakit 3 Call for help Bila ada kebutuhan sumber daya dan perala
dari segi SDM maupun Peralatan berkelanjutan Primary Survey
(definitife care), Bila kebutuhan intervensi Bila biomekanik trauma mendukung, laku
terhadap penderita melebihi ketersediaan, maka cara manual atau pasang neck collar bila su
proses rujukan harus segera dijalankan. dalam Pasang LSB dengan teknik logroll dan
pasan
merujuk pasien yang perlu diperhatikan servikal-spinal
Nilai adanya obstruksi jalan napas denga
sebaiknya menginformasikan seluruh informasi tambahan, lakukan tindakan berdasarkan ha
dan tindakan yang sudah dilakukan dengan teliti Airways dan  Snoring: manual: trauma: chin lift/jaw
tanpa ada yang tertinggal. 4 kontrol servikal- Dilakukan sementara sebelum alat ters
spinal Dengan alat: OPA (tanpa gangguan re
 Gurgling: lakukan logroll, bila alat suc
 Crowing: definitife airways
Perhatikan indikasi/kontra indikasi dari mas
dengan GCS <8 menjadi salah satu indik
kegagalan intubasi/kesulitan intubasi menj
needle cryco-thyroidotomy
Nilai kondisi umum pernapasan korban, hi
SPO2 menggunakan pulse oxymetri.
Bila SPO2 <95% berikan terapi oksigen ses
Evaluasi efektifitas pemberian terapi oksig
lain pada gangguan pernapasan dengan
pem
Perkusi dan Palpasi)
5 Breathing dan
Lakukan intervensi berdasarkan gangguan p
kontrol ventilasi  Tension pneumothorax: needle dekom
 Open pneumothorax: occlusive dressin
 Hemathorax: pemberian oksigenasi
 Flail chest: posisi nyaman serta p
analgetik
 Tanponade jantung:
perikardiosintesis Identifikasi sumber
perdarahan
Hentikan perdarahan dengan 3T:
MedStar Emergency  Tutup dan tekan
Page area luka (direct presu
 Kemudian Bidai
Nilai adanya tanda syok:
 Warna kulit pucat/sianosis (terutama p
 Penurunan kesadaran
Penilaian status Periksa lateralisasi pupil (ukuran, kesimetrisan (isokor/anisokor) & reflek
neurologis cahaya
Kaji luka tersembunyi bagian depan dan bagian belakang korban dengan tehnik
Exposure dan Log roll
8 Lepaskan Pakaian korban
cegah hipotermi
Selimuti korban untuk mencegah hipotermi
Tambahan pada Primary survey
Pasang folley catheter
Lakukan pengechekan kontra indikasi sebelum pemasangan folley catheter
 Ruptur uretra (Adanya hematom scrotum pada pria, ekimosis pada
perineum, Perdarahan lubang uretra bagian luar (OUE/Orifisium Uretra
Externa)
 Pada saat RT (Rectal Touche) posisi prostat melayang/ tidak teraba/ high
9 Folley catheter riding
 Fraktur pelvis
Buang urin pertama (urin residu), kemudian mulai tampung urin berikutnya,
urin output normal:
 Dewasa : 0,5 cc/kg BB/ jam
 Anak : 1 cc/kg BB/ jam
 Bayi : 2 cc/kg BB/ jam
Pasang gastric tube
Indikasi pemasangan gastric Tube adalah sebagai berikut:
 Mengurangi distensi lambung
 Mencegah aspirasi, Isi lambung yang pekat akan mengakibatkan NGT
tidak berfungsi.
 Mempermudah pemberian obat dan makanan
 Mengetahui adanya hemoragic pada gastrointestinal bagian atas
Lakukan pengechekan kontra indikasi sebelum pemasangan NGT, kontra
indikasi pemasangan NGT adalah untuk korban yang mengalami trauma di
10 Gastric tube wajah, fraktur basis cranii (fraktur cribiformis/lamina kribrosa patah) atau
diduga ada obstruksi yang terlihat (fraktur os nasal, polips), berikut Tanda-
tandanya:
- Racoon eyes (Braille Hematom)
- Perdarahan dari hidung (Rhinorhea)
- Perdarahan dari telinga (Othorhea)
- Echymosis/kemerahan dibelakang telinga (Battle Sign)
- Fraktur nasal
Pada kondisi tersebut direkomendasikan pemasangan selang lewat mulut
(orogastric tube) untuk mencegah masuknya NGT ke dalam rongga intrakranial.
Pertimbangkan kebutuhan rujuk
Nilai adanya kebutuhan rujukan (ke ruang ICU/ICCU/OK/RS lain)
Komunikasikan mengenai seluruh informasi dan tindakan yang sudah dilakukan dengan teliti tanpa
ada yang tertinggal.

MedStar Page
Secondary survey
Anamnesa dengan metode KOMPAK:
K: keluhan saat ini
O: obat yang dikonsumsi
11 Anamnesa M: makan terakhir
P: Penyakit yang diderita
A: alergi
K: Kejadian
Pada saat melakukan pemeriksaan fisik perhatikan:
B = bentuk
T = tumor
L = luka
S = sakit
Pemeriksaan meliputi:
Pemeriksaan
12 - Thorax
Head To Toe
- Vertebra servikalis dan Leher
- Kepala
- Abdomen
- System neurologis
- Ekstremitas
- Pelvis
Pasang Monitor dan periksa vital sign (TD, N, RR, S, & SPO2)
Monitor irama EKG
- Takikardi/ atrial fibrilasi/ perubahan segment ST: indikasi adanya trauma
Heart Monitor
13 tumpul pda jantung
dan Vital sign
- PEA: indikasi terjadinya tanponade jantung/ syok hipovolemi
- Bradikardi/gangguan hantaran kelistrikan:
- kemungkinan terjadi hipoxia dan hiperfusi
Tambahan pada secondary survey
Kolaborasi pemeriksaan penunjang sesuai dengan kondisi korban
- x-ray spinal dan ekstermitas
Pemeriksaan - CT Scan
14 diagnostik - USG
spesifik - endoskopi, dsb.
- Cek Analysis Blood Gas (ABG) & Capnoghraphy

Re-evaluasi
Re-evaluasi ABCDE
Kolaborasi untuk medikasi lebih lanjut
Rujuk
Persiapan rujukan:
- tempat rujuk harus sudah siap
- informasikan mengenai identitas korban, riwayat kejadian, keadaan umum, vital sign dan tindakan
yang sudah dilakukan

MedStar Page
BAB IXTriage

berpengalaman mengaktifkan sistem dengan


TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM menganalisa kebutuhan bantuan medis yang
Peserta dapat mengetahui, mengidentifikasi, diperlukan. Penggunaan alat pelindung diri
dan melakukan triage. harus dilakukan oleh petugas dan kelengkapan
alat medis. Pastikan orang umum atau yang
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS tidak perlu berada di area lokasi kejadian harus
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta di- diamankan untuk keselamatan dan
harapkan mampu untuk : mempermudah penanganan.
1. Mengetahui tentang triage.
2. Memahami tentang prosedur dan pene- A. TRIAGE DI RS
rapan triage. Suatu proses yang mana pasien
3. Melaksanakan triage. digolongkan menurut tipe dan tingkat
PENDAHULUAN kegawatan kondisinya, juga untuk
menguraikan perbedaan sistem klasifikasi pre-
Triage adalah penilaian, pemilahan, dan
hospital dan hospital, maupun menguraikan
pengelompokan pasien yang akan
skala kategori keakutan pasien/Patient Acuity
mendapatkan penanganan medis dan evakuasi
Category Scale (PACS).
pada kondisi kejadian masal atau bencana.
1. Klasifikasi Triage
Penanganan medis yang diberikan Berdasarkan pada pengetahuan, data
berdasarkan prioritas sesuai dengan keadaan yang tersedia, dan situasi yang
pasien. Triage di bagi menjadi 2 (dua) yaitu berlangsung. Dengan sistem klasifikasi
Triage di Rumah Sakit dan Bencana. menggunakan nomor, huruf, tanda.
2. Sistem Triage
TUJUAN TRIAGE  Non-Disaster
Untuk menyediakan perawatan
Tujuan triage adalah untuk memudahkan
sebaik mungkin bagi setiap individu
penolong memberikan pertolongan dalam
pasien
kondisi pasien masal atau bencana dan
diharapkan banyak pasien yang memiliki  Disaster
kesempatan untuk bertahan hidup. Untuk menyediakan perawatan yang
lebih efektif untuk pasien dalam
Kejadian yang mengakibatkan pasien jumlah banyak
dua atau lebih harus dilakukan triage dalam 3. Type Triage
melakukan pertolongan dengan melihat a. Type 1 : Traffic Director or Non-
kondisi pasien dan berdasarkan prioritas yang Nurse Triage (Porter)
disesuaikan dengan jumlah penolong. Untuk  Hampir sebagian besar
kasus yang biasa tingkat "urgency" harus berdsarkan sistem triage
selalu diperhatikan. Pada kasus bencana  Dilakukan oleh petugas yang tak
dengan pasien yang banyak ada dua factor berijasah
yang harus diperhatikan dalam menentukan  Pengkajian minimal terbatas
prioritas, yaitu : urgency dan potensial untuk pada keluhan utama dan
bertahan. seberapa sakitnya.
 Tidak ada dokumentasi
Triage dimulai dengan mengkaji  Tidak menggunakan protokol
lingkungan. Satu orang senior atau yang sudah
b. Type 2 : Cek Triage Cepat
 Pengkajian cepat dengan
melihat, dilakukan oleh perawat
beregistrasi atau dokter

MedStar Page
 Teramasuk riwayat kesehatan  Area Ambulatory/ruang P3
yang berhubungan dengan
keluhan utama
 Evaluasi terbatas
 Tujuan : Untuk memastikan
bahwa pasien yang lebih serius
mendapat perawatan pertama.

TRIAGE
(Merah) (Kuning)
Mengalami masalah pada
airway, breathing dan circulation Luka bakar tanpa
Syock komplikasi Multiple trauma
Perdarahan Trauma spinal
Open chest wounds Abdominal
Trauma pada injuries Eye
abdomen injuries
Pneumothoraks
Trauma kepala
(Hijau) (Hitam)
Sprains, strains, Cidera fatal
laserasi Masalah Tidak ada respon

c. Type 3 : Comprehensive Triage


 Dilakukan oleh perawat, dengan
pendidikan yang sesuai dan
berpengalaman
 4 sampai 5 kategori
 Sesuai protokol
4. Skala Kategori Triage
a. Prioritas 1 (Emergency) →
Merah
 Pasien dengan kondisi
mengancam nyawa, kolaps
kardiovaskuler dimana
memerlukan evaluasi dan
intervensi segera
 Ruang resusitasi dengan alokasi
tenaga dan peralatan maksimal
 Waktu tunggu Nol
b. Prioritas 2 (Urgent) → Kuning
 Pasien dengan penyakit yang
akut tapi tidak dalam kondisi
ancaman kolaps
 Perlu perhatian awal
 Mungkin membutuhkan trolly
 Waktu tunggu 30 menit
 Area Critical Care
c. Prioritas 3 (Non Urgent) → Hijau
 Pasien dengan masalah medis
yang minimal
 Kondisi yang timbul sudah
lama/luka lama
 Bisa jalan/butuh kursi roda

MedStar Page
d. Prioritas O (Kematian) → Hitam
 Tidak ada respon
pada segala
rangsangan 5.Perbandingan Sistem Skala Triage 5 Kategori Ber

 Tidak ada respirasi spontan


 Tidak ada aktivitas jantung

 Hilangnya respon
pupil terhadap
cahaya.

Perhatian:
1. Keakutan mengacu
pada seberapa parah
penyakit atau
cederanya
2. Protokol diperlukan
untuk penugasan
kategori keakutan
3. Kategori mungkin
dapat berubah
berdasarkan
perubahan dalam
kondisi pasien

MedStar Page
UPTRIAGE
ketika ragu :
CATS ESI ATS MANCHESTER
Hindari
Downtriage.
Kategori Resusitasi Level 1 Resusitasi Langsung (Merah)
Gawat Darurat Level 2 Gawat Darurat Gawat Darurat
(Merah)
Darurat Level 3 Darurat Darurat (Kuning)
Biasa Level 4 Biasa Standart (Hijau)
Tidak Gawat Level 5 Tidak Gawat Biasa (Biru)

Waktu Resusitasi: Level 1 : Resusitasi : Langsung : 0 menit


Perawatan Segera / Segera Segera/langsung
Langsung
Gawat Darurat : Level 2 : Gawat Darurat : Gawat Darurat : 10
< 15 mnt < 15 mnt < 15 mnt menit
Darurat : < 30 Level 3 : Darurat : < 30 Darurat : 60 menit
mnt < 60 mnt mnt
Biasa : < 60 mnt Level 4 : Biasa : < 60 mnt Standart : 120 menit
bisa
ditunda
Tidak Gawat : < Level 5 : Tidak Gawat : Biasa : 240 menit
120 mnt Bisa < 120 mnt
ditunda

B. TRIAGE IN DISASTER (BENCANA) 2. Intermediate priority: yellow/kuning


Bencana adalah peristiwa yang terjadi Kondisi pasien tidak kritis dan memiliki
secara mendadak atau tidak terencana atau prioritas kedua setelah pasien dengan
secara perlahan tetapi berlanjut, baik yang warna hijau.
disebabkan oleh alam maupun manusia, 3. Low priority: red/merah
yang dapat menimbulkan dampak Pasien mengalami kondisi kritis
kehidupan normal atau kerusakan sehingga memerlukan penanganan yang
ekosistem, sehingga diperlukan tindakan lebih kompleks dan membutuhkan waktu
darurat dan luar biasa untuk menolong yang cukup lama untuk usaha
menyelamatkan manusia beserta penyelamatan.
lingkungannya Prioritas yang diberikan 4. Lowest priority: black/hitam
adalah: Pasien yang sudah tidak dapat bertahan
1. High priority green/hijau lagi dengan keadaan yang fatal atau
Penanganan kepada pasien yang sudah meninggal.
memiliki kemungkinan hidup lebih C. PROSEDUR TRIAGE BENCANA
besar. Pasien tidak mengalami cidera
yang serius sehingga dapat dibebaskan Terjadinya bencana dapat disebabkan
dari TKP agar tidak bertambah pasien beberapa faktor, diantaranya karena alam
yang lebih banyak. Pasien yang (gempa bumi, banjir, tanah longsor, angina
memiliki peluang hidup lebih banyak puting beliung, angin tornado,gunung
harus diselamatkan terlebih dahulu. meletus), teknologi (kecelakaan kerja,
keracunan, kecelakaan alat transportasi,
gedung runtuh, kebakaran), dan konflik
(perang, terorisme, tawuran/perkelahian).
Dalam keadaan bencana tidak semua

MedStar Page
orang dapat memasuki area/lokasi bencana. berikut
Maka dari itu ada pembagian area di lokasi 4. Langkah 3 : Mental Status
bencana yang dialokasikan untuk orang- a. Berikan perintah sederhana kepada
orang tertentu. Pemilahan pasien yang pnderita, jika dapat mengikuti:
dilakukan di luar UGD rumah sakit ketika Kuning
mengalami suatu bencana (seperti bencana b. Bila tidak dapat mengikuti perintah:
alam, kecelakaan bus/ mobil, kebakaran Merah Tindakan yang harus cepat
gedung, born, keracunan, dan lain-lain). dilakukan:
Triage dilakukan dengan system  Buka jalan napas, bebaskan
START (Simple Triage and Rapid benda asing atau darah
Treatment) yaitu memilah pasien (obstruksi jalan napas)
berdasarkan pengkajian awal terhadap  Berikan napas buatan segera
pasien dengan menilai airway, jika pasien tidak bernapas
breathingdancirculation.
 Balut tekan dan tinggikan jika
1. Penolong pertama melakukan penilaian
ada luka terbuka/ perdarahan
cepat tanpa menggunakan alat atau
melakukan tindakan rnedis.
Setelah melakukan langkah 1- 3 dan
2. Panggil pasien yang dapat berjalan dan
memberikan tanda/kartu kepada pasien, lekas
kumpulkan di area pengumpulan/
untuk menuju ke pasien lain yang belum
collecting area.
dilakukan triage. Triage selalu dievaluasi
3. Nilai pasien yang tidak dapat berjalan,
untuk menghindari kemungkinan terjadi
mulai dari posisi yang terdekat dengan
kesalahan pada waktu triage.
penolong.
Setiap penolong harus mengerti dan
memahami konsep triage dengan
menggunakan cara START, karena cara ini
sangatlah bagus dan efektif serta mudah untuk
diterapkan. Agar penolong terampil dan
cekatan dalam triage harus sering dilakukan
simulasi bencana (disasterdrill), sehingga
dapat menambah kemampuan dan
keterampilan penolong.
Triage dilakukan dalam kondisi dimana
pasien lebih dari satu, sedangkan untuk jumlah
petugas terbatas. Hal termudah dalam
membantu pasien adalah dengan dilakukannya
START, penilaian pasien sangat cepat
D. LANGKAH-LANGKAH TRIAGE terutama dalam kondisi bencana.
DIBENCANA Sistem penanganan pada saat bencana
tidak semua orang dapat menjadi pengatur
1. Langkah 1 : Airway (Jalan Nafas)
atau bergerak sesuai dengan bagiannya.
a. Tidak bernapas, buka jalan napas,
Semua harus berkoordinasi dan terkoordinasi
jika kembali bernafas : Merah, jika
dalam suatu sistem yang dapat diterapkan
tetap tidak bernapas: Hitam
2. Langkah 1: Respiration (breathing) untuk kelancaran penanganan bencana. Dalam
hal ini terutama pemerintah harus memahami
a. Pernapasan > 30 kali/menit atau <
konsep penanganan bencana. Pimpinan atau
10 kali/menit: Merah
pemegang komando pada saat bencana adalah
b. Pernapasan 10 - 30/ menit: tahap
pemerintahsetempat atau pihak kepolisian,
berikut
sebagai contoh jikabencana terjadi di daerah
3. Langkah 2 : Cek perfusi (radial
kabupaten, maka sebagai pimpinan adalah
pulse) atau Capillary Refill Test
bupati setempat, atau jika terjadi di tingkat
(kuku atau bibir kebiruan)
a. Bila > 2 detik: Merah propinsi maka gubernur yang menjadi
b. Bila < 2 detik: tahap berikut pimpinan, dan jika terjadi mencapai tingkat
nasional maka sebagai pimpinan adalah
c. Bila pencahayaan kurang, cek nadi
pimpinan negara/presiden.
radialis, bila tidak teraba/lemah:
Merah Setiap pemerintah daerah telah memiliki
d. Bila nadi radialis teraba: tahap standar atau satuan pelaksana penanggulangan

MedStar Page
bencana, ini dapat diterapkan oleh
pemerintah

MedStar Page
setempat. Untuk lebih menguasai dan
memahami secara teknis harus diadakan
latihan simulasi penanganan bencana secara
rutin.
Hal yang harus diperhatikan pada saat
penanganan bencana dan seorang
pemimpinharus peka adalah tentang struktur
komando, operasional, logistik, perencanaan
dan keuangan. Hal di atas sangat mendukung
dan harus memiliki konsep yang bagus
sehingga tidak ada yang dilalaikan dalam
penanganan bencana. Semua struktur tersebut
harus memiliki penanggungjawab dari bagian
masing-masing, sehingga ada pembagian tugas
yang sesuai dengan fungsinya. Maka dari itu
seorang pemimpin tim kesehatan harus dapat
menganalisa tingkat kebutuhan bantuan dengan
mengamati dan Melaporkan jumlah pasien,
jumlah ambulans yang dibutuhkan, jumlah
petugas medis yang harus ada (dokter perawat,
ahli gizi, ahli sanitasi, dan lainnya), kebutuhan
petugas lain (tim rescue, pemadam kebakaran,
polisi, dan koordinasi dengan rumah sakit
setempat atau rumah sakit rujukan. Jika hal-hal
tersebut di atas sudah memiliki konsep dan
sistem yang baik, maka diharapkan koodinasi
dan kerja sama yang baik dari semua unsur
yang ada di area bencana akan tercipta,
sehingga penanganan bencana khususnya bagi
para pasien dapat mencapai tujuan yaitu
meminimalkan pasien yang ada dengan
cepatnya mendapat bantuan dari tim bantuan
bencana.
Untuk tim kesehatan, harus mempunyai
pimpinan yang sudah terlatih dan lihai dalam
penanganan bencana diharapkan hal-hal yang
akan menjadi keperluan dan dukungan
terhadap pertolongan kepada pasien dapat
diterapkan dengan baik. Hal yang harus
dipersiapkan dan sebagai antisipasi dalam
kesehatan adalah logistik dibutuhkan untuk
sistem rujukan pasien, terapi atau obat-obatan
yang akan diberikan.

BAB X
TUJ UAN INSTRUKSIONAL UMUM
Me dStar Emergency Page 108
Setelah melaksanakan pelatihan ini peserta maka dalam melakukan tugasnya menolong
mampu memahami Sistem Penanggulangan korban lebih baik, khususnya probabilitas
Gawat Darurat Terpadu di Indonesia harapan hidup korban.
Korban gawat darurat biasanya tidak
TUJUAN INSTRUKSIONAL mampu meminta pertolongan, karena
KHUSUS kondisinya sendiri pun tidak memungkinkan
Setelah menyelesaikan pelatihan ini peserta untuk itu. Misalnya apabila kesadaran korban
dapat: menurun. Sehingga diharapkan ada orang lain
1. Menjelaskan pengertian sistem yang meminta tolong kepada petugas terlatih
penanggulangan gawat darurat terpadu. atau petugas kesehatan untuk memberikan
2. Merumuskan maksud dan tujuan dari Sistem bantuan yang diperlukan sesuai kondisi
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu korban. Maka semakin cepat meminta tolong,
(SPGDT). semakin cepat pula mendapatkan pertolongan.
3. Menjelaskan fase – fase didalam Untuk itu segala upaya perlu dilakukan untuk
penanggulangan gawat darurat terpadu. dapat meminta bantuan secepatnya.
4. Menguraikan komponen – komponen yang Kematian karena trauma dapat terjadi
terlibat pada setiap.fase pelayanan gawat sesaat setelah kejadian, dalam perjalanan ke
darurat yang terpadu. rumah sakit, saat di rumah sakit atau setelah
5. Mengatur sistem penanganan pulang dari rumah sakit. American College Of
kegawatdaruratan terpadu di lingkungannya. Surgeon menguraikan distribusi kematian
6. Melaksanakan simulasi sistem penanganan akibat trauma yang dikenal dengan Trimodal
kegawat daruratan terpadu dalam kehidupan Death Distribution yang terbagi dalam
sehari-hari. beberapa puncak kematian akibat trauma
A. PENDAHULUAN sebagai berikut:
Keberhasilan penanggulangan korban 1. Puncak Pertama
gawat darurat tergantung pada beberapa kondisi, 50% kematian akibat trauma terjadi
yaitu: kecepatan ditemukan, kecepatan respon beberapa detik atau beberapa menit setelah
tenaga kesehatan, kemampuan dan kualitas kejadian. Kematian dini umumnya karena
tenaga kesehatan dan kecepatan minta tolong. laserasi otak, batang otak, spinal cord
Semakin cepat korban ditemukan, semakin cepat level tinggi, jantung aorta, dan pembuluh
pula korban dapat diselamatkan. Namun bukan darah besar lainnya (hanya sedikit dari
berarti tanpa halangan. Misalnya, korban gawat kelompok pasien ini dapat diselamatkan).
darurat di lokasi yang sangat sulit dijangkau Akibat beratnya cedera, hanya sedikit dari
membutuhkan teknik cara yang lebih baik dalam kelompok ini. Keberhasilan
menemukan mereka. Pertimbangan bila penanggulangan kelompok ini hanya dapat
kecelakaan terjadi di daerah yang sulit, mungkin ditemui di daerah perkotaan tertentu yang
perlu dilakukan penyisiran secara foto satelit. memiliki sarana pra rumah sakit dan
Kecepatan respon tenaga kesehatan baik yang transportasi yang cepat dan baik.
ada di rumah sakit, di ambulance, atau di 2. Puncak Kedua
komunitas menjadi sangat penting dalam 35% kematian terjadi dalam 1-2 jam
memperbesar harapan hidup bagi korban dengan setelah trauma. Periode waktu ini dikenal
kondisi kegawat daruratan. dengan The Golden Hour. Kematian
Kemampuan dan kualitas tenaga disebabkan oleh trauma kepala berat
kesehatan akan sangat menentukan probabilitas (Hematoma subdural atau extradural),
Trauma thoraks (Hematotoraks atau
Pneumothorax), trauma abdomen (ruptur
limpa atau laserasi hati), Fraktur femur
atau pelvis dengan perdarahan masif,
multifple trauma dengan perdarahan.
Pencegahan kematian harus dilakukan
secara agresif dalam periode 1-2 jam
setelah trauma dengan melakukan
penilaian dan resusitasi yang tepat dan
kualitas hidup korban setelah terjadi cepat, yang merupakan prinsip dasar dari
kecelakaan. Semakin terlatih petugas Basic Trauma Life Support (BTLS).
kesehatan dan diimbangi dengan pengetahuan 3. Puncak Ketiga
yang baik,
MedStar Page
15% kematian terjadi beberapa hari Ada 3 fase pelayanan :
atau beberapa minggu setelah kejadian. 1. Sistem pelayanan medik pra rumah sakit
Kebanyakan terjadi karena sepsis dan 2. Sistem pelayanan medik antar rumah sakit
gagal sistem organ multiple. Kualitas 3. Sistem pelayanan medik di rumah sakit.
penanggulangan pada setiap periode C. JENIS SPGDT
berdampak pada periode ini, sehingga SPGDT dibagi menjadi 2 yaitu:
orang pertama dan setiap individu yang 1. SPGDT-S (Sehari-Hari)
terlibat dalam penanggulangan pasien SPGDT-S adalah rangkaian upaya
gawat darurat trauma akan mempunyai pelayanan gawat darurat yang saling terkait
dampak langsung pada hasil akhir jangka yang dilaksanakan ditingkat Pra Rumah Sakit
panjang. Berdasarkan uraian di atas, maka – di Rumah Sakit – antar Rumah Sakit dan
diperlukan suatu system penanggulangan terjalin dalam suatu sistem. Bertujuan agar
pasien gawat darurat mulai dari tempat korban/ pasien tetap hidup. Meliputi berbagai
kejadian sampai dengan rumah sakit. rangkaian kegiatan sebagai berikut :
Sistem tersebut dikenal dengan sistem a. Sistem Pelayanan Medik Pra Rumah
penanggulangan pasien gawat darurat Sakit (Pre Hospital Phase)
secara terpadu (SPGDT). SPGDT  Diketahui adanya penderita gawat
merupakan suatu alur penanganan pasien darurat oleh masyarakat
gawat darurat yang berkesinambungan dan  Penderita gawat darurat itu
terintegrasi/terpadu dalam suatu sistem dilaporkan ke organisasi pelayanan
dengan melibatkan seluruh komponen dan penderita gawat darurat untuk
sumberdaya, sehingga pasien mendapatkan pertolongan medik.
mendapatkan pertolongan secara cepat dan
 Pertolongan di tempat kejadian oleh
tepat dari mulai tempat kejadian, di rumah
anggota masyarakat awam atau awam
sakit dan setelah keluar dari rumah sakit.
khusus (satpam, pramuka, polisi, dan
lain – lain)
B. DEFINISI SPGDT
 Pengangkutan penderita gawat darurat
SPGDT adalah merupakan suatu sistem
untuk pertolongan lanjutan dari tempat
dimana koordinasi merupakan unsur utama
kejadian ke rumah sakit (sistim
yang bersifat multi sektor dan harus ada
pelayanan ambulans)
dukungan dari berbagai profesi bersifat multi
Keberhasilan pertolongan penderita
disiplin dan multi profesi untuk
gawat darurat pada fase ini ditentukan
melaksanakan dan penyelenggaraan suatu
oleh beberapa hal, sebagai berikut :
bentuk layanan terpadu bagi penderita gawat
 Kecepatan dan ketepatan dalam
darurat baik dalam keadaan sehari hari
menemukan melakukan pertolongan
maupun dalaam keadaan bencana dan kondisi
sesaat setelah kejadian. Biasanya yang
kondisi kejadian luar biasa. Didalam
pertama kali menemukan dan melakukan
memberikan pelayanan medis SPGDT dibagi
pertolongan adalah orang awam dan
menjadi 3 sub sistem yaitu : Sistem
awam khusus disekitar tempat kejadian.
pelayanan pra rumah sakit, sistem pelayanan
di rumah sakit dan sistem pelayanan antar  Kemudahan akses meminta pertolongan
rumah sakit. Ketiga sub sistem ini tidak ke pusat komunikasi gawat darurat
terpisahkan satu sama lain yang bersifat  Kecepatan responsen time ambulans
saling terkait didalam pelaksanaan sistem. gawat darurat kelokasi kejadian dan
meneruskan pertolongan.
 Ketepatan dalam memilih rumah sakit
rujukan.
Prinsip Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu
Prinsip dari SPGDT adalah memberikan Didalam penyelengaraan sistem
pelayanan yang cepat, cermat dan tepat pelayanan pra rumah sakit harus membentuk
dimana tujuannya adalah untuk atau mendirikan pusat pelayanan yang bersifat
menyelamatkan nyawa dan mencegah umum dan bersifat emergency dimana
kecacatan (time saving is life and limb saving) bentuknya adalah suatu unit kerja yang disebut
terutama ini dilakukan sebelum dirujuk di PSC (public safety center). PSC ini
rumah sakit yang dituju. merupakan suatu unit kerja yang memberikan
pelayanan teruatama yang bersifat emergency

MedStar Page
bisamerupakan UPT Dinas Kesehatan Pengembangan visi, misi, strategi,
Kabupaten atau Kota. kebijakan dan langkah-langkah.
Dilandasi aspek time management  SDM (terdiri dari berbagai unsur,
sebagai implementasi time saving is life and yaitu unsur kesehatan (termasuk
limb saving yang mengandung unsur quick ambulance), unsur pemadam
respons dan ketepatan. Unsur kecepatan kebaran, usur kepolisian, unsur
dipenuhioleh subsistem transportasi dan linmas serta masyarakat sendiri
komunikasi, unsur ketepatan dipenuhi oleh yang bergerak dalam bidang
kemampuanmelakukan pertolongan. pertolongan bagi masyarakat)
1) Peran dirjen Pelayanan Medik Kemenkes  Teknologi.
RI terkait PSC: Pengembangan teknologi medik
 Kualitas pelayanan & fasilitas dan non medik dan penunjangnya.
pelayanan.  Pembiayaan.
 Promotif, kuratif dan rehabilitatif Public goods, public private maupun
continuum. Pencegahan primer (health private goods
promotion dan specific protection). 6) Kata kunci pembentukan PSC :
Pencegahan sekunder berupa deteksi  Save community.
dini dan pengobatan serta pembatasan  Time saving is life and limb saving.
cacat. Pencegahan tertier berupa
 Preparedness, prevention,
rehabilitasi medik maksimal.
mitigation, quick response dan
2) Kebijakan Depkes-PelayananMedik :
rehabilitation.
 Pedoman sertifikasi teknologi.
 Administrasi-manajemen, SDM,
 Pedoman penerapan dan
teknologi dan pembiayaan.
pengembangan teknologi
 Standar akreditasi sarana,
Sistem Penanggulangan Pasien Gawat
prasarana.
 Standar pendidikan dan Darurat Terpadu (SPGDT)
pendayagunaan nakes Berikut ini gambaran pelaksanaan Sistem
 Penetapan pedoman pembiayaan. Penanggulangan Pasien Gawat Darurat
3) Paradigma pelayanan medik : Terpadu :
 Pergeseran orientasi dari 1. Ketika terjadi kecelakaan atau
professional driven menjadi client kegawatdaruratan medis maka pasien
driven. akan terlebih dahulu ditemukan oleh
orang awam yang ada disekitarnya.
 Pelayanan medik terintegrasi,
2. Orang awam bertugas untuk
holistic-continuum.
mengamankan terlebih dahulu diri
 Evidence based medicine : fakta
sendiri, lingkungan dan pasien.
yang benar.
3. Setelah mengamankan lingkungan dan
 Medicine by law. Industri pasien, orang yang pertama kali
pelayanan medik mengandung menemukan pasien harus mengaktifkan
unsur ekonomi, sosial, profesional. SPGDT dengan cara meminta bantuan
Undang-undang perlindungan kepada pusat komunikasi gawat
konsumen tidak dapat diterapkan. daruratan (Dispatcher).
4) Kebijakan Depkes terkait PSC : 4. Dispatcher yang menerima panggilan harus
 Menyediakan pelayanan prima pra melakukan bimbingan pertolongan awal
RS. kepada penolong pertama. Setelah itu
 Mengusahakan geomedic dispatcher mendistribusikan informasi
mapping(sumber daya sarana dan kepada polisi, pemadam kebakaran, rescue
prasarana, lokasi permasalahan: dan ambulans gawat darurat yang terdekat
mempermudah koordinasi dan dengan lokasi kejadian.
penggerakan sumberdaya kesehatan 5. Petugas yang datang ke lokasi bertugas
dan non kesehatan). untuk melanjutkan pertolongan sebelumnya.
 Komunikasi dan transportasi. Selain itu polisi bertugas mengamankan
 Koordinasi dengan polisi/SAR, lingkungan pemadam petugas memadamkan
BNPB, BPBD api dan memeriksa potensi kebakaran,
5) Strategi bentuk-kembang PSC : rescue berfungsi untuk mengeluarkan pasien
 Administrasi dan manajemen. yang terjepit atau terperangkap.

MedStar Page
6. Petugas Ambulans Gawat Darurat bertugas  Mengamankan diri sendiri,
untuk melakukan stabilisasi pasien di lingkungan dan pasien
tempat kejadian dan membawa pasien ke  Meminta tolong ke pusat komunikasi
rumah sakit rujukan yang sudah dihubungi gawat darurat
dan ditunjuk oleh dispatcher.  Membebaskan jalan napas secara
7. Sesampainya di rumah sakit rujukan, manual.
petugas ambulans dan petugas IGD
 Memberikan napas buatan pada
melakukan serah terima pasien.
pasien yang mengalami henti napas.
Petugas IGD melanjutkan tindakan
 Menghentikan perdarahan,
sebelumnya melakukan tindakan invasif dan
melakukan pembidaian, mengatasi
pemeriksaan penunjang yang diperlukan.
syok secara manual atau melakukan
Petugas IGD yang menentukan rujukan
kompresi jantung luar.
selanjutnya ke Kamar Operasi, ICU, ruang
perawatan atau rumah sakit lain yang lebih  Mengangkat dan memindahkan
mampu pasien dengan benar serta melakukan
8. Apabila akan melakukan rujukan ke rumah mobilisasi pada kecurigaan cedera
sakit lain maka petugas IGD harus tulang belakang dan cedera tulang
menghubungi Dispatcher lagi untuk leher
mencari rumah sakit rujukan 1 yang tepat. b) Orang awam khusus
9. Pasien yang telah selesai mendapat Orang awam khusus maksudnya adalah orang
perawatan di rumah sakit pulang yang bekerja pada pelayanan masyarakat atau
kerumahnya dengan sehat atau memerlukan mempunyai tanggung jawab terhadap keamanan
perawatan jalan / kontrol. dan kenyamanan masyarakat yaitu Polisi,
pemadam kebakaran, Satpol PP, Satuan
Pengamanan (SATPAM), Tim SAR dan tentara.
Adapun Komponen-komponen yang terlibat
Sesuai dengan tanggungjawabnya kepada
dalam SPGDT, Antara lain: masyarakat, orang awam khusus seharusnya
1. Orang Awam/First Responder dilatih khusus untuk melakukan pertolongan
Pada saat kejadian kecelakaan yang pertama kepada pasien gawat darurat di lokasi kejadian.
kali tiba di lokasi kejadian adalah orang awam Pengetahuan mereka harus lebih baik
atau masyarakat umum. Orang awam menerut dibandingkan orang awam biasa. Kemampuan
perannya dalam masyarakat dibedakan menjadi yang harus dimiliki oleh orang awam khusus
dua: adalah :
a) Orang awam biasa  Mengamankan diri sendiri, lingkungan
Orang awam biasa atau masyarakat umum dan pasien.
biasanya adalah orang yang berada paling dekat  Meminta tolong ke pusat komunikasi
dengan lokasi kejadian. Apabila kejadian terjadi gawat darurat.
di jalan raya maka yang pertama kali  Membebaskan jalan napas secara manual
menemukan pasien adalah pengendara atau menggunakan alat yang tidak invasif.
kendaraan, pejalan kaki, anak sekolah, pedagang  Memberikan napas buatan dan
disekitar lokasi dan lain-lain. Apabila kejadian di oksigenisasi.
lokasi pabrik maka yang menemukan pasien  Menghentikan perdarahan, melakukan
adalah karyawan yang bekerja di tempat pembidaian, mengatasi syok secara
tersebut. Secara spontan sebagian dari mereka manual atau melakukan kompresi jantung
akan melakukan pertolongan terhadap pasien luar
sesuai dengan pengetahuannya.  Mengangkat dan memindahkan pasien
Permasalahannya adalah masih sangat sedikit dengan benar serta melakukan imobilisasi
orang awam yang mendapat pelatihan khusus pada kecurigaan cedera tulang belakang
dalam melakukan pertolongan pada pasien gawat dan cedera tulang leher
darurat, sehingga tidak jarang pertolongan yang
 Petugas keamanan/ polisi bertugas untuk
diberikan justru menambah cedera /
menjaga keamanan dan ketertiban lokasi
menimbulkan cedera baru kepada pasien (misal :
kejadian dan orang yang berada di sekitar
kelumpuhan yang terjadi akibat kesalahan
lokasi kejadian dan orang yang berada di
pemindahan pada pasien trauma dengan patah
sekitar lokasi kejadian. Selain itu polisi
tulang leher). Untuk mewujudkan sistem
berkewajiban untuk menjaga barang bukti.
penanggulangan gawat darurat terpadu orang
 Pemadam kebakaran / rescue bertugas
awam seharusnya memiliki kemampuan untuk :
untuk mengeluarkan pasien yang terjepit

MedStar Page
atau yang berada pada
posisi yang sulit

MedStar Page
dengan tetap memperhatikan jenis d) Membimbing pemanggil bantuan atau
perlukaan dan cedera pasien. orang yang terdekat dengan pasien / lokasi
kejadian untuk melakukan pertolongan
2. Pusat Komunikasi Gawat Darurat / Crisis sementara sebelum petugas datang.
Center e) Melakukan komunikasi dua arah dengan
Pusat komunikasi gawat darurat adalah pemanggil bantuan dan petugas yang
bagian yang sangat vital dalam sistem berangkat ke lokasi kejadian.
penanggulangan pasien gawat darurat. Setiap f) Menghubungi Unit Gawat Darurat rumah
lapisan masyarakat harus bisa mengakses ke sakit yang sesuai dengan kondisi pasien.
sarana ini semudah mungkin. Saran panggilan g) Menginformasikan kondisi jalan dan
darurat Ini berupa line telepon dengan sistem membimbing ambulans yang membawa
hunting, radio komunikasi, fasilitasi internet, dan pasien ke rumah sakit.
faksimili.
Di Indonesia terdapat 3 nomor panggilan 3. Medical Direction
darurat, 119 untuk ambulans gawat darurat, 113 Medical Direction adalah dokter atau
untuk pemadam kebakaran dan 110 untuk sekumpulan dokter (komite medik) yang
kepolisian. Ketiga nomor tersebut seharusnya bertanggungjawab terhadap kualitas pelayanan
berada dalam satu atap dan terintegrasi dalam dan tindakan medis yang dilakukan pada fase pra
satu sistem pelayanan. Namun kenyataannya rumah sakit. Medical direction dibedakan
sampai dengan saat ini ketiga nomor tersebut menjadi dua, yaitu :
masih terpisah dimasing-masing institusi a. On Line Medical Direction
sehingga pelayanan yang diselenggarakan tidak Yaitu dokter yang memonitor langsung
optimal. Sebagai contoh apabila terjadi pelayanan pra rumah sakit dan membimbing
kecelakaan lalu lintas yang melibatkan banyak petugas dalam melakukan pertolongan di lokasi
kendaraan dan terjadi ledakan serta kebakaran kejadian dan selama perjalanan menuju rumah
pada kendaraan- kendaraan tersebut maka sakit rujukan. Dokter tersebut berada di pusat
masyarakat harus melakukan 3 panggilan komunikasi gawat darurat dan berinteraksi
darurat, yaitu memanggil polisi ke 110, langsung dengan petugas dilapangan dengan
memanggil pemadam kebakaran/ rescue ke 113 menggunakan telepon atau radio komunikasi.
dan memanggil ambulans ke 119. Hal ini Keberadaannya tentu sangat bermanfaat untuk
mengakibatkan keterlambatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan karena petugas
pertolongan, dan pertolongan yang diberikan di lapangan dapat berkonsultasi langsung
bukan merupakan suatu pertolongan yang terutama dalam melakukan tindakan-tindakan
terpadu. Semua panggilan darurat akan diterima pertolongan lanjut (advance) dan pemberian
oleh petugas operator yang selalu siaga 24 jam. obat- obatan darurat.
Operator yang siaga di pusat komunikasi gawat
darurat disebut Dispatcher. Petugas inilah yang
akan menerima semua panggilan darurat dan
mendistribusikan informasi kepada pihak terkait.
Secara umum Dispatcher harus memiliki
b. Off Line Medical Direction
kemampuan sebagai berikut :
a) Menerima panggilan darurat dari seluruh Yaitu dokter atau sekumpulan dokter
lapisan masyarakat yang memerlukan (komite medis yang bekerja untuk menyusun
bantuan. Mengumpulkan data yang protokol-protokol (Standard operating
diperlukan dalam pertolongan: procedure) pertolongan pasien gawat darurat
 Nama pemanggil pada fase pra rumah sakit. Protokol tersebut
 Nomor telepon pemanggil dijadikan sebagai bahan acuan oleh petugas
 Kejadian / masalah untuk melakukan tindakan medis dan
 Lokasi kejadian pertolongan di tempat kejadian dan selama
 Jumlah pasien perjalanan kerumah sakit rujukan
 Kondisi pasien
b) Melakukan pengecekan ulang untuk
memastikan kebenaran informasi yang
masuk ke sarana pusat komunikasi gawat Keterlambatan
Kemungkinan
darurat dalam
berhasil
c) Mendistribusikan informasi kepada pihak- pertolongan
pihak terkait seperti polisi, pemadam 1 Menit 93%
kebakaran dan ambulans gawat darurat. (98 dari 100)
MedStar Emergency 4 Menit 50% 113
(50 dari 100)
Pa
10 Menit 1%
menyelamatkan jiwa pasien dilokasi kejadian
sampai dengan ke rumah sakit. Petugas yang
mengoperasikan basic ambulance adalah 2
orang perawat yang terlatih Basic life support,
ekstrikasi dan stabilisasi. Sebaiknya kedua
orang perawat tersebut bisa mengemudikan
4. Ambulans Gawat Darurat / Emergency ambulans untuk menghemat personil. Apabila
Ambulance keduanya tidak bisa mengemudi maka perlu
Sistem penanggulangan gawat darurat tambahan satu orang pengemudi.
terpadu harus didukung oleh pelayanan Peralatan yang tersedia di basic
ambulans gawat darurat yang memadai dari ambulance merupakan peralatan penanganan
segi jumlah, kelengkapan peralatan dan gawat darurat yang tidak invasif. Peralatan
kemampuan petugasnya. Keberhasilan
tersebut meliputi :
pelayanan ini diukur dengan kecepatan waktu
tanggap / response time dari mulai panggilan  Peralatan Airway
bantuan sampai dengan tiba dilokasi kejadian.  Suction Pump With Canule
Waktu tanggap / response time ideal adalah  Orophryngeal Airway (OPA)
kurang dari 8 menit setelah panggilan bantuan  Nasopharyngeal Airway (NPA)
sampai dengan ambulans tiba di lokasi
 Mouthgag
kejadian. Setiap menit keterlambatan
response time akan berpengaruh terhadap  Magil Forcep
keberhasilan pertolongan terhadap pasien.  Tounge Spatel
berikut ini adalah rasio keterlambatan dan  Gastric Tube
kemungkinan berhasil dalam melakukan  Peralatan Breathing
pertolongan pada pasien yang mengalami
henti napas dan henti jantung. Untuk  Tabung Oksigen
mengantisipasi keterlambatan tersebut maka  Nasal canule
seharusnya orang awam dilatih agar mampu  Simple mask
menolong terlebih dahulu sebelum petugas  Rebreathing Mask
profesional datang. Berdasarkan kelengkapan  Non Rebreathing Mask
peralatan, petugas dan jenisnya ambulans
dibedakan menjadi beberapa kategori.  Peralatan Circulation
Tipe Ambulance  Traumatic Bandage/ Balut Cepat
a. Transport Ambulance  Surgical Tape / Plester
Ambulans transport digunakan untuk  Steril Gauze / Kassa steril
pasien yang sakit ringan atau berobat jalan.  Elastic Bandage / balutan elastis
Ambulans transport juga digunakan untuk  Roll Bandage / balutan gulung
pasien yang diperkirakan tidak akan  Tensimeter
mengalami kegawatan selama dalam  Stetoscope
perjalanan.  Alumunium Foil
Petugas yang mengoperasikan terdiri  Peralatan Extrication & Stabilization
dari  Neck Collar / Bidai Leher
1 orang perawat dan 1 orang pengemudi  Long Spine Board
ambulans. Peralatan yang ada dalam transport
 Scoop Sthrecher
ambulance merupakan peralatan yang sangat
 Splint / bidai
sederhana meliputi : Tabung oksigen dengan
 Extrication Device
kanul atau masker, tensi meter, thermometer,
 Safe tyBelt
tandu, kursi roda dan alat komunikasi.
b. Basic Ambulance  Traction Splint
 Lain-lain
Basic Ambulance digunakan untuk
 Alat Pelindung Diri : Sarung tangan,
menangani pasien yang tidak memerlukan
masker, kacamata, baju pelindung, kap
peralatan invasif / advance. Peralatan yang
kepala, sepatu pelindung.
tersedia hanya peralatan dasar untuk
MedStar Page
MedStar Page
 Antiseptik  Anti bisa
 Gunting  Anti racun
 Pinset
 Pen Light
 Peralatan komunikasi

c. Advance Ambulance
Advance ambulance digunakan untuk
melakukan pertolongan terhadap pasien gawat
darurat yang kritis. Peralatan yang tersedia
bisa digunakan untuk melakukan tindakan-
tindakan medis yang definitif / invasif dan
pemberian obat-obat darurat. Petugas yang
mengoperasikan Advance Ambulans adalah
petugas yang paling berpengalaman dalam
penanganan pasien darurat dan kritis. Petugas
tersebut harus menguasai tindakan definitif
dan pengoperasian alat advance. Bila perlu
salah satu dari petugas tersebut dokter gawat
darurat. Peralatan yang tersedia pada advance
ambulance sampai dengan Basic ambulance
degan penambahan peralatan advance sebagai
berikut :
 Peralatan Airways
 ETT (Endo Tracheal Tube)
 Laryngoscope
 Cricothyroidotomy Needle
 Laryngeal Masks
 Peralatan
Breathing
 Pulse Oxymetri
 Portable ventilator
 Peralatan Circulation
 AED (Automatic External
Defibrilation)
 Defibrilator
 ECG Monitor
 IV line Catheter
 Foley Catheter
 Cairan dan obat gawat darurat
 IV line catheter
 Infusion Fluid / cairan infus (RL,
NACL 0,9%, Dextrose 5%, Dextrose
10%)
 Infusion Set
 Obat darurat sirkulasi (epineprin,
atropin, dan lain-lain)
 Obat darurat pernapasan
 Obat Alergi
MedStar Page
 Dan lain-lain tubuh lain.
 Luas dan lebar kabin ambulans
Jenis Ambulance memungkinkan petugas untuk memonitor
Tipe ambulans berdasarkan kondisi pasien dan melakukan tindakan
daerah operasi dan jenisnya medis di dalamnya.
ambulans dibedakan menjadi  Tinggi kabin memungkinkan petugas
beberapa kategori sebagai untuk berdiri dan tetesan infus berjalan
berikut : lancar.
a. Ambulans Darat/ Ground Ambulance  Kabin memungkinkan untuk meletakan
Ambulans darat adalah peralatan secara aman.
ambulans yang umum ada di  Dinding kabin terbuat dari bahan yang
sekitar kita. Ambulans darat mudah dibersihkan dan dilakukan
digunakan untuk melakukan desinfeksi.
pertolongan di tempatkejadian
dan melakukan transportasi ke
rumah sakit rujukan. Selain itu
digunakan untuk melakukan
rujukan antar rumah sakit dan
pulang perawatan.
Berikut ini ada beberapa
syarat yang harus diperhatikan
dalam membangun sebuah
ambulans, terutama ambulans Gambar: Ambulans Darat
gawat darurat:
 Luar/lebar kabin ambulans b.Ambulans Laut/ Sea Ambulance
memungkinkan untuk Ambulans laut dioperasikan di daerah
pasien terlentang dengan kepulauan, tempat wisata laut, dan
leluasa tanpa harus pertambangan lepas pantai / “offshore”.
menekuk kaki atau bagian Petugas ambulans laut harus dilengkapi
dengan

MedStar Page
kemampuan berenang, sea survival, dan  Cuaca buruk dapat menghambat
pertolongan korban tenggelam. Hal ini tentu perjalanan ambulans udara.
berbeda dengan kemampuan petugas ambulans  Tingkat kebisingan yang tinggi mungkin
darat. akan menghambat komunikasi petugas
dan pasien.
 Keterbatasan tempat dan keterbatasan
berat beban yang dibawa akan membatasi
akses ke pasien.
 Biaya operasional sangat tinggi.
 Kecelakaan ambulans udara lebih sedikit
tertolong
b. Sistem Pelayanan Medik Antar Rumah
Gambar: Ambulans Laut & Udara
Sakit
Merupakan suatu bentuk pelayanan
c.Ambulans Udara/ Air Ambulance
transportasi yang ditujukan dari pos komando
Ambulans udara dioperasikan untuk rumah sakit lapangan menuju rumah sakit
evakuasi pasien VIP, evakuasi antar pulau, rujukan atau transportasi antar rumah sakit baik
evakuasi ke luar negeri, atau evakuasi dari dikarenakan adanya bencana yang terjadi
pedalaman / laut ke kota besar. Petugas diumah sakit, dimana pasien harus dievakuasi
ambulans udara harus mendapat pelatihan dan dipindahkan ke rumah sakit lainnya.
khusus, karena ada beberapa pasien dengan Pelaksanaan harus menggunakan sarana
kasus tertentu beresiko untuk berada di prasarana yang memenuhi kriteria syarat
ketinggian. Hal ini terkait dengan perubahan standart evakuasi, diantaranya:
tekanan atmosfir di darat dan udara. Beberapa
 Penderita dalam keadaan yang stabil
tipe ambulans udara yang digunakan adalah
 Penderita telah diberi peralatan yang
sebagai berikut: Helikopter, Rotary wing dan
standart untuk transportasi
Fixed Wing.
 Faskes penerima sudah diberi informasi
terlengkap dan siap menerima penderita
 Transportasi yang layak tersedia
Berikut ini adalah keuntungan dan kerugian
sesuai dengan keadaan penderita
memakain ambulans udara.
Untuk memfasilitasi pengamana
Keuntungan:
evakuasi, maka diperlukan kontrol lalu
 Transportasi cepat dan lancar tidak ada
lintas oleh kepolisian untuk memastikan
hambatan lalu lintas
kelancaran jalur lalu lintas antar rumah
 Akses menuju tempat kejadian cepat.
sakit dan post medis maupun pos
 Dapat menghindari rambu lalu lintas, komando lapangan. Pos medis dapat
kereta api, gunung dan penghalang
menyampaikan ke pos komando
lainnya
lapangan agar penderita dapat dilakukan
 Perjalanan masih mungkin dilakukan evakuasi bila sudah dalam keadaan
meskipun kondisi jalan tidak mendukung stabil.
 Jika ambulans darat tidak memungkinkan c. Sistem Pelayanan Medik Intra Rumah
 mencapai lokasi kejadian dengan cepat. Sakit (Hospital Phase)
 Jika kualitas pertolongan di lokasi  Hospital Disaster Plan
kejadian tidak memungkinkan Didalam rumah sakit sendiri harus
 Sangat jarang terjadi kecelakaan ambulans membuat suatu perencanaan untuk
udara dibandingkan ambulans darat menghadapi kejadian bencana yang
Kerugian: disebut hospital disater plan, baik
 Di daerah perkotaan ambulans darat lebih bersifat intra hospital disaster plan
cepat dibandingkan ambulans udara. maupun extra hospital disater plan

MedStar Page
dimana kejadian tersebut
menyebabkan korban
massal.

MedStar Page
 Pertolongan di unit gawat darurat Fase ini adalah periode dimana pasien/
Berikut ini klasifikasi pelayanan pasien keluar dari rumah sakit baik sembuh,
Instalasi Gawat Darurat berdasarkan cacat atau harus menjalani perawatan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor lanjutan di rumah atau melakukan kontrol
856/ Menkes/SK/IX/2009 mengenai ke rumah sakit. Fase ini adalah fase dimana
Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) pasien telah menyelesaikan masa perawatan
Rumah Sakit (dinilai dan kualifikasi terhadap perlukaan atau penyakit yang
tenaga IGD); dihadapinya untuk kembali ke rumahnya.
 Instalasi Gawat Darurat (IGD) Tetapi kepulangan pasien bisa sembuh total,
Level I sembuh dengan cedera atau masih
Di IGD hanya terdapat dokter memerlukan perawatan selanjutnya (berobat
umum (telah mengikuti pelatihan jalan/kontrol). Informasi mengenai
kegawatdaruratan seperti GELS, perkembangan pasien setelah perawatan di
ATLS, ACLS, dll) rumah sakit harus selalu dimonitor. Hal ini
 Instalasi Gawat Darurat (IGD) dapat dijadikan bahan evaluasi keberhasilan
Level II dari sistem penanggulangan pasien gawat
Di IGD terdapat dokter umum darurat terpadu. Selain itu pasien sebaiknya
(telah mengikuti pelatihan diberikan pendidikan.
kegawatdaruratan seperti GELS,
ATLS, CLS, dll) yang on site 24 2. SPGDT-B (Bencana)
jam, dan dokter spesialis bedah, SPGDT-B adalah kerja sama antar
obgyn, anak, dan penyakit dalam unit pelayanan Pra Rumah Sakit dan Rumah
yang on call. Sakit dalam bentuk pelayananan gawat
 Instalasi Gawat Darurat (IGD) darurat terpadu sebagai khususnya pada
Level III terjadinya korban masal yg memerlukan
peningkatan (eskalasi) kegiatan pelayanan
Di IGD terdapat dokter umum (telah sehari – hari. Secara umum bertujuan untuk
mengikuti pelatihan kegawatdaruratan menyelamatkan korban sebanyak –
seperti GELS, ATLS, ACLS, dll) yang on banyaknya.
site 24 jam, dokter spesialis bedah, Secara khusus SPGDT-B bertujuan untuk:
obgyn, anak, dan penyakit dalam yang on a. Mencegah kematian dan kecacatan,
site, serta dokter spesialis lain yang on sehingga dapat hidup dan berfungsi
call. Terdapat dokter PPDS yang on site kembali dalam masyarakat sebagaimana
24 jam (RS. Pendidikan) mestinya.
 Instalasi Gawat Darurat (IGD) Level IV b. Merujuk melalui sistem rujukan untuk
Di IGD hanya terdapat dokter umum memperoleh penanganan yang lebih
(telah mengikuti pelatihan memadai.
kegawatdaruratan seperti GELS, ATLS, c. Menanggulangi korban bencana.
ACLS, dll) yang on site 24 jam, dokter Prinsip mencegah kematian dan kecacatan :
PPDS yang on site 24 jam, dokter 4 besar a. Kecepatan menemukan penderita.
spesialis ditambah dokter spesialis b. Kecepatan meminta pertolongan.
anestesi yang on site, dokter spesialis lain Kecepatan dan kualitas pertolongan yang
on call, serta terdapat dokter semua jenis diberikan :
subspesialis yang on call. a. Ditempat kejadian.
 Pertolongan di kamar bedah (jika b. Dalam perjalanan kepuskesmas atau
diperlukan) rumah- sakit.
 Pertolongan di ICU/ ICCU/HCU c. Pertolongan dipuskesmas atau rumah-sakit
d. Fase Pasca RS Adapun hal-hal yang dilakukan saat terjadi
bencana adalah:
 Melaksanakan pelayanan kasus GD
MedStar Page
 Melaksanakan penilaian kebutuhan & D. ASPEK LEGAL KEBIJAKAN SISTEM
dampak yang terjadi pada aspek kesehatan. PENANGGULANGAN GAWAT
 pelayanan gabungan Depkes, TNI dan DARURAT (SPGDT) DI INDONESIA
POLRI Kerjasama antar unit pelayanan Pra RS
 Membuat pos pelayanan kesehatan dan RS dalam bentuk pelayanan Gawat Darurat
 Pemberian makanan dan bahan makanan Terpadu pada pasien massal yang memerlukan
penyediaan air bersih, sanitasidarurat, peningkatan (eskalasi) kegiatan pelayanan
imunisasi. sehari- hari.Tujuan : menyelematkan pasien
Dalam penanggulangan bencana, ada sebanyak- banyaknya.
beberapa hal yang perlu kita cermati yaitu Bencana adalah suatu rangkaian
penanggulangan bencana adalah eskalasi peristiwa yang mengakibatkan kerugian pada
penanggulangan gawat darurat sehari – hari, penderitaa diantaranya kerugian harta benda,
maupun penanggulangan bencana tidak akan kerusakan lingkungan, sarana & prasarana
berhasil kalau penanggulangan gawat darurat (infrastruktur) yg memerlukan pertolongan dan
sehari – hari dan bencana buruk, karena hal bantuan khusus.Oleh karena itu sebagai team
tersebut dapat terjadi di setiap tempat, baik di kesehatan harus mengetahui terkait payung
kota maupun di desa. Walaupun Peristiwa akan hukum, berikut Aspek legal Kebijakan pelayanan
terjadinya bencana tidak dapat diprediksi, akan gawat darurat di Indonesia:
tetapi kalau sudah ada persiapan makajika  Keppres No.03/2001 Bakornas
bencana itu terjadi sudah pada posisi siap penanggulangan bencana dan penanganan
sehingga meminimalkan korban dan kerusakan. pengungsi
Bencana itu sendiri dapat terjadi setiap saat dan  Perpres No.83/ 2005 tentang BAKORNAS
di setiap tempat seperti:Di dalam rumah penanggulangan bencana
sakitnya sendiri, Korban bencana yang dibawa  UU No.24/2007 tentang penanggulangan
ke IGD/ RS, Bencana dalam kota (urban), bencana
Bencana diluar kota (rural), Bencana diluar  Perpres No.8/2008 tentang Badan Nasional
pulau (regional), dan ataupun Bencana nasional Penanggulangan Bencana
Mencermati kondisi tersebut maka semua  Perpem No.21/2008 tentang
rumah sakit wajib mempunyai “Hospital penyelenggaran penanggulangan
Disaster Plan” sesuai dengan keadaan dan bencana
kondisi setempat. Untuk daerah rural atau  UU No.36 th 2009 tentang Kesehatan
diluar pulau maka sebaiknya didatangkan
 Per. Kapolri No.17/2009 tentang
bantuan dari managemen penanggulangan bencana
daerah urban, jika:
 InPres No.4/2013 tentang progam
 Tingkat penanggulangan gawat darurat dekade keselamatan jalan
sehari – hari di bawah standar nasional
 Perka BNPB No.03/2016 tentang sistim
(ada
komando penanganan darurat bencana
/ tidaknya spesialis empat besar / ahli
 Permenkes No.19/2016 tentang SPGDT
bedah).
 Permenkes No.47/2018 tentang
 Jumlah korban melebihi kemampuan
pelayanan Kegawatdaruratan.
petugas / ahli bedah.
Bantuan yang didatangkan adalah dengan
memindahkan sarana Rumah Sakit (IGD,
KESIMPULAN
kamar operasi, ICU, Farmasi, Rontgen,
Laboratorium, Dapur, Keamanan) ke Pra Sistem penanggulangan pasien gawat
Rumah Sakit. Ambulance Gawat Darurat darurat terpadu yang baik akan terwujud apabila
ada komitmen yang kuat dari pemerintah yang
dalam keadaan bencana dapat berfungsi
berwenang. Hal ini sehubungan dengan
sebagai Rumah Sakit lapangan. tingginya investasi yang harus ditanamkan dan
perlunya koordinasi yang baik antar institusi
terkait.
MedStar Page
Penanganan pasien gawat darurat dari mulai fase
pra rumah sakit dan rumah sakit harus menjadi
satu kesatuan dan berkesinambungan.
Keberhasilan pertolongan di rumah sakit sangat
ditentukan oleh kualitas pertolongan pada fase
pra rumah sakit. Angka kematian terbesar pada
trauma berat adalah pada fase pra rumah sakit.
Oleh karena itu sangat penting untuk
memberikan pelatihan kepada masyarakat agar
mampu melakukan pertolongan kepada dirinya
sendiri dan orang di sekitarnya ketika terjadi
kegawat daruratan.

BAB XI EKG
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti materi ini
pesertadiharapkan mampu mengetahui
tentanggambaran EKG strip

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti pelatihan ini peserta di-
harapkan mampu untuk :
1. Menyebutkan definisi elektrokardiogram
2. Menyebutkan fungsi EKG
3. Menyebutkan jenis-jenis sandapan EKG
4. Membaca irama EKG normal di monitor
jantung dan EKG strip
5. Mengidentifikasi aritmia di
monitor jantung dan EKG strip

PENDAHULUAN

MedStar Page
Ganguan irama jantung dan serangan kontraksi sendiri (Automaticity) dan
jantung merupakan kasus penyakit dan meneruskan rangsangan tersebut keseluruh
kematian tertinggi di Indonesia berhubungan otot jantung (disebut proses Konduksi).
dengan pola makan dan gaya hidup yang Setiap aktifitas baik kontraksi dan relaksasi
berlebihan. Masyarakat umumnya tidak dari otot jantung akan memberikan
mengenal tanda dan gejala serangan jantung, perubahan potensiial aksi kelistrikan yang
sebagai petugas kesehatan sangat penting dapat kita lihat dengan merekaam perubahan
mengetahui tanda dan gejala serta tersebut pada alat perekam khusus Jantung
penatalaksaan gangguan irama jantung yang terdiri dari 4 ruang yaitu 2 ruang yang
dapat mengancam nyawa. berdinding tipis disebut atrium dan 2 ruang
yang berdinding tebal disebut Ventrikel.
Gambaran EKG merupakan elemen
Mempunyai 4 katup Atrioventrikuler
penting untuk mengetahui apakah pasien
(Trikuspid dan Biskupid) dan 2 katup
mengalami kegawat daruratan jantung,
Semilunar (Pulmonal dan Aorta). Terdiri
dimana kegawat daruratan jantung masih
dari 3 lapisan Epikardium, Miokardium dan
merupakan penyebab kematian nomer satu di
Endokardium
seluruh Negara. Diharapkan dengan semakin
Arteri koroner adalah cabang pertama
banyaknya petugas kesehatan dapat membaca
dari sirkulasi sistemik. Sirkulasi koroner
interprestasi EKG, pasien dapat mendapatkan
terdiri dari arteri koroner kanan dan kiri.
pertolongan yang tepat dan cepat, sehingga
Arteri koronerkiri (Left Main Coronary
dapat menyelematkan pasien tersebut.
Artery- LMCA) mempunyai dua cabang
besar yaitu, Ramus Desenden Anterior (Left
Anterior Descenden-LAD) dan Ramus
Sirkumpleks (Left Circumplek-LCx).
Arteri imi melingkari Jantungg dalam dua
lekukan atomis eksternal yaitu sulkus
Atrioventrikular yang melingkari jantung
diantara atrium dan ventrikel dan sulkus
inter ventrikel yang memisahkan kedua
ventrikrel. Pertemuan kedua lekuk ini
dibagian posterior merupakan bagian yang
kritis dipandang dari sudut anatomis.
Arteri koroner kanan (Right Coronary
Artery-RCA) berjalan ke sisi kanan jantung.
Pada sulkus Atrioventrikuler kanan pada
dasarnya arteri koronariaa kanan memberi
makan padaa Atrium dan ventrikel kanan
juga dinding sebelah kanan dari ventrikel
kiri. Meskipun Nodus SA (Sino Atrial Node)
letaknya di Atrium kanan tetapi hanya 55%
kebutuhan nutrisinya dipasok oleh Arteri
Coronaria kanan sedang 42% lainnya dipasok
oleh cabang Arteri Sirkumplek Kiri.
Didalam otot jantung terdapat jaringan khusus
yang menghantarkan aliran listrik dan
memiliki sifat – sifat khusus yaitu:
1. Otomatisasi : kemampuan untuk
menimbulkan listrik secara spontan
2. Ritmisasi : pembentukan impuls
yang teratur
A. ANATOMI JANTUNG 3. Daya konduksi : kemampuan untuk
Otot jantung merupakan otot yang menyalurkan impuls
mempunyai keistimewaan tersendiri 4. Daya rangsang : kemampuan untuk
dibandingkan dengan otot lainnya. Otot bereaksi terhadap rangsangan
jantung mempunyai suatu sistem yanng Berdasarkan sifat tersebut maka secara
dapat memberikan suatu implus spontan dan teratur jantung dapat
rangsangan menghasilkan impuls – impuls yang

MedStar Page
disalurkan melalui sistem hantar untuk medial, dan posterior), Berkas Hiss dimulai dari
merangsang otot jantung dan bisa
menimbulkan konduksi. Bila sistem
konduksi berfungsi normal, maka atrium
berkontraksi kira – kira 1/6 detik lebih dulu
dari kontraksi ventrikel sehingga
memungkinkan pengisian ekstra pada
ventrikel sebelum ventrikel ini memompa
darah ke sirkulasi sistemik.
Pacemaker adalah sesuatu / unit yang
dapat menghasilkan impuls listrik secara
terus menerus, teratur dan otomatis. Dalam
hal ini pacemaker asli dalam jantung disebut
sebagai real pacemaker. Real pacemaker
bekerja sebagai pembentuk impuls
(generator) dan penghantar impuls
(pathways).
1. Pembentuk impuls (generator)
a. Sinus atrial node (SA node)
b. Atrioventrikuler node (AV node)
c. Serabut purkinje (fiber purkinje)
2. Penghantar impuls (pathways)
a. Internodal atrium
b. His bundle
c. Right Bundle Branch (RBB)
d. Left Bundle Branch (LBB)

Siklus Kerja Jantung


Jantung berfungsi memompa darah ke
paru
– paru dan ke seluruh tubuh. Cara jantung
memompa darah adalah dengan melakukan
kontraksi secara bergantian antara atrium dan
ventrikel, dengan irama yang teratur dan terus
menerus sepanjang hidup. Bekerjanya jantung
didukung oleh dua sistem yang ada dalam
jantung yaitu sistem kontraksi dan sistem
konduksi. Depolarisasi Spontan
Perjalanan impuls Pada orang normal,
rangsangan listrik jantung berawal dari SA
Node, dari SA Node ke AV Node, rangsangan
dihantarkan melalui Traktus internodal (arterior,

MedStar Page
AV Node mencapai tepi atas koronarius dan katup trikuspid
septum interventrikuler. Dari sini bagian septum
terbagi dua, yaitu sisi kiri yang b. Mengeluarkan impuls 40-60 x/menit
disebut pars membranosa dan sisi 3. Berkas Hiss
kanan yang merupakan terusan Terletak di septum interventrikuler dan
berkas hiss. Ia berjalan sebagai memberikan 2 cabang yaitu :
struktur tunggal dilapisan a. Cabang berkas kiri yang terdiri dari
subendokard disisi kanan sehingga 2 bagian, yaitu bagian anterior dan
mencapai dasar muskulus papilaris posterior
anterior. Dari sini terbagi menjadi b. Cabang berkas kanan
3 cabang, yaitu anterior, posterior 4. Serabut Purkinye
dan lateral. Yang terakhir ini Serabut purkinye setinggi muskulus
menuju dinding lateral ventrikel papilaris masuk ke otot ventrikel
kanan dan bagian bawah septum Mengeluarkan impuls 20-40 x/menit
membentuk bangunan seperti
kipas, yang akhirnya disebut
serabut purkinye. Dalam keadaan
tertentu dapat timbul impuls yang
bukan berasal dari SA Node,
melainkan dari tempat lain seperti
dari atrium maupun dari ventrikel.
Bila terjaadi kegagalan fungsi dari
SA Node, maka sistem yang
lainnya dapat mengambil alih SA
Node tersebut.

1. SA Node
 Terletak diantara
batas vena cava
superior dan atrium
kanan
 Mengeluarkan impuls
60-100 x/menit
 Impuls menjalar ke
seluruh atrium dan
bersama jalur
internodal serta
bacham budle
menuju AV Node
2. AV Node
a. Terletak disebelah
bawah atrium kanan
diatara sinus
MedStar Page
Pemacu Asli (Native Pacemaker) dan Dalam rekaman EKG, satu siklus jantung
Pemacu Tersembunyi (Latent Pacemaker) terdiri atas beberapa gelombang, yaitu
Bagian – bagian dalam sistem konduksi gelombang
yang sel – selnya mempunyai kemampuan – gelombang P, Q, R, S, T, dan U. Gelombang –
melakukan depolarisasi spontan disebut gelombang tersebut berhubungan dengan
sebagai pemacu (pacemaker). Dari uraian aktivitas listrik yang terjadi di dalam jantung.
sebelumnya terlihat bahwa ada lebih dari satu Gelombang P ditimbulkan oleh depolarisasi
pemacu dalam sistem konduksi. Akan tetapi, atrium; gelombang Q, R, dan S yang bersama –
walaupun ada lebih dari satu pemacu, dalam sama membentuk kompleks QRS ditimbulkan
kondisi normal hanya ada satu pemacu yang oleh depolarisasi ventrikel; dan gelombang T
bekerja. Hal ini dimungkinkan oleh adanya ditimbulkan oleh repolarisasi ventrikel.
perbedaan rate pada masing-masing pemacu. Gelombang U kemungkinan ditimbulkan oleh
Rate dari Simpul SA yang lebih cepat dari rate repolarisasi serabut Purkinje.
yang dibangkitkan di tempat lain dalam sistem B. ELEKTROGARDIOGRAFI
konduksi akan membuat sel – sel dalam sistem Adalah ilmu yang mempelajari aktivitas
konduksi menerima rangsangan impuls dari listrik jantung Elektrokardiogram (EKG) :
Simpul SA lebih dulu sebelum sel-sel tersebut adalah suatu grafik yang menggambarkan
sempat melakukan depolarisasi spontan. Dengan rekaman listrik jantung. Kegiatan listrik jantung
demikian, pada kondisi normal, rate dari semua dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui
bagian dalam sistem konduksi selalu mengikuti elektroda-elektroda yang dipasangi pada
rate dari Simpul SA. Oleh karena itu Simpul SA permukaan tubuh.
ini disebut sebagai pemacu asli (native Manfaat dari Elektrokardiogram secara
pacemaker). diagnostik dan evaluasi dapat digunakan
Pada kondisi tidak normal, ada sebagai sarana alat bantu untuk :
kemungkinan sistem konduksi tidak dapat  Mengetahui gangguan irama jantung
menerima impuls dari Simpul SA. Penyebabnya (Aritmia)
dapat karena Simpul SA memang tidak  Mengetahui gambaran Iskemi dan
membangkitkan impuls, ataupun karena terjadi infark pada otot jantung
hambatan pada sistem konduksi sehingga impuls
 Mengetahui pembesaran ruang-ruang
dari Simpul SA tidak sampai ke Simpul AV. Jika
jantung, atrium dan ventrikel
Simpul AV tidak menerima impuls dari Simpul
 Mengetahui efek dari obat-obatan
SA maka sel – selnya dapat melakukan
seperti (Digitalis, anti aritmia)
depolarisasi spontan. Dengan demikian, pada
kondisi tidak normal ini fungsi Simpul SA  Mengetahui gangguan keseimbangan
sebagai pemacu telah diambil alih oleh Simpul elektrolit
AV. Bila misalnya ternyata Simpul AV ini juga  Mengetahui penilaian fungsi pacu jantung
mengalami kegagalan, maka fungsi pemacu akan  Manfaat sebagai bahan evaluasi untuk
diambil alih oleh pemacu di bawahnya, begitu mengetahui tingkat keberhasilan dari
seterusnya. Mekanisme ini merupakan pengobatan dan tindakan yang telah
pengamanan, agar jantung dapat tetap berdenyut dilakukan Untuk memperoleh rekaman
walaupun terjadi gangguan pembangkitan impuls EKG, dipasang elektroda-elektroda di kulit
pada Simpul SA. Pemacu – pemacu yang bekerja pada tempat – tempat tertentu.
hanya jika terjadi kondisi tidak normal ini
disebut sebagai pemacu tersembunyi (latent
pacemaker).

Siklus Jantung (Cardiac Cycle)


Aktivitas jantung yang dimulai dari
keadaan istirahat, kemudian kontraksi atrium,
disusul kontraksi ventrikel, dan kembali istirahat
merupakan suatu siklus yang berulang terus
menerus sepanjang hidup. Aktivitas kelistrikan
yang mengatur siklus kerja jantung ini dapat
direkam dengan menggunakan alat yang disebut
elektrokardiograf, dan hasil rekamannya disebut
elektrokardiogram yang disingkat EKG atau
ECG.

MedStar Emergency Page 22


(+) lengan kanan dan kaki kiri
membentuk elektroda indeferen
Sandapan a VF
Merekam potensial listrik pada kaki
kiri (LF) dimana kaki kiri bermuatan
(+) lengan kanan dan kiri membentuk
elektroda indeferen.

Lokasi penempatan elektroda sangat penting b. Sandapan Unipolar Prekordial


diperhatikan, karena Terdapat 2 jenis
Samdapan (Lead) pada EKG, yaitu:

1. Sandapan Bipolar
Yaitu merekam perbedaan potensial dari dua
elektroda, sandapan ini ditandai dengan
angka romawi (I, II, III) (sadapan
ekstermitas)
a. Sandapan I
Merekam beda potensial antara lengan
kanan (RA) dengan lengan kiri (LA)
dimana lengan kanan bermuatan (-) dan
lengan kiri bermuatan (+)
b. Sandapan II
Merekam beda potensial antara lengan
kanan (RA) dengan kaki kiri (LF)
Merupakan sadapan V1,V2, V3, V4, V5, dan
dimana lengan kanan bermuatan (-) dan
V6 yang ditempatkan secara langsung didada
kaki kiri bermuatan (+)  Sandapan V1 ditempatkan di ruang
c. Sandapan III intercostal IV di kanan sternum
Merekam beda potensial antara lengan kiri  Sandapan V2 ditempatkan di ruang
(LA) dengan kaki kiri (LF) dimana lengan intercostal IV di kiri sternum
kiri bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)  Sandapan V3 ditempatkan di antara
2. Sandapan Unipolar sadapan V2 dan V4
Sandapan unipolar ini terbagi 2 yaitu,  Sandapan V4 ditempatkan di ruang
sandapan unipolar ekstrimitas dan sandapan intercostal V lurus dengan midklavikula
unipolar. kiri
a. Sandapan Unipolar Ekstermitas  Sandapan V5 ditempatkan secara
(tambahan) mendatar dengan V4 di garus axillaris
Merekam besar potensial listrik pada anterior kiri
satu ekstermitas, elektroda eksplorasi  Sandapan V6 ditempatkan secara
diletakkan pada ekstermitas yang akan mendatar dengan V4 dan V5 digaris
diukur, gabungan elektroda-elektroda pada midaxillaris kiri
eketermitas yang lain membentuk Bila kita gabungkan dari seluruh sandapan
elektroda indeferen (potensial) sandapan yang ada di atas akan tampak menjadi seperti
ini ditulis (aVR, aVL, dan aVF) pada gambar di bawah ini yang biasanya kita
Sandapan a VR sebut sebagai sandapan lengkap 12 lead/ ECG 12
Merekam potensi listrik pada lengan LEAD Lengkap.
kanan (RA) dimana lengan kanan
bermuatan (+) lengan kiri dan kaki kiri
membentuk elektroda indeferen C. Kertas EKG
Sandapan a VL
Merekam potensial listrik pada lengan
kiri (LA) dimana lengan kiri
bermuatan
MedStar
Page
Gelombang R Adalah defleksi positif
pertama pada gelombang QRS, gelombang R
umumnya positif di lead I,II, V5 dan V6. Di
lead aVR, VI, V2 biasanya hanya kecil atau
tidak ada.
Gelombang S Adalah defleksi negatif setelah
gelombang R, di lead aVR, dan V1
gelombang S terlihat besar (dalam) dari V2
sampai V6 terlihat makin kecil dan hilang.
Gelombang T Merupakan gambaran proses
repolarisasi ventrikel, gelombang T positif di
lead I, II, III, sampai V6 dan terbalik di aVR.
Normal: <1 mv di lead dada - <0,5 mv
di lead ekstermitas – minimal ada 0,1 mv
Kepentingan: mengetahui iskemik/infark
dan kelainan elektrolit
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang
merupakan garis horizontal vertikal dengan jarak Gelombang U Adalah gelombang yang
1mm (kotak kecil) garis yang lebih tebal terdapat timbul sesudah gelombang T dan sebelum
pada setiap 5mm di sebut (kotak besar). gelombang P berikutnya, penyebab timbulnya
Garis horizontal menunjukkan waktu dimana gelombang U masih belum diketahui, semua
1mm = 0,04 detik, sedangkan 5mm = 0,20 detik. diduga akibat repolarisasi lambat sistim
Garis vertikal menggambarkan Voltage, dimana konduksi interventrikel.
I mm=0,1 mv, sedangkan setiap 10mm = 1 mv
Pada praktek sehari-hari perekaman dibuat Interval PR
dengan kecepatan 25 mm/dtk, kalibrasi yang Interval PR di ukur dari awal gelombang P
biasa dilakukan sebelum dan sesudah perekaman sampai awal gelombang QRS, nilai normal
adalah 1 mv yang menimbulkan defleksi 10mm. berkisar antara 0,12-0,20 detik, ini
Pada keadaaan tertentu kalibrasi dapat diperbesar merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
yang akan menimbulkan defleksi 20mm atau depolarisasi atrium dan jalannya impuls
kecil yang akan menimbulkan defleksi 5 mm dan melalui berkas hiss sampai pemulaan
dicatata pada setiap perekman. depolarisasi ventrikel.
Kurva EKG mengambarkan proses listrik
yang terjadi pada atrium dan ventrikel. EKG Kepentingan: mengetahui kelainan system
normal terdiri dari gelombang P, Q, R, S, dan konduksi
gelombang T kadang terlihat gelombang U, Segmen ST& Q patologis
selain itu ada beberapa interval dan segmen Segmen ST diukur dari akhir gelombang S
EKG. Gelombang P merupakan sampai awal gelombang T, segmen ini
depolarisasi normalnya isoelektrik, tetapi pada lead
Atrium, normal gelombang P: prekordial bervariasi dari -05 sampai + 2 mm.
Lembar < 0,12 detik Normal Gelombang Q tidak lebih dari 1/3
Tinggi < 0.3 mv gelombang R, bila ada gelombang Q yang
Selalu positif di lead
lebih tinggi dari 1/3 R pada lokasi lead –
II Negatif di aVR
Kepentingan : mengetahui kelainan di lead yang telah ditentukan maka
atrium (P mitral/P pulmonal) dikatakan sebagai kondisi Old Infark atau
Gelombang QRS merupakan depolarisasi necrosis (dalam bahasa EKG ACS).
ventrikel, normal gelombang QRS:
Lebar 0,06 – 0,12 detik Kepentingan: mengetahui elevasi (pada
Tinggi tergantung lead injury/infark akut) dan depresi (pada
Kepentingan: mengetahui adanya iskemik)
hipertrovi ventrikel, bundle branch block, Hipertrofi
dan infark Menilai adanya hipertrofi atrium kiri
Gelombang Q Adalah defleksi negatif maupun kanan dan ventrikel kiri maupun
pertama pada gelombang QRS, normalnya : ventrikel kanan (dalam bahasa EKG
Lembar < 0,04 detik Hipertrofi).
Tinggi (dalamnya) < 1/3 tinggi R Menentukanaxis jantung

MedStar Page
Axis normal berada antara -300 6. ST Segmen
sampai 1100. Lebih dari -300 disebut axis 7. Tentukan gelombang T normal atau tidak
LAD, lebih dari +1100 disebut Axis RAD
dan lebih dari +1800 disebut Axis Extreme E. EKG normal
RAD. Kriteria Irama Sinus atau EKG normal

 Irama :Teratur
 Frekuensi jantung (HR) :60 – 100
kali/menit
 Gelombang P :Normal,
setiap gelombang P Selalu diikuti gel
QRS, T
 Interval PR : Normal (0,12 –
0,20 detik)
 Gelombang QRS : Normal (0,06 –
0,12) detik
 Semua gelombang sama

D. Cara Menginterprestasi Ekg Strip


Membaca EKG akan mudah dan
tepat jika kita melakukannya secara
sistematis. Berikut ini urutan dalam
membaca EKG. Bagi pemula dianjurkan
ada pendamping untuk cara membaca
dan menginterpretasikan hasil
perekaman EKG.
1. Tentukan iramanya teratur atau tidak,
dengan cara melihat jarak antara QRS
satu dengan QRS yang lain jaraknya F. Aritmia / disritmia
sama atau tidak. Adalah gangguan denyut jantung yang
2. Tentukan frekuensi jantung (Heart rate) meliputi frequensi, irama dan konduksi
Menghitung frekuensi jantung (HR) yang dapat ditimbulkan oleh karena
melalui gambaran EKG dapat dilakukan gangguan pengeluaran / pembentukan
dengan 3 cara: impuls maupun gangguan system hantaran /
300 konduksi atau keduanya.Klasifikasi aritmia
a. Jumlah kotak sedang antara R−R1
( sesuaidengan prognosis ):
1500
b. Jumlah kotak kecil antaraR−R1 1. Aritmia minor
a. Ambil EKG strip sepanjang 6 detik, Ini tidak memerlukan tindakan segera
hitung jumlah gelombang R dalam sebab tidak mengganggu sirkulasi dan
6 detik tsb kemudian dikalikan 10 tidak berlanjut kearitmian yang serius,
atau ambil rekaman dalam 12 detik biasanya tidak memerlukan teraphi
dan kalikan 5. 2. Aritmia mayor
3. Tentukan gelombang P normal atau Dapat menimbulkan gangguan
tidak, juga lihat apakah setiap penurunan curah jantung & dapat
gelombang P selalu diikuti gelombang berlanjut kearitmia yang mengancam
QRS? (P : QRS)? jiwa. Memerlukan tindakan segera dan
4. Tentukan interval PR normal atau tidak teraphi
5. Tentukan gelombang QRS normal atau 3. Aritmia mengancam jiwa
tidakIrama EKG yang normal impuls Aritmia yang memerlukan resusitasi
(sumber listrik) nya berasal dari Nodus segera untuk mencegah kematian
SA, maka iramanya disebut dengan Gangguan EKG:
irama Sinus (Sinur Rhythm) Gangguan pembentukan impuls
a) Sinus Takikardi ( ST )

MedStar Page
b) Sinus Bradikardi (SB )

MedStar Page
c) Atrial Fibrilasi ( AF )
d) Atrial Fluter ( Af )
e) Supra VentrikelTakikardi ( SVT )
f) Ventrikel fibrilasi ( VF )
g) Ventrikel Takikardi ( VT )
h) Irama Junctional
i) Ventrikel Extra Systole ( VES )

Gangguan penghantar impuls:


a. Sinoatrial Block
b. AV Block 3. Sinus Aritmia
c. RBBB Irama :Tidak teratur
d. LBBB Frekwensi HR :Biasanya antara
60 – 100 x/menit
Gel. P :Normal, setiap
Jenis aritmia/disritmia: gel. P selalu dikuti gel QRS dan T
1. Sinus Takikardi Interval PR :Normal ( 0,12
Irama :Teratur – 0,20 detik )
Frekwensi HR :100 – 150 Gel. QRS :Normal ( 0,06
x/menit – 0,12 detik )
Gel. P :Normal, setiap
Catatan :Semua gel.
gel. P selalu dikuti gel qrs
dan t Sama
Interval PR :Normal ( 0,12 Note : Normal pada
– 0,20 detik ) orang muda, akibat pengaruh pola
Gel. QRS :Normal ( 0,06 pernafasan, meningkat selama
– 0,12 detik ) inspirasi dan menurun pada fase
Catatan :semua gel.
ekspirasi.
Sama

2. Sinus Bradycardi 4. SVT (supra ventrikular tachykardi)


Irama :Teratur
Irama :Teratur Frekwensi HR :150 – 250
Frekwensi HR :Kurang dari 60 x/menit x/menit
Gel. P:Normal, setiap gel. P selalu Gel. P :Sukar dilihat,
dikuti gel qrs dan t kadang terlihat tapi kecil
Interval PR :Normal ( 0,12 – 0,20 Interval PR :Tidak dapat
detik ) dihitung / memendek
Gel. QRS :Normal ( 0,06 – 0,12 Gel. QRS :Normal ( 0,06
detik ) – 0,12 detik )
Catatan :Semua gel. Sama

MedStar Emergency Page


7. Junctional takikardi (JT)
Irama :Teratur,
Frekwensi HR :Lebih dari 100
x/menit
5. Atrial flutter Gel. P :Tidak normal /
Irama :Biasanya Tidak ada / ada terbalik didepan
teratur, bisa juga tidak /dibelakang QRS
Frekwensi HR :Bervarias ( Interval PR :Tidak dapat
bisa normal, lambat/ cepat ) dihitung / memendek.
Gel. P :Tidak normal, Gel. QRS :Normal (0,06 –
seperti gigi gergaji ( saw tooth ), 0,12 detik
teratur dan dapat dihitung,tidak
semua gel P diikuti QRS , sehingga
frequensi frequensi atrial tidak
sama dengan ventrikel bisa 2:1, 3:1
atau 4:1
Interval PR :Tidak dapat
dihitung
Gel. QRS :Normal

8. Ventrikel ekstra sistole (VES)


Irama :Tidak teratur
saat munculekstra sistol , karena ada
irama yg muncul lebih awal
Frekwensi HR :Tergantung
irama dasarnya
Gel. P
6. Atrial fibrilasi (AF)
:Tidakadasaattimbulekstrasistole
Irama :Tidak teratur. Interval PR :Tidakada
Frekwensi HR :Bervariasi(bisa saattimbulekstrasistole
normal, lambat/cepat ) Gel. QRS :Melebar>dari
Gel. P :Tidak dapat di 0,12 detik
identifikasi, sering terlihat keriting
pada garis base line.
Interval PR :Tidak dapat
dihitung
Gel. QRS :Normal ( 0.06
– 0.12 )

VES BIGEMINI

MedStar Page 127


VES TRIGEMINI

Emergen
9. Idioventrikuler rhytem (IVR)

12. Ventrikel Fibrilasi (VF)


Irama :Tidak teratur
Frekwensi HR :< 350 x/menit
shg tdk dpt dihitung
Gel. P :Tidak ada
Interval PR :Tidak ada
Gel. QRS :Lebar dan tidak
teratu

10. Ventrikuler takikardi (VT)


Irama : Teratur
Frekwensi : > 100 X/
menit Gelombang P : Tidak
terlihat
Interval PR : Tidak ada
Gelombang QRS : > 0,12
detik 13. PEA

VES MULTI FOC

14. Asistole

11. Ventrikel Fibrilasi (VF)


Irama : Tidak teratur
Frekwensi : Tidak
dapat dihitung
Gelombang P : Tidak ada
Interval PR : Tidak ada

MedStar Emergency Page 128


Catatan:
Frekuensi jantung yang normal : 60
– 100x/menit
Lebih dari 100 x/menit : Sinus taki kardi
Kurang dari 60 x/menit: Sinus bradi
kardi
150 – 250 x/menit : Taki kardiab
normal
250 – 350 x/menit : Flutter
>350 x/menit : Fibrilasi

BAB XII ACS (Acute


TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu
memberikan asuhan keperawatan gawat darurat
dasar pada Sindrom Koroner Akut (SKA) atau
Acute Coronary Syndrome (ACS)

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti pelatihan ini peserta di-
harapkan mampu untuk :
1. Menjelaskan tentang ACS
2. Mengkaji klien ACS
3. Memberikan asuhan keperawatan pasien ACS
4. Mengintrepestasikan EKG ACS
5. Melakukan pencatatan dan pelaporan secara
akurat dan tepat sesuai alur

PENDAHULUAN
suatu fase akut dari Angina Pectoris Tidak
Stabil-APTS (terjadi peningkatan nyeri dada
baik frekuensi, durasi dan intensitas nyeri serta
tidak dapat diatasi dengan pemberian nitrat).
Angina tersebut dapat terjadi sewaktu – waktu,
saat istirahat aupun beraktifitas. Hal ini
disebabkan karena adanya thrombosis akibat dari
rupture plak aterosklerosis yang tidak stabil.
Sindrom ini menggambarkan suatu penyakit
yang berat dengan mortalitas tinggi. Mortalitas
tidak tergantung pada besarnya prosentase
stenosis (plak) koroner, namun lebih sering
ditemukan pada penderita dengan plak kurang
dari 50 – 70% yang tidak stabil, yakni fibrouse
cap “dinding plak” yang tipis dan mudah erosi
atau rupture.

MedStar Page
Oleh karena terjadi perubahan morfologi pula terlambat untuk mendapatkan
pembuluh darah koroner, maka lambat laun plak pertolongan. Waktu saat muncul keluhan
tersebut menjadi rapuh, pada saat plak yang sampai dengan pasien dibawa ke IGD
rapuh tersebut lepas, maka terbentuk sumbatan merupakan waktu yang sangat penting. Oleh
pada aliran darah koroner. Di lain pihak pada karena itu sangat penting bagi perawat untuk
lapisan pembuluh darah koroner tersebut akan mengetahui tentang kegawatdaruratan
terjadi kikisan maka inilah pemicu terjadinya kardiovaskuler dan mampu memberikan
thrombus, kadang kejadian ini disertai tanda atau penanganan secara cepat dan tepat pada
keluhan dari klien seperti nyeri dada. Keluhan korban, baik bantuan hidup dasar (Basic Life
nyeri dada timbul sebagai tanda “supply” Support – BLS) ataupun sampai dengan
oksigen tidak sesuai dengan “kebutuhan” otot bantuan hidup lanjut (Advanced Cardiac Life
jantung. Dengan demikian otot jantung menjadi Support – ACLS).Gradasi APS menurut
iskemi
canadian cardiovaskular society:

 Klas I nyeri dada timbul


dengan latihan berat seperti
berjalan cepat terburu-buru
 Klas II aktivitas sehari-hari
agak terbatas, nyeri dada
timbul aktivitas lebih berat
seperti berjalan 2 blok,
1. Konsep Acute Coronary Sindrome
berjalan menanjak
adalah kondisi di mana aliran darah
 Klas III aktivitas sehari-hari
menuju ke jantung berkurang secara tiba-tiba.
Nyeri dada seperti tertindih benda berat nyata terbatas, nyeri timbul
merupakan bentuk gejala paling umum dari pada waktu aktivitas seperti
kondisi ini. Arteri koroner (pembuluh darah naik turun tangga dengan
jantung) memasok darah yang kaya akan kecepatan luar biasa
oksigen ke otot jantung. Jika arteri ini  Klas IV nyeri timbul waktu
menyempit atau tersumbat akan mengganggu istirahat sekalipun, seperti
fungsi jantung yang bisa menyebabkan menyapu, mandi
angina atau serangan jantung. Acute Coronary Syndrome terdiri dari:
Istilah ACS sekarang ini banyak A. angina tak stabil (unstable angina)
digunakan untuk menggambarkan kejadian Yang dimaksud ke dalam angina tidak
kegawatan pada pembuluh darah koroner. stabil
ACS merupakan satu sindrom yang terdiri (1) Pasien dengan angina yang masih
dari beberapa penyakit koroner yaitu, angina
baru dalam 2bulan, angina cukup
tak stabil (unstable angina), infark miokard
non – elevasi ST, infark miokard dengan berat & frek cukup sering > 3x/hr
elevasi ST, maupun angina pektoris pasca (2) Pasien dengan angina yang makin
infark atau pasca tindakan intervensi pada bertambah berat, sebelumnya
koroner perkutan. angina stabil, lalu serangan angina
Oleh orang awam, terkadang gejala – timbul lebih sering & lebih berat
gejala sindrom koroner akut disalahartikan sakit dadanya, sedangkan
sebagai masuk angin. Pada beberapa kasus presipitasinya ringan
yang menyebabkan kematian, orang awam (3) Pasien dengan serangan angina
juga kerap menyebut kondisi ini sebagai waktu istirahat
angin duduk. ACS merupakan kondisi darurat B. angina prinzmental
medis yang membutuhkan penanganan  Sakit dada timbul waktu
segera. Kondisi kesehatan ini umum terjadi.
istirahat
Kondisi ini biasanya terjadi pada orang yang
yang berusia di atas 45 tahun, perokok, dan  Sering kali pada pagi hari
memiliki riwayat penyakit jantung.  Disebabkan spasme
Pada kasus kegawatan kardiovaskuler aterosklerosis koroner
sering timbul secara mendadak, dan sering  EKG ST elevasi

MedStar Page
 Berkembang menjadi AMI

C. STEMI(STElevasiMyocard
Infraction)
D. NSTE-ACS(Non ST Segment
Elevation Acute Coronary
Syndrome)

2. Etiologi Acute Coronary Sindrome


a. Timbunan lemak (aterosklerosis)
dalam pembuluh darah.
b. Sumbatan (trombosit) oleh sel
bekuan darah (thrombus).
c. Vasokontriksi
d. Infeksi pada pembuluh darah.

3. Tanda– Tanda Dan Gejala


Yang paling umum dari kondisi ini adalah:
Dada terasa seperti tertindih benda
berat
Nyeri yang terasa samar atau terasa sangat
sakit di bagian dada, leher, bahu kiri,
lengan dan menyebar ke bagian bawah
(terutama di bagian lengan kiri). Rasa
sakit muncul secara perlahan atau tiba-
tiba, menyebar atau terasa menyengat

Tanda – tanda dan gejala lain dari sindrom


koroner akut yaitu:
Sesak napas
Detak jantung cepat atau tidak teratur
Merasa seperti ingin jatuh
Kelelahan yang parah
Otot melemah
Mual atau muntah
Keluar keringat dingin

4. Faktor Resiko

MedStar Page
Faktor-faktor resiko
penyakit jantung koroner
dibagi dua yaitu faktor resiko
yang dapat dimodifikasi dan
faktor resiko yang tidak dapat
dimodifikasi. Faktor resiko
yang dapat dimodifikasi antara
lain:
H
i
p
e
r
t
e
n
s
i

D
i Diagnostik adanya suatu acute
a coronary syndrome harus ditegakkan secara
b cepat dan tepat dan didasarkan pada tiga
e kriteria (TRIAS AMI berdasarkan WHO),
t yaitu gejala klinis nyeri dada spesifik,
e gambaran EKG (elektrokardiogram), dan
s evaluasi biokimia dari enzim
Hiper jantung.
koles Nyeri dada tipikal (angina) merupakan
terole gejala kardinal pasien ACS. Nyeri dada atau
mia rasa tidak nyaman di dada merupakan
Mero keluhan dari sebagian besar pasien dengan
kok ACS. Sifat yang spesifik dari nyeri dada
Kurang latihan angina adalah sebagai berikut dengan
Diet dengan Pengkajian OPQRST:
kadar lemak
tinggi Obesitas
Stress
Faktor resiko yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain:
Riwayat PJK
dalam
keluarga Usia
di atas 45
tahun
Jenis kelamin laki-laki >
perempuan Etnis tertentu
lebih besar resiko terkena
PJK
5. Pengkajian Acute Coronary Sindrome

MedStar Page
O=Onset:Kapan masalah dimulai, dan apa gejala yang biasa menyertai adalah mual,
yang menyebabkan? muntah, sulit bernafas, keringat dingin dan
P=Provacation :Tanya apa yang memperberat lemas.
nyeri, apakah posisi? Apakah T=Timing :tanyakan nyeri yang paling lama
ketika menarik npas dalam yang sudah pernah dirasakan
atau berdebar membuatnya prtama kali timbul, apakah nyeri
lebih buruk? hilang timbul atau terus
menerus.
>>>dipengaruhi oleh beberapa keadaan, yaitu
aktivitas/ latihan fisik yang berlebihan (tak
terkondisikan, stress emosi, terkejut, udara
dingin, waktu dari suatu siklus harian (pagi
hari). Keadaan – keadaan tersebut ada
Presentasi Klinis Nyeri Dada
hubungannya dengan peningkatan aktivitas
Berat ringannya nyeri bervariasi. Sulit
simpatis, sehingga tekanan darah meningkat, untuk membedakan angina pektoris tidak
frekuensi debar jantung meningkat, frekuensi stabil/ NSTEMI dan STEMI berdasarkan
debar jantung meningkat, kontraktilitas gejala semata – mata.
jantung meningkat, dan aliran koroner juga a. Unstable angina: gejala angina tidak stabil
meningkat. adalah sama dengan angina stabil, tetapi
>>>Palliatif: pada nyeri angina terkontrol gejala dapat disertai:
Nyeri tambah berat/ angina tambah
dengan nitrat, tetapi pada akut memerlukan
berat tanpa pemicu/ provokasi apapun
analgetik dosis tinggi seperti morphin. Nyeri tetap bertahan bahkan ketika
Q=Quality :Tanyakan jenis nyeri, biarkan istirahat
pasien menjelaskan keluhannya Nyeri bertahan lebih dari lima
dengan kata-kata sendiri, menit Tidak respon terhadap ISDN
hindaripertanyaan tertutup. b. Non – ST Segmen Elevasi Acute
Jangan tayakan apakah nyeri Coronary Syndrome (NSTE-ACS),
setidaknya dua dari kriteria berikut:
seperti tertindih sebaiknya
Gejala nyeri saat istirahat
tanyakan sperti apa nyerinya, Terdapat peningkatan serum troponin
beratnnya, tertekan, terbakar, Perubahan EKG: elevasi segmen ST
diiris-iris, ditindih benda, atau tidak hadir, mungkin ada segmen ST
seperti tertusuk. normal atau depresi atau gelombang T
>>>atau dikenal juga dengan sifat nyeri, rasa inversi
sakit yang seperti ditekan, seperti terbakar, c. ST segmen elevasi miokard infark
(STEMI), ditandai dengan gejala dengan
ditindih benda berat, seperti ditusuk, seperti
elevasi segmen ST (iskemia transmural).
diperas atau dipelintir. Ada indikasi untuk perawatan mendesak
reperfusi, baik dengan intervensi
R=Radiation :tanyakan dimana nyerinya dan koronerperkutan atau dengan pemberian
apakah menjalar kebagian agen trombolitik. Serangan jantung bisa
tubuh lainnya subclassified sebagai gelombang Q atau
>>>substernal, retrosternal, dan prekordial non – Q wave infark miokard.
>>>atau penjalaran nyeri ke arah leher,
lengan kiri, mandibula, gigi, punggung atau 6. Penanganan Acute Coronary Sindrome
interskapula, dan dapat juga menjalar ke Penutupan total (Oklusi Total) yang
lengan kanan. terjadi lebih dari 4 – 6 jam pada arteri
S=Severity :tanyakan tentang skala nyeri koroner akan menyebabkan nekrosis miokard
dari 0-10, dan evaluasi nyeri yang irreversible.
setelah dilakukan tata laksana Dalam menangani CS dapat dibagi menjadi:
>>> pada nyeri angina lama, nyeri antara 10 1. Fase sebelum RS (Pre Hospital Stage),
sampai dengan 20 menit, dan berulang. yang kemungkinan tanpa komplikasi atau
Sedangkan nyeri pada fase akut lebih dari 30 dengan komplikasi, harus diperhatikan
menit dan terjadi terus – menerus.Adapun dengan seksama.
2. Fase RS (hospital stage) yang dimulai di

MedStar Page
Instalasi Gawat Darurat
(IGD), dengan

MedStar Page
tujuan untuk pencegahan terjadinya IMA,
pembatasan luasnya infark, dan
pemeliharaan fungsi jantung (Miokard)
Tahapan awal dan cepat Pengobatan pasien
dengan acute coronary syndrome:
Bedrest
Morphine
Berikan morphine sesuai dengan protap,
jika tidak respon dengan pemberian
nitrat sublingual atau spray.
Oksigenasi
Langkah ini segera dilakukan karena
dapat membatasi kekurangan oksigen
Nitroglycerin
Berikan sublingual 5 mg tiap 3 – 5 menit
untuk gejala yang terus menerus jika BAB XIII
diijinkan dna tidak ada kontraindikasi TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM DAN
Aspirin KHUSUS
Berikan Aspirin 160–325mg dikunyah,
pada jam–jam pertama, atau berikan
Peserta diharapkan mampu mempraktikkan team
aspirin supposositoria 300 mg untuk
dynamic / dinamika tim yang efektif dalam
penderita yang mempunyai gangguan
melakukan Tatalaksana pada Pasien Kasus
pencernaan.
Clopidogrel Trauma & Henti Jantung
Berikan clopidogrel 300 – 600 mg
peroral. A. DEFIBRILASI
PENDAHULUAN
Intervensi Diagnostik pada STEMI Pemberian direct current (DC) shocks untuk
ONSET <3 Jam kasus jantung telah lama digunakan dan sukses
 Pasien dengan STEMI biasanya mengubah irama jantung yang tidak normal
menjadi kembali normal. Pada tahun 1775,
terjadi total oklusi arteri koroner
Abildgaard melaporkan menggunakan listrik
epicardia untuk menghidupkan seekor ayam betina dari
 Tujuan utama dari penata laksanaan kematian.
awal adalah terapi reperfusi segera Pemberian gelombang listrik sementara dapat
dengan pemberian terapi fibrinolitik mengakibatkan depolarisasi dari hampir semua sel
(reperfusi farmakologi) atau PPCI/ jantung dan mengakibatkan nodus sinus
PRIMARYPERCUTANEOUS pacemaker kembali normal. Pada keadaan seperti
CORONARY INTERVENTION ventricular Fibrilation (VF) dan ventricular
(reperfusi mekanik) takikardi (VT) tanpa nadi, defibrilasi
mengembalikan ke irama sinus. Saat ini ada 2
jenis alat yang digunakan untuk kardioversi dan
defibrilasi, yaitu gelombang monofasik sinusoidal
(gelombang positif) dan gelombang bifasik.

B. DEFINISI
Defibrilasi adalah suatu tindakan terapi
dengan cara memberikan aliran listrik yang kuat
dengan metode asinkron ke jantung pasien
melalui elektroda yang ditempatkan pada
permukaan dada pasien. Tujuannya adalah untuk
koordinasi aktivitas listrik jantung dan
mekanisme pemompaan, ditunjukkan dengan
membaiknya cardiac output, perfusi jaringan dan
oksigenasi. American Heart Association (AHA)

MedStar Page
merekomendasikan agar defibrilasi diberikan
secepat mungkin saat pasien mengalami
gambaran VT non-pulse atau VF, yaitu 3 menit
atau kurang untuk setting rumah sakit dan dalam
waktu 5 menit atau kurang dalam setting luar
rumah sakit. Defibrilasi dapat dilakukan diluar
rumah sakit karena sekarang ini sudah ada
defibrillator yang bisa dioperasikan oleh orang
awam yang disebut automatic external
defibrillation (AED).

D. INDIKASI DEFIBRILASI
Defibrilasi merupakan tindakan
resusitasi prioritas utama yang ditujukan
pada:
Ventrikel fibrilasi (VF)
Ventrikel takikardi tanpa nadi (VT non-
Tindakan Resusitasi yang dilakukan dengan pulse)
kualitas tinggi (‘High-quality’ CPR) oleh orang
pertama yang menyaksikan korban terkena
serangan henti jantungmeningkatkan 2 x lipat
angka keberhasilan tindakan resusitasi.
Bila dilakukan cpr, angka keberhasilan
hanya turun 3 – 4% setiap menitmulai
dari kolaps sampai dilakukan defibrilasi
Angka keberhasilan akan lebih
meningkat apabila defibrilasi segera
dilakukan saat terjadi henti jantung yang
tersaksikan (49–75%)

C. CHAIN OF SURVIVA

Meskipun defibrilasi merupakan terapi


definitive untuk VF dan VT non-pulse,
penggunaan defibrilasi tidak berdiri sendiri tetapi
disertai dengan resusitasi. kardiopulmonari
(RJP). Peran aktif dari penolong atau tenaga
kesehatan pada saat mendapati pasien dengan
cardiac arrest, dimana sebagian besar
menunjukkan VF dan VT, untuk bertahan
terbukti meningkat.

E. PRINSIP DEFRIBILASI
Memberikan energi dalam jumlah banyak dalam
waktu yang sangat singkat (beberapa detik)
melalui pedal positif dan negative yang
ditekankan pas dinding dada atau melalui
adhesive pada yang ditempelkan pada sensing
dada pasien. Arus listrik yang mengalir sangat
singkat ini bukan merupakan loncatan awal bagi
jantung untuk berdetak, tetapi mekanismenya
adalah aliran listrik yang sangat singkat ini akan
MedStar Emergency
Page 134
mendepolarisasi semua miokard, menyebabkan lebih sedikit risiko cedera pada jantung daripada
berhentinya aktivitas listrik jantung atau biasa bentuk gelombang monofasik, bahkan ketika
disebut asistole. Beberapa saat setelah tingkat energi kejut adalah sama. Inilah sebabnya
berhentinya aktivitas listrik ini, sel-sel pace mengapa produsen defibrillator eksternal
maker akan ber-repolarisasi secara spontan dan sekarang menggunakan bentuk gelombang
memungkinkan jantung untuk pulih kembali. bifasik di perangkat mereka. Bentuk gelombang
Siklus depolarisasi secara spontan dan Bifasik menjadi standar baru perawatan di
repolarisasi sel-sel pacemaker yang reguler ini defibrillator eksternal. Di masa lalu hanya ada
memungkinkan jantung untuk mengkoordinasi satu jenis defibrilasi transthoracic, yaitu standar
miokard untuk memulai aktivitas kontraksi sinus gelombang kejut monofasic. Selama
kembali. bertahun-tahun penelitian, teori impedansi dan
waktu guncangan sudah diperdebatkan untuk
F. PEMBAGIAN DC-SHOCK dijadikan suatu standar baku. 6 Studi-studi telah
1. Berdasarkan arus dibagi monofasik menunjukkan bahwa awalnya ada perubahan
dan bifasik segmen ST yang signifikan terkait dengan energi
tinggi defibrilasi, yang dapat berlangsung sampai
Defibrilasi (unsynchronize) beberapa bulan (jika pasien bertahan).
Ventricular Ventricular Dengan sistem Bifasik ada yang lebih tinggi
Fibrillasi (VF) takikardi (Pulseless tingkat keberhasilan konversi kejutan awal dari
VT) VT (ventrikel takikardi) atau VF (ventrikel
tanpanadi
fibrilasi) dibandingkan monofasic (85,2% vs
Monophasic 360 Monophasic
j 360 j 97,6% monofasic bifasik ), energi dalam Joule
Biphasic 120 – Biphasic 120 - secara signifikan kurang (360j monofasic, 200j
200 j 200j bifasik) yang akan mempengaruhi kebutuhan
Bayi/anak< 8 Bayi/anak< 8 cadangan energi, Bifasik lebih efektif dalam
tahun2-4j/kgbb tahun2- membalikkan VF berkelanjutan Defibrilasi
4j/kgbb bifasik menawarkan khasiat sama atau lebih baik
Maksimal10j/kg Maksimal10j/
pada energi rendah dari gelombang Monofasic
bb kgbb
Cardioversi (synchronize) Defibrilator tradisional defibrillator-dengan risiko lebih kecil
monofasik pasca-shock komplikasi seperti disfungsi
Jenis disritmia Energy (joule) miokard dan luka bakar kulit.
VT dengan nadi 50 - 100 2. Berdasarkan kegunaan
SVT 50 - 100 a. Defibrilasi (unsynchronize)
AF 120 - 200 b. Cardioversi (synchronize)
Atrial flutter 50 - 100
Selama beberapa dekade, defibrillator
telah menggunakan bentuk gelombang G. FAKTOR YANG MENENTUKAN
monofasic. Dengan bentuk gelombang KEBERHASILAN DEFIBRILASI
monofasic, arus mengalir dalam satu arah, Lamanya kesuksesan defibrilasi tergantung
dari satu elektroda ke yang lain, dari status metabolisme miokard dan jumlah
menghentikan jantung sehingga memiliki miokard yang rusak selama periode hipoksia
kesempatan untuk memulai kembali sendiri. karena arrest. Semakin lama waktu yang
Dengan bentuk gelombang bifasik, arus digunakan untuk memulai defibrilasi maka
mengalir dalam satu arah pada tahap semakin banyak persediaan ATP yang
pertama shock dan kemudian membalikkan digunakan miokard untuk bergetar sehingga
untuk tahap kedua. Bentuk gelombang menyebabkan jantung memakai semua tenaga
bifasik sekarang "standar emas" untuk alat sampai habis dan keadan ini akan membuat
defibrilator. jantung menjadi kelelahan.
Penelitian menunjukkan bahwa bentuk Keadaan dan kondisi miokard Hipoksia,
gelombang bifasik lebih efektif dan asidosis, gangguan elektrik, hipotermi dan
menimbulkan
MedStar Page
penyakit dasar jantung yang berat menjadi diantara
penyulit bagi pemulihan aktivitas kontraksi
jantung. Besarnya jantung, makin besar jantung,
makin besar energi yang dibutuhkan untuk
defibrilasi. Ukuran diameter pedal dewasa yang
dianjurkan adalah 8,5-12 cm dan untuk anak-
anak berkisar 4,5-4,8 cm. ukuran pedal terlalu
besar membuat tidak semua permukaan pedal
menempel pada dinding dada dan menyebabkan
banyak arus yang tidak sampai ke jantung.
Untuk itu, penggunaan pedal pada anak-anak
bisa disesuaikan dengan ukuran tubuhnya.
Letak pedal hal yang sangat penting tetapi
sering kali diabaikan adalah peletakan pedal
pada dinding dada saat dilakukan defibrilasi.
Pedal atau pad harus diletakkan pada posisi
yang tepat yang memungkinkan penyebaran
arus listrik kesemua arah jantung. Posisi sternal,
pedal diletakkan dibagian kanan atas sternum
dibawah klavikula. Pedal apeks diletakkan
disebelah kiri papilla mamae digaris
midaksilaris. Pada wanita, posisi pedal apeks
ada di spasi interkosta 5-6 pada posisi mid-
axilaris. Pada pasien yang terpasang pacemaker
permanent, harus dihindari peletakan padel
diatas generator pacemaker, geser pedal
setidaknya 1 inchi dari tempat itu. Defibrilasi
langsung ke generator pacemaker dapat
menyebabkan malfungsi pace maker secara
temporary atau permanent. Setelah dilakukan
defibrilasi atau kardioversi harus dicek ambang
pacing dan sensibilitasnya serta dilihat apakah
alat masih bekerja sesuai dengan setting
program. Hal yang harus diperhatikan pada saat
melakukan defibrilasi adalah posisi pedal atau
pads, keduanya tidak boleh saling menyentuh
atau harus benar-benar terpisah.
Energi Pada defibrilator monofasik energi
yang diberikan 360 joule, sedangkan pada
defibrilator bifasik 200J. Untuk anak-anak,
energi yang diperlukan adalah 2-4 joule/kg BB,
maksimal 9 j/kg BB. Jelli/Gel Saat
menggunakan pedal, jangan lupa memberikan
jelli khusus untuk defibrilasi atau kardioversi
pada pedal. Jelli berfungai sebagai media
konduksi untuk penghantar arus listrik. Tujuan
dari pemberian gel adalah untuk mengurangi
resistensi transtorakal dan mencegah luka bakar
pasien. Yang harus diperhatikan juga adalah
jangan sampai gel tersebut teroles dikulit

MedStar Page
sternum dan apeks, atau jelli dari 5. Pastikan posisi kabel defibrillator pada
salah satu atau ekdua pedal posisi yang bisa menjangkau sampai ke
mengalir menghubungkan pasien
6. Nyalakan perekaman EKG agar
keduanya pada saat ditekan ke
mencetak gambar EKG selama
dada pasien. Jika ini terjadi akan pelaksanaan defibrilasi
mengakibatkan arus hanya 7. Letakkan pedal pada posisi apeks dan
mengalir dipermukaan dinding sternum
dada, aliran arus ke jantung akan 8. Charge pedal sesuai energi yang
missing dan memancarkan bunga diinginkan
api yang menyebabkan sengatan 9. Pastikan semua clear atau tidak ada
yang kontak dengan pasien, bed dan
listrik pasien pada pasien dan
peralatan pada hitungan ketiga (untuk
alat-alat operator. memastika jangan lupa lihat posisi
semua personal penolong)
H. PERSIAPAN PASIEN 10. Pastikan kembali gambaran EKG
1) Pastikan pasien dan atau adalah VT atau VF non-pulse
keluarga mengerti
prosedur yang akan
dilakukan
2) Letakkan pasien diatas
papan resusitasi pada
posisi supine
3) Jauhkan barang-barang
yang tersebut dari bahan
metal dan air disekitar
pasien
4) Lepaskan gigi palsu atau
protesa lain yang
dikenakan pasien untuk
mencegah obstruksi
jalan nafas
5) Lakukan RJP secepatnya
jika alat-alat defibrillator
belum siap untuk
mempertahankan cardiac
output yang akan
mencegah kerusakan
organ dan jaringan yang
irreversible.
6) Berikan oksigen dengan
face masker untuk
mempertahankan
oksigenasi tetap adekuat
yang akan mengurangi
komplikasi pada jantung
dan otak
7) Pastikan mode
defibrillator pada posisi
asyncrone
8) Matikan pace maker
(TPM) jika terpasang.

I. PROSEDUR DEFIBRILASI
1. Inform concent
2. DC-Shock
3. Troly emergency
4. Oleskan Jelly pada pedal secara merata
MedStar Page
11. Tekan tombol pada kedua pedal sambil  Disfungsi pace-maker
menekannya di dinding dada pasien,
jangan langsung diangkat, tunggu
sampai semua energi listrik dilepaskan.
12. Nilai gambaran EKG dan kaji denyut
nadi karotis II. DYNAMIC TEAM
13. Jika kejutan kedua tidak berhasil,
lakukan tahapan ACLS berikutnya
14. Bersihkan jelly pada pedal dan pasien A. DEFINISI
Kerjasama Tim yang efektif sangat
J. PENEMPATAN PADDLE menentukan keberhasilan resusitasi. Apabila
kerjasama baik maka dampaknya pasien
akan terselamatkan, akan tetapi jika
kerjasama buruk yang terjadi adalah
sebaliknya kecacatan atau bisa saja
meninggal.
IHCA (Intra Hospital Cardiac Arrest)
adalah kejadian henti jantung atau
kegawatdaruratan didalam rumah sakit yang
menjadi fokus penanganan oleh team code
blue dan Early Warning Score System.
Sternum : mid clavicularisdextra
2 jaridibawahclavicula kanan Secara international ada beberapa kode
Apex : ICS ke 5, anterior yang digunakan dalam kegawatdaruratan di
sampailateralis kiri rumah sakit, namun di Indonesia kode yang
digunakan menyesuaikan dengan kebutuhan
J. PASCA DEFRIBILASI rumah sakit. Berikut kode yang digunakan
2 Evaluasi status neurology. Orientasikan sesuai dengan standart akreditasi rumah
klien terhadap orang, ruang, dan waktu
sakit:
3 Monitor status pulmonary (RR, saturasi
O2)
4 Monitor status kardiovaskuler (TD, HR, NAMA
Ritme) setiap 15 menit SITUASI
5 Monitor EKG KODE
6 Mulai berikan obat anti disritmia Blue Code Kegawatdaruratan medis
intravena yang sesuai
7 Kaji apakah ada kulit yang terbakar dalam rumah sakit
8 Monitor elektrolit (Na. K, Cl) Black code Ancaman bom, gempa
Dokumentasi dan laporan setelah
tindakan bumi atau sesuatu yang
1. Print out EKG sebelum, selama dan mengancam infrastruktur
sesudah defibrilasi
2. Status neurology, respirasi dan Red Code Kebakaran
kardioversi sebelum dan sesudah Yellow Code Pencemaran bahan
defibrilasi
3. Energi yang digunakan untuk defibrilasi kimia, limbah atau banjir
4. Semua hasil yang tidak diinginkan dan Pink code Penculikan bayi
intervensi yang telah diberikan
K. KOMPLIKASI
 Henti jantung-nafas dan kematian B. CHAIN OF SURVIVAL
 Anoxia cerebral sampai dengan
kematian otak
 Gagal nafas
 Asistole
 Luka bakar
 Hipotensi
MedStar
Page
MedStar Page
C. DINAMIKATEAM
1. Peran & Tanggung Jawabyang Jelas

A. Kasus cardiacc arrest

B. Kasus trauma

MedStar Page
2. Memahami Keterbatasan Masing-Masing
Leader harus mengetahui
keterbatasan
setiap anggota
Anggota team tidak boleh
mencoba TINDAKAN YANG
TIDAK DIKUASAI
3. Intervensi Konstruktif
Komunikasi dua arah antara leader
dan anggota team
4. Salingberbagipengetahuan
5. Review &Reevaluasi
Observasi setiap perubahan kondisi pasien
yang signifikan
6. Closed Loop Communication
Intruksi dilakukan dengan
menyebut nama
Anggota team terkait
mengulani perintah
Informasi yang disampaikan
dengan tenang namun jelas
7. Salingmenghormati
8. After Action (debreafing)

D. PERAN DAN TUGAS


1. Leader
 Pemandu team
 Membagi peran Team
 Decisionmaker
 Feed back positif
2. Compressor
 Melakukan High Quality
CPR meminimalkan interupsi
 Change in 2 minute
3. Airway
 Membuka jalannafas
 Lakukan ventilasi dengan
BVM teknik E- C Clamp
(sebaiknya petugas ventilasi/airway
adalah advance dalam melakukan
intubasi (mulai putaran kedua/setelah
SAS Pertama dapat melakukan
intubasi)
MedStar Page
MedStar Page
4. Defibrilator
 Memasang elektroda Defibrilator
dan monitor irama jantung
 Memberikan elektrikal shock therapy
5. Recorder
Dokumentasikan tindakan
Timer
6. Medication STANDART OPERASIONAL
Memasang infuse
Team Dynamic Manag
Memberi obat / terapicairan

No
Prosedur
E. PERAWATAN SETALAH CARDIAC
ARREST
BLS Survey
Sesuai dengan guideline AHA 2020
1 Danger (Aman diri, aman lingkungan, aman pasien)
setelah korban mengalami henti jantung dan
2 Cek Respon dengan menepuk bahu, dan memanggil
telah ditolong oleh team code blue, maka
3 Aktifkan Call for Help
team akan menghubungi kembali callcenter
untuk menyatakan code blue clear. 4 Cek nadi karotis, dan cek napas < 10 detik
Kemudian merencanakan untuk transportasi 5 Menentukan titik kompresi
pasien ke intensive care atau IGD 6 Melakukan CPR kedalaman 6 cm
berdasarkan satatus pasien rawat inap 7 Kecepatan 100 - 120 x/mnt
ataukah non pasien. 8 Ratio CPR 30 : 2 (30 kompresi, 2 Ventilasi)
9 Full chest recoil
10 Minimal interupsi
Bantuan Datang (Tim Code Blue)
Leader

11 Memimpin Tim Code Blue


Compresor
12 RJP 30 : 2 kemudian Switch pasang monitor
13 Pasang monitor
Ventilator
14 Memberikan Ventilasi dengan BVM 2 kali ventilas
Defibrilator
15 Menyampaikan bahwa monitor siap
16 Lakukan SAS (Stop RJP, Analisa irama, Switch / G
17 VF / VT (Defibrilasi)
18 Asistol / PEA (RJP)
Medicine
19 Pasang IV line
Memberikan obat-obatan injeksi (Epinefrin dan Am
dan waktu

Recorder
20 Mencatat kegiatan selama megacode berlangsung
MedStar Page
BAB XIV

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Peserta dapat mengetahui, mengidentifikasi, dan
melakukan simulasi pengangkatan, pemindahan,
dan rujukan pada pasien sesuai dengan masalah
yang dialaminya

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti pelatihan ini peserta di-
harapkan mampu untuk :
1. Mengetahui cara pengangkatan,
pemindahan, dan tujukan pada pasien
sesuai dengan masalah yang dialaminya
dengan baik dan benar.
2. Mengidentifikasi cara pengangkatan,
pemindahan, dan rujukan pada pasien yang
efektif sesuai kondisi pasien dan
lingkungan.
3. Melakukan pengangkatan, pemindahan,
dan rujukan pada pasien yang efektif sesuai
kondisi pasien dan lingkungan

PENDAHULUAN
Hampir selalu setiap melakukan pertolongan
terhadap pasien kita harus melakukan
pengangkatan dan pemindahan pasien.
Mengangkat dan memindahkan pasien dilakukan
pada saat menuju tempat aman, meletakan pasien
ditempat tidur, atau ketika akan membawa
pasien ke fasilitasi kesehatan lebih lanjut.
Pengangkatan dan pemindahan pasien ada yang
dilakukan pada saat keadaan darurat (emergency
moving) dan ada yang dilakukan pada saat.
Keadaan sudah terkendali (non emergency
moving). Pengangkatan dan pemindahan darurat
dilakukan pada saat ada bahaya api, ledakan,
atau tertimpa benda
Seperti pada tahap pertolongan lain,
pengangkatan dan pemindahan pasien harus
tetap memperhatikan keselamatan dan

MedStar Page
keamanan diri

MedStar Page
sendiri. Pada banyak kasus ketika mengakat atau 4. Usahakanlah sedapat mungkin agar titik
memindahkan pasien penolong mengalami berat beban sedekat mungkin ke tubuh anda.
gangguan / rasa sakit pada daerah pinggang Cedera punggung mungkin terjadi ketika
akibat cara pengangkatan yang salah. anda menggapai dengan jarak yang jauh
untuk mengangkat sebuah benda.
5. Sejauh mungkin pakailah alat untuk
mengangkat ataupun memindahkan pasien.
tandu dan brankar merupakan contoh alat
yang mempermudah pekerjaan anda.
6. Jarak antara kedua lengan dan tungkai.
7. Saat berdiri sebaiknya kedua kaki agak
A. PRINSIP PENGANGKATAN terpisah selebar bahu. Apabila cara berdiri
Syarat utama dalam mengangkat pasien kedua kaki jaraknya terlalu lebar akan
tentulah keadaan fisik yang baik, yang juga mengurangi stabilitas. Jarak kedua tangan
terlatih dan dijaga dengan baik. Jika anda dalam memegang saat mengangkat
melakukan pengangkatan dan pemindahan (misalnya saat mengangkat tandu), adalah
dengan tidak benar, maka ini dapat juga selebar bahu. Jarak kedua tangan yang
mengakibatkan cedera pada penolong. terlalu rapat akan mengurangi stabilitas
Apabila anda melakukan cara pengangkatan benda yang akan diangkat, jarak terlalu lebar
yang tidak benar ini setiap hari, mungkin akan mengurangi tenaga mengangkat.
akan timbul penyakit yang menetap. 8. Biasanya kita akan bekerja dengan satu atau
Penyakit yang umum adalah nyeri pinggang beberapa petugas lain. Dalam keadaan
bagian bawah (low back pain), dan ini dapat darurat kerja tim hal yang penting. Seluruh
timbul pada usia yang lebih lanjut. anggota tim sebaiknya dilatih dengan teknik
1. Bayangkan bahwa tubuh anda sebuah yang tepat. Permasalahan dapat terjadi ketika
menara, tentu saja dengan dasar yang lebih bentuk fisik maupun tenaga fisik anggota tim
besar daripada bagian atas. Semakin miring sangat tidak sebanding. Rekan yang kuat
menara itu, semakin mudah runtuh. Karena dapat cedera jika yang lemah jatuh saat
itu berusahalah untuk senantiasa dalam mengangkat. Petugas yang lemahpun dapat
posisi tegak, jangan membungkuk ataupun cedera juga jika dia mencoba yang
miring. melakukan hal yang berlebihan. Idealnya
2. Gunakan paha untuk mengangkat, bukan rekan dalam mengangkat dan memindahkan
punggung. Untuk memindahkan sebuah seharusnya mampu dan sama kekuatan dan
benda yang berat, gunakan otot dari tungkai, tingginya.
pinggul dan bokong, serta ditambah dengan
kontraksi otot dari perut karena beban B. PEMINDAHAN DALAM KEADAAN
tambahan pada otot-otot ini adalah lebih DARURAT (EMERGENCY MOVING)
aman. Jadi saat mengangkat, jangan dalam Ada kondisi-kondisi tertentu dimana
keadaan membungkuk. Punggung harus pasien harus dipindah segera dari lokasi
lurus. Gunakan otot di punggung anda selalu kejadian untuk menghindari bahaya
dalam keadaan punggung lurus untuk selanjutnya. Dalam kondisi seperti ini
membantu anda memindahkan atau penolong tidak lagi memperhatikan
mengangkat benda yang berat. kondisi/masalah pasien, seperti misalnya
3. Guna otot fleksor (otot untuk menekuk, patah tulang, luka atau gangguan jalan
bukan otot untuk meluruskan). Otot fleksor napas sekalipun. Kondisi-kondisi yang
lengan maupun tungkai lebih kuat daripada mengharuskan untuk segera memindahkan
otot ekstensor. Karena itu saat mengangkat pasien adalah sebagai berikut :
dengan tangan, usahakan telapak tangan 1. Kebakaran atau ancaman dari
menghadap ke arah depan. kebakaran

MedStar Page
Kebakaran akan dapat merupakan
sebuah ancaman berat, bukan hanya b. Tarikan baju ( shirt drag)
pada pasien tetapi juga pada penolong.
2. Ledakan atau ancaman dari ledakan.
3. Ketidakmampuan untuk melindungi
pasien dari bahaya lain di tempat
kejadian. Contoh dari bahaya ini adalah
:
 Bangunan yang tidak stabil
 Mobil terguling, bensin tumpah
4. Adanya bahan berbahaya (Hazardous
Material – Hazmat)
5. Orang sekitar yang berperilaku c. Tarikan selimut (balnket drag)
mengancam
6. Kondisi cuaca yang buruk.
7. Terpaksa memindahkan satu pasien
agar dapat mencapai pasien yang lain,
misalnya pada kecelakaan bis.
8. Terpaksa memindahkan satu pasien
agar dapat mencapai pasien yang lain,
misalnya pada kecelakaan bis
9. Ketika perawatan gawat darurat tidak
dapat diberikan karena lokasi atau
posisi pasien. misalnya pada seseorang d. Fire fighter’s Drag
yang terkena henti jantung-nafas, RJP
hanya dapat dilakukan pada posisi tidur
di atas dasar yang keras

Bahaya terbesar pada saat memindahkan


pasien cedera (trauma) dalam keadaan
darurat adalah kemungkinan memburuknya
suatu cedera tulang belakang. Pilihlah cara
memindahkan pasien yang seaman
mungkin, dengan tetap memperhatikan
kesegarisan tulang belakag dengan kepala
pasien.
(1) PEMINDAHAN PASIEN TIDAK
DALAM KEADAAN DARURAT
Berikut macam-macam emergency moving:
(NON EMERGENCY MOVING)
a. Tarikan lengan bahu (shoulder drag)
Apabila lokasi kejadian sudah dipastikan
aman dan tidak ada kemungkinan bahaya
susulan maka pengangkatan dan pemindahan
pasien harus dilakukan setelah stabilisasi pasien
atau dengan memperhatikan masalah, cedera dan
perlukaannya. Kesalahan dalam pengangkatan
pada cedera tertentu (misalnya: patah tulang
leher dan tulang belakang) akan berakibat fatal
dan mengancam nyawa pasien.

MedStar Page
Pengangkatan pada kondisi yang aman harus
direncanakan degan baik. Keamanan dan
keselamatan penolong pada saat akan melakukan
pengangkatan harus diperhatikan. Jangan pernah
ragu untuk meminta bantuan apabila kemampuan
penolong dirasakan belum memadai. Jenis
emergency moves adalah :
C. LOG ROOL
Setiap ada kecurigaan cedera
tulang belakang Direct Ground Lift (mengangkat langsung dari
Tidak boleh memutar pasien tanah)
Hanya untuk memindahkan pasien
semaunya karena dapat
(dari brankard ke tempat tidur atau
mengakibatkan kelumpuhan.
sebaliknya). Bukan alat untuk
Jika perlu memutar pasien 
imobilisasi pasien, bukan alat
perhatikan caranya  log roll
transportasi, dan jangan mengangkat
Log roll adalah cara memutar pasien
scoope strecher hanya pada ujungnya
seolah-olah menggulingkan
saja karena dapat menyebabkan scoope
sebatang kayu utuh (log)
Kepala pasien diusahakan melengkung di tengah bahkan sampai
selalu segaris terhadap sumbu patah. Tandu yang terdiri dari 2
tubuh. (kadang-kadang 4) belahan, yang
Untuk mencapai tujuan ini, seorang masing-masing diselipkan dari satu sisi
penolong ditempatkan khusus untuk pasien, dan kemudian diselipkan
memegang kepala pasien dan masing-masing di bawah satu sisi
penolong lainnya di daerah badan pasien, dan kemudian dapat dikunci.
pasien. Sangat ideal untuk mengangkat dari
Penolong minimal 4 orang. 1 orang ruangan yang sempit.
Mengamankan kepala agar tetap Pada saat mengangkat pasien
segaris dengan ktubuh, 3 orang di area sebaiknya 4 penolong satu di bagian
tubuh korban. kepala, satu di bagian kaki, dan
masing-masing satu di kiri dan kanan.
D. PENGANGKATAN & PEMINDAHAN Ingat: tandu sekop hanya dipakai untuk
DENGAN ALAT mengangkat dan memindahkan,
Apabila tersedia peralatan untuk bukan untuk
mengangkat dan memindahkan pasien maka transportasi.
sebaiknya tindakan pengangkatan langsung Membuat tandu sendiri:
(terutama pada pasien trauma) dihindari Anda dapat membuat tandu sendiri
untuk mencegah cedera lebih lanjut. dengan 2 tongkat dan satu selimut.
Ada banyak alat yang tersedia untuk 1. Bentangkan selimut di atas lantai
mengangkat dan memindahkan pasien. alat 2. Tempatka 1 tongkat sejajar
mana yang akan dipakai tergantung dari dengan panjang selimut, pada tepi
keadaan pasien ditemukan, dan jenis selimut.
penyakitnya. 3. Lipatkan tepi selimut di atas
1. Brankar (strecher) tongkat sampai 30 cm dari tepi
Sebuah tandu yang mempunyai kaki- selimut.
kaki ber-roda, ada dua tipe tandu ini 4. Lakukan pada sisi yang lain
diantaranya tandu statis adalah tandu 5. Ketika pasien ditempatka diatas
yang permanen tidak dapat di lipat selimut, berat dari tubuh aka
kakinya dan tandu lipat adalah tandu mengunci tepi selimut ke tongkat.
6. Tandu juga dapat dibuat dari 3 atau
yang dapat dilipat kakinya sehingga
4 mantel atau jaket. Pertama
dapat masuk ke dalam ambulans. Alat
menggulung lengan baju secara
ini harus dilatih dalam pemakaiannya.
terbalik lalu kencangkan jaket
2. Tandu sekop/scoope trecher
MedStar Page
dengan lengan baju bagian
dalam

MedStar Page
mantel. Tempatkan tongkat stabilitasi Airway,
melalui tiap-tiap lengan baju
3. Long spine board
Alat ini biasanya terbuat dari
kayu/fiber yang tidak menyerap cairan.
Biasanya ada lubang dibagian sisinya
untuk tali pengikat. Indikasi: untuk
pasien yang dicurigai cedera tulang
belakang. Jangan meletakkan pasien di
atas lSB terlalu lama (> 2 jam). Papan
punggung ini (Back board) dapat
pendek atau panjang (long spine
board) adalah sepanjang tubuh pasien,
dan dipakai bila ada kecurigaan pasien
ada cedera tulang belakang. Setelah
berada di atas papan punggung
panjang, pasien tidak akan dipindah
lagi (yang dipindah adalah papannya),
sehingga tidak perlu bolak-balik
dipindah, kadang-kadang di RS pun
pasien akan tetap berada di atas papan
ini.
Papan punggung pendek hanya
sampai pinggul pasien, dan dapat
menstabilkan pasien sampai pinggul ini
digunakan untuk menstabilkan seorang
pasien yang berada pada posisi duduk
dengan kecurigaan ada cedera tulang
belakang. Jelas bahwa alat ini dipakai
di pra rumah sakit, dan bermanfaat
untuk misalnya mengeluarkan
pengendara mobil, dari mobilnya yang
tabrakan (mengeluarkan pasien dengan
cara yang benar dikenal sebagai
ekstrikasi). Biasanya pasien akan diikat
di atas papan.

E. EXTRICATION
Ekstrikasi adalah tehnik-tehnik yang
dilakukan untuk melepaskan pasien dari
jepitan dan kondisi medan yang sulit dengan
mengedepankan prinsip stabilisasi ABCD.
ekstrikasi dapat dilakukan setelah keadaan
aman bagi petugas penolong dan seringkali
memerlukan hal-hal yang bersifat rescue
untuk mempermudah pertolongan yang
akan dilakukan dan membebaskan benda-
benda yang mempersulit pelaksanaan
ekstrikasi contohnya memotong pintu
kendaraan, membuka kap kendaraan,
mengangkat pasien dari dasar atau tepi
jurang, menolong pasien terjung payung
yang tersangkut di gedung atau pohon-
pohon yang tinggi dan sebagainya. Prinsip

MedStar Page
Breathing, Circulation dan melipat sendiri hal ini akan lebih mudah.
disability mutlak harus Posisi pasien ketika didorong dari
dilakukan jika proses ini tempat awal adalah kaki terlebih dahulu
memerlukan waktu yang (didepan) hal ini dimaksudkan agar petugas
cukup lama dan kemampuan yang di belakang lebih mudah memonitor
khusus. kondisi pasien terutama stabilitas ABCD-
nya. Ketika akan memasuki kendaraan

1. NECK COLLAR
Digunakan setiap ada
kecurigaan fraktur
servikal.
2. KENDRICK
EKSTRICATION
DEVICE (KED)
Alat untuk mempermudah
mengeluarkan pasien dari
dalam mobil atau tempat
pada saat pasien dalam
posisi dudu.
3. HEAD IMMOBILIZER
Sebagai penahan kepala
untuk pasien trauma
setelah terpasang neck
collar. Alat ini berfungsi
untuk imobilisasi bagian
kepala sehingga
memudahkan dalam
melakukan tindakan
pertolongan.

F. TRANSPORTASI
PASIEN
DENGAN AMBULANS
Hendaknya dalam proses
evakuasi pasien atau merujuk
pasien, ambulans yang
digunakan sudah memenuhi
standar sebagai ambulans,
baik peralatan, petugas
maupun kondisi kendaraan.
Proses pengangkatan pasien
dengan tandu angkat sering
mempersulit ketika pasien
akan dimasukkan ke dalam
kendaraan ambulans, dengan
brankard dorong dan bisa

MedStar Page
ambulans bagian kepala berada di depan
kecuali untuk pasien inpartu, petugas harus
selalu memonitor / mengevaluasi kondisi
pasien selama perjalanan dengan intensif
karena kondisi pasien sewaktu-waktu dapat
berubah apalagi dalam keadaan keterbatasan
ruangan, petugas, peralatan medis dan juga
oksigen. Hal-hal tersebut mengharuskan
kita ekstra hati-hati dalam mempersiapkan
segala sesuatu sebelum proses evakuasi
dilakukan, termasuk pentingnya informasi FORMULIR RUJUK
lengkap bagi petugas-petugas yang ada di
tempat rujukan. DATA PASIEN
Nama : PEME
Alamat : Data
Kota : Foto
KESIMPULAN Umur: JK: BB: EKG
Nama keluarga : Dll
Cara mengangkat dan memindahkan Alamat :
Kota :
pasien sebagai salah satu bagian terpenting No.telp :
dalam melakukan pertolongan. Penanganan WAKTU TERA
yang benar Tanggal : Medi
jika pada saat melakukan pemindahan atau Tangga cidera : Wakt
pengangkatan tidak dilakukan dengan benar, Waktu masuk IGD: Caira
Waktu masuk OK : Lain-
maka kondisi pasien dapat menjadi dalam Waktu saat dirujuk:
kondisi yang buruk. Kekompakan dan kerja RIWAYAT KOMPAK KEA
sama tim dalam koordinasi setiap tindakan
sangatlah
diperlukan, terutama dalam posisi yang benar
untuk menghindari terjadinya cedera bagi KEADAAN SAAT DATANG PENGELO
Nadi
penolong. Penolong harus bisa membedakan
Tekanan darah
cara Pernafasan
memindahkan dalam kondisi emergency atau Suhu
non emergency. DIAGNOSIS DAT
Nama
RS
No.T
DAT
Nama
RS
No.T

MedStar Page
DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeons. (2018).


Advanced trauma life support for doctors.
instructor course manual book 1 - sixth
edition. Chicago.
American Heart Association. (2015). Advanced
Cardiovascular Life Support: Provider
Manual. USA: American Heart
Association.
American Heart Association. (2015). Basic Life
Support: Provider Manual. USA:
American Heart Association
American Red Cross (2014). First Aid/CPR/AED
Participant Manual. USA: StayWell
Health & Safety Solutions
AHA Guidelines Update for Cardiopulmonary
Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care Part 9: Acute
Coronary Syndromes, 2015
AHA/ACC Guidelines for the Management of
Patients With Non–ST-Elevation Acute
Coronary Syndromes, 2015
ACCF/AHA Guidelines for the Management of
ST-Elevation Myocardial Infarction, 2015
Suplemen EKG untukDoktermuda FK
UMYECG Review, Jeremy R, Borrof
MPAS 2013

Fulde, Gordian. (2011). Emergency medicine 5th


edition. Australia : Elsevier.
EKG Interpretation Basic Guide, Britany
Samons 2015
12-Lead EKG Confidence, A Step-by-Step
Guide, second edition, Jacqueline &
Anthony, 2010
Medical training & simulation LLC, 2013
Gindhi, R.M., Cohen, R.A., dan Kirzinger, W.K.
(2012). Emergency room use among aults
aged 18-64: early release of estimates
from the national health interview survey,
January-June 2011.
Holder, AR. (2010 ). Emergency room liability.
JAMA.
Institute for Health Care Improvement. (2011).
Nursing assessment form with medical
emergency team (MET) guidelines.
Ishak, 2012. Pemeriksaan radiologi dan
laboratorium untuk fisioterapis. Diakses
dari
http://www.slideshare.net/IshakMajid/radiol
MedStar Page
ogi-laboratorium-a4 tanggal 5 Mei 2013

MedStar Page
Lyandra, april, Budhi, Antariksa, Syahrudin.
(2011). Ultrasonografi Toraks. Jurnal
Respiratori Inonesia Volume 31 diakses
dari http://jurnalrespirologi.org/ tanggal 28
April 2013.
Mancini MR, Gale AT.(2011). Emergency care
and the law. Maryland: Aspen Publication.
Practitioner Emergency Medical Technician.
(2012). Clinical practice guidelines for
pre-hospital emergency care. Ireland :
Pre-Hospital Emergency Care Council.
ISBN 978-0-9571028-2-8.
BalitbangKemenkes RI (2013).Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS). Jakarta:
BalitbangKemenkes RI.
Bentz B.G & Hugles C.A. Available at http://
www.AmericanHearing.com.Barotrauma.
Accessed on June, 7th 2013
Hendrik. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta :
EGC. 2014
Hichliff, Sue dan Sue Norman. Praktik
Keperawatan dan Layanan Kesehatan.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2014
Arizal fahri . Perawat Profesional . Jakarta: Bima
Media Perintis. 2010
Frans Maramis.Hukum Pidana Umum dan
tertulis di indonesia. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.2012
Henny Yulianita.Legalitas Perawat dalam
tindakan medis.Jakarta:EGC.2011
Nursalam, S.(2014). Manajemen Keperawatan:
Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Merdeka
Standar Profesi dan Kode Etik Perawat
Indonesia 2016
UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Kondisi Gadar di YanKes PMK 17 2013
UU No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan

MedStar Emergency Page 149

Anda mungkin juga menyukai