MA MU’ALLIMIEN MUHAMMADIYAH
Disusun Oleh
2. Identitas Peneliti
Nama : Drs. Abdul halim, M.MPd
NIP : 19580403 198303 1 022
Pangkat / Gol : Pembina Tk I / IV.b
TMT : 01 – 10 - 2004
Tempat / tgl lahir : Cirebon, 03 April 1958
Jenis kelamin : Laki - laki
Unit kerja : SMA Muhammadiyah Lemahabang Kabupaten Cirebon
Alamat : Jln KH. Ahmad Dahlan No.1 Kabupaten Cirebon
Lama penelitian : 3 Bulan ( Agustus - Oktober)
Observer : Meti S,Pd
Mengetahui
Pengawas Sosiologi Kabupaten Cirebon
i
ABSTRAK
Teknik ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini bisa digunakan
dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Dalam kegiatan
Kancing Gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan
untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran
anggota yang lain. Teknik ini dapat digunakan untuk mengatasi hambatan pemerataan
kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.
Tujuan dari penelitian ini adalah:1) Untuk mengetahui penguasaan materi ajar
Sosiologi Siswa kelas XII IPS di SMA Muhammadiyah Lemahabang, 2) Untuk
mengetahui peningkatan Prestasi belajar Siswa kelas XII IPS di SMA Muhammadiyah
Lemahabang, 3) Untuk mengetahui peningkatan Keaktifan Siswa kelas XII IPS di SMA
Muhammadiyah Lemahabang Kabupaten Cirebon.
Subjek penerima tindakan siswa kelas XII IPS semester I tahun pelajaran 2009 / 2010.
SMA Muhammadiyah Lemahabang Kabupaten Cirebon. Dengan jumlah siswa 35 orang
terdiri dari laki-laki 19 orang dan siswa perempuan 21 orang
Data yang dikumpulkan melalui observasi, catatan lapangan, dan review. Data
dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Model alur keabsahan data diperiksa dengan trianggulasi penyidik. Hasil Penelitian
Tindakan Kelas ini yakni: 1) kerja kolaboratif dapat mengembangkan guru Sosiologi
memahami pembelajaran yang efektif, 2) subjek penerima tindakan berhasil
meningkatkan hasil belajar Sosiologi, seperti; perhatian, keberanian, aktifitas meningkat,
kemampuan mengajukan pertanyaan dan menyelesaikan soal-soal serta prestasi belajar
yang meningkat dari rata-rata pre tes pada pra siklus sebesar (58,64) meningkat pada
hasil pos tes dengan rata-rata nilai sebesar (67,88). Pada siklus I hasil pre tes sebesar
(61,10) , meningkat pada rata-rata hasil pos tes sebesar (77,63),. Sedangkan pada siklus
II hasil pos tes rata-rata sebesar (73,50), meningkat pada hasil pos tes dengan rata-rata
nilai sebesar (83,00). Begitu juga dengan akifitas siswa pada tiap siklus mengalami
perubahan kearah lebih baik, dengan persentase masing-masing adalah tahap pra siklus
sebesar (25%), pada siklus I meningkat sebesar (55%), dan pada siklus II menjadi
(87,5%).
Dari hasil penemuan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan
model Kancing Gemerincing ( KCG ), pada umumnya dapat meningkatkan prestasi
belajar dan aktifitas siswa kelas XII IPS SMA Muhammadiyah Lemahabang Kabupaten
Cirebon.
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT., akhirnya penulis
dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas ini yang berjudul : “Penerapan Model
Materi Perubahan Sosial Siswa Kelas XII IPS SMA Muhammadiyah Lemahabang
Kabupaten Cirebon.”
Penelitian Tindakan Kelas ini memang jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan
saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis
banyak mendapat bantuan yang bermanfaat. Untuk itu, ucapan terima kasih yang
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat khusunya bagi para pendidik, dan umumnya
Penulis
ABD. HALIM
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................i
ABSTRAK........................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL............................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................vi
BAB I Pendahuluan......................................................................................................... 1
B.Rumusan Masalah..............................................................................................5
C.Tujuan Penelitian................................................................................................6
D.Manfaat Penelitian……………………………………………………………. 6
D.Kerangka Berpikir..............................................................................................28
E. Hipotesis Tindakan…………………………………………………………….31
B.Subjek Penelitian................................................................................................32
F. Perangkat Pembelajaran.....................................................................................37
G.Instrumen Penelitian..........................................................................................37
A.Kesimpulan .......................................................................................................64
B.Saran...................................................................................................................64
LAMPIRAN- LAMPIRAN.............................................................................................66
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 6 Prosentase Angket Siswa Untuk Respon Materi Ajar & Pembelajaran 80
PENDAHULUAN
Proses pembentukan kepribadian manusia sendiri berjalan seumur hidup dari lahir
sampai akhir hayat. Proses pembentukan tersebut dapat ditempuh melalui jalur formal,
karena pada umumnya seseorang akan melalui sistim pendidikan dari SD, SMP, SMA,
dan perguruan tinggi. Didalam proses pembelajaran formal tersebut seringkali menemui
berkaitan dengan siswa, guru, sekolah dan lingkungan sekolah. Kesemuanya memiliki
sekolah. Namun dalam proses pembelajarannya, interaksi antara guru dan siswa menjadi
suatu keharusan, sehingga peran guru dalam pembelajaran sangatlah penting. Supriyadi
(2012:73) menyebutkan bahwa “Fungsi guru dalam proses belajar mengajar ialah
sebagai director of learning (direktur belajar)”. Artinya bahwa setiap guru diharapkan
Jadi dewasa ini peran guru menjadi semakin meningkat, dulu pembelajaran
berpusat pada guru, namun sekarang pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga guru
dituntut untuk kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran supaya peserta didik
maksimal. Seorang siswa menurut Kristi dalam Kesuma (2013 : 10) menyebutkan
bahwa “Siswa adalah jiwa yang terus berubah, berproses, bertumbuh, berkembang, dan
yang baik, seharusnya guru dan sekolah bekerjasama untuk memenuhi hak-hak peserta
didik berdasarkan tahap perkembangan dan kebutuhan setiap pribadi peserta didik.
Tujuan belajar sendiri menrut Kesuma (2013 : 10) adalah “Tujuan belajar adalah
Sebagai guru yang profesional hal ini menjadi suatu keharusan, bahwa dalam
dan prestasi belajar siswa. Apalagi dalam era modernisasi ini, guru diberikan berbagai
suasana yang berbeda dikelas. Penggunaan model pembelajaran yang bervariasi juga
dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar. Namun dalam praktiknya, tidak semua
guru dapat memenuhi standar profesional. Dalam kenyataan disekolah, guru memiliki
sifat dan karater yang berbeda-beda, tidak jarang juga pihak sekolah menemui kendala
profesionalisme guru dalam mengajar. Seorang guru yang profesional sebaiknya mampu
dengan lancar dan tidak semua guru dapat menempatkan dirinya pada situasi dan
kebutuhan siswa. Seperti yang diungkapkan Nini Subini (2012 : 89) mengenai
kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh guru, salah satunya adalah “Berkaitan
langsung dengan proses pembelajaran, terutama saat kegiatan belajar mengajar di dalam
kelas seperti berpikir egosentris, merasa paling pintar, tidak menguasai materi, mengajar
tanpa mendidik, dan sebagainya” . Disini guru memang tidak menjadi faktor utama
penentu kualitas pendidikan, namun disini guru memiliki peran yang penting dalam
proses pembelajaran. Seperti yang ditegaskan oleh Nini Subini (2012 : 45) bahwa “Yang
paling menentukan mengenai kualitas pendidikan di Negara ini adalah guru, Walaupun
selama ini telah terjadi beberapakali pergantian kurikulum, yang terpenting adalah
Jadi pelaksanaan pendidikan erat hubungannya dengan kinerja guru yang memang
dituntut profesional. Berdasarkan hasil observasi dan refleksi yang dilakukan peneliti
bersama guru kolabolator, dari kelima kelas yang direkomendasikan guru, penelitian
tindakan kelas yang bertujuan memperbaiki dan meningkatkan aktivitas belajar siswa,
berfokus pada kelas XII IPS. Di kelas tersebut ditemukan beberapa permasalahan yang
berkaitan dengan profesionalisme guru, diantaranya adalah guru kurang inovatif dalam
dimanfaatkan, guru terlihat kurang tegas dalam memberikan arahan kepada siswa.
kondisi siswa yang pasif karena pembelajaran masih terpusat pada guru. Pada tahap
observasi yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan beberapa permasalahan antara lain
ada beberapa siswa yang belum ada kesiapan dalam menerima pelajaran, terlihat siswa
belum mempersiapkan alat tulis dan buku pelajaran sosiologi, saat guru menjelaskan
materi ada peserta didik yang asik berbicara diluar materi pelajaran, pada saat diminta
berdiskusi dengan teman sebangku, banyak peserta didik yang berdiskusi sendiri di luar
pelajaran dan hanya tiduran padahal ada guru yang sedang menjelaskan materi.
Dari segi penataan tempat duduk pun, banyak bangku di bagian depan yang masih
kosong, siswa lebih memilih tempat duduk dibagian belakang. Jika dilihat dari hasil
evaluasi belajar pun banyak siswa yang tidak tuntas. Dari siswa yang hadir saat evaluasi
berlangsung yaitu 35 siswa, atau 100% siswa yang tidak tuntas pada KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimum) 70, dengan nilai rata-rata kelas adalah 54,6. Jadi sejumlah 35
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa dari 24 siswa yang mengikuti
evaluasi belajar, semua siswa dinyatakan tidak tuntas. Berdasarkan hal tersebut, dalam
penelitian dengan menerapkan Teknik Kancing Gemerincing agar siswa dapat lebih
siswa untuk memahami pelajaran sosiologi, dengan begitu maka prestasi belajar pun
menjadi meningkat.
meningkatkan prosentase siswa yang tuntas nilai KKM, keaktifan siswa meningkat,
tumbuhnya sikap tanggungjawab siswa, serta terciptanya interaksi yang baik antar siswa.
Pemilihan indikator prestasi belajar oleh peneliti, memiliki beberapa pertimbangan, yang
pertama rendahnya nilai evaluasi siswa yang jauh dari standar yang telah ditetapkan,
yaitu 56,4 dengan KKM adalah 70, maka peneliti berfokus pada peningkatan prestasi
belajar, yang kedua adalah siswa kelas XII IPS memang dituntut banyak latihan soal
dengan nilai yang memenuhi standar atau tuntas KKM, karena di kelas XII IPS ini akan
prestasi belajar.
sesuai dengan kebutuhan dan karateristik siswa serta sesuai dengan permasalahan yang
ada dikelas. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti mengangkat
Untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Perubahan Sosial Siswa Kelas XII IPS
B. Perumusan Masalah
Sehubungan dengan judul dengan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka
1. Bagaimanakah penguasaan materi ajar Sosiologi Siswa kelas XII IPS di SMA
Muhammadiyah Lemahabang?
2. Adakah peningkatan Hasil belajar Siswa kelas XII IPS di SMA Muhammadiyah
Lemahabang?
Lemahabang?
C. Tujuan Penelitian
berikut:
1. Untuk mengetahui penguasaan materi ajar Sosiologi Siswa kelas XII IPS di SMA
Muhammadiyah Lemahabang.
2. Untuk mengetahui peningkatan Prestasi belajar Siswa kelas XII IPS di SMA
Muhammadiyah Lemahabang.
Muhammadiyah Lemahabang.
D Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis,
2.Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan sebagai masukan
bagi sekolah terkait, dalam meningkatkan berbagai hal yang diperlukan untuk
3.Penelitian ini sebagai bagian dari usaha untuk memperkaya khasanah ilmu
KAJIAN TEORI
kembangkan dari teori belajar kotruktivisme, Piaget dan Vygotsky. Dasar dari teori
model pembelajaran dimana system belajar mengajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil yang berjumlah empat orang secara kolaboratif sehingga dapat
kepada anak didik untuk kerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugasnya yang
kalau sudah terbentuk kelompok atau suatu tim yang didalamnya siswa bekerja kalau
secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Dengan jumlah anggota
dengan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi bila
informasi baru sesuai dengan struktur yang sudah ada dalam pikiran siswa. Sedangkan
akomodasi berlangsung bila ada ketidak seimbangan antara informasi baru dengan
7
struktur yang dimiliki siswa sehingga siswa perlu melakukan modifikasi agar terjadi
manusia adalah mahluk social yang selalu harus berinteraksi, komunikasi dan
3. Siswa harus berpandangan bahwa setiap anggota kelompok harus memiliki tujuan
yang sama.
kelompok.
belajar.
7. Siswa diminta pertanggung jawaban secara individual materi yang ditangani oleh
kelompok kooperatif.
2.Karakteristik kooperatif
bersama.
1. Group goals
2. Individual accountability
3. Equal opportunities for success
4. Team competition
5. Task specialization
6. Adaption to individual needs
Sedangkan Anita Lie (2000:3) melihat ada lima unsur yang membedakannya
“Pengaturan kelas yang baik merupakan langkah pertama yang efektif untuk
2001:66).
kemauan dan kemampuan serta kreativitas guru dalam mengelola lingkungan kelas
sehingga dengan menggunakan model ini guru bukannya bertambah pasif tapi harus
1. Fasilitator
d. membina siswa agar setiap orang merupakan sumber yang bermanfaat bagi
lainnya; dan
bentukan pendapat.
2.Mediator
ditemukan di lapangan.
3.Direktor-Motivator
Peran ini sangat penting karena membantu kelancaran diskusi kelompok, guru
Sebagai motivator guru berperan sebagai pemberi semangat pada siswa untuk aktif
berpartisipasi.
4.Evaluator
tidak nyata hanya pada hasil tapi lebih ditekankan pada proses pembelajaran.
Teknik ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini bisa digunakan
dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Dalam
kelompok, sering ada anak yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, juga
ada anak yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi
seperti ini pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena
anak yang pasif terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan Teknik ini
memastikan setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta. Menurut Lie
(2002: 64), model pembelajaran kooperatif dengan tipe kancing gemerincing langkah
pembelajarannya , adalah:
a. Guru menyiapkan kotak kecil yang berisi kancing-kancing atau bisa juga benda-
benda kecil lainnya seperti kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-
kelompok mendapat dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing bergantung pada
c. Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendpat, dia harus
kelompoknya.
d. Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi
e. Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh
prosedurnya kembali.
f. Guru menyiapkan sebuah papan penilaian, gunanya apabila salah satu anak yang
Secara asal kata, penguasaan adalah perbuatan (hal dan sebagainya) menguasai atau
menguasakan. Sedangkan materi adalah sesuatu yang jadi bahan berfikir, berunding,
penguasaan minimal dimana materi untuk setiap unit bahan pelajaran tercantum
dalam GBPP. Bila memungkinkan siswa dapat diberi program pengayaan baik secara
horisontal maupun vertikal tentang materi yang dipelajarinya. Kognitif berasal dan
Dalam arti yang luas, kognitif adalah perolehan, penataan, dan penggunaan
materi adalah hasil atau kemampuan yang dicapai siswa pada sejumlah mata pelajaran
Sedangkan hasil pembelajaran siswa itu nantinya akan dinyatakan dalam bentuk
perubahan tingkah laku baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
berkaitan dengan daya kemampuan berpikir siswa dalam menguasai bahan yang akan
Pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal yang pemah dipelajari. Hal ini
dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip serta metode yang diketahuinya.
Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan digali pada saat dibutuhkan untuk
diproduksi kembali.
Bentuk penguasaan siswa ini untuk meningkatkan kembali bahan pelajaran yang
telah diperoleh, baik berupa pengalaman, fakta yang ia alami maupun dari
mempelajari buku mata pelajaran tertentu untuk dipelajari siswa dalam proses
2) Pemahaman
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari mata
pelajaran yang telah diperoleh. Dalam kaitan ini difokuskan pada kemampuan
siswa untuk menguraikan isi pokok pelajaran sedetail mungkin, sehingga pelajaran
yang diajarkan akan dengan mudah diterima, dimengerti dan dipahami. Contoh
kata kerja operasional yang digunakan untuk mengukur pemahaman siswa adalah :
3) Penerapan
kerja pada masalah yang nyata atau baru. Adapun kemampuan ini dinyatakan
dalam penerapan suatu pengalaman dan metode dan pelajaran yang telah dimiliki
kedalam bentuk pengajaran. Contoh kata kerja operasional yang digunakan untuk
bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Contoh kata
mengkategorikan.
5) Sintesis
suatu bentuk yang utuh dan menyeluruh. Hasil belajar sintesis menekankan pada
perilaku siswa yang kreatif dengan menggunakan perumusan pola atau struktur
yang barn dan unik. Contoh kata kerja operasional yang digunakan untuk mengukur
menulis, mengkonstruksi.
6) Penilaian
tingkatan kognitif paling tinggi sebab berisi unsurunsur dari semua kategori,
termasuk kesadaran untuk melakukan pengujian yang sarat nilai dan kejelasan
baik (dalam arti yang luas dan ideal) dalam bidang pelajaran agama misalnya sudah
tentu akan lebih rajin beribadah sholat, puasa dan mengaji (psikomotor). Dia juga
tidak akan segan-segan memberi pertolongan atau bantuan kepada orang yang
pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran agama yang dia terima dari
gurunya (kognitif). Dari penjelasan tersebut bisa dibuat bagan tentang penguasaan
Upaya penerapan
pembelajaran tipe KCG
Hasil
Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua siswa kepada
tujuan pendidikan itu sendiri. Apa yang diajarkan hendaknya dipahami sepenuhnya
oleh semua siswa. Tujuan guru mengajar adalah agar bahan yang disampaikannya
dikuasai sepenuhnya oleh semua siswa, bukan hanya beberapa orang saja yang
keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap
orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke
tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Menurut Guillford ada tiga
Komponen intelektual terdiri dari atas beberapa aspek yaitu aspek pengenalan,
rendahnya sesuatu bakat yang dimiliki oleh seseorang bukan saja ditentukan oleh
kualitas dari tiap aspek yang mendukung bakat tersebut, tetapi juga oleh
keterpaduan antara aspek-aspek tersebut. Ada dua kelompok bakat yang dimiliki
individu yaitu bakat sekolah dan bakat pekerjaan. Bakat sekolah (scholastic
Dalam buku Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, John Carrol
penguasaan atau jenis bahan yang dipelajari, melainkan waktu untuk belajarlah
yang akan mempengaruhi penguasaan materi. Sehubungan dengan hal itu, dapat
diakui bahwa setiap siswa mempunyai bakat yang berbeda-beda. Akan tetapi
perbedaan bakat tidak menentukan tingkat penguasaan atau jenis bahan yang
dipelajari.
2)Mutu Pengajaran
dijadikan uniform bagi seluruh negara, ujian akhir dan tes masuk sedapat mungkin
disamakan untuk semua jenis sekolah. Selain itu, juga dicari metode penyampaian
klasikal yang paling efektif, jadi metode mengajar atau proses belajar mengajar
yang Paling baik bagi kelas atau kelompok. Pada dasarnya anak-anak tidak belajar
sekalipun ia berada dalam kelompok. Caranya yaitu belajar dari orang lain untuk
sumber pelajaran.
Walaupun pengajaran klasikal sekarang sangat umum dijalankan ini tidak berarti
guru harus dengan sengaja dan sadar memaksa dirinya memberi perhatian kepada
setiap anak secara individual. Kelemahan pengajaran kita adalah kurangnya usaha
pelajaran tertentu.
yang tidak sanggup menyatakan buah pikirannya dengan jelas sehingga tidak
dipahami oleh murid, juga tidak dapat mencapai penguasaan penuh oleh murid atas
bahasa. Oleh karena itu, bahasa merupakan pelajaran yang penting. Pelajaran
bahasa harus menunjang pemahaman dalam semua pelajaran lainnya. Untuk itu
Agar pelajaran dapat dipahami, guru sendiri harus fasih berbahasa dan mampu
Ketekunan itu nyata dari jumlah waktu yang diberikan oleh murid untuk belajar
terhadap pelajaran. Bila suatu pelajaran, karena suatu hal tidak menarik minatnya,
dapat berjam-jam melakukan tugas jika suatu tugas menarik. Bahan pelajaran dapat
dianalisis menjadi langkah-langkah tertentu yang dapat dilalui oleh setiap murid
dengan hasil baik. Keberhasilan dalam melakukan tugas akan menambah semangat
belajar dan ketekunan belajar. Semakin sering anak mendapat kepuasan atas
Dalam sistem pendidikan kita kurikulum dibagi dalam bahan yang harus
diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, misalnya untuk satu semester atau satu
Maksudnya ialah agar bahan yang sama dikuasai oleh semua murid dalam jangka
waktu yang sama. Dapat dipahami bahwa waktu yang sama untuk bahan yang sama
tidak akan sesuai bagi semua murid dengan kondisi yang berbeda. Bagi murid yang
pandai, waktu itu terlampau lama. Sedangkan untuk murid yang tidak begitu pandai
waktu itu mungkin tidak cukup. Jumlah waktu saja tidak mempertinggi
keberhasilan belajar dan penguasaan materi. Selain waktu masih perlu sikap dan
minat anak untuk mempelajari bahan pelajaran itu, kemampuan bahasa, mutu
Penguasaan materi tidak akan lepas dari proses belajar, karena penguasaan materi
merupakan hasil yang dicapai siswa setelah melakukan proses belajar. Sedangkan
hasil proses belajar siswa itu sendiri nantinya akan dinyatakan dalam bentuk
perubahan tingkah laku baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun dalam
masyarakat. Dalam pendidikan, penguasaan materi ini berfungsi agar para siswa dapat
menguasai bahan pelajaran yang diberikan pada saat proses belajar mengajar sebagai
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan
pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala
umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi
sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan
Kingsley Davis Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur
majikan.
2.Teori Perubahan Sosial
a. Teori Siklus
* Revolusi :
perubahan yang berlangsung dengan cepat dan menyangkut dasar-dasar atau
perubahan.
2) Perubahan lambat (evolusi)
Contoh :
melalui suatu program atau rencana tertentu agar menghasilkan suatu perubahan
tertentu.
Contoh : program Keluarga Berencana (KB) untuk menghasilkan keluarga
sejahtera.
perubahan.
diharapkan masyarakat.
Contoh :
Contoh :
Contoh :
sebelumnya.
a. faktor intern :
- penemuan baru
- bertambah atau berkurangnya penduduk
b. faktor ekstern :
- bencana alam
Difusi budaya : proses penyebaran budaya dari suatu masyarakat ke masyarakat lain.
Modernisasi
Pengertian modernisasi :
transformasi sikap masyarakat dari tradisional menjadi modern sesuai dengan tuntutan
membantu manusia.
masa mendatang.
partisipasi rakyat.
pengangguran.
8.Syarat modernisasi :
9.Globalisasi
khususnya yang menyangkut informasi secara duniawi melalui media cetak dan
elektronik.
10.Westernisasi :
tertentu.
D. Kerangka Berpikir
suatu pengamalan dalam tingkah lakunya. Keberhasilan aspek kognitif ini menjadi
potensi yang akan menghantarkan pada suatu keyakinan yang mantap dan penghayatan
Dalam suatu proses belajar-mengajar ada dua unsur yang sangat penting yaitu
Metode Mengajar (Strategi Pembelajaran) dan media pengajaran, kedua aspek ini saling
berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis
media pengajaran yang sesuai. Proses pembelajaran kooperatif ini berdasarkan pada
pemikiran filosofis yaitu: “Getting Better Togother” artinya mendapatkan sesuatu yang
lebih baik dalam belajar hendaknya dilakukan secara bersama-sama dalam sebuah
kelompok.
Di samping itu ada keyakinan berdasarkan penelitian bahwa peserta didik akan
lebih baik bila belajar dengan rekan sebayanya. Atas alasan itulah maka model
pembelajaran kancing gemerincing ini dipergunakan sebagai salah satu model yang
dipakai di sekolah-sekolah.
konsep pembelajaran aktif, dan merupakan istilah yang sama dengan konsep Student
Active Learning (SAL) yang bukan suatu ilmu atau teori, tetapi merupakan salah satu
strategi pengajaran yang menuntut keterlibatan dan keaktifan serta partisipasi peserta
didik sebagai subjek didik secara optimal (Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, 1991:57).
Begitu pula dikatakan Nana Sudjana (1989:30), bahwa “cara belajar siswa aktif
merupakan salah satu strategi belajar mengajar menuntut keaktifan dan partisipasi
subyek didik seoptimal mungkin sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya
yang belajar. Setiap proses belajar mengajar bagaimanapun bentuknya, tentu akan
terdapat aktivitas siswa, karena belajar pada hakekatnya adalah wujud keaktifan siswa
walaupun derajatnya tidak sama antara siswa satu dengan siswa yang lain dalam
gemerincing, berorientasi kepada prinsip Child Centered. Ahmad Rohani dan Abu
Ahmadi (1991:58) menjelaskan bahwa “ derajat ke CBSA-an yang bisa mengarah secara
optimal bagi keterlibatan dan keaktifan peserta didik adalah jika diterapkan suatu pola
Untuk dapat mewujudkan ciri-ciri dari hakikat belajar siswa aktif dalam praktek
pengajaran, menurut Herry Sukarman (2003:25), memiliki tujuh dimensi yang harus
4. Penerimaan guru terhadap perbuatan dan kontribusi siswa yang kurang relevan
7.Jumlah waktu yang dipergunakan untuk menanggulangi masalah pribadi siswa baik
Kooperatif, akan terlihat dalam bentuk perubahan perilaku, baik perilaku kognitif,
afektif, maupun psikomotor (Zarkowi Soejoeti, 1989:10). Hasil belajar yang merupakan
konsekuensi dari proses pembelajaran, hal ini sesuai dengan pembelajaran Sosiologi.
E. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah “Penerapan
penguasaan materi perubahan sosial dan prestasi belajar Siswa kelas XII IPS SMA
.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Cirebon, pada tahun ajaran 2009/2010, semester I, dengan waktu yang dibutuhkan ± 3
B. Subjek Penelitian
Subjek tindakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS dengan jumlah 40
siswa terdiri dari siswa laki-laki 19 orang, dan siswa perempuan 21 orang.
dikumpulkan melalui catatan obsevasi dan hasil evaluasi yang dilakukan dari awal
mengukur kemampuan siswa dalam menguasai / memahami terhadap materi ajar, serta
Pada bagian refleksi diadakan analisis data mengenai proses, masalah dan
tindakan yang dilaksanakan. Salah satu aspek penting dari kegiatan refleksi adalah
32
Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisa kualitatif dan analisa
hasil evaluasi rata-rata kelas dengan membandingkannya pada tiap-tiap siklus untuk
Kriteria keberhasilan siswa sesuai dengan tujuan akhir penelitian ini yaitu
Tabel 3.1
Kriteria Keberhasilan Siswa
No Kategori Nilai Keterangan
1 Sangat baik 91-100 A
2 Baik 81 - 90 B
3 Cukup 71 - 80 C
4 Kurang < 70 D
Dalam penelitian ini faktor yang diamati adalah aktifitas siswa dan kinerja guru,
Tabel 3.2
Aktifitas Siswa pada Pembelajaran
No. Aspek yang diamati Nilai
01 Siswa memusatkan perhatian terhadap materi yang sedang
dipelajari
02 Siswa menulis materi yang relevan dengan pelajaran.
03 Siswa berdiskusi dengan temannya untuk menyelesaikan soal
yang diberikan
04 Siswa menyajikan hasil diskusi
05 Siswa berani untuk bertanya
06 Siswa berani dalam berargumentasi
07 Siswa menanggapi pendapat orang lain
08 Siswa memberikan alasan rasional dan faktual
09 Siswa mencoba untuk menyelesaikan soal lain yang relevan
10 Siswa membuat kesimpulan
Jumlah Nilai
Persentase Proses Pembelajaran
Tabel 3.3
Kinerja Guru pada Pembelajaran
No Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Penilaian
SB B C K
1. a Melakukan apersepsi
b Melakukan motivasi
c Melakukan pra tes
d Memberi tujuan pembelajaran
e Menggunakan alat bantu / media pembelajaran
Keterangan:
0 = Sangat kurang 2 = Cukup
1 = Kurang 3 = Baik
4 = Sangat baik
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dalam pembelajaran ini dilakukan secara bertahap mulai dari
tahap awal sampai dengan tahap akhir pembelajaran pada masing-masing siklus.
1. Identifikasi Masalah
Pada tahap pertama peneliti melakukan identifikasi masalah dengan melakukan
2. Perencanaan/Persiapan Tindakan
3. Pelaksanaan Tindakan
b. Melaksanakan pembelajaran
4. Evaluasi
a. Pelaksanaan tes
berdasarkan hasil observasi dan temuan di kelas pada saat pembelajaran berlangsung.
Dari kajian itu disusun rancangan baru untuk ditetapkan pada proses pembelajaran
berikutnya di kelas.
siklus.
b. Analisis data hasil evaluasi dan merinci tindakan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
1) Pendahuluan
2)Kegiatan Inti
5 siswa.
Guru menyiapkan kotak kecil yang berisi kancing-kancing atau bisa juga benda-
benda kecil lainnya seperti kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-
kelompok mendapat dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing bergantung
Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus
kelompoknya.
Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi
Guru menyiapkan sebuah papan penilaian, gunanya apabila salah satu ada anak
sebuah simbol bergambar bintang. Dan nanti pada akhir pembelajaran guru
bintang emas.
3) Kegiatan Penutup
Menutup pelajaran.
F. Perangkat Pembelajaran
1. Silabus: Penyusunan silabus berdasarkan acuan pada kurikulum 2006 KTSP yang
adalah materi pelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan instruksional yang
dapat berupa macam-macam bahan seperti: naskah, persoalan, gambar, dan lain
sebagainya.
G. Instrumen Penelitian
1. Tes tertulis yaitu: Pre tes (awal) dan Pos tes (akhir)
2. Angket aktivitas guru dan siswa: Mengukur kinerja guru dan siswa selama
proses pembelajaran.
Pada tiap siklus data jawaban siswa dari tes dianalisis dan dibuat kategori jawaban
untuk menentukan apakah memahami materi ajar atau tidak. Menurut Abraham
Tabel 3.4
Tingkat Pemahaman Siswa
Tingkat
No Ciri Jawaban Siswa Skor
Pemahaman
1 Paham (P) Jawaban benar dan mengandung paling
sedikit satu konsep ilmiah serta tidak 4
mengandung satu kesalahan konsep.
2 Paham Jawaban sebagian yang benar tapi
Sebagian menunjukkan adanya kesalahan konsep 2-3
(PS) dalam menjelaskannya.
3 Tidak Paham Jawaban menunjukkan kesalahan
(TP) pemahaman mendasar tentang konsep yang
0-1
dipelajari jawaban salah, tidak
relevan/kosong.
P PS TP
x100 % p x 100 % x100 %
1. p = N 2. S = N 3. t P = N
Keterangan
p = % siswa paham
Tabel 3.5
Tafsiran Prosentase Hasil Tes
Harga Prosentase Tafsiran
0 Tidak seorang pun
1-25 Sebagian kecil
26-49 Hampir setengahnya
50 Setengahnya
51-75 Sebagian besar
76-99 Hampir seluruhnya
100 Seluruhnya
2. Analisis Angket
Angket siswa dihitung dengan rumus sebagai berikut:
f
P= x 100 %
N
Keterangan
P = % jawaban
f = Frekuensi jawaban
N = Banyaknya siswa
Desain penelitian ini dapat digambarkan pada bagan seperti dibawah ini.
Permasalahan Perencanaan I
Awal
Pengamat I
Permasalahan Perencanaan II
Baru
Pengamat II
Permasalahan
Baru
Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
(S.Arikunto, 2006)
BAB IV
Penelitian ini difokuskan pada proses pembelajaran, berdasarkan data kualitatif dan
kuantitatif yang diperoleh dari observasi terhadap pembelajaran dan hasil evaluasi pada
tiap siklus, untuk kemudian dijadikan refleksi dalam menentukan tindakan yang tepat
untuk mengarah pada perbaikan dalam proses pengajaran di kelas. Dari hasil refleksi
Pembelajaran ini terdiri dari 2 siklus tindakan, dimana tiap siklus diadakan refleksi
pembelajaran Sosiologi yang biasa dilakukan masih memberikan porsi yang besar
terhadap peran guru dan siswa hanya menerima tranfer ilmu dari guru. Oleh
karenanya siswa lebih banyak pasif dalam pembelajaran, mereka hanya mencatat,
yang tepat, setelah dilakukan diskusi dengan peneliti dan mitra kolaborasi, maka
dapat menghantarkan pada peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa yaitu:
41
dengan penerapan pembelajaran model Kancing Gemerincing.
Dari hasil observasi awal pada pra tindakan, maka peneliti mengidentifikasikan
Tabel 4.1
Refleksi Kegiatan Pra Tindakan
No Catatan Lapangan Tindakan
1 Siswa cenderung pasif, hanya Penerapan model Kancing
menerima materi penjelasan Gemerincing ( KCG ) dalam
guru. pembelajaran.
2 Guru masih menggunakan Melakukan kegiatan diskusi
model ceramah sehingga sehingga siswa aktif dalam
mendominasi pembelajaran mengkomunikasikan
(Teacher Oriented). pendapatnya.
3 Tingkat pemahaman siswa Perlu perbaikan yang mengarah
masih rendah. pada model pembelajaran yang
tepat.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran ini terdiri dari 2 siklus, dengan tiap siklusnya dilakukan
siklus sebelumnya.
- Membuat RPP
Pelaksanaan
2)Pendahuluan
2)Kegiatan Inti
dari 5 siswa.
Guru menyiapkan kotak kecil yang berisi kancing-kancing atau bisa juga
kelompok mendapat dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing bergantung
Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus
kelompoknya.
Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi
Guru menyiapkan sebuah papan penilaian, gunanya apabila salah satu ada
bintang emas.
3) Kegiatan Penutup
Menutup pelajaran.
b. Observasi Siklus I
Pada tahap siklus I menjadi fokus penelitian adalah memantau perilaku siswa,
c. Refleksi Siklus I
a.Perencanaan
Peneliti dengan teman sejawat membagikan angket pendapat siswa kepada siswa
untuk mengisi pernyataan-pernyataan yang ada dengan jawaban yang jujur tanpa
d. Refleksi Siklus II
yaitu adanya peningkatan dari prestasi belajar siswa, keaktifan siswa dalam
membuat laporan.
Tabel 4.3
Identifikasi Masalah dan Refleksi Tindakan Siklus II
No Identifikasi Masalah Refleksi Tindakan Siklus II
1 Siswa sudah berpartisipasi aktif Guru memberikan penghargaan
dalam proses kegiatan belajar berupa pujian/reward.
mengajar.
Tabel 4.4
Nilai Evaluasi Pra Siklus & Siklus I
No Kode Siswa Pra Siklus Siklus I Keterangan
1 XII.S.01 50 70 55 75 Meningkat
2 S.02 55 65 50 78 Meningkat
3 S.03 60 70 65 80 Meningkat
4 S.04 60 75 60 80 Meningkat
5 S.05 65 70 58 75 Meningkat
6 S.06 65 70 55 78 Meningkat
7 S.07 60 70 50 70 Meningkat
8 S.08 50 70 60 80 Meningkat
9 S.09 55 70 65 80 Meningkat
10 S.10 50 70 60 90 Meningkat
11 S.11 60 70 60 75 Meningkat
12 S.12 70 75 57 70 Meningkat
13 S.13 60 70 55 78 Meningkat
14 S.14 60 65 60 75 Meningkat
15 S.15 50 60 58 70 Meningkat
16 S.16 50 70 55 70 Meningkat
17 S.17 60 70 57 70 Meningkat
18 S.18 50 60 55 75 Meningkat
19 S.19 50 60 60 85 Meningkat
20 S.20 65 70 57 75 Meningkat
21 S.21 50 60 58 70 Meningkat
22 S.22 70 75 60 75 Meningkat
23 S.23 60 60 65 75 Meningkat
24 S.24 65 70 60 80 Meningkat
25 S.25 70 75 60 85 Meningkat
26 S.26 60 60 65 85 Meningkat
27 S.27 60 70 57 78 Meningkat
28 S.28 60 65 55 70 Meningkat
29 S.29 50 70 56 70 Meningkat
30 S.30 50 70 58 70 Meningkat
31 S.31 60 70 60 85 Meningkat
32 S.32 70 70 60 80 Meningkat
33 S.33 65 70 65 90 Meningkat
34 S.34 60 60 65 78 Meningkat
35 S.35 60 65 60 80 Meningkat
36 S.36 70 70 70 85 Meningkat
37 S.37 60 70 68 85 Meningkat
38 S.38 60 70 65 80 Meningkat
39 S.39 50 65 60 80 Meningkat
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran pada tahap pra siklus masih
menganut model yang lama, dimana kebiasaan guru dengan model tradisional, karena
guru tersebut beralasan lebih mudah dan praktis, sehingga sangat berpengaruh pada
hasil belajar siswa. Kenyataan hal ini tidak bisa dipungkiri, hampir (90%) pada
walaupun hal itu sah-sah saja, namun dengan tanpa disadari, sering beberapa orang
guru yang mengeluh karena mereka harus kembali memberikan perbaikan atau
remedial, yang seakan-akan menghambat waktu. Padahal itu semua bukan karena
siswa yang tidak mampu atau tidak memiliki kemampuan kompetensi, akan tetapi
justru gurulah yang kurang bisa mengarahkan siswa dengan kemampuan kompetensi
Dengan hasil yang masih jauh dari standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) = 70.
Otomatis pembelajaran kurang bermakna. Pada tahap pra siklus untuk nilai rata-rata
pre tes sebesar (58,64), sedangkan rata-rata pos tes sebesar (67,88).
Pada pembelajaran siklus I yang merupakan hasil dari refleksi pembelajaran pra
Gemerincing ( KCG ) sudah menunjukan suatu upaya perubaikan kearah yang lebih
baik lagi. Itu artinya bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
tersebut, ternyata membawa siswa kepada pola berpikir yang kreatif, aktif, dan kritis
serta menyenangkan. Hasil perolehan pada tahap siklus I untuk pre tes rata-rata
sebesar (61,0), sedangkan untuk rata-rata pos tes siklus I sebesar (77,63). Maka dapat
dikatakan terjadi peningkatan hasil yang cukup signifikan untuk ke dua tes tersebut
baik pre tes maupun pos tes. Dengan kenaikan masing-masing untuk pre tes sebesar
(2,46%) dan untuk pos tes sebesar (9,75%). Dengan demikian dapat disimpulkan
Tabel 4.5
Nilai Evaluasi Siklus II.
No Kode Siswa Siklus 2 Keterangan
Pre Pos
tes tes
1 XII.S.01 70 80 Meningkat
2 S.02 75 85 Meningkat
3 S.03 70 80 Meningkat
4 S.04 70 75 Meningkat
5 S.05 75 80 Meningkat
6 S.06 70 85 Meningkat
7 S.07 70 85 Meningkat
8 S.08 75 80 Meningkat
9 S.09 80 85 Meningkat
10 S.10 75 80 Meningkat
11 S.11 75 90 Meningkat
12 S.12 70 85 Meningkat
13 S.13 70 80 Meningkat
14 S.14 70 75 Meningkat
15 S.15 75 90 Meningkat
16 S.16 80 90 Meningkat
17 S.17 80 85 Meningkat
18 S.18 75 90 Meningkat
19 S.19 75 80 Meningkat
20 S.20 70 85 Meningkat
21 S.21 75 80 Meningkat
22 S.22 80 90 Meningkat
23 S.23 75 85 Meningkat
24 S.24 70 90 Meningkat
25 S.25 70 80 Meningkat
26 S.26 70 75 Meningkat
27 S.27 75 95 Meningkat
28 S.28 75 90 Meningkat
29 S.29 70 80 Meningkat
30 S.30 70 75 Meningkat
31 S.31 70 75 Meningkat
32 S.32 75 80 Meningkat
33 S.33 70 75 Meningkat
34 S.34 80 95 Meningkat
35 S.35 70 80 Meningkat
36 S.36 70 80 Meningkat
37 S.37 80 85 Meningkat
38 S.38 80 90 Meningkat
39 S.39 75 80 Meningkat
Pembelajaran pada siklus II masih sama seperti halnya pada siklus I, yaitu dengan
Sosiologi, dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa perubahan hasil belajar siswa sudah
betul-betul menunjukan peningkatan yang sangat signifikan. Dari hasil diatas terlihat
hasil pre tes siswa memperoleh nilai rata-rata sebesar (73,50), termasuk dalam kategori
cukup, namun pada hasil pos tes siswa memperoleh rata-rata nilai sebesar (83,00).
Suatu prestasi yang begitu baik. Dengan demikian siswa sudah mampu menunjukan
mengadaptasikan dirinya dengan model yang baru tersebut. Terjadi kenaikan nilai
yang signifikan. Hal ini berarti bahwa pembelajaran dengan model kooperatif Kancing
Gemerincing (KCG),dapat membawa pengaruh yang kuat bagi seluruh aspek yang
diamati yakni: aspek kinerja guru, aktifitas siswa, keterampilan kooperatif siswa serta
hasil belajar siswa. Sehingga menghasilkan suatu perubahan baru bagi guru maupun
Gambar 4.1
Rekapitulasi Hasil Evaluasi Tiap Siklus
Hasil Evaluasi
90
80
70
Nilai rata-rata
60
Pre Tes
50
Pos Tes
40
30
20
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus 2
Tahapan Pembelajaran
Selain hasil tes pada masing-masing siklus tersebut diatas, terdapat pula hasil
perolehan siswa pada saat proses pembelajaran kelompok yaitu hasil perolehan nilai
Tabel 4.6
Sumbangan Skor Kelompok dan Klasifikasinya pada Siklus I
No Kelompok Skor yang dicapai Klasifikasi
1 I 80 Cukup
2 II 73 Cukup
3 III 75 Cukup
4 IV 73 Cukup
5 V 80 Cukup
6 VI 73 Cukup
7 VII 75 Cukup
8 VIII 80 Cukup
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata klasifikasi prestasi kelompok
termasuk dalam kategori cukup, dan usaha yang telah dilakukan oleh masing-masing
solid. Walaupun masih belum sepenuhnya dari kelompok siswa tersebut yang sudah
Sedangkan hasil perolehan siswa pada pembelajaran kelompok tahap siklus II sudah
menunjukan perubahan yang lebih baik lagi bila dibandingkan dengan tahap siklus I.
Tabel 4.7
Sumbangan Skor Kelompok dan Klasifikasinya pada Siklus II.
No Kelompok Skor yang dicapai Klasifikasi
1 I 87 Baik
2 II 80 Cukup
3 III 90 Baik
4 IV 80 Cukup
5 V 87 Baik
6 VI 80 Cukup
7 VII 85 Baik
8 VIII 85 Baik
Berdasarkan hasil diatas dapat dikatakan bahwa pada pembelajaran siklus II ini para
mempresentasikan hasil kerjasama dengan temannya. Hal ini jelas bahwa dalam
kooperatif siswa lebih dimunculkan agar pembelajaran lebih berkembang. Dari skor
perolehan pada tabel diatas diperoleh hasil rata-rata baik. Dengan demikian terdapat
Gambar 4.2
Hasil Skor Kelompok Tiap Siklus
90
80
70
60
Nilai Rata-rata
50
40 Siklus I
30 Siklus II
20
10
0
I II III IV V VI VII VIII
KELOMPOK
Hasil observasi yang dilakukan oleh kolaborator untuk mengetahui sikap dan
partisipasi siswa serta kinerja guru pada saat pembelajaran berlangsung pada masing-
Tabel 4.8
Aktifitas Siswa pada pembelajaran Tiap Siklus
Penilaian
No Aspek Penelitian Pra Siklus Siklus
Siklus I 2
1 Perhatian siswa pada saat KBM 1 2 3
2 Keberanian siswa 1 2 4
3 Hasil jawaban siswa 2 2 4
4 Kesungguhan siswa 1 3 4
5 Kemampuan siswa 1 2 3
6 Keberanian tampil untuk presentasi 0 2 3
Berfikir kritis
7 Mengemukakan Pendapat 1 2 4
8 Mengembangkan materi ajar 1 2 3
9 Peningkatan prestasi belajar 1 2 3
10 Kerjasama kelompok 1 3 4
Jumlah 10 22 35
Rata-rata 25% 55% 87,5%
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa perolehan nilai rata-rata aktifitas siswa pada
masing-masing siklus berbeda dan menunjukan perubahan kenaikan. Pada tahap pra
siklus diperoleh rata-rata nilai sebesar (25%), sedangkan pada siklus I sebesar (55%),
dan meningkat pada siklus II sebesar (87,5%). Hal ini menandakan bahwa aktifitas
gurunya. Dengan model konvensional pada tahap pra siklus tidak memberikan
kontribusi yang berarti bagi siswa maupun guru, karena membuat siswa kurang
berlangsung. Sedangkan pada tahap siklus I dan siklus II dengan guru menerapkan
yang signifikan baik dari segi aktifitas maupun dari segi hasil belajar siswanya.
Tabel 4.9
Kinerja Guru pada Pembelajaran Tiap Siklus
Penilaian
No Unsur yang diamati Pra Siklus Siklus
siklus 1 II
1 Kemampuan guru membuka 2 3 3
pelajaran
2 Sikap guru dalam pembelajaran 3 3 4
3 Penguasaan materi pelajaran 3 3 3
4 Proses pembelajaran 1 2 3
5 Pemakaian media pelajaran 1 2 3
6 Evaluasi 1 3 3
7 Kemampuan menutup pelajaran 2 3 3
Jumlah 13 19 22
Rata-rata 32,5% 47,5% 55%
hasil untuk semua aspek yang diamati. Mulai dari item no. 1 sampai dengan item no.
7. Hal itu menandakan bahwa perubahan positif yang dilakukan oleh guru Sosiologi
dan kemampuan yang dimiliki oleh guru dan didorong oleh suatu keinginan yang kuat
tersebut melalui angket dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana tanggapan, sikap
1). Sikap dan respon siswa terhadap Materi ajar Perubahan Sosial
2). Sikap dan respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif KCG
3). Sikap dan respon siswa terhadap peran guru dalam pembelajaran.
Tabel 4.10
Prosentase Angket Siswa untuk Respon Terhadap Materi Ajar
No Pernyataan SS (%) S (%) TS(%) STS(%)
1. LKS sangat
membantu dalam
62,5% 37,5% - -
memahami
materi pelajaran.
2. LKS sulit
dipahami padahal
- - 57,5% 42,5%
sudah dibaca
berulang-ulang.
3. Soal-soal pada
LKS sangat sukar - 15% 60% 25%
untuk dikerjakan.
4. Materi ajar tidak
sesuai dengan
- - 65% 35%
LKS yang
diberikan.
5. LKS kurang
mewakili materi - - 70% 30%
yang diajarkan.
Keterangan.
SS = Sangat Setuju TS= Tidak Setuju
S = Setuju STS= Sangat Tidak Setuju
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa respon siswa terhadap Materi ajar
menyatakan sangat setuju bahwa belajar dengan LKS sangat membantu dalam
memahami materi pelajaran, dan soal-soal yang diberikan sangat mendorong siswa
untuk berfikir kritis, cermat dan teliti. Untuk pernyataan negatif sebesar (100%) bahwa
siswa tidak setuju, LKS sulit dipahami padahal sudah dibaca berulang-ulang dan soal-
soal pada LKS sangat sukar untuk dikerjakan siswa menyatakan tidak setuju (85%).
Begitu juga dengan pernyataan materi ajar tidak sesuai dengan LKS yang diberikan
menyatakan tidak setuju sebesar (100%), dan pernyataan LKS kurang mewakili materi
yang diajarkan menyatakan tidak setuju sebesar (100%). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa siswa pada prinsipnya sudah menyetujui dengan materi ajar yang
Tabel 4.11
Prosentase Angket Siswa untuk Respon Terhadap Pembelajaran
No Pernyataan SS% S% TS % STS %
1 Model pembelajaran KCG lebih
menarik dari pada dengan model 45% 42,5% 12,5% -
konvensional.
2 Model pembelajaran KCG
memudahkan saya memahami 57,5% 37,5% 5% -
materi pelajaran
3 Pembelajaran dengan KCG
60% 40% - -
sangat efektif.
4 Dengan model pembelajaran
KCG dapat menanamkan rasa
35% 65% - -
kebersamaan dalam
menyelesaikan tugas.
5 Model pembelajaran KCG tidak
40% 60% - -
membosankan.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran
Gemerincing (KCG) dapat meningkatkan minat dan aktivitas siswa serta dapat
menunjukkan sikap positif/ setuju sebesar (100%) sedangkan yang menyatakan tidak
setuju sebesar (0%) ini menandakan bahwa hanya sebagian kecil saja dari siswa yang
belum memahami manfaat dari model pembelajaran tersebut sudah dirasakan oleh
semua siswa.
Tabel 4.12
Prosentase Angket Siswa untuk Respon peran guru dalam Pembelajaran
No Pernyataan SS% S% TS % STS %
1 Guru membeikan arahan dalam
72,5% 27,5% - -
menyelesaikan soal-soal.
2 Guru kurang memperhatikan
kesulitan yang dihadapi siswa
sehingga membuat saya - - 67,5% 32,5%
kesulitan dalam mempelajari
Sosiologi dengan baik.
3 Peran guru sangat membantu
55% 45% - -
dalam memahami soal-soal.
4 Guru tidak memberikan
motivasi sehingga saya makin
- - 72,5% 27,5%
malas mengikuti pelajaran
Sosiologi.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa respon siswa terhadap peran guru dalam
memperhatikan kesulitan belajar siswa sangat tidak setuju (100%), peran guru sangat
membantu siswa setuju (100%) guru tidak memberikan motivasi pada siswa tidak
setuju (100%) dengan demikian bahwa pada dasarnya semua membutuhkan bimbingan
sasaran tindakan penelitian yakni berkembangnya pemahaman materi ajar sejalan dengan
berkembangnya aktivitas dan keterampilan kooperatif siswa, dengan kata lain semakin
Adapun hasil temuan kuantitatif secara keseluruhan dari proses pembelajaran per
1)Pada Pra Siklus rata-rata pretes sebesar (58,64), rata-rata postes menjadi (67,88) hal
2)Pada siklus I rata-rata pretes sebesar (61,10), rata-rata postes menjadi menjadi (77,63)
3)Pada siklus II rata-rata pretes sebesar (73,50), rata-rata postes menjadi (83,00), hal ini
sebagai berikut :
a).Aktivitas siswa dari tahap pra siklus hanya sebagian kecil sebesar (25%) meningkat
menjadi sebagian besar (55%) pada siklus I dan pada siklus II hampir seluruhnya
berubah menjadi (87,5%) Hal ini dapat di indikasikan proses pembelajaran sudah
b)Kinerja guru dari tahap pra siklus hanya sebesar (32,5%) hampir setengahnya
meningkat menjadi (47,5%) pada siklus I sedangkan pada siklus II berubah sebagian
Sosiologi sudah mampu merubah kebiasaan, guru bukan lagi berperan sebagai diktator
akan tetapi berperan sebagai fasilitator, transfer informasi dan teknik penerapan model
Dari hasil angket pendapat siswa terdiri dari 3 aspek yang diberikan/ dibagikan pada
siswa masing-masing berisi a) respon siswa terhadap materi ajar perubahan social, b)
respon siswa terhadap model pembelajaran Kancing Gemerincing (KCG) yang telah
digunakan, dan c) respon siswa terhadap peran guru pada saat pembelajaran berlangsung.
Lebih dari setengahnya siswa menyatakan sangat setuju ( 62,5%) bahwa LKS
Setengahnya dari jumlah siswa menyatakan tidak setuju (57,5%) bahwa LKS sulit
Lebih dari setengahnya siswa menyatakan tidak setuju (60%) bahwa Soal-soal pada
Lebih dari setengahnya siswa menyatakan tidak setuju (65%) bahwa Materi ajar
Hampir dari setengahnya siswa menyatakan sangat setuju (45%) bahwa Model
Lebih dari stengahnya siswa menyatakan sangat setuju (57,5%) bahwa Model
kurang dari setengahnya siswa menyatakan setuju (35%) bahwa dengan model
tugas.
Lebih dari setengahnya siswa menyatakan sangat setuju (72,5%) bahwa Guru
Lebih dari setengahnya siswa menyatakan tidak setuju (67,5%) bahwa Guru kurang
Lebih dari setengahnya siswa menyatakan sangat setuju (55%) Peran guru sangat
Lebih dari setengahnya siswa menyatakan tidak setuju (72,5%) bahwa Guru tidak
A. Kesimpulan.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
pembelajaran dengan model Kancing Gemerincing (KCG) dari pra siklus pos tes
B. Saran – saran
sudah waktunya diganti dengan teknik pembelajaran yang inovatif seperti model
lainnya.
64
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Ali. (1987). Guru dalam Proses Belajar-Mengajar. Sinar Baru. Bandung.
Sudjana, 2005, Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif, Bandung: Falah Production.
65
Lampiran 1.
Instrumen Penelitian
Pre Tes
I. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan cara memberi tanda (x) pada
pilihan berikut : a, b, c, d, e
1. Berikut ini adalah faktor perubahan Sosial yang intern, yaitu ....
a. perubahan alam
b. peperangan
c. krisis demografi
d. akulturasi
e. kontak budaya
4.Pemberontakan RMS muncul karena mereka menolak bergabung dengan NKRI. Gerakan
ini dinamakan ....
a. integrasi
b. aneksasi
c. disintegrasi
d. Separatisme
e. disintegrasi
5. Masyarakat dan budaya cenderung mengalami perubahan serta memiliki sifat tertentu,
yaitu ....
a. labil
b. statis
c. dinamis
d. evolutif
e. revolutif
7.Perubahan mode pakaian dikategorikan sebagai perubahan yang pengaruhnya serta ruang
lingkupnya kecil, karena ....
a. hanya menguntungkan kaum muda
b. hanya terjangkau oleh golongan tertentu
c. tidak ada hubungan antara kebutuhan politik dan hukum
d. tidak ada hubungan dengan kebutuhan sekunder
e. perubahan tersebut hanya diciptakan kaum pedagang dan para perancang mode
8. Faktor-faktor yang peranannya berpengaruh terhadap penerimaan suatu Unsur baru ialah
sebagai berikut, kecuali ....
a. tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat
b. sejalan dengan kemauan suatu aparat keamanan masyarakat
c. langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat
d. sudah ada Unsur yang melandasi unsur baru
e. terbiasanya masyarakat kontak dengan masyarakat lain
9. Aksi protes adalah penyampaian pernyataan tidak setuju terhadap suatu kebijakan dengan
cara ....
a. Persuasif
b. mengecam secara pedas
c. mengajak kepada kebenaran
d. berontak dengan penjarahan
e. mengalihkan situasi politik
10. Perubahan Struktural yang memakan waktu relatif cepat disebut ....
a. evolusi
b. radikal
c. destruktif
d. moderat
e. reaktif
Lampiran 2
Instrumen Penelitian
Pos Tes
II. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan cara ocial tanda (x) pada
pilihan berikut : a, b, c, d, e
Lampiran 3.
Soal-soal
Tes Akhir Siklus
7. Mengapa ada orang yang melanggar peraturan padahal dia sudah tahu sanksi jika
dia melanggarnya?
Lampiran 4.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
I.Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat:
1.mendeskripsikan pengertian perubahan sosial
II.Materi Pembelajaran
1. Perubahan Sosial
III.Metode Pembelajaran
1. Kancing Gemerincing
2. kerja mandiri
3. eksplorasi
4. diskusi
5. ceramah
Pertemuan 1
No Alokasi Keterangan
Waktu
Kegiatan Pembelajaran
1. 10’
Pendahuluan
Apresepsi
Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran. Kemudian, guru
menanyakan beberapa perubahan yang terjadi dalam diri siswa.
Memotivasi
Siswa mendengarkan tujuan mempelajari hakikat dan bentuk-bentuk
perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Rambu-rambu belajar
Siswa memperhatikan gambar yang menunjukkan perubahan sosial
yang terjadi dalam masyarakat. Setelah itu, siswa memperhatikan
skema perubahan sosial yang digambar oleh guru.
2. 70’
Kegiatan Inti
a.Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang pengertian perubahan
sosial, pandangan para tokoh tentang perubahan sosial, teori utama
pola perubahan sosial, dan teori-teori modern mengenai perubahan
sosial.
b.Siswa bisa menggali informasi dari berbagai informasi tentang
perubahan sosial misalnya, di perpustakaan atau pengalaman di
sekitarnya.
c.Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kemudian mendiskusikan
kasus yang ada dalam buku halaman 10.
d.Siswa membacakan hasil diskusinya di depan kelas dan guru
memandu diskusi secara klasikal.
e.Siswa dan guru membuat kesimpulan tentang diskusi yang telah
dilakukan.
f.Siswa mengerjakan tugas ”Uji Penguasaan Materi” dalam buku
halaman 10.
3. 10’
Kegiatan Akhir
a. Siswa dan guru membuat rangkuman bersama tentang materi yang
dipelajari tentang pengertian perubahan sosial.
b. Siswa diberi tugas untuk mengamati masyarakat di sekitar
lingkungannya dan membuat karangan tentang perubahan sosial
yang terjadi dalam masyarakat.
c. Siswa mempersiapkan kamera untuk foto perubahan sosial untuk
pertemuan berikutnya.
Pertemuan 2
No. Alokasi Keterangan
Waktu
Kegiatan Pembelajaran
1. 10’
Pendahuluan
a. Apresepsi
Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran. Kemudian, guru
mengumpulkan tugas siswa berupa karangan tentang perubahan
sosial dalam masyarakat.
b. Memotivasi
Siswa mendengarkan tujuan mempelajari bentuk-bentuk perubahan
sosial.
c. Rambu-rambu belajar
Siswa memperhatikan gambar bentuk-bentuk perubahan sosial
dalam masyarakat..
2. 70’
Kegiatan Inti
a. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang bentuk-bentuk
perubahan sosial.
b. Siswa mengerjakan tugas ”Uji Penguasaan Materi” dalam buku
halaman 14.
c. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kemudian para siswa
ditugaskan untuk memotret perubahan-perubahan sosial yang
terjadi di sekitar lingkungan sekolahnya.
d. Siswa membuat laporan singkat tentang obyek foto yang diambil
kepada guru.
e. Siswa dan guru membuat rangkuman bersama tentang bentuk-
bentuk perubahan sosial.
3. 10’
Kegiatan Akhir
Siswa menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan guru secara
tertulis.
Siswa diberi tugas untuk mencetak foto lalu siapkan untuk pameran.
Pertemuan 3
No. Alokasi Keterangan
Waktu
Kegiatan Pembelajaran
1. 10’
Pendahuluan
a. Apresepsi
Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran. Kemudian, guru
menanyakan beberapa pertanyaan seputar bentuk-bentuk perubahan
sosial.
b. Memotivasi
Siswa mendengarkan tujuan mempelajari faktor-faktor pendorong
dan penghambat serta dampak perubahan sosial dalam masyarakat.
c. Rambu-rambu belajar
Siswa memperhatikan gambar mode pakaian atau foto yang diambil
oleh para siswa. .
2. 70’
Kegiatan Inti
a. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang faktor pendorong
dan penghambat perubahan sosial dan dampak perubahan sosial
tersebut.
b. Siswa bisa menonton film tentang perubahan sosial.
c. Siswa mengerjakan tugas ”Uji Penguasaan Materi” dalam buku
halaman 19 dan 24.
d. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kemudian mendiskusikan
artikel yang ada dalam buku halaman 24-25.
e. Siswa membacakan hasil diskusinya di depan kelas dan guru
bertugas sebagai pemandu diskusi kelas.
f. Siswa dan guru membuat kesimpulan tentang faktor pendorong
dan penghambat perubahan sosial dan dampak sosialnya.
3. 10’
Kegiatan Akhir
a. Siswa dan guru membuat rangkuman bersama materi yang
dipelajari tentang faktor pendorong dan penghambat perubahan
sosial dan dampak perubahan sosial tersebut.
b. Siswa diberi tugas untuk membuat kliping dengan analisa tentang
faktor pendorong terjadinya perubahan itu. Selain itu, siswa juga
ditugaskan untuk mengerjakan soal-soal evaluasi akhir bab 1 dari
halaman 26-30.
Pertemuan 4
No. Alokasi Keterangan
Waktu
Kegiatan Pembelajaran
1. 10’
Pendahuluan
a. Apresepsi
Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran. Kemudian, guru
mengumpulkan tugas para siswa.
b. Memotivasi
Siswa mendengarkan maksud diadakan ulangan blok.
c. Rambu-rambu belajar
Siswa mendapat penjelasan dari guru tentang ulangan blok.
2. Kegiatan Inti 70’
a. Siswa mendapatkan soal-soal ulangan.
b. Siswa mengerjakan soal-soal ulangan yang sudah dibagikan.
c. Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya untuk diperiksa dan
dinilai.
V. Sumber pembelajaran:
VI. Media
Papan tulis
Alat-alat tulis
Lembar soal
Transparan Konsep
Power Point
OHP
VII.Penilaian
Berikan beberapa dampak positif dan negatif akibat dari perubahan sosial dengan
Keterangan.
SS = Sangat Setuju TS= Tidak Setuju
S = Setuju STS= Sangat Tidak Setuju
Lampiran 7.
di
Lemahabang
Dengan Hormat,
Dalam rangka melengkapi peryaratan Administrasi Kenaikan Pangkat, saya
Sehubungan dengan itu, saya mohon untuk tidak keberatan agar saya mengadakan
penelitian ini.
Lampiran 8.
Jadwal Penelitian.
Agustus September Oktober
No Jadual Kegiatan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal x
2 Perijinan x
3 Kajian teori x x
4 Penyusunan Instrumen x
x x
5 Pengumpulan data
x x
6 Analisis data
x
7 Penyusunan Sementara
Laporan penelitian
x
8 Diskusi hasil penelitian x
9 Revisi hasil penelitian x x
10 Penyusunan laporan
Penelitian
Lampiran 9.
Lampiran 10.
SIKLUS II
Pertemuan Hari Bulan Keterangan
ke
1 Selasa September Presentasi Guru
Belajar secara individu
Belajar secara kelompok
2. Rabu September Proses pembelajaran dengan
model KCG
Perhitungan nilai kelompok
Penghargaan kelompok
3. Kamis September Review pembelajaran dengan
model KCG
Siswa mengerjakan soal-soal
di papan tulis sebagai rivieu
dari materi ajar yang telah
berlangsung
4. Sabtu September Pelaksanaan tes akhir siklus
II
Lampiran 11.
Hasil wawancara dengan guru Sosiologi
J : Pembelajaran KCG merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif Teknik ini dapat
kerja kelompok.
suasana yang menyenangkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang
dalam pembelajaran?
J : Pembelajaran KCG adalah suatu model yang kegiatan siswa menjalankan suatu
pembelajaran dalam menyelesaikan suatu masalah, sehingga siswa dituntut untuk aktif
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dalam model ini siswa dilibatkan secara langsung
J : Ya. Sebelum adanya penerapan model ini siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar
adanya penerapan model ini siswa menjadi ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar
sehingga siswa dapat bebas bertanya dan mengeluarkan pendapat. Hasil belajar siswa
akan meningkat dengan adanya siswa lebih paham terhadap materi pelajaran yang
P: Apakah semua siswa lebih mudah menguasai materi dengan adanya penerapan model
ini?
J: Ya siswa menjadi lebih mudah menguasai materi pelajaran sebab siswa terlibat aktif
secara langsung sehingga dengan begitu materi yang disajikan akan menjadi lebih mudah
J: Siswa bersemangat dalam proses pembelajaran dan siswa juga ikut berperan serta dalam
kegiatan presentasi di depan kelas. Mereka bertanya dan saling mengeluarkan pendapat.
3. Penilaian
J: Dalam penilaian yang saya lakukan, saya memperhatikan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Penilaian itu berasal dari nilai tugas, sikap siswa sehari-hari, keaktifan
siswa, kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan. Jadi bukan di lihat dari ulangan
pembelajaran KCG ?
J: Penilaian saya lakukan pada setiap tatap muka. Penilaiannya berdasarkan keaktifan siswa
dalam melaksanakan kegiatan kelompok ataupun presentasi di depan kelas. Selain itu
saya juga memberikan nilai kepada siswa yang mengajukan pertanyaan pada saat diskusi
kelas berlangsung.
4.REFLEKSI DATA
Pembelajaran model KCG merupakan salah satu model pembelajaran cara-cara yang
baru yang memudahkan proses belajar lewat pemanduan unsur seni dan pencapaian-
pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang anda ajarkan. Dan dengan
prestasi siswa”. KCG merupakan suatu proses pembelajaran dengan menyediakan latar
belakang dan strategi untuk meningkatkan proses belajar mengajar dan membuat proses
tersebut menjadi lebih menyenangkan. Cara ini memberikan sebuah gaya mengajar yang
memberdayakan siswa untuk berprestasi lebih dari yang dianggap mungkin, selain itu
kegiatan belajar mengajar lebih efektif. Model pembelajaran KCG mempunyai peranan
dalam meningkatkan keaktifan siswa yaitu siswa dilibatkan secara langsung dalam
kegiatan belajar mengajar mulai dari perencanaan sampai pada pelaksanaan presentasi di
depan kelas. Sebelum adanya penerapan model pembelajaran KCG kegiatan siswa hanya
mendengarkan penjelasan dan mencatat materi pelajaran, akan tetapi setelah adanya
penerapan model pembelajaran KCG siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar
mengajar dan mereka saling bekerja sama dalam menyelesaikan suatu masalah, sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa menjadi lebih mudah memahami materi
yang disajikan oleh guru dengan adanya model pembelajaran KCG tersebut. Selain itu
siswa bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Penilaian yang dilakukan
oleh guru meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, seperti halnya penilaian
yang dilakukan terhadap tugas, sikap sehari-hari, keaktifan siswa, ulangan harian,
cara melihat keaktifan siswa dalam kegiatan kelompok kecil ataupun presentasi di depan
kelas. Selain itu guru juga melakukan penilaian kepada siswa yang memberikan