Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

DOSEN PENGAMPU

ARI HIDAYAT, M. Pd

DISUSUN OLEH

KELAS 6D PGSD KELOMPOK 4

NAMA NIM
Adha Maharani 2020125220046
Ida Ayu Astuti 2010125320030
Meutia Elwy Amallia Noor 2010125220058
Rama. S 2010125310025
Shahifa Fitria 2010125120021
Sartika 2010125220032

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN


TEKNOLOGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

BANJARMASIN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.,

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini dapat selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
C. Tujuan .................................................................................................. 8
BAB II KAJIAN TEORI.................................................................................. 10
A. Sekolah dan Guru lain sebagai Sumber Belajar ................................... 10
B. Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Bahan Ajar ................................ 15
C. Menciptakan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar ............... 19
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 22
A. Simpulan .............................................................................................. 22
B. Saran ..................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Manusia dan Lingkungannya
Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia
dan perilakunya yang menentukan perikehidupan serta kesejahteraan
manusia dan mahluk hidup lainnya. Manusia dalam lingkungan hidup
memiliki peran yang utama dalam memelihara maupun mengubah
lingkungan, bahkan manusia sendiri yang dapat merusak lingkungannya.

Lingkungan tenpat manusia berada mempengaruhi keberadaan


manusia itu sendiri, oleh oleh faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor abiotik
adalah faktor lingkungan sebagai benda-benda mati yang mempengaruhi
mahluk-mahluk hidup yang ada dalam suatu ekosistem. Sedangkan faktor
biotiok adalah faktor lingkungan yang merupakan mahluk hidup yang
mempengaruhi ekosistem. Baik faktor abiotik maupun biotik sebagai unsur
lingkungan dijadikan satu bagian menjadi atmosfer, litosfer, hidrosfer, dan
biosfer. Atmosfer terdiri dari udara dan zat yang terkandung dalam udara,
semuanya menjadikan unsur-unsur cuaca; litosfer terdiri dari tanah dan
batuan pembentuk permukaan bumi; hidrosfer adalah segala bentuk air yang
terdapat di permukaan bumi serta siklusnya; dan biosfer adalah segala
mahluk hidup yang terdapat di permukaan bumi baik hewan maupun
tumbuhan. Keempat unsur lingkungan tersebut kemudian dimasukan unsur
manusia sendiri yang berperan di dalam lingkungan hidup dinamakan
antroposfer, sehingga semuanya menjadi lima unsur yang dinamakan
Geosfer.

1
Manusia mempengaruhi lingkungannya dengan jalan memelihara
dan me- manfaatkan lingkungan untuk menunjang kehidupannya agar terus
berkelanjutan, bahkan tidak sedikit manusia yang lupa akan pentingnya
lingkungan, sehingga diantara mereka bahkan banyak yg merusak
lingkungan untuk kepentingan sesaat, tetapi akibat dari perbuatannya akan
merugikan manusia lainnya, sehingga banyak mendatangkan bencana alam
yang tidak diharapkan seperti banjir, kebakaran hutan, longsor, kekeringan,
dan lain-lain. Dengan demikian, tidak ada mahluk lain selain manusia yang
dapat mendayagunakan alam dan lingkungannya untuk disesuaikan dengan
bermacam-macam kebutuhan dan keinginannya, keadaan demikian
menyebabkan manusia bersaing dengan mahluk hidup lainnya dalam
memenuhi kebutuhan. Tetapi manusia memiliki kemampuan terutama
dalam memanfaatkan sumber daya alam.

Lingkungan hidup yang memberikan manfaat bagi manusia,


tergantung pada manusia sendiri yang mengelola dan memelihara
kelestariannya, sehingga Soerjani dkk (1987 : 13) mengemukakan sebagai
berikut : ... hakikat pokok pengelolaan lingkungan hidup oleh manusia itu
adalah bagaimana manusia melakukan upaya agar kualitas manusia semakin
meningkat, sementara kualitas lingkungan juga semakin baik. Paling
penting dalam pemeliharaan lingkungan ini bukan untuk diri sendiri
melainkan untuk kesinambungan manusia itu sendiri dengan keturunannya.

Pentingnya lingkungan bagi pengajaran adalah sebagai bukti bahwa


di permukaan bumi terjadi interaksi baik manusia dengan manusia, manusia
dengan alam, maupun alam dengan alam. Adanya interaksi tersebut dapat
dilihat hasilnya sebagai media pengajaran, sehingga pengajaran tidak hanya
bukti-bukti yang berada di dalam buku saja atau bukti pengalaman
pengganti berupa alat peraga saja, melainkan bukti langsung yang ada di
sekitar siswa atau siswa bahkan harus di bawa ke luar kelas dengan jalan
karya wisata. Lingkungan sebagai sumber pengajaran dapat dimanfaatkan

2
oleh beberapa mata pelajaran baik di SLTP, SMU, bahkan mata kuliah yang
diajarkan di perguruan tinggi, termasuk mata kuliah yang berhubungan
dengan IPS seperti Geografi, Sejarah, Ekonomi, PPKN, dll.

2. Pengajaran di Luar Kelas


Proses belajar mengajar di dalam kelas tidak selamanya efektif tanpa
adanya alat peraga sebagai pengalaman pengganti yang dapat memperkuat
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan, tetapi
minimnya alat peraga yang tersedia menyebabkan guru perlu untuk
menanamkan materi, sedangkan di lingkungan sekitar cukup potensil
dijadikan media pengajaran sebagai pengalaman langsung yang tidak begitu
saja dapat dilupakan siswa, karena lingkungan tersebut mudah untuk
diketahui setiap siswa. Lingkungan sebagai media pengajaran,
dikemukakan oleh Semiawan dkk (1989 : 96) sebagai berikut :
Sebenarnya kita sering melupakan sumber belajar yang terdapat di
lingkungan kita, baik di sekitar sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
betapapun kecil atau terpencil suatu sekolah sekurang- kurangnya memiliki
empat jenis yang sangat kaya dan bermanfaat, yaitu :
1) Masyarakat desa atau kota di sekeliling sekolah.
2) Lingkungan fisik di sekitar sekolah.
3) Bahan sisa yang tidak terpakai dan barang bekas yang terbuang, yang
dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, namun kalu kita olah
dapat bermanfaat sebagai sumber dan alat bantu belajar mengajar.
4) Peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi di masyarakat cukup
menarik perhatian siswa. Ada peristiwa yang mungkin tidak dapat
dipastikan akan berulang kembali. Jangan lewatkan peristiwa itu
tanpa ada catatan pada buku atau alam pikiran siswa.

Cukup banyak tersedia sumber dan alat bantu belajar mengajar di


luar dinding sekolah kita. bawalah sesuatu dari lingkungan ke dalam kelas.
Bawalah siswa dari kelas ke lingkungan luar. Biarlah mereka asyik belajar

3
dengan lingkungannya.

Dengan demikian, bahwa penggunaan lingkungan sangat baik bagi


penanaman materi pelajaran pada siswa, hanya saja perlu ditekankan di
sini bahwa media yang khusus disediakan yaitu yang berhubungan dengan
lingkungan fisik yang berada di lingkungan sekitar mereka. Selanjutnya
bahwa dalam proses belajar mengajar hubungannya dengan media
pengajaran di luar kelas, Suleiman (1981 : 13 -14) mengemukakan sebagai
pengalaman nyata bukan pengalaman dengan kata-kata ataupun
pengalaman pengganti, ia mengemukakan :

Tidak seperti pengalaman dengan kata-kata, pengalaman nyata


sangat efektif untuk mendapatkan suatu pengertian, karena pengalaman
nyata itu mengikut sertakan semua indera dan akal. Pengalaman nyata itu
adalah cara yang wajar dan memuaskan dalam proses belajar. Kalau semua
orang bisa mendapat pengalaman nyata dan mempunyai kecerdasan yang
dapat menyerap pengertian yang menyeluruh dari segala segi tentang
semua pengalaman itu, ia akan sanggup mengembangkan pengertian yang
sebaik-baiknya tentang semua yang dialaminya itu.

Pengalaman langsung sangat bermanfaat sekali bagi pengajaran


yang memerlukan pembuktian di lapangan, tetapi pengalaman langsung ini
tidak semuasekolah dapat memanfaatkannya, karena tidak semua sekolah
memiliki lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan untuk memperkuat
materi pelajaran yang disampaikan, sehingga sangat beruntung bagi
sekolah yang memiliki lingkungan yang sesuai dengan materi pelajaran.

Membawa siswa ke luar kelas dapat dianggap sebagai metode


karyawisa- ta, seperti yang dikemukakan oleh Witerington dkk (1982 : 64)
sebagai berikut :

Kehidupan di antara ke empat dinding kelas sangat terbatas. Di luar


kelasmereka berhadapan dengan kehidupan yang kaya akan hal-hal dapat
4
mereka pelajari. Darmawisata bukan piknik melainkan memindahkan
kelas untuk sementara ke luar, lamanya mungkin beberapa menit atau
sejam, mungkin juga beberapa hari atau bulan. Dengan Darmawisata,
kita menggunakan sumber-sumber dari lingkungan dan mempererat
hubungan antara sekolah dan lingkungan masyarakat. dari sudut didaktis,
darmawisata banyak mempunyai kebaikan, seperti membangkitkan minat,
aktivitas, dan sebagainya.

Karyawisata atau darmawisata memang tidak untuk berlama-lama


di luar kelas, tetapi dengan waktu yang sempitpun dapat dilakukan,
terutama kegiatan yang ada di sekitar sekolah.

Karyawisata sebagai outdoor studi tentu saja memiliki banyak


keuntungan, seperti yang dikemukakan oleh Surakhmad (1982 : 116)
sebagai berikut :

1. Anak didik dapat mengamati kenyataan-kenyataan yang beraneka


ragam dari dekat.
2. Anak didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru
denganmencoba turut serta di dalam suatu kegiatan.
3. Anak didik dapat menjawab masalah-masalah atau pertanyaan-
pertanyaan dengan melihat, mendengar, mencoba, dan
membuktikan secara langsung.
4. Anak didik dapat memperoleh informasi dengan jalan
mengadakan wawan- cara atau mendengarkan ceramah yang
diberikan on the spot.
5. Anak didik dapat mempelajari sesuatu secara integral dan
komprehensif.

Dengan demikian, bahwa pengajaran di luar kelas banyak


keuntungannya, dibandingkan pengajaran hanya di luar kelas saja, karena
lingkungan yang ada di sekitar sekolah dan sekitar tempat tinggal siswa

5
dapat dijadikan media pengajaran yang berguna.

Apalagi untuk melakukan pengajaran di luar kelas tersebut tanpa


atau sedikit biaya yang diperlukan, sehingga tidak memberatkan siswa
untuk melakukannya.

3. Memanfaatkan Lingkungan

IPS sebagai bidang studi yang banyak memerlukan media


pengajaran, baik alat peraga di dalam kelas maupun lingkungan sekitar
yang dapat dilihat dan diketahui siswa sehari-hari. Bahkan siswa dapat
melihat lingkungan yang lebih jauh dari sekolah melalui karya wisata,
maka kegiatan atau gejala yang terdapat di lingkungan siswa tersebut
bertujuan agar mereka tahu dan sadar bahwa materi pelajaran dapat
dterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan menambah
kecintaan terhadap lingkungannya. Sumber pengajaran IPS yang utama
tentu saja berasal dari buku sumber yang menjadi pegangan siswa, tetapi
untuk memperkuat pengetahuan dan pemahaman, maka diperlukan
adanya contoh konkrit yang ada di sekitar mereka. Pengajaran IPS yang
dilaksanakan di luar kelas dengan dipertegas oleh Batuah (1956 : 51-52),
yaitu :

Pekerjaan di luar rungan sekolah yang hanya mengambil waktu


satu pelajaran nyatalah harus dilakukan di dekat sekolah. Itu mungkin
terdiri dari pengamatan udara atau penyelidikan tanah, peninjauan dan
pengukuran atau pembuatan peta, mengamati lalu lintas, atau malahan
penyelidikan pendek sepanjang dua atau tiga jalan yang terdekat. Sebuah
contoh dari macam terakhir akan dapat memperlihatkan bagaimana macam
pekerjaan semacam ini dijalankan,
Memanfaatkan lingkungan untuk pengajaran IPS dapat dilakukan
siswa bersama-sama dengan memanfaatkan waktu luang di luar kelas
ataupun siswa membawa pengalamannya sendiri ke dalam kelas untuk

6
diceritakan tentang yang dilihat dan dialaminya.
Selanjutnya Batuah (1956 : 41) mengemukakan pula, bahwa
Pengalaman menunjukkan bahwa kebanyakan anak-anak ...
gemar mengumpulkan dan mempertukarkan keterangan dan cita
baru secara pertukaran pikiran di kelas, atau secara penyelidikan di
kelas, di mana sumber-sumber murid dan guru dipersatukan ke
dalam suatu cara yang ramah tamah, demokratis untuk mencapai
suatu tujuan. Semangat persatuan dari kelas harus merupakan
pendorong ego aktivitet perseorangan, dan tiap anak dapat
memperoleh faedah dari pertanyaan dan pendapat kawan-
kawannya sekelas.

Kegiatan yang demikian merupakan pengalaman perseorangan yang


didapat siswa dari hasil pemantauannya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Mempersiapkan Materi Pelajaran

Materi pelajaran yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang


ada disekitar siswa, harus cocok dengan kurikulum guna pencapaian
program catur wulan, karena guru dalam memberikan materi pelajaran
IPS tidak dapat begitu saja menjelaskan tanpa adanya Satuan
Pembelajaran, akibatnya tidak terarah dan ada kesan guru mengajar asal
ingat apa yang dibenaknya. Karena itu, materi pelajaran yang sesuai
dengan kenyataan di lingkungan siswa harus secepatnya guru
menanggapinya agar materi yang diberikan dapat ditangkap dan dipahami
siswa, sehingga materi tersebut dapat bertahan dalam pikiran siswa dalam
jangka waktu yang lama.
Guru dituntut agar materi pengajaran tidak ketinggalan, dan selalu
bersifat baru, apalagi guru dapat menyesuaikannya dengan kondisi
lingkungan yang ada, ataupun gejala-gejala Sosial yang sedang
berlangsung. Gejala Sosial yang sedang berlangsung di di sekitar kehidupan
siswa dapat dijadikan materi pelajaran yang sifatnya terbaru dan dapat

7
diambil dari sumber bacan seperti surat khabar, majalah, ataupun media lain
seperti radio dan televisi.
Guru dalam memilih media pengajaran, menurut Encyclopedia of
Educational Research (dalam Usman, 1990 : 27) sbb :

meletakkan dasar-dasar yang kongkrit untuk berfikir. Oleh karena


itu,mengurangi verbalisme (tahu istilah tetapi tidak tahu arti, tahu nama
tetapi tidak tahu bendanya)

1. memperbesar perhatian siswa;


2. membuat pelajaran lebih menetap atau tidak mudah dilupakan;
3. memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan
kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa;
4. menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu;
5. membantu tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan
kemampuan berbahasa;

Nilai yang dapat muncul dari hasil proses belajar tersebut akan
bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, yang tentunya bagi siswa dapat
mengetahui lingkungan sekitarnya apabila kelak dapat mengambil
keputusan sehubungan dengan pengelolaan dan perubahan lingkungan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud Sekolah dan Guru lain sebagai Sumber Belajar?
2. Bagaimana memanfaatkan Lingkungan Sebagai Bahan Ajar?
3. Bagaimana Menciptakan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang di maksud Sekolah dan Guru lain sebagai Sumber
Belajar.
2. Mengetahui bagaimana memanfaatkan Lingkungan Sebagai Bahan
Ajar.

8
3. Mengetahui bagaimana Menciptakan Lingkungan Sekolah Sebagai
Sumber Belajar.

9
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Sekolah dan Guru lain sebagai Sumber Belajar


a) Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala macam sumber yang dapat
digunakan untuk memudahkan terjadinya proses belajar. Jadi,
pengertian sumber belajar itu dapat berupa manusia maupun non
manusia atau juga sumber belajar yang dirancang maupun
dimanfaatkan terdiri dari: a) Sumber belajar yang dirancang
(learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara
khusus dirancang atau
dikembangkan sebagai komponen sistem intruksional untuk
memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. b)
Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by
utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk
keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan,
diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran
(Rohani, 2004:165).
Dalam buku Pengelolaan Pengajaran (2004:164),
Association of Educational Communication Technology
mengklasifikasikan sumber belajar menjadi enam macam yaitu:
1) Message (pesan) yaitu informasi-informasi atau ajaran yang
diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk gagasan, fakta,
arti dan data. Termasuk dalam kelompok pesan adalah semua
bidang studi atau bahan pembelajaran yang diajarkan kepada
peserta didik, dan sebagainya.
2) People (orang) yaitu manusia yang bertindak sebagai
penyimpan, pengolah dan penyaji pesan, yang termasuk
kelompok ini misalnya guru, tutor, peserta didik dan
sebagainya.

10
3) Materials (bahan) yaitu perangkat lunak yang mengandung
pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat atau perangkat
keras maupun oleh dirinya sendiri. Berbagai program media
termasuk kategori material seperti film, video, modul, majalah,
buku, bahan pembelajaran terprogram, transparansi, dan
sebagainya.
4) Device (alat) yaitu sesuatu perangkat keras yang digunakan
untuk menyampaikan pesan tersimpan dalam bahan. Misalnya
overhead projector, slide, video tape/ recorder, pesawat radio/
tv, dan sebagainya.
5) Technique (teknik) yaitu prosedur atau acuan yang digunakan
untuk penggunaan bahan, orang dan lingkungan belajar secara
terkombinasi dan terkoordinasi untuk menyampaikan ajaran
atau materi pelajaran. Contohnya belajar secara mandiri,
belajar secara berkelompok, simulasi, ceramah, demonstrasi,
tanya jawab, CBSA, dan sebagainya.
6) Setting (lingkungan) yaitu situasi atau suasana disekitar proses
belajar mengajar terjadi baik lingkungan fisik seperti ruang
kelas, gedung, sekolah, perpustakaan, laboratorium, taman dan
sebagainya, juga lingkungan non fisik misalnya suasana
belajar itu sendiri, tenang, ramai dan sebagainya.

Berbagai sumber belajar tersebut, pada dasarnya tidak


boleh dipandang secara parsial. Hendaknya dipandang sebagai
suatu kesatuan yang utuh dalam pembelajaran yang dapat
memberikan dampak positif terhadap hasil pembelajaran.

b) Kerjasama sesama guru dari satu sekolah


Kerjasama antara sesama guru di satu sekolah dapat
dilakukan dengan berbagai cara tergantung situasi dan
kebutuhan. Keinginan yang kuat untuk menjadi seorang guru
yang dapat mengatasi segala permasalahan dan keterbatasan
11
dalam proses pembelajaran dan kerjasama yang baik akan
menciptakan proses pembelajaran yang otimal.
Winataputra (1999) menyebutkan bahwa pembelajaran
yang terkondisikan menggunakan pendekatan PKR
memerlukan berbagai sarana pembinaan profesional guru yang
dapat dimanfaatkan secara mandiri oleh setiap guru diharapkan
adanya koordinasi antara kepala sekolah dan pihak guru. Kepala
Sekolah diharapkan mengadakan dan membiasakan
perencanaan PKR bersama oleh sesama guru di sekolah
tersebut, misalnya dalam menyusun jadwal, menetapkan kelas-
kelas yang dirangkap, menata ruangan, memanfaatkan sumber
belajar, dan memecahkan masalah yang dihadapi. Pertemuan
antar guru tersebut dapat dipimpin oleh kepala sekolah atau oleh
guru secara bergilir sesuai dengan permasalahan yang terjadi.
Adapum contoh kerja sama antara guru dalam sumber
belajar perserta didik, seperti guru A yang bertugas untuk
mewakili sekolah dalam pelatihan yang diadakan pemerintah
sehingga membuat kelas yang di ajar guru A tersebut menjadi
kosong, dengan hal ini guru B yang harus masuk dalam kelas
tersebut sehingga terjalinlah kerjasama antara guru.

c) Kerjasama guru dari sekolah lain


Dalam beberapa hal seringkali kita tak mampu memecahkan
masalah pembelajaran sendiri, bahkan setelah didiskusikan dengan
teman sejawat dalam satu sekolah. Sebaiknya kita tidak putus asa
dan menyerah begitu saja tetapi marilah kita coba untuk bertanya
pada teman-teman sejawat yang bertugas di sekolah lain. dengan
demikian diharapkan kita mampu untuk memecahkan masalah
pembelajaran yang kita hadapi. Menciptakan hubungan kerjasama
yang baik antar teman sejawat sangat membantu dalam
memecahkan berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran.

12
Djalil, dkk. (2005) menyebutkan bahwa kerjasama antar
sekolah merupakan faktor yang sangat penting, misalnya untuk
kepentingan berikut:
1) berdiskusi dan tukar pengalaman utnuk mengatasi berbagai
kesulitan mengajar, misalnya tidak mempunyai buku sumber,
dan alat peraga pelajaran, atau kurang menguasai materi yang
harus diajarkan.
2) Membangun Pusat Sumber Belajar (PSB) yang saat ini dikenal
sebagai Pusat Sumber Belajar Guru (PSBG), misalnya
mengembangkan alat pelajaran, perpustakaan bersama, dan
laboratorium yang sederhana.
3) Mengadakan kegiatan bersama, misalnya mengadakan
kunjungan dan karyawisata, membuat media pembelajaran,
menyusun skenario pembelajaran dan lain-lain
4) Saling membantu dalam mengajar, misalnya guru dari SD yang
satu dapat membantu mengajar di SD lainnya yang berdekatan.

Untuk menciptakan suasana tersebut di atas, sebaiknya


dibawah koordinasi Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran
setempat mengadakan dan mengupayakan kerjasama antara SD
satu dengan SD lain yang berdekatan. Cara ini diperlukan terutama
pada SD yang memiliki jumlah guru yang terbatas dang sangat
minimal, namun tidak menutup kemungkinan diterapkan pula oleh
sekolah dengan jumlah guru memadai.

Sebuah SD dapat mengundang guru lain yang dinilai


menguasai suatu mata pelajaran tertentu dengan baik, dengan cara
itu sesama guru dari sekolah yang berbeda dapat saling bertukar
pengalaman dan ilmu, atau dapat juga saling meminjam alat bantu
mengajar misal KIT IPA atau satu waktu secara bersama-sama
memanfaatkan fasilitas yang dimilki salah satu SD.

13
Jika di sekolah Anda tidak mempunyai fasilitas laboratorium
IPA yang cukup lengkap dan memadai maka dengan kerjasama yang
baik Anda dapat memanfaatkan laboratorium dari sekolah lain,
demikian pula ketersediaan koleksi perpustakaan yang terbatas
Anda dapat mengatasi ini dengan saling meminjam buku yang tidak
tersedia di sekolah Anda.

Guru SD yang sudah memiliki kemampuan yang lebih baik


dalam menerapkan PKR ditugasi atau dikondisikan untuk
membantu guru lain yang belum begitu mahir atau belum dapat
menerapkan PKR. Iniasiatif dapat datang dari guru yang sudah
memiliki kemahiran PKR atau dari guru yang memerlukan
kemahiran itu, ataupun dari kepala sekolah yang bersangkutan.

Melalui LPTK setempat, perlu diadakan pelatihan PKR bagi


guru SD terpencil. Para guru akan mendapatkan bekal pelaksanaan
pembelajaran dalam berbagai situasi yang mengkondisikan
terjadinya pelaksanaan PKR. Dinas P&P setempat bekerjasama
dengan LPTK meningkatkan kemampuan para penilik agar menjadi
model guru PKR dan dapat membimbing guru SD dalam
merancang, melaksanakan, dan menilai serta meningkatkan PKR di
SD yang menjadi tanggungjawab kepenilikannya.

Apabila letak SD berjauhan, kerjasama dapat dilakukan


dengan saling meminjam alat-alat pembelajaran, buku pegangan,
atau alat peraga lain. Misalnya di SD Anda tidak terdapat alat peraga
abakus untuk pembelajaran matematika, Anda belum tahu dan
belum pernah membuat alat tersebut, sementara di SD lain ada guru
yang sudah membuat maka Anda sebaiknya Anda tidakmalu-malu
meminta guru dari SD tersebut untuk meminjamkan atau membantu
Anda membuat, tentunya pendekatan kelembagaan dan pribadi juga
akan sangat membantu.

14
KKG (Kelompok Kerja Guru), MGMP (Musyawarah Guru
Mata Pelajaran), KKKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah) adalah
forum yang dapat dijadikan untuk saling tukar informasi,
pengalaman, berdiskusi, untuk memecahkan berbagai kesulitan
mengajar dan mengerjakan sesuatu secara bersama. Sebaiknya
sebelum mengikuti kegiatan dalam forum tersebut, identifikasilah
segala kesulitan dan permasalahan yang Anda alami, jadikan forum
tersebut untuk membantu menyelesaikan masalah Anda.

Belajar dari sesama teman memiliki makna lebih besar,


lewat kegiatan berkelompok Anda dapat memperoleh berbagai hal
yang sulit didapatkan pada saat belajar sendiri, seperti sikap mau
menghagai orang lain, sikap mau menerima orang lain, bekerja
sama, dan sikap menikmati hidup bersama orang lain. Gunakan
kesempatan bertanya hal-hal yang belum jelas atau belum diketahui
dalam kelompok. Bertanya kadang dimaknai tidak tahu. Oleh karena
itu, banyak orang tidak mau bertanya karena takut dianggap tidak
tahu. Pembelajaran aktif memandang orang bertanya sebagai orang
yang telah tahu dan ia ingin melengkapi pengetahuannya. Pada
prinsipnya bertanya lebih baik daripada tidak tahu.

B. Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Bahan Ajar


Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar berpijak pada
pemikiran mengenai empat pilar belajar yang dikemukakan UNESCO,
yaitu:
a. Learning to know, yaitu proses pembelajaran yang memungkinkan
siswa menguasai tehnik menemukan pengetahuan dan bukan semata-
mata hanya memperoleh pengetahuan.
b. Learning to do, yaitu memberdayakan siswa agar mampu berbuat untuk
memperkaya pengalaman belajarnya, meningkatkan interaksi dengan
lingkungannya baik fisik, sosial maupun budaya, sehingga siswa

15
mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia
sekitar.
c. Learning to live together dengan membekali kemampuan untuk hidup
bersama orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling
pengertian.
d. Learning to be adalah keberhasilan yang dicapai dari tiga pilar belajar
diatas. (Hendarwati, E, 2013)

Memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran akan


menjadikan proses belajar mengajar lebih bermakna, karena para siswa
dihadapkan pada peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami.
Sesuatu yang dipelajari oleh siswa menjadi lebih nyata, lebih faktual, dan
kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.

Melalui pemanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar,


maka diharapkan dapat membantu dalam peningkatan mutu pembelajaran
siswa dalam proses pembelajaran. Sumber belajar sebagaimana diketahui
adalah sarana atau fasilitas pendidikan yang merupakan komponen penting
guna terlaksananya proses belajar mengajar di sekolah. Dalam pelaksanaan
belajar mengajar guru hendaknya memanfaatkan sumber belajar yang
memadai, karena pemanfaatan sumber belajar merupakan hal yang penting
dalam proses belajar mengajar. Dikatakan penting karena dengan
memanfaatkan sumber belajar akan dapat membantu dan memberikan
kesempatan pada siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran serta
dapat memberikan perjalanan belajar yang konkret.

Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun


guru apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang
memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
Namun, kenyataan yang terjadi di sekolah-sekolah, masih ada guru yang
mengabaikan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Misalnya,
pada pembelajaran yang berkaitan dengan bentuk luar tumbuhan dan

16
fungsinya, guru dapat memanfaatkan lingkungan (tumbuhan) yang terdapat
di luar kelas untuk menjelaskan materi tersebut sehingga siswa akan lebih
mudah memahaminya. Begitu juga halnya dengan pembelajaran lain yang
dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

Kenyataannya masih banyak siswa SD yang kurang bersemangat


ketika proses belajar mengajar berlangsung. Hal ini terlihat dari berbagai
indikator seperti rendahnya respon dan tingkat keaktifan siswa selama
pembelajaran berlangsung. Kondisi siswa seperti ini masih ditambah lagi
dengan cara penyajian materi yang kurang menarik sehingga tidak
memotivasi siswa untuk belajar. Selain itu, suasana belajar yang
membosankan juga menjadi salah satu penyebab rendahnya respon siswa
dalam pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa
kurang aktif dan suasana pembelajaran terasa membosankan. Hal ini
mengakibatkan siswa kurang fokus dan berbicara saat proses pembelajaran
berlangsung. Di sini lah guru dapat melibatkan dan memanfaatkan
lingkungan sekitar ke dalam pembelajaran agar dapat menciptakan suasana
belajar yang berbeda dari sebelumnya.

Keberadaan lingkungan sekitar siswa yang mendukung proses


pembelajaran sangat menguntungkan bagi peserta didik untuk
memanfaatkannya sebagai media dan sumber pembelajaran. Banyak
keuntungan yang diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan dalam
proses belajar antara lain: kegiatan belajar lebih menarik, hakikat belajar
lebih bermakna, bahan pembelajaran lebih faktual, kegiatan belajar lebih
komprehensif, sumber belajar lebih kaya, membentuk pribadi siswa agar
tidak asing dengan kehidupan sekitar.mempelajari lingkungan dalam proses
belajar antara lain: kegiatan belajar lebih menarik, hakikat belajar lebih
bermakna, bahan pembelajaran lebih faktual, kegiatan belajar lebih
komprehensif, sumber belajar lebih kaya, membentuk pribadi siswa agar
tidak asing dengan kehidupan sekitar. (Wulandari, F, 2020)

17
1. Penerapan Fokus Group Discussian (FGD) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Mengatasi permasalahan tersebut, salah satu solusi yang
dapat diberikan yaitu dengan menerapkan fokus group discussion
(FGD). Metode FGD dapat memberikan data yang lebih mendalam,
informati, dan bernilai, kemudian dari segi kepraktisan model ini
hemat biaya, dan dapat mengumpulkan data lebih banyak dengan
waktu yang singkat. Metode FGD dapat meningkatkan penerapan
FGD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar secara
signifikan. FGD berpengaruh terhadap uji kompetensi terhadap
tingkat kecemasan mahasiswa yang menjadi rendah. FGD
merupakan metode pemecahan masalah dengan menciptakan
suasana kekeluargaan. FGD mengandung tiga kata kunci yaitu
diskusi, kelompok, dan terfokus/terarah.

Saat diskusi, materi yang akan didiskusikan yaitu


permasalahan yang sedang dihadapi, akan difokuskan dalam bentuk
pertanyaan, tugas, dan pendapat yang harus disampaikan oleh
peserta. Dalam kegiatan diskusi tersebut para guru bisa membagi
pengalaman dalam pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Bagi guru yang
tingkat pengalamannya tinggi akan menjadi lebih matang dan bagi
guru yang tingkat pengalamannya rendah akan menambah
pengetahuan. Keunggulan FGD adalah keterlibatan guru bersifat
holistik dan konprehensip dalam semua kegiatan. Keunggulan
penggunaan FGD lainnya yaitu memberikan data yang lebih banyak
dan memberikan nilai tambah. Keunggulan lainnya yaitu guru dapat
menukar pendapat, memberi saran, tanggapan dan berbagai reaksi
sosial dengan teman seprofesi sebagai peluang bagi mereka untuk
meningkatkan kemampuan dan pengalaman.

18
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, perlunya
penerapan Focus Group Discussion agar dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar. Diharapkan guru dapat terampil dalam menciptakan
pembelajaran inovatif dan bermakna sehingga siswa termotivasi
dalam belajar, dan hal tersebut akan berdampak pada tercapainya
tujuan pembelajaran.(Waluyati. M, 2020)

C. Menciptakan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar


UNA Rahmawati, (2020) Mendefinisikan Sumber belajar sebagai
alat bantu yang berguna dalam kegiatan belajar mengajar seperti bahan-
bahan yang dimanfaatkan dan diperlukan dalam proses pembelajara.
Sumber belajar dapat berupa bahan ajar, buku ajar, media pembelajaran,
lingkungan sekitar, dan lain-lain. Pendidik seharusnya menggunakan
sumber belajar yang bervariasi supaya peserta didik tidak merasa bosan
dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Peserta
didik harus dikenalkan dengan objek yang berasal dari potensi lokal atau
lingkungan alam sekitar. Lingkungan sekitar berperan penting dalam
menghadirkan gejala alam, persoalan sains, dan fenomena yang sangat
dekat dengan kehidupan peserta didik. Salah satu kawasan lingkungan yang
dapat dijadikan sumber belajar adalah lingkungan sekolah.

Fajar Wulandari, (2020). Menyatakan situasi dan lingkungan yang


kondusif dapat dijadikan sebagai sumber belajar seperti gedung sekolah
yang indah dan bersih, laboratorium keagamaan, taman yang indah dan
menarik dan lain sebagainya. Di luar lingkungan sekolah ada pula sumber
belajar lain seperti: masjid atau mushalla, majlis taklim dan berbagai jenis
kegiatan keagamaan. Lembaga-lembaga yang ada di dalam masyarakat
seperti lembaga/organisasi sosial keagamaan (misal lembaga da‟wah),
Lembaga adat, Lembaga hukum, Lembaga bahasa, Lembaga profesi,
yayasan-yayasan sosial dan perkumpulan-perkumpulan atas dasar suku dan

19
wilayah dan sejenisnya tidak bisa diabaikan peranannya dalam pelengkap
pendidikan anak.

Pada tingkat sekolah dasar seorang guru harus mampu


membangkitkan daya kritis dan nalar anak melalui berbagai variasi
mengajar. Oleh sebab itu guru harus melakukan berbagai riset dan inovasi
dengan mencari solusi dalam memecahkan permasalahan yang muncul
dalam rutinitas proses belajar mengajar. Namun kenyataannya masih
banyak peserta didik yang kurang bersemangat ketika proses belajar
mengajar berlangsung. Hal ini terlihat dari berbagai indikator seperti
rendahnya respon dan tingkat keaktifan peserta didik selama pembelajaran
berlangsung. Kondisi peserta didik seperti ini masih ditambah lagi dengan
cara penyajian materi yang kurang menarik sehingga tidak memotifasi
mereka untuk belajar. Selain itu, suasana belajar yang membosankan juga
menjadi salah satu penyebab rendahnya respon peserta didik dalam
pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, peserta didik
kurang aktif dan suasana pembelajaran terasa membosankan. Hal ini
mengakibatkan peserta didik kurang fokus dan berbicara saat proses
pembelajaran berlangsung. Di sini lah guru dapat menciptakan dan
memanfaatkan lingkungan sekitar ke dalam pembelajaran agar dapat
menciptakan suasana belajar yang berbeda dari sebelumnya.

Keberadaan lingkungan sekitar peserta didik yang mendukung


proses pembelajaran sangat menguntungkan bagi peserta didik untuk
menciptakan lingkungan sebagai media dan sumber pembelajaran. Banyak
keuntungan yang diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan dalam
proses belajar antara lain: kegiatan belajar lebih menarik, hakikat belajar
lebih bermakna, bahan pembelajaran lebih faktual, kegiatan belajar lebih
komprehensif, sumber belajar lebih kaya, membentuk pribadi peserta didik
agar tidak asing dengan kehidupan sekitar.

20
Pembelajaran yang dipadukan dengan potensi lingkungan sekitar
membuat peserta didik lebih mudah memahami pelajaran. Rahman &
Fauziana (2018) menyatakan penggunaan sumber belajar yang sesuai
dengan materi dapat membantu peserta didik memahami konsep dengan
baik dan terbukti lebih cepat dalam memahami materi. Irwandi, et al.,
(2019) menyatakan penciptaan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar
memudahkan peserta didik untuk memahami materi karena mereka
mengalami secara langsung interaksi dengan objek yang dipelajarinya.
Machin (2014) menyatakan minat sangat berpengaruh terhadap suatu
pelajaran. Peserta didik yang memiliki minat yang tinggi untuk belajar
memungkinkan akan semakin besar usahanya dalam memperoleh hasil
belajar yang tinggi pula.

21
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sumber belajar adalah segala macam sumber yang dapat digunakan
untuk memudahkan terjadinya proses belajar. Jadi, pengertian sumber
belajar itu dapat berupa manusia maupun non manusia atau juga sumber
belajar yang dirancang maupun dimanfaatkan terdiri dari: a) Sumber belajar
yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang
secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem
intruksional untuk memberika fasilitas belajar yang terarah dan bersifat
formal.
Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar berpijak pada
pemikiran mengenai empat pilar belajar yang dikemukakan UNESCO,
yaitu:
1. Learning to know, yaitu proses pembelajaran yang memungkinkan
siswa menguasai tehnik menemukan pengetahuan dan bukan semata-
mata hanya memperoleh pengetahuan.
2. Learning to do, yaitu memberdayakan siswa agar mampu berbuat
untuk memperkaya pengalaman belajarnya, meningkatkan interaksi
dengan lingkungannya baik fisik, sosial maupun budaya, sehingga
siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap
dunia sekitar.
3. Learning to live together dengan membekali kemampuan untuk hidup
bersama orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling
pengertian.
4. Learning to be adalah keberhasilan yang dicapai dari tiga pilar belajar
diatas. (Hendarwati, E, 2013)

UNA Rahmawati, (2020) Mendefinisikan Sumber belajar sebagai


alat bantu yang berguna dalam kegiatan belajar mengajar seperti bahan-
bahan yang dimanfaatkan dan diperlukan dalam proses pembelajara.

22
Sumber belajar dapat berupa bahan ajar, buku ajar, media pembelajaran,
lingkungan sekitar, dan lain-lain. Pendidik seharusnya menggunakan
sumber belajar yang bervariasi supaya peserta didik tidak merasa bosan
dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Peserta didik harus dikenalkan dengan objek yang berasal dari potensi
lokal atau lingkungan alam sekitar. Lingkungan sekitar berperan penting
dalam menghadirkan gejala alam, persoalan sains, dan fenomena yang
sangat dekat dengan kehidupan peserta didik. Salah satu kawasan
lingkungan yang dapat dijadikan sumber belajar adalah lingkungan
sekolah.

B. Saran
Dengan membaca makalah ini baik pembaca maupun penulis
diharapkan dapat mengambil manfaat tentang Tujuan Evaluasi dan
diharapkan dapat diterapkan dalam pendidikan agar dapat berjalan dengan
baik. Penulis merasa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ali, A. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar.

Djalil, A., dkk. 2005. Pembelajaran Kelas Rangkap, Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Universitas Terbuka.

Fajar Wulandari. (2020). Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar


Anak Sekolah Dasar (Kajian Literatur): Journal of Educational
Review and Research. Vol. 3 No. 2, December 2020. Hlm 106-107

Hendarwati, E. (2013). Pengaruh pemanfaatan lingkungan sebagai sumber


belajar melalui metode inkuiri terhadap hasil belajar siswa SDN I
Sribit Delanggu pada pelajaran IPS. PEDAGOGIA: Jurnal
Pendidikan, 2(1), 59-70.

Irwandi, Hery Fajeriadi. (2019). Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber


Belajar Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Siswa Sma Di
Kawasan Pesisir, Kalimantan Selatan. Bio-Inoved : Jurnal Biologi-
Inovasi Pendidikan Vol. 1, No. 2, Pp. 66-70.

Irwandi, I, Winarti. A, & Zaini. M. (2019). Validitas Buku Ilmiah Populer


Penyu Untuk Siswa SMA Kawasan Pesisir. Jurnal Bioedukatika 7
(1): 47-58

Machin A. (2014). Implementasi pendekatan saintifik, penanaman karakter


dan konservasi pada pembelajaran materi pertumbuhan. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia 3(1).

Rahman, A. & Fauziana. (2018). Analisis Faktor Eksternal Penyebab


Kesulitan Belajar Siswa SMP melalui Pembelajaran Scientific
Approach. MAJU, 5(2)

24
Umi Nur Afifah Rahmawati. (2020). Pemanfaatan Lingkungan Sebagai
Sumber Belajar Di Mimpundungrejo Tahun Pelajaran 2019/2020:
Jenius: Jurnal of Education Policy and Elementary Education Issues
Vol.1, No.1. 17-18

Wulandari, F. (2020). Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar


Anak Sekolah Dasar (Kajian Literatur). Journal of Educational
Review and Research, 3(2), 105-110.

Waluyati, M. (2020). Penerapan Fokus Group Discussian (FGD) Untuk


Meningkatkan Kemampuan Memanfaatkan Lingkungan Sebagai
Sumber Belajar. Jurnal Edutech Undiksha, 8(1), 80-91.

25

Anda mungkin juga menyukai