Anda di halaman 1dari 5

Perbandingan Kualitas DNA Dengan Menggunakan Dua Metode Boom Modifikasi Pada Isolat

Mycobacterium tuberculosis P10 Di Bali


(Mirawati, N. K. W., Wirajana, I.N., Yowani, S.C.)

PERBANDINGAN KUALITAS DNA DENGAN MENGGUNAKAN DUA METODE BOOM


MODIFIKASI PADA ISOLAT Mycobacterium tuberculosisP10 DI BALI

Mirawati, N.K.W.1), Wirajana, I.N.2,3), Yowani, S.C. 1,3)


1)
Jurusan FarmasiFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Udayana
2)
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
3)
Kelompok Studi MDR & XDR-TB Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas
Udayana

Korespondensi: Mirawati, N.K.W.


Jurusan Farmasi-Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam-Universitas Udayana
Jalan Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 0361-703837
Email: wikamira@ymail.com

Abstrak
Isolasi DNA bakteri merupakan salah satu metode penunjang yang dapat digunakan untuk
mendeteksi bakteri penyebab infeksi. Metode yang umum digunakan dalam mengisolasi DNA
Mycobacterium tuberculosis adalah metode Boom. Metode ini masih perlu mengalami modifikasi agar
pelepasan DNA menjadi lebih optimal serta mengurangi inhibitor pada proses PCR. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk membandingkan kualitas DNA yang dihasilkan dari masing-masing metode
Boom modifikasi dalam mengisolasi DNA M. tuberculosis. Hasil isolasi ini nantinya akan diamplifikasi
dengan teknik PCR sehingga bakteri dapat terdeteksi dengan cepat.Visualisasi produk PCR akan
dianalisis dengan menggunakan 1,5 % gel agarosa. Dalam penelitian ini, dibandingkan 2 metode Boom
yang telah dimodifikasi. Hasil yang diperoleh diketahui bahwa pita DNA produk PCR terlihat tebal pada
masing-masing metode. Kemudian dilanjutkan analisis untuk mengetahui ketebalan pita yang dihasilkan
dengan menghitung area pita. Hasil yang diperoleh diketahui bahwa metode Boom modifikasi yang
dikerjakan di Laboratorium Biomolekular FK Unud lebih baik dibandingkan dengan metode Boom
modifikasi yang dikerjakan oleh Traore.

Kata Kunci: Tuberkulosis, Isolasi DNA, Metode Boom, Kualitas DNA

1. Latar Belakang Kelemahan uji mikroskopik BTA terletak


Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular pada jumlah bakteri yang dibutuhkan untuk
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium dapat teridentifikasi positif, yaitu minimal
tuberculosis.Pada tahun 2012,diperkirakan8,6 104bakteri per ml dahak. Sehingga metode ini
jutaorangterinfeksi TBdan1,3 jutameninggal umumnya hanya efektif terhadap pasien yang
akibat penyakit ini (termasuk 320.000 kematian sudah memiliki manifestasi klinis (Boehmeet al.,
dengan HIV-positif) (WHO, 2013). 2007). Diketahui bahwa manisfestasi klinis TB
Metode konvensional yang biasa digunakan perlu waktu hampir satu bulan atau bahkan lebih
dalam membantu penegakan diagnosis pada sebelum dapat menimbulkan respon imunitas
pasien adalah uji mikroskopik BTA (Bakteri selular dan jumlah bakteri dapat ditemukan
Tahan Asam) terhadap apusan dahak suspek TB. dalam jumlah cukup banyak di dalam dahak
Metode ini merupakan gold standard untuk (Nester et al., 2007; Gantzet al., 2006). Hal ini
deteksi awal TB selain uji biakan kultur bakteri menjadi keterbatasan uji mikroskopis BTA di
pada media sediaan yang sesuai (Murrayet al., daerah endemik yang sering menjadi
2005). penghambat terapi dini penangan kasus
tuberkulosis (Forbeset al., 2007).

45
Perbandingan Kualitas DNA Dengan Menggunakan Dua Metode Boom Modifikasi Pada Isolat
Mycobacterium tuberculosis P10 Di Bali
(Mirawati, N. K. W., Wirajana, I.N., Yowani, S.C.)

Sejak berkembangnya teknik molekular, (BSC ESCO® COS II Type 2A), vortex (Maxi
berbagai cara dilakukanuntuk mendeteksi Mix II®),shakerrotator (HEALTH® tipe H-SR-
M.tuberculosis. Salah satu teknik yang 200), sentrifuse (Biofuge Primo R),
®
dilakukan adalah dengan menggunakan PCR microwave,inkubator (BINDER ),lemari
(Polymerase Chains Reactions). Namun pendingin, thermalcycler (Applied Biosystem
sebelum melakukan identifikasi dengan PCR, Veriti 96®), alat elektroforesis (comb, tray dan
DNA genom harus diisolasi terlebih chamber elektroforesis) dan UV transiluminator
dahulu.Isolasi DNA pada umumnya cukup Gel Doc XR System (BioRad®).
melelahkan karena membutuhkan waktu hingga
beberapa jam bahkan beberapa hari tergantung 2.3 Prosedur Penelitian
metode yang digunakan. Selain itu biaya yang 2.3.1 Isolasi DNA
harus dikeluarkan untuk pembelian reagen a. Isolasi DNA MTB dengan Metode Boom
maupun kit komersial isolasi DNA juga tidak Modifikasi Laboratorium Biomolekuler
murah (Sunarno,2013). FK Unud (Unpublish)
Metode Boom adalah metode pilihan yang Metode ini merupakan metode yang telah
telah lama digunakan dalam beberapa diagnosis dikerjakan oleh Laboratorium Biomolekuler
laboratorium karena memberi hasil yang cepat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dan
dan sederhana. Namun demikian metode ini dalam pengerjaannya telah dilakukan modifikasi
masih memerlukan beberapa modifikasi pada pada beberapa tahapan kerja meliputi
beberapa langkah kerjanya dalam mengisolasi penggunaan jumlah isolat, jumlah buffer,
DNA M.tuberculosis. Modifikasi dilakukan kecepatan dan waktu sentrifugasi serta cara dan
dengan tujuan mengoptimalkan pelepasan DNA waktu pengeringan pelet dari metode Boom
bakteri dan mengurangi inhibitor dalam PCR original. Pada penelitian ini dilakukan
serta hilangnya DNA target pada proses isolasi pengulangan sebanyak 3 kali pada isolat P10.
(Traore et al, 2006). Isolasi dilakukan dengan memipet sebanyak
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka 100 µL sampel dan 40 µL suspensi diatom
perlu dilakukan perbandingan terhadap metode dimasukkan ke dalam tabung effendorf yang
Boom yang telah dimodifikasi, sehingga dapat berisi 1 mL buffer L6. Dihomogenkan dengan
diketahui metode Boom modifikasi mana yang vorteks selama beberapa detik kemudian
memberi kualitas terbaik. dikocok menggunakan shaker dengan kecepatan
100 rpm selama 15 menit. Larutan ini
2. BAHAN DAN METODE disentrifugasi selama 1 menit dengan kecepatan
2.1 Bahan Penelitian 12.000 rpm dan supernatan yang diperoleh
Bahan yang digunakan dalam penelitian dibuang sehingga diperoleh pelet diatom DNA.
ini adalah isolat P10 MDR-TB, larutan pelisis Pelet diatom DNA kemudian ditambahkan
L6 (GuSCN, Tris-HCl, EDTA dan Triton- dengan washing buffer L2 sebanyak 0,5 mL dan
X),buffer L2 (GuSCN, Tris-HCl),suspensi disentrifugasi selama 1 menit dengan kecepatan
diatom, etanol 70%, aseton, akuadest, buffer 12.000 rpm. Supernatan yang diperoleh dibuang
TE(Tris-EDTA) pH 8. Gel agarosa 1,5% kembali (langkah tersebut diulangi 1x). Pelet
(Promega), marker 100 bp DNA ladder,TBE yang diperoleh kemudian dicuci dengan etanol
(Tris-Boric Acid-EDTA) (Invitrogen) dan 70% sebanyak 1 mL, disentrifugasi selama 1
etidium bromide (Promega). menit dengan kecepatan 12.000 rpm, kemudian
supernatan dibuang kembali. Pelet diatom dicuci
kembali dengan aseton sebanyak 1 mL,
2.2 Alat Penelitian disentrifugasi selama 1 menit dengan kecepatan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini 12.000 rpm, kemudian supernatan dibuang. Pelet
adalah pipet mikro (BioRad), tip pipet mikro, yang diperoleh dikeringkan dalam waterbath
microtube, biological safety cabinet class II suhu 56ºC selama 15 menit. Aquadest steril

46
Perbandingan Kualitas DNA Dengan Menggunakan Dua Metode Boom Modifikasi Pada Isolat
Mycobacterium tuberculosis P10 Di Bali
(Mirawati, N. K. W., Wirajana, I.N., Yowani, S.C.)

ditambahkan sebanyak 50 µL, dihomogenkan menit pada 12,000 xg. Supernatandipipet dan
dengan vortex, kemudian diinkubasi selama 10 dipindahkan ke dalam tabung mikro steril baru
menit pada suhu 56ºC. Divorteks kembali dan sehingga diperoleh DNA kromosomal. Proses ini
kemudian disentrifugasi selama 5 menit dengan dilakukan di dalam Biological safety cabinet
kecepatan 12.000 rpm. Supernatan dipipet dan class II.
dipindahkan ke dalam tabung mikro steril baru
sehingga diperoleh DNA kromosomal. Proses 2.3.2 Amplifikasi DNA Hasil Isolasi dengan
ini dilakukan di dalam Biological safety cabinet Polymerase Chains Reactions (PCR)
class II. PCR dilakukan dengan alat thermalcycle
b. Isolasi DNA MTB dengan Metode Boom dengan menggunakan sepasang primer
Modifikasi (Traore et al, 2006). oligonukleotida yaitu terdiri atas primer forward
Pada penelitian yang telah dikerjakan oleh (mabA-inhA-promoter-FS) dengan urutan
Traore et al (2006), dilakukan modifikasi metode 5’ACATACCTGCTGCGCAAT3’ dan primer
Boom original yaitu modifikasi pada jumlah reverse (mabA-inhA-promoter-R) dengan urutan
larutan dan buffer yang digunakan, lama yaitu 5’CTCCGGTAACCAGGACTGAA3’
sentrifugasi serta perlakuan lainnya seperti (Chen et al., 2011).Proses ini dilakukan dengan
penghomogenan dengan shaker serta jumlah tahapan yaitu predenaturasi 950 C selama 15
pencucian menggunakan etanol. Pada penelitian menit, 45 siklus amplifikasi (940 C selama 1
ini dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali pada menit, 540 C selama 1 menit 20 detik ,72 0 C
masing-masing isolat. selama 1 menit 10 detik) dan elongasi akhir pada
Proses ekstraksi dilakukan dengan 720 C selama 10 menit.
menambahkan 50 μL spesimen kedalam 1,5 mL
tabung eppendorf yang mengandung 900 μL 2.3.3 Deteksi Hasil Isolasi dan Produk PCR
buffer L6 dan 40 μL dari suspensi diatom. Dengan Elektroforesis
Tabung kemudian dihomogenkan dengan DNA hasil isolasi dan produk PCR
divorteks selama 5 detik, dicampur perlahan dielektroforesis pada 1.5% agarosa yang
selama 10 menit pada temperatur ruangan pada dilarutkan dalam 1.0X TBE (Tris-borat-EDTA).
horizontal shaker dan kemudian disentrifugasi Sebanyak 3 µL sampel hasil PCR dan hasil
pada 12,000 x g selama 8 menit. Supernatan yang isolasi serta 3 µL DNA ladder 100 bp
diperoleh kemudian dipisahkan, dan pelet dimasukkan ke dalam sumur yang terbentuk dari
(endapan) yang didapatkan dicuci dengan sisir. Kemudian dielektroforesis dengan running
menambahkan 1 mL buffer L2, kemudian spin buffer TBE (Tris-Boric Acid-EDTA) 1X pada
dan sentrifugasi pada 12.000 xg selama 15 detik. tegangan 65 volt selama 35 menit. Hasil
Buang supernatant dan sisakan pellet (langkah elektroforesis kemudian divisualisasi pada alat
tersebut diulangi 1x). Pellet lalu ditambahkan UV Transiluminator (Gel Doc).
dengan 1 mL etanol 70%, vortex dan sentrifugasi
pada 12.000 xg selama 15 detik. Buang kembali
supernatant dan sisakan pellet. Pellet kemudian 3. HASIL
ditambahkan dengan 1 mL aseton, vortex dan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
sentrifugasi pada 12.000 xg selama 15 detik. adalah isolat M.tuberculosis P10. Isolat P10 ini
Supernatan yang diperoleh kemudian dibuang. diperoleh dari Instalasi Mikrobiologi Klinik
Pelet diambil dan dikeringkan selama 15 menit Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah
pada temperatur ruangan dengan cara membuka Denpasar. Berikut adalah elektroforegram dari
tutup tabung. DNA yang didapat kemudian produk PCR masing-masing metode dapat
dilarutkan dengan mensuspensikan kembali pelet dilihat pada gambar 1
dalam 125 μL TE buffer (10μM Tris, 1 mM
EDTA pH 8,0) diikuti dengan inkubasi pada 560C
selama 10 menit dan disentrifugasi selama 2

47
Perbandingan Kualitas DNA Dengan Menggunakan Dua Metode Boom Modifikasi Pada Isolat
Mycobacterium tuberculosis P10 Di Bali
(Mirawati, N. K. W., Wirajana, I.N., Yowani, S.C.)

tervisualisasii dengan jelas karena adanya


penambahan etidhium bromide (EtBr) pada gel
elektroforesis. EtBR akan berinterkalasi diantara
2072 bp basa-basa nitrogen dari nukleotida sehingga
akan membuat basa merenggang dan basa-basa
1500 bp nukleotida akan memberi serapan pada sinar
UV. Proses ini akan membuat DNA tampak
600 bp berpendar dan tervisualisasi pada gel
elektroforesis.
300 bp Kualitas dari kedua metode Boom
modifikasi yang terlihat pada gambar 1,
100 bp menunjukkan kemampuan masing-masing
metode modifikasi dalam mengisolasi DNA.
Proses lisis dari metode Boomdidasarkan pada
Gambar 1.Elektroforegram produk PCR isolat kemampuan lisis dari sel serta proses inaktivasi
M.tuberculosis P10 menggunakan nuklease dengan menggunakan
modifikasi masing-masing metode ”chaotropicagent” yaitu guanidium thiocyanate
Boom, M: Marker DNA Ladder 100 (GuSCN) yang terkandung dalam buffer lisis
bp; BM1-BM3 (pita produk PCR L6.GuSCN merupakan reagensia yang kuat
Boom Modifikasi Traore); BL1-BL3 untuk memurnikan dan mendeteksi DNA dan
(pita produk PCR Boom modifikasi RNA karena potensinya dalam melisis sel dan
Laboratorium Biomolekular FK menonaktifkan nuklease (Lina et al., 2007).
Unud). Untuk memastikan kualitas DNA yang
dihasilkan dari masing-masing metode, maka
dilakukan pengukuran tebal pita yang
4. PEMBAHASAN tervisualisasi. Pita-pita ini diukur dengan
Isolasi DNA adalah serangkaian proses menggunakan aplikasi Image-J. Hasil
untuk memisahkan DNA dari komponen- pengukuran menunjukkan area atau ketebalan
komponen lainnya. Hasil isolasi tersebut pita serta persentase yang dihasilkan masing-
merupakan tahapan penting untuk langkah masing pita seperti yang terangkum pada Tabel
berikutnya dan harus dilakukan dengan baik dan 1.
bebas kontaminasi. Tabel 1. Hasil Pengukuran Area dan Persentase
Untuk mengetahui kualitas DNA yang Ketebalan Pita Produk PCR
dihasilkan, maka dilakukan amplifikasi DNA No Pita* Area Persentase
hasil isolasi dengan menggunakan teknik PCR. 1 M 30236,567 37,588
Keberhasilan amplifikasi DNA dengan PCR
2 BM 1 7958,669 9,894
ditentukan oleh beberapa faktor yaitu : 3 BM 2 8989,569 11,175
kemurnian dan konsentrasi komponen dalam 4 BM 3 8056,619 10,016
larutan premix PCR, primer oligonukleotida gen, 5 BL1 8127,326 10,103
konsentrasi [α-32P]dCTP, jumlah dan 6 BL2 8990,690 11,177
kemurnian DNA sampel sputum, faktor teknis 7 BL3 8081,962 10,047
dan non teknis misalnya kontaminasi
Keterangan*:
(Purnami,2009). Dari hasil pada gambar 1, dapat
M : Marker DNA Ladder 100 bp ; BM1, BM2
dilihat pita-pita yang tebal pada kedua metode
dan BM3 (pita produk PCR Boom Modifikasi
tersebut. Hal ini dikarenakan adanya proses
Traore pada 3 kali pengulangan); BL1, BL2 dan
amplifikasi DNA sehingga jumlah DNA akan
BL3 (pita produk PCR Boom modifikasi
berlipat-lipat dari jumlah templat yang
Laboratorium Biomolekular FK Unud pada 3
ditambahkan. Pita ini kemudian akan
kali pengulangan).

48
Perbandingan Kualitas DNA Dengan Menggunakan Dua Metode Boom Modifikasi Pada Isolat
Mycobacterium tuberculosis P10 Di Bali
(Mirawati, N. K. W., Wirajana, I.N., Yowani, S.C.)

Dari tabel diatas, diketahui bahwa pita Gantz, N.M., Brown, R.B., Berk, S.L., and
yang lebih tebal akan memberi luas area yang Myers, J.W. 2006.Manual of Clinical
lebih besar maka persentase yang dihasilkan Problems in Infectious Disease: Role
juga akan semakin besar. Berdasarkan data ofTuberculin Test. 5t' ed. Philadelphia:
tersebut, dapat diketahui bahwa metode Boom Lippincott Williams &Wilkins. pp407-
modifikasi yang dikerjakan di Laboratorium 411.
Biomolekular FK Unud lebih tebal pada ketiga Lina, R., Budiman, B., dan Mukh, S.. 2007.
hasil pengulangan dibandingkan dengan metode Deteksi Gen Target INH pada DNA
Boom modifikasi yang dikerjakan oleh Traore et Sputum Basil Tahan Asam Positif dengan
al. Teknik Polymerase Chain Reaction.
Majalah Kedokteran Indonesia, 57(8):
5. KESIMPULAN 245-250.
Metode Boom modifikasi yang dikerjakan Murray, P.R., Rosenthal, K.S., Pfaller, M.A.
oleh Laboratorium Biomolekular FK Unud 2005. Medical Microbiology:
(unpublish) lebih baik dari segi kualitas DNA Mycobacterium. 5th ed. Philadelphia:
yang dihasilkan dibandingkan dengan metode Elsevier Mosby. 297-301
Boom modifikasi yang dikerjakan oleh Traore et Nester, E.W., Anderson, D.G., Roberts, Jr., C.E.
al (2006). 2007.Microbiology: A Human
Perspective. 5th ed. New York: McGraw
Hill. 245-263.
UCAPAN TERIMAKASIH Purnami, S., Syaifudin, M., Dan Giyatmi. 2009.
Terimakasih kami ucapkan kepadaKepala Penandaan Dna Dengan 32pUntuk Deteksi
Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUP Resistensi MycobacteriumTuberculosis
Sanglah yang telah menyediakan isolat MDR- Terhadap Isoniazid. Jfn, 3(1): 12-18.
TB serta kepada seluruh staff Laboratorium Sunarno, Rizki, A.,Sariadji, K., Malik, Amarila.,
Biomolekular Fakultas Kedokteran Universitas Karuniawati, Anis., dan Soebandrio, A.
Udayana. 2013. Direct Polymerase Chain Reaction:
Sebuah Alternatif Metode Diagnostik
DAFTAR PUSTAKA Difteri Secara Cepat, Mudah dan Hemat.
Boehme, C.C., et al. 2007. Operational Makara Seri Kesehatan, 17(2):88-94.
Feasibility of UsingLoop-Mediated Traore, H., Armand, V.D., Isdore, C.S., Leen,
Isothermal Amplificatin for Diagnosis R., dan Prancoise, P. 2006. Direct
ofPulmonary Tuberculosis in Microscopy Detection of Mycobacterium tuberculosis
Centers of Developing Countries. Journal of Complex DNA and Rimfampin Resistance
Clinical. Microbiology. 45: 1936 -1940. In Clinical Specimens From Tuberculosis
Chen, X.,Kong, F.,Wang., Li, C.,Zhang.,and Patients by Line Probe Assay. Journal Of
Gilbert, G.L. 2011. Rapid Detection of Clinical Microbiologi, 2004:4384-4388.
Isoniazid, Rifampin, and Ofloxacin WHO. 2013. Global Tuberculosis Report.
Resistance inMycobacterium tuberculosis Switzerland: WHO Press. p 1-6.
Clinical Isolates UsingHigh-Resolution
Melting Analysis. Journal Of Clinical
Microbiology, 49(10):3450–3457.
Forbes, B., Sahm, D.F., and Weissfeld, A.S.
2007. Bailey &Scott's: Diagnostic
Microbiology, twelfth edition.
Philadelphia : MOSBYElsevier.p: 509-
478.

49

Anda mungkin juga menyukai