Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI


DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW)
PAGAR DEWA KOTA BENGKULU
13 FEBRUARI-18 FEBRUARI 2023

DISUSUN OLEH:

AHMAD ALIYANA PUTRA


NPM.1926010037

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

(Ns. Hanifah, S.Kep,.M.Kep) (………………………..)

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

A. Konsep Dasar Teori


1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar
95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ).Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg
dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Smeltzer, 2001).
Menurut Lismayanti (2018) hipertensi merupakan keadaan
meningkatnya tekanan darah secara kronis, hal ini terjadi karena jantung
bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrisi tubuh. Apabila kondisi ini tidak diatasi dengan baik, maka
akan berdampak terhadap fungsi organ lain, terutama jantung, ginjal dan
saraf. Hipertensi dapat terjadi pada setiap orang, tidak mengenal jenis
kelamin ataupun usia, tetapi insidensinya meningkat pada usia diatas 40
tahun.
Suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole mengalami
kenaikan yang melebihi batas normal yaitu tekanan darah systole >140
mmHg dan diastole 90 mmHg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi
adalah suatu penyakit salah satu resiko tinggi yang bisa menjadi penyakit
jantung, stroke dan gagal ginjal (Lismayanti, 2017).
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan kelainan
sirkulasi darah yang paling sering terjadi. Hipertensi kronis bisa mngantar
seseorang pada penyakit fatal seperti serangan jantung, stroke dan
penyakit ginjal (Wirawan, 2014).
Menurut Wade (2016) Hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah secara tetap, khususnya tekanan diastolik melebihi 95 milimeter air
raksa yang tidak bisa dihubungkan dengan penyebab organik tertentu.
2. Etiologi
Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,
yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Hipertensi ini merupakan hipertensi yang tidak diketahui
peyebabnya atau disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat 95% kasus
(Smeltzer&Bare, 2001). Banyak faktor yang mempengaruhinya,
seperti jenis kelamin, genetik, usia, lingkungan, sistem
reninangiotensin dan sistem saraf otonom.Faktor-faktor lainya yaitu
merokok, konsumsi garam berlebih, alkohol, obesitas, stres dan kurang
berolahraga/aktivitas fisik. (Lauralee, 2001; dalamRahmadani, 2011).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi ini terdapat sekitar 5% kasus dari semua prevalensi
hipertensi. Penyebab spesifiknya diketahui, misalnya; penyakit ginjal
(glomerulonefritis akut, nefritis kronis, penyakit poliartritis, diabetes
nefropati), penyakit endokrin (hipotiroid, hiperkalsemia, akromegali),
koarktasioaorta, hipertensi pada kehamilan, kelainan neurologi, obat-
obat dan zat-zat lain (Lauralee, 2001; dalamRahmadani, 2011).
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita
hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder
(Gunawan, 2001). Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan
pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya
hipertensi adalah:
1) Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
2) Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
3) Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi
atautransport Na.
b. Obesitas, terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan - perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karenakurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui system
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion
melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor, seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
adrenal menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang
pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume instravaskuler. Semua factor
tersebut cenderung menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2016)
4. WOC
Umur jenis kelamin gaya hidup obesitas
Elasitas arteriosklerosis
Hipertensi
Kerusakan vaskuler pembuluh darah Perubahan status
Perubahan struktur kesehatan
Pebyumbatan pembuluh darah
vasokontraksi
Ansietas
gangguan sirkulasi

otak Gingal Pembuluh Retina


darah
vasokontraksi Spasme
resistensi Suplai O2 pembuluh darah arteriole
pembuluh otak ginjal Sistemik Koroner
darah otak menurun Diplopia paparan
blood flow Vaspkontraksi Iskemia
informasi
sinkop aliran darah miocard kurang
Nyeri menurun Afterload
akut
meningkat Nyeri
respon RAA kronis

Perfusi Rangsangan Fatique


Perufer tidak aldosteron Resiko
tinggi Resiko jatuh
efektif
Penurun
Edema an curah Defisit
jantung pengetahuan

Hipovolemia Intoleransi
aktivitas
5. Manifestasi Klinis
Tidak semua Hipertensi menampakkan gejala yang spesifik selama
bertahun- tahun. Gejala ada jika menunjukkan adanya kerusakan vaskuler,
dengan tanda yang khas, sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh
pembuluh darah yang bersangkutan. Perubahan pada ginjal dapat
bermanifestasi, seperti nokturia (peningkatan buang air kecil pada malam
hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen urea dalam darah dan kreatinin)
(Aspiani, 2016).
Seperti penyakit degeneratif pada lanjut usia lainnya, hipertensi
sering tidak memberikan gejala apapun atau gejala yang timbul tersamar
(insidious) atau tersembunyi (occult). Menurut Rokhaeni ( 2001 ),
manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah,
Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun
Menurut Amin (2015), gejala yang timbul karena penyakit
Hipertensi berbeda pada setiap orang, beberapa dari mereka bahkan tidak
memiliki gejala. Secara umum gejala yang dirasakan orang yang
mengalami Hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Sakit kepala.
b. Rasa pegal, kaku dan tidak nyaman pada tengkuk.
c. Berdebar atau detak jantung terasa cepat.
d. Telinga berdengung.
e. Lemas dan kelelahan.
f. Gelisah.
g. Mual.
h. Muntah.
i. Epistaksis.
j. Kesadaran menurun
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena
parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut.
3) Darah perifer lengka
4) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
b. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miocard
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
2) Pembendungan, lebar paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vascular ginjal (Aspiani, 2016)
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Hipertensi menurut Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI (2014) dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Menggunakan obat-obatan, seperti amlodipine dan captopril. untuk
pemilihan obat, dosis obat, frekuensi minum obat serta penggunaan
obat- obatan Hipertensi disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter
keluarga anda.
b. Memodifikasi gaya hidup dapat dilakukan seperti membatasi jumlah
asupan garam tidak lebih dari seperempat sampai setengah sendok teh
atau setara dengan 6 gram/hari, menurunkan berat badan (bagi yang
mengalami obesitas), menghindari minuman berkafein, merokok,
minum minuman beralkohol, dan pada penderita Hipertensi juga
disarankan untuk melakukan olahraga seperti jalan, lari, jogging,
bersepeda santai selama 20-25 menit dengan freuensi 3-5x/minggu.
Dan juga disarankan untuk istirahat cukup sekitar 6-8 jam/hari serta
dapat mengendalikan stress.
Ada beberapa makanan yang harus dihindari oleh penderita
Hipertensi seperti berikut:
a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi seperti otak, minyak
kelapa, gajih/lemak.
b. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium seperti
biskuit, crackers, keripik dan makanan kering yang asin.
c. Makanan dan minuman dalam kaleng seperti sarden, sosis, kornet, soft
drink, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng,
d. Makanan yang diawetkan seperti dendeng, asinan sayur/buah, abon,
ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang.
e. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber
protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah
(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
f. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal,
tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya
mengandunggaram natrium. Alkohol dan makanan yang mengandung
alkohol seperti durian, tape.
8. Komplikasi
Adapun komplikasi Hipertensi menurut Aspiani (2016) adalah
seperti berikut :
a. Stroke Hemoragi dapat terjadi, akibat tekanan darah tinggi di otak,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada Hipertensi kronis,
apabila arteri yang memeperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi
berkurang, arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat melemah
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang mengalami
aterosklerosis tidak menyuplai cukup oksigen ke miokardium, atau
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melewati
pembuluh darah. Pada Hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel,
kebutuhan oksgen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan
dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian
juga hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu
hantaran listrik melewati ventrikel sehingga terjadi distristmia,
hipoksia jantung dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
darah tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya
glomerulus, aliran darah ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran
glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan
osmotic koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang
sering dijumpai pada Hipertensi kronis.
d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi pada penderita Hipertensi
yang meningkat cepat. Tekanan yang sangat tinggi dapat
meningkatkan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang
interstisial di seluruh susunan saraf pusat. Neuron disekitarnya
menjadi kolaps dan menyebabkan koma serta kematian.
e. Kejang biasanya dapat terjadi pada wanita preeklamsia. Bayi yang
lahir biasa dengan berat badan lahir rendah akibat perfusi plasenta
yang tidak adekuat. Dapat juga mengalami hipoksia dan asidosis
apabila ibu mengalami kejang saat atau sebelum melahirkan.

B. Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian
a) Identitas pasien
b) Keluhan utama
c) Riwayat kesehatan sekarang
d) Riwayat kesehatan dahulu
e) Riwayat kesehatan keluarga
f) Pola fungsi :
 Aktivitas/ istirahat
 Eliminasi
 Nutrisi dan Metabolik
 Istirahat/tidur
 Kognitif perpectual
 Konsep diri
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
(D.0055)
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi (D.0111)
1. Intervensi keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
Intervensi :
 Manajemen nyeri
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas,intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifokasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
- Monitor efek samping pengunaan analgetik
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Jelaskan penyebab dan periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
Intervensi :
 Dukungan tidur
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur
- Identifikasi factor pengganggu tidur
- Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
- Modifikasi lingkungan
- Batasi waktu tidur siang, jika perlu
- Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologis
lainnya
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi
Intervensi :
 Edukasi kesehatan
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
- Identifikkasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
- Jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. yuli. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.


Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Dalmartha, Setiawan dan Nova Sutarina. 2008. Care Your Self Hipertensi.
Jakarta: Penebar Plus
Kemenkes.RI. (2014).Pusdatin Hipertensi. Infodatin, Hipertensi,
1–7.
Rajca, A et all (2018). Pravalence of Hypertension Among Chronic Smokers:
Findings From The Early Lung Cancer Detection Programme Moltest
Bis. Arterial Hypertens, 2018, volume 22, No. 2.
Rilantono, L dkk. 2002. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Universitas Indonesia
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Edisi
1, Cetakan II. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Edisi 1,Cetakan II. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI


DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW)
PAGAR DEWA KOTA BENGKULU
13 FEBRUARI-18 FEBRUARI 2023

DISUSUN OLEH:

AHMAD ALIYANA PUTRA


NPM.1926010037

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

(Ns. Hanifah, S.Kep,.M.Kep) ( Marlisa, Amd.Keb)

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2023
A. Pengkajian
Nama Panti : Panti Sosial Tresna Werdha
Alamat Panti : Jl. Adam Malik No.9 pagar dewa kota bengkulu
Tanggal Masuk :-
Tanggal Pengkajian : 13 Februari 2023
No. Register :-
1. Identitas Klien
Nama : Ny.A
Alamat : Tumbukan
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 89 tahun
Status Perkawinan :-
Agama : Islam
Suku :-
Pendidikan terakhir : Tidak sekolah
Lama tinggal di Panti : ± 9 tahun
Sumber Pendapatan :-
Keluarga yang dapat dihubungi :-
Riwayat Pekerjaan :-

2. Alasan kunjungan ke Panti


Ny.A mengatakan dirinya masuk ke panti karena keluarga. Ny.A
mengatakan hubungan sama keluaga kurang sehingga dirinya masuk ke
panti.
3. Riwayat kesehatan
 Masalah kesehatan dahulu

 Masalah Kesehatan sekarang


Klien mengatakan nyeri pada bagian tangan sering pegal-pegal,
kepala pusing, gatal dan berdenyut ketika di tekan
 Masalah kesehatan keluarga/keturunan

4. Kebiasaan sehari-hari
 Biologis
- Pola makan
Klien mengatakan biasa makan 3 kali sehari.
- Pola minum
Klien mengatakan sering minum
- Pola tidur
Klien mengatakan sering terbangun pada malam hari dan jika
terbangun klien susah untuk tidur lagi.
- Pola eliminasi
Klien mengatakan BAB dan BAK tidak ada keluhan atau
gangguan.
- Aktivitas sehari-hari
Klien mengatakan hanya duduk-duduk saja.
 Psikologis
- Klien mengatakan klien merasa nyaman dan tenang tinggal di
PSTW.
 Sosial
- Dukungan keluarga
Klien mengatakan tidak ada komunikasi
- Hubungan antar keluarga
Klien mengatakan renggang
- Hubungan dengan orang lain
Klien mengatakan sering berinteraksi dengan wisma lain.
 Spiritual/kultural
- Pelaksanaan ibadah
Klien mengatakan beragama islam dan sering meninggalkan
sholat 5 waktu.
- Keyakinan tentang kesehatan
Klien mengatakan selalu mengikuti pemeriksaan kesehatan.
 Pemeriksaan fisik
- Tanda-tanda vital
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis (sadar penuh)
TD : 130/80 mmHg
N :-
RR :-
TB :-
BB :-
S :-
- Kebersihan perorangan
 Kepala
Kebersihan : Bersih
Kerontokan rambut : tidak ada kerontokan
Keluhan : Tidak ada keluhan
 Mata
Konjungtiva : Rabun seebelah kiri
Sclera : Putih normal
Strabismus :-
Penglihatan : Baik tapi kadang kabur
Peradangan :-
Riwayat katarak :-
Keluhan : Tidak ada
 Hidung
Bentuk : Simetris
Peradangan : Tidak ada
Penciuman : Tidak terganggu
 Mulut dan tenggorokan
Kebersihan : Bersih
Mukosa : Lembab
Peradangan/stomatitis : Tidak ada
Gigi : Gigi hamper habis/ ompong
Radang gusi : Tidak ada
Kesulitan mengunyah : Tidak ada
Kesulitan menelan : Tidak ada
 Telinga
Kebersihan : Bersih
Peradangan : Tidak ada
Pendengaran : Masih normal
Keluhan lain : Tidak ada
 Leher
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada
JVP : Normal
Kaku kuduk : Tidak ada
 Dada
Bentuk dada : Simetris
Retraksi : Tidak ada
Wheezing : Tidak ada
Ronchi : Tidak ada
 Abdomen
Bentuk : Simetris
Nyeri tekan : Ada karena ada maag
Kembung : Tidak ada
 Genitalia
Kebersihan : Bersih
Haemoroid : Tidak ada
Hernia : Tidak ada
 Ekstremitas
Postur tubuh : Sedikit bungkuk
Rentang gerak :
1) Tangan kanan : masih mampu bergerak ( kaki
sebelah kana nada benjolan)
2) Tangan kiri : masih mampu bergerak
3) Kaki kanan : masih mampu bergerak
4) Kaki kiri : masih mampu bergerak

Tremor : Tidak ada


Edema kaki : Tidak ada
Penggunaan alat bantu : Tidak ada
 Integumen
Kebersihan : Bersih
Warna : Sawo matang
Kelembapan : Kering
Gangguan pada kulit : Tidak ada
Turgor : Elastis kulit sawo matang
dan keriput

B. ANALISA DATA

Nama : Nyonya Asba


Umur : 87 tahun
Dx. Medis : Hipertensi
Wisma : Angrek
Masalah
No Data Etiologi
keperawatan
1 DS : Agen pencedera Nyeri akut
- Klien mengatakan sakit kepala fisik
- Klien mengatakan kepala gatal
- Klien mengatakan sering pegal-
pegal
DO :
- Mengeluh nyeri
- Tampak meringis saat ditekan
didaerah yang nyeri
TTV :
- TD : 130/80 mmHg
- N:-
2 DS : Kurang kontrol Gangguan pola
- Klien mengatakan tidur 4-5 jam tidur tidur
perhari
- Klien mengatakan kadang sulit
tidur
- Klien mengatakan sering
terbagun di malam hari
DO :
- Tidak ada
TTV :
- TD : 130/80 mmHg
- N:-
- RR : -
- BB : -
- S:-

C. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (D.0055)

Anda mungkin juga menyukai