OLEH
Khairunisa Firdani
21360159
Preseptor:
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “ fraktur tertutup os femur 1/3 distal
dextra” yang disusun untuk melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Bedah
RSUD Jendral Ahmad Yani Metro. Penyelesaian laporan kasus ini banyak mendapat bantuan
serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh Karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
rasa terimakasih kepada dr. Roni Oktarizal, Sp. B selaku pembimbing yang telah memberikan
ilmu, petunjuk, nasehat dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah case
report ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan karena
keterbatasan waktu, tenaga dan pengetahuan dari penulis. Maka sangat diperlukan masukan dan
saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.
Khairunisa Firdani
ii
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1 Anamnesis
a. Identitas Pasien
Nama : An. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 17 Februari 2023
Umur : 4 tahun
Agama : Islam
Alamat : way jepara lampung timur
b. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama : Nyeri kaki sebelah kanan
Keluhan Tambahan: kaki sebelah kanan tidak bisa digerakkan
2
d. Riwayat Penyakit Dahulu:
Tidak ada
e. Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada
f. Riwayat Alergi
Obat (-) Makanan (-)
g. Riwayat Operasi
Disangkal
3
Kepala
Wajah : Normocephali, kerut dahi normal
Telinga : Simetris, secret (-)
Hidung : Simetris, nafas cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-), sudut nasolabialis normal
Leher
Ukuran : Normal
Trakea : Deviasi (-)
Inspeksi : Tidak adanya benjolan, kemerahan (-) dalam batas normal.
Palpasi : dalam batas normal.
Thorax
Bentuk : Normochest
Inspeksi : Simetris
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di linea axillaris anterior sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular,murmur (-), gallop (-)
Paru
Inspeksi : Simetris, lesi (-), retraksi (-)
Palpasi : Massa (-), vocal fremitus normal
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler(+/+), wheezing(-/-),ronkhi(-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar dan lembut
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
4
Ekstremitas
Ektremitas superior Inferior
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Clubbing finger -/- -/-
Gerak +/+ Sulit dinilai / +
Kekuatan 5/5 Sulit dinilai / 5
Tonus N/N N/N
Refleks fisiologis +/+ +/+
Refleks patologis -/- -/-
b. Feel
Terdapat nyeri tekan (+), pulsasi distal (+), sensibilitas (+)
c. Move
Nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (+), ROM sulit dinilai
5
MCV 66.2 fL 80-92
MCH 22.2 pg 27-31
MCHC 35.5 g/dL 32-36
Trombosit 354 105/µL 150-450
RDW 14.8 % 12.4-14.4
MPV 8.50 fL 7.3-9
Kimia Klinik
GDS 114. mg/dL < 140
Ureum 34.2 mg/dL 19 -44
Keratinin 0.68 mg/dL 0.9 - 1.3
Hemostasis
Masa Perdarahan (BT) 2”00” Menit 1”00”-6”00”
Masa Pembekuan (CT) 12.”00” Menit 9”00-15”00”
Foto RO Femur
Tanggal 17/02/2023
Hasil :
- Tampak trabekulasi tulang yang tervisualisasi baik
- Joint space yang tervisualisasi tak tampak menyempit/melebar
6
- Facies articularis yang tervisualisasi licin
- Tampak diskontinuitas pada ujung distal femur dextra, tampak moderately
displaced dan shortened
- Tak tampak lesi litik maupun sklerotik pada sisterna yang tervisualisasi
Kesan :
Fraktur ujung distal femur dextra, moderately displaced dan shortened.
1.4 Resume
Anak usia 4 tahun datang diantar keluarganya dengan keluhan mengalami nyeri di
bagian paha kanan setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Dari anamnesis didapatkan
pasien mengalami luka lecet pada wajah, pingsan (-), sakit kepala (-), muntah (-) namun
Pasien mengeluh nyeri pada paha sebelah kanan dan tidak dapat digerakkan.
Dari pemeriksaan fisik pada regio femur dekstra didapatkan pemendekan (+),
bengkak (+), deformitas (+) angulasi ke lateral, nyeri tekan (+), pulsasi distal (+), sensibilitas
Dari pemeriksaan foto rontgen didapatkan Fraktur ujung distal femur dextra, moderately
displaced dan shortened.
1.7 Tatalaksana
Non operatif
7
Inj paracetamol 2x ½ amp
Operatif
Tanggal Follow-up
paha kanan
Skala nyeri 9
TTV
TD: -
HR: 80 x/menit
RR: 20 x/menit,
T: 36,2 C
SPO2: 97 %
P/
- IVFD RL 20 tpm
- Inj paracetamol 2x ½ amp
- Inj ceftriaxon 2x ½ amp
- Inj Ranitidine 2x ½ amp
8
21-2-2023 S/ Pasien mengeluh nyeri luka post operasi pada
paha kanan
Skala nyeri 9
TTV
TD: -
RR: 20 x/menit,
T: 36,5 C
SPO2: 98 %
P/
- IVFD RL 30 tpm
- Inj paracetamol 2x ½ amp
- Inj ceftriaxon 2x ½ amp
- Inj Ranitidine 2x ½ amp
Skala nyeri 9
9
TTV
TD: -
HR: 97 x/menit
RR: 20 x/menit,
T: 36,5 C
SPO2: 99 %
P/
- IVFD RL 20 tpm
- Inj paracetamol 2x ½ amp
- Inj ceftriaxon 2x ½ amp
- Inj Ranitidine 2x ½ amp
1.9 Prognosa
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Femur adalah tulang yang paling panjang dan paling berat di dalam tubuh
manusia. Panjang tulang ini sepertiga tinggi badan seseorang manusia dan bisa
menyokong berat sehingga 30 kali lipat berat tubuh badannya. Femur, sama
halnya dengan tulang yang lainnya didalam tubuh, terdiri atas badan (corpus) dan
dua ekstremitas.
11
2.2 Definisi Fraktur
Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang
pangkal paha yang disaebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi
menjadi :
Fraktur femur mempunyai insiden yang cukup tinggi, diantara jenis-jenis patah
tulang. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah. Fraktur
femur lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan dengan umur
kecelakaan.
Fraktur kolum femur dapat terjadi langsung ketika pasien terjatuh dengan posisi
miring dan trokanter mayor langsung terbentur pada benda keras seperti jalan.
Pada trauma tidak langsung, fraktur kolum femur terjadi karena gerakan
eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Kebanyakan fraktur ini terjadi
12
2.3 Klasifikasi Fraktur secara umum
a) Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi.
a) Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
b) Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:
d) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi
tulang spongiosa di bawahnya.
e) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang
terjadi pada tulang panjang.
a) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan
akibat trauma angulasi atau langsung.
b) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu
tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.
c) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan
trauma rotasi.
d) Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong
13
tulang ke arah permukaan lain.
e) Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada
insersinya pada tulang
a) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
b) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
c) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang
yang sama.
2.3 Etiologi
14
Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan
dan daya pegas untuk menahan tekanan. Penyebab fraktur batang femur antara
lain :
1) Fraktur femur terbuka Fraktur femur terbuka disebabkan oleh trauma langsung
pada paha.
2) Fraktur femur tertutup Fraktur femur tertutup disebabkan oleh trauma langsung
atau kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang (osteoporosis) dan tumor atau
1) Nyeri
Nyeri yang terjadi terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
bergerak secara tidak alamiah. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas
3) Pemendekan tulang
Terjadi pada fraktur panjang karena kontraksi otot yang melekat di atas dan
15
dibawah tempat fraktur. Leg length discrepancy (LLD) atau perbedaan
masa kecil, di mana dua kaki seseorang memiliki panjang yang tidak sama.
atau tumor (seperti hemangioma) yang menyebabkan aliran darah di satu sisi
menjadi, yaitu true leg length discrepancy dan apparent leg length
panjang tungkai bawah dengan mengukur dari spina iliaka anterior superior ke
maleolus medial dan apparent leg length discrepancy adalah cara megukur
Krepitasi tulang terjadi akibat gerakan fragmen satu dengan yang lainnya.
warna tulang terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda
2.5 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami fraktur femur , antara
lain:
1) Fraktur leher femur Komplikasi yang bersifat umum adalah trombosis vena,
emboli paru, pneumonias, dan dekubitus. Nekrosis avaskular terjadi pada 30%
klien fraktur femur yang disertai pergeseran dan 10% fraktur tanpa pergeseran.
16
Apabila lokasi fraktur lebih ke proksimal, kemungkinan terjadi nekrosis avaskular
lebih besar.
2) Fraktur diafisis femur Komplikasi dini yang biasanya terjadi pada fraktur
a) Syok terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walapun fraktur bersifat tertutup.
b) Emboli lemak sering didapatkan pada penderita muda dengan fraktur femur.
lunak dan merusak arteri femoralis sehingga menmyebakan kontusi dan oklusi
d) Trauma saraf pada pembuluh darah akibat tusukan fragmen dapat disertai
Trauma saraf dapat terjadi pada nervus iskiadikus atau pada cabangnya, yaitu
e) Trombo emboli. Klien yag mengalami tirah baring lama, misalnya distraksi di
f) Infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang terkontaminasi. Infeksi
dapat pula terjadi setelah dilakukan operasi. Komplikasi lanjut pada fraktur
diafisis femur yang sering terjadi pada klien dengan fraktur diafisis femur adalah
sebagai berikut:
a) Delayed Union, yaitu fraktur femur pada orang dewasa mengalami union dalam
empat bulan.
c) Mal union apabila terjadi pergeseran kembali kedua ujung fragmen. Mal union
17
osteotomi.
d) Kaku sendi lutut. Setelah fraktur femur biasanya terjadi kesulitan pergerakan
pada sendi lutut. Hal ini dapat dihindari apabila fisioterapi yang intensif dan
fraktur.
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada multipel
trauma) peningkatan jumlah SDP adalah proses stres normal setelah trauma.
2.7 Penatalaksanaan
18
Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke
posisinya dengan manipulasi dan traksi manual.
Traksi digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi.
Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen tulang
direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku
atau batangan logam yang dapat digunakan untuk mempertahankan
fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid
terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
19
Apley AG, Solomon L. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem apley. Widya Medika,
Jakarta. 1995.
Moffat, D & Faiz, O. 2002. At a Glance Series Anatomi. Jakarta: PT. Glora Aksara
Pratama.
Sjamsuhidayat, R dan Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3. EGC: Jakarta
20