Fistumbuhan
Fistumbuhan
Dewi Nurhasanah
2110421005
Kelompok 1A
JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
1
I.PENDAHULUAN
Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun. Daun
daun terdapat stomata yang berfungsi untuk pertukaran gas. Daun biasanya tipis
melebar kaya akan suatu zat warna hijau yang dinamakan klorofil. Daun memiliki
beberapa fungsi antara lain pengambilan zat-zat makanan (resorbsi), pengolahan zat-
zat makanan (asimilasi),dan penguapan air (transpirasi). Selain organ tumbuhan juga
disebabkan oleh air yang berada dalam vakoula merembes keluar dari sel, yaitu bila
tumbuhan berada pada lingkungan yang kadar airnya rendah, maka tumbuhan akan
sulit menyerap air. Pada kasus tertentu, air di dalam sel juga akan keluar. Bila terjadi
terus-menerus, maka selaput plasma akan lepas dari dinding sel. Bila plasmolisis
berkepanjangan, maka sel tersebut akan mati dan untuk mengembalikannya diperlukan
proses sebaliknya. Keadaan ini dapat kembali ke keadaan semula apabila sel tersebut
diletakkan di lingkungan dengan kadar air yang lebih tinggi (hipotonis). Peristiwa
bagian dalam tubuh tanaman, yaitu air yang diserap oleh akar - akar tanaman
dipergunakan untuk membentuk jaringan tanaman dan kemudian hanya 0,1 - 0,3 %
2
terjadinya pengembangan dinding sel. Jika air masuk terus - menerus ke dalam sel,
rintangan di sekitarnya, maka timbulnya desakan untuk tekanan tersebut. Tekanan itu
disebut tekanan turgor dan sel dalam keadaan turgid (Peter, 1992).
fisiologi atau fisik yang termodifikasi, diatur bukaan stomata, diatur beberapa macam
tekanan, terjadi di jaringan hidup, permukaan sel basah. Pada evaporasi, proses fisika
murni, tidak diatur bukaan stomata, tidak diatur oleh tekanan, tidak terbatas pada
3
II. METODE PRAKTIKUM
Praktikum mengenai Air sebagai Komponen Tumbuhan ini dilaksanakan pada hari 16
September 2022 di Laboratorium Pendidikan IV, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu mikroskop, kaca objek dan
cover glass, pisau silet, pipet tetes, tabung reaksi, gelas objek, alat pengebor gabus,
mikro pipet, timbangan analitik, kertas merang, jepitan kertas, selotip, gunting, dan
vaseline. Sedangkan untuk bahan yang digunakan yaitu daun Rhoe dicolor yang masi
segar, larutan sukrosa 0,24; 0,20; 0,16; 0,12; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6 dan 1M, NaCl
1M, metilen biru (methylene blue), dan daun jambu.
4
8. Amatilah penurunan volume protoplas (plasmolisis) dan perhatikan benag-
benang sitoplasmik tak berpigmen tetap melekat pada dinding sel dan catat waktu
untuk proses tersebut.
9. Sekarang letakkan sehelai kertas tissue untuk menyerap keluar larutan sukrosa
dan tambahkan lagi beberapa tetes air disisi kaca yang berlawanan.
10. Amatilah proses deplasmolisis yang terjadi dan catat waktu yang diperlukan
untuk berlangsungnya proses tersebut pada satu sel.
11. Lakukan prosedur 5-10 untuk larutan NaCl 1M.
12. Catat perubahan yang terjadi pada tabel yang disediakan.
b. Penentuan tekanan osmotik cairan sel
Cara kerja:
1. Siapkan tujuh buah tabung reaksi dan kemudian diisi larutan sukrosa ke dalam
tabung kira-kira 1/3 bagian, satu tabung reaksi untuk satu konsentrasi.
2. Sayatlah lapisan epidermis yang berwarna dari tanaman dengan menggunakan
pisau silet, usahakan menyayatnya hanya selapis saja.
3. Periksa di bawah mikroskop apakah sayatan anda cukup baik untuk digunakan.
4. Apabila cukup representatif, hitung jumlah sel yang berwarna ungu utuh dan
masukkan sayatan ke dalam tabung reaksi serta catat waktu mulai perendaman.
5. Biarkan sayatan dalam larutan selama 30 menit.
6. Setelah 30 menit, periksa sayatan epidermis tadi di bawah mikroskop, kemudian
lakukan penghitungan terhadap sel dengan warna ungu yang masih utuh.
7. Cari konsentrasi sukrosa dimana 50 % dari jumlah sel epidermis tadi telah
terplasmolisis. Keadaan ini disebut Insipien Plasmolisis. Persentase sel yang
mengalami plasmolisis dihitung dengan persamaan :
% plasmolisis = Σ sel berwarna ungu awal - Σ sel berwarna ungu akhir X 100%
Σ sel berwarna ungu awal
8. Sel pada keadaan Insipien Plasmolisis memiliki potensial osmotik sama dengan
potensial osmotik larutan yang digunakan.
9. Lengkapi data pengamatan dengan mengisi tabel yang disediakan.
5
c. Mengukur potensial air jaringan dengan Metode Chardakov
Cara Kerja:
1. Isi 6 buah tabung reaksi dengan larutan sukrosa sesuai konsentrasi sebanyak 10
mL.
2. Buatlah potongan umbi dengan menggunakan alat pengebor gabus dengan
panjang 0,5 cm.
3. Masukkan kedalam masing-masing tabung reaksi 10 potongan umbi.
4. Tabung reaksi tersebut ditutup dan dibiarkan selama 80 menit.
5. Setiap 20 menit tabung reaksi tersebut digoyang perlahan-lahan untuk
mempercepat terjadinya keseimbangan.
6. Setelah 80 menit, keluarkan potongan umbi dari tabung reaksi dengan
menggunakan pinset atau jarum bertangkai, untuk tiap tabung gunakan pinset
yang berbeda.
7. Selanjutnya larutan sisa dites dengan larutan asal yang konsentrasinya sama dan
telah diwarnai dengan methylene blue.
8. Dengan menggunakan pipet atau syringe diteteskan larutan pengetes pada sisa
larutan tadi secara perlahan-lahan dibagian tengah larutan dan diamati gerakan
larutan pengetes tadi ; Apabila larutan pengetes jatuh kedasar larutan sisa berarti
larutan sisa telah menjadi encer. Apabila larutan pengetes dipantulkan lagi keatas
berarti larutan sisa telah menjadi pekat dari semula. Cari pada larutan sisa yang
mana larutan pengetes melayang pada larutan sisa perendaman.
9. Larutan dimana larutan pengetes melayang menunjukkan larutan tersebut tidak
mengalami perubahan selama perendaman jaringan yang berarti jaringan dalam
keadaan seimbang dengan larutan sukrosa yang digunakan, yang berarti pula
potensial air jaringan sama dengan potensial air larutan.
10. Catat hasil pengamatan pada tabel.
d. Menghitung luas permukaan daun, perkiraan laju Evaporasi dan Transpirasi
permukaan dorsiventral daun
o Menghitung luas daun
1. Ambil 2 lembar daun dari tanaman (ternaungi dan tak ternaungi), lalu
tempelkan pada selembar kertas yang telah diketahui berat dan luasnya.
6
2. Selanjutnya lembaran daun dijiplakan pada kertas tersebut.
3. Kemudian jiplakan gambar daun digunting dan ditimbang.
4. Dengan demikian luas daun dapat dihitung dengan rumus :
Luas daun = Berat guntingan gambar daun X Luas
Berat kertas kertas
7
2. Buat sayatan tipis permukaan epidermis atas atau bawah lembaran daun dari
jenis yang telah ditentukan, kemudian tempatkan pada tetesan akuadest pada kaca
objek.
3. Tutup secara hati-hati dengan cover glass dan amati dibawah mikroskop dengan
perbesaran kecil (4x10).
4. Fokuskan pengamatan pada 1-2 stomata dan tingkatkan perbesaran sampai
40x10, kemudian gambarkan struktur stomata yang teramati dibawah mikroskop.
5. Tetesi salah satu bagian dengan sukrosa dan dibagian sisi lainnya isap akuadest
menggunakan tissue sehingga akuadest diganti oleh sukrosa dan amati perubahan
yang terjadi pada stomata. Catat waktu yang diperlukan untuk proses yang terjadi
dan amati.
6. Kemudian tetesi kembali dengan akuadest pada salah satu sisi dengan
menghisap sukrosa pada sisi lainnya, amati perubahan yang terjadi dan catat
waktu yang diperlukan untuk perubahan tersebut. Tempatkan pengamatan dengan
cahaya langsung agar stomata memberikan respon dengan akuadest.
7. Kemudian tetesi dengan NaCl dengan mengisap akuadest pada sisi sebelahnya
serta amati perubahan yang terjadi pada stomata, catat waktu yang diperlukan
untuk perubahan tersebut.
8. Tetesi kembali dengan akuadest untuk melihat respon dari stomata, amati waktu
yang diperlukan untuk perubahan tersebut. Gambarkan proses yang terjadi dengan
berurutan.
9. Catat hasil pengamatan pada tabel.
8
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagai berikut :
Berdasarkan data tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil plasmolisis pada
Rahmasari, dkk., (2014), osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang
berkonsentrasi rendah. Tekanan yang terjadi karena difusi molekul air disebut tekanan
osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar pula tekanan osmosisnya.
Ekstraksi osmosis merupakan peristiwa berpindahnya kadar air dalam sel melalui
membran semi permeable dari keadaan sel yang hipotonis menuju hipertonis, sehingga
Plasmolisis adalah lepasnya membran plasma dari dinding sel pada sel
terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor,
9
menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini
layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis: tekanan
terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding
sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran (Handayani, 2018).
Apabila suatu sel dimasukkan ke dalam cairan yang hipotonis maka air akan
masuk ke dalam sel dan sitoplasma akan mengembang sampai akhirnya sel tersebut
dari plasmolisis, yaitu menyatunya kembali membran plasma yang telah lepas dari dinding
sel. Deplasmolisis terjadi jika sel tumbuhan diletakkan di larutan hipotonik, sel tumbuhan akan
menyerap air dan juga tekanan turgor meningkat. Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi
ekstrem dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium
dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk
bawang yang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas
(Handayani, 2018).
yang berbeda. Dari percobaan terhadap epidermis bawah daun Rhoeo discolor maka
10
selnya akan berwarna ungu bisa dilihat dari mikroskop. Setelah dimasukkan ke dalam
larutan sukrosa dengan konsentrasi yang tertera dalam tabel, jika dilihat melalui
mikroskop warna ungu pada sel akan berubah menjadi setengah ungu atau transparan.
Perubahan inilah yang menunjukkan adanya pergerakan cairan sel keluar sel yang
disebut plasmolisis.
Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,24 M jumlah sel terplasmolisis adalah 44%.
Larutan sukrosa 0,20 M jumlah sel yang terplasmolisis adalah 63%. Selanjutnya pada
larutan sukrosa 0,16 M sel yang terplasmolisis 75% dan pada larutan sukrosa 0,12 M
sel yang terplasmolisis adalah 58%. Perbedaan konsentrasi larutan berpengaruh pada
larutan gula, maka arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air
larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan
bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi
sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar,
maka ada kemungkinan bahwa volume sel akan menurun demikian besarnya, sehingga
tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan
sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, keadaan ini dinamakan plasmolisis. Sel daun
Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami
plasmolisis.
11
c. Mengukur potensial air jaringan dengan metode chardakov
No. tabung Konsentrasi larutan (M) Arah pergerakan larutan
reaksi penguji
1 0,1 Jatuh ke dasar
2 0,2 Jatuh ke dasar
3 0,3 Melayang
4 0,4 Melayang
5 0,5 Di atas permukaan
6 0,6 Di atas permukaan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu ubi jalar (Ipomea batatas).
Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan data berupa larutan perendam jaringan ubi
yang telah ditambahkan methylene blue jatuh ke dasar pada konsentrasi 0,1 M dan 0,2
M. Pada larutan perendam jaringan ubi yang ditambahkan methylene blue pada
konsentrasi 0,3 M dan 0,4 M melayang. Sedangkan pada larutan perendam jaringan
ubi yang ditambahkan methylene blue pada konsentrasi 0,5 M dan 0,6 M berada di atas
permukaan.
(melayang) dan tidak bergerak artinya larutan tersebut memiliki potensial air yang
sama dengan jaringan kentang. Namun apabila larutan perendam bergerak naik (di atas
permukaan) maka larutan tersebut hipertonis terhadap jaringan kentang sehingga air
dari kentang keluar. Keluarnya air dari dalam sel kentang menuju larutan perendam
telarut menurun). Sehingga bila dibandingkan antara larutan perendam dan larutan
kontrol, maka larutan perendam menjadi hipotonis terhadap larutan kontrol. Hal
12
Larutan yang lebih pekat memiliki potensial air yang lebih rendah (lebih
negatif). Jadi air akan berdifusi ke daerahnya atau larutan lain sampai tekanannya naik
ke atas suatu titik yaitu sampai potensial air larutan yang kurang pekat. Larutannya
pekat maka potongan jaringan tenggelam dan akan melayang, jika potensial air
mengapung, jika potensial jaringan lebih besar atau encer dibandingkan dengan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil seperti data tabel
perhitungan luas permukaan daun Syzygium aqueum di atas. Dapat dilihat bahwa
permukaan daun yang paling luas adalah pada permukaan daun pertama dengan luas
177,5 cm. Untuk melihat cepat lambatnya proses transpirasi dapat dipengaruhi oleh
faktor internal dari daun itu sendiri yang mana jika daun itu memiliki luas yang cukup
besar, maka ada kemungkinan proses transpirasi akan menjadi lebih cepat.
Luas daun yang kita hitung dapat kita jadikan sebagai patokan bahwa daun yang
memiliki luas lebih besar maka itu artinya adalah daun tersebut memiliki jumlah
stomata yang banyak dan laju transpirasi akan lebih cepat pula. Namun dalam cepat
lambatnya laju transpirasi tidak hanya karena pegaruh luas atau tidaknya daun, hal
demikian dapat terjadi dengan keadaan dimana jika suatu daun yang memiliki luas
13
yang besar dan jumlah stomata yang banyak namun jika lubang stomata tersebut
berdekatan dan tidak adanya celah maka laju transpirasi dapat terhambat. Hal ini juga
sangat berhubungan dengan kecepatan dan intensitas transpirasi pada daun, yaitu
misalnya letak satu sama lain dengan jarak tertentu. Dalam batas tertentu, maka makin
banyak porinya makin cepat penguapan. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan,
maka penguapan dari lubang yang satu akan menghambat penguapan lubang dekatnya.
mempengaruhi luas daun dan besar kecilnya daun. Luas daun sangat mempengaruhi
terjadinya proses transpirasi. Semakin lebar suatu daun maka semakin cepat terjadinya
transpirasi, dan sebaliknya semakin sempitnya daun maka semakin lambat terjadinya
transpirasi.
Guritno (1995) menyatakan bahwa pengukuran luas daun pada tumbuhan dapat
dilakukan dengan beberapa metode diantaranya yaitu (1) metode kertas millimeter,
(2) gravimetric, (3) planimeter (4) metode pengukuran panjang dan lebar dan (5)
metode fotografi. Sejauh ini tidak diketahui tingkat ketelitian metode-metode manual
tersebut. Karena dalam ruang dua dimensi, integral tertentu dapat ditafsirkan sebagai
luas daerah yang dibatasi kurva maka kita bisa menggunakan metode-metode tersebut
14
e. Perkiraan kecepatan evaporasi
No. Waktu Besar penguapan Kecepatan evaporasi
(berat awal-berat akhir) (g/cm2 /menit)
Ternaungi Tidak ternaungi Ternaungi Tidak ternaungi
1. 30 menit 6,21-6,01 gr 3,97-3,87 gr 4,84 3,4
pertama = 0,2 gr = 0,1 gr
evaporasi pada daun yang ternaungi adalah 4,84, sedangkan pada daun yang tidak
Dwidjoseputro (1986) bahwa besarnya evaporasi ini dipengaruhi oleh luas daun. Semakin luas
permukaan daun maka kecepatan evaporasi akan semakin tinggi, ketebalan daun juga
Dari tabel dapat diketahui bahwa laju respirasi daun yang diolesi vaselin pada
permukaan daun bagian atas lebih berat dari pada daun yang diolesi vaselin pada
permukaan bagian bawah. Menurut Bower (1996) bahwa kutikula secara relatif tidak
tembus air, yang pada sebagian tanaman repirasi kutikula hanya 10% dari seluruh
15
jumlah penguapan. Makin banyak jumlah stomata kemungkinan hilangnya uap air
cukup besar, sehingga mempengaruhi besarnya laju repirasi. Respirasi yang melalui
kutikula lebih sedikit dibandingkan dengan stomata, karena pada kutikula terjadi difusi
uap air dengan langsung mengakibatkan uap air dan terdapat lapisan penghalang pada
kutikula seperti zat kutin, lilin dan yang lain yang akan memperlambat proses
karena jaringan ini terdapat jaringan bunga karang yang susunannya longgar. Lapisan
kutikula yang tebal dari lapisan lilin merupakan lapisan pelengkap untuk mengurangi
penguapan yang terlalu besar pada permukaan daun dan juga berfungsi dalam
1. Aquadest Membuka -
didapatkan hasil bahwa setiap pemberian larutan yang berbeda mengalami aktivitas
stomata yang berbeda. Oleh karena itu, pemberian larutan memengaruhi aktivitas dari
16
transpirasi pada daun. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata yaitu faktor
eksternal berupa intensitas cahaya matahari, konsentrasi CO2 dan asam absisat
(ABA). Serta faktor internal (Jam Biologis) yang memicu serapan ion pada pagi
tekanan turgor sel penjaga. Tekanan turgor terbentuk oleh adanya aliran air sel-sel
disekitarnya (Fauziyah, 2012). Pada saat stomata membuka, dimana kondisi udara
lembab, maka gas-gas yang ada di udara yang terserap tumbuhan akan menyebabkan
dengan proses metabolisme tumbuhan yaitu transpirasi dan fotosintesis pada pagi
hari stomata akan mulai membuka lebar dan stomata menutup karena tingginya
intensitas cahaya dan temperatur serta penguapan air yang berlebihan yang biasanya
terjadi pada siang hari (Fatonah, dkk., 2013). Penyebab dari menutupnya stomata
karena kehilangan larutan di sel penjaga yang menyebabkan tekanan turgor menurun
17
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Plasmolisis adalah lepasnya membran plasma dari dinding sel pada sel
menyatunya kembali membran plasma yang telah lepas dari dinding sel.
terplasmolisis.
air yang sama dengan jaringan ubi. Namun apabila larutan perendam di atas
permukaan maka larutan tersebut hipertonis terhadap jaringan ubi sehingga air
dari ubi keluar. Keluarnya air dari dalam sel ubi menuju larutan perendam
4. Luas daun yang dihitung dapat dijadikan sebagai patokan bahwa daun yang
memiliki luas lebih besar maka itu artinya adalah daun tersebut memiliki
jumlah stomata yang banyak dan laju transpirasi akan lebih cepat.
5. Semakin luas permukaan daun maka kecepatan evaporasi akan semakin tinggi,
6. Laju respirasi daun yang diolesi vaselin pada permukaan daun bagian atas lebih
berat dari pada daun yang diolesi vaselin pada permukaan bagian bawah.
transpirasi dan fotosintesis pada pagi hari stomata akan mulai membuka
lebar dan stomata menutup karena tingginya intensitas cahaya dan temperatur
serta penguapan air yang berlebihan yang biasanya terjadi pada siang hari.
18
4.2 Saran
Adapun saran yang dari pelaksanaan praktikum ini yaitu diharapkan kepada praktikan
untuk lebih serius dalam menjalani praktikum ini agar dapat terlaksana dengan baik
19
DAFTAR PUSTAKA
Bower, F.O.1996. Botany of The Living Plant. Mc.Milan and Co. Ltd. St Martin Press.
London.
New York.
Fauziyah Harahap, 2012. Fisiologi Tumbuhan. UNIMED Press: Medan. Hal: 14-15.
Fitter, A.H dan Itay R.K.M. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM Press :
Yogyakarta.
Golec, A.D and I. Szarejko. 2013. Open or Close The gate-Stomata Action Under
Knipling, Edward B. 1967. Measurement Of Leaf Water Potential By The Dye Method.
Peter, E dan Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropis. UGM Press :
Yogyakarta.
20
Rahmasari, Hamita dkk. 2014. Ekstraksi Osmosis Pada Pembuatan Sirup Murbei
(Morus alba L.) Kajian Proporsi Buah : Sukrosa Dan Lama Osmosis. Jurnal
Romadhoni, D. W., Nurlailiyah, S., Ramadhan, P., & Mustofa, A. 2021. Pengaruh
Salisburi dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1. Penerbit ITB: Bandung. Hal
77.
Salisbury, F.B dan Cleon, W.Ross.1991. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. ITB: Bandung.
21
LAMPIRAN
a b c
d e
Gambar 1. Alat dan Bahan
(a) Keranjang, pipet tetes, pengebor gabus, test tube, pinset (b) bawang merah,
bengkuang, ubi jalar (c) botol nescafe (d) timbangan analitik (e) mikroskop
22
Gambar 3. Pengamatan potensial air menggunakan metode chardakov
23